PENGARUH LAMA PENYIMPANAN HATCHING EGG (HE) TERHADAP DAYA TETAS (HATCHIBILITY) DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT HATCHERY I MEDAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : LINDUANA PASARIBU NBP: 1201371009
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
1
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN HATCHING EGG (HE) TERHADAP DAYA TETAS (HATCHIBILITY) DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT HATCHERY I MEDAN
Oleh: Linduana Pasaribu 1210371009 Di bimbingan oleh: Toni Malvin, S.Pt,. MP RINGKASAN
Hatching Egg (Telur tetas) merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh pejantan. Kualitas HE mempengaruhi tingkat daya tetas yang dihasilkan dan biasanya bergantung pada manajemen peyimpanan HE dalam proses penetasan. Penyimpanan HE yang semakin lama akan mengakibatkan penguapan CO2 dan H2O sehingga kualitas telur akan menurun dan daya tetasnya juga rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka lama penyimpanan sangat perlu diperhatikan, Hatching Egg yang akan ditetaskan sebaiknya tidak disimpan lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang semakin lama akan berpengaruh negatif terhadap daya tetas. Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan HE terhadap daya tetas (Hatchability) di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) dilakukan selama 2,5 bulan dimulai tanggal 16 Maret sampai 31 Mei 2015 di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, Unit Hatchery I Medan. Pelaksanaan dilakukan mulai dari penerimaan HE hingga melaksanakan pullchick. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 450 butir untuk lama simpan 3 hari dan 450 butir untuk lama simpan 5 hari. Hasil menunjukkan lama simpan telur tetas umur 3 hari lebih tinggi tingkat daya tetasnya dibandingkan dengan lama simpan 5 hari. Menurut Sarwono (2007) bahwa umur telur yang layak ditetaskan adalah 1-3 hari terhitung mulai sejak keluar dari tubuh induknya. Kesimpulan dari laporan ini adalah lama penyimpanan HE berpengaruh terhadap daya tetas, dimana diperoleh hasil bahwa umur simpan 3 hari diperoleh tingkat daya tetasnya 98,10%, sedangkan lama penyimpanan 5 hari daya tetasnya 95,69%. Kata kunci: Hatching Egg (HE), Daya tetas (Hatchibility)
2
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN HATCHING EGG (HE) TERHADAP DAYA TETAS (HATCHIBILITY) DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT HATCHERY I MEDAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh : LINDUANA PASARIBU NBP: 1201371009
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)
PROGRAM STUDI PETERNAKAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH PAYAKUMBUH 2015
3
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN HATCHING EGG (HE) TERHADAP DAYA TETAS (HATCHIBILITY) DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT HATCHERY I MEDAN
Oleh : LINDUANA PASARIBU NBP : 1201371009
Menyetujui : Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Dosen Pembimbing
Ir. Setya Dharma, M.Si NIP.196010061987031003
Toni Malvin, S.Pt, MP NIP.19820402200501001
Mengetahui, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ir. Gusmalini, M.Si NIP. 195711101987032001
4
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN HATCHING EGG (HE) TERHADAP DAYA TETAS (HATCHIBILITY) DI PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT HATCHERY I MEDAN
Oleh : LINDUANA PASARIBU NBP : 1201371009
Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tanggal 10 Juli 2015
TIM PENGUJI
No
Nama
Jabatan
1
Yurni Sari Amir, S.Pt, MP
Ketua
2
Eva Yulia, S.Pt, M.Si
Anggota I
3
Toni Malvin, S.Pt, MP
Anggota II
5
Tanda Tangan
“Kiranya diberikanNya kepadamu apa yang engkau
kehendaki dan dijadikannya berhasil apa yang kau rancangkan” (Mazmur 20:5) “Karena masa depan sungguh ada, dan Harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23:18) Ya Tuhan Yesus,,, Betapa indahnya kasihmu, betapa besarnya kuasamu, namamu sungguh agung tak ada yang dapat mengimbanginya, Engkaulah Benteng perlindunganku Aku sungguh bersyukur kepadamu karna besar kasih setiamu yang selalu hadir dalam hidupku, sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan liku2, kerikil tajam telah dapat kulalui hingga aku dapat memperoleh gelar A,Md, Q tahu Tuhan semua ini karna kekuatan dan kasih sayangmu yang tak pernah berkesudahan dalam hidupku, Ya Tuhan,,,dalam doaku, Q berharap agar kiranya sebuah gelar yang telah q peroleh menjadi berkah bagi masa depanku, hingga dapat ku pergunakan untuk membahagiakan keluargaku,menolong sesama terlebih dalam memuliakan namamu yang kudus. #Amin#
Sebuah karya kecil ini Q persembahkan Buat Ayah dan Ibu serta keluargaku tersayang. terima kasih yang sebanyak2nya q ucapkan buat doa, kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga yang selalu menghiasi hidupku hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas dan tangung jawab sebagai kunci membuka jalan menuju masa depan yang penuh harapan. Tiada yang dapat q persembahkan kepada Ayah dan Ibu selain ucapan terimaksihku. Pengorbananmu yang begitu besar, putih kasihmu yang tak harap balasan sungguh tak dapat kubanyangkan, meski seribu nyawa Q pertaruhkan, namun tak cukup untuk membalas kebaikanmu,, biarlah Tuhan yang membalaskan itu smua, memberikan kesehatan, panjang umur serta rejeki buat Ayah dan Ibu. Tetaplah bawa AQ dalam doa ayah,,,ibu,, agar kiranya aku cepat memperoleh pekerjaan yang bisa membawa kebahagiaan bagi ayah dan ibu serta keluarga. 6
Tak Lupa juga Buat Abang dan KakakQu ( Almrhum kk q Rasmi Pasaribu d keluarga yang ditinggalkn, Keluarga Benson Pasaribu, Kel. Betty Pasaribu, Kel. Kembang Nurbaya Pasaribu, Kel. Margusar Manuhari Pasaribu, Kel. Rimbun Pasaribu, Kel. Jubel Pasaribu, serta KembaranQu tersayang Ihot Pasaribu) tiada kata selain ucapan terimakasih, Q ucapkan buat motivasi, bantuannya baik berupa moril maupun materi serta yang menjadi penyemangat bagiku. Q akan selalu menyayangi kalean s’mua krna kalean adalah keluargaku sebagai hadiah terindah yang diberikan Tuhan kepadaku. Kepada Dosen-dosenku program Study Peternakan terimakasih buat motivasi & pengajarannya selama ini, teristimewa Buat Dosen Pembimbing Akademik Bapak Toni Malvin S.Pt, MP, terima kasih banyak buat Bapak yang telah bersedia menjadi wakil orang tuaku yang selalu sabar membimbing, memberikan motivasi serta selalu sabar mengajari q selama aq berda di bangku perkuliahan hingga terselesaikannya Tugas akhir saya ini dengan baik.
