BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI
A. Pendahuluan Daya tarik ekosistem dan lingkungan dunia memberikan isyarat dan tantangan, dan membujuk jiwa yang selalu mau menguasainya tanpa henti, yang akhirnya tidak pernah diketemukan maupun dimilikinya. Itulah pesona dunia. Hutan adalah ekosistem yang berfungsi sebagai habitat dan penyangga kehidupan setiap makhluk yang hidup di planet bumi. Sejak jaman kerajaan yang jatuh bangun, penaklukan dan penjajahan atas negara, penguasaan manusia dengan kekuatan politik, ekonomi maupun militer ternyata sangat erat hubungannya dengan keberadaan hutan dan atau hasil hutan. Sementara itu, manusia saat ini dan yang akan datang tampaknya masih akan sangat tergantung pada hutan untuk pemenuhan berbagai ragam kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, faktorfaktor yang mendukung pertumbuhan yang berkaitan dengan kehidupan liar (wild-life) dan lingkungan alami merupakan tanggung jawab para pembuat kebijakan, untuk membuat perencanaan dan pengelolaan yang arahnya untuk menjadi lebih berhati-hati. Faktor kestabilan ekosistem bumi secara umum, survival dan kestabilan ekosistem hutan pada khususnya, adalah criteria yang harus dipertimbangkan bila kebijakan pengelolaan ekosistem dan lingkungan akan diterapkan dan dievaluasi. Banyak kaidah-kaidah ekologis yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya ekosistem hutan, a.l. persoalan komposisi dan dinamika ekosistem; bentuk, fungsi dan keseimbangan ekosistem; perubahan ekologis selaras dengan waktu dan ruang; adanya tekanan terhadap sumberdaya ekologis; dan adanya pencemaran atau polusi pada ekosistem.
A. Sumberdaya Ekologis Dalam Satuan Daerah Aliran Sungai (DAS) Setiap negara sudah seharusnya memiliki hasil inventaniasi sumberdaya biologis yang ada di negara masing-masing yang merupakan anugerah yang nyata, namun jumlahnya terbatas. Banyak para perencana dan pelaksana pembangunan yang berusaha untuk melaksanakan konservasi bagi kehidupan liar, tetapi mereka terpaksa harus tunduk patuh kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi, industri dan social jangka pendek. Kondisi
Universitas Gadjah Mada
ini diperparah dengan kegagalannya untuk mengidentifikasi dan menerima pikiran sehat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam tersebut, atau untuk merasionalisasikan konflik kepentingan antara kebutuhan yang berbeda dari kegiatan konservasi alam dan pembangunan lingkungan. Pengelolaan sumberdaya alam yang berada di dalam satuan daerah aliran sungai (DAS) adalah merupakan wujud penerapan pengetahuan inter-disiplin di lapangan. Oleh karena sumberdaya alam khususnya hutan mempunyai nilai penting bagi banyak bidang, maka pendekatan dan evaluasi yang paling efektif di dalam pengelolaannya adalah dengan melibatkan banyak bidang secara integratif. Ada lima langkah penting yang diperlukan dalam proses perencanaannya berdasarkan analisis system, yaitu: 1. Identifikasi dan persetujuan sasaran dan tujuan pengelolaan. 2. Pelaksanaan penelitian pendahuluan untuk memperoleh pemahaman yang sesuai terhadap persoalan atau isu-isu yang relevan. 3. Identifikasi dan evaluasi strategi altematif untuk mencapai tujuan pengelolaan. 4. Memilih dan melaksanakan strategi tertentu. 