PENGARUH METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SELF CONCEPT SISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nonik Wus Rahayu NIM 09108244039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013
ii
iii
iv
MOTTO “Awalnya seseorang dilahirkan tanpa mengenali dirinya, kemudian belajar untuk mengenali dirinya dan menjadi pengenal, kemudian ia akan belajar untuk dikenali”
(Willian James, 1890)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Allah SWT, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari ibadahku untukMu 2. Kedua orang tuaku (Bapak Riyono dan Ibu Karbini), atas doa dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 3. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta
vi
PENGARUH METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SELF CONCEPT SISWA Oleh Nonik Wus Rahayu NIM 09108244039 ABSTRAK Berdasarkan data hasil need assessment (analisis kebutuhan) siswa masih memiliki self concept rendah. Self concept siswa yang rendah terjadi karena adanya interaksi yang kurang dibangun dalam proses pembelajaran. Hubungan atau interaksi yang baik dalam proses pembelajaran dapat membentuk self concept yang positif. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh metode kerja kelompok terhadap self concept siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Quasi Eksperimen. Populasi penelitian ini sebanyak 27 siswa yang merupakan siswa kelas VA dan VB SDN Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian di validasi secara empirik dan expert judgement. Hasil uji coba instrument dari 30 butir angket yang dipersiapkan terdapat 25 butir yang dinyatakan valid dan uji reliabilitas sebesar 0,885. Analisis data yang digunakan menggunakan statistik deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok memiliki rata-rata nilai self concept lebih tinggi dibanding kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata nilai posttest angket self concept kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil posttest menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 83,57 sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 77,23. Kata kunci : metode kerja kelompok, metode ceramah, self concept
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kebaikan-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi “PENGARUH METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP SELF
CONCEPT SISWA” ini dengan sebaik – baiknya. Tugas ini ditulis sebagai realisasi untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi, sekaligus diajukan kepada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapat gelar sarjana
pendidikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. M. A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di UNY.
2. Bapak Dr. Sugito, M. A, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ibu Hidayati, M. Hum, selaku Ketua Jurusan PPSD yang telah memberikan bimbingan dalam pengambilan tugas akhir skripsi.
4. Bapak Dr. Suparno, M. Pd. dan Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan ikhlas membimbing saya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.
viii
6. Para dosen Jurusan PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan ilmu dan membekali saya pengetahuan.
7. Orangtua yang selalu memberikan doa dan memberikan tetesan keringat demi pendidikan putrinya.
8. Adik saya Noor Aini Istiqomah yang selalu membantu dan mendengarkan curhatku sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan 9. Mas Tri Wibowo tercinta yang setia, tulus dan mendampingi dalam segala hal 10. Keluarga besar di Kulon Progo yang sangat saya cintai yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 11. Bapak Basuki, S. Pd selaku Kepala SD Negeri Kalikutuk, Sentolo, Kulon Progo yang telah memberikan ijin dan membimbing saya dalam penelitian di lapangan.
12. Ibu Karsiyah, S. Pd. SD dan Bapak Suparjono, S. Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Kalikutuk, Sentolo, Kulon Progo yang telah membantu dan mengarahkan saya dalam penelitian.
13. Veryl, Amir, Retno, Detty, Dita, Dewi, Rahma, Zeny dan Septian yang selalu membantu sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan 14. Semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan dan menyemangati saya dalam mengerjakan penelitian ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis,
Nonik Wus Rahayu
ix
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii PENGESAHAN .................................................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................
5
C. Batasan Masalah ..........................................................................................
5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................
6
G. Definisi Operasional ....................................................................................
7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Self Concept ................................................................................................ 8 1. Pengertian Self Concept .......................................................................... 8 2. Pembentukan Self Concept ...................................................................... 10 3. Struktur Self Concept ............................................................................... 12 4. Jenis-jenis Self Concept ........................................................................... 15 B. Metode Kerja Kelompok .............................................................................. 19
x
1. Pengertian Metode ................................................................................... 19 2. Metode Kerja Kelompok.......................................................................... 20 3. Bentuk-bentuk Kerja Kelompok .............................................................. 22 4. Langkah-langkah Kerja Kelompok .......................................................... 25 5. Dasar Pengelompokan dalam Kerja Kelompok ....................................... 27 6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kerja Kelompok ............................. 28 7. Peran Guru dalam Kerja Kelompok ......................................................... 31 8. Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Self Concept .................... 31 C. Metode Ceramah .......................................................................................... 33 1. Metode Ceramah ...................................................................................... 33 2. Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Self Concept…………………..... 35 D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 36 E. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 36 F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 38 BAB III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ....................................................................................... 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 39 C. Metode Penelitian ....................................................................................... 39 D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 41 F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 41 G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................................... 43 1. Uji Validitas ............................................................................................ 43 2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 46 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 47 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 49 1. Pelaksanaan Pretest ................................................................................. 50 2. Pelaksanaan Treatment ............................................................................ 51 3. Pelaksanaan Posttest ................................................................................ 59 4. Hasil Pretest ............................................................................................. 59
xi
5. Hasil Posttest ........................................................................................... 62 6. Perbedaan Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..... 65 7. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................... 66 B. Pembahasan .................................................................................................. 68 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 71 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................. 72 B. Saran ............................................................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74 LAMPIRAN ........................................................................................................ 77
xii
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................. 37 Gambar 2.Diagram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen................................... 60 Gambar 3.Diagram Nilai Pretest Kelompok Kontrol ......................................... 62 Gambar 4.Diagram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ................................. 63 Gambar 5.Diagram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ........................................ 65 Gambar 6.Diagram Perbedaan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest ................... 66
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1.
Desain Penelitian ............................................................................. 40
Tabel 2.
Kisi-kisi Instrumen Self Concept ..................................................... 42
Tabel 3.
Hasil Uji Validitas Angket Self Concept ......................................... 45
Tabel 4.
Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................ 51
Tabel 5.
Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................... 59
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ....................................................................................... 59
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Pretest Kelompok Kontrol ............................................................................................. 61
Tabel 8.
Distrbusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ....................................................................................... 62
Tabel 9.
Distrbusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ....................................................................................... 64
Tabel 10.
Rata-rata Nilai Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...... 65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1.
Instrumen Penelitian ............................................................... 78
Lampiran 2.
Data Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................ 84
Lampiran 3.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian........................ 88
Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................ 91
Lampiran 5.
Hasil Pretest dan Posttest Angket Self Concept ...................... 140
Lampiran 6.
Surat Ijin Penelitian ................................................................ 149
Lampiran 7.
Foto Penelitian ........................................................................ 155
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan sikap, perilaku dan reaksi terhadap orang lain. Ketika seseorang mempunyai pandangan yang positif tentang dirinya maka orang tersebut akan memiliki rasa optimis, percaya diri dan bangga akan dirinya. Pandangan positif tentang diri sendiri ini akan mendorong orang untuk berusaha mengerti kekurangan dirinya sebagai bahan evaluasi diri. Pandangan seseorang tentang dirinya sendiri dikenal dengan istilah self concept. Self concept mempunyai beberapa pengertian. Self concept menurut Mardatillah (2010:55), merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam bentuk pemikiran, dirasakan dengan perasaan dan ditunjukkan melalui perilaku, sebagai proses pembelajaran diri yang selalu berkembang. Self concept yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pemikiran, perasaan dan perilaku seseorang sesuai dengan keyakinan tentang dirinya sendiri. Self concept sebagai proses pembelajaran diri bersifat dinamis, artinya self concept senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan seseorang. Self concept menurut pandangan Shavelson dan Bolus (1982) dalam Daniel dan David (2008:218), “Self concept sebagai persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalamannya dengan lingkungan, interaksinya dengan significant others (orang lain yang memiliki arti penting) dan atribut tentang perilakunya sendiri”. Self concept tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi
1
merupakan hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya. Self concept berkembang sepanjang hidup. Self concept hendaknya dimiliki oleh setiap individu termasuk siswa sekolah dasar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Amaryllia (2007:6) yang menyatakan bahwa self concept diperlukan siswa untuk menumbuhkan keyakinan diri dalam meraih prestasi di sekolah. Ketika siswa mempunyai self concept positif tentang kemampuannya di sekolah, maka siswa akan senantiasa memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi dan mengembangkan diri. Siswa yang memiliki self concept positif akan merasa yakin dengan kemampuan dirinya sehingga siswa memiliki keyakinan diri bahwa siswa mampu, tidak bodoh dan yakin dapat meraih prestasi yang baik di sekolah. Pembelajaran di sekolah dasar seringkali kurang mengembangkan self concept yang positif pada diri siswa. Amaryllia (2007:22) mengemukakan bahwa, “Kadangkala sebagai orang tua ataupun guru, penekanan pengembangan diri lebih ditekankan kepada pencapaian sisi akademis saja. Pengukuran seperti nilai rapor, rangking ataupun prestasi dalam berolahraga, lebih dianggap sebagai indikator konsep positif dan keberhasilan anak anda”. Sebagai contoh ada siswa yang dikatakan tidak memiliki kelebihan akademik namun siswa tersebut mempunyai kemampuan untuk menghargai orang lain dengan lebih baik. Self concept seperti ini tidak berbeda dengan self concept positif pada bidang akademik. Perilaku positif seperti kejujuran, sabar dan menghargai orang lain merupakan hal positif yang dapat dikembangkan pada self concept siswa.
2
Self concept pada bidang akademik mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi siswa. Maureen (2007:12) berpendapat bahwa, “Self concept is frequently positively correlated with academic performance…” yang artinya self concept seringkali berkorelasi positif dengan penampilan akademik. Siswa dengan self concept tinggi akan mudah menyesuaikan diri dalam menyelesaikan tugastugas akademiknya, sebaliknya siswa dengan self concept rendah cenderung kurang bisa menyesuaikan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan tugas-tugas perkembangannnya. Siswa yang mempunyai self concept tinggi akan menerima diri sendiri, apa adanya, mempunyai harapan yang realistik dan kepercayaan diri yang tinggi. Self concept yang tinggi dapat diketahui dengan adanya penghargaan diri, sebaliknya self concept rendah dapat diketahui dengan adanya evaluasi diri yang negatif, rasa benci terhadap diri, minder, kurang dapat menerima diri dan merasa kurang berharga. Self concept yang positif sangat perlukan dalam proses pembelajaran. Amaryllia (2007:45) menuliskan bahwa seharusnya di usia sekolah dasar, ada kecenderungan anak memiliki self concept yang positif. Namun, berdasarkan hasil need assessment (analisis kebutuhan) terhadap siswa kelas VA dan VB di SDN Kalikutuk,
didapatkan data bahwa masih ada beberapa siswa kelas V SDN
Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki self concept rendah. Beberapa siswa yang mempunyai self concept rendah pada kelas VA yaitu sebanyak 4 dari 14 siswa atau sebesar 28.57% sedangkan kelas VB sebanyak 3 dari 13 siswa atau sebesar 23.04%. Dari hasil need assessment, siswa dengan self concept negatif cenderung memiliki prestasi yang rendah, lebih senang menyendiri, pasif, mudah
3
marah merasa tidak disukai dan hanya memiliki beberapa teman. Sedangkan siswa dengan self concept positif cenderung percaya diri, memiliki banyak teman dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Self concept yang positif dapat ditumbuhkan oleh guru salah satunya dengan menggunakan metode mengajar yang melibatkan siswa aktif untuk bekerjasama, namun hal tersebut belum peneliti temukan pada saat melakukan observasi di SDN Kalikutuk, dimana pelajaran disajikan melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang sangat minim untuk bekerjasama. Hal ini senada dengan pernyataan Maureen (2007:15), ”Techers also can promote self concept by fostering
supportive
mempromosikan
self
relationships concept
among
dengan
students”.
Guru
mengembangkan
juga
dapat
hubungan
yang
mendukung antara siswa. Kerjasama positif dalam kelompok akan mampu menjadikan siswa mendapat kesan yang baik tentang dirinya. Kesan yang baik tentang diri ini berpengaruh terhadap perkembangan self concept siswa. Kerja kelompok merupakan salah satu metode mengajar dengan mengkondisikan siswa ke dalam kelompok untuk mencapai bermacam-macam tujuan. Kegiatan ini tentu saja akan mampu melibatkan siswa secara aktif bekerjasama guna memperoleh kesan yang baik tentang dirinya. Pernyataan ini dikuatkan oleh Mulyani dan Johar (1999:149), salah satu kelebihan dari kerja kelompok adalah menciptakan kerja sama dan kekompakan antar anggota kelompok. Dengan terlibat aktif bekerjasama, siswa akan menjalin interaksi yang baik dengan teman kelompok. Pembagian peran dalam kelompok mampu melatih tanggung jawab tiap-tiap anggotanya. Interaksi dalam kelompok
4
ini menjadikan siswa memiliki kesan yang baik tentang dirinya, kemudian mampu mempengaruhi perkembangan self concept siswa. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara metode mengajar yang digunakan guru dengan self concept siswa. Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti bermaksud meneliti pengaruh metode kerja kelompok dan metode ceramah terhadap self concept siswa. B. Identifikasi Masalah 1. Siswa kelas V SDN Kalikutuk memiliki self concept yang rendah. 2. Siswa dengan self concept rendah pasif dan lebih senang menyendiri. 3. Ada kecenderungan siswa kelas V SDN Kalikutuk jarang melakukan kerja kelompok 4. Pelajaran disajikan melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang minim untuk saling berinteraksi C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, tentu tidak semua masalah akan dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya membatasi pada masalah rendahnya self concept siswa kelas V SDN Kalikutuk dan jarangnya kegiatan kerja kelompok. Peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara keduanya. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah kelas yang pembelajarannya
5
menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self concept-nya dibanding dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah?” E. Tujuan Penelitian Bertumpu pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode kerja kelompok dan metode ceramah terhadap self concept siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji tentang peningkatan self concept. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Memberikan informasi kepada guru, kepala sekolah dan wali murid mengenai pengaruh metode kerja kelompok terhadap self concept siswa di sekolah dasar, sehingga dapat digunakan sebagai masukan guru dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan guna meningkatkan self concept siswa. b. Bagi Siswa Siswa di sekolah dasar dapat termotivasi untuk meningkatkan self concept mereka melalui kerja kelompok, serta mampu menyadari pentingnya self concept bagi keberhasilan akademik
6
G. Definisi Operasional 1.
Self Concept Self concept merupakan pandangan siswa tentang diri yang diungkapkan dalam bentuk pemikiran, perasaan dan perilaku tentang segala
kekurangan
kelebihannya.
Pandangan
ini
akan
mempengaruhinya dalam berhubungan dengan orang lain. Siswa dikatakan memiliki self concept yang positif jika merasa yakin dengan kemampuan, peran dan status dirinya dalam kelompok, memiliki pandangan positif tentang bagaimana orang lain menilai dirinya dalam kelompok, serta memiliki optimis terhadap dirinya di masa depan. Sedangkan siswa dikatakan memiliki self concept negatif jika tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dalam kelompok, memiliki pandangan negatif tentang bagaimana orang lain menilai dirinya dalam kelompok dan pesimis terhadap diri di masa yang akan datang. 2.
Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok merupakan metode mengajar dengan mengkondisikan siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa, penempatan anggotanya didasarkan pada kemampuan, peran dan status akademik. Bentuk kerja kelompok yang digunakan adalah kerja kelompok jangka panjang.
3. Metode ceramah Metode ceramah adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Self Concept 1. Pengertian Self Concept Self concept berasal dari “Self Theory” yang dikemukakan oleh Carl Rogers (Calvin & Gardner,1993:126). Teori Roger tentang kepribadian lahir dari pengalaman-pengalamannya selama bekerja dengan indviduindividu. Roger (1959:200) dalam Calvin & Gardner (1993:134), self atau self concept merupakan: “Gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari „diri subjek‟ atau „diri objek‟ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara „diri subjek‟ atau „diri objek‟ dengan orang-orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini. Gestaltlah yang ada dalam kesadaran meskipun tidak harus disadari. Gestalt tersebut bersifat lentur dan berubah-ubah, suatu proses, tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas spesifik.” Syamsu dan Juntika (2007:7), “Self concept dapat diartikan sebagai: (a)persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya; (b)kualitas pensifatan individu tentang dirinya; dan (c)suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain terhadap dirinya”. Sedangkan Karen Farchaus Stein (1195:187) menjelaskan, “Self concept refers to a person total collection of cognitions about the self including self schemas, possible selves, and other less fully elaborated self image”. Self concept mengacu pada seluruh pengetahuan seseorang tentang dirinya termasuk skema diri, kemungkinan diri dan citra diri yang kemudian menghasilkan gambaran diri (self image).
8
James (1990:66), “Self concept merupakan ramalan yang dipersiapkan untuk diri sendiri. Pengharapan mengenai diri kita masing-masing menentukan sampai batas tertentu, bagaimana kita akan bertindak dalam hidup. Bila kita berpikir bahwa kita akan bisa, maka kita cenderung sukses. Bila kita berfikir bahwa kita mungkin gagal, maka sebenarnya kita menyiapkan diri untuk gagal”. Mardatillah (2010:52), self concept adalah pandangan, persepsi, nilai, kepercayaan dan segala hal yang berhubungan dengan seseorang itu sendiri. Ini juga berarti bahwa self concept merupakan hal yang sifatnya mampu menyesuaikan situasi dan kondisi lingkungan. Self concept dapat dijelaskan sebagai bagian dari jati diri seseorang baik yang diwujudkan dalam bentuk pemikiran, perasaan dan perilaku terhadap segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, sebagai bagian proses pembelajaran diri yang selalu berkembang. Hurlock (1986) dalam Syamsu dan Juntika (2007:7), self concept adalah salah satu bagian inti atau pusat gravitasi kepribadian. Self concept merupakan bagian penting dari kepribadian yang dipergunakan oleh siswa dalam mengembangkan dirinya secara optimal. Apabila proses pembentukan dan penerapan self concept siswa berjalan dengan baik maka akan menimbulkan hal-hal yang baik pula bagi pengembangan dirinya seperti sikap yang optimis, percaya diri, pandai mengelola emosi dan sebagainya. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa self concept adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya. Pandangan tentang diri akan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Self
9
concept merupakan bagian dari diri seseorang yang diwujudkan dalam bentuk pemikiran, perasaan dan perilaku tentang segala kekurangan dan kelebihannya. 2. Pembentukan Self Concept Hurlock (1980) dalam Mardatillah (2010:53), menyebutkan bahwa self concept bukan bawaan lahir, self concept merupakan hasil belajar karenanya self concept bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Self concept senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Self concept dipengaruhi oleh bentuk tubuh, status sosial, taraf intelegensi, nama dan sebagainya. Self concept terbentuk dan berkembang dari pengalaman hidup seseorang. . Shavelson dan Bolus (1982) dalam Daniel dan David (2008:218) mendefinisikan, “Self concept sebagai persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalamannya dengan lingkungan, interaksinya dengan significant others (orang lain yang memiliki arti penting) dan atribut tentang perilakunya sendiri”. Pendapat yang sama dikemukakan Amaryllia (2007:123), “self concept seseorang sangat bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi eksternal”. Contoh sewaktu masih kecil Nina seringkali dipuji oleh orang-orang di sekitarnya sebagai anak yang rajin, maka Nina akan menganggap dirinya sebagai anak rajin. Ketika Nina berpikir bahwa dirinya adalah anak yang rajin, maka ia merasa yakin bisa menyelesaikan tugas-tugas akademiknya dengan baik.
