PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASASI PEMANFATAAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Minat Utama: Akuntansi Sektor Publik Oleh : ENDANG WIDAYANTI NIM: S 4307063
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASASI PEMANFAATAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh : ENDANG WIDAYANTI NIM: S 4307063
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal, 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. NIP. 19680401 199303 2 001
Drs. Agus Budihatmanto, M. Si., Ak NIP. 19591216 199003 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1 002
ii
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASASI PEMANFAATAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Sragen)
Disusun Oleh : ENDANG WIDAYANTI NIM: S 4307063
Telah disetujui Tim Penguji Pada tanggal, 2010
Ketua
:
Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA
(………………)
Sekretaris
:
Dr. Bandi, M.Si., Ak
(……………….)
Anggota
:
Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak.
(……………….)
Anggota
:
Drs. Agus Budihatmanto, M. Si., Ak
(……………….)
Mengetahui,
Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 19641120 199103 1 002
iii
PERNYATAAN
Nama
: Endang Widayanti
NIM
: S 4307063
Program Studi
: Magister Akuntansi
Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Sragen)” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya atas tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2010 Yang Menyatakan,
Endang Widayanti
iv
Setiap apa yang betul bukanlah KEBETULAN Apa yang benar tidak semestinya suatu KEBENARAN - Anonymous -
“Maka Sesungguhnya Bersama Kepedihan Itu Ada Kebahagiaan. Dan Sesungguhnya Bersama Kepedihan Itu Ada Kebahagiaan” (QS Al Insyirah (94):5-6)
v
Karya ilmiah ini ku dedikasikan untuk Magiter Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Suami tersayang & anak-anakku tercinta (Jae & Jend) pengorbanannya,saudara-saudaraku, dan teman-temanku yang selalu membimbingku menuju kesuksesan…………………
vi
PRAKATA Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu Segala puji syukur hanya milik Allah, Dzat yang Maha segala-galanya yang mengatur setiap yang ada di bumi dan di langit. Syukur yang tak terkira penulis haturkan atas selesainya Tesis yang berjudul “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Sragen)”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelas Magister pada program Magister Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, Laporan Akhir ini tersusun atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materiil. Ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada Suami tercinta, sumber motivasi dan harapan tiada tara penulis kepadanya juga atas kerja kerasnya. Anak-anakku tersayang, Jae & Jend merupakan motor hidup yang senantiasa memberikan kenyamanan disetiap saat dan yang telah membuat kehidupan ini menjadi lebih terang. serta
seluruh keluarga yang senantiasa berdoa untuk
kesuksesan penulis. Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Magiter Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Ibu Prof. Dr. Rachmawati, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Agus Budihatmanto, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II, atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini, 3. Bapak Drs. Adi Dwi Jantoro selaku Kepala DPPKAD Kabupaten Sragen serta seluruh pegawainya yang telah bersedia memberikan fasilitas serta atas kesediaannya memberikan waktu luang sebagai responden dalam Tesis ini, 4. Mbak Yayuk dan Pak Yok yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini,
vii
5. Seluruh teman-teman MAKSI angkatan IV dan admisi atas kebersamaan yang terjalin selama ini, serta semua pihak yang membantu atas terselesaikannya Tesis ini. Tiada kesempurnaan melainkan milik Allah SWT semata. Seperti halnya Tesis ini yang memerlukan saran dan kritik sebagai masukan bagi perbaikan penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat terutama bagi DPPKAD Kabupaten Sragen. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv PRAKATA ................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv ABSTRAKSI ................................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 B. Penelitian Terdahulu dan Perbedaan Penelitian…………………. 6 C. Perumusan Masalah ................................................................... 10 D. Tujuan Penelitian …..................................................................... 12 E. Manfaat Penelitian ........................................................................13 F. Sistematika Penulisan ……………………………………..…….. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 16 B. Landasan Teori ............................................................................. 21 1. Aset properti ............................................................................. 22 2. Manajemen Aset ................................................................... 24 3. Prinsip dasar manajemen aset ................................................. 26 4. Inventarisasi.............................................................................. 29 5. Identifikasi................................................................................ 34 6. Legal Audit............................................................................... 34 7. Penilaian Aset........................................................................... 35
ix
8. Optimalisasi Aset...................................................................... 41 9. Pengawasan dan Pengendalian Aset......................................... 44 C. Pengembangan Hipotesis ........................................................... 46 D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel ...................................... 50 B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 51 C. Variabel Penelitian .................................................................... 51 1. Inventarisasi ........................................................................... 51 2. Identifikasi ............................................................................ 52 3. Legal Audit ............................................................................ 52 4. Penilaian ................................................................................ 53 D. Analisis Data .............................................................................. 54 1. Uji validitas dan reliabilitas .................................................... 54 2. Uji normalitas ........................................................................ 56 3. Uji asumsi klasik ................................................................... 56 4. Uji hipotesis …………………………………………………. 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................ 60 1. Deskripsi Responden.............................................................. 60 2. Distribusi Tanggapan Responden ........................................... 62 B. Analisis Data ............................................................................. 64 1. Pengujian Instrumen .............................................................. 64 a. Uji validitas ....................................................................... 64 b. Uji reliabilitas …………………………………………….. 69 c. Uji normalitas …………………………………………….. 71 d. Pengujian asumsi klasik ..………………………………… 72 2. Pengujian Hipotesis …………………………………………. 75 C. Pembahasan .................................................................................. 77
x
BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................... 79 B. Keterbatasan .............................................................................. 79 C. Saran .......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkembangan Realisasi PAD Kab. Sragen T.A 2004-2008................ 4 Tabel 2 Realisasi Pendapatan, Belanja Rutin, Belanja Pembangunan Kab. Sragen T.A 2004-2008 ............................................................... 5 Tabel 3 Perkembangan Manajemen Aset ...................................................... 28 Tabel 4 Deskripsi Jenis Kelamin Responden ................................................ 61 Tabel 5 Deskripsi Masa Kerja Responden .................................................... 61 Tabel 6 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden......................................... 62 Tabel 7 Rata-Rata dan Deviasi Standar Konstruk Penelitian.......................... 63 Tabel 8 Uji Validitas Variabel Inventarisasi .................................................. 65 Tabel 9 Uji Validitas Variabel Identifikasi .................................................... 66 Tabel 10 Uji Validitas Variabel Legal Audit.................................................... 67 Tabel 11 Uji Validitas Variabel Penilaian ....................................................... 67 Tabel 12 Uji Validitas Variabel Optimalisasi .................................................. 68 Tabel 13 Uji Reliabilitas Variabel Inventarisasi .............................................. 69 Tabel 14 Uji Reliabilitas Variabel Identifikasi................................................... 70 Tabel 15 Uji Reliabilitas Variabel Legal Audit ............................
............... 70
Tabel 16 Uji Reliabilitas Variabel Penilaian………………………………….. 71 Tabel 17 Uji Reliabilitas Variabel Optimalisasi ................................................ 71 Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................... 72 Tabel 19 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 73 Tabel 20 Hasil Heteroskedastisitas ................................................................. 74 Tabel 21 Hasil Uji Autokorelasi…………......................................................... 75 Tabel 22 Hasil Pengujian Utama .................................................................... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir .............................................................................. 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner ........................................................................................ 85 2. Uji Validitas Inventarisasi ............................................................... 88 3. Uji Validitas Identifikasi ................................................................. 88 4. Uji Validitas Legal Audit ................................................................ 89 5. Uji Validitas Penilaian .................................................................... 89 6. Uji Validitas Optimalisasi ............................................................... 90 7. Uji Reliabilitas Inventarisasi ........................................................... 91 8. Uji Reliabilitas Identifikasi ............................................................. 91 9. Uji Reliabilitas Legal Audit ............................................................ 92 10. Uji Reliabilitas Penilaian ................................................................ 92 11. Uji Reliabilitas Optimalisasi ........................................................... 93 12. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 94 13. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 94 14. Uji Normalitas ................................................................................ 95 15. Uji Autokorelasi ............................................................................. 96 16. Pengujian Utama ............................................................................ 97 17. Skoring Data Mentah ......................................................................
ABSTRACT THE INFLUENCE OF ASSETS MANAGEMENT ON OPTIMIZING THE FIXED ASSETS OF REGENCY GOVERNMENT (A CASE STUDY IN SRAGEN REGENCY) ENDANG WIDAYANTI
xiv
NIM: S4307063 The objectives of this research are to get the empirical evidences related to the influence of assets management, which consists of the aspect of inventory, identification, and legal audit, and to the assessment of assets on optimizing the assets of Sragen Regency government. The data are collected by involving 52 respondents of Department of Income, Finacial Managing, and Region Assets staffs of Sragen Regency. The statistical research data are analyzed by applying multiple regression with SPPS 16.00 Version. The analysis of the data is conducted for the normality of data, classical assumption, and hypothesis. From the assessment of the normality of the data and classical assumption indicate that the data are normally distributed and there is not found the assumption of classical autocorelation, multikolinearity, and heteroskasdisities so the hypothesis assessment by applying multiple regression can be conducted. Multiple regression, of this research shows the empirical evidences that inventory variable, identification and legal audit do influence on optimizing the assets of Sragen Government. The research results shows that asset management in fix asset optimalization (land and building) is significantly influenced inventarisation, identification, and asset assesment. The other independent variables that is legal audit show insignificant results. Keywords : assets management, assets inventory, assets identification, legal audit, assets assessment, and assets optimizing.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen asset dalam optimalisasi asset tetap (tanah dan bangunan) secara signifikan dipengaruhi oleh Inventarisasi, identifikasi, dan penilaian asset. Sedangkan variabel independent lainnya yaitu legal audit menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
INTISARI
xv
PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI ASET TETAP PEMERINTAH KABUPATEN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh manajemen aset yang terdiri dari aspek iventarisasi, identifikasi dan legal audit serta penilaian aset terhadap optimalisasi aset pemerintah daerah Kabupaten Sragen. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling method dan diperoleh 52 responden staf Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Sragen. Populasi dari penelitian ini adalah pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah. Dalam hal ini terdiri dari Pemegang kekuasaan pengelola Barang Milik Daerah yaitu Kepala Daerah, Pengelola Barang Daerah yaitu Sekretaris Daerah, Kuasa Pengguna Barang yaitu Kepala UPTD, Pengurus Barang SKPD, dan Seluruh pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah yang semuanya berjumlah 156 orang.. Penelitian ini menggunakan alat analisis data regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan software komputer untuk statistik SPPS versi 16.00. Analisis data dilakukan untuk normalitas data, asumsi klasik dan hipotesis. Hasil pengujian normalitas data dan asumsi klasik mengindikasikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal dan tidak terjadi asumsi klasik autokorelsi, multikolinieritas maupun heteroskedastisitas sehingga pengujian hipotesis dengan model regresi berganda dapat dilakukan. Dalam pengujian regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variabel inventarisasi, identifikasi dan penilaian berpengaruh terhadap optimalisasi aset Pemerintah Kabupaten Sragen. Namun demikian, legal audit atas aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset Pemerintah Kabupaten sragen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen asset dalam optimalisasi asset tetap (tanah dan bangunan) secara signifikan dipengaruhi oleh Inventarisasi, identifikasi, dan penilaian asset. Sedangkan variabel independent lainnya yaitu legal audit menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kata Kunci: manajemen aset, inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit aset, penliaian aset dan optimalisasi aset.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
xvi
Dengan berlakunya UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004 merupakan landasan perubahan sistem pemerintahan daerah termasuk perimbangan Keuangan Negara. Perubahan itu mengarah pada pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab (Arifin et al. 2003). Diberlakukannya kedua undang-undang di atas, untuk menghilangkan ketimpangan,
ketidakharmonisan,
dan
ketidakkreativitasan
daerah
akibat
diberlakukannya UU No 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah dan telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Pembentukan Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah yang diatur dalam undang-undang tentang Pemerintahan Daerah. Perimbangan keuangan mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
xvii
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Konsekuensi logis dari pelaksanaan UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 adalah daerah telah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur sumber dayanya termasuk bagaimana mengoptimalkan dan memanfaatkan aset daerah yang dimilikinya dengan jalan menerapkan sistem manajemen aset sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian pemerintah daerah dituntut memiliki suatu kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdayaguna dan berhasilguna serta mampu melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerah termasuk optimalisasi dan pemanfaatan dari aset-aset yang ada. Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun barang tak berwujud (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang Daerah adalah semua barang berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan
xviii
jaringan, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubelair dan perlengkapan serta bukubuku perpustakaan. Pentingnya pengelolaan aset terutama tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan dan keberadaan manusia. Salah satu bentuk pengelolaan aset adalah konsep real property, yaitu suatu hak perorangan atau badan hukum untuk memiliki dalam arti menguasai tanah dengan suatu hak atas tanah, misalnya hak milik atau hak guna bangunan berikut bangunan (permanen) yang didirikan diatasnya atau tanpa bangunan. Pengertian penguasaan di atas perlu dibedakan antara penguasaannya secara fisik atas tanah dan/atau bangunan yang disebut real estate. Sedangkan real property merupakan kepemilikan sebagai konsep hukum (penguasaan secara yuridis) yang dilandasi dengan sesuatu hak atas tanah (Siregar, 2004) Pengelolaan (manajemen) aset daerah merupakan salah satu faktor penentu kinerja usaha yang sehat, sehingga dibutuhkan adanya analisis optimalisasi dalam penilaian aset daerah, yaitu: inventarisasi, identifikasi, legal audit, dan penilaian yang dilaksanakan dengan baik dan akurat. Sekarang ini, Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA) merupakan suatu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja sehingga transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah (Siregar, 2004). Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 946,49 km², terbagi atas 20 (dua puluh) kecamatan dan 208 (dua ratus delapan) desa/kelurahan. Dasar hukum berdirinya Pemerintahan
xix
Kabupaten Sragen adalah UU No. 13 Tahun 1950. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun juga menunjukkan trend yang positif diperlihatkan dari tabel berikut: Tabel 1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sragen T.A. 2004-2008 No
Tahun
Target PAD
Realisasi PAD
1 2
Anggaran 2004 2005
38.872.684.000 37.314.968.000
43.547.105.781 42.848.549.694
3
2006
44.622.142.000
52.019.759.755
4
2007
54.025.636.000
65.257.982.596
5
2008
54.012.383.000
-
Sumber : DPPKAD Kabupaten Sragen, 2008
Pemerintah Kabupaten Sragen memiliki potensi di berbagai sektor dan untuk menunjang optimalisasi potensi daerah yang ada dan peningkatan pelayanan publik, Pemerintah Daerah didukung oleh sarana dan prasara yang dimiliki. Sarana dan Prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed aset) yang dimiliki Pemerintah Daerah tersebut diklasifikasikan berupa: tanah, jalan dan jembatan, instalasi dan jaringan, bangunan gedung, alat–alat besar, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan alat rumah tangga, alat–alat studio, alat–alat kedokteran, alat–alat laboratorium, buku perpustakaan, barang bercorak seni dan budaya. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Sragen termasuk didalamnya untuk membiayai operasionalisasi dan pemanfaatan asetnya dapat dilihat dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) seperti yang terlihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2
xx
Realisasi Pendapatan, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Kabupaten Sragen T.A. 2004-2008 No
1 2 3 4 5
Tahun Anggaran
Realisasi Pendapatan
Belanja
2004 2005 2006 2007 2008
395.271.903.830 411.992.262.956 474.204.294.489 617.931.704.145 740.548.294.151
380.696.056.382 404.287.255.897 592.406.430.480 701.934.394.868 802.692.142.000
Sumber: DPPKAD, 2008
B. Penelitian Terdahulu dan Perbedaan Penelitian Penelitian mengenai Manajemen Aset di Kabupaten Sragen belum pernah dilakukan namun beberapa penelitian mengenai manajemen aset telah banyak dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Pakiding (2006) dalam penelitiannya tentang ” Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan), Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan Inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian. Sampel sebanyak 40 orang dengan metode purposive sampling. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas diukur dengan menggunakan statistik deskriptif, korelasi sperman rank dan diestimasi dengan regresi multinomial logistik. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa manajemen aset dalam optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh inventarisasi dan penilaian aset. Variabel bebas lainnya identifikasi dan legal audit menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh. Chair (2001)
xxi
mengadakan suatu studi kasus di pemerintah daerah DKI Jakarta tentang peranan manajemen dalam upaya meningkatkan kegunaan aset tanah dan bangunan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keprogresifan status manajemen aset daerah. Metode yang digunakan adalah cluster analysis dan hasil yang diperoleh adalah adanya tingkat aktifitas yang tinggi terhadap pelaksanaan dan pengawasan manajemen aset tanah dan bangunan serta adanya pembedaan kinerja manajemen aset kelurahan yang terbentuk berdasarkan luas tanah dan bangunan yang dimiliki. Bertovic, et al. (2002) menjelaskan bagaimana teknik mengimplementasikan manajemen aset secara bertahap (studi kasus pemerintah lokal di Negara Kroasia) beserta beberapa permasalahan yang mesti diwaspadai selama pelaksanaan dan solusi praktisnya. Di negara New Zealand (2001) pengelolaan aset tetap dikelola oleh suatu departemen tersendiri (the treasury) dan telah menetapkan garis-garis besar strategi serta mengeluarkan pedoman dan prosedur yang harus ditempuh dalam melakukan akuisisi dan manajemen aset tetap. Sementara itu, Bohn (2002) mengadakan penelitian tentang pilihan berbagai alternative manajemen terhadap hutang dan aset pemerintah dalam suatu neraca keuangan yang meliputi kekayaan (treasury) The Federal Reserve, serta jaminan sosial. Penelitian ini mengkaji berapa jumlah dana yang harus diinvestasikan oleh pemerintah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa saham pendapatan tetap yang memenuhi kualitas tertinggi (high-quality fixed-income securities) merupakan patokan (benchmark) terbaik dan jaminan sosial yang paling diminati oleh manajer aset pemerintah.
