PENGARUH MANUSIA DALAM SURVEI UNTUK PENGELOLAAN EKOSISTEM*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang 85225, Timor - NTT 1. PENDAHULUAN
Kebutuhan bagi pengelolaan ekosistem lahir tidak karena adanya suatu penurunan alam dan lingkungan hidup, tetapi karena kebutuhan, keinginan dan filosofi manusia. Jika ras manusia membubarkan eksistensinya, Perancang Utama akan terus-menerus untuk mengecat bentang alam dalam bentuk-bentuk material. Siklus produksi, konsumsi dan dekomposisi ekosistem tidak diramalkan berdasarkan pada eksistensi dari Homo sapiens. Jenis kehidupan yang lain juga membentuk aksi terkait yang lebih sederhana di alam dengan peranan manusia yang sungguh efektif di alam. Akan tetapi, ini jelas bahwa keberlangsungan ekosistem dapat terjadi di dalam ketidakhadiran manusia yang teknologis. H. sapiens adalah suatu jenis yang amat berkuasa dalam batas-batas kemampuannya untuk mempengaruhi perubahan di sekitarnya. Kekuatan ini belum meluas ke penciptaan sistem pendukung kehidupan yang tidak melibatkan makhluk yang lain. Manusia belum merupakan suatu keutuhan di dalam dirinya sendiri; ini menyisakan suatu masalah spekulasi bagaimanakah manusia kelak. Manusia harus tetap suatu bagian yang tak terpisahkan dari ekosistemnya yang melibatkan makhluk hayati lain. Karena manusia harus memiliki ekosistem bersama dengan bentuk kehidupan lain, ada sedikit perdebatan apakah ekosistem ini bukan alam. Akan tetapi, tanggung jawab menyertai kemampuan manusia untuk mengendalikan seluruh ekosistem. Lebih lanjut, manusia harus juga menentukan tingkatan tanggung jawab yang membentang di balik kebutuhan minimal sehingga suatu ekosistem dimungkinkan sebagai suatu sistem pendukung kehidupan bagi H. -------------*) Disiapkan untuk bahan bacaan umum dan mahasiswa dalam permasalahan ekologi dan lingkungan hidup. Kupang, Maret 2002.
1
sapiens sendiri. Karena manusia adalah suatu jenis sosial, formulasi dari definisi tanggung jawab sosial di sini memerlukan suatu pandangan kolektif. Sekali lagi, pengelola harus mempunyai teknik-teknik survei untuk melengkapi penyelidikan mengenai pola sikap, kesukaan, persepsi dan aktivitas manusia dalam ekosistemnya. Hal-hal inilah yang membentuk pokok dari tulisan ini.
2. KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN LAHAN
Informasi mengenai penggunaan dan kepemilikan lahan terkini akan menyediakan suatu data dasar bagi perencanaan penggunaan lahan dan perumusan kebijakan bagi pengelolaan sumber daya dalam ekosistem.
Kepemilikan
Informasi langsung mengenai kepemilikan dapat berasal dari catatan resmi yang merupakan informasi umum. Pemanfaatan informasi kepemilikan yang lengkap dibatasi oleh permasalahan yang sangat terkait dengan status kekinian dari informasi itu sendiri. Dalam memahami pergantian cepat mengenai kepemilikan aktual, kebutuhan informasi kepemilikan harus dianalisis secara kritis. Dalam banyak kemungkinanan, orang dapat bekerja dengan informasi kepemilikan yang kurang daripada seharusnya. Kebutuhan kritis amat berhubungan dengan suatu pemilahan ke dalam kategori-kategori relatif seperti kepemilikan umum, bersama dan individual. Karena banyak transaksi lahan berlangsung di dalam kategori kepemilikan individu, sebuah arsip mengenai tipe kepemilikan ini menjadi ketinggalan bersamaan waktu.