10
Mardatillah (2010:52), self concept menjadi hal penting untuk diketahui dan diterapkan sehingga ketika seseorang telah mengenal dirinya dengan baik tentang kelebihan dan kekurangannya, maka orang tersebut dapat memperbaiki dan mempertahankan apa yang menjadi jati dirinya. Self concept perlu diarahkan positif pada siswa sejak dini sehingga ketika dewasa mereka telah mengenal dirinya dengan baik. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan James (1990:76), “self concept terus berkembang sepanjang hidup, tetapi cenderung berkembang sepanjang garis yang telah terbentuk pada awal masa kanak-kanak”. Self concept menjadi pondasi awal bagi tumbuh kembang siswa, sehingga bisa diibaratkan sebagai pondasi dalam bersosial. Sumadi (2006:260), self mempunyai bermacam-macam sifat: a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar c. Self mengejar (menginginkan) konsistensi (keutuhan/kesatuan, keselarasan) d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (konsisten) dengan self e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pengamatan (maturation) dan belajar
Amaryllia (2007:5) menjelaskan proses terbentuknya self concept, “Self concept dalam penerapan sehari-hari dapat terlihat melalui proses terbentuknya percaya diri. Mekanisme percaya diri dapat dijelaskan sebagai berikut: seseorang yang memiliki self concept positif tentu akan memiliki perasaan positif dalam dirinya. Perasaan positif inilah yang menyebabkan adanya perkembangan komunikasi maupun identitas diri yang lebih baik pada diri seseorang. Tingkat percaya diri yang tinggi memiliki pengertian bahwa pada diri seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tersebut dapat
11
menerima dirinya tentu akan mengevaluasi dirinya secara positif. Sebaliknya, self concept yang rendah pada seseorang akan memunculkan persepsi negatif, yang tentunya akan menimbulkan rendahnya percaya diri. Self concept itu sendiri kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi diri kita sendiri.” Jerald and Patrick (1986:35), “One important way in which students form self concept about their academic abilities ( as well as a broad range of other characteristic) is by a social comparison process: in particular by comparing themselves with their schoolmates”. Salah satu cara penting siswa membentuk self concept tentang kemampuan akademis mereka (serta berbagai karakteristik lainnya) adalah dengan proses perbandingan sosial, khususnya membandingkan diri mereka dengan teman sekolahnya. Dari penjabaran teori-teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa self concept tidak lahir begitu saja tetapi terbentuk dan berkembang dari pengalaman hidup seseorang sehingga sifatnya dinamis. Pandangan tentang kelebihan dan kekurangan diri ini akan mempengaruhi sikap, pikiran dan tingkah laku seseorang. 3. Struktur Self Concept Amaryllia (2007:19), self concept terbentuk dari beberapa struktur atau pola pandang yang dirasakan individu. Pola pandang yang tersebut adalah: a. Pola pandang diri subjektif (subjective self) yakni cara pengenalan diri yang berasal dari bagaimana orang melihat dirinya sendiri. Secara umum, biasanya diri yang dipikirkan terdiri dari gambaran-gambaran
12
diri (self image), baik itu potongan visual (seperti bentuk wajah dan tubuh yang dicermati ketika bercermin), persepsi diri (didapat melalui komunikasi terhadap diri sendiri ataupun pengalaman bersosialisasi dengan orang lain) b. Bentuk dan bayangan tubuh (body image), yakni pandangan atau pengalaman
emosional
yang
memberikan
pengaruh
terhadap
bagaimana seseorang mengenali bentuk fisiknya. c. Perbandingan ideal (the ideal self), yakni pengenalan diri melalui cara membandingkan diri dengan sosok ideal yang diharapkan oleh seseorang. Proses pembentukan diri ideal terbentuk dari harapan diri, seperti ingin lebih cantik, lebih pandai, taat beribadah, taat pada orang tua dan sebagainya. d. Pembentukan diri sosial (the social self), adalah melihat diri seperti yang dirasakan orang lain. Dalam hal ini seseorang mencoba untuk memahami penilaian orang lain terhadap dirinya. Hal yang hampir sama juga dikemukakan William James dalam Mardatillah (2010: 57) mengenai struktur self concept. Self concept merupakan suatu pandangan diri yang sifatnya menyeluruh tentang seluruh keunikan yang dimiliki individu. Self concept terbagi atas tiga hal penting yakni: a. konsep diri yang disadari (pandangan individu akan kemampuan, status dan perannya)
13
b. konsep sosial atau aku menurut orang lain (pandangan individu tentang bagaimana orang lain menilai dirinya) c. konsep ideal (harapan individu tentang akan menjadi apa dirinya kelak). Pandangan mengenai dimensi self concept yang sama dikemukakan oleh James (1990:67), “Self concept adalah pandangan diri tentang diri kita. Potret diri mental ini memiliki tiga dimensi yakni pengetahuan individu tentang diri sendiri, pengharapan individu mengenai diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri”. Struktur self concept serupa juga dikemukakan Syamsu dan Juntika (2007:7), yaitu: a. perceptual atau physical self-concept adalah citra seseorang tentang penampilan dirinya (fisik) b. conceptual atau psychological self-concept adalah konsep seseorang tentang kemampuan dan ketidakmampuan dirinya c. attitudinal, menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggan dan keterhinaannya. Selain itu Alena (2008) menyebutkan, “eight domain that make up an adolescent’s self concept: scholastic competence, athletic competence, physical appearance, peer acceptance, close friendships, romantic relationships, job competence, conduct / morality”. Delapan aspek yang membentuk self concept seseorang: kemampuan akademik, kemampuan fisik,
penampilan
fisik,
penerimaan
lingkungan,
persahabatan,
hubungan dengan lawan jenis, kompetensi kerja, perilaku/moralitas. Lingkungan sekolah memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan aspek-aspek tersebut.
14
4.
Jenis-jenis Self Concept James (1990:72-74) membagi self concept menjadi dua jenis yakni self concept positif (tinggi) dan self concept negatif (rendah). a. Self concept positif Self concept positif adalah rasa bangga tentang apa yang ada dalam diri sendiri. Self concept positif akan menghasilkan rasa optimis, percaya diri dan sikap positif terhadap segala sesuatu. Siswa dengan self concept tinggi akan mampu menghargai dirinya dan melihat halhal positif yang dapat siswa dilakukan demi keberhasilan di masa depan. George (1997:320), “Perhatian positif terhadap diri sendiri yaitu kehormatan, rasa bangga, citraan yang baik pada diri sendiri, dan lain sebagainya. Kita memperoleh perhatian positif terhadap diri sendiri ini dengan merasakan perhatian positif yang diberikan orang lain kepada kita selama masa-masa pertumbuhan. Tanpa adanya perhatian terhadap diri sendiri ini, kita akan merasa kecil tak berdaya dan tak berguna, dan sekali lagi kita akan gagal menjadi apa yang seharusnya. Mardatillah (2010:62), mengemukakan ciri-ciri self concept positif yakni : 1) 2) 3) 4)
Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah Ia merasa setara dengan orang lain Ia menerima pujian tanpa rasa malu Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat 5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Aspek-aspek self concept yang positif menurut Lutan (2001:8992) dalam Djukanda (2008) diantaranya adalah sebagai berikut:
15
1) Merasa diakui lingkungan sekitar Siswa merasa diakui dan dihargai oleh lingkungan sosialnya, termasuk lingkungan belajar. Dalam lingkungan belajar siswa membutuhkan adanya pengakuan guru dan teman. Hal ini merupakan salah satu unsur untuk memperkuat self concept yang positif. 2) Merasa mampu Siswa yang memperoleh kesempatan dan pengalaman sukses dalam belajar umumnya memiliki self concept yang positif. Ia akan merasa mampu melaksanakan tugas yang disampaikan guru. Pada kasus siswa yang mengalami kegagalan, guru memegang peranan penting untuk meminimalkan dampak terbentuknya self concept yang negatif, sebaliknya apabila guru tidak mampu memotivasi siswa, kemugkinan besar siswa akan pesimis dan selalu rendah diri. 3) Merasa patut Guru harus memilki kepedulian tinggi terhadap kemampuan setiap siswa yang berbeda satu sama lain. 4) Menerima keadaan diri sendiri Guru merupakan sumber utama bagi setiap siswa untuk memperoleh penghargaan akademik. Pengahargaan akademik akan membesarkan hati siswa karena ditumbuhkan kesan yang baik tentang dirinya.
16
5) Menerima keterbatasan Siswa yang memiliki self concept positif dapat memahami kelemahan dan menerima keterbatasan dirinya. 6) Keunikan Guru harus menyadari bahwa setiap siswa memiliki sifat dan kemampuan yang berbeda. Menghormati dan menghargai setiap perbedaan siswa berpengaruh pada pembentukkan sikap positif diri siswa yang bersangkutan. b. Self concept negatif Self concept negatif adalah penilaian negatif terhadap diri. Seseorang menilai dirinya tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperoleh, tampaknya tidak berharga dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain. Siswa dengan self concept negatif meyakini dan memandang dirinya lemah, bodoh, tidak dapat berbuat apa-apa, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai, pesimis dan tidak bersemangat terhadap hidupnya. Indikator self concept yang negatif menurut Alena (2008:2) “Signs of negative self concept is doing poorly in school, having few friends, putting down on self and other, rejecting compliments, teasing others, showing excessive amounts of anger, being excessively jealous, appearing conceited or, hesitating to try new things”. Tanda anak yang memiliki self concept negatif diantaranya adalah berperilaku buruk di sekolah, hanya memiliki beberapa
17
teman, menganggap rendah dirinya, menolak pujian, mengganggu orang lain, marah yang berlebihan, terlalu cemburu, terlalu sombong, ragu untuk mencoba hal baru. Mardatillah (2010:62), karakteristik self concept yang negatif dijelaskan sebagai berikut: 1) Ia peka tehadap kritik dari orang lain. Bagi individu ini kritikan diterima sebagai ejekan untuk merendahkan dirinya. Dia sangat tidak tahan terhadap kritik dan cenderung marah. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, ia cenderung menghindari percakapan terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru. 2) Ia sangat responsif terhadap pujian dan bereaksi secara berlebihan 3) Ia sangat hiperkritis terhadap orang lain, banyak mengeluh, mencela dan meremehkan orang lain 4) Bersikap pesimis terhadap masa depan sehingga mudah putus asa ketika menghadapi permasalahan 5) Memusuhi orang lain dengan menunjukkan sikap kurang bersahabat dan tidak mampu membangun hubungan yang baik Alena (2008:1) menjelaskan “Self concept refers to self evaluation or self perception and it represents the sum of an individual’s beliefs about his or her own attributes. Self concept reflects how an adolescent evaluates himself or herself in domains (or areas) in which he or she considers success important. An adolescent can have a positive self concept in some domains and a negative self concept”. Self concept mengacu pada evaluasi diri atau persepsi diri dan keyakinan individu tentang dirinya. Self concept mencerminkan bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya, dimana ia menganggap penting keberhasilan. Seseorang dapat memiliki self concept yang positif dan self concept yang negatif. Dari penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa self concept terbagi menjadi dua jenis yakni self concept positif dan self
18
concept negatif. Self concept positif adalah pandangan positif seseorang tentang dirinya yang akan menghasilkan rasa optimis, percaya diri dan bersikap positif terhadap segala sesuatu. Sementara self concept negatif adalah penilaian negatif terhadap diri yang ditunjukkan dengan meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak dapat berbuat apa-apa, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak bersemangat terhadap hidupnya. B. Metode Kerja Kelompok 1. Pengertian Metode Sri Anitah (2008: 24), metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa. Menurut Joni dalam Sri Anitah (2008: 24), metode adalah berbagai cara kerja yang sifatnya umum untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap metode memiliki langkah-langkah atau prosedur penggunaan tersendiri. Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011: 7), menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode bersifat prosedural. Wina Sanjaya (2008: 127), menyatakan bahwa metode merupakan cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran. Pengertian metode yang serupa juga diungkapkan oleh Miftahul Huda (2012:114), metode merupakan cara kerja yang teratur dan bersistem untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis.
19
Dari beberapa pengertian metode pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara kerja yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Metode berisi prosedur atau cara kerja yang mudah dan sistematis untuk melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran. Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 2. Metode Kerja Kelompok Mulyani dan Johar (1999:148) mendefinisikan metode kerja kelompok sebagai salah satu metode mengajar dengan mengkondisikan siswa ke dalam kelompok yang akan diberikan tugas untuk dibahas bersama. Menurut Moedjiono dalam Mulyani dan Johar (1999:48), metode kerja kelompok adalah kegiatan belajar mengajar yang memfokuskan pada interaksi antar siswa dalam kelompok guna menyelesaikan tugas belajar bersama. Tugas kerja kelompok harus dikerjakan bersama-sama, sehingga melalui interaksi positif diharapkan dapat mempererat hubungan antar siswa. Roestiyah dan Yumiarti (1985:15) menjelaskan bahwa kerja kelompok merupakan suatu cara mengajar yang membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok. Sementara Robert dan William dalam Roestiyah dan Yumiarti (1985:15) memberikan pengertian kerja kelompok adalah suatu kegiatan sekelompok siswa dengan jumlah kecil untuk kepentingan belajar. Kelompok terdiri dari 5 sampai 7 siswa yang akan bekerja sama untuk melaksanakan tugas tertentu. Tujuan dari
20
metode kerja kelompok yakni agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian metode kerja kelompok yang lain dikemukakan oleh Sudjana (2001:160), kerja kelompok adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok siswa dengan jumlah maksimal 10 orang untuk melaksanakan tugas tertentu dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini digunakan untuk membantu siswa agar mampu bekerjasama dalam kelompok yang sengaja dibentuk guna menyelesaikan tugas tertentu. Tugas yang diberikan dapat berkaitan dengan materi pelajaran ataupun materi diluar pelajaran. Syaiful (2010:215), kerja kelompok merupakan metode mengajar dimana siswa di ditempatkan dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara bekerja sama. Dalam metode kerja kelompok ini banyak jenis kegiatan dapat digunakan untuk mencapai bermacammacam tujuan. Pemilihan jenis kegiatan yang akan diberikan tergantung dari tujuan khusus kegiatan, umur dan kemampuan siswa, serta fasilitas pendukung yang ada. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode kerja kelompok adalah salah satu metode mengajar yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan jumlah anggota 5 sampai 7 siswa. Pembagian kelompok didasarkan pada jenis tugas yang akan diberikan tergantung dari tujuan kegiatan. Jenis tugas dapat mencakup materi pelajaran ataupun materi di luar pelajaran.
21
3. Bentuk-bentuk Kerja Kelompok Roestiyah N.K (1989:80) dalam Syaiful dan Aswan (2006:209), membagi pengelompokkan siswa dengan melihatnya dari segi waktu, kecepatan dan sifatnya. Penjelasannya: a. Waktu :1) Kelompok jangka pendek 2) Kelompok jangka panjang (3 bulan) b. Kecepatan :1) Kelompok anak cepat 2) Kelompok anak lambat c. Sifatnya :1) Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran 2) Kelompok atas dasar intelegensi 3) Kelompok atas dasar minat 4) Kelompok untuk memperbesar partisipasi 5) Kelompok untuk pembagian pekerjaan 6) Kelompok untuk belajar efisien untuk mencapai suatu tujuan Pendapat tentang pengelompokan berbeda dikemukakan oleh Conny Semiawan (1985:67) dalam Syaiful dan Aswan (2006:210). Conny Semiawan membagi jenis-jenis kerja kelompok sebagai berikut: a. Kelompok menurut pertemanan. Pengelompokan didasarkan pada pertemanan dekat yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa. b. Kelompok menurut kemampuan. Pengelompokkan didasarkan pada kecerdasan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu. c. Kelompok menurut minat. Pengelompokkan didasarkan pada kesenangan belajar siswa. Ahli lain menjelaskan jenis kerja kelompok dibagi atas dasar tugas yang diberikan untuk bekerjasama di dalam kelas atau di luar kelas. Pendapat ini dikemukakan oleh Udin dan Rustanta (1991) dalam Syaiful dan Aswan (2006:211) sebagai berikut: a. Pola bekerja paralel
22
Kelompok-kelompok diberikan tugas yang sama untuk dikerjakan. Hasil pekerjaan seluruh kelompok nantinya akan dibandingkan satu dengan yang lainnya untuk disimpulkan. b. Pola bekerja komplementer Masing-masing kelompok mendapat tugas yang berbeda satu sama lain. Walaupun setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda, namun masing-masing tugas merupakan satu kesatuan tentang materi yang mereka hadapi. c. Pola campuran paralel dan komplementer Dua kelompok atau lebih mendapatkan tugas yang sama sedangkan dua kelompok atau lebih lainnya mendapat tugas yang berbeda. Tugas kemudian akan dibahas dan dikaitkan satu sama lain yang pada akhirnya akan disimpulkan bersama. Bentuk-bentuk kerja kelompok yang serupa juga dikemukakan oleh Roestiyah dan Yumiarti (1985:18-19). Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan adalah: a. Kerja kelompok jangka pendek Bentuk kerja kelompok yang hanya mengambil waktu kira-kira 15 menit. Tujuannya untuk memecahkan suatu persoalan khusus. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membahas persoalan tersebut dalam waktu yang singkat. b. Kerja kelompok jangka panjang
23
Bentuk kerja kelompok yang memerlukan waktu panjang seperti 2 hari, 1 minggu atau mungkin 1 bulan. Banyaknya waktu yang diperlukan tergantung dari banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan tugas kelompoknnya, siswa diperbolehkan membantu menyelesaikan tugas kelompok lain. c. Kerja kelompok campuran Pada bentuk kelompok campuran, siswa dibagi dalam kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajarnya. Guru harus menyediakan tugas belajar yang sesuai dengan kemampuan setiap kelompok. Guru perlu memberikan petunjuk yang jelas sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan dan diharapkan dari mereka masing-masing. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk kerja kelompok secara umum dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni kerja kelompok berdasarkan waktu, kerja kelompok berdasarkan kecepatan dan kerja kelompok berdasarkan sifat. Kerja kelompok berdasarkan waktu merupakan bentuk pengelompokkan siswanya yang didasarkan pada pendek atau panjangnya waktu yang diperlukan
untuk
dapat
menyelesaikan
tugas.
Kerja
kelompok
berdasarkan kecepatan adalah bentuk pengelompokkan siswa yang didasarkan pada kemampuan siswa, seperti kelompok anak cepat dan kelompok anak lambat. Kerja kelompok berdasarkan sifatnya merupakan
24
bentuk pengelompokkan siswa yang didasarkan pada sifat tugas yang diberikan. 4. Langkah-langkah Kerja Kelompok Menurut Roestiyah dan Yumiarti (1985:19-20), agar lebih maksimal kerja kelompok harus melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. b. c. d.