xxii
Phahlevi (2002) mengadakan penelitian tentang pengelolaan manajemen aset real estate pada perusahaan daerah (PD) pasar jaya dengan pendekatan analisis Cluster dan Chi–Square untuk mengetahui sejauhmana status kinerja dan kepentingan unit-unit pasar di dalam melaksanakan faktor-faktor kunci manajemen aset Real Estate. Hasil analisis nya menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara status manajemen aset Real Estate yang terbentuk dari analisis cluster berdasarkan variabel klasifikasi unit – unit pasar, pendapatan kotor, jumlah karyawan, dan total luas lantai bangunan. Ciptono dan Wiryawan (2001) mengadakan suatu studi yang menjelaskan tentang penerapan real time strategic dengan memotret praktik manajemen aset bangunan perusahaan (corporate real-estate asset management or CREAM) di Indonesia. Dalam era transformasi (reformasi) nasional dan otonomi daerah, organisasi publik dan bisnis dituntut untuk mampu mengembangkan daya saing, efisiensi, dan keefektifannya guna melakukan proses perubahan secara kreatif dan berkesinambungan (sustainable) untuk menjadi the leader of crisis. Penelitian ini menggunakan metode cluster analysis (chi-square dan Cramer’s V analysis) sebagai alat analisisnya. Mahsun (2003) melakukan studi kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2001/2002 tentang analisis efektivitas manajemen aset poroperti riil Pemerintah Daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pertama dengan melakukan wawancara dengan pejabat dilingkungan pemerintah kota, yang kedua melakukan pengamatan dan observasi di lingkungan pemerintah kota dan yang ketiga melakukan tinjauan data baik literatur akademik maupun laporan
xxiii
pertanggungjawaban. Hasil penelitian menunjukan bahwa praktek manajemen aset di Pemerintah Kota Yogyakarta masih belum optimal, karena pemkot masih belum mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengelola aset-aset yang dimiliki terutama aset besar. Agustina (2005) melakukan suatu studi kasus yang dilakukan di Kabupaten Pontianak tentang manajemen aset (tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi atas tanah dan bangunan yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah menjadi sumber pendapatan asli daerah dan meningkatkan pelayanan publik (public service). Dadson et. al (2006) menjelaskan tentang mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju good governance. Langkah-langkah tersebut berada di seputar legislasi, organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem lahan yang berkelanjutan. Penelitian yang dilakukan Bloomquist dan Oldach (2005) menjelaskan bahwa optimalisasi aset perusahaan memerlukan pendekatan perbaikan yang ”cerdas” dengan memadukan teknologi secara strategis, metodologi yang handal, proses pemeliharaan yang terbaik dan perubahan budaya dalam sebuah program yang terkoordinasi dan berkelanjutan. Sementara itu, Wardhana (2005) meneliti mengenai bagaimana mengelola aset Kota Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai keberadaan potensi kota sebagai aset yang dimiliki/dikuasai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, permasalahan yang dihadapi berikut upaya penyelesaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya restruktisasi organisasi dalam pengelolaan aset melalui pembentukan Badan Pengelola dan Dewan Supervisi Aset
xxiv
Kota, sehingga dari sisi anggaran biaya pengelolaan aset dapat ditekan secara signifikan dan kinerja organisasi dalam pengelolaan aset akan dapat diukur. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitian yang mana mengambil lokasi Penelitian di Kabupaten Sragen. Adapun alasan dipilihnya Kabupaten Sragen sebagai lokasi penelitian karena memiliki jumlah aset-aset properti khususnya tanah dan bangunan yang sangat banyak. Berdasarkan neraca per 31 Desember 2007, proporsi jumlah aset tanah mencapai 934 bidang dengan luas 1.601.545 m² , sedangkan jumlah aset bangunan mencapai 1.011 bidang dengan luas 110.372 m². Dari gambaran ini jelas menunjukkan bahwa potensi Pemerintah Kabupaten Sragen besar jika aset-aset tersebut diberdayakan secara efektif. Pertimbangan kedua berkaitan dengan alasan meneliti di Kabupaten Sragen adalah bahwa Kabupaten Sragen telah membuat neraca awal sejak tahun 2002 dan telah menerapkan SAP dalam penyusunan neraca sejak tahun 2005. Atas dasar uraian di atas, maka penelitian ini tertarik melakukan penelitian terkait pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset dengan judul “PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI ASET TETAP PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN”.
C. Perumusan Masalah
xxv
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap di Pemerintah Kabupaten Sragen. Inventarisasi, legal audit, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian aset daerah berperan sangat penting
dalam
memberikan
informasi
yang
cepat,
tepat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan dalam penyusunan strategi pembangunan daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sragen adalah pelaksanaan manajemen aset atau pengelolaan asetnya yang meliputi prosedur penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset daerah secara fisik dan yuridis yang belum terlaksana dengan baik dan benar. Ketidaktertiban dalam pengelolaan data base aset, sehingga aset-aset yang dikelola Pemerintah Daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Hal ini menyebabkan Pemerintah Daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
dalam pengoptimalisasi dan
pemanfaatan aset di masa yang akan datang. Implikasi atas pemanfaatan dari pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai yang terkandung dalam aset itu sendiri, misalnya dari aspek ekonomi adalah tidak diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nilai aset yang dimiliki atau dengan kata lain tingkat pengembaliannya rendah. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam tentang optimalisasi dari pemanfaatan aset tanah dan bangunan yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Kajian-kajian tersebut tersebut meliputi optimalisasi potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal yang dimiliki aset sehingga diharapkan daerah dapat menggali sumber-sumber
xxvi
pendapatannya dalam rangka kemandirian daerah dalam hal pendanaannya, serta faktor-faktor yang memhubungani manajemen aset di daerah. Oleh karenanya, penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset tetap yang berupa tanah dan bangunan. Secara lebih rinci, rumusan masalah dituliskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut ini. 1. Apakah terdapat pengaruh inventarisasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen? 2. Apakah terdapat pengaruh identifikasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen? 3. Apakah terdapat pengaruh legal audit terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen? 4. Apakah terdapat pengaruh penilaian terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen aset di Pemerintah Kabupaten Sragen dalam optimalisasi aset tetapnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik bagi Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan asetnya. Secara lebih rinci, tujuan penelitian dengan mendasarkan pada pertanyaan penelitian di atas adalah sebagai berikut ini.
xxvii
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh inventarisasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen. 2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh identifikasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen. 3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh legal audit terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen. 4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait mengetahui pengaruh penilaian terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat sebagai berikut ini. 1. Pemerintah Kabupaten Sragen Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sragen
dalam
rangka
memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan manajemen aset untuk optimalisasi dan pemanfaatan aset tetapnya.
xxviii
2. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah/wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan terutama manajemen aset khususnya pengelolaan aset di daerah.
BAB II
xxix
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA
A. Tinjauan Pustaka & Landasan Teori
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekuensi bertambahnya kewenangan
pemerintah
daerah
sebagai
akibat
dari
pelimpahan
urusan
(wewenang) yang semula dilakukan oleh pemerintah pusat yang kemudian dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah terjadinya perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (pemerintah) yang semula banyak ditangani oleh pemerintah pusat, maka dengan otonomi daerah, pemerintah daerah akan mendapat pelimpahan kewenangan yang lebih besar untuk melakukan pengelolaan aset negara (pemerintah). Perubahan tersebut meliputi terjadinya kenaikan jumlah maupun nilai kekayaan negara yang dikuasai pemerintah daerah yang tadinya dimiliki/dikuasai pemerintah pusat. Terkait dengan semakin besarnya kewenangan daerah untuk melakukan manajemen aset negara atau secara spesifik adalah manajemen aset daerah, maka
pemerintah
daerah
perlu
menyiapkan
instrumen
yang
tepat
untuk melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisiensi, dan efektif dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan, serta pengawasannya. Manajemen aset daerah meliputi beberapa tahap yaitu perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, pendistribusian (termasuk penyimpanan), penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan. Setiap tahap, mulai dari perencanaan kebutuhan hingga penghapusan aset daerah harus diketahui dan
xxx
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Oleh karena itu, aset daerah yang ada pada dasarnya merupakan bagian dari aset negara harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik (Siregar, 2004). Permasalahan yang dihadapi oleh daerah dalam penilaian aset daerah pada umumnya adalah karena prosedur penatausahaan inventarisasi dan identifikasi aset daerah secara fisik dan yuridis yang belum terlaksana dengan baik dan benar. Ketidaktertiban dalam pengelolaan data base aset, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaannya. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan dalam pengoptimalisasi dan pemanfaatan aset di masa yang akan datang. Implikasi atas pemanfaatan dari pengelolaan aset yang tidak optimal adalah tidak diperolehnya nilai yang terkandung dalam aset itu sendiri, misalnya dari aspek ekonomi adalah tidak diperolehnya revenue yang sepadan dengan besarnya nilai aset yang dimiliki atau dengan kata lain tingkat pengembaliannya rendah. Dalam mengelola sesuatu aset, tentunya yang diharapkan adalah adanya tambahan nilai ekonomis dan nilai tambah yang optimal dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sistem pengelolaan aset harus ditata dengan baik dalam rangka menciptakan efisiensi, efektivitas, ekonomis atas pemanfaatan aset (life cycle of asset). Apabila ketiga aspek tersebut dapat dijalankan secara konsisten dan sinergis, maka optimalisasi pengelolaan aset menjadi lebih mudah dilaksanakan dan kebijakan minimisasi biaya (cost minimizing) dari pengelolaan aset tersebut dapat diterapkan, sehingga menjadi lebih efisien (cost efficiency) yang dalam jangka panjang terhadap aset tersebut perlu dilakukan pemeliharaan secara terencana.
