i
PENGARUH KUALITAS PENDIDIKAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL: ANALISIS DATA PROVINSI DI INDONESIA 2009-2013
AJENG TIARA PADMALIANA
ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kualitas Pendidikan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional: Analisis Data Provinsi di Indonesia 2009-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015
Ajeng Tiara Padmaliana NIM H14110014
ABSTRAK AJENG TIARA PADMALIANA. Pengaruh Kualitas Pendidikan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional: Analisis Data Provinsi di Indonesia 2009-2013. Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO. Pertumbuhan ekonomi regional dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk dan kapital. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari 33 provinsi di Indonesia dengan periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode deskriptif dan analisis kuantitatif panel dengan Fixed Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan kapital berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Jumlah penduduk berpengaruh signifikan negatif dan jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Kata kunci: fixed effect model, pertumbuhan ekonomi regional, tenaga kerja, tingkat pendidikan.
ABSTRACT AJENG TIARA PADMALIANA. The Influence of Quality of Labor Education to Regional Economic Growth: Analysis of Data the Provinces in Indonesia 2009-2013. Supervised by DS PRIYARSONO. Regional economic growth is influenced by several factors, including the education, labor, population and capital. Education has an important role in improving the quality of labor. This research was conducted to analyze the effects of quality of labor education on regional economic growth in Indonesia. The data used are secondary data from 33 provinces in Indonesia with periods of 2009 until 2013. This research uses two methods, descriptive methods and quantitive Fixed Effects Model. The result shows that, capital and education significantly positive effect regional economic growth in Indonesia. The population significantly negatively effects regional economic growth. Labor does not significantly effect regional economic growth. Keywords: Education, fixed effect model, labor, Regional economic growth.
iii
PENGARUH KUALITAS PENDIDIKAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL: ANALISIS DATA PROVINSI DI INDONESIA 2009-2013
AJENG TIARA PADMALIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Judul yang dipilih dalam penelitian adalah Pengaruh Kualitas Pendidikan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional: Analisis Data Provinsi di Indonesia 2009-2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat bagi penulis yaitu: 1. Prof. Dr. DS Priyarsono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Wiwiek Rindayati sebagai dosen penguji yang telah menyumbangkan kritik dan saran yang sangat berharga bagi perkembangan skripsi dan Ranti Wiliasih, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Alm. Papa, Mama, kakak-kakak serta keluarga yang selalu memberikan doa, nasihat, dan semangat. 4. Sahabat-sahabat penulis, Sintya Aprina, Siti Khamila Dewi, Meliana Putri, Ade Ayu Fleury Amalina, Astari Febriani Setiawan, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 5. Ririn, Hasna, Diky, selaku rekan sebimbingan dan seperjuangan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 6. Teman-teman Hipotesa dan divisi Intel yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Teman-teman ESP 48 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015 Ajeng Tiara Padmaliana
vii
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pertumbuhan Ekonomi
6
Teori Pertumbuhan Ekonomi
7
Teori Pertumbuhan Endogen
9
Teori Tenaga Kerja
11
Teori Human Capital
12
Tingkat Pendidikan
13
Penelitian Terdahulu
14
Kerangka Pemikiran
16
Hipotesis Penelitian
17
METODE PENELITIAN
17
Jenis dan Sumber Data
17
Metode Pengolahan dan Analisis Data
17
Analisis Data Panel
18
Spesifikasi Model
18
Definisi Operasional
19
Metode Pooled Least Square
19
Metode Efek Tetap (Fixed Effect Model)
19
Metode Efek Acak (Random Effect Model)
20
Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel
20
Evaluasi Model
22
Uji Statistik
24
GAMBARAN UMUM
24
Keadaan Perekonomian Indonesia
24
Keadaan Penduduk
25
Tingkat Pendidikan di Indonesia
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Pertumbuhan ekonomi regional Indonesia
27
Analisis kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional Indonesia
28
Koefisien Determinasi
28
Uji Statistik
28
Uji Asumsi Klasik
28
Pemilihan Model Terbaik
29
SIMPULAN DAN SARAN
31
SIMPULAN
31
SARAN
32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
36
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbedaan Fixed Effect Model and Random Effect Model Tabel 2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi Tabel 3 Hasil estimasi model dengan metode fixed effect model
20 23 30
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 2009-2013 (%) Gambar 2 Penduduk usia di atas 15 tahun yang bekerja menurut tingkat pendidikan SMA ke atas tahun 2009 β 2013 (ribu orang) Gambar 3 Kerangka Pemikiran Gambar 4 Keadaan perekonomian Indonesia Gambar 5 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2009-2013 Gambar 6 Angka partisipasi sekolah di Indonesia tahun 2009 - 2013
