PENGARUH METODE SIMULASI CARA MENGGOSOK GIGI YANG BENAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA SD SENDANGMULYO O3 KEDUNGMUNDU
Manuscript
Oleh : Senja Agustina G2A009094
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul Pengaruh Metode Simulasi Cara Menggosok Gigi Yang Benar Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Sd Sendangmulyo O3 Kedungmundu
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, September 2013
Pembimbing I
Ns.Dera Alfiyanti,S.Kep,M.Kep
Pembimbing II
Sufiati Bintanah, S.KM, M.SI
2
Pengaruh Metode Simulasi Cara Menggosok Gigi Yang Benar Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa SDN Sendangmulyo O3 Kedungmundu Senja Agustina1, Dera Alfiyanti2, Sufiati Bintanah3 1 2 3
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, Dosen Keperawatan Anak Fikkes UNIMUS Staf Dosen Jurusan Fakultas Analis GiziUNIMUS
Abstrak Latar belakang : data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2012 menunjukan angka kejadian karies gigi masih tinggi dan wilayah paling tinggi angka kejadian karies gigi adalah di Kedungmundu tepatnya di SD N Sendangmulyo 03 kedungmundu kelas 1 yaitu sebenar 118 siswa. Tujuan: Mengetahui pengaruh simulasi cara mengosok gigi yang benar terhadap pengetahuan siswa untuk mengosok gigi yang benar di SD Sendangmulyo. Metode : Disain penelitian adalah quasi eksperimen dengan randommized pre-post test control groub. Hasil penelitian secara statistik ada pengaruh antara pemberian simulasi cara menggosok gigi yang benar terhadap peningkatan pengetahuan siswa di SD Sendangmulyo 03 Kedungmundu (p=0,00 ; α=0,05). Kesimpulan : Metode simulasi cara menggosok gigi yang benar efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang cara menggosok gigi yang benar. Saran : agar orang tua memberikan bimbingan dan arahan kepada anak tentang kesehatan gigi,institusi sekolahan untuk menambahkan program simulasi gosok gigi dalam kegiatan UKS, pelayanan kesehatan diharapkan lebih sering melakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi, serta penelitian selanjutnya untuk menambah lokasi penelitian. Kata kunci: Metode simulasi,pengetahuan siswa Daftar pustaka : 30 (1997-2012) Abstract Background: prevalence of dental caries in Semarang still high and the highest prevalence in SDN Sendangmulyo 03 Kedungmundu they are 118 students. (Health Department,2012). Destination: Knowing the influence of the simulation way rub of true teeth against knowledge students to brush your teeth right in SDN Sendangmulyo 03. Method : The design of this research was quasi experimentl with Randommized pre-post test control group. The result of this research showed that there is influence between stimulation method of the true broshing teeth technique to increas students knowledge at SDN Sendangmulyo 03Kedungmundu (p=0,00 ; α=0,05). Conclusion : stimulation method of the true broshing teeth technique effective to increase Students knowledge on how to rub of the teeth. 3
Recommendation: parents must be give a guidance and directions to child about the health of the teeth, school should be able to hold the stimulation method of true brushiung teeth technique and add it on UKS program, health service is expected to be More often doing counseling on the health of the teeth, and for further research may be able to add the area of research. Keywords: Methods of simulation, knowledge of student References : 30 (1997-2012)
PENDAHULUAN Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata sosial masyarakat Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan serta anak-anak dan dewasa. Hasil Riskesdas (2007) melaporkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah sebesar 46,5 dengan penjabaran prevalensi karies untuk kelompok usia 12 tahun sebesar 36,1% dengan Desay, Missing, Filling Tooth (DMF-T) 0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi karies gigi mencapai 80,5 dengan DMF-T 4,46 sedangkan usia diatas 65 tahun dengan prevalensi karies sebesar 94,4% dan DMF-T 18,33. Dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang pada tahun 2010 juga menunjukan pada usia 5-14 tahun proporsi anak yang terserang karies gigi mencapai 23,97%. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut
menjadi kritis (5,5)
yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sari, et al (2012) tentang pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah di SD wilayah Paron Ngawi menunjukan pengetahuan responden tentang gosok gigi meningkat setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga.Mayoritas 4
responden mengalami peningkatan nilai sikap, dan sebagian besar responden memiliki sikap positif setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode permainan simulasi ular tangga yang dimodifikasi. Data DKK Semarang bahwa masih tinggi angka kejadian karies gigi terutama anak sekolah dasar (SD) dari data DKK Semarang pada tahun 2012 pada siswa SD kelas 1 paling banyak yang terkena karies gigi adalah daerah Kedungmundu yaitu 1216 siswa. Dan di SD Sendangmulyo 03 terdapat 118 siswa. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen design dengan menggunakan desain pendekatan randommized per-post test control groub. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Sendangmulyo 03 yang berjumlah 118 siswa. Sampel 60 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan simpel random sampling (sampel diambil secara acak) (Sugiyono, 2010). Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Sendangmulyo Kedungmundu Semarang. Alat pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner cara menggosok gigi yang benar, pantum, leaflet, sikat gigi, pasta gigi. Penelitian ini berlangsung pada pada bulan juni 2013. Data dianalisis secara univariat, bivariat ( paired t- test ). HASIL DAN PEMBAHASAAN Anak didik yang menempati kelas 1 ada yang terdiri dari 4 kelas. Yg terdiri dari 88 laki-laki dan 80 perempuan. Setelah penelitian melihat tingkat pengetahuan para siswa kelas 1 di SDN Sendang Mulyo 03 Kedungmundu masih sebagian besar memiliki pengetahuan sedang dan ada beberapa yang memiliki pengetahuan kurang baik. dari hasil acak didapatkan 60 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari 30 responden dan kelompok intervensi yang terdiri juga dari 30 orang.