xxxi
Schaefers (1999) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Jerman tentang penerapan konsep Corporate Real Estate (CRE) Management. Penelitian ini memperlihatkan bahwa meskipun nilai maupun biaya aset-aset real estate menunjukkan jumlah yang signifikan, aset-aset CRE saat ini oleh perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel tetap dikelola secara serius. Manajemen real estate yang efektif berarti manajemen yang beralih dari reaktif dengan proses pengambilan keputusan yang terdesentralisasi melalui organisasi, menuju kepada yang bersifat proaktif, komfrehensif dan manajemen secara luas dan menyeluruh serta didukung oleh informasi yang memadai dan tepat waktu serta komitmen dari top manajemen. Schaefers juga menjelaskan bahwa kerangka konseptual manajemen aset real estate mencakup item-item karakteristik manajerial dan operasional manajemen aset real estate aktif yang meliputi sistem informasi real estate, sistem perencanaan real estate, sistem pengorganisasian real estate dan sistem pengawasan real estate. Manajemen aset real estate juga dipengaruhi oleh jenis perusahaan, ukuran perusahaan, sikap top manajemen, nilai aset, ukuran aset dan komposisi aset. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ciptono dan Wiryawan, (2001) melihat kondisi bangsa Indonesia memasuki era tranformasi (reformasi) nasional dan otonomi daerah, organisasi publik dan bisnis Indonesia dituntut untuk mampu mengembangkan daya saing, efisiensi, dan keefektifannya guna melakukan proses perubahan secara kreatif dan berkesinambungan (sustainable). Setiap organisasi perlu membangun strategi perubahan secara proactive dan interactive (real time strategic) untuk menjadi the leader of crisis. Studi ini menjelaskan penerapan real
xxxii
time strategic dengan memotret praktik manajemen aset bangunan perusahaan (Corporate Real-Etate Asset Management or CREAM) di Indonesia. Dengan menggunakan cluster analysis dari 97 perusahaan yang menjadi responden-44 perusahaan (45%) berada dalam kelompok pasif, 37 perusahaan (38,10%) berada dalam kelompok selektif, dan 16 perusahaan (16,5%) berada dalam kelompok aktif. Hal ini menunjukkan potret perusahaan di Indonesia belum efisien dalam mengelola aset bangunannya. Dalam kondisi krisis multidimensional saat ini, berbagai kesalahan tipe I dan tipe III (missmanagement creates hight level of inefficiency and high cost economy) menjadi budaya yang harus segera dilakukan pembenahan secara sistematik, total, dan berorientasi pada program. Studi ini memberikan gambaran bagaimana bangsa Indonesia hijrah dari belenggu KKN (inactive and reactive strategic) menuju Indonesia baru (a good corporate and govermence governance; proactive and interactive or real-time strategic) melalui Corporate Real-Estate Asset Management (CREAM). Mather (2003) menjelaskan bahwa pemahaman manajemen aset sangat kompleks dan mempunyai area yang spesifik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman tiga prinsip dasar dalam melakukan pemanfaatan pengelolaan manajemen aset yaitu menggunakan orang yang memahami secara benar mengenai manajemen aset, menggunakan orang yang mempunyai pengetahuan di bidang manajemen aset dan pada akhirnya dapat membuat suatu keputusan dengan cara yang benar dan diperlukan suatu strategi penting dalam manajemen aset yaitu: mengembangkan strategi pemeliharaan, penerapan strategi pemeliharaan dan mengatur strategi pemeliharaan
xxxiii
Subambang (2004) menjelaskan bahwa kinerja pengelolaan aset daerah merupakan salah satu elemen penting yang menjadi landasan bagi penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah, yang menjadi ukuran mengenai kepatutan daerah untuk mendapatkan pinjaman atau berhak untuk menerbitkan obligasi. Bloomquist dan Oldach (2005) menjelaskan bahwa optimalisasi aset di dunia industri adalah proses memaksimalkan nilai aset produksi suatu perusahaan melalui manajemen resiko yang efektif. Hal tersebut dilakukan dengan cara: 1. pengembangan dan penerapan strategi-strategi yang ”cerdas”, sehingga light maintenance dilakukan terhadap right assets pada right time. Hasil yang dicapai adalah point of lowest total cost; 2. fokus pada penerapan, langkah-langkah proaktif untuk mendorong turunnya point of lowest total cost. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja secara cerdas dan mengurangi risk exposure. Plant asset optimization juga memerlukan pengintegrasian strategis teknologi, metodologi yang handal, proses terbaik dan perubahan budaya dalam suatu program yang terkoordinir dan berkelanjutan. Pendekatan ini harus menekankan pada komunikasi yang efektif, perubahan kultur, dan membangun suatu kualitas data dan praktek yang mendasar dalam mendukung kerangka selanjutnya. Wardhana (2005) meneliti mengenai bagaimana mengelola aset Kota Jakarta.
Penelitian
ini
membahas
mengenai
manajemen/pengelolaan
aset
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang meliputi pengadaan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya
xxxiv
restrukturisasi organisasi dalam pengelolaan aset melalui pembentukan Badan Pengelola dan Dewan Supervisi Aset Kota, sehingga dari sisi anggaran biaya pengelolaan aset dapat ditekan secara signifikan dan kinerja organisasi dalam pengelolaan aset akan dapat diukur. Dadson (2006) menjelaskan tentang mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju good governance. Langkah-langkah tersebut berada di seputar legislasi, organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem lahan yang berkelanjutan. Pada bab ini akan diuraikan juga tentang telaah literatur yang berhubungan dengan topik penelitian
berdasarkan teori-teori dan bukti empiris penelitian
sebelumnya. Teori yang dijelaskan meliputi pengertian aset properti, manajemen aset yang terdiri dari inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit, penilaian dan tentang optimalisasi aset, serta hasil penelitian yang digunakan
untuk
pengembangan hipotesis dan karakteristik organisasi sektor publik model penelitian. 1. Aset properti Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004:178) adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan). Demikian istilah properti seringkali melekat dengan istilah lain untuk memberikan pengertian yang lebih jelas secara hukum, yaitu real estate dan real property dimana keduanya
xxxv
mempunyai makna yang berbeda meskipun ada juga yang menyebutnya sebagai sinonim dalam lingkup tertentu. Selanjutnya, real estate is the physical land and appurtenances affixed to the land, e.g., structure. Real estate bersifat tidak bergerak (immobile) dan berwujud (tangibel), yang termasuk dalam pengertian ini adalah tanah, semua benda yang secara alami sebagai bagian dari tanah, seperti pepohonan dan barang mineral dan juga segala sesuatu yang dibangun oleh manusia seperti bangunan, jaringan dan lain sebagainya. Lebih lanjut Real Property includes all interest, benefits, and rights inherent in the ownership of physical real estate (Appraisal Institute 2001:8). Real property merupakan kumpulan atas berbagai macam hak dan interest yang ada dikarenakan kepemilikan atas satuan real estate, meliputi hak untuk menggunakan, menyewakan, memberikan kepada orang lain atau tidak. Properti selain sebagai investasi, juga merupakan aset. Pengertian aset adalah sesuatu yang memiliki nilai. Menurut Siregar (2001 dalam Sulistiowati, 2003 ) pengertian aset bila dikaitkan dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek, antara lain sebagai berikut: 1. Memiliki nilai ekonomis yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan terbaik (highest and best use). 2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti. 3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik. 4. Economical life-time yang panjang.
xxxvi
Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan tentang Inventarisasi Kekayaan Negara Departemen Keuangan RI Badan Akuntansi Keuangan Negara 1995 pasal 2, disebutkan bahwa barang-barang milik negara/kekayaan negara yang termasuk jenis barang-barang tidak bergerak antara lain: 1. tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga dan tanahtanah yang belum dipergunakan, jalan-jalan (tidak termasuk jalan daerah), jalan kereta api, jembatan, waduk, lapangan terbang, bangunan-bangunan irigasi, tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu; 2. gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel, sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium dan lain-lain gedung seperti itu; 3. gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah tempat tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow dan lain-lain gedung seperti itu; dan 4. monumen-monumen seperti: monumen purbakala (candi-candi), monumen alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya. Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh pemerintah daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal bila dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum menyadari peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat.
2. Manajemen aset
xxxvii
Penelitian tentang hubungan manajemen aset terhadap optimalisasi dan pemanfaatan aset milik Pemerintah Daerah masih sangat terbatas sehingga dalam penulisan ini menggunakan library research (tinjauan kepustakaan) guna melihat yang seharusnya dilakukan dalam pengelolaan aset Pemerintah Daerah dengan yang terjadi atau dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sekarang khususnya pada Pemerintah Kabupaten Sragen. Implementasi dari UU Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan Pemerintah Daerah dalam penyusunan
laporan
keuangan
yang
kompherensif,
penyusunan
neraca
menunjukkan posisi keuangan Pemerintah Daerah yang merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan merupakan hasil akhir dari proses pengelolaan keuangan daerah. Schaefers (1999), menyatakan kerangka konseptual manajemen aset real estate mencakup item-item karakteristik manajerial dan operasional manajemen aset real estate aktif yang meliputi sistem informasi real estate, sistem perencanaan real estate, sistem pengorganisasian real estate dan sistem pengawasan real estate. Manajemen aset real estate juga dihubungani oleh jenis perusahaan, ukuran perusahaan, sikap Top manajemen, nilai aset, ukuran aset dan komposisi aset. Carn dan Rabianski (1999), menyebutkan bahwa konsep manajemen aset real estate mendapatkan perhatian yang besar oleh para manajer dan eksekutif perusahaan. Sebagai sistem pendukung utama dalam bisnis, fungsi manajemen aset real estate terlibat di dalam penentuan keputusan strategis dan membangun jalur baru di dalam operasi produksi yang lebih efisien dan konsisten dengan sasaran dan tujuan bisnis inti perusahaan.
xxxviii
Mahsun (2003) mengatakan bahwa manajemen aset sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan properti di lingkungan Pemda untuk mencerminkan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Permasalahan klasik yang sering dijumpai dalam pengelolaan aset properti adalah status hukum properti yang tidak jelas. Artinya, siapa sebenarnya yang mempunyai hak kepemilikan atas aset tersebut sering menjadi sengketa di antara unit-unit yang ada. Kurangnya kebudayaan efisiensi untuk manajemen aset ini mengakibatkan berbagai hubungan perjanjian menjadi tidak optimal serta tidak adanya hubungan yang relevan antara Pemda sebagai pemilik dengan para penyewa dan manajer. Properti selain sebagai investasi juga merupakan aset. Pengertian asset dapat dilihat dalam kamus Barron yang berjudul Dictionary of real estate terms, dapat diartikan sebagai ‘Suatu yang Memiliki Nilai”. Pengertian tersebut bila dikaitkan dengan properti maka dapat dijabarkan melalui beberapa aspek sebagi berikut. 1. Memiliki nilai ekonomi yang terkait dengan nilai pemanfaatan tertinggi dan terbaik (highest and best use). 2. Menghasilkan pendapatan dari pengoperasian properti 3. Memiliki fisik, fungsi dan hak penguasaan yang baik. 4. Economical life-time yang panjang.
3. Prinsip dasar manajemen aset Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan
xxxix
kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal bila dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum menyadari peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat. Beberapa model manajemen aset yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah daerah adalah (Bertovic et al. 2002). 1. Mengembangkan sistem data base yang baik; 2. Memahami isu-isu transisi; 3. Pengklasifikasian terhadap properti; 4. Adanya penilaian real estate dan penilaian bisnis; 5. Membuat aturan untuk properti yang menghasilkan pendapatan; 6. Analisis finansial secara intensif terhadap proyek, properti dan portofolio; 7. Adanya deregulasi bisnis persewaan; 8. Sistem pelaporan properti; 9. Konsolidasi manajemen; dan 10. Perencanaan strategis. Harus dipahami oleh Pemerintah Daerah bahwa sasaran akhir atau tujuan utama pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi dalam pemanfaatan aset daerah. Kenyataan sampai saat ini aset daerah masih dikelolah seadanya, sebatas inventarisasi belaka (pencatatan akuntansi). Aset daerah masih dikonsultasikan dengan arus kas negatif, dibanding sebagai aset yang produktif dan memberikan pendapatan. Kondisi pemanfaatan terhadap aset daerah tersebut membuktikan bahwa aset daerah sebagai sumber daya lokal daerah menunjukan utilitasnya yang masih rendah, hal ini terjadi karena dihampir seluruh pemerintah daerah di
xl
Indonesia belum ada pemahaman pengelolaan aset daerah secara utuh dalam kerangka manajemen aset (public/ corporate real properti management). Britton et al. (1989 dalam Siregar 2004 ), mengatakan “define good asset management in terms of measuring the value of properties (assets) in monetary terms and employing the minimum amount of expenditure on its management”.. Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat bermula dengan orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisiatif, dan strategis. Tabel 3 memberikan penjelasan proses transformasi manajemen aset dalam perspektif substansial. Setelah Perang Dunia II, manajemen aset memiliki ruang lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun penggunaan asset dalam mendukung operasionalisasi Pemerintah Daerah. Selain itu, ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset-aset Pemda yang tidak digunakan. Namun dalam perkembangan ke depan, ruang lingkup manajemen aset lebih berkembang dengan memasukan nilai aset, akuntabilitas pengelolaan aset, land audit yaitu audit atas pemanfaatan tanah, property survey dalam kaitan memonitor perkembangan pasar properti, aplikasi sistem informasi dalam pengelolaan asset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yang terbaru, manajemen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset (Siregar, 2004). Tabel 3 Perkembangan Manajemen Aset Post War-Static Mgmt
Dynamic Mgmt
xli
Strategic Mgmt
1. Kontrol Biaya
1. Proactive management
1. Economic, eficient & Efective management
2. Kontrol properti yang tak digunakan
2. Nilai aset
2. Monitoring Operasionalisasi aset 3. Monitoring kerja operasional dan investasi 4. Corporation or
3. Akuntabilitas pengelolaan aset 4. Land audit
privatisation 5. Property/review/survey 6. Aplikasi IT dalam aplikasi pengelolaan 7. Optimalisasi pemanfaatan aset
Sumber : Siregar, (2004:517)
Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan aset dan barang daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang meliputi perencanaan dan pengadaan,
penyimpanan
dan
penyaluran,
inventarisasi,
pemeliharaan,
pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya, pengendalian dan pengawasan. Barang daerah atau aset daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian–bagiannya ataupun merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dan surat-surat berharga lainnya Berdasarkan Himpunan Peraturan-peraturan tentang Inventarisasi Kekayaan Negara Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Akuntansi Keuangan Negara 1995 pasal 2, barang-barang milik negara/kekayaan negara yang termasuk jenis barang-barang tidak bergerak antara lain berikut ini: 1. Tanah-tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olahraga dan tanahtanah yang belum dipergunakan, jalan-jalan (tidak termasuk jalan
xlii
daerah), jalan kereta api, jembatan, waduk, lapangan terbang, bangunanbangunan irigasi, tanah pelabuhan dan lain-lain tanah seperti itu; 2. Gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel, sekolah, rumah sakit, studio, laboratorium dan lain-lain gedung seperti itu; 3. Gedung-gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah tempat tinggal, tempat istirahat, asrama, pesanggrahan, bungalow dan lainlain gedung seperti itu; 4. Monumen-monumen seperti: monumen purbakala (candi-candi), monumen alam, monumen peringatan sejarah, dan monumen purbakala lainnya.
