PENGELOLAAN EKOSISTEM KARST EKOREGION KALIMANTAN Tanjung Redeb, 8 November 2016 Oleh : Heri Susanto Kepala Subbidang PEPK Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH
PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION KALIMANTAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN http://kalimantan.menlhk.go.id/
I. Pengertian dan Kebijakan II. Arti Penting Karst III. Permasalahan dan Ancaman Karst IV. Pengelolaan Karst
I. PENGERTIAN dan KEBIJAKAN
PROSES PEMBENTUKAN KARST : 1. Batu Gamping yang Tebal 2. Waktu Jutaan Tahun 3. Curah Hujan Yang Cukup 4. Memiliki Tanah Penutup/Tutupan lahan yang baik.
BA 2259 (RM) @ www.visualphotos.com
Ilustrasi simpanan air pada zona epikarst yang terletak dekat dengan permukaan, lapisan epikarst ini memiliki ketebalan tidak lebih dari 30–50 meter
KEBIJAKAN a) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ; Pasal 11, Pasal 12, Pasal 21 ayat (3) huruf g dan ayat (5), Pasal 56, Pasal 57 ayat (5), Pasal 75, dan Pasal 83 , perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Karst b) Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008, tentang Rencana Tata Ruang Nasional c) Permen ESDM No 17 tahun 2012, tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM KARST Tatanan karst di bawah permukaan dan di permukaan tanah dan/atau di dalam laut dengan semua benda, daya, keadaaan, dan makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. (RPP PPEK)
DELINIASI EKOSISTEM KARST
Sungai Permukaan (2)
TAHAPAN: 1. Sebaran batu gamping 2. (+) Sungai permukaan di luar batu gamping yang masuk ke wilayah batu gamping. 3. (+) habitat biota yang mempunyai daya jelajah hingga keluar wilayah batu gamping.
Batu Gamping (1) Habitat Biota (3)
FUNGSI KAWASAN EKOSISTEM KARST
Sungai Permukaan
KRITERIA KAWASAN LINDUNG: 1. Biota yang dilindungi, endemik, langka dan/atau peran penting. 2. Sungai bawah permukaan. 3. Mata air dan danau. 4. Cagar alam geologi. 5. Cagar budaya Batu Gamping
KRITERIA KAWASAN BUDIDAYA: Diluar kawasan lindung (pada batu gamping maupun diluar batu gamping)
Cagar alam geologi (4)
Habitat Biota (1)
Sungai Bawah Permukaan (2)
Danau (3) Mataair (3) Cagar Budaya (5)
FUNGSI EKOSISTEM KARST
KRITERIA KERUSAKAN EKOSISTEM KARST A.KAWASAN LINDUNG 1. Ornamen dan/atau sedimen ruangan goa rusak >10%. 2. Mata air tidak mengalir sepanjang tahun atau kualitas air tidak sesuai baku mutu air minum. 3. Umur danau berair kurang dari 3 bulan. 4. Populasi biota (indikator) berubah lebih atau kurang dari 30%. 5. Luas tutupan vegetasi kurang dari 80%. 6. Luas singkapan batu gamping (secara alami) lebih dari 10%.
B.KAWASAN BUDIDAYA 1. Populasi biota (indikator) berubah lebih atau kurang dari 30%. 2. Luas tutupan vegetasi kurang dari 50%. 3. Luas singkapan batu gamping lebih dari 50%.
