PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri
Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi. Desain penelitian ini adalah Pre–Eksperimen dengan One Group Pre–Post Test Design. Populasinya sebanyak 30 siswa dengan menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan dengan analisa Deskriptif. Berdasarkan hasil sebelum penyuluhan menunjukkan dari 30 responden yang diteliti, paling banyak dalam kriteria cukup 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan didapatkan hasil dengan kriteria baik menjadi 21 responden (70%). Analisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V adalah pemberian penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan petugas kesehatan lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan baik pada anak – anak melalui program UKGS secara rutin tentang perawatan gigi. Kata Kunci : penyuluhan, pengetahuan, dan perawatan gigi Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajad kesehatan secara optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000). Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi, karang gigi, gusi meradang / berdarah, plak dan sakit gigi. Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak. Menurut data terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan dari Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, sekitar 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Dalam hal kebiasaan menggosok gigi, sebanyak 91% penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari, namun hanya 7% yang menggosok gigi dua kali di waktu
yang benar, yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Hasil riset juga menunjukkan hanya 7,3% penduduk yang dinilai telah menggosok gigi dengan benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2007 juga memperlihatkan data memprihatinkan bahwa sebanyak 89% anak-anak dibawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Dengan kata lain hanya 11% anak Indonesia yang terbebas dari karies. Lebih lanjut, menurut Riset Internal yang dilakukan oleh Unilever tahun 2007, hanya terdapat 5,5% masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi. Sedangkan data dari Puskesmas Kepung menunjukkan angka kesakitan gigi pada anak sejumlah 30 anak setiap bulannya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, dari 10 siswa yang dilakukan wawancara, 10 siswa tersebut mengatakan bahwa mereka menyukai makanan yang manis seperti permen namun terkadang lupa untuk menyikat gigi ataupun berkumur setelahnya oleh karena itu sekarang mengalami masalah gigi berlubang. Didapatkan data bahwa 3 siswa mengatakan menyikat gigi dilakukan di pagi hari sebelum sekolah namun jarang sikat gigi di malam hari, terdapat 5 siswa mengatakan sikat gigi pada pagi dan sore hari saat mandi , dan ada 2 siswa mengatakan sikat gigi pada pagi dan sore hari serta pernah diperiksakan ke petugas kesehatan namun tidak secara rutin. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh menyeluruh. Peradangan yang terjadi didalam gigi karena gigi berlubang dapat menyebabkan kuman masuk melalui pembuluh darah dan menyebar ke organ lain yang vital fungsinya. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat terpisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (FKG UPB, 2008). Notoatmodjo cit Fankari (2004) menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi pada masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan perawatan gigi. Faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung dengan terjadinya proses karies atau gigi berlubang antara lain adalah struktur gigi, morfologi gigi, susunan dari gigi geligi di rahang, derajad keasaman air ludah (saliva), kebersihan mulut dan Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang Perawatan Gigi ...
frekuensi makan makanan manis. Faktor tersebut berinteraksi, berkaitan dan mempunyai urutan besar peranan tertentu. Selain itu ada beberapa faktor luar sebagai faktor penyebab dan penghambat yang berhubungan secara tidak langsung dengan proses terjadinya gigi berlubang (karies) antara lain, usia, jenis kelamin, suku bangsa, letak geografis, tingkat ekonomi, kultur sosial serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. Penyebab tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya karena faktor perilaku dan pelayanan kesehatan gigi yang belum merata. Selain itu penyebab utama terjadinya kerusakan gigi berawal dari bagaimana pola hidup manusia itu sendiri. Apalagi pada anak usia sekolah dasar yang seringkali kurang perhatian dari orangtua nya dalam memilih jajanan sehat di lingkungan sekolah. Anak usia sekolah dasar yang kebanyakan lebih menyukai makanan yang manis – manis tanpa memperhatikan akibat yang akan dirasakan pada kemudian hari. Sebab tanpa adanya perawatan dan perhatian khusus kepada gigi memperbesar kemungkinan kerusakan gigi sejak dini. Permasalahan gigi pada anak apabila tidak segera ditangani dapat mengganggu sistem pencernaan, mengurangi nafsu makan pada anak (Maulani, 2005). Apabila gangguan sistem pencernaan tidak segera ditangani, maka hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut terganggu. Oleh karena itu penyuluhan Perawatan gigi merupakan cara yang tepat untuk mengubah perilaku hidup yang tidak sehat itu serta dapat membantu dalam masalah perawatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah. Dengan adanya penyuluhan ini dapat memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut serta memberi motivasi kepada siswa tentang merawat dan memelihara kesehatan gigi. Disamping itu sebagai upaya promotif dan preventif bagi siswa yang terkena maupun yang belum mengalami masalah gigi dan mulut Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas V tentang perawatan gigi di SDN Kepung III tahun 2013?”