4. Inventarisasi Siregar (2004) menyatakan bahwa manajemen aset sendiri dapat dibagi dalam lima tahapan kerja, yang pertama adalah inventarisasi. Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/ jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Aspek yuridis/legal adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/ labeling pengelompokan dan pembukuan/ administrasi sesuai tujuan manajemen aset. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah kegiatan
atau
tindakan
untuk
melakukan
perhitungan,
pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam
xliii
pemakaian. Melalui kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan, asal/ cara perolehan barang, ukuran barang/ konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan. Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam rangka: 1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap barang; 2. Usaha untuk menggunakan, memanfaatkan setiap barang secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing; 3. Menunjang pelaksanaan tugas pemerintahan. Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang daerah, khususnya pelaksanaan inventarisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: kegiatan pencatatan, dan kegiatan pelaporan. Dalam pencatatan dimaksud dipergunakan buku-buku dan kartu-kartu sebagai berikut: 1. Buku induk inventaris (BII); 2. Buku inventaris (BI); 3. Kartu inventaris barang (KIB); dan 4. Kartu inventaris ruangan (KIR). Dalam pelaksanaan pelaporan dipergunakan daftar-daftar yaitu: 1. Daftar Rekapitulasi (jumlah barang hasil sensus, daftar mutasi barang);
xliv
2. Daftar Mutasi Barang. Buku Induk Inventaris adalah merupakan gabungan/kompilasi dari Buku Inventaris. Buku Inventaris adalah himpunan catatan data teknis dan administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil sensus ditiap-tiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu tertentu. Untuk mendapatkan data barang dan pembuatan Buku Inventaris yang benar, dapat dipertanggungjawabkan dan akurat maka dilakukan melalui sensus barang daerah setiap lima tahun sekali. Buku Inventaris Barang adalah kartu untuk mencatat barang-barang inventaris secara tersendiri atau kumpulan/kolektif dilengkapi data asal, volume, kapasitas, merk, type, nilai/harga dan data lain mengenai barang tersebut, yang diperlukan untuk inventarisasi maupun tujuan lain dan dipergunakan selama barang itu belum dihapuskan. Kartu Inventaris Barang terdiri dari: 1. Kartu Inventaris Tanah; 2. Kartu Inventaris Gedung; 3. Kartu Inventaris Kendaraan; dan 4. Kartu inventaris Lainnya. Kartu Inventaris Ruangan adalah kartu untuk mencatat barang-barang inventaris yang ada dalam ruangan kerja. Kartu Inventaris Ruangan ini harus dipasang di setiap ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatan inventaris menjadi tanggung jawab pengurus barang setiap unit/satuan kerja.
xlv
Daftar rekapitulasi inventaris disusun oleh Kepala Daerah selaku kuasa/ordonatur barang dengan mempergunakan bahan berasal dari rekapitulasi inventaris barang yang disusun oleh pengurus barang unit. Daftar mutasi barang memuat data barang yang berkurang dan atau bertambah dalam jangka waktu tertentu (1 semester dan 1 tahun). Mutasi barang bertambah dapat disebabkan oleh pengadaan baru karena pembelian/pembangunan, sumbangan/hibah, tukarmenukar dan perubahan peningkatan kualitas (guna susun). Mutasi barang berkurang dapat disebabkan oleh dijual/dihapuskan, musnah/hilang/mati, dihibahkan, dan tukar menukar/ruislag/tukar guling/ dilepaskan dengan gantirugi Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan kembali pengurus barang pada masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka fungsi
atau
wewenang
pengurusan
tersebut
dilimpahkan
kepada
aparat
pembantunya tanpa mengurangi tanggung jawab Kepala Daerah. Dengan demikian mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala Daerah), ordonatur (Unit Kerja
yang berwenang/ dilimpahi tugas) dan
Bendaharawan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Menurut
xlvi
Siregar (2004) inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain, sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerjanya adalah dengan melakukan pendaftaran labeling, cluster, secara administrasi sesuai dengan manajemen aset. Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.
5. Identifikasi Identifikasi adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengelompokan dan mendefinisikan aset-aset daerah secara baik serta memberikan kode sehingga dapat diketahui secara pasti fungsi dan kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset tersebut.
6. Legal audit Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, legal audit juga merupakan tindakan
xlvii
pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi, sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/ dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain. Pengamanan terhadap barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan plang tanda kepemilikan dan penjagaan. Penguasaan dan pemilikan tanah dan bangunan (real property) meliputi semua hak, hubungan-hubungan hukum, dan manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan real estate. Sebaliknya real estate meliputi tanah dan bangunan itu sendiri, segala benda yang keberadaannnya secara alami di atas tanah yang bersangkutan, dan semua benda yang melekat dengan tanah itu, misalnya bangunan dan pengembangan tapak. Benda tak bergerak (real property) berupa tanah dan bangunan yang melekat diatasnya, serta hak-hak yang terkait dan juga potensi kekayaan alam yang terkandung didalamnya (Siregar 2004: 182). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 6 ayat 1 tentang Keuangan Negara
ditetapkan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota
diserahkan
kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah, dan oleh karenanya juga pengelolaan kekayaan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 pasal 49 tentang Perbendaharaan Negara ditetapkan bahwa barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai pemerintah pusat/daerah harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
xlviii
Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.
7. Penilaian aset Penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai/dimiliki. Biasanya ini dilakukan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang akan dijual. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah nilai tanah dan atau bangunan yang akan dilepaskan dengan ganti rugi atau dengan tukar menukar (ruislag/tukar guling) kepada pihak ketiga dapat dilakukan dengan: 1. Nilai ganti rugi tanahnya dapat dilakukan dengan berpedoman pada harga dasar terendah atas tanah yang berlaku setempat untuk kavling perumahan, pegawai negeri, TNI dan DPRD. Untuk instansi pemerintah, Koperasi dan Yayasan dapat ditetapkan dengan berpedoman pada harga dasar dan harga umum setempat. Nilai taksiran untuk swasta harus ditetapkan dengan berpedoman pada harga umum tanah dan berdasarkan NJOP yang berlaku setempat; 2. Nilai bangunannya ditaksir berdasarkan nilai bangunan pada saat pelaksanaan penaksiran dan hasilnya dikurangi dengan nilai susut bangunan yang diperhitungkan jumlah umur bangunan dikaitkan dengan : (1) 2%
xlix
untuk bangunan permanen, (2) 4% untuk bangunan semi permanen, (3) 10% untuk bangunan yang darurat. Berdasarkan Surat Edaran Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Akuntansi Keuangan Negara Nomor 01 Tahun 1995 tentang Tata Cara Penaksiran Nilai Tanah dan Bangunan Gedung yang tidak memiliki Dokumen Barang, untuk menentukan nilai historis dipergunakan faktor penyesuaian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1994 19 Agustus 1994. Rumus: NJOP Tn = ------------------------ x L Fn keterangan: Tn : Nilai Tanah pada Tahun ” n ”. NJOP
: Jual Objek Pajak tahun 1994.
Fn : Penyesuaian pada tahun ” n ”. L
: tanah dalam meter persegi. Untuk menentukan nilai historis bangunan dipergunakan faktor penyesuaian
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1994 19 Agustus 1994. Rumus:
Hs x Fi x Kt Bn = --------------------------------- x L Fn keterangan :
l
Bn
: Bangunan gedung pada tahun ”n”.
Hs
: Harga Standar Bangunan baru per meter persegi, berdasarkan Surat Edaran
bersama
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan perihal Pedoman Standarisasi Pembangunan Gedung Negara. Fi
: Faktor permanenisasi bangunan gedung, berdasarkan ketentuan Ditjen Cipta Karya–Departemen Pekerjaan Umum.
Kt
: Koefesien bangunan bertingkat, berdasarkan ketentuan Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Fn
: Faktor penyesuaian pada tahun ”n”.
L
: Luas lantai bangunan dalam meter persegi. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003
tentang Penilaian Barang Daerah, menyatakan bahwa obyek penilaian barang daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai ekonomis. Kriteria penilaian ditentukan bahwa untuk penilaian tanah menggunakan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), penilaian bangunan dengan menggunakan umur ekonomis, faktor fisik, bahan material, konstruksi dan karakteristik bangunan. Penilaian barang daerah dinilai berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada saat dilakukannya penilaian (pasal 4). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif
li
didasarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah. Dalam rangka menyusun neraca pemerintah perlu diketahui berapa jumlah aset negara sekaligus nilai dari aset tersebut. Untuk diketahui nilainya maka barang milik negara secara periodik harus dilakukan penilaian baik oleh pengelola barang ataupun melibatkan penilai independent sehingga dapat diketahui nilai barang milik negara secara tepat. Untuk penilaian berupa tanah dan atau bangunan menggunakan patokan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). Menurut Siregar (2004) penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Untuk itu pemerintah daerah dapat melakukan outsourcing kepada konsultan penilai yang profesional dan independent. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang akan dijual. Penilaian barang daerah dilakukan dengan pendekatan salah satu atau kombinasi dari perbandingan data pasar, kalkulasi biaya dan kapitalisasi pendapatan. Perbandingan data pasar berdasarkan estimasi harga pasar pada saat penilaian atas barang yang sejenis. Kalkulasi biaya berdasarkan estimasi biaya pengganti atau biaya reproduksi barang pada saat penilaian dikurangi dengan biaya penyusutan. Kapitalisasi pendapatan berdasarkan barang daerah yang memiliki karakteristik menghasilkan pendapatan. Penilaian barang daerah dilaksanakan oleh lembaga independen yang bersertifikat di bidang pekerjaan penilaian barang, sesuai dengan peraturan perundangan, dan ditunjuk oleh Kepala Daerah. Dalam melakukan penilaian barang daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan buku
lii
inventaris barang daerah yang merupakan himpunan data teknis dan administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang sebagai hasil sensus barang daerah ditiaptiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu tertentu. Mekanisme penilaian barang sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (SPI). Suharno (2001) menyatakan bahwa penilaian aset tanah dan bangunan dapat mengetahui nilai ekonomi seluruh aset properti suatu daerah. Implikasinya secara langsung adalah terhadap penerimaan PBB dan BPHTB yang didasari pada nilai properti. Secara tidak langsung Nilai Aset Properti berguna untuk: 1. mengetahui modal dasar milik daerah dalam usaha privatisasi; 2. mengetahui nilai jaminan untuk memperoleh pinjaman; 3. mengetahui nilai penyertaan (saham) dalam melakukan suatu kerjasama usaha dengan pihak swasta; 4. memberikan informasi kemampuan nilai ekonomi properti disuatu daerah untuk mengundang investor; 5. mengetahui nilai aset untuk kepentingan tukar guling (ruislag); 6. mengetahui nilai dalam rangka penerbitan obligasi daerah; 7. mengetahui dasar nilai dalam pembebasan tanah, pembelian tanah dan lainlain; dan 8. mengetahui kemampuan daerah secara utuh dan dasar penyusunan neraca daerah. Penilaian Real Property dengan menentukan nilai pasar suatu properti sehingga dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu:
liii
1. harga jual beli; 2. penentuan harga persewaan; 3. sebagai dasar pengenaan pajak properti; 4. revaluasi aset tetap untuk laporan keuangan; 5. penentuan besar saham (penyertaan modal) dalam suatu kerjasama usaha (franhcise, merger, dll); 6. besarnya premi asuransi, kebakaran; 7. jaminan pinjaman; 8. nilai dasar untuk lelang properti; 9. menentukan nilai sisa untuk projek properti (seperti kasus projek terbengkalai); dan 10. dan lain-lain.
8. Optimalisasi aset Siregar (2004) menyatakan bahwa optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai oleh pemerintah daerah diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Kriteria untuk menentukan sektor-sektor unggulan tersebut harus terukur dan transparan. Aset
liv
yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor-faktor lainnya. Pemerintah Daerah biasanya memiliki aset yang berada di bawah pengusaannya. Namun cukup banyak aset yang belum dioptimalkan dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Pemerintah Daerah. Siregar (2004) menyatakan studi optimalisasi aset Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan (1) identifikasi aset-aset Pemerintah Daerah yang ada, (2) pengembangan data base aset Pemerintah Daerah, (3) studi untuk menentukan pemanfaatan aset dengan nilai terbaik (highest and best use) atas aset-aset Pemerintah Daerah dan memberikan hasil dan laporan kegiatan baik dalam bentuk data-data terkini maupun dalam bentuk rekomendasi, (4) pengembangan strategi optimalisasi aset-aset milik Pemerintah Daerah. Optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan adanya perantara investasi guna memasarkan aset-aset Pemerintah Daerah yang potensial dan kerja sama dengan investor, membuat dan memadukan dalam MOI (memorandum of invesment) antara Pemerintah Daerah dan investor, dan memberikan jasa konsultansi kepada Pemerintah Daerah berkenaan dengan kerjasama dengan investor. Barang daerah/ aset Pemerintah Daerah yang belum dimanfaatkan perlu didayagunakan secara optimal sehingga tidak akan membebani Anggaran Belanja Daerah khususnya biaya segi pemeliharaan dan kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak ketiga yang tidak bertanggungjawab. Pemanfaatan barang/aset daerah yang optimal akan menciptakan sumber Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman
lv
Pengelolaan
Barang
Daerah,
pemanfaatan
adalah
pendayagunaan
barang
milik/dikuasai daerah oleh suatu instansi dan atau Pihak Ketiga dalam bentuk pinjam
pakai,
penyewaan,
dan pengguna-usahaan tanpa merubah status
kepemilikan. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang daerah kepada suatu instansi pemerintah atau pihak lain yang ditetapkan dengan perundang-undangan untuk jangka waktu tertentu, tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tertentu berakhir, barang daerah tersebut diserahkan kembali kepada pemiliknya. Dasar pertimbangan pinjam pakai/ peminjaman barang daerah adalah agar barang daerah
tersebut
dapat
dimanfaatkan
secara
ekonomis
oleh
instansi
pemerintah/daerah dan untuk kepentingan sosial, keagamaan. Penyewaan adalah penyerahan hak penggunaan/ pemakaian barang daerah kepada Pihak Ketiga dalam hubungannya sewa-menyewa dengan ketentuan pihak ketiga tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala. Dasar pertimbangan penyewaan barang daerah adalah untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang daerah, untuk sementara waktu barang daerah tersebut belum dimanfaatkan oleh unit/satuan kerja yang memiliki/ menguasai. Semua hasil penyewaan barang-barang daerah adalah penerimaan daerah yang harus disetorkan sepenuhnya kepada kas daerah. Jangka waktu penyewaan maksimal 5 (lima) tahun dan dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang.
lvi
Penggunausahaan adalah pendayagunaan barang daerah oleh pihak ketiga dilakukan dalam bentuk BOT, BTO, BT, KSO dan bentuk lainnya (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 11, 2001: 249-250). 1. BOT (build-Operate-Transfer) yaitu pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik/dikuasai Pemda oleh pihak ketiga dengan cara pihak ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah sarana lain berikut fasilitas di atas tanah dan atau bangunan tersebut dan mendayagunakannya selama dalam waktu tertentu untuk kemudian setelah jangka waktu berakhir menyerahkan kembali tanah dan bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya tersebut beserta pendayagunaannya kepada daerah, serta membayar kontribusi sejumlah uang atas pemanfaatannya yang besarnya ditetapkan sesuai dengan kesepakatan. 2. BTO (Build-Transfer-Operate) yaitu pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik/dikuasai Pemda oleh pihak ketiga dengan cara pihak ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah sarana lain berikut fasilitas diatas tanah dan atau bangunan tersebut dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada daerah untuk kemudian oleh Pemda tanah dan bangunan siap pakai dan atau sarana lain berikut fasilitasnya tersebut diserahkan kembali kepada pihak ketiga untuk didayagunakan selama jangka waktu tertentu, dan atas pemanfaatannya tersebut pihak ketiga dikenakan kontribusi sejumlah uang yang besarnya sesuai dengan kesepakatan.
lvii
3. BT (Build-Transfer) yaitu perikatan antara Pemda dengan pihak ketiga dengan ketentuan tanah milik Pemda, pihak ketiga membangun dan membiayai sampai selesai, setelah pembangunan selesai Pihak Ketiga menyerahkan kepada Pemda, Pemda membayar biaya pembangunannya. 4. KSO (Kerja Sama Operasi) yaitu perikatan antara Pemda dengan Pihak Ketiga, Pemda menyediakan barang daerah dan Pihak Ketiga menanamkan modal yang dimilikinya dalam salah satu usaha, selanjutnya kedua belah pihak secara bersama sama atau bergantian mengelola manajemen dan proses operasionalnya, keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing masingmasing.