Penggunaan Lahan
Informasi yang terperinci mengenai penggunaan lahan tidak mudah untuk diperoleh karena banyak pekerjaan lapangan yang merupakan keharusan untuk membuat pembedaan yang baik. Lebih lanjut, ini perlu mendapat pemikiran dan pengujian banyak untuk sampai kepada suatu klasifikasi terperinci agar tidak tumpang tindih antara kategori dan melayani pelbagai tujuan. Pedoman Kode Penggunaan Lahan Standar Amerika Serikat misalnya, merupakan sebuah
2
pedoman yang menyediakan suatu titik acuan sama dalam memahami informasi terperinci mengenai penggunaan lahan sebagai suatu kebutuhan mutlak. Akan tetapi, informasi penggunaan lahan yang terperinci tidak harus nyata bagi kebanyakan penerapan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan penggunaan lahan. Apabila informasi umum mencukupi, penutupan lahan acap kali dapat digunakan sebagai suatu pengganti untuk penggunaan lahan. Kemudahan dengan penutupan lahan yang dapat dideteksi dengan remote sensing dan menjadikan pendekatan ini popular dalam usaha pemetaan penggunaan lahan modern. Anderson, Hardy dan Roach (1972) mengusulkan suatu sistem klasifikasi pada kategori yang dapat dinilai berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui sensor remote satelit. Kategori yang dicakup pada tahap pertama ini adalah (1) lahan perkotaan dan gedung perumahan, (2) lahan pertanian, (3) padang gembala, (4) lahan hutan, (5) air, (6) lahan basah tidak berhutan, (7) lahan gundul, (8) tundra, (9) lahan-lahan es dan salju permanen. Kategori pada tingkatan kedua dapat dibangun sehingga kebanyakan informasi dapat diperoleh dari foto udara. Tingkatan ketiga dan yang lebih rendah ditinggalkan dan dapat dilakukan untuk pengembangan kemudian sesuai dengan kebutuhan lokal dan regional. Sistem klasifikasi yang diusulkan ini telah disebarluaskan oleh badan-badan yang berhubungan dengan pemetaan penggunaan lahan bagi penelaahan dan komentar yang diperlukan. Respons terhadap sistem yang diusulkan mengarah kepada suatu revisi seperti yang diperikan oleh Anderson, Hardy, Roach dan Witmer (1976). Modifikasi sederhana dan pengembangan dari yang mula-mula atau sistem yang direvisi diadopsi oleh banyak negara dam badan lain yang terlibat dalam pemetaan penggunaan lahan. Banyak keuntungan dari suatu uniformitas dalam klasifikasi yang membuatnya mengadopsi sistem dengan modifikasi sebagai keharusan. Perbedaan regional dan perbedaan tujuan untuk pengumpulan informasi membuat ini tidak beralasan untuk mengharapkan banyak uniformitas pada tingkatan yang lebih rendah dari hirarki klasifikasi. Daripada kita mendukung pendekatan ini sebagai suatu sumber informasi yang uniform dan tidak mahal mengenai penutupan atau penggunaan lahan, kita ingin menekankan sekali lagi pandangan bahwa ini diinginkan untuk menyusun sistem informasi sehingga setiap komponen ekosistem didokumentasi secara terpisah bersamaan dengan keharusan pengindeksan ruang dan waktu untuk merumuskan kategorisasi lahan dalam beberapa bentuk alternatif dengan menumpangtindihkan informasi pada komponen ekosistem.