2 4 16 25 26 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Kesesuaian Model Lampiran 2 Hasil Estimasi Model Data Panel Lampiran 3 Uji Pelanggaran Asumsi
36 36 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi serta mencerminkan kegiatan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan faktor-faktor dapat berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono 2001). Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi yang memiliki pengertian yaitu pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Menurut Pratowo (2012) pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam hal pelaksanaan pembangunan. Indikator pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari PDRB sebagai cerminan dari daya beli penduduk di suatu daerah dan taraf ekonomi serta akses standar hidup yang layak bagi masyarakat. Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu lima tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 Indonesia masih merasakan dampak krisis global yang mengakibatkan perekonomian Indonesia terguncang sehingga laju pertumbuhan ekonomi dari 33 provinsi mengalami peningkatan dan penurunan cukup tinggi. Ratarata laju pertumbuhan ekonomi provinsi Aceh terendah, karena pada tahun 2009 laju PDRB mengalami penurunan drastis dari tahun sebelumnya hingga mencapai -5.51%. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu provinsi Papua Barat. Fluktuasi yang dihadapi Papua Barat cukup tinggi namun pergerakannya masih di atas provinsi lain. Papua pada tahun 2009 mengalami laju pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 22.22%, namun rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Papua hanya sebesar 5.92% karena pada tahun 2010 dan 2011 laju pertumbuhan ekonominya menurun drastis hingga -3.19% dan -5.32%. Provinsi lainnya pun mengalami hal yang sama, dimana setiap tahunnya mengalami fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
2 Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Kep. Bangka⦠Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh
5.92 18.91 6.64 6.18 8.88 7.66 8.49 7.61 8.84 7.54 3.41 5.58 6.58 5.63 5.23 4.08 6.07 5.84 6.54 5.04 5.83 5.85 6.18 6.07 5.45 6.02 6.20 5.65 7.52 3.67 5.81 6.07 2.28
Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)
Gambar 1 Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 20092013 (%) Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi dan hasil atau output (Solow 1957). Adapun pertumbuhan penduduk harus dimanfaatkan untuk menjadikan sumber daya manusia yang membawa dampak positif. Sumber daya manusia adalah salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat atau lambatnya proses pertumbuhan tergantung sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pertumbuhan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. Namun sumber daya manusia di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negaranegara maju, hal ini dibuktikan dengan pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2014, Indonesia berada di medium human
3 development dan hanya mendapat peringkat 108 dari 187 negara. IPM merupakan salah satu indikator yang memberikan gambaran mengenai potensi SDM. Investasi SDM yang dilakukan oleh negara maju sangat menentukan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi riil, bahkan krisis ekonomi memberi pengalaman bahwa negara yang memiliki SDM yang baik akan lebih cepat keluar dari krisis ekonomi (Sumarsono 2003). Sumber daya manusia merupakan investasi, terutama bidang pendidikan. Pendidikan bukan hanya sebagai konsumsi semata, tetapi sebagai investasi jangka panjang. Pendidikan memengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara. Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat. Oleh karena itu, harus dilakukan perbaikan dalam bidang pendidikan agar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan adalah proses pengembangan kualitas pribadi seorang individu, maka pendidikan juga dapat dikatakan sebagai penyiapan tenaga kerja dalam kegiatan membimbing masyarakat sehingga memberi bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar dapat berupa pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja pada calon tenaga kerja. Peningkatan calon tenaga kerja akan menurunkan kesempatan kerja bagi yang tidak berpendidikan dan yang berpendidikan rendah. Dinamika proses permintaan dan penawaran tenaga kerja saat ini menuju pada kesempatan kerja hanya untuk mereka yang berpendidikan yang paling tinggi. Pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara di seluruh dunia. Menurut Education Firm Pearson (2015), pendidikan di Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Hal tersebut memengaruhi kualitas tenaga kerja di Indonesia, dibuktikan dengan Gambar 2 yang menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja yang tersedia masih rendah. Kualitas tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi hanya berada di provinsi-provinsi besar seperti Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kualitas SDM di provinsi-provinsi lain masih rendah, bahkan pertumbuhan tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk.