9. Pengawasan dan pengendalian aset Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada Pemerintah Daerah saat ini. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Pengawasan terhadap pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota. Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang kehendaki sesuai pula dengan segala ketentuan dan
lviii
kebijaksanaan yang berlaku. Pengendalian pengelolaan barang daerah dilakukan oleh
Kepala
Daerah
dalam
hal
ini
dilaksanakan
oleh
Kepala
Biro
Perlengkapan/Kepala Bagian Perlengkapan/Kepala Unit/Satuan Kerja bersangkutan di mana barang-barang dimaksud berada. Siregar (2004) menyatakan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek pengawasan
dan
pengendalian
aset
Pemerintah
Daerah
adalah
dengan
pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui SIMA diharapkan transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek manajemen aset (inventarisasi, legal audit, penilaian dan optimalisasi aset) diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Setiap penanganan terhadap suatu aset termonitor jelas mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab menangani aset tersebut, hal ini diharapkan akan meminimalkan KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) dalam tubuh Pemerintah Daerah.
C. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan uraian di atas disertai dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan maka diperoleh beberapa hipotesa penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah
lix
kegiatan
atau
tindakan
untuk
melakukan
perhitungan,
pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan, asal/cara perolehan barang, ukuran barang/konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan. Usaha
tertib
administrasi
pengelolaan
barang
daerah,
khususnya
pelaksanaan inventarisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: kegiatan pencatatan, dan kegiatan pelaporan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini. H1: Terdapat pengaruh inventarisasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Berkaitan dengan inventarisasi yang dilakukan, maka proses identifikasi terhadap inventaris tetap juga sangat diperlukan. Identifikasi adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengelompokan dan mendefinisikan aset-aset daerah secara baik serta memberikan kode sehingga dapat diketahui secara pasti fungsi dan kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset tersebut. Hal ini berkaitan dengan proses pengurusan dan penertiban pencatatan barang yang digunakan dalam proses pemakaiannya, maka Kepala Daerah menunjuk/menetapkan kembali pengurus barang pada masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam
lx
rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka fungsi atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat pembantunya tanpa mengurangi tanggung jawab Kepala Daerah. Dengan demikian mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala Daerah), ordonatur (Unit Kerja
yang berwenang/ dilimpahi tugas) dan
Bendaharawan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini. H2: Terdapat pengaruh identifikasi terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Selain proses inventarisasi dan identifikasi, maka hal yang sangat penting yang perlu dilakukan adalah legal audit. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, legal audit juga merupakan tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi, sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/ dimanfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain. Pengamanan terhadap barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan plang tanda kepemilikan dan penjagaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini. H3: Terdapat pengaruh legal audit terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan).
lxi
Ketiga proses tersebut sangat berkaitan dengan proses penilaian aset, yang merupakan proses penting dalam inventarisasi suatu aset. Penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai/dimiliki. Biasanya ini dilakukan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi aset yang akan dijual. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang Penilaian Barang Daerah, menyatakan bahwa obyek penilaian barang daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai ekonomis. Kriteria penilaian ditentukan bahwa untuk penilaian tanah menggunakan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), penilaian bangunan dengan menggunakan umur ekonomis, faktor fisik, bahan material, konstruksi dan karakteristik bangunan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang kami ajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut ini. H4: Terdapat pengaruh penilaian terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan).
B. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menguji pada variabel inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian terhadap optimalisasi aset tetap di Kabupaten Sragen. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini. Gambar 1 Kerangka Pikir Inventarisasi
lxii
Identifikasi
Optimalisasi
Legal Audit Penilaian
BAB III METODA PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah. Dalam hal ini terdiri dari Pemegang kekuasaan pengelola Barang Milik Daerah yaitu Kepala Daerah, Pengelola Barang Daerah
lxiii
yaitu Sekretaris Daerah, Kuasa Pengguna Barang yaitu Kepala UPTD, Pengurus Barang SKPD, dan Seluruh pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah yang semuanya berjumlah 156 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive/judgement sampling.
Purposive sampling digunakan
karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti (Sekaran, 2006). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen. Secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Menurut Gay dan Diehl (1996) ada beberapa pedoman yang dianjurkan (Kuncoro, 2003). 1. Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap merupakan jumlah minimal. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20% mungkin diperlukan. 2. Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan. 3. Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup umumnya dianjurkan. 4. Untuk studi eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya dianjurkan.
B. Teknik Pengumpulan Data
lxiv
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data akan dilakukan melalui survai kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti terhadap pihak-pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah, dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sragen. Kusioner dikirim kepada seluruh responden yang meliputi hampir 76 staf. Lokasi penelitian ini terbatas di Kabupaten Sragen.
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan aspek-aspek yang dianggap penting dalam pelaksanaan manajemen aset sebagai variabel independen adalah sebagai berikut ini. 1. Inventarisasi Inventaris adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun Buku Inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data yang meliputi nomor,
spesifikasi
barang,
bahan,
asal/cara
perolehan
barang,
ukuran
barang/konstruksi, satuan, keadaan barang, jumlah barang dan harga, keterangan. Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal.
lxv
Variabel inventarisasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 1, 2 dan 3.
2. Identifikasi Identifikasi adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk mengelompokan dan mendefinisikan aset-aset daerah secara baik serta memberikan kode sehingga dapat diketahui secara pasti fungsi dan kegunaan serta lokasi dan bidang barang dari aset tersebut. Variabel identifikasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 4, 5, dan 6.
3. Legal audit Legal audit adalah merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset. Legal audit juga merupakan tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Variabel legal audit dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 7 dan 8.
4. Penilaian Penilaian menyatakan bahwa obyek penilaian barang daerah meliputi seluruh barang daerah yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah dan
lxvi
mempunyai nilai ekonomis. Variabel penilaian dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 9, 10, dan 11. Seluruh variabel di atas di regresikan dengan satu variabel dependen yaitu, optimalisasi yang merupakan pemanfaatan barang/aset daerah yang akan menciptakan sumber Pendapatan Asli Daerah atau pendayagunaan barang milik/dikuasai daerah oleh suatu instansi dan atau pihak ketiga dalam bentuk pinjam pakai, penyewaan, dan pengguna-usahaan tanpa merubah status kepemilikan. Variabel optimalisasi dalam penelitian ini diwakili dengan pertanyaan nomor 12, 13, 14 dan 15. Dalam pengisian kuesioner para responden mengukur seberapa jauh pelaksanaan manajemen aset tetap (tanah dan bangunan) di Pemerintah Kabupaten Sragen dengan melaksanakan beberapa variabel diatas. Pelaksanaan variabel diatas dapat diukur dengan skala likert dari 1 sampai 5 (sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju). D. Analisis Data
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian terkait, yaitu uji validitas, uji reliabilitas, dan uji normalitas. Kemudian setelah semua pengujian tersebut terpenuhi, kemudian
dilakukan pengujian
hipotesis. Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan alat uji regresi berganda (multiple regression) dengan menggunakan bantuan software statistik komputer SPSS versi 16.0. Model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian dapat dirumuskan seperti berikut ini.
lxvii
OPT = β0 + β1INV + β2IDEN + β3LA + β4NIL + ε Notasi: OPT
= optimalisasi
INV
= inventarisasi
IDEN
= identifikasi
LA
= legal audit
NIL
= penilaian
β0
= konstanta
β1- β4
= koefisien regresi, dan
ε
= standart error.
1. Uji validitas dan reliabilitas Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reabilitas instrumen penelitian. Uji validitas adalah suatu uji yang menunjukkan suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor masing masing butir pertanyaan dengan skor total. Uji validitas menggunakan analisis faktor dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan butir-butir pertanyaan untuk masing-masing variabel atau untuk mengetahui validitas konstruk (Chenhall dan Morris, 1986). Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi tersebut adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure
lxviii
of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masing-masing instrumen harus memiliki nilai KMO MSA (Measure of Sampling Adequacy) lebih dari 0.50 sehingga data yang dikumpulkan dapat dikatakan tepat untuk analisis factor (Hair et al., 2006). Uji realiabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut realibel. Dengan kata lain realibilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Efendi, 1989) Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Nilai cut off untuk menentukan reliabilitas suatu instrumen adalah nilai cronbach alpha lebih dari 0.60 (Nunnally, 1978). 2. Uji normalitas Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat berdistribusi normal adalah dengan menggunakan lewat pengamatan nilai residual. Cara lain dengan melihat distribusi dan variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Teknik uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan terhadap distribusi variable inventarisasi, identifikasi, legal
lxix
audit, dan penilaian. Kriteria dalam pengujian normalitas dalam pengujian ini adalah jika p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka data variabel terdistribusi secara normal. Jika
p-value lebih besar dari tingkat
signifikansi penelitian 5%, maka data variabel terdistribusi secara tidak normal.
3. Uji asumsi klasik Pengujian ini ntuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik pada multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas. a. Uji multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan valueinflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. b. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini
lxx
menggunakan Uji Glejser. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka terjadi homoskedastisitas dan ini yang seharusnya terjadi, namun jika sebaliknya nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat heteroskedasitas. c. Uji autokorelasi Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Run Test. Apabila terjadi gejala autokorelasi pada model regresi, maka salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan Run Test. Menurut Ghozali (2007) Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
4. Uji hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi yang masih bisa ditoleransi ditetapkan 0,001 (α=1%), 0,05 (α = 5%) atau 0,10 (α = 10%). 2
a. Koefisien determinasi (R )
lxxi
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien 2
determinasi (R ) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel independen dan variabel dependen dengan bantuan program SPSS versi 16.00. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap 2
tambahan satu variabel independen, maka R pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2
Sehingga dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R untuk menilai model 2
regresi, karena nilai adjusted R dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan kelayakan model untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji statistik F dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. c. Uji signifikan parameter individual (Uji Statistik t) Uji statistik t merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen
lxxii
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%. 1. Jika p > α, maka H0 diterima, variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. 2. Jika p < α, maka H0 ditolak, variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat. Secara ringkas pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: H0
: Inventarisasi, Identifikasi, Legal Audit dan Penilaian tidak
berpengaruh pada Optimalisasi Pemanfaatan Aset Daerah H0
: β0, β1, β2, β3, β4 = 0
Ha
: Inventarisasi, Identifikasi, Legal Audit dan Penilaian berpengaruh
pada Optimalisasi Pemanfaatan Aset Daerah Ha : β0, β1, β2, β3, β4 = 0 Tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan a = 5% (dimana signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian). Kriteria keputusan untuk menerima Ho atau Ha adalah sebagai berikut: 1.
β < 0, maka h0 ditolak, berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
2.
β
>
0, maka h0 diterima, berarti variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
lxxiii
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi responden Kuesioner yang kembali berjumlah 52 dan yang memenuhi syarat untuk diolah berjumlah 52 sehingga telah memenuhi aturan umum sampel minimum yang disyaratkan dalam penggunaan analisis faktor, sementara jumlah minimum kecukupan sampel dalam penelitian ini adalah 5 kali jumlah indikator (40) Menurut Hair et al., (1998) syarat analisis faktor adalah lebih dari 10 kali atau minimal 5 kali jumlah indikator dalam variabel penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah para pihak-pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah Kabupaten Sragen. Pengambilan data dilakukan dengan metode survey, yaitu memberikan kuesioner secara langsung. Gambaran responden diperoleh dari data diri yang terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden. Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin, masa kerja, jenis sekolah, dan tingkat pendidikan.
a. Jenis Kelamin Responden Data yang terkumpul dari kuesioner sebanyak 52 para pihak-pihak yang berwewenang dan terlibat dalam pengelolaan aset daerah kabupaten Sragen, maka data distribusi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.
lxxiv
Tabel 4 Deskripsi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Pria 41 78,8% Wanita 11 21,2% Total 52 100% Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden pria adalah sejumlah 41 orang (78,8%) lebih banyak dari jumlah responden wanita sebanyak 11 orang (21,2%). Dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak adalah para staf pria.
b. Masa Kerja Responden Data yang terkumpul, maka diperoleh data distribusi masa kerja para staf dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Deskripsi Masa Kerja Responden Masa Kerja Jumlah Prosentase Kurang dari 5 tahun 15 28.85% 15.38% 6-10 tahun 8 23.08% 11-15 tahun 12 26.92% 16-20 tahun 14 5.77% Lebih dari 20 tahun 3 Total 52 100 % Sumber : data primer yang diolah
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa responden yang telah bekerja selama kurang dari 5 tahun adalah sebanyak 15 (28,85%), yang telah bekerja selama 6 sampai 10 tahun adalah sebanyak 8 (15,38%), yang telah bekerja selama 11-15 tahun adalah sebanyak 12 (23,08%), dan yang telah bekerja selama lebih dari
lxxv
20 tahun adalah sebanyak 3 (5,77%). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa yang paling banyak bekerja selama kurang dari 5 tahun dan yaitu 15 orang (28,85%).
c. Tingkat Pendidikan Responden Data yang terkumpul diperoleh distribusi tingkat pendidikan para responden dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase Diploma 16 30,77% S1 28 53,85% S2 6 11,54% Total 52 100% Sumber : data primer yang diolah
Tabel 6 menjelaskan jelaskan bahwa responden yang berpendidikan Diploma adalah sebanyak 16 orang (30,77%), yang berpendidikan Strata 1 (S1) adalah sebanyak 28 orang (53,85%) dan yang berpendidikan Strata 2 (S2) adalah sebanyak 6 orang (11,54%). Jadi, sebagian besar responden berpendidikan Strata 1 (S1) yaitu sebanyak 28 orang (53,85%).