Buat temanku Lupita Manullang, griltrima manalu, arwina sihombing, monica haloho, Irma simamora, begitu juga adek2ku evi pasaribu, tetty gultom, erida sinaga, terima kasih buat semangat yang diberikan serta telah bersedia membantu saya dan terspecialnya sahabatku yang cantik jelita Fitri Nopiana Manalu terimakasih q ucapkan karna telah menciptkan berjuta kenangan disetiap hari-hariku, suka dan duka telah kita lalui bersma mulai semester awal hingga akhirnya kita memperoleh sebuah gelar. “ Thanks for All”
“Kehidupan ini dipenuhi dengan seribu macam kemanisan tetapi untuk mencapainya perlu seribu macam pengorbanan” SO,,,,,
Focus on God, Not your problem Listen to God, Not your insecurities Rely on God, Not your own Strenght
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa buat segala berkat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyusun laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Pengaruh Lama Penyimpanan Hatching Egg (HE) Terhadap Daya Tetas (Hatchibility) di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan” Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan semester VI Program Studi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penyusunan laporan Tugas Akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ayahanda Bisker Pasaribu dan Ibunda Murtialam Lumbantoruan serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik secara moril maupun materi kepada penulis. 2. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Bapak Toni Malvin,S.Pt, MP selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Ibu Muthia Dewi, S.Pt, M.Sc selaku ketua Program Studi Peternakan. 6. Semua pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam penyusunan laporan ini.
8
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk masa yang akan datang. Tanjung Pati, Juli 2015
LP
9
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
vi
I.
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1.2. Tujuan ............................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
4
2.1. Hatching Egg (HE) .......................................................... 2.2. Penyimpanan Hatching Egg ............................................. 2.3. Penetasan Telur................................................................ 2.4. Daya Tetas (Hatchibility) .................................................
4 5 7 8
III. METODE PELAKSANAAN ........................................................
10
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................... 3.2. Alat dan Bahan ................................................................ 3.3. Pelaksanaan .....................................................................
10 10 10
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
15
4.1. Hasil ................................................................................ 4.2. Pembahasan .....................................................................
15 15
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
18
5.1. Kesimpulan..................................................................... 5.2. Saran ..............................................................................
18 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
19
LAMPIRAN ...........................................................................................
21
II.
IV.
V.
10
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Tetas Terhadap Daya Tetas ..........
7
2. Pengaruh Lama Penyimpanan Hatching Egg Terhadap Daya tetas (Hachibility) dengan Lama Penyimpanan 3 hari dan 5 hari ..................
15
11
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sejarah Perusahaan ..............................................................................
21
2. Struktur Organisasi PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan................................................................................................
23
3. Lay Out Lokasi Unit Hatchery di PT Charoen Pokphand Jaya Farm I Medan ...............................................................................................
24
4. Dokumentasi .......................................................................................
25
12
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan telur dan daging membuat usaha di dunia industri perunggasan semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik secara kualitas maupun kuantitas.
Untuk
memenuhi permintaan tersebut, maka usaha peningkatan produk peternakan unggas dimulai dari peningkatan ayam pembibit atau “Parent Stock” sebagai penghasil DOC ayam “Final Stock” yang berkualitas. Peningkatan DOC yang berkualitas sangat bergantung pada kualitas Hatching Egg (Telur tetas) yang digunakan.