Menjelaskan tugas kepada siswa. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut. e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan. f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok Sudjana (2001:161-162), secara lebih lengkap menjelaskan langkahlangkah penggunaan metode kerja kelompok adalah: a. Tahap persiapan Pada tahap persiapan, pertama-tama guru menyiapkan tugas yang akan diberikan untuk mencapai tujuan belajar. Kedua, guru menyiapkan bahan belajar yakni topik dan masalah yang akan dipelajari kelompok. Selanjutnya, guru perlu menyusun prosedur pelaksanaan kerja kelompok dan menyiapkan fasilitas, alat serta waktu yang diperlukan. Terakhir, guru harus menyusun alat evaluasi kerja kelompok. b. Tahap pelaksanaan 1) Tahap pelaksanaan oleh guru. Pertama-tama guru harus menjelaskan tujuan, tugas, bahan belajar, prosedur pelaksanaan,
25
alat dan waktu untuk melakukan kerja kelompok. Selanjutnya, guru harus memotivasi siswa agar mau berpartisipasi maksimal dalam kerja kelompok. Ketiga, guru harus mampu melakukan pembagian kerja yang merata dalam kelompok. Terakhir, guru harus mampu membagi kelompok dengan memperhatikan keseimbangan
jumlah
anggota,
kemampuan
dan
pengorganisasian kelompok. 2) Tahap pelaksanaan oleh siswa. Pertama, siswa melakukan kerja kelompok untuk membahas atau mempelajari tugas yang diberikan guru. Lalu siswa melaksanakan tugas kelompok tersebut dengan bekerjasama. Selanjutnya kegiatan evaluasi oleh kelompok terhadap proses dan pelaksanaan tugas. Terakhir siswa menyusun laporan kelompok tertulis atau lisan intuk disampaikan kepada guru dan teman sekelasnya. c. Tahap akhir kegiatan Pada tahap akhir kegiatan, siswa dan guru melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil kerja masing-masing kelompok. Selanjutnya keseluruhan pelaksanaan kegiatan kelompok disusun dalam bentuk laporan akhir. Kegiatan terakhir yang harus dilakukan adalah evalusi terhadap tugas, bahan ajar dan proses kerja kelompok. Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah kerja kelompok terdiri atas tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir kegiatan. Pada tahap persiapan, guru mempersiapkan segala sesuatu
26
tentang tugas yang akan diberikan seperti bahan ajar, prosedur,fasilitas, waktu dan alat evaluasi kerja kelompok. Pada tahap pelaksanaan, siswa mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama dengan bantuan dan pengawasan guru. Pada tahap akhir kegiatan, siswa dan guru bersamasama mengevaluasi dan menyimpulkan hasil kerja kelompok. 5. Dasar Pengelompokkan dalam Kerja Kelompok Roestiyah dan Yumiarti (1985:15-16), pengelompokkan dalam kerja kelompok biasanya didasarkan pada: a. Alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya Karena jumlah alat yang tidak mencukupi, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat memanfaatkan alat-alat pelajaran sebaik mungkin tanpa harus menunggu giliran. b. Kemampuan belajar siswa Perbedaan kemampuan belajar siswa menjadi salah satu alasan perlunya dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masingmasing agar setiap siswa dapat belajar maksimal c. Minat khusus Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan d. Memaksimalkan partisipasi siswa Dengan berkelompok, kemungkinan siswa berpartisipasi dalam melaksanakan tugas menjadi lebih besar. e. Pembagian tugas
27
Untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok yang diberikan guru maka perlu adanya pembagian tugas yang jelas dalam kelompok f. Kerja sama yang efektif Siswa harus mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri dalam kelompok agar dapat mencapai tujuan bersama. 6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kerja Kelompok Mulyani dan Johar (1999:149-150) menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut, Kelebihan dari metode kerja kelompok: a. Siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya b. Siswa aktif bekerjasama dalam kelompok c. Mengembangkan keterampilan berdiskusi dan proses sosial Kelemahan metode kerja kelompok: a. Hanya memberikan peran kepada siswa yang aktif, sementara siswa yang pasif tidak berbuat apa-apa b. Fasilitas yang diperlukan bermacam-macam Syaiful (2010:216) menjelaskan, kelebihan metode kerja kelompok adalah membiasakan siswa bekerja sama, membangkitkan rasa kompetitif yang sehat dan melatih tanggung jawab anggota-anggotanya. Sementara kelemahan kerja kelompok diantaranya peyusunan kelompok bisa kurang proporsional dan pembagian kerja kadang-kadang tidak merata. Namun kelemahan metode kerja kelompok dapat diatasi asalkan guru mampu
28
membentuk kelompok-kelompok yang tepat. Pengelompokan tersebut tentu saja disesuaikan dengan jenis tugas yang akan diberikan. Pendapat tentang kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok yang hampir sama dikemukakan oleh Sudjana (2001:162). Berikut adalah kelebihan dan kelemahan kerja kelompok: Kelebihan: a. Dapat menumbuhkan semangat belajar siswa b. Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama, keakraban dan saling menghargai c. Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan gagasan dan pendapat dalam kelompok d. Memantapkan kegiatan belajar Kelemahan: a. Memerlukan persiapan yang lebih rumit b. Guru terkadang kesulitan dalam mengelola kegiatan team c. Fasilitas, alat dan biaya yang diperlukan lebih banyak d. Didominasi ketua kelompok Kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok secara lebih lengkap dijabarkan oleh Roestiyah dan Yumiarti (1985:17). Kelebihan metode kerja kelompok ialah: - Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunkan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah. - Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
29
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. - Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. - Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. - Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain: hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Tetapi disamping keunggulannya, metode kerja kelompok juga memiliki beberapa kelemahan: -
Sering hanya melibatkan siswa yang aktif.
-
Pelaksanaannya menuntut pengaturan tempat duduk dan gaya mengajar yang berbeda.
-
Keberhasilan metode kerja kelompok tergantung dari kemampuan siswa dalam memimpin kelompok Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok. Kelebihan metode kerja kelompok adalah menjadikan siswa aktif bekerjasama dalam team, mengembangkan keterampilan sosial siswa, menumbuhkan keakraban antar siswa dan membangkitkan semangat kompetitif yang sehat. Sementara kelemahan dari metode ini diantaranya adalah penyelesaian tugas didominasi siswa yang aktif, persiapan lebih rumit, fasilitas yang diperlukan bermacam-macam dan guru terkadang kesulitan dalam mengelola kegiatan.
30
7. Peran Guru dalam Kerja Kelompok Hasibuan dan Moedjiono (2004:25) memaparkan peran guru dalam kerja kelompok adalah sebagai: a. Manager Membantu siswa menempatkan diri dalam kelompok, tempat duduk dan menyediakan bahan tugas yang diperlukan b. Observer Mengamati kerja kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan, perasaan serta norma-norma yang terjadi dalam kelompok c. Advisor Memberikan saran yang diperlukan oleh siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok d. Evaluator Mengevaluasi proses kelompok yang terjadi pada saat diberi tugas secara berkelompok 8. Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Self Concept Self concept pada siswa terbentuk secara positif apabila guru dan teman-teman sekolah banyak memberi penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan siswa. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran akan membuat siswa merasa dihargai, siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dan tentu saja akan membentuk self concept yang positif. Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah metode kerja kelompok.
31
Moedjiono dalam Mulyani dan Johar (1999:48), metode kerja kelompok mampu membuat siswa aktif bekerjasama dalam kelompok. Siswa menjadi aktif dan lebih mengenal teman sekelasnya sehingga metode kerja kelompok dirasa cukup efektif untuk mempererat interaksi antar siswa. Kerjasama dan interaksi ini dimaksudkan agar siswa memperoleh kesan positif tentang dirinya, sebagai salah satu upaya meningkatkan self concept dalam kegiatan belajar. Serupa dengan pendapat tersebut, Melanie D. (2007:68) dalam kegiatan kerja kelompok, siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga merasa dihargai keberadaannya. Suasana yang akrab antar siswa dalam kerja kelompok memungkinkan berkembangnya sikap terbuka, saling mempercayai dan saling menghargai. Metode kerja kelompok menitikberatkan pada pembentukan rasa percaya diri dan rasa saling menghargai yang akan membentuk self concept positif pada diri siswa. Metode kerja kelompok melibatkan siswa aktif dalam kelompok, pembelajaran akan jauh lebih baik karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan dan kematangan berfikir serta interaksi antar siswa semakin terbentuk. Kerja kelompok memberikan kesempatan siswa menyampaikan gagasan, menunjukkan kemampuan, menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam bekerjasama. Dengan terlibat aktif pada seluruh kegiatan kerja kelompok, siswa akan lebih menguasai materi pelajaran dan mendapat pengalaman berharga
32
saat berinteraksi dengan guru serta teman-temannya sehingga self concept siswa akan terbentuk secara positif. Berdasarkan teori yang dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa metode kerja kelompok memberikan pengaruh yang baik dalam perkembangan self concept siswa. Dengan terlibat aktif pada seluruh kegiatan kerja kelompok, siswa lebih mampu membangun hubungan yang baik dengan teman-temannya. Hubungan yang baik pada proses pembelajaran mampu menjadikan self concept siswa berkembang secara positif. C. Metode Ceramah 1. Metode Ceramah Mulyani dan Johar (1999:136), metode ceramah adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Keberhasilan penggunaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru dalam menguasai bahan, pendengar dan keterampilan bahasa. Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi. Mulyani dan Johar (1999:137) secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk: 1) Menciptakan landasan pemikiran siswa melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan sehingga siswa dapat belajar melalui bahan tulisan hasil ceramah guru
33
2) Menyampaikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang terdapat dalam isi pelajaran 3) Merangsang siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar 4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara rinci 5) Sebagai langkah awal untuk metode lain yang harus ditempuh siswa Mulyani dan Johar (1999:138) kekuatan metode ceramah: 1) Hemat waktu dan biaya 2) Materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan waktu, karakteristik siswa tertentu, pokok permasalahan dan keterbatasan peralatan 3) Meningkatkan daya dengar dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain 4) Memberikan wawasan yang luas dari sumber lain Sedangkan kekurangan metode ceramah: 1) Dapat menimbulkan kebosanan bagi siswa 2) Menimbulkan verbalisme pada siswa 3) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru 4) Merugikan siswa yang lemah dalam keterampilan mendengarkan 5) Memaksa siswa menerima konsep yang belum tentu diingat 6) Informasi yang disampaikan mudah lupa 7) Tidak merangsang perkembangan kreativitas siswa 8) Terjadi proses komunikasi satu arah
34
2. Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Self Concept Metode ceramah lebih bersifat pemberian informasi dan tanya jawab tentang materi yang dibahas. Penyampaian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Dalam mengikuti kegian belajar ini siswa dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru. Sri Anitah (2004:138) ceramah yang kurang bervariasi akan membentuk
kebiasaan
perilaku
yang
tidak
menguntungkan
bagi
perkembangan aspek afeksi siswa. Salah satu unsur afeksi siswa adalah self concept. Interaksi yang terjadi dalam metode ceramah lebih bersifat verbalisme sehingga kurang mampu membangun hubungan yang mendukung antar siswa sebagai salah satu upaya meningkatkan self concept dalam kegiatan belajar. Rogers dalam Syamsu dan Juntika (2007:147), melalui penafsiran terhadap reaksi yang diterima dari orang lain, siswa mungkin mengubah dan memperbaiki self conceptnya, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan self concept siswa dipengaruhi oleh interaksi dengan teman-teman seusianya. Hubungan atau interaksi yang baik dengan temanteman seusianya akan mempengaruhi pandangan positif seseorang tentang diri yang kemudian membentuk self concept positif.
35
D. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan peningkatan self concept adalah “Pengaruh Bermain Peran Prososial terhadap Peningkatan Konsep Diri Anak pada Siswa SD N Prambanan” oleh Diah Tri Novitasari. Dalam penelitiannya Diah Tri Novitasari menyimpulkan bahwa bermain peran prososial memberikan pengaruh peningkatan self concept siswa sebesar 4,44%, dari semula 25,19% naik menjadi 29,63%. Dari karya tersebut terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu: 1. Subjek penelitian di atas adalah seluruh siswa SD N Prambanan sedangkan dalam penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas V sekolah dasar, sehingga sejak masih anak-anak mereka mampu memperbaiki dan mempertahankan self concept yang baik sebagai pondasi
awal
anak
agar
dapat
menyelesaikan
tugas-tugas
perkembangannya secara optimal. 2. Peningkatan self
concept dalam penelitian tersebut adalah dengan
melalui bermain peran prososial sementara dalam penelitian ini menggunakan metode kerja kelompok. E. Kerangka Berfikir Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan siswa ke dalam kelompok untuk mencapai bermacam-macam tujuan. Hubungan atau interaksi yang baik dengan orang lain akan mempengaruhi pandangan positif seseorang tentang diri yang kemudian membentuk self concept positif. Melalui kerja kelompok siswa akan mulai belajar berinteraksi dengan teman, melihat
36
seseorang tidak hanya dari kelemahannya saja tetapi juga menghargai kelebihannya, sehingga pada gilirannya siswa mampu memiliki kesan positif tentang dirinya. Dari uraian di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kerja kelompok, siswa menjadi aktif bekerjasama dan lebih mengenal teman sekelasnya, kerjasama yang baik antar siswa dalam kelompok efektif menumbuhkan kesan positif siswa tentang dirinya sehingga berpengaruh terhadap self concept siswa dalam kegiatan belajar. Gambaran kerangka berfikir penelitian ini disajikan dalam gambar berikut. METODE MENGAJAR
CERAMAH
KERJA KELOMPOK
Siswa pasif, tidak saling berinteraksi, individual
Siswa aktif, saling terbuka, saling berinteraksi, bekerjasama, toleran
Kesan siswa terhadap dirinya tidak berkembang
Siswa memiliki kesan positif terhadap dirinya
SELF CONCEPT Gambar 1. Model Kerangka Berfikir Metode Kerja Kelompok
37
F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan diskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self conceptnya dibanding dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah.
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh siswa kelas V SDN Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013 adalah sebanyak 27 siswa, dengan jumlah siswa kelas A sebanyak 14 anak dan siswa kelas B sebanyak 13 anak. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei 2013, bertempat di SDN Kalikutuk. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Pemberian treatment dilakukan pada pertemuan kedua, ketiga dan keempat C. Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yang merupakan salah satu desain Quasi Eksperimen atau eksperimen semu. Sugiyono (2009: 79) menjelaskan bahwa quasi eksperimen adalah metode yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Aunurrahman (2009: 2-27), metode eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel yang dipandang paling dominan.
39
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yakni kelompok kontrol (VA) dan kelompok eksperimen (VB). Secara lebih jelas gambar desain penelitiannya seperti pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Pretest Eksperimen (E) Kontrol (K)
Perlakuan (Treatment) T1 T2
Ya (O1) Ya (O3)
Posttest Ya (O2) Ya (O4)
Keterangan: O1/O3 = dilakukan pretest T1
= penerapan metode kerja kelompok
T2
= penerapan metode ceramah
O2/O4
= dilakukan posttest
D. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga data diwujudkan dalam bentuk angka dan analisisnya menggunakan statistik diskriptif. Variabelvariabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode kerja kelompok dan metode ceramah (X). 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self concept (Y).
40
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur data tentang variabel self concept dalam bentuk checklist. Kuesioner menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Jawaban setiap item diklasifikasikan menjadi 4 kategori yang mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif. Responden dianjurkan untuk memilih kategori jawaban yang telah diatur oleh peneliti. Kuesioner berisi item-item pernyataan, akan diskor menggunakan empat klasifikasi jawaban untuk setiap pernyataan. Untuk pertanyaan atau pernyataan positif pensekorannya: Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3, Kadang-kadang (KD) = 2 dan Tidak Pernah (TP) = 1. Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 240), menyatakan bahwa untuk pertanyaan atau pernyataan negatif pensekorannya adalah sebaliknya: Selalu (SL) = 1, Sering (SR) = 2, Kadang-kadang (KD) = 3 dan Tidak Pernah (TP) = 4. Pertanyaan atau pernyataan dikatakan positif apabila mendukung nilai variabel dan dikatakan negatif apabila tidak mendukung variabel. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur self concept siswa, yang akan diberikan pada siswa di awal (pretest) dan akhir (posttest) kegiatan belajar. Sebelum digunakan kuesioner terlebih dahulu didiskusikan dengan ahli pada bidang tersebut yang kemudian diukur validitasnya. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket self concept. Penyusunan kisi-kisi untuk membuat angket self concept berdasar pada
41
struktur self concept yang dikemukakan William James dalam Mardatilah (2007:57). Self concept terbagi atas 3 hal penting: a. Konsep diri yang disadari Pandangan individu tentang dirinya seperti kemampuan, status dan perannya b. Konsep sosial Pandangan individu tentang bagaimana orang lain menilai dirinya c. Konsep ideal Harapan individu tentang dirinya akan menjadi apa kelak Struktur-struktur tersebut selanjutnya dijabarkan dalam indikator variabel penelitian agar dapat diukur. Secara lebih jelasnya kisi-kisi istrumen self concept akan dijelaskan dalam tabel berikut:
No
1
2
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Self Concept Indikator Struktur/ Aspek self concept Pandangan siswa yang berkaitan dengan kemampuan dirinya dalam kelompok Konsep diri Pandangan siswa yang yang berkaitan dengan peran disadari dirinya dalam kelompok Pandangan siswa yang berkaitan dengan status dirinya dalam kelompok Pandangan siswa yang berkaitan dengan penilaian Konsep teman-teman terhadap sosial kemampuan dirinya dalam kelompok
42
No Item Positif
Jml
Negatif
1, 9, 17, 25
4, 28
6, 18, 27
8
10, 14, 20
-
13
2, 16, 21, 24 10
3
Pandangan siswa yang berkaitan dengan penilaian teman-teman terhadap peran dirinya dalam kelompok Pandangan siswa yang berkaitan dengan penilaian teman-teman terhadap status dirinya dalam kelompok Pandangan siswa yang berkaitan dengan Konsep harapan tentang dirinya di ideal masa depan melalui kerja kelompok Jumlah Setelah kisi-kisi instrumen terbentuk
5, 11, 19
-
7, 15, 23
-
3, 12, 13, 22, 26, 29, 30
7
30 selanjutnya adalah menyusun
item pernyataan angket dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh siswa. Hal ini dilakukan karena mengingat karakteristik siswa sekolah dasar yang baru dapat memahami bahasa-bahasa sederhana yang sering mereka gunakan dalam lingkungan mereka. G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
(Suharsimi
Arikunto,
1993:168).