3
3. INFORMASI PERSONAL DAN ORGANISASI
Informasi penggunaan lahan yang dikumpulkan seperti diuraikan di atas memungkinkan banyak tujuan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan penggunaan lahan secara umum. Akan tetapi, fase-fase perencanaan proyek dan penilaian dampak lingkungan yang lebih terinci akan acapkali memerlukan informasi mengenai pola aktivitas, perilaku, kemauan, karakteristik ekonomi, dan karakteristik demografi dari populasi manusia yang dipengaruhi oleh atau membentuk kelompok pelanggan bagi pelaksanaan yang diusulkan. Beberapa informasi mengenai sifat ini adalah tersedia dalam data sensus, tetapi banyak dari informasi yang terkait di sini yang harus dikumpulkan sedikit melalui teknik riset yang dikembangkan oleh ahli-ahli ilmu sosial. Senjata utama bagi riset adalah kuesioner, wawancara, dan pengamatan oleh pengamat terlatih. Mendengarkan pandangan umum dapat dipandang sebagai suatu tipe wawancara kelompok yang tidak terstruktur. Biaya dan ketiadaan respons adalah dua kesulitan utama yang mengganggu usaha untuk memperoleh jenis informasi ini. Ketersediaan waktu bagi pelaksanaan survei acapkali merupakan suatu pertimbangan tambahan. Kita tidak dapat mengharapkan untuk mencakup banyak keterincian teknik survei di sini, tetapi kita dapat menyediakan suatu telaahan terhadap strategi umum dan menunjukkan keuntungan dan kesukaran tersembunyi. Bagi yang lebih dalam, pembaca dapat mengacu kepada Babbie (1973), Kerlinger (1973) dan Rosenberg (1968).
Kuesioner
Kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh semua jenis informasi, baik tentang individu maupun organisasi. Keuntungan utama kuesioner adalah biayanya rendah dan kemampuan untuk mencapai sejumlah besar responden potensial secara simultan. Kerugian utama adalah mudah diabaikan oleh responden potensial. Oleh karena kuesioner demikian mudah untuk diabaikan oleh responden, desainer kuesioner harus menggunakan setiap peralatan yang tersedia untuk memotivasi responden potensial untuk menyelesaikan dan mengembalikan kuesioner. Perhatian utama adalah
4
menangkap minat dari responden potensial sehingga orang akan menguji kuesioner lebih dekat daripada membuangnya dengan segera. Frase-frase berwarna terang, sketsa, dan menarik dicetak dalam huruf tebal memungkinkan semua kejengkelan atau kekesalan yang terkait dicakup dalam kuesioner sehingga responden beringinan untuk meneliti kuesioner. Apabila responden potensial mulai untuk meneliti kuesioner, ini esensial untuk meyakinkan mereka bahwa ini memungkinkan suatu tujuan penting. Ini dapat dicapai melalui suatu paragraf pembukaan atau tulisan penutup secara hati-hati. Jika desainer berhasil meyakinkan responden potensial bahwa kuesioner penting, langkah berikutnya adalah menyampaikan kesan bahwa penyelesaian kuesioner tidak akan merupakan suatu tugas yang memberatkan. Kuncinya adalah penyederhaan
desain dan kejelasan intrumen. Akhirnya
responden potensial tidak harus merasa terancam dengan invasi privasi melalui pertanyaan yang ditanyakan. Kepekaan bahan lebih mungkin diperlengkapi jika responden diyakinkan bahwa mereka anonimus dan informasi tidak akan digunakan untuk merugikan mereka sendiri. Andaikan bahwa responden potensial berhasil ditetapkan untuk menjadi responden aktual dan mulai untuk menyelesaikan kuesioner. Kita harus menjelaskan satu kesulitan untuk mempertemukan yang lain. Apakah susunan kata kuesioner dengan jelas mengidentifikasi informasi yang dicari? Sudahkah kita menggunakan arahan kuesioner yang tidak cenderung prasangka? Apakah respons yang dimungkinkan terhadap pertanyaan yang terlalu terbatas sehingga responden tidak dapat secara cukup untuk menyatakan pandangannya? Adakah ruang cukup memadai untuk perumusan respons