2. Distribusi tanggapan responden Pernyataan-pernyataan responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban rersponden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti, karena kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka data, informasi, dan keterangan yang diberikan oleh responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format alternatif jawaban dengan skala Likert 5 point.
lxxvi
Menurut Sugiyono (2004) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Data dalam analisis ini akan disajikan dalam bentuk statistik deskriptif yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, variance, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness yang merupakan ukuran kemencengan distribusi (Ghozali, 2001). Dalam deskriptif yang terlihat dalam tabel 7 ditampilkan data mengenai nilai rata-rata, deviasi standar, maksimum, minimum, dan variance.
Inventarisasi Identifikasi Legal Audit Penilaian Optimalisai Valid N
Tabel 7 Rata-rata dan Deviasi Standar Konstruk Penelitian Std. Min Max Mean Var Deviation 5,00 15,00 12,33 1,75 3,05 4,00 15,00 11,73 1,79 3,22 2,00 10,00 7,23 2,11 4,46 7,00 15,00 12,27 1,81 3,26 12,00 20,00 16,42 2,23 5,19
Item Valid 3 3 2 3 4 15
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 7 menjelaskan bahwa variabel independen inventarisasi mempunyai rata-rata skor yang tertinggi, yaitu 12,33 poin, hal ini menandakan bahwa para responden tersebut rata-rata menganggap bahwa inventarisasi merupakan faktor yang sangat penting, sedangkan variabel legal audit mempunyai skor terendah diantara keempat variabel tersebut, sebesar 7,23. Sementara variabel dependen optimalisasi mempunyai nilai rata-rata yang cukup tinggi, sebesar 16,42 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel dependen dalam penelitian tersebut akan dapat menunjang optimalisasi dalam pengelolaan aset daerah.
lxxvii
Variance untuk variabel independen inventarisasi sebesar 3,05, identifikasi sebesar 3,22 maupun penilaian sebesar 3,26 menunjukkan bahwa jawaban responden terletak secara merata di sekitar rata-rata. Hal ini berbeda dengan variabel independen legal audit sebesar 4,46, yang menunjukkan sebagian besar jawaban responden tersebar cukup jauh di sekitar rata-rata. Sementara untuk variabel dependen optimalisasi mempunyai poin sebesar 5,19.
B. Analisis Data
1. Pengujian instrumen Instrumen penelitian ini diambil dari penelitian Pakiding (2006). Teknik pengujian instrument terdiri atas Uji Validitas dan Uji Reliabilitas, dengan menggunakan one shoot method, yaitu dengan menggunakan reliability analysis scale (Cronbach’s Alpha).
a. Uji validitas Validitas alat pengukur ditentukan dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor pertanyaan. Korelasi antara skor pertanyaan tertentu dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Apabila skor total masing-masing pertanyaan berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas. Dengan menggunakan korelasi bivariate antara masingmasing skor indikator dengan total skor konstruk.
lxxviii
Pengambilan keputusan untuk uji validitas adalah dengan melihat korelasi masing-masing indikator terhadap total skor konstruk yang menunjukkan hasil signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut valid. Hasil uji validitas dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 8 Uji Validitas Variabel Inventarisasi
invent_1
invent_2
invent_3
INVEN
invent_1 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 52 Pearson Correlation 0,348* Sig. (2-tailed) 0,012 N 52 Pearson Correlation 0,467** Sig. (2-tailed) 0,000 N 52 Pearson Correlation 0,714** Sig. (2-tailed) 0,000 N 52
invent_2 invent_3 INVEN 0,348 * 0,467 ** 0,714 ** .012 0,000 0,000 52 52 52 ** 1 0,368 0,815 ** 0,007 0,000 52 52 52 ** 0,368 1 0,769 ** 0,007 0,000 52 52 52 ** ** 0,815 0,769 1 0,000 0,000 52 52 52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel inventarisasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan dalam penelitian ini.
lxxix
Tabel 9 Uji Validitas Variabel Identifikasi iden_1 iden_1
iden_2
iden_3
IDEN
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 52 0,752** 0,000 52 0,374** 0,006 52 0,858** 0,000 52
iden_2 0,752** 0,000 52 1 52 0,546** 0,000 52 0,922** 0,000 52
iden_3 0,374** 0,006 52 0,546** 0,000 52 1 52 0,737** 0,000 52
IDEN 0,858** 0,000 52 0,922** 0,000 52 0,737** 0,000 52 1 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel identifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan dalam penelitian ini. Sementara itu Tabel di 10 di bawah ini menujukkan nilai signigikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel legal audit sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan dalam penelitian ini
lxxx
Tabel 10 Uji Validitas Variabel Legal Audit legal_1 legal_1
legal_2
LEGAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 52 0,795 ** 0,000 52 0,948 ** 0,000 52
legal_2 0,795** 0,000 52 1 52 0,946** 0,000 52
LEGAL 0,948** 0,000 52 0,946** 0,000 52 1 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel legal audit sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik. Tabel 11 Uji Validitas Variabel Penilaian nilai_1 nilai_1
nilai_2
nilai_3
NILAI
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 52 0,288* 0,039 52 0,295* 0,034 52 0,761** 0,000 52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
lxxxi
nilai_2 0,288* 0,039 52 1 52 0,504** 0,000 52 0,731** 0,000 52
nilai_3 0,295* 0,034 52 0,504** 0,000 52 1 52 0,770** 0,000 52
NILAI 0,761** 0,000 52 0,731** 0,000 52 0,770** 0,000 52 1 52
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel penilaian sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan dalam penelitian ini. Tabel 12 Uji Validitas Variabel Optimalisasi opt_1 opt_1
opt_2
opt_3
opt_4
OPT
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
opt_2 0,548**
opt_3 opt_4 OPT 0,504** 0,623 ** 0,855**
52 0,548**
0,000 52 1
0,000 0,000 0,000 52 52 52 0,312* 0,471 ** 0,756**
0,000 52 0,504**
52 0,312*
0,025 0,000 0,000 52 52 52 1 0,566 ** 0,730**
0,000 52 0,623**
0,025 52 0,471**
52 0,566**
0,000 52 0,855**
0,000 52 0,756**
0,000 52 52 0,730** 0,827 **
0,000 52
0,000 52
0,000 52
0,000 0,000 52 52 1 0,827**
0,000 52
0,000 52 1
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel di atas menujukkan nilai signifikansi untuk masing-masing item pertanyaan pada variabel optimalisasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa item-item
lxxxii
pertanyaan dalam variabel tersebut secara statistik valid untuk digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah ukuran konsistensi hasil penelitian. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur memberikan pengukuran yang relatif konsisten jika digunakan dua kali atau lebih pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama (Singarimbun, 1989). Dengan menggunakan reliability analysis scale (Cronbach’s Alpha) dengan koefisien = 0,05. Pengujian reliabilitas instrument ini meliputi instrument variabel inventarisasi, identifikasi, legal audit, penilaian, optimalisasi. Pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas adalah jika nilai Cronbach’s Alpha ( ) > 0,60 maka instrument tersebut reliabel atau andal (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001). Hasil uji reliabilitas untuk variabel inventarisasi disajikan pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13 Uji Reliabiltitas Variabel Inventarisasi Cronbach’s
N of Item
Alpha 0,661
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk instrument Inventarisasi menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,661, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lxxxiii
instrument untuk inventarisasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,661 > 0,60. Tabel 14 Uji Reliabiltitas Variabel Identifikasi Cronbach’s
N of Item
Alpha 0,791
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk variabel identifikasi menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,791. sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk identifikasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,791 > 0,60. Tabel 15 Uji Reliabiltitas Variabel Legal Audit Cronbach’s
N of Item
Alpha 0,886
2
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk legal audit menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,886, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk legal audit adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,886 > 0,60.
Tabel 16 Uji Reliabiltitas Variabel Penilaian Cronbach’s
N of Item
lxxxiv
Alpha 0,630
3
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk penilaian menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,630, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk penilaian adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,630 > 0,60.
Tabel 17 Uji Reliabiltitas Variabel Optimalisasi Cronbach’s
N of Item
Alpha 0,803
4
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji reliabilitas untuk Optimalisasi menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,803, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument untuk Optimalisasi adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha 0,803 > 0,60.
c. Normalitas Hasil analisis terhadap asumsi normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov terhadap hasil residual dari persamaan regresi. Berikut ini disajikan hasil pengujian nilai residual data dengan menggunakan alat uji kolmogorov smirnov pada data penelitian ini.
Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Data
lxxxv
N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 52 0,0000000 0,99962792 0,122 0,058 -0,122 0,880 0,421
a. Test distribution is Normal. Sumber: data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,421. Hal ini menunjukkan bahwa nilai 0,421 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal
d. Pengujian asumsi klasik Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian ini, yang meliputi pengujian multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas. 1. Multikolinearitas Multikolinearitas terindikasi apabila terdapat hubungan linier di antara variabel independen yang digunakan dalam model. Berikut ini disajiakan hasil pengujian multikolinieritas data.
Tabel 19 Hasil Uji Multikolinearitas
lxxxvi
Variabel
Tolerance
VIF
Inventarisasi
0,251
3,985
Identifikasi
0,685
1,460
Legal Audit
0,974
1,026
Penilaian
0,266
3,757
Sumber: data primer yang diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai VIF (Variable Inflation Factor) variabel independen di bawah nilai 10 dan tolerance value di atas 0,10 untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk
menguji
ada
tidaknya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser, dengan meregres nilai absolut residual terhadap variable independen. Berikut disajikan hasil pengujian heterokedastisitas.
Tabel 20 Hasil Heteroskedastisitas
lxxxvii
Variabel
Koefisien
Inventarisasi
Signifikansi
-1,159
0,252
Identifikasi
0,776
0,442
Legal audit
-1,188
0,241
0,819
0,417
Penilaian Variabel dependen
:
AbsRes1
Hasil pengujian yang disajikan di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut residual (AbsRes1). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas 5%. 3. Autokorelasi Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, penelitian ini menggunakan alat uji runs test dengan kriteria pengujian apabila nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi atas variabel independen dalam model penelitian dan apabila nilai sig < 0,05 maka terjadi autokorelasi atas variabel dalam model penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji autokorelasi dengan runs test.
Tabel 21 Hasil Uji Autokorelasi
lxxxviii
a
Test Value Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
Unstandardized Residual -0,06185 25 27 52 20 -1,953 0,051
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dalam uji runs test adalah sebesar 0,051 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual tidak terjadi autokorekasi atas variabel independen dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu optimalisasi terhadap variabel dependen, yang terdiri dari variabel inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian. Hasil pengujian tersebut dapat dipaparkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 22
lxxxix
Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Konstanta Inventarisasi Identifikasi Legal audit. Penilaian
Koefisien Regresi thitung Signifikansi 0,934 2,761 0,008 0,501 3,368 0,002 0,264 2,848 0,007 0,057 0,702 0,486 1,079 7,470 0,000
F hitung
33,296
F probabilitas
0,000
R2
0,739
Adjusted R
2
0,717
Variabel dependen: Optimalisasi Sumber: Data primer yang diolah * = signifikan pada level 0,01 ** = signifikan pada level 0,05
Analisis data dengan menggunakan model regresi berganda di atas 2
menghasilkan nilai R sebesar 0,739 selain itu, diperoleh pula angka Adjusted R
2
sebesar 0,717. Hasil ini mengindikasikan bahwa 71,7% variasi Optimalisasi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian,
sedangkan sisanya (100%-71,7% = 28,3%) dijelaskan oleh
variabilitas variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi berganda ini. Uji Anova atau Ftest menghasilkan nilai Fhitung sebesar 33,296 dengan tingkat probabilitas 0.000. Tingkat probabilitas yang diperoleh ini lebih kecil dari tingkat
keyakinan
yang
ditetapkan
dalam
penelitian
yaitu
0,05.
Hasil
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian terhadap optimalisasi.
xc
Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi utama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) variabel yang berpengaruh terhadap optimalisasi. Variabel inventarisasi mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0, 501 dengan nilai probabilitas sebesar 0,002, nilai koefisien regresi untuk variabel identifikasi adalah sebesar 0,264 dengan nilai probabilitas sebesar 0,007 dan nilai koefisien regresi untuk variabel penilaian adalah sebesar 1,079 dengan nilai probabilitas 0,000. Sementara variabel legal audit mempunyai koefisien regresi sebesar 0,057 dengan nilai probabilitas sebesar 0,486. Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel inventarisasi, identifikasi dan penilaian mempengaruhi variabel optimalisasi. Kesimpulan ini didasarkan pada nilai probabilitas untuk ketiga variabel tersebut lebih kecil dari tingkat keyakinan dalam penelitian ini, yaitu 1%, 5% dan 10%. Sementara itu, untuk variabel legal audit, hasil pengujiannya menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk variabel tersebut di atas tingkat keyakinan penelitian baik 1%, 5% maupun10%.
C. Pembahasan Hasil pengujian data menunjukkan bahwa variabel identifikasi, inventarisasi dan penilaian berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan asset tetap pemerintah daerah Kabupaten Sragen. Sementara itu, untuk variabel legal audit tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan asset pemerintah Kabupaten Sragen. Tanda koefisien regresi untuk variabel inventarisasi adalah positif sebesar 0,501. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan inventarisasi asset daerah menyebabkan peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset daerah pemerintah
xci
Kabupaten Sragen. Apabila terjadi peningkatan proses inventarisasi asset daerah yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Sragen, maka optimalisasi pemanfaatan asset pemerintah Kabupaten Sragen akan meningkat. Hasil pengujian ini konsisten dengan logika teori yang dikembangkan dalam penentuan hipotesis. Tanda koefisien regresi untuk variabel identifikasi adalah positif sebesar 0,264. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan identifikasi asset daerah menyebabkan peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset daerah pemerintah Kabupaten Sragen. Apabila terjadi peningkatan proses identifikasi asset daerah yang dimiliki oleh pemerintah
Kabupaten Sragen, maka optimalisasi asset pemerintah Kabupaten
Sragen akan meningkat. Hasil pengujian ini konsisten dengan logika teori yang dikembangkan dalam penentuan hipotesis. Untuk tanda koefisien regresi variabel penilaian asset pemerintah daerah adalah positip yaitu 1, 079 . Tanda koefisien ini mengindikasikan bahwa dengan peningkatan proses penilaian asset pemerintah daerah menyebabkan peningkatan optimalisasi pemanfaatan asset pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil ini konsisten dengan logika pengembangan teori dalam penelitian ini. Sementara itu, untuk variabel legal audit hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel legal audit tidak berpengaruh terhadap optimalisasi asset pemerintah Kabupaten Sragen. Logika berpikirnya adalah masih banyak atau kurang tertibnya administrasi manajemen aset di Pemerintah Kabupaten Sragen, misalnya adalah masih ada tanah milik Pemerintah Kabupaten Sragen yang belum bersertifikat, sehingga menyebabkab legal audit di Kabupaten Sragen tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset di Kabupaten Sragen. Sedangkan koefisien regresi legal audit
xcii
bernilai positif. Hasil ini mengidikasikan bahwa peningkatan legal audit menyebabkan peningkatan optimalisasi asset pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil ini konsisten dengan penelitian- penelitian sebelumnya.