Oleh karena itu manajemen
penanganan Hatching Egg sangat perlu diperhatikan dalam proses penetasan. Penetasan merupakan bagian dari kegiatan pembibitan yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan populasi DOC. Dalam menetaskan telur, ada dua cara yaitu penetasan secara alam dan penetasan secara buatan. Penetasan secara alam yaitu penetasan dengan menggunakan induk yang hanya mampu mengerami telur sebanyak 10-15 butir, bergantung dari besar kecilnya induk tersebut. Penetasan secara buatan adalah penetasan menggunakan alat penetasan atau mesin tetas dan sering pula disebut sebagai inkubator. Pada industri-industri pembibitan ternak unggas (breeding farm), biasanya digunakan mesin tetas modern (mesin tetas buatan) dengan kapasitas yang cukup banyak. Dalam penetasan buatan tersebut, kegiatan menetaskan telur dikatakan berhasil apabila sebagian besar dari telur-telur yang ditetaskan dapat menetas. Hatching Egg merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh pejantan. Hatching Egg yang digunakan dalam proses penetasan adalah telur
13
yang telah diseleksi.
Di perusahaan pembibitan ternak unggas
untuk
menghasilkan telur yang memiliki daya tetas tinggi, sesungguhnya sangat tergantung dari kualitas induk dan pejantan yang digunakan. Syarat Hatching Egg yang baik adalah berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktivitasnya tinggi (telur fertil) serta kualitas fisik telur baik. Selain syarat telur tetas tersebut, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi daya tetas salah satunya adalah lama penyimpanan telur. Menurut Meliyati et. al, (2012) penyimpanan telur tetas yang semakin lama akan menurunkan kualitas telur karena terjadi penguapan CO2 dan H2O. Kualitas telur yang semakin turun mengakibatkan perkembangan embrio terhambat sehingga daya tetasnya rendah. Penelitian Sarwono (2007) cit. Narizah (2014), menunjukkan bahwa telur yang layak ditetaskan adalah 1-3 hari terhitung mulai sejak keluar dari tubuh induknya. Pambudhi (2003) cit. Nazirah (2014) menyatakan telur tetas yang baik untuk ditetaskan adalah telur tetas kurang dari satu minggu dan idealnya 4 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Sastosa (2003) bahwa telur tetas sebaiknya tidak disimpan lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang semakin lama akan berpengaruh negatif terhadap daya tetas.
14
1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui pengaruh lama penyimpanan Hatching egg (HE) terhadap daya tetas (Hatchability) di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. 2. Untuk menambah wawasan tentang penetasan, tatalaksana penetasan dari awal proses sampai akhir sehingga lebih memahami tentang usaha penetasan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan.
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hatching Egg (HE) Hatching Egg merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sel jantan. Apabila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi. Telur tetas yang baik untuk bibit adalah telur yang fertil (berisi benih). Telur tetas ini memiliki struktur atau bagian yang berperan penting dalam perkembangan embrio sehingga dapat menetas, agar dapat menetas telur tersebut sangat tergantung terhadap penanganannya (Nuryati, 2003). Menurut Paimin (2002), perlakuan terhadap telur tetas sebelum telur ditetaskan yaitu harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar telur yang akan ditetaskan menghasilkan anak ayam yang berkualitas. Telur layak dikatakan sebagai telur tetas atau layak untuk ditetaskan merupakan telur yang telah dilakukan penyeleksian dan sesuai dengan syarat-syarat telur tetas. Seleksi telur pada umumnya didasarkan pada berat telur, bentuk telur, keadaan kulit telur meliputi kebersihan, kualitas, serta warna telur (Kartasudjana, 2001). a) Berat telur Berat telur yang ditetaskan sangat berpengaruh terhadap anak tetas yang dihasilkan. Penetasan dengan berat telur yang seragam akan menghasilkan anak tetas yang baik bahkan, anak tetas akan memiliki berat hampir sama. Berat telur yang ditetaskan dianjurkan tidak boleh lebih dari berat maksimal atau kurang dari berat minimal. Untuk ayam ras, minimal beratnya 50 gram dan maksimalnya 65 gram.
Telur yang terlalu besar biasanya kuning telurnya ganda dan tidak 16
ditetaskan. Sebaliknya, telur yang terlalu kecil, juga kurang menetas dengan baik. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh berat telur terhadap daya tetas (Kartasudjana, 2001). b) Bentuk telur Bentuk telur yang baik adalah bulat telur dengan perbandingan lebar dan panjang telur 3:4. Telur yang terlalu bundar atau lonjong biasanya tidak banyak yang menetas. Hasil penelitian membuktikan bahwa telur yang berbentuk bulat dapat menetas hingga 70-75%, sedangkan telur yang terlalu bulat dan terlalu panjang hanya mencapai 30-35% saja. Hal ini disebabkan bagian-bagian telur tidak seimbang (Paimin, 2011). c) Keadaan kulit telur Kedaan kulit telur yang akan ditetaskan hendaknya rata, bersih, tidak tipis, tidak lembek, tebal kulit normal berkisar antara 0,33-0,35 mm dan tidak ada yang retak. Sekecil apapun keretakannya tetap saja telur akan gagal menetas. Selain itu, warna kulit telur pun sangat erat hubungannya dengan daya tetas telur. Kulit telur yang berwarna coklat gelap akan menetas lebih baik daripada kulit telur yang berwarna coklat terang. Telur yang berwarna coklat gelap akan lebih tahan panas sehingga menunjang pembentukan embrio (Paimin, 2011). 2.2 Penyimpanan Hatching Egg Selain syarat-syarat fisik yang perlu diperhatikan dalam melakukan penetasan, lama penyimpanan HE juga perlu diperhatikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan telur yang akan ditetaskan salah satunya waktu dan cara penyimpanan telur. Hal tersebut mempengaruhi daya tetas telur dan kualitas DOC yang dihasilkan (Paimin, 2011)
17
Hatching Egg yang telah difumigasi disimpan di holding room. Holding room merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum dimasukkan ke setter.
Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan diatur
sehingga embrio tidak berkembang. Lama penyimpanan telur tetas berkisar 3-4 hari pada suhu 20oC dan kelembaban 70%-80%. Penyimpanan telur tetas yang terlalu lama dapat mempengaruhi daya tetas telur (Butama, 2011) Penyimpanan telur yang terlalu lama juga akan mengakibatkan berat telur berkurang dan kantong udara akan makin besar. Lama penyimpanan telur tetas yang baik maksimal 1 minggu. Telur tetas yang berumur lebih dari 3 minggu (21 hari) memiliki daya tetas yang rendah dan dapat dipastikan tidak bisa ditetaskan (Subha, 2012). Penyimpanan HE yang baik dilakukan dengan cara meletakkannya pada egg tray dengan posisi bagian telur yang tumpul diletakkan diatas dan telur yang berujung runcing di bawah. Hal ini bertujuan agar ruang udara tetap berada dibagian tumpul. Ruang udara ini sangat diperlukan untuk perkembangan embrio. Bila letak udara bergeser dari bagian tumpul maka daya tetas telur menurun (Nazirah, 2014). Hatching Egg
yang lama disimpan tentunya akan mengakibatkan
kematian pada embrio dan proses pemutaran telur yang dilakukan secara tidak teratur dapat menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak merata sehinga embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan akhirnya juga menyebabkan kematian embrio (Daulay et al, 2008) Sudaryani dan Sastosa (2003) menyatakan bahwa penyimpanan telur yang semakin lama akan berpengaruh negatif terhadap daya tetas. Selain itu, waktu
18
yang diperlukan untuk menetas juga semakin bertambah. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Pengaruh lama penyimpanan telur terhadap daya tetas Lama penyimpanan (Hari) 1 4 7 10 13 16 19 22 25 Sumber Sudaryani dan Sastosa (2003)
Daya tetas telur fertile (%) 88 87 79 68 56 44 30 26 0
2.3 Penetasan Telur Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam (Suprijatna et al, 2005). Usaha menetaskan telur ayam artinya mengeramkan telur supaya menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya sehingga benih yang berkembang didalamnya menjadi anak ayam hidup. Penetasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan alami dan penetasan buatan (Mulyantini, 2010). Penetasan alami banyak dijumpai di desadesa, dimana peternak menetaskan telur ayam dengan menggunakan induk ayam yang sedang dalam mengeram. Induk ayam mampu mengerami telur sebanyak 10 - 15 butir, tergantung dari besar kecilnya induk tersebut. Proses pengeraman berlangsung selama 21 hari yang dilanjutkan dengan mengasuh anak ayam yang telah ditetaskan. Penetasan secara buatan merupakan rekayasa penetasan telur yang sudah tidak menggunakan induk ayam. Menurut Irianing (2014), prinsip penetasan secara buatan adalah mengganti peran induk ayam dalam mengerami telurnya.
19
Mulyantini (2010) menyatakan, penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan inkubator atau alat penetasan buatan yang pada prinsipnya harus memperhatikan suhu, kelembaban dan ventilasi.
Ditambahkan oleh Sugiyoto
(2011) cit. Narizah (2014), bahwa keberhasilan proses penetasan telur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor penentu penetasan yaitu meliputi sumber panas, air operator mesin dan penggerakan udara. Tata laksana penetasan merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari persiapan mesin tetas, pemasukan telur ke dalam mesin tetas, kegiatan rutin selama penetasan, sampai pada pembersihan mesin tetas setelah penetasan. 2.4 Daya Tetas (Hachibility) Daya tetas adalah hasil telur fertil sampai dapat menetas dan dihitung pada akhir penetasan dengan mengetahui persentase daya tetas (Zakaria, 2010). Menurut Rajab (2013), daya tetas merupakan nilai dari banyaknya anak ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertil) dihitung dalam bentuk persentase. Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor genetik, suhu dan kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur (Sutiyono, 2006). Penurunan daya tetas dapat disebabkan karena tingginya kematian embrio dini. Kematian embrio tidak terjadi secara merata selama masa pengeraman telur. Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase pengeraman. Pada fase awal, puncak kematian embrio terjadi hari keempat. Fase akhir, terjadi pada hari ke-16. Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan keempat masa pengeraman (Saefudin, 2000).
20
Menurut Murtidjo (1992) cit Nazirah (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas tersebut adalah temperatur, cara penyimpanan, umur telur, kebersihan kulit telur. Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, cara atau metoda penyimpanan, pengaturan suhu dan kelembaban inkubator, kebersihan telur, pengumpulan dan penyimpanan telur dan faktor-faktor lain yang masih belum diketahui (Sutioko, 1998) cit. (Nazirah, 2014). Amrin ( 2008) juga menyatakan, faktor yang mempengaruhi daya tetas telur antara lain: berat telur, bentuk telur, keutuhan kulit telur, kualitas kulit telur, dan kebersihan kulit telur.
Faktor lain yang mempengaruhi daya tetas yaitu
genetik, nutrisi, fertilitas, dan penyakit (Sinabutar, 2009). Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara penyimpanan, lama penyimpanan, tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, pembalikan selama penetasan.
Penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan
kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya disimpan tidak lebih dari 7 hari (Raharjo, 2004) cit. (Salombe, 2012). Menurut pendapat Rukmana (2003), faktor-faktor yang menurunkan daya tetas telur adalah sebagai berikut: a. Kesalahan-kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas b. Kerusakan mesin tetas pada saat telur dalam mesin tetas c. Heritability atau sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi telurnya tinggi dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi, dan sebaliknya. d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat dapat menyebabkan daya tetas telur berkurang.
21
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa Charoen Pokphand Jaya Farm
(PKPM) dilaksanakan di PT.
Unit Hatchery I Desa. Dagang Kelambir,
Kecamatan. Tanjung Morawa, Kabupaten. Deli Serdang, Provinsi. Sumutera Utara yang dilaksanakan selama 2,5 bulan yang dimulai pada tanggal 16 Maret-31 Mei 2015. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama pelaksanaan PKPM di PT. Chroen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan adalah: 1) Ruang fumigasi, 2) Holding room, 3) Ruang Preheat, 4) Mesin Setter dan Hatcher Pas Reform, 5) Kereta setter, 6) Kereta HE, 7). Egg tray, 8) Forklift 9) Skraft, 10) Counter, 11) Meja Pullet (tempat peneropongan HE),12) Lampu, 13) Timbangan, 14) Pulpen,15) Buku, 16) Wadah (tempat formalin dan forcent), 17) Lapban 18) Masker mulut, sedangkan bahan yang digunakan adalah: 1) Heatching egg (HE), 2) Formalin, 3) Forcent. 3.3 Pelaksanaan Pelaksanaan kerja yang dilakukan selama melaksanakan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa di PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan meliputi: 1. Penerimaan Hatching Egg Penerimaan HE dilakukan pada ruangan penerimaan HE. Hatching Egg yang baru datang dari farm dilakukan pembongkaran atau penurunan HE di
22
Hatchery dimana HE disusun berdasarkan urutan farm, flock, strain, dan grade. Kemudian mencocokkan transfer slip dengan cara menghitung jumlah HE yang dibawa dari farm dengan jumlah HE yang diterima.
Setelah cocok petugas
holding room menandatanganinya dan apabila tidak cocok segera melakukan konfirmasi kepetugas pengirim HE. 2. Fumigasi Hatching Egg Hatching Egg yang telah disiapkan di dalam kereta yang telah dibongkar dari mobil HE, kemudian dibawa ke dalam ruangan fumigasi.
Bahan yang
digunakan dalam melakukan fumigasi single dengan volume 5,04 m3 adalah formalin 150 cc dan forcent 75 gram, dengan demikian jumlah bahan fumigasi untuk sekali pemakaian adalah ((5,04/5m3)x150 cc) maka didapatkan hasil 151,2 cc formalin, ((5,04/5m3)x75gram) untuk forcent didapatkan hasil 75,6 gram. Setelah HE dimasukan ke dalam ruangan fumigasi, serta bahan fumigant telah disiapkan maka tahap selanjutnya adalah melakukan fumigasi dengan cara forcent dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan, pintu fumigasi ditutup serta menghidupkan kipas fumigasi. Fumigasi HE dilakukan selama 20 menit, setelah 20 menit HE kemudian dikeluarkan dari ruang fumigasi dan disusun di ruangan holding room, penyusunan dilakukan bedasarkan grade, strain, asal farm, serta memasang label berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 3. Proses sett Hatching Egg (Seleksi dan culling) dalam ruangan holding room Sebelum melakukan sett HE, terlebih dahulu dilakukan pengecekan kondisi kereta HE, kemudian melakukan seleksi atau culling HE. Seleksi dan culling dilakukan dengan cara peneropongan HE diatas meja candling yang telah disediakan. Hal ini bertujuan untuk melihat telur crack (telur yang tidak dapat
23
dijadikan telur tetas) seperti retak rambut (hair crack), terdapat lubang kecil pada permukaan telur (toe crack), retak akibat tray (tray crack), retak bintang (star crack) selain itu untuk melihat telur lainnya yang tidak layak ditetaskan. Hatching Egg yang layak ditetaskan disett ke dalam kereta setter berdasarkan grade, farm, strain, nomor kandang. 4. Menandai sampel berdasarkan umur Hatching Egg Setelah HE diseleksi, HE yang akan dijadikan sampel untuk pengambilan data ditandai dengan cara menempelkan label pada tray dengan membuat kode untuk masing-masing umur HE.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pengambilan data pada saat transfer dan pull chick. 5.
Proses Preheat Proses preheat ini merupakan kegiatan mengembalikan suhu HE dalam
keadaan hangat secara berlahan. Kegiatan Preheat bertujuan untuk menghindari kematian embrio atau HE mengalami shock. Hatching Egg yang telah siap di sett atau diseleksi diletakkan di dalam ruangan Preheat selama 20 jam dengan set temperatur mulai dari 210c sampai 350c. 6. Proses pengeraman di mesin Setter selama 18 hari. Sebelum
melakukan
proses
membersihkan kipas, dinding, lantai
pengeraman
maka
terlebih
dahulu
dan HE yang jatuh serta debu yang
menempel. Proses pengeraman dimulai dari proses setting HE dari ruang Preheat ke mesin Setter. Melakukan kontrol temperatur output pada Pas Reform menggunakan alat pengukur suhu digital, kontrol output pada mesin Pas Reform 1 jam sebelum transfer 100,3-100,5oF dan 5 jam sebelum transfer 99,7-99,9oF. Lakukan konsep pump up, pump down berdasarkan out put (apabila suhu rendah
24
maka pengaturan suhu dinaikkan dan apabila suhu tinggi maka suhu diturunkan. Selain itu kontrol temperatur egg sell pada hari ke 7, 11,dan 15 serta mencatat temperatur setiap 3 jam.