STATUS DAN KRITERIA KAWASAN BENTANG ALAM KARST Kawasan bentang alam karst kawasan lindung geologi bagian dari kawasan lindung nasional
Kawasan Bentang Alam Karst menunjukkan bentuk eksokarst dan endokarst tertentu
Bentuk eksokarst dan endokarst tertentu memilki kriteria : a. Memiliki fungsi ilmiah sebagi obyek penelitian dan penyelidikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan b. Memiliki fungsi sebagai daerah imbuhan air tanah yang mampu menjadi media meresapkan air permukaan ke dalam tanah c. Memiliki fungsi sebagai media penyimpan air tanah secara tetap (permanen) dalam bentuk akuifer yang keberadaanya mencukupi fungsi hidrologi d. Memiliki mataair permanen e. Memiliki gua yang membentuk sungai atau jaringan sungai bawah tanah
TATA CARA PENETAPAN KAWASAN BENTANG ALAM KARST
Kawasan bentang alam karst ditetapkan melalui tahapan kegiatan : a. Penyelidikan b. Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
Penyelidikan Dasar Penyelidikan Sebaran batugamping yang ditetapkan oleh Kepala Badan
Kegiatan Penyelidikan Inventarisasi dan pemetaan bentuk eksokarst dan endokarst
Pihak lain memiliki kewajiban : - Menyimpan dan mengamankan informasi hasil kegiatan - Menyerahkan seluruh data dan informasi kepada Kepala Badan, gubernur, bupati/walikota
Pelaku Penyelidikan Sesuai dengan kewenangan : - Kepala Badan - Gubernur - Bupati/walikota Gubernur dan bupati/walikota sebelum melakukan penyelidikan koordinasi dengan Badan Geologi
Kerjasama dengan pihak lain yang memiliki pengalaman mengenai karst Pihak lain: - Lembaga penelitian pemerintah atau pemerintah daerah - Perguruan tinggi - Badan usaha
Hasil Penyelidikan - Laporan - Peta Kawasan Bentang alam Karst skala 1:50.000
Bentuk eksokarst : a. Mata air permanen b. Bukit Karst c. Dolina d. Uvala e. Polje; dan/atau f. Telaga
Bentuk endokarst : a. Sungai bawah tanah; dan/atau b. Speleotem
Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Usulan Penetapan
Menteri cq Kepala Badan Geologi (Evaluasi/Verifikasi)
Menteri menetapkan Kawasan Bentang Alam Karst
Usulan dari Gubernur/ Bupati/Waliko ta
Usulan penetapan didasarkan pada hasil penyelidikan dan juga hasil FGD dengan stakeholder di daerah
II. ARTI PENTING KARST
Arkeologi Sebagai bentangalam tua, kawasan karst telah menjadi wadah bagi keberlangsungan kehidupan purba, terutama mendekati akhir kala Pleistosen hingga permulaan Holosen (40.000 – 10.000 tahun lalu). Ketersediaan gua-gua karst dari fase pembentukan awal, yang kini sudah mengering menjadi gua-gua fosil di tebing tebing bukit dan lembah, serta sumber-sumber air di lorong-lorong gua aktif di bawah permukaan tanah, telah menopang keberlangsungan budaya karstik awal di kawasan ini. Gua-gua fosil menjadi pilihan untuk bermukim, sementara gua-gua aktif dan mata air bawah tanah yang langsung dapat diakses atau harus memasuki lorong-lorong bawah tanah, menyediakan sumberdaya untuk hidup. Lingkungan sekitar gua menjadi activity area, di mana binatang-binatang dapat diburu untuk dikonsumsi dagingnya dan dimanfaatkan tulangnya sebagai perkakas hidup (Yuwono dan Kuswanto, 2008). Pemakaian gua di kawasan karst berlanjut hingga masa sekarang, untuk media penguburan, seperti di daerah Tanjung Lokang-DAS Hovongan.
Akademis
PENELITIAN ARKEOLOGI
Ilmu Pengetahuan
Ideologis Peradaban
Jati diri suatu bangsa
Praktis
Dari tinggalan masa lalu dapat dirangkai menjadi pengenalan dan penguatan jati diri daerah sebagai bagian jatidiri bangsa
Liang Bangkai
Rock-art
Tanah Bumbu
Diang Kahung
Sedahan Jaya, Sukadana
Artefak
diang bowo diang peang
KARST SEBAGAI SUMBER AIR
Sumur Air Tawar
Kolam Belanda
POTENSI JASA LINGKUNGAN AIR DAN KARBON Kajian Nilai Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan total nilai ekonomi air sejumlah Rp. 79.430.984.640,- per tahun.