2
Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawatan Gigi Pada Siswa Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 sebelum penyuluhan. b. Mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 setelah penyuluhan. c. Menganalisa Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013. Metode Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain Pre – Eksperimental yaitu One Group Pre – Post Test Design. Variabel penelitian ini adalah penyuluhan tentang perawatan gigi sebagai variabel independen dan variabel dependen adalah pengetahuan siswa kelas V SD N Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013. Penelitian diselenggarakan di SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, adapun waktu penyelesaian penelitian yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Oktober - November 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 yang berjumlah 30 responden. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah s semua siswa kelas V SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah Total sampling. Analisis data dilakukan melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis statistik menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Prosentase 1 10 tahun 7 23% 2 11 tahun 16 54% 3 12 tahun 7 23% Jumlah 30 100 %
Dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa responden terbanyak berusia 11 tahun 54% (16 responden). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1 Laki – Laki 12 40% 2 Perempuan 18 60% Jumlah 30 100 %
Dari 30 responden yang diteliti didapatkan bahwa terbanyak adalah responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 60% (18 responden). 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi No Sumber Informasi Jumlah Prosentase 1 Televisi 24 77% 2 Petugas Kesehatan 5 16% 3 Guru 1 7% 4 Radio 0 0% 5 Teman 0 0% 6 Koran 0 0% Jumlah 30 100 %
Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data bahwa responden terbanyak mendapat informasi dari televisi sebanyak 77% (24 responden) dan tidak ada responden yang mendapat informasi dari teman, radio, atau koran ( 0% ). 4. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Sebelum Penyuluhan Tabel 4. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Sebelum Penyuluhan No Tingkat Jumlah Prosentase Pengetahuan 1 Baik 1 3% 2 Cukup 18 60% 3 Kurang 11 37% Jumlah 30 100 %
Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data bahwa pengetahuan responden sebelum penyuluhan terbanyak mempunyai kriteria cukup sebesar 60% (18 responden).
5. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Setelah Penyuluhan
maka akan terbentuk sikap positif dimana perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dimana seseorang mampu mengetahui, memahami, tapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan responden sebelum penyuluhan didapatkan dari sumber informasi yang terbanyak mendapat informasi dari televisi. Karena mereka mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan gigi yang benar sebelumnya dan hanya mengetahui sekilas tentang cara merawat gigi di televisi. Oleh karena itu responden hanya mampu untuk mengetahui dan memahami tapi kurang menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi pengetahuan yang didapatkannya. Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah membantu mensosialisasikan program kesehatan gigi di lingkungan sekolah melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) untuk memberikan informasi pada anak sekolah agar melakukan perawatan gigi dengan cara yang benar. 2. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Setelah Diberikan Penyuluhan Setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai responden baik menjadi 21 responden (70%), 9 responden (30%) dengan kriteria cukup, dan tidak ada responden (0%) dengan kriteria kurang. Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui untuk melakukan penelitian terhadap materi / objek. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan yang baik maka akan terbentuk kesadaran dan sikap yang positif dimana perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dimana seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengsintesis dan mengevaluasi pengetahuan. (Notoatmodjo, 2007) Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden didapatkan dari pendidikan kesehatan (penyuluhan). Dengan adanya penyuluhan tentang perawatan gigi responden akan mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang perawatan gigi yang benar. Karena pemberian penyuluhan kepada responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Sehingga responden mampu untuk mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisa, hingga mengevaluasi pengetahuan yang didapatkannya. Peran perawat atau tenaga kesehatan lainnya adalah membantu memberikan penyuluhan kepada anak sekolah secara rutin agar diharapkan
Tabel 5. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Setelah Penyuluhan No Tingkat Jumlah Prosentase Pengetahuan 1 Baik 21 70% 2 Cukup 9 30% 3 Kurang 0 0% Jumlah 30 100 %
Dari 30 responden yang diteliti didapatkan data bahwa pada setelah penyuluhan responden terbanyak masuk dalam kriteria baik 70% (21 responden) 6. Analisis Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa kelas V SDN Kepung III Tabel 6. Analisis Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa kelas V SDN Kepung III No Tingkat Sebelum Sesudah Pengetahuan Jumlah % Jumlah % Baik 1 3% 21 70% Cukup 18 60% 9 30% Kurang 11 37% 0 0% Total 30 100 % 30 100 %
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden. Dengan analisa deskriptif diperoleh data dari 30 responden sebelum penyuluhan bahwa 1 responden (3%) dengan kriteria baik, 18 responden (60%) dengan kriteria cukup, dan 11 responden (37%) dengan kriteria kurang. Setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai responden baik menjadi 21 responden (70%), 9 responden (30%) dengan kriteria cukup, dan tidak ada responden (0%) dengan kriteria kurang. Hal ini menunjukkan ada pengaruh penyuluhan tentang perawatan gigi terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas V tentang perawatan gigi di SDN Kepung III Tahun 2013, dimana dengan penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gigi. Pembahasan 1. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Gigi Sebelum diberikan Penyuluhan Pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan menunjukkan bahwa dari 30 responden hanya ada 1 responden (3%) dengan kriteria baik, 18 responden (60%) dengan kriteria cukup, dan 11 responden (37%) dengan kriteria kurang. Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui untuk melakukan penelitian terhadap materi / objek. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan yang baik Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang Perawatan Gigi ...