5. Memonitor hasil, kemungkinan memodifikasi rencana mengingat adanya perubahan permintaan dan nilai. Ada dua aspek yang berhubungan dengan fase perhatian yang sekarang ada terhadap pengelolaan sumberdaya alam yaitu pertimbangan tertentu yang berfaedah. Aspek pertama, pertumbuhan eksponensial dalam pemanfaatan sumberdaya alam, khusunya pasca perang. Peningkatan eksponensial penggunaan bahan bakar fosil dan dalam produksi barang tambang logam, telah menimbulkan problem pasokan bahan baku dalam banyak situasi. Kendala pertumbuhan permintaan untuk banyak sumberdaya tidak dapat dihindari karena keteratasans sumbedaya pangan dan mineral alam, dan karena penaruh degradasi lingkungan ang sering mengikuti pertumbuhan produksi barang industri yang cepat. Aspek kedua, perubahan perspektif terhadap sifat sumberdaya alam. Di dalam bidang ekonomi telah diketahui bahwa pengurangan kecepatan kebutuhan pertumbuhan jumlah sumberdaya bar* yang dikeluarkan akan diikuti dengan suatu pertumbuhan kualitas lingkungan. Jadi beberapa aspek lingkungan sebelumnya tidak dijadikan pertimbangan sebagai sumberdaya — seperti keindahan lanskap, wilderness,
Universitas Gadjah Mada
diversitas tumbuhan dan hewan — sekarang dirasakan sebagai sumberdaya yang berfaedah dalam evaluasi dan pengelolaan. Masing-masing pola pemanenan sumberdaya yang berbeda pada suatu daerah aliran sungan (DAS) dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap kandungan bahan kimia dalam air. Oleh karena itu, di bawah beberapa kondisi pengelolaan hutan dalam praktek, menjadikan perubahan mekanisme biogeokimiawi yang menyebabkan perubahan nyata pada keseimbangan biogeokmia suatu hutan. Bahan organic pada lantai ekosistem hutan merupakan bagian yang sangat penting dalam menyangga sistim kimiawi ekosistem hutan yang bersangkutan, sehingga apabila terjadi salah urus pada ekosistem hutan di bagian hulu suatu satuan DAS tidak mustahil akan berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan hara pada ekosistem yang ada di bawahnya. Besarnya pertumbuhan dan beranekaragamnya tekanan terhadap sumberdaya ekologis,
serta
pengaruhnya
terhadap
habitat,
ekosistem,
maupun
spesies,
bersamaan dengan meningkatnya perhatian terhadap nilai sumberdaya ekologis, telah menciptakan adanya kebutuhan pertimbangan yang tepat yang harus dipikirkan terhadap dampak perencanaan pembangunan dan perubahan lingkungan yang akan terjadi
terhadap
ekosistem
dan
kehidupan
liar
pada
tingkat
perencanaan.
Pertimbangan ekologis dan lingkungan akan menjadi bahan pertimbangan di dalam proses perencanaan, setimbang dengan pertimbangan sosial dan ekonomi. Hal ini yang memberikan inspirasi perlunya sebuah metode evaluasi sumberdaya berbasis kehidupan liar. Usaha-usaha telah dilaksanakan untuk menilai nilai relatif dari ekosistem, habitat, dan spesies, sehingga masing-masing dapat diurutkan skala prioritasnya dalam kaitannya dengan upaya konservasi. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan beberapa informasi, yaitu:
1. Inventarisasi Sumberdaya Ekologis. Kebutuhan minimum dalam perencanaan dan pengelolaan lingkungan adalah inventariasi sumberdaya ekologis sebagai data-base pengelolaan. Contoh data yang diperoleh dalam survey a.l. meliputi flora dan fauna yang dirancang untuk menilai komunitas tumbuhan dan hewan di kawasan yang bersangkutan, yaitu untuk mengevaluasi cara perlindungan berkaitan dengan bahaya yang mengancam akibat
Universitas Gadjah Mada