yang ditarik dari persoalan utama? Apakah responden merasa terancam oleh kata-kata dari beberapa pertanyaan, yang menyebabkannya untuk mengelak? Semua pertanyaan ini harus diamanatkan sebagaimana kuesioner dirumuskan. Peneliti berada dalam keadaan untuk melihat bahwa suatu kuesioner sebagai suatu instrumen. Terminologi ini mencerminkan kenyataan bahwa kehati-hatian yang sama harus dipertimbangkan dalam penyusunan sebuah kuesioner sebagaimana halnya dengan alat ukur yang lain. Setiap pertanyaan harus cukup jelas dan tersusun dalam kata-kata yang padat dan tepat arti. Kegado-gadoan yang kemungkinan tidak dikenal dengan baik oleh responden harus dengan hati-hati dihindari. Kecuali bagi pertanyaan setuju atau tidak setuju, penyusunan kata-kata harus cukup netral sehingga respons tidak akan dipengaruhi oleh cara pertanyaan itu dinyatakan. Tabulasi respons paling muda dengan menggolongkan pertanyaan. Akan tetapi, ini dapat dapat dilakukan dengan memasukkan suatu kategori “lain-lain, silahkan jelaskan” untuk
5
mendeteksi kemungkinan respons yang terlupakan. Jawaban dapat selalu digeser ke salah satu dari kategori yang ada jika tampak berdasarkan penjelasan bagi pilihan lain. Pertanyaan yang sepenuhnya terbuka menawarkan pemahaman memasuki pemikiran dari responden, tetapi mahal untuk tabulasi karena respons harus dikelompokkan ke dalam kategori secara manual atau dengan analisis komputer. Pertanyaan yang meminta secara respons bertingkat (amat tidak setuju / tidak setuju / tidak ada keputusan / setuju / amat setuju) acapkali digunakan karena menawarkan kemungkinan penyusunan indeks ordinal dalam bentuk numeric. Respons terhadap pertanyaan demikian dapat diberi kode 1 – 5 sesuai dengan derajat kesepakatan. Bilangan ini dapat ditambahkan ke seluruh seri pertanyaan terkait dengan pokok yang sama, jadi memberikan suatu indeks gabungan yang mendekati kekuatan pengukuran. Inilah yang dikenal sebagai skala Likert. Ada tidaknya skala Likert digunakan, pertanyaan ganda yang berhubungan dengan topik yang sama memberikan pemahaman ke dalam konsistensi respons. Sama halnya itu diikuti untuk memasukkan beberapa pertanyaan yang dapat dicek silang lawan sumber-sumber informasi eksternal. Ini menyediakan suatu indikasi akurasi dari informasi yang disediakan oleh responden. Pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang peka harus dipindahkan ke akhir kuesioner sehingga kecurigaan tidak akan mewarnai respons terhadap pertanyaan lain. Daripada mengambil kehati-hatian besar dalam perumusan kuesioner, hal yang tidak mungkin dihindari bahwa mendesain instrumen selalu diantisipasi secara pasti bagaimana itu akan diterima oleh responden. Oleh karena itu, sebuah pre-test pada suatu sampel responden yang mengutamakan sebaran penuh merupakan suatu keharusan. Apabila responden telah menyelesaikan kuesioner, perhatian berikut adalah kuesioner dikembalikan secara cepat. Format kuesioner yang dialamatkan dengan amplop dengan penyediaan kartu pos dimungkinkan sebagai suatu insentif untuk pengembalian kuesioner secara cepat. Jika kuesioner disebarkan kepada pemakai suatu taman atau fasilitas yang sama dengan pengharapan bahwa mereka akan menyelesaikan kuesioner sebelum pulang, kotak-kotak yang diberi tanda yang sesuai dapat ditempatkan di tempat-tempat yang ada digunakan untuk penampungan kuesioner. Pun dengan kuesioner yang tersusun baik, antisipasi perlu juga dilakukan apabila tidak ada respon baik dari responden untuk mengembalikan kusioner, yang acapkali lebih dari 50 %. Jika hanya ingin untuk memperoleh sejumlah kuesioner lengkap, ada kemungkinan kompensasi
6