4 Papua Papua Barat Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Banten Jawa Timur DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Kepulauan Riau Kep. Bangka Belitung Lampung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh
323 043 122 819 146 258 227 195 132 312 108 361 379 277 1 110 778 389 466 397 669 673 238 481 142 288 277 482 169 438 196 529 162 913 117 1 763 781 5 053 823 818 858 3 824 785 5 374 309 2 789 820 447 611 180 699 950 546 283 623 1 011 672 444 127 477 218 738 658 2 279 917 716 384
Sumber : Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
Gambar 2 Penduduk usia di atas 15 tahun yang bekerja menurut tingkat pendidikan SMA ke atas tahun 2009 β 2013 (ribu orang) SDM yang berkualitas dapat memberikan multiplier effect terhadap pembangunan suatu negara, khususnya pembangunan bidang ekonomi. Di mana nilai balik dari investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati saat ini, melainkan akan dinikmati di masa yang akan datang. Mengingat modal fisik, tenaga kerja (SDM), dan kemajuan teknologi adalah tiga faktor pokok input dalam produksi pendapatan nasional. Maka semakin besar jumlah tenaga kerja semakin besar pendapatan nasional dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi.
5 Perumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan bahkan cenderung menurun. Dalam teori neoklasik, faktor-faktor produksi yang dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah jumlah tenaga kerja dan kapital. Kenaikan penawaran kerja, modal fisik atau SDM dan produktivitas dapat meningkatkan suatu Gross Domestic product (GDP) suatu negara. Menurut Basri dan Munandar (2009), sekurang-kurangnya ada tiga masalah besar di Indonesia, yaitu (1) minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas yang disebabkan oleh masih lemahnya kinerja maupun kualitas pendidikan, (2) keterbatasan infrastruktur, baik infrastruktur fisik maupun non fisik; dan (3) kelemahan kerangka kelembagaan (institutional framework). Kualitas pendidikan dari tenaga kerja merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan ekonomi, masalah di setiap negara berkembang yaitu kualitas pendidikan tenaga kerja yang rendah sehingga produktivitasnya pun menurun. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas tenaga kerja yang memiliki pendidikan agar produktivitas tinggi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Perekonomian Indonesia masih dikatakan rendah karena masih banyak daerah-daerah yang kualitas tenaga kerja di bawah rata-rata. Oleh karena permasalahan tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi masalah tersebut. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh kapital, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi? Tujuan Penelitian Sehubungan dengan judul penelitian serta rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menjelaskan hubungan antara kualitas pendidikan tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 2. Melihat faktor lain seperti kapital, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, yaitu: 1. Dapat memberikan serta menambah pengetahuan baru mengenai pengaruh kualitas pemdidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. 2. Sebagai dasar yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia.
6 3. Sebagai bahan informasi, referensi, literatur maupun penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang tertarik pada penelitian tentang kualitas pendidikan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian Secara umum ruang lingkup penelitian ini mencangkup 33 provinsi di Indonesia. Lingkup waktu yang dipilih yaitu tahun 2009 hingga 2013. Tahun 2009 dipilih karena pada tahun sebelumnya Indonesia mengalami krisis sehingga perekonomian Indonesia terganggu. Penelitian ini untuk melihat keadaan perekonomian Indonesia setelah terjadinya krisis.