Sedangkan
Sukardi
(2011:122) menjelaskan validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa instrumen hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Instrumen yang akan dilakukan pengujian dalam penelitian ini adalah angket self concept. Uji validitas yang dilakukan dalam menguji
43
angket self concept dengan validitas isi, meminta masukan expert judgement. Setelah expert judgement selesai maka langkah selanjutnya adalah menguji coba instrumen. Instrumen yang telah dibuat diuji cobakan pada siswa kelas V SDN Asemcilik dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa. SDN Asemcilik masih satu gugus dengan SDN Kalikutuk sehingga diharapkan memiliki karakteristik siswa yang hampir sama dengan SDN Kalikutuk. Uji coba angket dilakukan pada 23 responden dengan jumlah item 30 butir. Untuk menyeleksi butir akan digunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut (Anas Sudijono, 2008: 206). 𝑟
𝑥𝑦 =
𝑁Σ xy − Σx (Σy) 𝑁Σx 2 − (Σx)2 𝑁Σy 2 − (Σy)2
Keterangan: rxy
= validitas instrumen
X
= skor butir total
Y
= skor total soal
N
= jumlah responden
ΣX
= Jumlah skor soal
ΣY
= Jumlah skor total soal
Dalam uji validitas soal, peneliti menggunakan SPSS 16 dengan taraf signifikan 5% dan responden 23 orang diperoleh data r tabel=0,352. Validitas butir diketahui dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada pada butir dimaksud dengan skor total. Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan valid jika harga r hitung sama dengan atau lebih besar dari
44
harga r tabel pada taraf signifikan 5%. Jika harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel pada taraf signifikan 5%, maka butir instrumen yang dimaksud tidak valid. Hasil uji validitas angket berdasarkan perhitungan dengan SPSS 16 terhadap 23 responden adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Uji Validitas Angket Self Concept Butir Soal
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20 Soal 21 Soal 22 Soal 23 Soal 24 Soal 25 Soal 26 Soal 27 Soal 28 Soal 29 Soal 30
Corrected ItemTotal Correlation (R hitung) 0,131 -0,065 0,665 -0,195 0,399 -0,099 0,609 0,629 0,357 0,535 0,370 0,674 0,628 0,398 0,630 -0,286 0,435 0,379 0,600 0,664 0,559 0,529 0,457 0,676 0,691 0,529 0,600 0,596 0,640 0,556
45
R tabel
Ket.
0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352 0,352
Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil uji validitas berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS 16 terhadap 23 responden dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua pertanyaan dalam angket valid. Pertanyaan nomor 1, 2, 4, 6 dan 16 tidak valid atau gugur, karena koreasi r hitung kurang dari r tabel (0,352) sehingga tidak disertakan dalam koesioner penelitian yang sesungguhnya. 2. Uji Reliabilitas Sugiyono (2011: 173), menyatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda akan tetap menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjukkan tingkat keandalan instrumen dalam memperoleh data. Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini juga dilakukan dengan SPSS 16 menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dijelaskan sebagai berikut. 𝑘
𝑟𝑖 = 𝑘−1 1 −
𝑠𝑖2 𝑠𝑡2
( Sugiyono, 2007: 365)
Keterangan: ri
= reliabilitas instrumen
k
= mean kuadrat antara subjek 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
= mean kuadrat kesalahan = varians total
Instrumen tergolong reliabel jika indeks reliabilitas yang diperoleh ≥ 0,60. Apabila indeks reliabilitas yang diperoleh ≤ 0,60 maka instrumen tersebut tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas dilakukan bersamaan
46
dengan waktu perhitungan validitas menggunakan SPSS 16 pada analisis korelasi inter item. Perhitungan reliabilitas dilakukan dua kali yaitu dengan menggunakan keseluruhan soal baik soal itu valid atau tidak valid. Perhitungan yang kedua dilakukan dengan menghilangkan butir yang valid agar diperoleh reliabilitas yang lebih tiggi. Apabila reliabilitas butir telah memenuhi ≥ 0,60 maka butir dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas digunakan pada angket self concept. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien cronbach’s alpha untuk angket self concept sebesar 0,885. Oleh karena koefisien cronbach’s alpha lebih dari 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. H. Teknik Analisis data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data statistik deskriptif, sesuai dengan yang ditegaskan Sugiyono (2009:147), “Penelitian yang diberlakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berlangsung setelah seluruh data penelitian terkumpul.
Adapun
langkah
yang
dilakukan
antara
lain
adalah
mendiskripsikan data pretest dan posttest dari hasil penilaian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melakukan perhitungan dan terakhir melakukan uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan rata-rata nilai pretest posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
47
Perhitungan yang dilakukan untuk penelitian quasi eksperimen ini dengan cara membandingkan hasil nilai rata-rata pretest postest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam melakukan kegiatan analisis data, hal yang paling utama dilakukan adalah menguji hipotesis yaitu jawaban sementara atas rumusan masalah dari sebuah penelitian. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan nilai rata-rata posttest dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Rumus yang digunakan adalah rata-rata data kelompok karena penyebaran nilai yang akan disajikan terlalu luas, yakni sebagai berikut: Mx =
fX N
(Anas Sudjono, 2008: 86)
Keterangan: Mx
= mean (rata-rata)
Σ fX
= jumlah hasil perkalian antara nilai tengah (midpoint) dari masingmasing interval dengan frekuensinya
N
= jumlah subjek (responden)
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen atau eksperimen semu karena peneliti tidak dapat sepenuhnya mengendalikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi eksperimen. Eksperimen menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok atau kelas yang diberi suatu perlakuan atau treatment berupa penggunaan metode kerja kelompok jangka panjang untuk menyelesaikan tiga macam tugas berkaitan dengan materi self concept dalam pembelajaran. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok atau kelas yang tidak diberi perlakuan, pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol bersifat klasikal yakni dengan metode ceramah. Siswa kelas V SDN Kalikutuk terdiri dari dua kelas paralel yakni kelas VA dan VB. Suatu hal yang menguntungkan bagi penelitian adalah pembagian kelas ini dilakukan secara acak tanpa melihat prestasi siswa sejak kelas I, sehingga siswa yang berprestasi baik mampu kurang baik tersebar secara merata dalam kedua kelas. Kelas yang dijadikan kelompok eksperimen adalah kelas VA sedangkan kelas yang dijadikan kelompok kontrol adalah kelas VB. Pada masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest. Pemberian pretest bertujuan untuk mengetahui keadaan awal masing-masing kelompok. Sedangkan posttest bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
49
1. Pelaksanaan Pretest Langkah pertama yang dilakukan sebelum meneliti data kelompok dalam penelitian eksperimen adalah memberikan pretest kepada kedua kelompok tersebut. Tes yang diberikan berupa kuesioner dengan 4 kategori peringkat jawaban. Jumlah pertanyaan pada saat pretest adalah 25 butir digunakan untuk mengukur self concept siswa. Pretest diharapkan dapat mengukur self concept siswa meliputi konsep diri yang disadari, konsep sosial dan konsep ideal. Ketentuan untuk mencari skor pada pretest adalah sebagai berikut. Untuk pertanyaan positif pensekorannya: Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3, Kadang-kadang (KD) = 2 dan Tidak Pernah (TP) = 1. Sementara untuk pertanyaan negatif pensekorannya adalah sebaliknya: Selalu (SL) = 1, Sering (SR) = 2, Kadang-kadang (KD) = 3 dan Tidak Pernah (TP) = 4. Dalam tes ini, nilai dihitung dengan menjumlahkan seluruh skor pada tiap-tiap butir pertanyaan. Pretest dilaksanakan pada Sabtu 11 Mei 2013 jam ke IV (untuk kelas eksperimen) dan jam ke V (untuk kelas kontrol). Pretest diawali dengan perkenalan dan sedikit penjelasan mengenai self concept. Kegiatan pretest untuk masing-masing kelas berlangsung selama 35 menit. Secara keseluruhan pelaksanaan pretest berlangsung dengan baik dan tertib.
50
Hasil pretest kelas V A (kelompok eksperimen) dan kelas V B (kelompok kontrol) dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No Kelas Peserta Rata-rata Nilai maks. 1 VA 14 68,14 83 2 VB 13 69,73 82
Nilai min. 54 55
2. Pelaksanaan Treatment Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan pretest adalah memberikan perlakuan bebas (treatment) pada kelompok eksperimen, yaitu kelas V A. Perlakuan bebas (treatment) dalam penelitian ini adalah berupa pelaksanaan metode kerja kelompok jangka panjang pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia materi cerita anak dan komponen-komponen bermain drama, sedangkan pada mata pelajaran SBK terkait dengan materi cita-citaku. Sementara kegiatan belajar mengajar dengan materi yang sama di kelas kontrol yakni kelas V B dengan menggunakan metode ceramah. Sebelum melaksanakan perlakuan tersebut, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi yang akan disampaikan, kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas V SDN Kalikutuk. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut digunakan sebagai pedoman ketika
kegiatan
belajar
mengajar.
Pada
rencana
pelaksanaan
pembelajaran ini tergambar langkah-langkah dan prinsip metode kerja kelompok
yang
diterapkan.
Rencana
terlampir.
51
pelaksanaan
pembelajaran
a. Pertemuan Pertama Membahas Tentang Cerita Anak Hari pertama pelaksanaan pembelajaran, siswa tampak antusias sejak kegiatan belajar belum dimulai. Guru terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran kemudian memeriksa apakah siswa sudah siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah dirasa cukup kondusif, guru membuka pelajaran. Sebelum masuk pada materi pelajaran guru memberikan apersepsi, kemudian menyampaikan materi, kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan inti diawali dengan kegiatan mendengarkan cerita anak yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan diri yang disampaikan oleh guru, dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab dan membuat daftar kelebihan kekurangan tokoh utama dalam cerita. Guru melakukan pembagian kelompok jangka panjang dengan seimbang yang akan dipakai selama proses penelitian berdasarkan kemampuan, status dan peran siswa dalam kelompok. Pembagian kelompok oleh guru ini awalnya kurang disepakati siswa, namun sejalan dengan berlangsungnya proses kerja kelompok nampaknya siswa sudah mulai bisa menyesuaikan diri dalam kelompok baru. Guru menjelaskan tugas, aturan pelaksanaan dan waktu kerja kelompok. Setiap anggota kelompok diminta menuliskan sebanyak mungkin kelebihan dan kekurangan yang mereka ketahui tentang
52
dirinya lalu secara kelompok mereka saling memberi masukan tentang bagaimana teman kelompok dapat mengatasi kekurangan diri tersebut. Siswa dalam kelompok aktif membahas dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kerja kelompok. Saat kegiatan kerja kelompok berlangsung, guru senantiasa berkeliling untuk memantau perkembangan tugas kelompok siswa. Setelah selesai membuat daftar kelebihan kekurangan diri, siswa diminta menceritakan diri dalam bentuk paragraf sederhana. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, lalu diminta mengerjakan 5 butir soal evaluasi dan hasil pekerjaannya dibahas bersama. Pada kegiatan akhir guru melakukan evaluasi pelaksanaan kerja seluruh kelompok beserta evaluasi kemajuan anggota kelompok. Kemudian secara bersama-sama guru dan siswa meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Pada akhir pelajaran guru memberikan refleksi pesan moral dari kegiatan kerja kelompok yang telah dilakukan yakni agar siswa senantiasa memiliki pandangan positif
tentang
dirinya.
Guru
menuntup
pelajaran
dengan
menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. b. Pertemuan Kedua Membahas Tentang Komponen Bermain Drama Sama seperti pada pertemuan pertama, pembelajaran ini melibatkan
siswa
untuk
melakukan
53
kerja
kelompok.
Guru
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Pembelajaran dimulai setelah suasana kelas dirasa cukup kondusif untuk menerima pelajaran. Guru memberikan apersepsi, kemudian menyampaikan materi, kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Pelajaran dimulai dengan penjelasan guru tentang komponenkomponen yang harus diperhatikan dalam bermain drama, kemudian dilanjutkan tanya jawab tentang materi tersebut. Siswa masuk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tugas, aturan pelaksanaan dan waktu kerja kelompok. Pada pertemuan kali ini siswa diminta memainkan drama pendek secara berkelompok. Siswa melakukan pembagian peran dengan seimbang. Siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas kerja kelompok, hal ini terlihat pada proses latihan yang berjalan lancar dan kondusif. Siswa dalam kelompok saling membantu dan memotivasi agar kelompok mereka dapat tampil dengan baik. Saat kegiatan kerja kelompok berlangsung, guru berkeliling untuk memantau proses latihan drama kelompok. Pada akhir kegiatan masing-masing kelompok mementaskan naskah drama yang telah ditugaskan secara bergantian di depan kelas. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, lalu diminta mengerjakan soal evaluasi dan hasil pekerjaannya dibahas bersama.
54
Pada kegiatan penutup guru melakukan evaluasi pelaksanaan kerja seluruh kelompok beserta evaluasi kemajuan anggota kelompok. Kemudian secara bersama-sama guru dan siswa meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Pada akhir pelajaran guru memberikan refleksi pesan moral dari kegiatan kerja kelompok yang telah dilakukan yakni agar siswa senantiasa memiliki
pandangan
positif
tentang
bagaimana
orang
lain
memandangnya. Guru menuntup pelajaran dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. c. Pertemuan Ketiga Membahas Tentang Cita-cita Guru mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran sebelum memulai pelajaran. Setelah suasana kelas dirasa cukup kondusif untuk menerima pelajaran, guru membuka pelajaran dengan doa dan salam. Guru memberikan apersepsi, kemudian menyampaikan materi, kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Mulai masuk pada kegiatan inti, guru menyampaikan sebuah cerita tentang cita-cita dilanjutkan dengan tanya jawab tentang citacita siswa di masa yang akan datang. Siswa masuk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tugas, aturan pelaksanaan dan waktu kerja kelompok. Pada pertemuan kali ini siswa diminta membuat gambar imajinatif tentang cita-cita anggotanya, disertai dengan keterangan hal yang
55
dilakukan siswa untuk meraih cita-cita tersebut. Anggota kelompok saling berdiskusi dan memberi masukan tentang cara yang dapat dilakukan untuk meraih cita-cita tersebut sesuai dengan kreatifitas kelompok. Siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan mengambar cita-cita diri ini. Siswa dalam kelompok saling membantu dan memotivasi agar mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Saat kegiatan kerja kelompok berlangsung, guru senantiasa berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa, selanjutnya masing-masing kelompok menampilkan hasil kerja di depan kelas. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Pada kegiatan penutup guru melakukan evaluasi pelaksanaan kerja seluruh kelompok beserta evaluasi kemajuan anggota kelompok. Kemudian secara bersama-sama guru dan siswa meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Pada akhir pelajaran guru memberikan refleksi pesan moral dari kegiatan kerja kelompok yang telah dilakukan yakni siswa senantiasa optimis terhadap masa depannya. Guru menuntup pelajaran dengan doa dan salam.
56
Sedangkan deskripsi pembelajaran di kelas kontrol adalah sebagai berikut: a. Pertemuan Pertama Membahas Tentang Cerita Anak Guru memasuki kelas lalu menyapa siswa. Setelah membuka pelajaran, guru memberikan apersepsi tentang materi cerita anak yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan diri. Pembelajaran dimulai, guru menyampaikan cerita anak terkait materi yang akan diajarkan disertai dengan tanya jawab. Guru menulis penjelasan pada papan tulis. Siswa mendengarkan, mencatat dan mencoba memahami apa yang disampaikan guru. Pemahaman siswa diukur dengan memberikan tugas individu tentang cerita anak yang telah dipersiapkan
sebelumnya
oleh
guru.
Masing-masing
siswa
mengerjakan tugas tersebut dan kemudian dibahas secara bersamasama. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kesimpulan terkait materi yang telah disampaikan. Guru menyampaikan materi yang harus dipersiapkan untuk pertemuan yang akan datang. Guru menutup pelajaran. b. Pertemuan Kedua Membahas Tentang Komponen Bermain Drama Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan apresepsi terkait dengan materi memerankan tokoh drama. Guru menjelaskan materi tentang komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam bermain drama
dengan ceramah. Penjelasan tentang komponen
57
bermain drama tersebut selanjutnya dicatat pada papan tulis. Siswa diberi tugas individu tentang komponen-komponen bermain drama yang telah dijelaskan guru. Masing-masing siswa mengerjakan tugas tersebut dan kemudian dibahas secara bersama-sama. Guru memberikan kesimpulan terkait materi yang telah disampaikan. Guru menyampaikan materi yang harus dipersiapkan untuk pertemuan yang akan datang. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. c. Pertemuan Ketiga Membahas Tentang Cita-cita Materi pada pertemuan ketiga ini membahas tentang cita-cita. Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai pentingnya seseorang mempunyai cita-cita. Penjelasan ini dilanjutkan dengan memberikan tugas kepada masing-masing siswa untuk menggambar cita-cita mereka pada buku gambar SBK. Siswa mengerjakan tugas menggambar dengan antusias. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya diberikan nilai. Pada akhir kegiatan guru menyampaikan materi yang harus dipersiapkan untuk pertemuan yang akan datang. Siswa berkemas untuk pulang. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 3. Pelaksanaan Posttest Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah memberikan posttest kepada kedua kelas. Soal yang digunakan dan ketentuan yang diberlakukan dalam posttest sama dengan soal dan ketentuan yang
58
diberlakukan dalam pretest. Posttest dilaksanakan pada 24 Mei 2013 yang diikuti oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan posttest secara keseluruhan berjalan dengan baik dan tertib. Hasil posttest kelas V A dan V B dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No Kelas Peserta Rata-rata Nilai maks. 1 VA 14 83,57 97 2 VB 13 77,23 95
Nilai min. 63 61
4. Hasil Pretest a.
Nilai Pretest Kelompok Eksperimen Pretest dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur data tentang variabel self concept awal siswa sebelum diajar dengan menggunakan perlakuan tertentu. Adapun hasil pretest kelas eksperimen disajikan pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Pretest Kelompok Eksperimen Interval Nilai Frekuensi (f) Titik Tengah (x) Fx Persen % 79-83 1 81 81 7,14 74-78 2 76 152 14,29 69-73 4 71 284 28,57 64-68 3 66 198 21,43 59-63 3 61 183 21,43 54-58 1 56 56 7,14 Jumlah 14 954 100 Rata-rata 68,14
Berdasarkan data dalam tabel 6 di atas dan berdasarkan perhitungan, maka dapat dideskripsikan bahwa hasil pretest kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
59
Nilai minimal
: 54
Nilai maksimal : 83 Rata-rata
: 68,14
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas siswa mendapat nilai antara 69-73 yaitu sebanyak 4 siswa atau 28,57% dari total kelompok eksperimen. Adapun grafik histogram untuk memperjelas data di atas dapat dilihat pada gambar 2 berikut: 4 3
Banyak 2 siswa
Frekuensi
1 0 54-58
59-63
64-68
69-73
Interval Nilai
74-78
79-83
Gambar 2. Diagram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen b.
Nilai Pretest Kelompok Kontrol Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak memperoleh perlakuan. Namun sebelum dilakukan penelitian kelompok kontrol ini juga harus diukur self concept siswa menggunakan pretest guna memenuhi syarat dari penelitian eksperimen.