Biomassa dan cadangan karbon pada tipe ekosistem hutan TN. Babul memiliki kisaran biomasssa sebesar 87,15−483,54 ton/ha dan cadangan karbon sebesar 74,29−244,82 ton/ha.
KARST SEBAGAI DESTINASI WISATA
PNBP Balai TN.Bantimurung Bulusaraung (Rp.) 1,600,000,000
1,400,000,000
1,200,000,000
1,000,000,000
800,000,000
600,000,000
400,000,000
200,000,000
2011
2011
2012
2012
2013
2013
2014
2014
2015
2015
1.253.587.500 1.422.350.000 905.502.500 1.285.595.000 1.440.270.000
Kawasan Wisata Bantimurung
Kawasan Taman Kupu-kupu
1600000
4500000.0
1400000
4000000.0 3500000.0
1200000
3000000.0 1000000
2500000.0
800000
2000000.0
600000
1500000.0 1000000.0
400000
500000.0 200000
2011
0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2015
2015
Kawasan Pattunuang Karaenta
Kawasan Pegunungan Bulusaraung
35000000
30000000.0
30000000 25000000.0 25000000 20000000.0 20000000 15000000.0 15000000 10000000.0
10000000
5000000.0
5000000
-
0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2013
2014
2015
Perlu mengembangkan wisata karst dan gua
Tambang marmer Rp. 96 jt (2009) Semen Bosowa Rp. 1,4 M (2008) 1,6 M (2009) Wisata Karst Bantimurung Rp. 2,8 M (2008) 3,2 M (2009) Target 10,9 M (2015) Wisata Ha Long Bay (Vietnam) VND 2,3 Triliun = US$118 M Slide Prof. Dr. Ir. Amran Achmad, M.Sc
III. PERMASALAHAN DAN ANCAMAN KARST
Permasalahan Endo karst 1. Inventarisasi data gua dan mata air Masih Kurang 2. Kerusakan Lingkungan Gua 3. Kerusakan Situs Budaya 4. Kerusakan Sumber Air
Permasalahan Ekso karst 1. Transformasi Lahan 2. Perubahan Morfologi 3. Perubahan Kualitas dan Kuantitas air 4. Degradasi Flora dan Fauna 5. Hilangnya keunikan dan Keindahan Bentang Alam
Permasalahan Peri karst 1. Kerusakan Hutan Tropis 2. Perubahan kondisi iklim mikro 3. Terganggunya biodiversitas 4. Konflik tenurial di sekitar karst 5. Kurangnya Penelitian Valuasi Ekonomi karst
ANCAMAN PABRIK SEMEN DAN PERTAMBANGAN
APA YANG MENGANCAM SUATU KAWASAN KARST MAROS-PANGKEP ? Ancaman pada bagian permukaan karst
Slide Prof. Dr. Ir. Amran Achmad, M.Sc
Bantimurung
PETA SEBARAN LOKASI AKTIVITAS PERTAMBANG AN DI SEKITAR TN. BABUL
IV. Pengelolaan Karst
PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG KARST KEPADA MASYARAKAT
Pemutaran Film Karst
Kampanye Karst
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TN. Babul di kelilingi 3 Kabupaten, 10 Kecamatan, dan 45 Desa/Kelurahan, Etnis: Bugis dan Makassar. Upaya peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di 3 Desa binaan TN. Babul, yaitu: Desa Pattanyamang di Kec. Camba Kab. Maros, Dusun Pattiro di Desa Labuaja Kec. Cenrana Kab. Maros dan Desa Tompobulu di Kecamatan Balocci Kab. Pangkep Desa Wisata: Program Pariwisata 1. Desa Samangki Maros 2. Desa Tompobulu Pangkep
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT No.
Tahun
Desa
Kegiatan
1.
2008
Tompobulu
Pelatihan Lebah Madu
2.
2009
Pattanyamang
Bantuan bibit
3.