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat berapakah suhu
yang telah ditetapkan di profil dengan suhu yang telah diukur di dalam mesin setter apakah suhu terlalu tinggi atau rendah yang nantinya akan berpengaruh terhadap daya tetas DOC yang dihasilkan. 7. Transfer HE (melakukan candling HE) dari mesin setter ke mesin hatcher Pas Reform umur 18 hari. Mempersiapkan meja transfer dan perlengkapan lainnya serta memastikan apakah berfungsi dengan baik dan layak digunakan.
Melakukan transfer pada
hari ke 18-18,5 masa inkubasi. Candling dilakukan dengan menarik tray dari kereta setter secara hati-hati kemudian meletakkannya ke meja pallet (tempat peneropongan HE)
dan melakukan pengambilan telur yang infertil dan
expload/busuk. Jumlah telur infertil dan expload dicatat sedangkan telur fertil dimasukan kedalam keranjang/rak hatcher dengan menggunakan mesin Vakum. Setelah kegiatan transfer selesai peralatan transfer, lantai dan saluran hatcher dibersihkan dan disemprot menggunakan larutan desinfektan. 8. Melakukan kegiatan Pullchick, identifikasi persentase daya tetas. Kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah pengambilan kereta hatcher dari dalam mesin penetasan untuk diseleksi. Kriteria DOC yang layak untuk didistribusikan adalah perut tidak kembung, tidak cacat, tidak terdapat tanda hitam pada bagian pusar, bobot sesuai dengan standar yang ditetapkan, bulu halus, DOC lincah. Setelah dilakukan pembongkaran dari keranjang ke tempat penampungan anak ayam, maka tahap selanjutnya adalah menghitung jumlah DOC yang
25
menetas serta jumlah telur yang tidak menetas, dengan tujuan agar tingkat daya tetasnya dapat dihitung. Kegiatan pullchick dilakukan setelah keadaan DOC 95% sudah menetas dan 5% basah . Sesuai dengan pendapat Boerjan (2012) yang menyatakan bahwa saat tepat mengawali pullchick yaitu ketika 95% DOC menetas, bulu DOC sedikit basah di bagian leher dan kerabang telur dari DOC yang menetas bila dikepal bertekstur remah.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Daya tetas adalah hasil telur fertil sampai dapat menetas dan dihitung pada akhir penetasan dengan mengetahui persentase daya tetas (Zakaria, 2010). Pengamatan pengaruh lama penyimpanan HE terhadap daya tetas yang telah dilakukan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan dapat diperoleh hasil bahwa
HE yang disimpan 3 hari lebih tinggi daya tetasnya
dibandingkan dengan lama simpan 5 hari. Hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2. Pengaruh Lama Penyimpanan Hatching Egg Terhadap Daya tetas (Hachibility) dengan Lama Penyimpanan 3 hari dan 5 hari Lama penyimpanan
Total sett
Explode
Telur infertil
jlh 3 hari 5 hari
450 450
0 0
28 34
%
Telur fertil
jlh
%
Telur tidak menetas
jlh
%
Daya tetas
jlh
%
6,22 422 93,77 8 1,78 414 98,10 7,56 416 92,44 20 4,44 396 95,19
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya tetas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa lama penyimpanan 3 hari lebih tinggi daya tetasnya dibandingkan lama simpan 5 hari. Lama penyimpanan 3 hari menghasilkan daya tetas sekitar 98,10% , lama simpan 5 hari menghasilkan daya tetas 95,19%. Sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santosa (2003) bahwa, telur itu sebaiknya tidak disimpan lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang semakin 27
lama akan berpengaruh negatif terhadap daya tetasnya meskipun tingkat daya tetas yang diperoleh dari hasil penelitian Sudaryani dan Sastosa (2003) lebih rendah dibandingkan dengan tingkat daya tetas yang diperoleh di PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery 1 Medan. Menurut Pambudhi (2003) cit. Narizah (2014), telur tetas yang baik untuk ditetaskan adalah telur tetas kurang dari satu minggu dan idealnya 4 hari. Penyimpanan telur tetas yang telah lama disimpan mempunyai peluang tinggi terhadap kegagalan dalam penetasan. Ditambahkan oleh Sarwono (2007) cit. . Narizah (2014), bahwa umur telur yang layak ditetaskan adalah 1-3 hari terhitung mulai sejak keluar dari tubuh induknya. Penyimpanan telur tetas pada kondisi yang kurang baik bisa menyebabkan penurunan berat dan kantong udara semakin membesar. Kadar karbondioksida (CO2) dan air semakin meningkat, sehingga isi telur semakin encer. Nurman (2013) menyatakan bahwa walaupun telur tetas disimpan pada kondisi yang baik tetapi periode penyimpanan telur yang semakin lama tersimpan yaitu lebih dari 6 hari maka sangat mempengaruhi daya tetas. Demikian pula dengan pendapat Sudaryani dan Sastosa (2003), bahwa penyimpanan telur sebaiknya tidak lebih dari 6 hari atau 7 hari agar daya tetasnya tidak menurun. Bertambahnya umur telur tetas menyebabkan penguapan cairan dan gasgas dari dalam telur lebih banyak.