60
Data hasil pretest kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Pretest Kelompok Kontrol Interval Nilai Frekuensi (f) Titik Tengah (x) Fx Persen % 79-82 1 80,5 80,5 7,69 75-78 2 76,5 153 15,38 71-74 4 72,5 290 30,77 67-70 2 68,5 137 15,39 63-66 2 64,5 129 15,39 59-62 1 60,5 60,5 7,69 55-58 1 56,5 56,5 7,69 Jumlah 13 954 100 Rata-rata 69,73 Berdasarkan data dalam tabel 7 di atas dan berdasarkan perhitungan, maka dapat dideskripsikan bahwa hasil pretest kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Nilai minimal
: 55
Nilai maksimal : 82 Rata-rata
: 69,73
Berdasarkan tabel 7 di atas juga dapat diketahui bahwa mayoritas siswa mendapat
nilai antara 71-74 yaitu sebanyak 4 siswa atau
30,77% dari total kelompok kontrol.
61
Adapaun grafik histogram untuk memperjelas data di atas dapat dilihat pada gambar 3 berikut: 4 3
Banyak siswa
2
Frekuensi
1 0 55-58 59-62 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82
Interval Nilai
Gambar 3. Diagram Nilai Pretest Kelompok Kontrol 5. Hasil Posttest a.
Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Setelah
kelompok
eksperimen
memperoleh
perlakuan,
selanjutnya self concept siswa ini diukur menggunkan posttest. Adapun data hasil posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Distrbusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Interval Nilai Frekuensi (f) Titik Tengah (x) fx Persen % 93-97 2 95 190 14,29 88-92 3 90 270 21,43 83-87 4 85 340 28,57 78-82 2 80 160 14,29 73-77 1 75 75 7,14 68-72 1 70 70 7,14 63-67 1 65 65 7,14 Jumlah 14 1.170 100 Rata-rata 83,57
62
Berdasarkan data dalam tabel 8 di atas dan berdasarkan perhitungan, maka dapat dideskripsikan bahwa hasil posttest kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: Nilai minimal
: 63
Nilai maksimal : 97 Rata-rata
: 83,57
Berdasarkan tabel 8 di atas juga dapat diketahui bahwa mayoritas siswa mendapat
nilai antara 83-87 yaitu sebanyak 4 siswa atau
28,57% dari total kelompok eksperimen. Adapaun grafik histogram untuk memperjelas data di atas dapat dilihat pada gambar 4 berikut: 4 3
Banyak 2 siswa
Frekuensi
1 0 63-67 68-72 73-77 78-82 83-87 88-92 93-97
Interval Nilai Gambar 4. Diagram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen b.
Nilai Posttest Kelompok Kontrol Sebagai
kelompok
kontrol,
walaupun
tidak
memperoleh
perlakuan seperti kelompok eksperimen, namun tetap saja kelompok ini juga diberikan posttest sebagai alat untuk mengukur self concept siswa setelah menerima materi dengan metode ceramah. Adapun
63
data hasil posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Distrbusi Frekuensi dan Rata-rata Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Interval Nilai Frekuensi (f) Titik Tengah (x) Fx Persen % 91-95 1 93 93 7,69 86-90 1 88 88 7,69 81-85 2 83 166 15,39 76-80 4 78 312 30,76 71-75 2 73 146 15,39 66-70 2 68 136 15,39 61-65 1 63 63 7,69 Jumlah 14 1.170 100 Rata-rata 77,23 Berdasarkan data dalam tabel 9 di atas dan berdasarkan perhitungan, maka dapat dideskripsikan bahwa hasil posttest kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Nilai minimal
: 61
Nilai maksimal : 95 Rata-rata
: 77,23
Berdasarkan tabel 9 di atas juga dapat diketahui bahwa mayoritas siswa mendapat
nilai antara 76-80 yaitu sebanyak 4 siswa atau
30,76% dari total kelompok eksperimen.
64
Adapaun grafik histogram untuk memperjelas data di atas dapat dilihat pada gambar 5 berikut: 4 3
Banyak 2 siswa
Frekuensi
1 0 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95
Interval Nilai Gambar 5. Diagram Nilai Posttest Kelompok Kontrol 6. Perbedaan Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah pemberian treatment atau perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan metode kerja kelompok, terdapat perbedaan mean nilai posttest dengan kelompok kontrol yang tidak menerapkan metode tersebut melainkan dengan menggunakan metode ceramah. Baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mengalami perubahan rata-rata nilai self concept, akan tetapi perubahan nilai tersebut lebih besar terjadi pada kelompok eksperimen. Ringkasan nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 10 berikut: Tabel 10. Rata-rata Nilai Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No Kelompok Rata-rata pretest Rata-rata posttest 1 Eksperimen 68,14 83,57 2 Kontrol 69,73 77,23
65
Berdasarkan tabel 10 di atas, kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai self concept yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 83,57 sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 77,23 sehingga dapat disimpulkan bahwa antara rata-rata nilai akhir kelompok eksperimen dan rata-rata kelompok kontrol terdapat perbedaan. Perbedaan rata-rata masing-masing kelompok dapat dilihat seperti pada gambar 6 di bawah ini: 90 80 70 60
Rata-rata
50
Pretest
40
Posttest
30 20 10 0
Eksperimen
Kontrol
Gambar 6. Diagram Perbedaan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest 7. Uji Hipotesis Penelitian Setelah diketahui data dari kedua kelompok, maka perbedaan hasil kedua kelompok akan dianalisis menggunakan beda rata-rata Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan rata-rata pada tabel 10 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki ratarata nilai self concept yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
66
kontrol. Kelompok eksperimen memiliki perubahan rata-rata nilai self concept sebesar 15,43 sedangkan kelompok kontrol memiliki perubahan rata-rata nilai self concept sebesar 7,5. Tampak ada perbedaan nilai self concept pada kelompok ekperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan metode kerja kelompok. Demikian halnya dengan kelompok kontrol, tampak adanya perbedaan nilai self concept akan tetapi tidak sebesar nilai self concept kelompok eksperimen. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 10, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok eksperimen memiliki perubahan rata-rata nilai self concept sebesar 15,43 sedangkan perubahan rata-rata nilai self concept pada kelompok kontrol sebesar 7,5. Tabel 10 menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen maka dapat dikatakan bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self conceptnya dibandingkan dengan kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Perubahan rata-rata nilai self concept pada kelompok eksperimen sebesar 15,43 dan perubahan rata-rata nilai self concept pada kelompok kontrol sebesar 7,5. Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis yang berbunyi kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self conceptnya dibanding dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah diterima.
67
B. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Kalikutuk, siswa masih memiliki self concept rendah. Hasil need assessment (analisis kebutuhan) menunjukkan bahwa siswa dengan self concept rendah cenderung memiliki prestasi yang kurang, lebih senang menyendiri, pasif, mudah marah merasa tidak disukai dan hanya memiliki beberapa teman. Sedangkan siswa dengan self concept tinggi cenderung percaya diri, memiliki banyak teman dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri self concept yang dikemukakan Mardatillah (2010:62). Kelas VA adalah kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok sedangkan kelas VB adalah kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Pada masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest. Pemberian pretest bertujuan untuk mengetahui keadaan awal masing-masing kelompok. Sedangkan posttest diberikan pada akhir penelitian untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan terhadap self concept siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode kerja kelompok dan metode ceramah, sedangkan variabel terikatnya adalah self concept siswa kelas V SDN Kalikutuk. Uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self concept-nya dibanding dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah.
68
Uji beda rata-rata pertama dilakukan untuk menguji perbedaan hasil pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji beda rata-rata hasil pretest tujuannya untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pretest yang diperoleh dua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, dari tabel 10 diperoleh nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen sebesar 68,14 dan nilai ratarata pretest kelompok kontrol sebesar 69,73 yang artinya tidak terdapat perbedaan selisih rata-rata yang besar antara hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menandakan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang setara. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai rata-rata posttest angket self concept kelompok eksperimen sebesar 83,57 sedangkan nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen sebesar 77,23. Rata-rata kelompok eksperimen berubah sebesar 15,43 dari 68,14 menjadi 83,57. Dari perhitungan yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self concept-nya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Melanie D. (2007:68) bahwa dengan kerja kelompok memungkinkan berkembangnya sikap terbuka, percaya diri, saling mempercayai dan saling menghargai yang akan membentuk self concept positif pada diri siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kerja kelompok siswa menjadi aktif dan lebih mengenal teman sekelasnya sehingga metode kerja kelompok cukup efektif untuk mempererat interaksi antar siswa. Kerjasama dan interaksi ini menjadikan siswa memperoleh kesan positif tentang dirinya, sebagai salah satu upaya meningkatkan self concept dalam kegiatan belajar. Keadaan dalam
69
pembelajaran ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Maureen (2007:14), “Teachers can promote self concept by fostering supportive relationships among students”.
Guru
dapat
mempromosikan
self
concept
siswa
dengan
mengembangkan hubungan yang mendukung antar siswa. Hubungan atau interaksi yang baik dengan teman kelompok akan mempengaruhi pandangan positif siswa tentang diri yang kemudian membentuk self concept tinggi. Melalui kerja kelompok siswa akan mulai belajar berinteraksi dengan teman, melihat seseorang tidak hanya dari kelemahannya saja tetapi juga menghargai kelebihannya, sehingga pada gilirannya siswa memiliki kesan positif tentang dirinya. Rogers dalam Syamsu dan Juntika (2007:147), melalui penafsiran terhadap reaksi yang diterima dari orang lain, siswa mungkin mengubah dan memperbaiki self conceptnya, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan self concept siswa dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Suasana yang akrab antar siswa dalam kerja kelompok memungkinkan berkembangnya sikap terbuka, saling mempercayai dan saling menghargai. Metode kerja kelompok menitikberatkan pada pembentukan rasa percaya diri dan rasa saling menghargai yang kemudian membentuk self concept positif pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan yang ditegaskan Melanie D. (2007:68) dalam kegiatan kerja kelompok, siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga merasa dihargai keberadaannya. Dengan metode kerja kelompok siswa mendapat kesempatan siswa menyampaikan gagasan, menunjukkan kemampuan, menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam bekerjasama. Siswa terlibat aktif pada seluruh kegiatan kerja
70
kelompok, lebih menguasai materi pelajaran dan mendapat pengalaman berharga saat berinteraksi dengan guru serta teman-temannya sehingga self concept siswa akan terbentuk secara positif. Rata-rata nilai self concept yang lebih tinggi sebesar 83,57 pada kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok menjadi bukti bahwa penggunaan metode kerja kelompok lebih besar pengaruhnya terhadap self concept siswa dibanding dengan metode ceramah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Rogers dalam Syamsu dan Juntika (2007:147), melalui kerja kelompok siswa memiliki pandangan terhadap reaksi yang diterima dari orang lain. Interaksi positif dengan teman dalam kerja kelompok akan mampu mengubah dan meningkatkan self concept ke arah yang positif. Berdasarkan pernyatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kerja kelompok lebih besar pengaruhnya dibanding metode ceramah terhadap self concept siswa pada kelompok kontrol. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dimana variabelvariabel lain di luar variabel eksperimen sulit dikendalikan sehingga hasil penelitian tidak mungkin sama sekali menghilangkan pengaruh variabel non eksperimen. Dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk diadakan remidial bagi para siswa yang nilai self concept masih dibawah rata-rata karena keterbatasan waktu.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam skripsi ini dan data hasil penelitian serta analisisnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok lebih tinggi self conceptnya dibanding dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata nilai posttest angket self concept kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 83,57 sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata nilai self concept sebesar 77,23. Kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode kerja kelompok memiliki rata-rata nilai posttest angket self concept yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai posttest
angket
self
concept
kelompok
kontrol
yang
pembelajarannya
menggunakan metode ceramah. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Pihak Sekolah Sekolah hendaknya terus memberikan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan self concept ke arah yang positif, mengingat pentingnya self concept untuk menumbuhkan keyakinan diri dalam meraih prestasi akademik.
72
2. Kepada Guru Kelas Hendaknya
dapat
melaksanakan
proses
pembelajaran
dengan
memperhatikan kondisi psikologis siswa serta mampu mengadakan inovasi dalam metode pembelajaran dikelas. Hal ini merupakan faktor penting untuk membina hubungan yang baik dengan siswa maupun antar siswa guna mendukung perkembangan self concept.
73
DAFTAR PUSTAKA
Amaryllia Puspasari. (2007). Mengukur Konsep Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Anas Sudijono. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Aunurrahman. (2009). Bahan Ajar Cetak: Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. A. Subarwati dan V.Wangun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Bachman, Jerald G. & O‟Malley Patrick M. (1986). Self Concept, Self esteem and Educational Experiences: The Frog Pond Revisited (Again). Journal of Personality and Social Psychology Vol. 50, No. 1, 35-46. Boeree, George. (1997). Personality Theories Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Yogyakarta: Primasophie. Calhoun, James F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan Edisi ke Tiga. Semarang: IKIP Semarang Press. Djukanda Harjasuganda. (2008). Pengembangan Konsep diri yang Positif pada Siswa SD sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan Dasar nomor 9-April. Eccles, Jacquelynne S. et al. (1989). Self Concept, Domain Values and Self Esteem: Relations and Changes at Early Adolescence. Journal of Personality 57:2. Hadley, Alena M. et al. (2008). Assessing What Kids Think About Themselves: A Guide To Adolescent Self-Concept For Out Of School Time Program Practitioners. Research to Results Child Trends. Hlm.1-6. Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-teori Holistik (Organismikfenomenologis). Yogyakarta: Kanisius. Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
74
Hasibuan dan Moedjiono. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Manning, Maureen A. (2007). Self Concept and Self Esteem in Adolescents. PL Student Services February. Mardatillah. (2010). Pengembangan Diri. Balikpapan: STIE Madani. Melanie D. (2007). Pembentukan Konsep Diri Siswa melalui Pembelajaran Partisipasif. Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni. Miftahul Huda. (2012). Cooperative Learning (Metode, Teknik. Struktur dan Model Pembelajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mujjis, Daniel & Reynolds, David. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyani dan Johar. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Rita Eka Izzaty,dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:UNY Press. Roestiyah N. K dan Yumiati Suharto. (1985). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sri Anitah. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Stein, Karen Farcheus. (1995). Schema Model of the Self Concept. Journal of Nursing Scholarship Volume 27, Number 3. Sudjana. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sugiyono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
75
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada. Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Umri Nuraini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
76
77
Instrumen Penelitian
78
Nama
:
Kelas
:
No. Absen
:
Pada angket berikut ini, adik-adik diminta untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan konsep diri adik-adik. Konsep diri adalah cara pandang seseorang dalam melakukan penilaian pada dirinya sendiri. Tidak perlu takut, semua jawaban yang adik-adik berikan disini adalah BENAR dan tidak akan mempengaruhi nilai adik-adik di sekolah. Berilah tanda centang () pada jawaban yang menurut adik-adik merupakan jawaban yang paling mewakili diri kalian, SL = Selalu
KD
= Kadang - kadang
SR = Sering
TP
= Tidak Pernah
Untuk seluruh pertanyaan yang ada, diharapkan adik-adik memberikan jawaban pada setiap pertanyaan dan tidak melewatkan satu pertanyaan pun. Silakan adik-adik bisa mulai kerjakan. Terima kasih ANGKET SELF CONCEPT SISWA KELAS V SD No . 1
Jawaban
Pertanyaan
SL
Saya senang berdiskusi dalam kelompok karena tugas yang dikerjakan menjadi lebih cepat selesai
2
Teman-teman senang jika saya banyak membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok
3
Saya senang dengan teman yang mau bertanya pada saat diskusi kelompok
4
Saya tidak ikut menyelesaikan tugas kerja kelompok yang diberikan guru
5
Saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru secara mandiri
79
SR
KD
TP
6
Saya diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dalam kerja kelompok
7
Teman-teman senang jika saya dapat bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan tugas kelompok
8
Dengan kerja kelompok, saya menjadi lebih rajin untuk belajar
9
Dengan kerja kelompok, kesulitan yang ada menjadi mudah
10
Saya dengan senang hati membantu teman yang mengalami kesulitan saat kerja kelompok
11
Teman-teman suka jika saya membantu memecahkan masalah dalam kerja kelompok
12
Saya memiliki nilai yang bagus pada beberapa mata pelajaran
13
Sebelum mengerjakan, saya mempelajari tugas kelompok yang diberikan guru.
14
Teman-teman suka jika saya ikut berdiskusi dalam kerja kelompok
15
Saya dapat bekerja sama dengan teman-teman dalam kerja kelompok
16
Teman-teman suka jika saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik
17
Dengan kerja kelompok, saya menjadi tahu bahwa teman-teman menyukai saya
18
Teman-teman suka jika saya tidak menggangu jalannya proses kerja kelompok
19
Saya senang dengan teman yang rajin mencari bahan bacaan untuk menyelesaikan tugas kerja kelompok
80
20
Saya senang diberi tugas kerja kelompok meskipun kelompok tersebut dibentuk oleh guru
21
Dengan kerja kelompok, saya dapat lebih memahami pengetahuan yang didapatkan
22
Saya pernah memimpin pembagian tugas dalam kerja kelompok
23
Saya tidak yakin dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru
24
Dengan kerja kelompok, saya dapat lebih akrab dengan teman-teman
25
Dengan kerja kelompok, saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan memuaskan
81
82
83
Data Uji Coba Instrumen Penelitian
84
85
86
87
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
88
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 23
100.0
0
.0
23
100.0
a
Excluded Total
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .885
30
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
Pertanyaan 1
92.57
138.075
.131
.887
Pertanyaan 2
92.22
141.814
-.065
.894
Pertanyaan 3
91.70
132.676
.665
.878
Pertanyaan 4
92.39
144.613
-.195
.895
Pertanyaan 5
92.26
134.111
.399
.882
Pertanyaan 6
92.91
142.538
-.099
.892
Pertanyaan 7
92.26
126.111
.609
.877
Pertanyaan 8
92.13
128.846
.629
.877
Pertanyaan 9
92.39
133.249
.357
.883
Pertanyaan 10
92.13
131.300
.535
.879
Pertanyaan 11
92.09
135.265
.370
.882
Pertanyaan 12
92.35
124.510
.674
.875
Pertanyaan 13
92.30
125.949
.628
.876
Pertanyaan 14
92.35
133.964
.398
.882
Pertanyaan 15
92.00
132.364
.630
.878
Pertanyaan 16
93.17
145.877
-.286
.895
89
Pertanyaan 17
92.39
132.976
.435
.881
Pertanyaan 18
92.00
133.727
.379
.882
Pertanyaan 19
91.74
133.202
.600
.879
Pertanyaan 20
91.96
131.862
.664
.878
Pertanyaan 21
92.48
128.625
.559
.878
Pertanyaan 22
92.09
131.265
.529
.879
Pertanyaan 23
92.52
129.897
.457
.881
Pertanyaan 24
92.04
131.862
.676
.878
Pertanyaan 25
92.35
124.146
.691
.874
Pertanyaan 26
92.26
130.474
.529
.879
Pertanyaan 27
91.74
133.202
.600
.879
Pertanyaan 28
92.35
126.237
.596
.877
Pertanyaan 29
92.35
125.964
.640
.876
Pertanyaan 30
92.13
130.937
.556
.879
90
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SD Negeri Kalikutuk
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: V (Lima)/II (Genap)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan Ke
: 1 (Satu)
Hari/Tanggal
: Senin, 13 Mei 2013
A. Standar Kompetensi: Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan (Mendengarkan) B. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarkan C. Indikator: 1. Menyebutkan tokoh dan watak dalam cerita anak D. Tujuan: Setelah mempelajari materi ini , 1. Siswa mampu menyebutkan tokoh dalam cerita anak 2. Siswa mampu menyebutkan watak tokoh dalam cerita anak E. Materi Pokok: Cerita Anak F. Pendekatan Pembelajaran: Student Center G. Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja Kelompok H. Kegiatan Pembelajaran: a. Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru mempersiapkan media, sumber belajar dan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran
92
2. Guru memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran 3. Guru mengawali pelajaran dengan memberikan salam 4. Guru memberikan apersepsi kepada siswa melalui pertanyaan “Pernahkah kalian membaca cerita Malin Kundang? Bagaimana sikap Malin Kundang dalam cerita tersebut” 5. Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini b. Kegiatan inti ( 50 menit) Eksplorasi: 1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 2. Siswa mendengarkan cerita anak yang dibacakan oleh guru. 3. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab seputar tokoh dan watak dalam cerita. 4. Siswa bersama guru membuat daftar kelebihan dan kekurangan tokoh utama dalam cerita yang telah didengarkan Elaborasi 1. Siswa masuk dalam kelompok yang ditentukan guru. Setiap kelompok beranggotakan 4 sampai 5 anak. Pembagian kelompok ini didasarkan oleh kemampuan, status dan peran siswa dalam kelompok. 2. Siswa mendengarkan tugas kerja kelompok yang disampaikan guru yakni anggota kelompok diminta menuliskan sebanyak mungkin kelebihan dan kekurangan yang mereka ketahui tentang dirinya. 3. Siswa diminta untuk saling memberi masukan tentang bagaimana teman kelompok dapat mengatasi kekurangan diri tersebut 4. Siswa diminta menceritakan diri berdasarkan daftar kekurangan kelebihan yang telah mereka buat secara kelompok dalam bentuk paragraf sederhana
93
5. Siswa dan guru membahas hasil pekerjaan tersebut secara bersamasama. Konfirmasi 1. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan perlu untuk ditanyakan. 2. Siswa mengerjakan 5 butir soal evaluasi 3. Setelah selesai, hasil pekerjaan dikoreksi secara bersama-sama. c. Kegiatan akhir (10 menit) 1. Siswa menyampaikan apa yang bisa mereka lakukan setelah mempelajari materi ini 2. Siswa dibantu oleh guru, bersama-sama meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. 3. Guru memberikan refleksi pesan kepada siswa terkait kegiatan pembelajaran 4. Guru menuntup pelajaran dengan mengucapkan salam.