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu fokus perhatian utama bagi masyarakat. Setiap negara maju maupun negara berkembang mengutamakan pertumbuhan ekonomi negaranya. GDP/GNP sebuah negara selalu menjadi evaluasi akhir tahun, indikator keberhasilan program pembangunan di negara berkembang sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional. Kualitas kinerja dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi daerah harus dibandingkan pendapatan daerah yang merujuk pada PDRB dari tahun ke tahun. Perubahan nilai pendapatan daerah PDRB dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Rumusan perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah Pertumbuhan PDRB =
(ππ·π
π΅ π‘ β ππ·π
π΅ π‘β1 ) ππ·π
π΅ π‘β1
. 100%
Keterangan : PDRBt : Nilai PDRB tahun t PDRBt-1 : Nilai PDRB tahun sebelumnya Dalam menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi regional, data PDRB yang digunakan adalah data PDRB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDRB hanya mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu. Oleh karena itu dengan menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan, pengaruh harga terhadap nilai PDRB (atas dasar harga berlaku) telah dihilangkan.
7 Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith Menurut Adam Smith terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ialah SDA yang tersedia, SDM dan stok modal yang ada. SDA yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jika SDA tersebut telah digunakan secara penuh, maka pertumbuhan output pun akan berhenti. Sedangkan SDM memiliki peranan pasif dalam proses pertumbuhan output dan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Harrod β Domar Teori Harrod β Domar menjelaskan tentang syarat yang harus dipenuhi supaya perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth) dalam jangka panjang. Menurut HarrodβDomar pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh beberapa hal-hal berikut: a. Pada tahap permulaan perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat sepenuhnya dipergunakan. b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, pemerintahan dan perdagangan luar negeri tidak termasuk. c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan pendapatan nasional dan keadaan ini berarti bahwa fungsi tabungan dinilai dari titik nol. d. Kecondongan menabung batas besarnya tetap dan begitu juga perbandingan di antara modal dengan jumlah produksi yang lazim disebut rasio modal produksi (Capital Output Ratio) dan perbandingan diantara pertambahan modal dengan jumlah pertambahan produksi yang lazim disebut rasio pertambahan modal produksi (Incremental Capital Output Ratio). Pokok penjelasan dari teori tersebut bahwa penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam waktu tertentu digunakan untuk dua tujuan. Pertama untuk mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan kembali, kedua untuk memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat. SollowβSwan Sollow-Swan (1957) mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang dikenal dengan model pertumbuhan Neo-Klasik. Asumsi yang melandasi model Neo-Klasik adalah: 1. Tenaga kerja tumbuh dengan laju pertumbuhan tertentu. 2. Adanya fungsi produksi yang berlaku pada setiap periode.
8 3. Ada kecenderungan menabung oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (S) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat (S = SQ) bila Q naik S juga naik, S turun bila Q turun. 4. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan, sehingga S = I = K. Dengan demikian proses pertumbuhan dalam model Neo-Klasik memenuhi syarat Warranted rate of Growth, adanya keseimbangan di pasar barang. Proses pertumbuhan ekonomi akan tergantung dalam pertambahan penyedia faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi). Pandangan ini didasari oleh anggapan klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat pekerjaan penuh (full employment), dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Model pertumbuhan Solow menunjukkan tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output dan pertumbuhannya sepanjang waktu. Pada model Solow ditunjukkan bahwa dengan koefisien teknik yang bersifat variabel, maka rasio modal-buruh akan cenderung saling menyesuaikan selama perjalanan waktu ke arah rasio kesetimbangan. Jika sebelumnya, rasio modal terhadap buruh lebih besar maka modal dan output akan tumbuh lebih lambat daripada tenaga buruh dan sebaliknya. Model pertumbuhan ekonomi Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, dan bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Dalam jangka panjang, tingkat tabungan dalam perekonomian merupakan ukuran persediaan modal pada tingkat produksinya. Semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi persediaan modal dan semakin tinggi tingkat outputnya. Dalam kondisi mapan, tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi secara eksogen. Kemajuan teknologi menyebabkan nilai berbagai variabel meningkat secara bersamaan. Hal ini disebut pertumbuhan seimbang (balance growth). Selanjutnya, menurut teori ini rasio modal-output (capital-output ratio = cor) bisa berubah (dinamis). Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Begitu pula sebaliknya. Dengan adanya fleksibilitas suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Solow membangun modelnya berdasarkan asumsi berikut: 1. Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi. 2. Yang dimaksud output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan modal. 3. Return to scale bersifat konstan. Dengan kata lain, fungsi produk adalah homogen pada derajat pertama.