adanya pembangunan. Di sisi lain, data yang dibutuhkan tergantung pada orientasi pengguna, misalnya informasi tentang klasifikasi ekosistem hutan, sistem inventarisasi untuk sumberdaya wildlife dan strategi pengelolaan yang tepat pada kawasan yang berbeda. Perlu ada data pembanding tentang klasifikasi vegetasi yang telah ada dengan landasan struktur, fungsi, dan kriteria habitat. 2. Evaluasi Sumberdaya Ekologis Evaluasi sumberdya ekologis diperlukan untuk memformulasikan strategi pengelolaan dan konservasi, yaitu untuk menilai kecocokan suatu kawasan untuk tataguna yang berbeda. Pendekatan dan isinya bisa berbeda-beda. Di sisi lain ada pendekatan yang relatif sederhana ialah daftar evaluasi habitat utama (a.l. Kategori I: Most Important for wildlife; kategori 2: Moderate importance for wildlife, kategori 3: Little importance for wildlife), dan observasi terhadap spesies wildlife yang pada umumnya memiliki nilai konservasi yang lebih besar dari pada lainnya (a.l. spesies dengan nilai ekonomi tinggi, misalnya ikan paus; spesies yang bernilai bagi manusia untuk studi perilaku, misalnya primata; spesies dengan nilai keindahan, misalnya kupukupu; spesies yang bernilai untuk studi populasi ekologi, misalnya koloni burung laut). Data tersebut dilengkapi dengan urutan nilai ekologis dari kawasan yang berbasis pada tingkat campur tangan manusia, ditambah dengan evaluasi regional berdasarkan kriteria vegetasi yang komprehensif, relatif murah, dan umumnya bernilai dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam. B. Preservasi Sumberdaya Ekologis. Oleh karena banyaknya ragam tekanan terhadap sumberdaya ekologis, dan berkembangnya perhatian dan kepedulian terhadap perlunya pertimbangan faktor ekologi untuk mendampingi pertimbangan faktor sosial dan ekonomi dalam pengelolaan lingkungan, maka preservasi sumberdaya ekologis statusnya meningkat menjadi `vital' untuk memelihara ekosistem yang stabil dan keanekaragaman ekologis untuk pemenuhan kebutuhan dan keuntungan bagi generasi mendatang. Walaupun sudah jelas ada tekanan sosial ekonomi dibawah kepentingan yang beragam terhadap subyek lingkungan yang berbeda, kegiatan konservasi alam cenderung diterima dengan kurang perhatian atau kurang dukungan dari masyarakat daripada yang diharapkan. Kemungkinan karena pemahaman konflik antara kepentingan konservasi alam dengan kepentingan penggunaan lainnya terhadap sumberdaya alam bagi masyarakat desa perlu dijelaskan. Untuk itu perlu ada strategi
Universitas Gadjah Mada
tataguna lahan di wilayah pedesaan yang berbatasan dengan sumberdaya ekologis yang positif, terutama pada kawasan hulu di satuan DAS tertentu, yang meliputi kawasan untuk fasilitas kegiatan rekreasi alam terbuka, perkembangan budidaya pertanian, kehutanan, perubahan perencanaan lanskap, perlindungan kehidupan liar dan pembangunan lainnya. Preservasi kawasan alam sebagai sumberdaya ekologis menjadi penting karena dua alasan, yaitu: 1). Sebagai sebuah asuransi untuk menjadikan planit bumi tetap suitable bagi kehidupan manusia. 2). Bahwa manusia memiliki kewajiban etik untuk tidak bertindak sewenang-wenang terhadap lingkungan di sekitarnya. Faktor asuransi ini menekankan bahwa kita perlu mengetahui fungsi biosfir dan berusaha mempertahankan agar tetap berfungsi sambil kita mempelajarinya, bahwa proteksi komunitas alam dan spesies liar menjadi begitu penting. Adapun untuk kewajiban etik dalam hal ini berkaitan dengan kesadaran terhadap ekosistem, yaitu perlu dimilikinya pengetahuan oleh manusia tentang hubungan timbal balik secara ekologis dari lingkungan kita. Bahan Pustaka: Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. Macmillan Publishing Company, New York. Park, C.C. 1980. Ecology and Environmental Management: a Geographical Perspective. Butterwoths, London.
Universitas Gadjah Mada