I. Skenario pembelajaran No. A.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru
mempersiapkan
media, 1. Siswa
mempersiapkan
sumber belajar dan segala sesuatu
untuk
yang
pembelajaran
berkaitan
dengan
proses
mengikuti
diri proses
pembelajaran 2. Guru memeriksa kesiapan siswa 2. Siswa siap mengikuti proses sebelum menerima pelajaran
pembelajaran
3. Guru mengucapkan salam
3. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru.
94
4. Guru memberikan apersepsi kepada 4. Siswa menjawab pertanyaan siswa melalui pertanyaan “Pernahkah kalian
membaca
cerita
guru
Malin
Kundang? Bagaimana sikap Malin Kundang dalam cerita tersebut” 5. Guru
menyampaikan
kompetensi 5. Siswa mendengarkan apa yang
(tujuan) yang akan dicapai dan
disampaikan oleh guru.
rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini B.
Kegiatan Inti (50 menit) 1. Guru bertanya mengenai materi yang 1. Siswa menjawab pertanyaan telah
dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya
guru terkait materi yang telah dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya 2. Guru
menyampaikan
cerita 2. Siswa mendengarkan cerita
“Rumahku” di depan kelas
“Rumahku” yang disampaikan guru
3. Guru bertanya seputar tokoh dan 3. Siswa menjawab pertanyaan watak dalam cerita
guru seputar tokoh dan watak dalam cerita
4. Guru dan siswa membuat daftar 4. Siswa
dan
kelebihan dan kekurangan tokoh
daftar
utama
kekurangan
dalam
cerita
yang
telah
didengarkan
dalam
guru
membuat
kelebihan
dan
tokoh
utama
cerita
yang
telah
didengarkan 5. Guru meminta siswa masuk dalam 5. Siswa masuk dalam kelompok kelompok yang sudah ditentukan
yang ditentukan guru
6. Guru memberi kesempatan siswa 6. Siswa aktif mencatat untuk mencatat
95
7. Guru menyampaikan tugas kerja 7. Siswa
mengerjakan
tugas
kelompok
yakni
kelompok yakni anggota kelompok
kerja
diminta
menuliskan
menuliskan
sebanyak
mungkin kelebihan dan kekurangan
mungkin
yang mereka ketahui tentang dirinya.
kekurangan
sebanyak kelebihan yang
dan mereka
ketahui tentang dirinya. 8. Guru
meminta
kelompok
untuk 8. Siswa dalam kelompok saling
saling memberi masukan tentang
memberi
masukan
tentang
bagaimana teman kelompok dapat
bagaimana teman kelompok
mengatasi kekurangan diri tersebut
dapat mengatasi kekurangan diri tersebut.
9. Guru meminta siswa menceritakan 9. Siswa
menceritakan
diri
diri berdasarkan daftar kekurangan
berdasarkan daftar kekurangan
kelebihan yang telah mereka buat
kelebihan yang telah mereka
secara
buat secara kelompok dalam
kelompok
dalam
bentuk
paragraf sederhana
bentuk paragraf sederhana
10. Guru dan siswa membahas hasil 10. Siswa dan guru membahas pekerjaan tersebut secara bersama-
hasil pekerjaan tersebut secara
sama
bersama-sama
11. Guru memberi kesempatan untuk 11. Siswa
menanyakan
hal-hal
menanyakan hal-hal yang belum jelas
yang belum jelas dan perlu
dan perlu untuk ditanyakan
untuk ditanyakan
12. Guru meminta siswa mengerjakan 5 12. Siswa mengerjakan 5 butir butir soal evaluasi
soal evaluasi
13. Guru dan siswa mengkoreksi hasil 13. Siswa dan guru mengkoreksi pekerjaan siswa C.
hasil pekerjaan siswa
Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru bertanya apa yang bisa siswa
1. Siswa menyampaikan apa
lakukan setelah mempelajari materi
yang bisa mereka lakukan
ini
setelah mempelajari materi
96
ini 2. Guru membantu siswa meyimpulkan
2. Siswa meyimpulkan materi
materi yang telah dipelajari pada
yang telah dipelajari pada
pertemuan ini.
pertemuan ini
3. Guru memberi refleksi pesan untuk siswa
agar
mereka
senantiasa
3. Siswa memiliki kesan positif tentang dirinya
memiliki pandangan positif tentang dirinya 4. Guru mengucapkan salam penutup.
4. Siswa
menjawab
salam
penutup dari guru.
J. Sumber dan media pembelajaran a. Sumber : 1. A. Subarwati dan V. Wanngun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b. Media Gambar tokoh cerita, yang digunakan dalam menyampaikan cerita anak kepada siswa
K. Penilaian 1. Prosedur a. Proses b. Akhir 2. Jenis a. Lisan b. Tertulis 3. Bentuk a. Unjuk Kerja b. Essay 4. Alat
97
a. Proses
: terlihat pasa saat siswa mengerjakan tugas kerja kelompok
b. Akhir
:Soal Essay
5. Kriteria penilaian a. Penilaian kognitif Setiap menjawab benar soal essay akan mendapat skor 10 sehingga total nilai adalah 50 X 2 = 100 Total nilai adalah 100 Keterangan: Nilai A (baik sekali)
= 90-100
Nilai B (baik)
= 76-89
Nilai C (cukup)
= 66-75
Nilai D (kurang)
= <66
b. Penilaian Afektif No
Kelompok
Pembagian
Tanggung
Kerja
tugas
jawab
sama
1 2 Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
c. Penilaian Psikomotorik No
Kelompok
Kerapian dalam melakukan kerja kelompok
1 2
98
Ketelitian dalam melakukan kerja kelompok
Kelincahan dalam melakukan kerja kelompok
Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
L. Lampiran 1. Materi 2. Lembar Kerja Kelompok 3. Soal Evaluasi 4. Kunci Jawaban 5. Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok 6. Media
Sentolo, 13 Mei 2013 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Kelas
Basuki, S.Pd
Karsiyah, S.Pd. SD
NIP. 19640815 198604 1 004
NIP. 19670402 199303 2 001
99
LAMPIRAN 1 Materi
Janji Sejak duduk di bangku TK, Panji dan Aldo bersahabat. Mereka bisa bersahabat karena mama mereka bersahabat. Mama Panji dan mama Aldo memang bersahabat sejak kecil. Ketika Panji dan Aldo masuk SD, mulai tampak perbedaan diantara mereka. Panji sangat pandai bergaul. Ia punya teman di mana-mana. Aldo sebaliknya. Ia pendiam, pemalu, dan kutu buku. Sementara Aldo sibuk mempersiapkan belajar untuk mempertahankan gelar juara kelasnya. Panji sibuk mengikuti kegiatan basket. Pelan-pelan keduanya menjauh. Aldo hampir tak punya teman karena sifatnya yang pendiam. Panji juga menganggap Aldo tidak menarik. Panji kini agak malas bersama-sama Aldo lagi. “Kok, sekarang kamu jarang main ke tempat Aldo? Tante Rika kemarin tanya pada mama,” kata mama Panji. “Habis, di rumah Aldo hanya ada buku. Lagi pula, aku kan sekarang baru sibuk latihan basket.” “Kamu tidak boleh begitu, dong. Kamu kan yang paling dekat dengan Aldo. Tante Rika sering curhat (berbagi rasa) dengan mama. Dia bingung melihat Aldo yang tidak pernah main keluar rumah. Katanya kalau kamu datang, Aldo terlihat lebih gembira.” “Iya, ma. Nanti Panji ajak Aldo untuk main basket.” Kesempatan yang ditunggu akhirnya datang. Panji mengajak Aldo untuk bermain basket di lapangan sekolah pada hari Minggu. Aldo dan Panji memang suka basket. Dulu mereka senang bermain basket bersama-sama. Karena rumah mereka tidak searah, mereka berangkat sendiri-sendiri. Mereka berjanji bertemu di lapangan. Pada waktu Panji berjalan menuju ke lapangan, Panji bertemu dengan temannya yang bernama Toni. “Hei, Panji! Kebetulan ketemu di sini. Aku baru saja mau ke rumahmu.”
100
“Hei, Toni. Ada apa?” “Aku baru saja beli PS 2 baru. Sekarang aku lagi butuh lawan tanding nih.” Tanpa basa-basi Panji langsung menyetujui tawaran dari Toni. Padahal dia ada janji dengan Aldo di lapangan basket. Waktu pun cepat berlalu di rumah Toni. Keduanya sedang menikmati pertandingan sepak bola di PS 2. Ketika terdengar bunyi guntur di luar, Panji teringat pada Aldo. Kemudian, Aldo melihat ke jendela. Hujan cukup deras. Panji berpendapat bahwa mungkin Aldo sudah pulang ke rumah. Malam harinya hujan belum berhenti. Sopir Toni mengantar Panji Pulang ke rumah. Sampai di rumah mama Panji memberi tahu bahwa Aldo masuk rumah sakit. Aldo menunggu di lapangan basket dari pagi hingga sore hari. Aldo kehujanan dan dia kedinginan. Panji menyesal atas apa yang dilakukannya. Dia kemudian menengok Aldo dan meminta maaf.
Sumber : A. Subarwati dan V. Wanngun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
101
LAMPIRAN 2 Lembar Kerja Kelompok
NAMA ANGGOTA KELOMPOK: KELEBIHAN SAYA: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. dst
KEKURANGAN SAYA: 1. 2. 3. 4. dst
CARA MENGATASI KEKURANGAN SAYA: -
CERITA DIRI: _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________ _____________________________________________________
102
LAMPIRAN 3 Soal Evalusi
RUMAHKU “Hari ini kita latihan menyanyi di mana?” tanya Rara. Ina pura-pura tidak mendengarkan. Ina langsung menyibukkan diri mencatat tugas di papan tulis. Jangan sampai latihan musik di tempatku. Sebab selama ini hanya rumahku dan rumah Nining yang belum pernah ketempatan untuk kerja kelompok. Ina selalu cemas. Beberapa minggu lalu, kami latihan menyanyi di rumah Dian. Rumahnya besar sekali. Seperti rumah dalam sinetron. Di halaman belakangnya ada taman dan kolam renang. Selesai latihan manyanyi kami berenang dan makan siang. Sementara tiga minggu yang lalu, giliran Gino yang jadi tuan rumah. Rumahnya sangat luas. Ada kebun durian di sana. Ayah Gino juga sangat lucu dan ramah. Sewaktu pulang, kami diberi durian untuk dibawa pulang. Begitu juga dengan rumah Bagus dan Ika. Rumah mereka bagus-bagus. Penuh pajangan keramik dan kristal-kristal yang mewah. “Bagimana kalau latihan menyanyi hari ini di tempat Ina?” Usul Gino mengejutkan. Ina tersentak dan dadanya berdetak kencang. Akhirnya apa yang kutakutkan menjadi kenyataan. Rumah Ina tak sebesar rumah mereka. Tak ada pernak-pernik hiasan yang menghias ruangannya. Keluargaku hanya tinggal di rumah mungil. Walaupun kami hidup berkecukupan, tetapi sangat sederhana bila dibandingkan dengan teman-teman sekolahku. Tiba-tiba Nining menyahut pembicaraan. “Eit, tunggu dulu. Sekarang giliranku! Sekarang jambu di kebunku sedang berbuah, lo!”. “Asyik kita rujakan, ya?”sahut Bagus bersemangat. “Beres! Kata Nining mengacungkan jempolnya. Aku menarik napas. Fiuuuh... lega rasanya! Pulang sekolah kami sama-sama menuju ke rumah Nining. Kami diantar oleh Pak Rasa, sopir Ika sampai depan gang. Soalnya mobil tidak bisa masuk ke dalam gang tersebut. “Maklum! Banyak orang penting tinggal di sini. Jadi untuk menjaga ketenangan, jalannya sengaja dibuat sempit. Biar tak sembarangan orang
103
bisa masuk” Seloroh Nining yang langsung disambut teriakan huuuu.. yang keras. Nining hanya tertawa. Setelah melewati jalan yang becek, kami tiba di sebuah rumah kecil berdinding kayu. Rumah tersebut tidak tertata dengan baik. “Nah, kita sudah sampai!” seru Nining. Astaga! Aku terkejut ternyata Nining yang supel dan ceria ternyata rumahnya hanya biasa-biasa saja. Bahkan rumah itu tidak permanen seperti rumahku. Dindingnya bukan dari batu bata, tetapi dari kayu. Letaknya di dalam gang, bukan di kompleks seperti di rumahku. Ina selalu berbicara dalam hatinya. Kemudian, kami semua latihan menyanyi. Sesudah latihan menyanyi, kami berenam makan. Makanan yang disediakan hanya cah kangkung dan tempe bacem. Setelah itu, kami rujakan. Aku memandangi Nining. Nining yang selalu bercanda dan ceria. Nining yang selalu tertawa renyah. Entah mengapa dia tidak malu terhadap keadaan rumahnya. Setelah sore, kami semua pulang.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Siapa saja tokoh dalam cerita “Rumahku”? 2. Bagaimana watak dari masing-masing tokoh dalam cerita tersebut? 3. Kenapa Ina merasa malu jika teman-teman berlatih musik di rumahnya? 4. Menurutmu apakah sebaiknya yang dilakukan Ina? 5. Amanat atau pesan apa yang kamu dapatkan dari cerita yang berjudul “Rumahku” di atas?
Sumber : A. Subarwati dan V. Wanngun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
104
LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban 1. Tokoh dalam cerita “Rumahku” adalah Rara, Ina, Nining, Gino dan Bagus. 2. Watak tokoh dalan cerita “Rumahku” a. Rara
: Ceria
b. Ina
: Ceria, Minder atau tidak percaya diri
c. Nining : Supel, ceria, percaya diri d. Gino
: Ceria
e. Bagus
: Ceria
3. Karena rumah Ina tak sebesar rumah teman-temannya. Rumah Ina sangat sederhana, mungil dan tak ada pernak-pernik hiasan yang menghias ruangannya 4. Seharusnya Ina tidak perlu merasa minder atau malu dengan rumahnya yang mungil dan sederhana karena Niningpun yang rumahnya biasa-biasa saja tidak malu terhadap keadaan rumahnya 5. Kita harus bersyukur dan tidak boleh malu dengan keadaan rumah kita.
105
LAMPIRAN 5 Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok
Evaluasi siswa eksperimen 1 Nama Kelompok
:
Nama
:
No absen
:
Isilah lembar evalusi kegiatan berikut ini dengan memberikan tanda centang () pada kolom ya atau tidak sesuai dengan pemahamanmu! No 1
jawaban
Pertanyaan
Ya
Saya menyelesaikan tugas kelompok dengan baik
2
Saya dapat bekerjasama dengan teman-teman kelompok
3
Saya dapat berkomunikasi dengan teman-teman kelompok
4
Teman kelompok membantu saya menyadari bahwa saya punya banyak kelebihan diri
5
Teman kelompok memberi saya masukan cara agar saya mampu mengatasi kekurangan diri
6
Saya dapat menceritakan diri dengan baik
7
Saya paham bahwa pandangan positif tentang diri itu penting
8
Saya punya banyak pandangan positif tentang diri
106
tidak
LAMPIRAN 6 Media
107
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SD Negeri Kalikutuk
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: V (Lima)/II (Genap)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan Ke
: 2 (Dua)
Hari/Tanggal
: Kamis, 16 Mei 2013
A. Standar Kompetensi: Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama (Berbicara) B. Kompetensi Dasar: Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat C. Indikator: 1. Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat D. Tujuan: Setelah mempelajari materi ini , 1. Siswa mampu dan berani memerankan tokoh dalam drama singkat dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat E. Materi Pokok: Memerankan Tokoh Drama F. Pendekatan Pembelajaran: Student Center G. Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja Kelompok H. Kegiatan Pembelajaran: a. Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru mempersiapkan media, sumber belajar dan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran
108
2. Guru memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran 3. Guru mengawali pelajaran dengan memberikan salam 4. Guru memberikan apersepsi kepada siswa melalui pertanyaan “Pernahkah kalian melihat pementasan drama saat acara tujuh belasan?” 5. Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini b. Kegiatan inti ( 50 menit) Eksplorasi: 1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 2. Siswa
mendengarkan
penjelasan
guru
tentang
komponen-
komponen yang harus diperhatikan dalam bermain drama. 3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang komponenkomponen yang harus diperhatikan dalam bermain drama. Elaborasi 1. Siswa masuk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. 2. Siswa mendengarkan tugas kerja kelompok yang disampaikan guru yakni masing-masing kelompok mementaskan naskah drama yang telah dipersiapkan. 3. Siswa berlatih drama secara berkelompok 4. Masing-masing kelompok mementaskan naskah drama yang telah ditugaskan secara bergantian di depan kelas Konfirmasi 1. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan perlu untuk ditanyakan. 2. Siswa mengerjakan soal evaluasi 3. Setelah selesai, hasil pekerjaan dikoreksi secara bersama-sama.