Telur yang lebih lama disimpan
mengakibatkan hilangnya cairan yang lebih banyak. Fungsi cairan didalam telur yaitu melarutkan zat-zat nutrisi dalam telur dimana zat-zat tersebut digunakan untuk makanan embrio selama berada didalam telur. Selain membutuhkan zat nutrisi, embrio juga membutuhkan gas dari dalam telur seperti oksigen untuk
28
bernafas.
Jika penguapan gas dari dalam telur semakin banyak maka akan
menghambat perkembangan embrio bahkan mengakibatkan kematian embrio. Menurut Iskandar (2003), terjadinya kematian embrio dalam proses penetasan dipengaruhi oleh umur telur tetas karena semakin lama disimpan dapat menyebabkan terjadinya penguraian zat organik . Telur yang memiliki umur tetas yang lebih lama akan menghasilkan kualitas telur yan lebih rendah, sehingga daya tetas yang dihasilkan juga lebih rendah.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Lama penyimpanan Hatching Egg berpengaruh terhadap daya tetas (Hatchibility), yang mana lama penyimpanan 3 hari lebih tinggi daya tetasnya dibandingkan dengan 5 hari. 2. Lama penyimpanan 3 hari diperoleh tingkat daya tetasnya 98,10%, sedangkan lama penyimpanan 5 hari daya tetasnya 95,19%.
5.2 Saran Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan PKPM, maka PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan selain memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daya tetas seperti: bentuk telur yang ditetaskan, berat telur, kebersihan, kualitas dan keadaan fisik lainnya,
maka lama penyimpanan juga perlu diperhatikan perusahaan untuk
menghasilkan daya tetas yang lebih maksimal.
30
DAFTAR PUSTAKA
Amrin, A. 2008. Faktor yang mempengaruhi daya tetas. (Abduhamrin.blogspot. com/2008/05/faktor-yang-mempengaruhi-daya-tetas.html diakses 13 juni 2015). Boejan. 2012. (http://henindahlestari.blogspot.com/2013/04/drft-1.html. diakses 15 juni 2015). Butama, 2011. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur (Layer) Masa Produksi. (http://www.bumata.co.id/article/detail/324/pemeliharaan-ayam-raspetelur-layer-masa-produksi diakses 13 juni 2015). Daulay, A.H., Aris, S., dan Salim, A. 2008. Pengaruh Umur dan Frekuensi Pemutaran terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus). Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jurnal Agribisnis Peternakan. Irianing , S. 2014. Manajemen Penanganan Hasil Tetas di Hatcheri PT. Panca Patriot Prima Malang Jawa Timur. Laporan Kerja Lapangan Fak. Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,Semarang. Iskandar. R. 2003. Pengaruh Lama penyimpanan Telur dan Frekuensi Pemutaran Terhadap daya Tetas dan Mortalitas Telur Puyuh (Skripsi). Fak. Peternakan. USU. Medan. Kartasudjana, R. 2001. Penetasan Telur. Derektorat Pendidikan Menegah Kejuruan, Jakarta. Meliyati, N, K, Nova dan D, Septinova, 2012. Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Monojari dengan Kombinasi Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Mulyantini, N. G. A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas, Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Nazirah. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Terhadap Daya Tetas dan Berat Telur (Skripsi). Fakultas Kegiatan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Nurman, S. 2013. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Unggas terhadap Daya Tetas. (http://www.pesonaunggas.com/2013/12/pengaruh-lamapenyimpanan-telur unggas.html. diakses 12 juni 2015). Nuryati. T. M. Sutarto dan P. S. Hardjosworo. 2003. Sukses Menetaskan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Paimin, B. Farry. 2002. Membuat dan mengelola mesin tetas. Penebar swadaya. Depok.
31
Paimin, B. Farry. 2011. Mesin tetas. Penebar Swadaya. Jakarta. Rajab, 2013. Hubungan Bobot Telur dengan Fertilitas, Daya Tetas, dan Bobot Anak Kampung. Jurnal Ilmu ternak dan Tanaman. Universitas Pattimura, Ambon. Rukmana. R. 2003. Ayam Buras. Kasinuis Yogyakarta. Saefudin, 2000.Aberasi Kromosom dan Penurunan Daya Tetas Telur pada Dua Populasi Ayam Petelur. Jurusan Pendidikan Biologi UPI, Bandung. Salombe, J. 2012. Fertilitas, Daya Tetas, dan Berat Tetas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Pada Berat Telur Yang Berbeda (Skripsi). Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Sidabutar. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan Terhadap Daya Tetas Telur Itik Lokal (Anas Plathyryncho) yang di inseminasi Buatan Semen Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera. Medan. Subha. A. Penanganan Telur Tetas. (http//ababhil-subha.blosgpot.com/2012/09/penanganan-telur-tetas.html. diakses 20 juni 2015). Sudaryani. T dan H. Sastosa, 2003. Pembibitan ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005 Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutiyono. S. R. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas, Daya Tetas Telur Dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung Yang Diencerkan Dengan Berbeda (Skripsi). Fak. Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.. Zakaria, M. A. S, 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Buras Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Telur dan Berat Tetas. Jurnal Agrisistem. Program Pasca Sarjana Ilmu dan Teknologi Peternakan UNHAS.