2010
Tompobulu
• Pembentukan Kelompok Pengelola Ekowisata “Dentong”
Kerjasama
Pemerintah Desa dan Karang taruna
• Pelatihan interpreter dan pemandu wisata 4.
2011
Pattanyamang
Pembinaan MDK (Model Desa Konservasi) Pembuatan energi alternatif, Pengelolaan Tanaman Bambu, dan Pelatihan Peningkatan Produksi Padi.
LSM dan Fasilitator
5.
2012
Pattanyamang
Pendampingan
Fasilitator
6.
2013
Labuaja
Pengelolaan Zona Tradisional Pola Hutan Kemitraan
Unhas, LSM
Tompobulu
Identifikasi Desa, Program desa, Sosialisasi Desa Mandiri, Penetapan Desa Mandiri
Unhas, Bappeda Pangkep
GENERASI MUDA YANG PAHAM DAN PEDULI DENGAN KARST
BINA CINTA ALAM Jumlah Kader Konservasi = 90 org Pembentukan Forum Kader Konservasi TN. Babul (FK2TN Babul) KPA, LSM, Guru dan Mahasiswa/Pelajar Forum Desa Penyangga TN. Babul
anggota
anggota Kades dan Tokoh Masyarakat
PENGENALAN TENTANG FENOMENA GEOLOGI KARST Mengenal telaga Karst Labuan Cermin
Mengenal Bentukan Karst
KEGIATAN COACHING CLINIC PENELUSURAN GUA KARST
• Tidak kurang 257 gua: 216 gua alam dan 41 gua prasejarah; • Gua Vertikal PA3/Leang pute (-263 m), K27/Kapakapasa (-210 m), K32/Tomanangna (-190 m), K20 (-160 m) dll. • Gua Horizontal K1/Salukkang kallang (12.463 m), K29/Gua Tanete (9.692 m), PJ3/Leang londrong (5.893 m), B30/Gua Mimpi (1.415 m), S32/Gua Saripa 1 (1.736 m) dll. • Gua prasejarah Leang Pettae, Leang Petta Kere, Leang Lompoa, Leang Kassi dll.
Mamalia Burung
Reptil
Amphibi Serangg a a
Tahun
Flora
2008
302
6
73
19
7
2015
709
33
154
30
17
Lainlain**
Jumlah
224
27
658
302*
165
1.410
PROMOSI DAN PUBLIKASI JASA LINGKUNGAN Film karst Biduk Biduk
Buku karst Biduk Biduk
Judul :Biduk-Biduk Di Ujung Tanduk, https://youtu.be/Q54uX-mFA9o Produksi : tahun 2016
Judul : BIDUK BIDUK Fenomena Karst Ujung Timur Kalimantan Produksi : 2016 (Masih Proses)
Website : http://kalimantan.menlhk.go.id/
1.
Media Cetak: Buletin, Booklet, Poster, Leaflet, Majalah/Surat kabar dan Buku.
2.
Media elektronik: Internet, Televisi dan Film/DVD/Video
3.
Iklan di luar ruangan: Billboard dan Baliho
4.
Iklan di dalam ruangan: roll-banner dan Foto
5.
Iklan di titik lokasi: Kaos, Sticker dan Kalender
Sumber referensi : 1.
1. Presentasi Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Direktur Jenderal KSDAE, KLHK Pada Workshop Pengelolaan Karst Ekoregion Kalimantan, September – Oktober 2015. 2. Presentasi Badan Geologi, Kementerian ESDM Pada Workshop Pengelolaan Karst Ekoregion Kalimantan, Oktober 2015 3. Presentasi Kepala Balai Arkeologi Banjarmasin, Pada Workshop Pengelolaan Karst Ekoregion Kalimantan, Oktober 2015 4. Presentasi Kama Jaya Shagir, S.Hut, Peneliti pada Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Pada Workshop Pengelolaan Karst Ekoregion Kalimantan, September 2015 5. Presentasi A.B. Rodhial Fallah, Masyarakat Speleologi Indonesia (ISS),
http://kalimantan.menlhk.go.id/