109
c. Kegiatan akhir (10 menit) 1. Siswa menyampaikan apa yang bisa mereka lakukan setelah mempelajari materi ini 2. Siswa di bantu oleh guru, bersama-sama meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. 3. Guru memberikan refleksi pesan kepada siswa terkait kegiatan pembelajaran 4. Guru menuntup pelajaran dengan mengucapkan salam.
I. Skenario pembelajaran No. A.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru
mempersiapkan
media, 1. Siswa
mempersiapkan
sumber belajar dan segala sesuatu
untuk
yang
pembelajaran
berkaitan
dengan
proses
mengikuti
diri proses
pembelajaran 2. Guru memeriksa kesiapan siswa 2. Siswa siap mengikuti proses sebelum menerima pelajaran 3. Guru mengucapkan salam
pembelajaran 3. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru.
4. Guru memberikan apersepsi kepada 4. Siswa menjawab pertanyaan siswa melalui pertanyaan “Pernahkah
guru
kalian melihat pementasan drama saat acara tujuh belasan?” 5. Guru
menyampaikan
kompetensi 5. Siswa mendengarkan apa yang
(tujuan) yang akan dicapai dan
disampaikan oleh guru.
rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini B.
Kegiatan Inti (50 menit) 1. Guru bertanya mengenai materi yang 1. Siswa menjawab pertanyaan
110
telah
dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya
guru terkait materi yang telah dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya 2. Guru memberikan penjelasan tentang 2. Siswa komponen-komponen
yang
harus
mendengarkan
penjelasan guru
diperhatikan dalam bermain drama 3. Guru bertanya seputar komponen- 3. Siswa menjawab pertanyaan komponen yang harus diperhatikan
guru
seputar
dalam bermain drama
komponen
komponen-
yang
harus
diperhatikan dalam bermain drama 4. Guru meminta siswa masuk dalam 4. Siswa masuk dalam kelompok kelompok yang sudah ditentukan
yang ditentukan guru pada
pada pertemuan sebelumnya
pertemuan sebelumnya
5. Guru menyampaikan tugas kerja 5. Siswa kelompok
yakni
masing-masing
kelompok
mementaskan
naskah
kerja
mendengarkan
tugas
kelompok
yang
disampaikan guru
drama yang telah dipersiapkan 6. Guru mendampingi jalannya proses 6. Siswa berlatih drama secara latihan drama secara berkelompok 7. Guru
memperhatikan
berkelompok
penampilan 7. Masing-masing
kelompok
siswa dan mengamati perkembangan
mementaskan naskah drama
konsep sosial siswa.
yang telah ditugaskan secara bergantian di depan kelas.
8. Guru memberi kesempatan untuk 8. Siswa
menanyakan
hal-hal
menanyakan hal-hal yang belum
yang belum jelas dan perlu
jelas dan perlu untuk ditanyakan
untuk ditanyakan.
9. Guru meminta siswa mengerjakan 9. Siswa soal evaluasi
evaluasi
111
mengerjakan
soal
10. Guru dan siswa mengkoreksi hasil 10. Siswa dan guru mengkoreksi pekerjaan siswa C.
hasil pekerjaan siswa
Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru bertanya apa yang bisa siswa
1. Siswa menyampaikan apa
lakukan setelah mempelajari materi
yang bisa mereka lakukan
ini
setelah mempelajari materi ini
2. Guru membantu siswa meyimpulkan
2. Siswa meyimpulkan materi
materi yang telah dipelajari pada
yang telah dipelajari pada
pertemuan ini.
pertemuan ini
3. Guru memberi refleksi pesan untuk siswa
agar
mereka
senantiasa
memiliki pandangan positif tentang bagaimana
orang
3. Siswa memiliki kesan positif tentang bagaimana orang lain memandangnya
lain
memandangnya 4. Guru mengucapkan salam penutup.
4. Siswa
menjawab
salam
penutup dari guru.
J. Sumber dan media pembelajaran a. Sumber : 1. Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2. A.Subarwati dan V.Wangun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 3. Umri Nuraini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b. Media Naskah drama pendek
112
K. Penilaian 1. Prosedur a. Proses b. Akhir 2. Jenis a. Lisan b. Tertulis 3. Bentuk a. Unjuk Kerja b. Essay 4. Alat a. Proses
: terlihat pasa saat siswa mengerjakan tugas kerja kelompok
yakni berlatih dan memerankan b. Akhir
:Soal Essay
5. Kriteria penilaian a. Penilaian kognitif Setiap menjawab benar soal essay akan mendapat skor 10 sehingga total nilai adalah 50 X 2 = 100 Total nilai adalah 100 Keterangan: Nilai A (baik sekali)
= 90-100
Nilai B (baik)
= 76-89
Nilai C (cukup)
= 66-75
Nilai D (kurang)
= <66
b. Penilaian Afektif No
Kelompok
Pembagian
Tanggung
Kerja
kerja
jawab
sama
1 2 Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai
113
A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
c. Penilaian Psikomotorik No
Nama Siswa
Penghayatan
Vokal
Penampilan
1 2 Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
6. Kriteria Keberhasilan Siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai minimal 80
L. Lampiran 1. Materi 2. Soal Evaluasi 3. Kunci Jawaban 4. Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok 5. Media (Naskah Drama Pendek)
Sentolo, 16 Mei 2013 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Kelas
Basuki, S.Pd
Karsiyah, S.Pd. SD
NIP. 19640815 198604 1 004
NIP. 19670402 199303 2 001
114
LAMPIRAN 1 Materi
Bermain Drama Kalian pernah memerankan tokoh tertentu dalam suatu pementasan drama? Jika kalian akan bermain drama, perhatikanlah komponen-komponen dalam bermain drama. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam bermain drama berdasarkan naskah adalah sebagai berikut: 1. Pengahayatan Penghayatan adalah pemahaman terhadap isi naskah drama yang akan dipentaskan yang terlihat pada ekspresi dan pemahaman karakter tokoh. Dalam bermain drama, pemahaman harus dilakukan terhadap keseluruhan teks, tidak hanya terbatas tokoh yang diperankan saja. Pemahaman terhadap tokoh yang diperankan tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pemahaman terhadap tokoh yang lain mengenai latar belakang sosial budaya yang ada dalam teks tersebut, dan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh yang diperankan. 2. Vokal Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain drama mengenai vokal yaitu: a. Kejelasan ucapan Setiap kata atau kalimat yang ada dalam teks drama yang diekspresikan harus dapat didengar oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya suatu ucapan tergantung suara yang diucapkan. Untuk dapat menghasilkan suara yang jelas rajinlah mengadakan pelatihan olah vokal. b. Jeda Masalah jeda, kalian harus dapat mengatur secara tepat, artinya di manakah kalian boleh mengambil nafas dan berapa lama, karena
115
jeda merupakan faktor yang penting supaya apa yang diucapkan sampai kepada pendengar atau penonton. c. Ketahanan dan kelancaran Dalam bermain drama diharapkan seorang tokoh atau pemain memiliki ketahanan dan kelancaran suara. Seorang tokoh jangan sampai terjadi intensitas suara semakin berkurang, atau semakin lama semakin tidak lancar dalam berdialog. 3. Penampilan Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penampilan kita adalah: a. Teknik muncul Teknik
muncul
yakni
cara
yang
harus
ditempuh
dalam
memperlihatkan diri untuk pertama kalinya. b. Gerakan Gerakan artinya cara mengekspresikan tubuh yang disesuaikan dengan dialog yang diucapkan. c. Cara berpakaian Cara berpakaian sering disebut dengan kostum. Kostum harus disesuaikan benar dengan karakter tokoh sehingga kostum yang dipakai dapat lebih mencerminkan karakter tokoh. 4. Pandangan mata Pandangan mata juga disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan. 5.
Konsentrasi Konsentrasi merupakan pengelolaan dari yang dapat menentukan keberhasilan dalam mengekspresikan drama, karena konsentrasi berfungsi sebagai pembalut saat berekspresi.
Sumber: Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
116
LAMPIRAN 2 Soal Evalusi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar! 1. Sebutkan 5 hal yang harus diperhatikan saat bermain drama! 2. Apa yang dimaksud dengan penghayatan dalam bermain drama? 3. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran mengenai vokal! 4. Apa saja yang harus diperhatikan dalam penampilan kita saat bermain drama? 5. Bagaimana cara mengatasi rasa tidak percaya diri saat bermain drama?
117
LAMPIRAN 3 Kunci Jawaban
1. Lima hal yang harus diperhatikan saat bermain drama adalah penghayatan, vokal, penampilan, pandangan mata dan konsentrasi 2. Penghayatan dalam bermain drama adalah pemahaman terhadap isi naskah drama yang akan dipentaskan terlihat pada ekspresi dan pemahaman karakter tokoh yang diperankan 3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran mengenai vokal yaitu: a. Kejelasan ucapan Setiap kata atau kalimat yang ada dalam teks drama yang diekspresikan harus dapat didengar oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya suatu ucapan tergantung suara yang diucapkan. Untuk dapat menghasilkan suara yang jelas rajinlah mengadakan pelatihan olah vokal. b. Jeda Masalah jeda, kalian harus dapat mengatur secara tepat, artinya di manakah kalian boleh mengambil nafas dan berapa lama, karena jeda merupakan faktor yang penting supaya apa yang diucapkan sampai kepada pendengar atau penonton. c.
Ketahanan dan kelancaran Dalam bermain peran diharapkan seorang tokoh/pemain memiliki ketahanan dan kelancaran suara. Seorang tokoh jangan sampai terjadi intensitas suara semakin berkurang, atau semakin lama semakin tidak lancar dalam berdialog.
4. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penampilan kita saat bermain drama adalah teknik muncul, gerakan dan cara berpakaian 5. Cara mengatasi rasa tidak percaya diri saat bermain drama adalah dengan membiasakan diri tampil di depan kelas
118
LAMPIRAN 4 Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok
Evaluasi siswa eksperimen 2 Nama Kelompok Nama No absen
: : :
Isilah lembar evalusi kegiatan berikut ini dengan memberikan tanda centang () pada kolom ya atau tidak sesuai dengan pemahamanmu! jawaban No Pertanyaan Ya tidak 1 Saya menyelesaikan tugas kelompok dengan baik 2 Saya dapat bekerjasama dengan teman kelompok sesama jenis 3 Saya dapat bekerjasama dengan teman kelompok lawan jenis 4 Teman kelompok meyakinkan saya bahwa saya bisa memainkan peran yang diberikan 5 Teman kelompok meyakinkan saya bahwa saya mampu memberikan penampilan terbaik 6 Saya menjadi lebih percaya diri karena bekerja secara kelompok 7 Saya paham bahwa pandangan positif tentang bagaimana orang lain memandang diri kita itu penting 8 Saya yakin orang lain (teman, guru atau peneliti) memiliki pndangan yang baik kepada saya
119
LAMPIRAN 5 Media (Naskah Drama Pendek)
Drama 1 KRISIS EKONOMI Pemain: 1. Pino 2. Lala 3. Ibu Di Sebuah kamar tidur. Seorang anak perempuan berambut panjang sedang memasukkan uang ke dalam celengan berbentuk ayam. Tiba-tiba datang seorang anak laki-laki membawa buku pelajaran. Pino Lala
Pino
Lala
Pino Lala Pino Ibu
Pino
: (Menghampiri Lala, kemudian berdiri di samping Lala.) Kak, apa yang dimaksud dengan krisis ekonomi? : (Memandang Pino.) Krisis ekonomi adalah ekonomi dalam keadaan gawat atau sulit. Maksudnya adalah kita sekarang sulit untuk mencari uang atau nafkah. Mengapa kamu menanyakan tentang krisis ekonomi? : (Duduk di tempat tidur Lala yang berada di sebelah meja belajar.) Aku membaca materi pelajaran untuk besok. Di dalam materi tersebut ada hal mengenai krisis ekonomi. : (Menutup buku pela-jaran, lalu mengarahkan tempat duduknya ke arah Pino duduk.) Bangsa Indonesia memang sedang dilanda krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi ini, banyak perusahaan yang gulung tikar atau bangkrut. Karena perusahaan bangkrut, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Akhirnya, pengangguran menjadi banyak. : Terus dengan adanya krisis ekonomi ini, apa yang harus kita lakukan, Kak Lala? : Kita harus rajin menabung! : Bagaimana caranya menabung, Kak? : (Mendekati Lala dan Pino) Ibu, kan selalu memberi kita uang jajan. Uang jajan tersebut jangan dihabiskan, tetapi juga harus disisihkan sedikit untuk ditabung. : (Memukul kening dengan telapak tangan.)
120
Ibu Pino Ibu Pino
Lala
Aduh! Selama ini aku selalu menghabiskan uang jajanku. Terus, di mana saya bisa menabung, Bu? : (Mengambil celengan yang ada di atas meja belajar) Kamu bisa menabung di celengan atau di bank. : Memangnya apa bedanya antara menabung di bank dan menabung di celengan? : Sebenarnya sama saja. Hanya kalau kamu menabung di bank akan lebih aman. : (Menguap dan berdiri dari tempat tidur Lala.) Mulai dari sekarang aku akan menyisihkan uang jajanku untuk aku tabung. Terima kasih atas penjelasannya, ya Kak Lala dan Ibu. Sekarang aku mau pergi tidur dulu. Selamat Malam!” (Pergi dari kamar tidur Lala dan menutup pintu.) : (Meletakkan celengan di tempat semula.) Selamat Malam.
Sumber: A.Subarwati dan V.Wangun. (2009). Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
121
Drama 2 MEMILIH TONTONAN DI TELEVISI Pemain: 1. Rena 2. Fajar 3. Ayah 4. Ibu Suatu sore Ayah, Rena dan Fajar sedang duduk santai di ruang keluarga. Mereka sedang melihat televisi. Rena duduk didekat ayah. Mereka bercakapcakap tentang hiburan di televisi yang makin banyak variasinya. Rena : (Memandang wajah ayah.) Ayah, tadi pagi Ida bercerita tentang sinetron yang ditontonnya semalam. Fajar : (Memandang Rena.) Apa yang ditonton Ida semalam? Rena : Katanya ia menonton sinetron yang menceritakan pembunuhan seorang anak kecil. Bolehkah Rena menonton film itu, Kak? Sebab menurut Ida, filmnya akan dilanjutkan malam ini pukul 20.00. Ayah : (Memandang rena) Rena, Ayah tidak melarang kalian menonton televisi tetapi kita harus dapat memilih tontonan yang baik. Rena : (Mukanya cemberut karena kecewa.) Lalu, tontonan yang bagaimana yang boleh ditonton oleh anak-anak? Ibu datang membawa minuman dan makanan. Lalu ibu menyajikan makanan dan minuman tersebut di meja. Setelah menyajikan, Ibu duduk di sebelah Rena. Ibu
: Yang boleh kamu lihat adalah acara televisi yang khusus untuk anakanak. Misalnya acara menyanyi untuk anak, cerita untuk anak, belajar menggambar, pengetahuan untuk anak-anak, film kartun, dan masih banyak lagi. Ayah : (Mengambil minuman yang ibu sajikan.) Sekarang acara untuk anak-anak juga harus diseleksi lagi karena banyak acara anak-anak yang sudah berbau dewasa. (Minum minuman yang disajikan.) Fajar : (Mengambil makanan.) Acara apa yang tidak boleh ditonton anak-anak, Yah? (Memakan makanan yang disajikan oleh ibu.)
122
Ayah : (Mengembalikan minuman ke meja. Kemudian mengambil makanan yang disajikan oleh ibu.) Film-film yang mengandung kekerasan sebaiknya jangan ditonton. Anakanak masih mudah terpengaruh. Kalau banyak menonton film yang mengandung kekerasan, anak-anak akan terus ingat adegan-adegan tersebut dan mereka akan bertindak keras juga. Ibu : Begitu pula adegan-adegan khusus untuk orang dewasa tidak boleh ditonton oleh anak-anak. Rena : (Mukanya tidak cemberut lagi.) Kalau begitu acara apa yang boleh ditonton anak-anak? Ayah : Berita boleh ditonton anak-anak agar kalian tahu peristiwa yang terjadi di tempat lain. Film yang menayangkan dunia anak-anak, yaitu bermain dan belajar tentu boleh ditonton anak-anak. Ibu : (Mengambil makanan.) Pilihlah tontonan yang baik dan bermanfaat untuk kita. Rena, Fajar sudah sore. Ayo lekas mandi! (Memakan makanan.) Rena dan Fajar : Baik, Bu. Kami berjanji akan mencari hiburan yang baik dan bermanfaat. Rena dan Fajar kemudian meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersiap mandi. Sedangkan, ayah dan ibu masih melihat televisi sambil memakan makanan yang disajikan ibu. Sumber: Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
123
Drama 3 SALAH PAHAM Pemain: 1. Tian 2. Yosep 3. Vani 4. Pak Anwar Pada saat istirahat setelah pelajaran olahraga, Tian, Yosep dan Vani berada di depan kelas. Mereka bercakap-cakap membahas tentang sesuatu hal. Tian : Sep, aku rasa Pak Anwar memang tidak suka padaku! Yosep : Mengapa kamu berkata begitu, Yan? Tian : Coba kamu perhatikan sikap Pak Anwar selama ini! Kemarin, aku tidak mengikuti pelajaran olahraga sekali saja langsung dihukum. Yosep : Itu hanya perasaanmu saja! Soal itu, kamu kan yang salah, mengapa kamu berbohong kepada Pak Anwar? Akhirnya ketahuan juga, kan? Lagi pula, kamu kan baru dihukum satu kali. Tian : Sekali bagaimana? Tadi, aku disuruh push up sama squat jump di depan anak-anak. Kok, hanya aku saja yang disuruh memperhatikan, yang lain tidak? Vani : Yan, tadi bukan hukuman, tadi kamu memang dipilih untuk memberi contoh kepada teman-teman cara push up yang baik sekalian dibetulkan sama Pak Anwar! Tian : Mengapa aku yang dipilih, tidak bergantian? Aku, kan jadi capek disuruh push up dan squat jump! Vani : Ya, anggap saja itu gantinya olahraga yang kemarin kamu tidak masuk! Tian : Enak saja, kemarin aku sudah dihukum lari keliling lapangan 3x, lho! Masa sekarang disuruh mengganti lagi, itu namanya tidak adil. Vani : Iya-iya, tapi kamu jangan emosi dong! Aku yakin Pak Anwar bermaksud baik. Tian : Ah, kamu membela Pak Anwar! Tiba-tiba, Pak Anwar lewat di depan mereka. Tian nampak kebingungan. Yosepdan Vani tersenyum saja. Yosep Tian
: Yan, sudahlah kamu jangan salah sangka begitu, tidak baik itu namanya! : Sudahlah, percuma bicara dengan kamu!