4
anak mengerti dan paham serta mampu melakukan perawatan gigi dengan benar. 3. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang Perawatan Gigi Di SDN Kepung III Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian sebelum penyuluhan didapatkan bahwa terbanyak responden masuk dalam kriteria cukup yaitu sebesar 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan, adapun hasil yang didapatkan bahwa nilai responden baik menjadi 21 responden (70%). Dari data ini diketahui terdapat 3 responden mengalami peningkatan pengetahuan dari 18 responden kriteria cukup menjadi 21 responden kriteria baik. Adapun faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan diantaranya adalah penyuluhan (Arikunto, 2000). Penyuluhan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007). Perbedaan pelaksanaan perawatan gigi pada masing – masing individu berbeda – beda. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah sumber informasi tentang perawatan gigi yang didapat sebelumnya, dimana responden terbanyak mendapat informasi dari televisi sebesar 24 responden (77%) dan masuk dalam kriteria cukup sebesar 18 responden (60%). Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan gigi, sebanyak 21 responden (70%) masuk dalam kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan harapan, seorang tenaga kesehatan dalam memberikan promosi kesehatan perlu memperhatikan banyak hal, diantaranya adalah selalu memberikan support positif pada anak sekolah diharapkan agar meningkatkan kualitas perawatan gigi pada anak sehingga masalah kesehatan gigi dapat dikurangi.
2. Pengetahuan responden tentang perawatan gigi setelah diberikan penyuluhan diketahui 21 responden (70%) dengan kriteria Baik. 3. Analisis pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas V SD tentang perawatan gigi di SDN Kepung III Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan hasil bahwa pemberian penyuluhan tentang perawatan gigi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden dari kriteria cukup sebanyak 18 responden (60%) menjadi kriteria baik sebanyak 21 responden (70%). Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Disarankan bagi tempat penelitian untuk bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk melaksanakan program UKGS secara rutin sehingga pengetahuan siswa tentang perawatan gigi dan kesehatan gigi akan meningkat. 2. Bagi Responden Disarankan kepada responden untuk memahami pentingnya perawatan gigi yang benar dan mampu mengaplikasikan dalam kebiasaan sehari – hari. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan kesehatan tentang perawatan gigi baik di pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, maupun lingkungan masyarakat mengingat masih tingginya angka kesakitan gigi pada anak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan adanya keterbatasan peneliti disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian tentang kesehatan gigi dan dilakukan ditempat lain dengan responden yang memadai sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang valid
DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan 1. Pengetahuan responden tentang perawatan gigi sebelum penyuluhan berada pada kriteria kurang yaitu 11 responden (37%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden belum memiliki pengetahuan tentang perawatan gigi.
Aziz, Ahmad dr. (2004). Panduan Singkat Gigi Dan Mulut, Ed. 1. Jakarta Pustaka. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta Cipta
Kesehatan : Prestasi Penelitian : Rhineka
Azwar. (1983) dikutip Machfoedz. (2003) Depkes RI. (1992) dikutip dari Edi Wiyanto (2010). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Anak Tentang Menggosok Gigi. Depkes RI. (2000). Kesehatan Gigi Dan Mulut Nasional. Hermawan, Rudi. (2010). Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta : Buku Biru. Maulani, drg. Chaerita. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orangtua Dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak – Anaknya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar. Ed. 2. Jakarta : Rhineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Ed. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pratiwi, Ayu. (2007). Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Riset Kesehatan Dasar. (2007). Sariningsih, drg. Endang. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Elex Media Komputindo. Suryadi. (2009). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Tamsuri, Anas. (2004). Riset Keperawatan. Kediri : Pamenang Press. Wong, Donna L. (2006).dikutip oleh Dyah Hayu. (2008). Mengenal Tumbuh Kembang Anak Sejak Kecil. http://pmkes.blogspot.com/2010/04/penyuluhan.html http://abidinblog.blogspot.com/2008/12/kesehatangigi-dan-mulut.html Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V SD Tentang Perawatan Gigi ...
6