BAB V PENUTUP
xciii
A. Simpulan Hasil análisis data dalam pengujian hipótesis mendasari pengambilan simpulan dalam penelitian ini. Dalam pengujian hipótesis penelitian ini mengindikasikan bahwa optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen dipengaruhi oleh inventarisasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen juga dipengaruhi oleh identifikasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil pengujian penelitian ini juga mengindikasikan bahwa penilaian aset yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Namun demikian hasil pengujian mengindikasikan bahwa proses legal audit atas aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Sragen tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen.
B. Keterbatasan Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Keterbatasan yang dimaksud adalah penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yang digunakan untuk menggambarkan manajemen aset. Selain itu, penelitian ini menggunakan responden yang terbatas pada Pemerintah Kabupaten Sragen sehingga penelitian ini hanya menggunakan responden 52.
xciv
C. Saran Atas dasar hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti dapat mengajukan saran atau rekomendasi. Saran atau rekomendasi yang dimaksud diantaranya bahwa untuk mencapai penggunaan aset
yang optimal maka
Pemerintah Kabupaten Sragen perlu untuk memperhatikan inventarisasi, identifikasi serta penilaian aset yang dimiliki. Saran ini diajukan berdasarkan hasil pengujian yang mengindikasikan bahwa inventarisasi, identifikasi serta penilaian berpengaruh terhadap optimalisasi aset. Proses inventarisasi, identifikasi serta penilaian yang dilakukan harus dilakukan dengan baik agar aset yang dimiliki oleh pemerintah dapat digunakan secara optimal. Selain itu, peneliti juga merekomendasikan kepada penelitian berikutnya agar dapat menambahkan variabel independen sebagai penggambaran manajemen agar dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam terkait optimalisasi aset. Selain itu, peniliti juga merekomendasikan untuk penelitian berikutnya agar memperluas lingkup penelitian agar dapat diperoleh jumlah responden dan observasi yang lebih banyak sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih baik secara statistik.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Maria, 2005, Manajemen Aset (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah Studi Kasus di Kabupaten Pontianak, Tesis S-2 Program. Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Arifin B, Setiadi, Rizki S, Yuris M, 2003, Manajemen Kekayaan Negara, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 4(2): 20-29.
xcv
Anwar,
Saifuddin, 2007, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Appraisal Institute, 2001, “The Appraisal of Real Estate”, Twelfth Edition, Chicago,Illinois, USA.
Arikunto, Suharsimi,1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Cetakan ke- 8, Rineka Cipta, Yogyakarta. Bertovic, Hrugo; Kaganova, Olga; Rutledge, John, 2002, Asset Management Model for Local Governments, Local Government Reform Project (LGRP), The Urban Institute. Bohn, Henning 2002. Government Asset and Liability Management in an Era of Vanishing Public Debt. Department of Economics. University of California at Santa Barbara. Bloomquisht, Rob, dan Jim Oldach, 2005, Optimizing Plant Assets, through Improved Reliability Practices, The Journal Orbit, Vol 25 No.1, halaman 31- 37. Carn, N, R. Black dan J. Rabianski. 1999. Operational and Organisational Issue Facing Corporate Real Estate Executive and Managers. Journal of Real Estate Research, 17(3): 281-99. Chair, Abdul, 2001, Peranan Manajemen dalam Upaya Meningkatkan Kegunaan Aset Tanah dan Bangunan untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus di Pemda DKI Jakarta). Tesis S-2. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Ciptono et.al., 2001, An Exploratory Study on The Real-Time Strategic Factor of Corporate Real Estate Asset Management (CREAM) Practices: Evidence From Indonesian Companies, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Volume 16, No. 2 April, halaman 138-152. DaDson, James, Ebenezer, Kobina, 2006, Optimizing Land Asset Management in Ghana a Shared Responsibility and Recipe for Good Governance, Shaping the Change XXIII FIG Congress, Munich, Germany. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Proses SPSS, BP Universitas Diponegoro, Semarang. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan /Manajemen, BPFE, Edisi Pertama, Yogyakarta. Kabupaten Sragen Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, 2007. Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi, UPP AMP YKPN, Edisi Pertama, Yogyakarta.
xcvi
------------------------, 2003, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis, Erlangga, Jakarta. -----------------------, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang, Erlangga, Jakarta. Mahsun, Mohammad, 2003, Analisis Efektifitas Manajemen Aset Properti Riil Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2001/2002). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, 4(02): 1-9. Mardiasmo, 2004, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Good Governence Democratization, Local Government Financial Management, Public Policy, Reinventing Government, Accountability Probity, Value for Money, Participatory Development, Serial Otonomi Daerah, Andi, Yogyakarta. Mather, Daryl, 2003, The Strategic Importance of Asset Management, Speaker and Management Consultant, Australia. Pakiding, Yanuarius, 2006, Hubungan Manajemen Aset Dalam Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Bantul), Tesis S2 Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Phahlevi, Muhammad Reza, 2002, Manajemen Aset Real Estate Pada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, Tesis S2 Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Pemerintah Kabupaten Sragen, Laporan Keuangan, 2007. ------------------------, Bagian Pemerintahan, 2009. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
xcvii
-----------------------, Himpunan Peraturan-Peraturan tentang Inventaris Kekayaan Negara Departemen Keuangan RI, Badan Akuntansi Keuangan Negara, 1995. -----------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. ----------------------, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. ----------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Riduwan, 2006, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung. ----------, 2007, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Rosyadi, 2006, Analisis Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap Non Operasional Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, Tesis S2 Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Schaefers, Wolfgang, 1999, Corporate Real Estate (CRE) Management: Evidence from German Companies, Journal Of Real Estate Reaserch, Volume 17, Number 3, halaman 301-320. Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1987, Metode Penelitian Survai, Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial, Jakarta. Siregar, Doli. D, 2004, Management Aset Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2003, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
xcviii
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta, Bandung. Suharno, 2001, Peningkatan Profesionalisme Penilai Pemerintah, Jurnal Survey dan Penilaian Properti, 22(3). Sulistioyowati, Firma, 2003, Pengelolaan Aset Tetap: Tinjauan terhadap Aset Tetap Pelimpahan dari Kandep ke Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2001, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol 04, No. 02, Agustus, halaman 20-29. Sumbambang, Budiono, 2004, Titik Tolak Pemikiran untuk Peningkatan Kinerja Pengelolaan Aset Daerah, Summary Executive, disampaikan pada Pertemuan dengan Masyarakat Penilai, Jakarta, 15 Februari. Supranto, Johanes, 2004, Analisis Multivariat, Arti dan Interpretasi, Rineka Cipta, Jakarta. Wardhana.I.H., 2005, Mengelola Aset Kota Jakarta, Jurnal Kajian Pengembangan Perkotaan, Vol 01, No. 01, April, halaman 7-10. Kuisioner Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan berkenaan dengan identitas pribadi anda, persepsi anda pada hubungan manajemen aset dalam optimalisasi pengelolaan aset tetap (tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah. Pada pertanyaan tipe isian, mohon diisi sesuai dengan identitas anda. Pada pertanyaan tipe pilihan, mohon diberi tanda silang pada salah satu alternatif jawaban. Nama Satuan Kerja Kedudukan anda di Satuan Kerja Jenis Kelamin Mulai Bekerja Jabatan saat ini dimulai tahun Pendidikan terakhir Latar Belakang pendidikan
: : : : : :
Pria
Perempuan
SLTA Diploma Sarjana (S1) Master (S2) : Akutansi Manajemen Teknik Hukum Fisipol Pertanian Kehutanan Peternakan Lain-lain
Di SKPD ini ada berapa tingkat kedudukan di atas anda ? Anda melapor langsung ke Atasan langsung Anda adalah 1 tingkat di bawah
xcix
Atasan langsung Anda adalah 2 tingkat di bawah Atasan langsung Anda adalah 3 tingkatan di bawah Atasan langsung Anda adalah 4 Tingkat di bawah
Daftar Kuisioner N0
Pertanyaan
1
Setujukah Bapak/ibu bahwa perbaikan/penyempurnaan data base tentang aset tetap (tanah dan bangunan) di Kabupaten Sragen sudah senantiasa di up-to date sesuai dengan keadaan yang ada?
2
Setujukah Bapak/ibu bahwa penyempurnaan data base aset tetap (tanah dan bangunan) perlu dilaksanakan setiap tahun?
3
Setujukah Bapak/ibu bahwa inventarisasi aset dilakukan oleh suatu Badan/unit kerja yang khusus menangani aset?
4
Setujukan Bapak/ibu bahwa aset tetap (tanah dan bangunan) di Kabupaten Sragen yang sudah diinventarisasi telah diklasifikasikan menurut jenisnya?
N0
Pertanyaan
5
Setujukah Bapak/ibu bahwa setiap aset tetap (tanah dan bangunan) di Kab. Sragen telah didefinisikan secara jelas tentang kegunaan dan peruntukannya?
6
Analisis atas data data aset yang diperoleh perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang obyektif tentang pemanfaatan serta nilai aset yang diperoleh?
7
Setujukan Bapak/ibu bahwa proses legal audit (kejelasan hukum) terhadap aset tetap (tanah dan bangunan) perlu dilakukan agar jelas status kepemilikannya?
8
Setujukah Bapak/ibu bahwa setiap perubahan status hukum yang bertujuan untuk pengalihan atau penyerahan hak atas aset tetap (tanah dan
c
STS 1
Alternatif jawaban TS R S SS 2 3 4 5
STS 1
Alternatif jawaban TS R S SS 2 3 4 5
bangunan) harus menguntungkan daerah? 9
Setujukan Bapak/ibu bahwa perlu dilakukan proses penilaian terhadap aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah daerah?
10
Setujukah Bapak/ibu bahwa proses penilaian harus dilakukan oleh suatu lembaga penilai yang independen (bersertifikat), sesuai dengan amanat undang-undang?
11
Setujukah Bapak/ibu jika penilaian menggunakan metode penilaian yang sesuai akan meningkatkan optimalisasi dan pemanfaatan aset tetap (tanah dan bangunan)
12
Setujukah Bapak/ibu jika proses inventarisasi aset tetap (tanah dan bangunan) yang telah dilaksanakan saat ini dapat meningkatkan optimalisasi dan pemanfaatan dari aset tersebut?
13
Setujukah Bapak/ibu jika proses identifikasi aset tetap (tanah dan bangunan) dilaksanakan dengan baik dapat meningkatkan optimalisasi dari nilai aset tersebut?
N0
Pertanyaan
14
Setujukah Bapak/ibu jika proses Legal Audit aset tetap (tanah dan bangunan) dilaksanakan dengan baik dapat mempengaruhi peningkatan optimalisasi dari nilai aset tersebut?
15
Setujukah Bapak/ibu jika proses Penilaian terhadap aset tetap (tanah dan bangunan) milik Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan baik, maka akan dapat mempengaruhi peningkatan optimalisasi dari nilai aset tersebut?
STS 1
ci
Alternatif jawaban TS R S SS 2 3 4 5
LAMPIRAN
cii
INVENTARISASI RESPONDEN
1
2
3
1
5
5
5
2
3
5
3
4
4
IDENTIFIKASI
LEGAL AUDIT
PENILAIAN
1
2
1
2
3
1
2
3
15
4
4
5
13
5
5
10
5
5
5
2
10
4
4
4
12
4
5
9
5
4
4
4
12
4
3
4
11
5
4
9
4
3
4
4
11
4
4
4
12
1
1
2
5
3
4
4
11
3
3
4
10
4
4
6
3
4
4
11
3
3
4
10
4
7
3
1
1
5
1
1
2
4
8
4
5
5
14
4
4
4
9
3
4
4
11
3
3
10
4
3
4
11
4
11
4
4
5
13
12
4
4
5
13
5
4
14
5
15
OPTIMALISASI 1
2
3
4
15
5
2
5
5
17
2
11
2
5
4
4
15
3
3
10
3
4
3
4
14
4
3
4
11
4
3
3
3
13
8
4
3
3
10
3
3
3
3
12
4
8
4
3
3
10
3
3
3
3
12
4
2
6
1
3
3
7
3
3
3
3
12
12
5
5
10
5
4
4
13
4
3
4
4
15
4
10
2
4
6
4
3
3
10
3
4
3
3
13
5
4
13
2
2
4
3
4
5
12
5
5
4
4
18
4
2
2
8
2
2
4
4
5
5
14
5
4
5
4
18
13
4
4
4
12
1
1
2
4
4
4
12
4
5
4
4
17
4
13
5
4
4
13
2
2
4
4
4
4
12
4
4
4
5
17
5
5
15
5
4
5
14
3
3
6
5
4
4
13
4
4
4
5
17
4
5
3
12
4
4
5
13
3
2
5
5
4
4
13
4
5
4
4
17
16
4
5
4
13
5
5
4
14
3
3
6
5
4
5
14
5
4
4
5
18
17
4
4
4
12
3
4
4
11
2
3
5
4
4
5
13
5
5
4
5
19
18
4
5
3
12
4
3
4
11
2
2
4
5
4
4
13
4
4
4
4
16
19
3
5
5
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
4
16
20
4
4
4
12
3
3
5
11
2
2
4
4
4
3
11
3
3
4
4
14
21
4
5
4
13
3
3
4
10
2
2
4
5
4
4
13
4
4
4
4
16
22
3
2
4
9
4
4
5
13
3
3
6
2
4
3
9
3
3
4
4
14
ciii
23
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
24
4
4
4
12
4
4
5
13
4
4
8
4
4
4
12
4
4
4
5
17
25
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
26
4
4
5
13
4
4
5
13
5
4
9
4
5
5
14
5
5
5
5
20
27
4
5
4
13
4
4
5
13
4
4
8
5
4
5
14
5
5
4
5
19
28
5
5
5
15
4
4
5
13
4
4
8
5
5
5
15
5
5
5
5
20
29
5
5
5
15
5
5
4
14
4
5
9
5
5
5
15
5
5
5
5
20
30
4
5
4
13
3
3
4
10
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
31
4
4
4
12
4
4
4
12
4
4
8
4
4
4
12
4
4
4
5
17
32
5
5
4
14
5
5
5
15
3
4
7
5
5
5
15
5
5
5
5
20
33
4
5
4
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
34
4
5
4
13
4
4
4
12
4
3
7
5
4
4
13
4
4
4
5
17
35
4
5
4
13
3
3
5
11
4
4
8
5
4
5
14
5
5
4
5
19
36
4
4
4
12
5
5
5
15
5
5
10
4
5
4
13
4
4
5
5
18
37
4
5
4
13
4
4
5
13
5
5
10
5
5
4
14
4
4
5
5
18
38
5
5
5
15
4
4
5
13
4
4
8
5
5
5
15
5
5
5
5
20
39
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
40
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
41
4
2
4
10
4
4
4
12
4
4
8
2
4
4
10
4
4
4
4
16
42
5
5
5
15
4
4
5
13
3
4
7
5
5
5
15
5
5
5
5
20
43
4
5
4
13
3
3
4
10
5
4
9
5
4
4
13
4
4
4
5
17
44
4
4
4
12
4
3
4
11
4
4
8
4
3
3
10
3
3
3
4
13
45
4
5
5
14
4
4
4
12
5
5
10
5
4
4
13
4
4
4
4
16
46
4
4
4
12
4
3
4
11
2
4
6
4
3
3
10
3
3
3
4
13
47
4
4
4
12
4
3
4
11
4
4
8
4
3
3
10
3
3
3
4
13
48
5
4
4
13
5
4
4
13
4
2
6
4
4
4
12
4
4
4
5
17
49
4
4
4
12
3
3
4
10
5
5
10
4
5
3
12
3
3
5
4
15
50
4
5
4
13
4
4
4
12
4
4
8
5
4
4
13
4
4
4
5
17
51
4
4
4
12
3
4
4
11
3
3
6
4
4
5
13
5
4
4
5
18
52
4
4
4
12
4
4
4
12
4
4
8
4
4
4
12
4
5
4
5
18
641
610
376
civ
638
854
Reliabilitas Inventarisasi
cv
Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
52
100.0
0
.0
52
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
.630
N of Items
.661
3
Inter-Item Correlation Matrix inven_1
inven_2
inven_3
inven_1
1.000
.348
.467
inven_2
.348
1.000
.368
inven_3
.467
.368
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
inven_1
8.3077
1.943
.480
.254
.523
inven_2
8.1154
1.241
.418
.175
.626
inven_3
8.2308
1.632
.486
.266
.470
Reliabilitas Identifikasi
Case Processing Summary
cvi
N Cases
%
Valid Excluded
52
100.0
0
.0
52
100.0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
.795
N of Items
.791
3
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
iden_1
7.9038
1.500
.658
.567
.700
iden_2
8.0385
1.293
.791
.646
.540
iden_3
7.5192
1.941
.493
.301
.858
Reliabilitas Legal Audit Case Processing Summary N Cases
Valid
% 52
100.0
0
.0
52
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
N of Items
cvii
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
.886
N of Items
.886
2
Inter-Item Correlation Matrix legal_1
legal_2
legal_1
1.000
.795
legal_2
.795
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted a
legal_1
3.6154
1.222
.795
.632
.