124
Pak Anwar
: Lho, kalian kok nggak ganti baju seragam. Pelajaran sudah selesai, lho! Sana ganti pakaian, langsung istirahat sebentar! Yosep, Tian &Vani : Iya, Pak! Ini juga mau ganti pakaian. Pak Anwar : Tetapi, sepertinya kalian mendiskusikan sesuatu, apa yang kalian diskusikan? Tian : Tidak, Pak! Kami cuma bercanda biasa. Pak Anwar : Ya, sudah, kalau begitu jangan bohong lagi, ya. Nanti kalau ketahuan saya hukum, lho! Yosep : Ah, ini lho, Pak! Sebelumnya maaf, sepertinya Tian salah paham kepada Bapak. Tian : (Berusaha membela diri) Ah, nggak Pak! Jangan percaya Yosep, dia memang suka begitu! Pak Anwar : Salah paham kepada Bapak? Vani : Ya, Pak. Tian merasa Bapak tidak suka padanya, soalnya beberapa hari ini Bapak sering menghukumnya! Pak Anwar : (Sambil tertawa) Aduh, itu bukan hukuman, Yan! Yang pertama, saya lakukan karena kamu membohongi Bapak. Terus yang tadi, saya suruh kamu push up dan squat jump, karena saya tahu kemampuanmu melebihi teman-temanmu, jadi, kamu yang saya suruh! Sudah jelas kan? Semua itu saya lakukan bukan karena Bapak tidak suka sama kamu. Tetapi sebaliknya, Bapak sayang sama kamu. Yosep & Vani : Tuh, benar kan, Yan! Kamu jangan salah paham dulu sama Pak Anwar. Tian : Iya.. ya! Aku juga minta maaf sama Pak Anwar telah salah paham. Pak Anwar : Iya.. tidak apa-apa! Bapak juga minta maaf jika ada kesalahan! Eh, gimana kalau nanti sore kita melihat pertandingan sepak bola bersama di lapangan sentolo? Bagus, lho! Kebetulan yang bertanding SD Makmur dengan SD Sejahtera. Bagaimana mau, tidak? Anggap saja untuk menghilangkan salah paham antara kita! Tian, Yosep & Vani: Oke.. Pak, kami mau! Pak Anwar : Ya sudah, jam 3 saya tunggu di rumah, ya! Dan sekarang waktunya ganti pakaian. Tian, Yosep & Vani: Siap! Sumber: Umri Nuraini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia 5 untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
125
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SD Negeri Kalikutuk
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan
Kelas/ Semester
: V (Lima)/II (Genap)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Pertemuan Ke
: 3 (Tiga)
Hari/Tanggal
: Kamis, 23 Mei 2013
A. Standar Kompetensi: Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa B. Kompetensi Dasar: Mengekspresikan diri melalui gambar ilustrasi manusia dan kehidupannya C. Indikator: 1. Membuat gambar ilustrasi diri di masa yang akan datang D. Tujuan: Setelah mempelajari materi ini , 1. Siswa mampu memiliki gambaran tentang dirinya di masa yang akan datang E. Materi Pokok: Cita-citaku F. Pendekatan Pembelajaran: Student Center G. Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Kerja Kelompok H. Kegiatan Pembelajaran: a. Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru mempersiapkan media, sumber belajar dan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran 2. Guru memeriksa kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran
126
3. Guru mengawali pelajaran dengan memberikan salam 4. Guru memberikan apersepsi kepada siswa melalui pertanyaan “Apa saja pekerjaan yang ada di lingkungan tempat kita beraktifitas?” 5. Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini b. Kegiatan inti ( 50 menit) Eksplorasi: 1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 2. Siswa mendengarkan sebuah cerita yang disampaikan guru tentang cita-cita 3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang cita-cita siswa di masa yang akan datang . 4. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang hal apa saja yang dapat siswa lakukan untuk meraih cita-cita tersebut. Elaborasi 1. Siswa masuk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. 2. Siswa mendengarkan tugas kerja kelompok yang disampaikan guru yakni
masing-masing
kelompok
diminta
membuat
gambar
imajinatif tentang cita-cita anggotanya, disertai dengan keterangan hal yang dilakukan siswa untuk meraih cita-cita tersebut. 3. Anggota kelompok saling berdiskusi dan memberi masukan tentang cara yang dapat dilakukan untuk meraih cita-cita tersebut sesuai dengan kreatifitasnya 4. Siswa menyelesaikan gambar dan keterangan cara meraih cita-cita secara berkelompok 5. Masing-masing kelompok menampilkan hasil kerja di depan kelas
127
Konfirmasi 1. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan perlu untuk ditanyakan. c. Kegiatan akhir (10 menit) 1. Siswa menyampaikan apa yang bisa mereka lakukan setelah mempelajari materi ini 2. Siswa di bantu oleh guru, bersama-sama meyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. 3. Guru memberikan refleksi pesan kepada siswa terkait kegiatan pembelajaran 4. Guru menuntup pelajaran dengan mengucapkan salam. I. Skenario pembelajaran No. A.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal (10 menit) 1. Guru
mempersiapkan
media, 1. Siswa
mempersiapkan
sumber belajar dan segala sesuatu
untuk
yang
pembelajaran
berkaitan
dengan
proses
mengikuti
diri proses
pembelajaran 2. Guru memeriksa kesiapan siswa 2. Siswa siap mengikuti proses sebelum menerima pelajaran 3. Guru mengucapkan salam
pembelajaran 3. Siswa menjawab salam yang diucapkan guru.
4. Guru memberikan apersepsi kepada 4. Siswa menjawab pertanyaan siswa melalui pertanyaan “Apa saja
guru
pekerjaan yang ada di lingkungan tempat kita beraktifitas?” 5. Guru
menyampaikan
kompetensi 5. Siswa mendengarkan apa yang
(tujuan) yang akan dicapai dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan dalam pertemuan kali ini
128
disampaikan oleh guru.
B.
Kegiatan Inti (50 menit) 1. Guru bertanya mengenai materi yang 1. Siswa menjawab pertanyaan telah
dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya
guru terkait materi yang telah dipelajari
pada
pertemuan
sebelumnya 2. Guru menyampaikan sebuah cerita 2. Siswa mendengarkan cerita tentang cita-cita
yang disampaikan guru
3. Guru bertanya tentang cita-cita siswa 3. Siswa menjawab pertanyaan di masa yang akan datang
guru tentang cita-citanya di masa yang akan datang
4. Guru bertanya tentang hal apa saja 4. Siswa menjawab pertanyaan yang dapat siswa lakukan untuk
guru tentang hal apa saja yang
meraih cita-cita tersebut
dapat siswa lakukan untuk meraih cita-cita tersebut
5. Guru meminta siswa masuk dalam 5. Siswa masuk dalam kelompok kelompok yang sudah ditentukan
yang ditentukan guru pada
pada pertemuan sebelumnya
pertemuan sebelumnya
6. Guru menyampaikan tugas kerja 6. Siswa kelompok
yakni
masing-masing
kelompok diminta membuat gambar imajinatif anggotanya,
tentang disertai
mendengarkan
tugas
kelompok
yang
kerja
disampaikan guru
cita-cita dengan
keterangan hal yang dilakukan siswa untuk meraih cita-cita tersebut 7. Guru mendampingi jalannya proses 7. Anggota kerja berkelompok
berdiskusi
kelompok dan
saling memberi
masukan tentang cara yang dapat dilakukan untuk meraih cita-cita tersebut 8. Guru mendampingi jalannya proses 8. Siswa menyelesaikan gambar
129
kerja berkelompok
dan keterangan cara meraih cita-cita secara berkelompok
9. Guru memberikan apresiasi positif 9. Masing-masing
kelompok
berupa reward bagi setiap kelompok
menampilkan hasil kerja di
yang
depan kelas
berhasil
menyelesaikan
tugasnya 10. Guru memberi kesempatan untuk 10. Siswa
menanyakan
hal-hal
menanyakan hal-hal yang belum jelas
yang belum jelas dan perlu
dan perlu untuk ditanyakan
untuk ditanyakan
C.
Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru bertanya apa yang bisa siswa
1. Siswa menyampaikan apa
lakukan setelah mempelajari materi
yang bisa mereka lakukan
ini
setelah mempelajari materi ini
2. Guru membantu siswa meyimpulkan
2. Siswa meyimpulkan materi
materi yang telah dipelajari pada
yang telah dipelajari pada
pertemuan ini.
pertemuan ini
3. Guru memberi refleksi pesan untuk
3. Siswa memiliki kesan positif
siswa agar mereka senantiasa optimis
tentang
dirinya
sehingga
terhadap masa depannya
tumbuh rasa optimis terhadap masa depannya
4. Guru mengucapkan salam penutup.
4. Siswa
menjawab
salam
penutup dari guru.
J. Sumber dan media pembelajaran a. Sumber : 1. Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b. Media Papan “Jika Aku Besar Nanti”
130
K. Penilaian 1. Prosedur a. Proses b. Akhir 2. Jenis a. Lisan b. Tertulis 3. Bentuk a. Produk 4. Alat a. Proses
: terlihat pasa saat siswa mengerjakan tugas kerja kelompok
yakni bekerjamasa dan berdiskusi dengan kelompoknya b. Akhir
: Soal penilaian
5. Kriteria penilaian a. Penilaian kognitif No
Kelompok
Kualitas
Kreativitas
pengerjaan
dalam
tugas
pengerjaan
Hasil akhir
tugas 1 2 Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
b. Penilaian Afektif No
Kelompok
Pembagian kerja
1 2
131
Tanggung jawab
Kerja sama
Setiap kolom diisi dengan nilai 20-30, jadi total nilai adalah 60-90 Keterangan nilai A (baik sekali) : 81-90 B (baik)
: 71-80
C (cukup)
: 61-70
c. Penilaian Psikomotorik No
Kelompok
Kerapian
Ketelitian
Kelincahan
dalam
dalam
dalam
melakukan
melakukan
melakukan
kerja
kerja
kerja
kelompok
kelompok
kelompok
1 2 Setiap kolom diisi dengan nilai 10-20, jadi total nilai adalah 50-100 Keterangan nilai A (baik sekali) : 84-100 B (baik)
: 67-83
C (cukup)
: 50-66
6. Kriteria Keberhasilan Siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai minimal 80
132
L. Lampiran 1. Materi 2. Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok 3. Media
Sentolo, 23 Mei 2013 Mengetahui Kepala Sekolah
Guru Kelas
Basuki, S.Pd
Karsiyah, S.Pd. SD
NIP. 19640815 198604 1 004
NIP. 19670402 199303 2 001
133
LAMPIRAN 1 Materi
Tiga Penjual Sapu Oleh : Iin Solihin Musim gugur yang paling dinantikan oleh seluruh penduduk kerajaan Ayodia telah tiba. Namun bagi Raja Aleida, musim gugur kali ini merupakan musim yang menyedihkan. Betapa tidak, ia harus berpikir keras bagaimana caranya membersihkan halaman istana yang sangat luas itu setiap hari. Seminggu sebelum musim gugur tiba, Pak Andaru, kepala kebersihan istana, pensiun karena sudah uzur dan sakit-sakitan. Celakanya, musim gugur kali ini begitu dahsyat. Daun pada pepohonan di halaman istana berguguran. Saking kencangnya angin bertiup, tidak hanya daun kering yang berguguran, daun-daun hijau pun berjatuhan. Tentu saja keadaan ini membuat istana menjadi kotor. Melihat situasi seperti itu, Raja segera menitahkan Mahapatih Gazdera untuk mencari tukang sapu di berbagai pelosok negeri. Raja membutuhkan 42 sapu yang akan digunakan untuk membersihkan halaman istana oleh 21 pembersih istana. Sapu-sapu yang ada ternyata tidak lagi memadahi. Kalau pun ada, sapu-sapu tersebut umumnya sudah tua, atau tidak cocok lagi untuk menyapu sampah yang kian menggunung. Akhirnya Mahapatih Gazdera berkeliling ke beberapa tempat. Setelah dua minggu, barulah ia menemukan tiga penjual sapu. Mereka ini penjual sapu terkenal di kerajaan Ayodia. Penjual sapu pertama adalah seorang bapak tua. Ia tinggal di sebuah desa di tepi hutan. Tetapi ketika
134
ditanya oleh Mahapatih Gazdera berapa harga sapunya, dengan tidak bersemangat ia mengangkat bahu. “Sapu-sapu ini tidak dijual. Sudah ada yang pesan,” jawabnya sambil memberesi barang dagangannya. “Nanti sore akan diambil,”katanya lagi. Namun, matahari semakin condong ke arah barat, tak seorang pun datang menghampirinya. Sebenarnya ia telah berbohong. Ia tak yakin Mahapatih Gazdera akan membeli sapu dalam jumlah banyak. Selama ini memang tidak melayani eceran. Mahapatih Gazdera berlalu. Ia menuju pedagang sapu ke dua, tak jauh dari bapak tua tadi. Hatinya senang ketika pedagang sapu itu menyambutnya dengan senyum. “Sapunya masih ada, Pak?” tanya Patih Gazdera sambil tersenyum. “Masih, Pak. Bapak perlu berapa?” tanyanya sambil memperlihatkan sapu-sapu hasil karyanya. Sapu-sapu itu bagus dan beragam corak serta warnanya. “Saya membutuhkan 42 sapu untuk membersihkan halaman istana,” ujar Mahapatih. Pedagang sapu itu tersentak kaget.” Bapak dari istana?” Ia mengiyakan. “Saya Patih Gazdera. Raja menitahkan saya untuk mencari sapu.” Lama pedagang sapu itu berpikir. Kemudian ia berkata. “Tetapi, maaf beribu maaf Mahapatih, sapu-sapu ini sudah ada yang pesan. Mungkin besok atau lusa Mahapatih bisa datang ke sini. Saya akan siapkan sapusapu sesuai pesanan istana,” katanya sambil berharap Mahapatih Gazdera tidak marah.
135
Ia tak yakin istana akan membayarnya. Manurut dia, Raja bisa saja mengambil sapu sesuka hati, dan ia tidak mendapat bayaran sepeserpun. Sapu-sapu itu dibuatnya dengan susah payah, ia tak rela jika seseorang mengambilnya, termasuk raja sekalipun. Sambil tersenyum Mahapatih Gazdera berkata, “Tidak apa-apa Pak, kalau sudah ada yang pesan. Saya akan cari ke tempat lain saja. Mudah-mudahan dapat.” Bersorak gembira hati sang pedagang sapu itu. “Akhirnya sapu-sapu saya selamat dari rampasan istana,” gumamnya. Ia sempat khawatir. Mahapatih Gazdera memaksa meminta sapu-sapunya. Malam telah tiba. Tetapi Mahapatih Gazdera tidak putus asa. Persis di seberang pedagang sapu kedua, ia melihat ada seorang bapak renta ditemani anak laki-lakinya berjualan sapu. Dengan berheran-heran ia hampiri pedagang sapu tersebut. “Silakan masuk, Pak.” kata anak laki-laki itu sambil menyorongkan sebuah kursi kayu. “Bapak mencari sapu?” “Ya, saya mencari sapu. Saya membutuhkan 42 sapu.” “Wah, banyak sekali, buat apa sapu sebanyak itu, Pak?” tanyanya polos. “Maaf saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Hari sudah malam, saya harus segera pulang. Jika Bapak tidak keberatan, boleh saya bawa sapu-sapu ini ke tempat saya? Saya janji, pasti dibayar,” katanya berharap. Dari pengalaman sebelumnya, ia tak ingin menyebutkan identitas. Tanpa berpikir panjang lagi, Bapak renta itu mengiyakan. “Silakan Bapak ambil dulu
136
jika memang tidak membawa uang. Dibayar kemudian pun tidak apa-apa,” ujarnya tulus. Kemudian, “Tapi bagaimana caranya mambawa sapu sebanyak ini?” katanya kebingungan. Tiba-tiba anaknya menyahut, “Saya bisa membantu, Pak!” Setelah sapu-sapu selesai dirapikan, Mahapatih Gazdera pulang. Sambil berjalan menyusuri jalan perkampungan, Mahapatih tak henti-hentinya berdecak kagum kepada anak laki-laki itu. Meskipun masih kecil, tenaganya luar biasa. Seraya memikul sapu, anak itu tak henti-hentinya bersiul dan bernyanyi riang. Padahal hari semakin malam. “Nak, kamu tidak capai? Kalau capek, kita istirahat dulu,” tawarnya. “Tidak, Pak. Kalau diselang istirahat, saya suka ketiduran. Lebih baik jalan terus,” jelasnya. “Baiklah kalau begitu. Tak lama lagi juga sampai.” Tak lama kemudian sampai di pintu masuk istana. Karena perjalanan pada malam hari, anak laki-laki itu baru menyadari di mana kini dia berada. Belum hilang rasa kagetnya, ia segera diajak masuk oleh Mahapatih Gazdera. Bukan main senangnya Raja ketika Mahapatih Gazdera mendapat sapu sesuai dengan keinginannya. Sapu-sapu itu sangat bagus, kuat, dan warna-warni pula. Raja Aleida pun menitahkan Mahapatih Gazdera agar bapak renta dan anak lakilakinya itu dibawa ke istana untuk menjadi kepala kebersihan istana, sekaligus pembuat sapu di lingkungan kerajaan. Sumber: Sri Rahayu dan Yanti Sri R. (2009). Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
137
LAMPIRAN 2 Lembar Evaluasi Siswa Kegiatan Kerja Kelompok
Evaluasi siswa eksperimen 3 Nama Kelompok Nama No absen
: : :
Isilah lembar evalusi kegiatan berikut ini dengan memberikan tanda centang () pada kolom ya atau tidak sesuai dengan pemahamanmu! jawaban No Pertanyaan Ya tidak 1 Saya menyelesaikan tugas kelompok dengan baik 2 Saya dapat bekerjasama dengan teman kelompok dengan baik 3 Teman kelompok meyakinkan saya bahwa saya bisa meraih apa yang telah dicita-citakan dengan berbagai cara 4 Teman kelompok memberi saya masukan bagaimana agar saya dapat meraih cita-cita saya 5 Banyak usaha yang pasti bisa saya lakukan untuk meraih citacita saya 6 Saya yakin akan berhasil di masa depan 7 Saya paham bahwa pandangan positif tentang bagaimana diri kita di masa depan itu penting 8 Saya yakin saya dapat meraih apa yang saya cita-citakan
138
LAMPIRAN 3 Media
139
Hasil Pretest dan Posttest Angket Self Concept
140
141
142
143
144
145
146
147
148
Surat Ijin Penelitian
149
150
151
152
153
154
Foto-Foto Penelitian
155
FOTO SUASANA BELAJAR KELAS EKSPERIMEN
Siswa Saling Membantu dalam Melaksanakan Kerja Kelompok
Siswa Aktif Berdiskusi dalam Kelompok
Siswa Aktif Berlatih Drama Secara Kelompok
Siswa Menyelesaikan Tugas Kerja Kelompok
156
FOTO SUASANA BELAJAR KELAS KONTROL
Guru Menjelaskan Materi Pelajaran
Guru Melakukan Tanya Jawab dengan Siswa
Guru Menulis Penjelasan di Papan Tulis
Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi
157
FOTO PELAKSANAAN PRETEST DAN POSTTEST ANGKET SELF CONCEPT
Pretest Kelas VA
Posttest Kelas VA
Pretest Kelas VB
Posttest Kelas VB
158