untuk responden yang respons rendah melalui penyebaran kuesioner tambahan. Akan tetapi, permasalahan nyata terletak pada kemungkinan bahwa jawaban yang disediakan oleh responden dapat berbeda dari yang bukan responden akan berikan jika mereka dibujuk untuk mengembalikan kuesioner. Perbedaan demikian dapat dideteksi dengan melakukan pekerjaan ikutan pada suatu sampel yang bukan responden. Ini kembali memerlukan kemampuan untuk membagi daftar penerima kuesioner mulamula ke dalam kategori responden dan bukan responden. Ini dapat dengan mudah dikerjakan dengan penomoran kuesioner atau sebaliknya pengkodean dalam beberapa cara yang tidak menyolok bagi responden. Akan tetapi, ini melahirkan suatu pertanyaan etis jika responden telah diarahkan untuk percaya bahwa mereka anonimus. Satu kemungkinan adalah untuk memasukkan suatu kartu identifikasi terpisah dengan masing-masing kuesioner bersamaan dengan permintaan untuk mengembalikan kartu secara terpisah sehingga identifikasi tidak dapat diasosiasikan dengan respon pada kuesioner. Ini adalah kemungkinan untuk mengirimkan suatu paket kedua ke semua daftar sebaran dengan permintaan untuk dibaikan jika telah menyelesaikan kuesioner sebelumnya. Akan tetapi, ini adalah mahal dan cenderung untuk mengganggu responden sebelumnya. Lebih lanjut, ini tidak menmungkinkan penyertaan dengan alat lain daripada pengiriman. Ini dapat berharga untuk membuat pengiriman kedua dan ketiga dengan harapan meningkatkan pengembalian, tetapi orang yang tidak respon terhadap suatu pengiriman ketiga biasanya didekati
dengan beberapa bantuan
lain daripada dengan kuesioner
yang
diadministrasikan.
Wawancara
Ada sedikit permasalahan dengan non-respons untuk wawancara daripada dengan kuesioner yang diaministrasikan sendiri, jadi wawancara dapat digunakan, baik sebagai suatu alat utama bagi survei maupun sebagai suatu penyertaan terhadap non-responden dengan kuesioner. Wawancara dapat dilakukan, baik melalui telepon maupun berhadapan langsung. Wawancara yang dilakukan berhadapan langsung lebih mahal daripada wawancara telepon, tetapi keduaduanya tetap lebih mahal daripada dengan kuesioner. Wawancara mempunyai keuntungan terutama dapat menyelidiki lebih mendalam alasanalasan di baliik jawaban daripada kemungkinan jawaban dengan kuesioner. Akan tetapi,
7
pewawancara memasukkan sumber variabilitas lain pada respons. Dengan sebuah kuesioner semua responden didekati dengan cara yang sama. Berbeda halanya dengan wawancara, tidak ada dua pewawancara berperilaku atau berekasi dalam cara yang secara pasti sama. Lebih lanjut, seorang pewawancara bisa berperilaku agak berbeda tergantung pada bagaimana pewawancara merasa dan kejadian-kejadian yang mendahului wawancara. Oleh karena itu esensial bahwa pewawancara dilatih untuk uniformitas pendekatan. Oleh karena kesempatan dari pewawancara bias lebih besar dengan wawancara yang tidak terstruktur daripada wawancara yang terstruktur, ini biasanya terbaik untuk menyediakan beberapa corak jadwal untuk diikuti dalam proses wawancara yang disertai dengan garis-garis dasar bagi kemungkinan keterbatasan dari jadwal. Terakhir dalam struktur adalah untuk memiliki pewawancara membaca sebuah kuesioner dan mencatat respons dalam banyak bentuk yang sama sebagaimana mereka akan dicatat dengan sebuah kuesioner yang diadministrasikan sendiri. Walaupun ini meminimalkan bias, ini tidak mengambil keuntungan dari kemampuan untuk menyelidiki lebih mendalam pertanyaan yang menarik. Wawancara membatasi interaksi antara pewawancara dengan responden, dan jadi merupakan titik tengah antara kuesioner dengan wawancara berhadapan langsung. Respons tidak dipercaya pun dengan wawancara, karena beberapa orang akan menolak untuk diwawancara dan lainnya tidak akan dilakukan di rumah. Lebih lanjut, permasalahan logistik dalam mendukung suatu staf pewawancara adalah berjumlah besar.