legal_2
3.6154
1.261
.795
.632
.a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliabilitas Penilaian
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded Total
a
% 52
100.0
0
.0
52
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
cviii
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
.604
N of Items
.630
3
Inter-Item Correlation Matrix nilai_1
nilai_2
nilai_3
nilai_1
1.000
.288
.295
nilai_2
.288
1.000
.504
nilai_3
.295
.504
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
nilai_1
8.0577
1.546
.336
.113
.664
nilai_2
8.1923
1.962
.477
.276
.448
nilai_3
8.2885
1.699
.469
.279
.422
Reliabilitas Optimalisasi
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
% 52
100.0
0
.0
52
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
cix
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha
Standardized Items
.800
N of Items
.803
4
Inter-Item Correlation Matrix opt_1
opt_2
opt_3
opt_4
opt_1
1.000
.548
.504
.623
opt_2
.548
1.000
.312
.471
opt_3
.504
.312
1.000
.566
opt_4
.623
.471
.566
1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
opt_1
12.4423
2.761
.703
.499
.701
opt_2
12.4423
3.114
.534
.328
.792
opt_3
12.3462
3.446
.544
.359
.781
opt_4
12.0385
3.136
.690
.494
.715
Validitas Inventarisasi Correlations inven_1 inven_1
Pearson Correlation
inven_2 1
.348
Sig. (2-tailed) N inven_2
inven_3
INVEN
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
**
52
52
52
52
*
1
.012
N
.714
.000
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
**
.467
.000
.348
Pearson Correlation
*
INVEN
.012
Pearson Correlation
N
inven_3
**
.368
.000 52
52
52
**
**
1
.368
**
.007
52 .467
.815
.769
**
.000
.007
52
52
52
52
**
**
**
1
.714
.815
.000
.000
cx
.000
.769
.000
N
52
52
52
52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Identifikasi Correlations iden_1 iden_1
iden_2
Pearson Correlation
**
1
.752
Sig. (2-tailed) N iden_2
Pearson Correlation
iden_3
N IDEN
Pearson Correlation
N
52
52
**
1
**
.546
52
52
52
**
1
.000
52
52 **
.922
52
**
1
.737
.000
.000
52
52
52
Correlations
1
Sig. (2-tailed) N legal_2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
LEGAL
Pearson Correlation
LEGAL
.795
**
.948
**
.000
.000
52
52
52
**
1
.795
.000
.948
.946
**
.000
52 **
52
52
**
1
.946
cxi
**
52
.000
legal_2
.737
.000
Validitas Legal Audit
Pearson Correlation
**
.000
.006
legal_1
.922
.000
.546
**
**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
legal_1
**
52
.858
Sig. (2-tailed)
.858
52
.374
Sig. (2-tailed)
**
.000
52
Pearson Correlation
.374
.006
.000
N
IDEN
.000
.752
Sig. (2-tailed)
iden_3
52
Sig. (2-tailed)
.000
.000
52
52
N
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Penilaian Correlations nilai_1 nilai_1
nilai_2
Pearson Correlation
1
.288
Sig. (2-tailed) N nilai_2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
NILAI
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
52
52
52
1
b
a
.504
.000 52
52
52
b
1
.504
.034
.000
52
52
b
b
.731
b
.770
.000 52
52
b
1
.770
.000
.000
.000
52
52
52
N
b
.731
.000
a
.761
b
.761
.000
52 .295
N
a
.295
.034
.039
N nilai_3
a
NILAI
.039 52 .288
nilai_3
52
a.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). b.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas Optimalisasi Correlations opt_1 opt_1
Pearson Correlation
opt_2 1
.548
Sig. (2-tailed) N opt_2
Pearson Correlation
opt_3 **
opt_4
.504
**
OPT **
.623
.855
**
.000
.000
.000
.000
52
52
52
52
52
**
1
.312
.548
cxii
*
**
.471
.756
**
Sig. (2-tailed)
.000
N opt_3
Pearson Correlation
*
Pearson Correlation
.025
52
52
**
**
.623
Sig. (2-tailed)
.000
52
52
52
1
**
52
52
**
1
.566
52
52
**
.730
**
.827
**
.000 52
52
**
1
.827
.000
.000
.000
.000
52
52
52
52
N
**
52
52
.756
.730
.000
.000
**
.566
.000
.000
.855
Sig. (2-tailed)
.471
.000
.000
N Pearson Correlation
.312
.000
N
OPT
52
**
.504
Sig. (2-tailed)
opt_4
52
.025
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Multikolinearitas
Notes Output Created
10-Jan-2010 21:57:59
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
cxiii
Split File
<none>
N of Rows in
52
Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT OPT /METHOD=ENTER INVEN IDEN LEGAL NILAI /RESIDUALS DURBIN /SAVE RESID.
Resources
Processor Time
00:00:00.032
Elapsed Time
00:00:00.031
Memory Required
2596 bytes
Additional Memory
0 bytes
Required for Residual Plots Variables Created or Modified
RES_1
Unstandardized Residual
b
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
NILAI, LEGAL,
Method
. Enter
IDEN, INVENa a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: OPT
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
R Square
Adjusted R Square
cxiv
Estimate
Durbin-Watson
.899a
1
.807
.791
1.04130
1.515
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN b. Dependent Variable: OPT
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
F
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
Sig.
49.278
.000
a
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN b. Dependent Variable: OPT
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
3.272
1.196
INVEN
-.658
.167
.307
LEGAL NILAI
IDEN
Colline t
Sig. 2.736
.009
-.504
-3.944
.000
.098
.242
3.132
.003
-.041
.070
-.038
-.589
.559
1.463
.157
1.159
9.346
.000
a. Dependent Variable: OPT
a
Coefficient Correlations Model 1
NILAI Correlations
NILAI
Covariances
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
IDEN
-.105
-.013
1.000
-.248
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.025
-4.617E-6
-.002
-.021
-4.617E-6
.005
-8.976E-5
.000
LEGAL
LEGAL
Toleranc
cxv
IDEN
-.002
-8.976E-5
.010
-.004
INVEN
-.021
.000
-.004
.028
a. Dependent Variable: OPT
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Dimensio Model
n
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
1
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
a. Dependent Variable: OPT
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
11.2070
20.3324
16.4231
2.04714
52
-2.73741
1.70474
.00000
.99963
52
Std. Predicted Value
-2.548
1.910
.000
1.000
52
Std. Residual
-2.629
1.637
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: OPT
Heteroskedastisitas Notes Output Created
10-Jan-2010 22:00:24
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
cxvi
NIL
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
52
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT abs_res /METHOD=ENTER INVEN IDEN LEGAL NILAI /RESIDUALS DURBIN.
Resources
Processor Time
00:00:00.078
Elapsed Time
00:00:00.079
Memory Required
2636 bytes
Additional Memory Required for
0 bytes
Residual Plots
b
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
Method
. Enter
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: abs_res
Model Summaryb Std. Error of the Model 1
R
R Square a
.253
Adjusted R Square
.064
-.016
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
cxvii
Estimate .54067
Durbin-Watson 1.176
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
R Square .253a
1
Adjusted R Square
.064
Estimate
-.016
Durbin-Watson
.54067
1.176
b. Dependent Variable: abs_res
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
.936
4
.234
Residual
13.739
47
.292
Total
14.675
51
Sig. .800
.531
a
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN b. Dependent Variable: abs_res
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
1.103
.621
INVEN
-.100
.087
.040
IDEN LEGAL NILAI
Colline t
Sig. 1.776
.082
-.327
-1.159
.252
.051
.132
.776
.442
-.043
.036
-.170
-1.188
.241
.067
.081
.224
.819
.417
a. Dependent Variable: abs_res
a
Coefficient Correlations Model 1
NILAI Correlations
NILAI LEGAL IDEN
Toleranc
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
-.105
-.013
1.000
-.248
cxviii
Covariances
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.007
-1.245E-6
.000
-.006
-1.245E-6
.001
-2.420E-5
.000
.000
-2.420E-5
.003
-.001
-.006
.000
-.001
.007
LEGAL IDEN INVEN a. Dependent Variable: abs_res
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Dimensio Model
n
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
1
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
a. Dependent Variable: abs_res
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.6073
1.1402
.8354
.13545
52
-.78542
1.61700
.00000
.51903
52
Std. Predicted Value
-1.684
2.251
.000
1.000
52
Std. Residual
-1.453
2.991
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: abs_res
Normalitas Notes Output Created
10-Jan-2010 22:01:10
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
cxix
NIL
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
52 User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.000
Elapsed Time
00:00:00.046
Number of Cases Allowed
a
196608
a. Based on availability of workspace memory.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
52 a
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.99962792
Absolute
.122
Positive
.058
Negative
-.122
Kolmogorov-Smirnov Z
.880
Asymp. Sig. (2-tailed)
.421
a. Test distribution is Normal.
Autokorelasi
cxx
Notes Output Created
10-Jan-2010 22:01:25
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
52 User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
NPAR TESTS /RUNS(MEDIAN)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.094
Elapsed Time
00:00:00.094
Number of Cases Alloweda a. Based on availability of workspace memory.
Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.06185
Cases < Test Value
25
Cases >= Test Value
27
Total Cases
52
Number of Runs
20
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.953 .051
a. Median
cxxi
196608
Pengujian Hipotesa Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
b
Method . Enter
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: OPT b
Model Summary
Model
R
1
.899
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.807
.791
Durbin-Watson
1.04130
1.515
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN b. Dependent Variable: OPT b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
a. Predictors: (Constant), NILAI, LEGAL, IDEN, INVEN
cxxii
F 49.278
Sig. .000
a
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
213.730
4
53.433
50.962
47
1.084
264.692
51
F
Sig.
49.278
.000a
b. Dependent Variable: OPT a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
3.272
1.196
INVEN
-.658
.167
.307
LEGAL NILAI
IDEN
Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig. .009
-.504
-3.944
.000
.251
3.985
.098
.242
3.132
.003
.685
1.460
-.041
.070
-.038
-.589
.559
.974
1.026
1.463
.157
1.159
9.346
.000
.266
3.757
a
Coefficient Correlations
1
NILAI Correlations
NILAI
Covariances
LEGAL
IDEN
INVEN
1.000
.000
-.105
-.795
.000
1.000
-.013
-.076
IDEN
-.105
-.013
1.000
-.248
INVEN
-.795
-.076
-.248
1.000
NILAI
.025
-4.617E-6
-.002
-.021
-4.617E-6
.005
-8.976E-5
.000
IDEN
-.002
-8.976E-5
.010
-.004
INVEN
-.021
.000
-.004
.028
LEGAL
LEGAL
a. Dependent Variable: OPT a
Collinearity Diagnostics Model
Dimensi
Eigenvalue
VIF
2.736
a. Dependent Variable: OPT
Model
Tolerance
Condition Index
cxxiii
Variance Proportions
on 1
(Constant)
INVEN
IDEN
LEGAL
NILAI
1
4.910
1.000
.00
.00
.00
.00
.00
2
.063
8.800
.00
.00
.02
.95
.01
3
.013
19.605
.27
.07
.34
.01
.12
4
.011
21.199
.73
.00
.63
.04
.00
5
.003
41.362
.00
.92
.01
.00
.87
a. Dependent Variable: OPT
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
11.2070
20.3324
16.4231
2.04714
52
-2.73741
1.70474
.00000
.99963
52
Std. Predicted Value
-2.548
1.910
.000
1.000
52
Std. Residual
-2.629
1.637
.000
.960
52
Residual
a. Dependent Variable: OPT
cxxiv
cxxv
cxxvi
cxxvii
cxxviii
cxxix
cxxx
cxxxi
cxxxii
cxxxiii
cxxxiv
cxxxv
cxxxvi