32
Lampiran 1. Sejarah Perusahaan. PT. Charoen Pokphand Jaya Farm I Medan merupakan anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Group, sebuah perusahaan besar di Thailand yang bergerak di berbagai bidang di antaranya bidang peternakan. Perusahaan tersebut masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1972 yaitu dengan mendirikan pabrik pakan pertama di Ancol, Jakarta, dengan nama PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada tahun 1980, didirikan Hatchery guna memenuhi kebutuhan akan DOC di Indonesia dengan nama PT. Charoen Pokphand Unit Hatchery I Medan. Sampai saat ini perusahaan ini masih aktif berproduksi dan memenuhi kebutuhan DOC ayam broiler dan layer yang didistribusikan ke daerah Sumatera Barat, Palembang, Jambi dan sekitar Medan. Hatchery I Medan merupakan unit dari Breeding Farm yang bergerak dibidang pembibitan yang letaknya bersebelahan dengan Hatchery tersebut. Hatchery dibangun pada tahun yang sama setelah enam bulan breeding farm berdiri. PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 1 Medan merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembibitan unggas Parent Stock ayam petelur. Fasilitas yang disediakan di PT.Charoen Pokphan Jaya Farm 1 Medan berupa mess staff dan karyawan, kantor administrasi, pos satpam, parkir, kantin, koperasi, kantor utama, mushola, lapangan olah raga serta tempat untuk biosecurity kendaraan dan manusia.
Unit Hatchery 1 Medan PT. Charoen Pokphand terletak di Desa.
Dagang Kelambir, Kecamatan. Tanjung Morawa, Kabupaten. Deli Serdang, Sumut, yang mempunyai luas 1,5 ha.
Desa Dagang Kelambir merupakan
kawasan industri yang penuh dengan pabrik-pabrik seperti pabrik kayu, pabrik baja serta pabrik mihun. Kawasan ini juga dekat dengan pemukiman penduduk,
33
dimana lingkungan sebelah barat merupakan jalan kabupaten, sebelah timur merupakan persawahan dan rumah warga, sedangkan bagian sebelah utara dan selatan merupakan perumahan warga dan pabrik. Unit Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm I Medan mempunyai 25 buah mesin inkubasi (setter) dan 24 buah mesin tetas (hatcher), yang terdiri dari 9 pasang mesin Buttler, 4 Mesin pasang James Way serta 12 pasang mesin Pas Reform. Struktur organisasi di Unit Hatchery PT. Charoen Pokphand Jaya Fam I Medan yaitu dipegang oleh seorang General Manager (GM) yang membawahi seorang Manager dan seorang Manager membawahi bidang supervisor, chef Mekanik, Statistik, coorlap (coordinator lapangan) dan bidang personalia. Supervisor terdiri dari 3 orang yaitu supervisor holding room, supervisor transfer, dan supervisor pullchicks. Masing masing supervisor memiliki tanggung jawab masing- masing sesuia dengan bidan dan penempatan. Aktivitas semua karyawan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai dengan 13.30 WIB. Masing masing karyawan memiliki libur bedasarkan bagian tempat masing masing. Karyawan di hatchery rata rata lulusan SMA atau SMK. Gaji karyawan disesuiakan dengan Upah Minimum Regional (UMR) daerah setempat. Hatchery juga memiliki beberapa ruangan yang mempunyai fungsi yang berbeda. Ruanganya terdiri dari ruangan penyimpanan telur (holding room), ruang fumigasi, ruang preheat (penghangat), ruang setter (inkubasi), ruang hatcher, ruang pullchick, gudang material, ruang pencucian alat alat, kantor dan mushola.
34
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan
Deni Sukma (General Manejer)
Nur Rochaman Bayhaqi (Manejer)
Muzi Sumyati S.Pt (SPV Holding room)
Sukma S.Pt (SPV Transfer)
Karyawan Holding room
Karyawan Transfer
Anwar Rifky S.Pt (SPV Pullchick)
Karyawan Pullchick
35
Aswardi Chef Mekanik
Karyawan Mekanik
Ummi S.Pt (Statistik
Dearni S.Pt (PGA)
Toni (Coorlap)
Lampiran 3. Lay Out Lokasi Hatchery I di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 1 Medan
36
Lampiran 4. Dokumentasi
a) Detting (memeratakan suhu di dalam ruang holding room)
b) Hatching Egg yang telah diterima dari farm
37
c) Vakum ( Alat untuk transfer HE)
d) Alat kontrol temperatur.
e). Alat injeksi DOC pada saat Pullchick
38
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Linduana Pasaribu lahir pada tanggal 23 Oktober 1993 di Desa. Sipultak Dolok, Kecamatan. Pagaran, Kabupaten. Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri Bapak Bisker Pasaribu dan Ibu Murtialam Lumban Toruan. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 174528 lulus Pada Tahun 2006, SMP Negeri 2 Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara lulus Pada Tahun 2009, SMK Negeri 1 Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara lulus Pada Tahun 2012, dan mulai Tahun 2012 penulis mengikuti Program D-III Peternakan sampai dengan penulisan Tugas Akhir ini penulis masih terdaftar sebagai Mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
39