Pengamat Terlatih dan Remote Sensing
Apabila orang tertarik terutama dalam pengumpulan informasi mengenai pola aktivitas local, ini dapat dimungkinkan untuk membuat pengamat terlatih untuk kategori dan mencatat aktivitas yang berlangsung. Satu mode pekerjaan bagi seorang pengamat ialah untuk berdiri dengan rendah hati di belakang dan mencatat aktivitas dari suatu jarak. Pendekatan lain ialah bagi pengamat untuk tampak berpartisipasi dalam aktivitas. Pendekatan terakhir kemungkinan kurang melahirkan kecurigaan di antara semua yang terlibat, tetapi sulit untuk melakukan pencatatan, dan kehati-hatian harus dilatih sehingga pengamat tidak mengubah pola aktivitas. Pertanyaan etis bisa juga muncul dalam menggunakan seorang pengamat yang berpartisipasi. Dalam beberapa situasi yang akan mendekati bagi seorang pengamat pasif itu kemungkinan dapat mengganti pengamat dengan suatu sistem remote sensing. Sebagai contoh,
8
Departemen Kehutanan Amerika Serikat mengembangkan suatu jalur lalu-lintas perhitungan yang efisien yang memanfaatkan sebuah lampu infra merah (DeLand, 1976). Satuan adalah panjang gelombang, mudah untuk sembunyi, tidak peka terhadap kondisi cuaca, dan bekerja dua atau tiga bulan berdasarkan satu pasangan bateri. Penggunaan pantai dan danau untuk rekreasi dapat dipantau secara efektif dengan menempatkan fotografi dengan sebuah kamera 35 mm dari suatu bidang cahaya. Kamera yang tersembunyi dan kehilangan waktu fotografi masih merupakan kemungkinan yang lain.
4. KUALITAS BENTANG LAHAN
Kontroversi belakangan ini yang bersamaan dengan metode tebang bersih hutan dan metode pengelolaan lahan lain yang mengubah karakter visual dari bentang lahan telah melahirkan kepedulian dalam mengukur keindahan alam. Tugas ini tidak mudah dan tidak pula langsung, dan banyak permasalahan yang masih diamanatkan oleh para peneliti. Walaupun Departemen Kehutanan Amerika Serikat telah mempunyai suatu sistem kerja untuk pengelompokan dan pengelolaan sumber daya visual, agaknya
terlalu dini untuk memasuki suatu sistem yang
membutuhkan keterincian lebih besar yang kemungkinan telah mengalami banyak evolusi. Bibliografi beranotasi telah disiapkan oleh badan-badan riset hutan federal di Amerika Serikat dan Kanada (Arthur dan Boster, 1976; Murtha dan Greco, 1975). Keindahan alam adalah suatu gabungan dari karakteristik fisik bentang lahan, tempat yang menguntungkan, dan persepsi dari orang yang mengamati (pengamat). Sistem yang diusulkan untuk penilaian keindahan alam bervariasi dalam penekanannya pada ketiga komponon ini. Sistem kerja Departemen Kehutanan menekankan karakteristik fisik dari lahan. Suatu sistem yang diusulkan oleh Daniel dan Boster (1976), didasari pada respons pengamat terhadap warna film slide yang mencuplik berbagai aspek dari bentang lahan yang dievaluasi. Laporan terakhir merupakan bacaan yang menarik tidak hanya bagi sistem yang diusulkan, tetapi juga ringkasan permasalahan yang terlibat dalam mengukur keindahan alam. Keindahan alam hanya salah satu dari banyak hal lingkungan yang tidak dapat diraba dan mengasumsikan kepentingannya yang semakin meningkat di masa mendatang. Kuantifikasi hal lingkungan yang tidak dapat diraba ini penting dilakukan sehingga dapat dikelola secara obyektif. Lebih dari itu, permasahan ini masih diselimuti oleh keserbanekaan penekanan terhadap tiga aspek di atas, jadi
9
merupakan salah satu dari banyak bidang riset yang lebih menantang dalam metode-metode survei.
5. ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Dalam keseluruhan bagian terdahulu dalam tulisan ini, kita berhubungan dengan metode pengumpulan data pada berbagai komponen ekosistem dan dengan menghimpun data ini ke dalam sistem informasi yang disusun dengan baik untuk mendukung pengelolaan ekosistem dan analisis dampak lingkungan. Akan tetapi, ini tidak ada tahap kecil untuk berjalan dari data dasar ke suatu pernyataan dampak lingkungan yang komprehensif yang mempertimbangkan interaksi berlipat ganda yang mencirikan semua ekosistem. Pendekatan sistematis untuk analisis dampak lingkungan harus digunakan untuk memastikan bahwa semua kemungkinan pengaruh dipertimbangkan. Beberapa strategi telah dipertimbangkan. Kebanyakan model atau pendekatan untuk analisis dampak lingkungan melibatkan beberapa macam matriks atau daftar cek yang melukiskan tipe pengubahan ekosistem yang berbeda lawan pengaruh-pengaruh yang mungkin (Schlesinger dan Daetz, 1973; Warner dan Preston, 1974; Whitlatch, 1976). Akan tetapi, oleh karena kemungkinan yang demikian banyak dan saling terkait, sehingga carta demikian secara cepat tidak tersebar luas. Komputer menyediakan suatu bantuan efektif untuk memotong dengan cepat melalui kompleksitas, dan perluasan logis untuk menciptakan sistem informasi yang mengandung pengaruh-pengaruh potensial. Kode-kode bagi pengubahan ekosistem yang berbeda dapat dimungkinkan sebagai kunci sehingga hanya bagian yang relevan dari bank dampak yang didapatkan kembali dan ditampilkan kepada tim analisis sebagai penilaian dampak pendahuluan. Thor, Travis dan O’Loughlin (1978) memerikan suatu sistem yang dinamakan dampak. Pengembangan sistem lebih lanjut seperti ini menerima janji besar bagi pemecahan masalah ruang angkasa ke permasalahan penilaian dampak lingkungan di muka bumi.
BIBLIOGRAFI
Anderson, J., E. Hardy & J. Roach. 1972. A Land-Use Classification System for Use with Remote Sensor Data. U.S. Department of the Interior, Geological Survey, Washington, D.C.
10
Anderson, J., E. Hardy, J. Roach & R. Whitmer. 1976. A Land Use and Land Cover Classification System for Use with Remote Sensor Data. U.S. Department of the Interior, Geological Survey, Washington, D.C. Arthur, L. & R. Boster. 1976. Measuring Scenic Beauty: A Selected Annotated Bibliography. U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station, General Technical Report, Fort Colluns. Babbie, E. 1973. Survey Research Methods. Belmont, Wadsworth. DeLand, L. 1976. Development of the Forest Service Trail Traffic Counter. . U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Equipment Development Center, Missoula. Kerlinger, F. 1973. Foundations of Behavioral Research. 2nd ed., Holt, Rinehart and Winston, New York. Murtha, P. & M. Greco. 1975. Appraisal of Forest Aesthetics Values: An Annotated Bibliography. Canada Forestry Service, Department of the Environment, Forest Management Institute, Ottawa. Rosenberg, M. 1968. The Logic of Survey Analysis. Basic Books, New York.
11