5
Karakteristik responden dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat dalam tabel : Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin kelas 1 di SDN Sendang Mulyo 03 Kedungmundu (n=60) Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Frekuensi 25 35 60
presentasi 41.7% 58.3% 100 %
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa total responden sebanyak 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 responden kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 35 orang atau 58.3 %. Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan cara menggosok gigi sebelum diberikan simulasi gosok gigi pada kelompok kontrol (pretest) (n=30) Variabel Pengetahuan cara menggosok gigi
Mean Median 4,37
Standar deviasi 0,964
Min-Maks 3-6
4.00
Berdasarkan tabel 4.2 tingkat pengetahuan cara menggosok gigi sebelum simulasi gosok gigi pada kelompok kontrol pre test bahwa rerata pengetahuan responden sebesar 4,37, median 4,00 dengan standar deviansi 0,964. Nilai minimal responden adalah 3 dan nilai maksimal responden adalah
6
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan cara menggosok gigi sesudah diberikan simulasi gosok gigi pada kelompok kontrol (postest) (n=30) Variabel Pengetahuan cara menggosok gigi
Mean Median 4,50
Standar deviasi
Min-Maks
1,042
3-6
4.50
Berdasarkan tabel 4.3 tingkat pengetahuan cara menggosok gigi sebelum simulasi gosok gigi pada kelompok kontrol pre test bahwa rerata pengetahuan responden sebesar 4,50, median 4,50 dengan standar deviansi 1,042. Nilai minimal responden adalah 3 dan nilai maksimal responden adalah 6. Tabel 4.5 Distribusi responden terhadap pengetahuan cara menggosok gigi yang benar sesudah diberikan simulasi gosok gigi pada kelompok intervensi (postest) (n=30) Variabel Pengetahuan cara menggosok gigi
Mean Median 7,30
Standar deviasi
Min-Maks
1,149
5-9
7,00
Berdasarkan tabel 4.5 tingkat pengetahuan cara menggosok gigi sebelum simulasi gosok gigi pada kelompok intervensi pre test bahwa rerata pengetahuan responden sebesar 7,30 , median 7,00 dengan standar deviansi 1,149. Nilai minimal responden adalah 5 dan nilai maksimal responden adalah 9. Tabel 4.6 Rata-rata Perbedaan Nilai Pengetahuan Cara Gosok Gigi Sebelum Intevensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (Pre Test) (n=60) Variabel
Kelompok intervensi
Ratarata 4.80
Standar deviasi 1.031
Pengetahuan gosok gigi sebelum intervensi
n 30
kontrol
4.37
0,964
30
P value
0,056
7
Rata-rata tingkat pengetahuan cara menggosok gigi pada kelompok intervensi sebelum diberikan simulasi gosok gigi adalah 4.80 dengan standar deviasi 1,031 pada kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan adalah 4,37 dan standar deviasi 0,964. Analisis lebih lanjut menggunakan paired t test menunjukan nilai p lebih besar dari nilai α (P value > α ). Hasil ini menunjukan tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan cara menggosok gigi yang benar antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Tabel 4.7 Rata-rata Perbedaan Nilai Pengetahuan Cara Gosok Gigi Sesudah Intevensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (Post Test) (n=60) Variabel
Kelompok
Rata-rata 7.30
Standar deviasi 1.149
Pengetahuan gosok gigi sesudah intervensi
intervensi kontrol
N 30
4.50
1.042
30
P value
0,000
Rata-rata tingkat pengetahuan cara menggosok gigi pada kelompok intervensi sesudah diberikan simulasi gosok gigi adalah 7.30 dengan standar deviasi 1,149 pada kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan adalah 4,50 dan standar deviasi 1.042. Analisis lebih lanjut menggunakan paired t test menunjukan nilai p lebih kecil dari nilai α (P value = 0,000; α = 0,05). Hasil ini menunjukan ada perbedaan tingkat pengetahuan cara menggosok gigi yang benar antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu tingkat pendidikan ,informasi ,budaya ,pengalaman. Karena kelompok kontrol tidak diberikan simulasi cara menggosok gigi. Kelompok kontrol hanya memperoleh pengetahuan dari orang tua dan media elektronik. Sehingga kurang pengetahuan tentang cara gosok gigi yang benar. Hal ini berbeda dengan kelompok intervensi yang mendapatkan intervensi simulasi gosok gigi yang benar sehingga terjadi peningkatan pengethuan saat dilakukan post test.
8
Peningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah akan lebih terlihat pada anak usia sekolah (6-12 tahun). Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005). Tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget (2010), anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berpikir secara logis semakin berkembang. Asalkan obyek yang menjadi sumber berpikirnya adalah obyek nyata atau konkret. Karakteristik anak usia sekolah dasar tidak hanya itu. Menurut Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani (2012), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu:senang bermain; senang bergerak; senang bekerja dalam kelompok; dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Jadi menurut penjelasan diatas menunjukan bahwa anak usia sekolah lebih senang untuk belajar sambil bermain dengan kelompoknya. Dari hasil di atas dapat membuktikan bahwa simulasi berguna atau mampu untuk meningkankan tingkat pengetahuan responden tentang gosok gigi karena simulasi mampu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang cara menggosok gigi yang benar,selain itu simulasi juga dianggap oleh sebagian responden lebih menarik dari pada hanya melakukan demonstrasi di depan kelas sehingga membuat responden lebih semangat untuk mengetahuai dan lebih bisa memahami apa yang disimulasikan oleh peneliti, simulasi juga dapat meningkatkan imajinasi responden tentang cara menggosok gigi sehingga membuat responden paham dan lebih mengerti (Anitah,W.dkk,2009). Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian belum menemukan sumber terkait tentang lama waktu simulasi gosok gigi. Jadi penelitian hanya melakukan penelitian 1 minggu.
9
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik responden sebanyak 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 responden kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol. Sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 35 orang atau 58.3 %. Sebagian responden pada kelompok intervensi tingkat pengetahuan cara menggosok gigi sebelum simulasi gosok gigi pada kelompok intervensi sebagian besar responden yaitu 21 orang (70%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang Sebagian responden pada kelompok kontrol tingkat pengetahuan cara menggosok gigi sebelum simulasi gosok gigi pada kelompok kontrol sebagian besar responden yaitu 26 orang (86,7%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Ada pengaruh yang signifikan antara simulasi gosok gigi yang benar terhadap peningkatan pengetahan siswa di SD Sendang Mulyo 03 Kedungmundu (Pvalue = 0,000, α= 0,005). Daftar Pustaka [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Anitah, W.., Sri. et, al (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : UniversitasTerbuka AR,Syamsudin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Darwita, Risqa Rina. (2011). Efektivitas Progam Sikat Gigi Bersama Terhadap Risiko Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar. J Indon Med Assoc. Depdiknas.(2005).Kumpulan Metode Pembelajaran/ Pendampingan. Jakarta : Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
10
Khomsan.(2008),Metode Penelitian available: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-leilanisya5085-4-babiii.pdf, (5 Mei 2013) Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle K, Lwanga SK. (1997). Besar Sampel dalam Machfoedz, Ircham (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak – Anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitrimaya Mada University Press. Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo,soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta Nurhidayati,et al. (2012) . Perbandingan Media Power Point Dengan Flip Chart Dalam Meningkatkan Pengetahuankesehatan Gigi Dan Mulut. (akses tanggal 2 mei 2013). Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Menelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika Penelitian Kesehatan. Pramono D, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Petersen
(2004). Cara Orang Belajar http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-erlinawati6603-3-babii.pdf (5 mei 2013)
:
Sari et al. 2012. Pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode simulasi ular tangga terhadap perubahan pengetahuan,sikap,dan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah di SD wilayah Paron Ngawi. (Akses tanggal 5Mei 2013). Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta : Mitra Medika Sekar et al, (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik Modifikasi Bass Dengan Ketrampilan Dan Kebersihan Gigi Mulut Pada Anak Mi At-Taufiq Kelas V. (akses tanggal 5 mei 2013) Sriyono, Niken W. (2009). Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta ; Mediaka Fakultas Kedokteran UGM. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
11
Suryawati, P.N. (2010). 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta: DianRakyat. Tarigan, Rasinta. (2004). Perawatan pulva gigi (endodontil) edisi 2. Jakarta: EGC Triarso, Agus (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-erlinawati6603-3-babii.pdf,(5mei 2013) Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC.
12