9 4. Dua faktor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marginal. 5. Harga dan upah fleksibel. 6. Buruh terpekerjakan secara penuh. 7. Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh. 8. Buruh dan modal dapat disubtitusikan satu sama lain. 9. Kemajuan teknik bersifat netral. Dengan asumsi tersebut, Solow menunjukkan dalam modelnya bahwa dengan koefisien teknik bersifat variabel rasio modal-buruh akan cenderung menyesuaikan dirinya dalam perjalanan waktu kearah rasio keseimbangan. Solow-Swan (1957) mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang disebut dengan model pertumbuhan Neo-Klasik. Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Bentuk Fungsi Produksi Q = F(K,L) Keterangan: K = capital L = tenaga kerja Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih fleksible karena : a. Menghindari masalah βketidakstabilanβ yang merupakan ciri warranted rate of growth dalam model Harrod-Domar. b. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan. Teori pertumbuhan Neoklasik dapat diuraikan ke dalam suatu fungsi produksi Cobb Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang dipakai dalam model neoklasik adalah adanya constant return to scale, adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja dan adanya penurunan dalam tambahan produktivitas (diminishing marginal productivity). Fungsi produksi Cobb Douglas yang dimaksud adalah : Q = f(K,L)
Teori Pertumbuhan Endogen Teori Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang bersumber dari dalam suatu sistem (Romer 1990). Teori pertumbuhan
10 endogen muncul sebagai kritik terhadap teori pertumbuhan Neoklasik mengenai diminishing marginal productivity of capital dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara. Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya konvergenitas pendapatan di berbagai negara. Hal ini karena negara-negara yang sudah maju, telah mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Kemajuan teknologi tersebut salah satunya didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mereka dapat melakukan inovasi teknologi yang dapat memberikan manfaat besar terhadap pembangunan. Sehingga walaupun negara berkembang mampu meningkatkan akumulasi modal fisiknya, akan tetapi perkembangan tersebut belum dapat bersaing dengan negara maju. Dalam hal ini teori pertumbuhan endogen menjelaskan mengapa akumulasi modal tidak mengalami diminishing return, tetapi justru. mengalami increasing return dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang sumber daya manusia (Meier 1960). Teori pertumbuhan endogen memiliki tiga elemen dasar, yakni (Romer 1990) , pertama, perubahan teknologi yang bersifat endogen melalui proses akumulasi pengetahuan ; kedua, adanya penciptaan ide baru oleh perusahaan sebagai akibat adanya mekanisme spillover dan learning by doing dan ketiga, produksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh fungsi produksi pengetahuan yang tumbuh tanpa batas. Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) merupakan awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia yang ditandai oleh perkembangan teknologi modern yang digunakan dalam proses produksi. Permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijelaskan secara baik oleh teori Neoklasik, seperti penjelasan mengenai decreasing return to capital, persaingan sempurna dan eksogenitas teknologi dalam model pertumbuhan ekonomi. Munculnya teori pertumbuhan endogen dapat dinyatakan dalam suatu persamaan : Y= f(A,K) Keterangan: Y = tingkat output A = teknologi K = stok modal fisik dan sumber daya manusia Dalam model pertumbuhan tersebut tidak terjadi penurunan hasil dari modal (diminishing marginal of capital) seperti pada teori neoklasik. Adanya berbagai eksternalitas (sumber daya manusia, kemajuan teknologi) yang dapat mengimbangi berbagai kecenderungan terjadinya penurunan hasil. Dalam hal ini Romer menekankan pentingnya eksternalitas yang berhubungan dengan pembentukan modal manusia dan pengeluaran untuk kegiatan penelitian. Dengan model pertumbuhan: Y=AKο‘
11 Keterangan: Y = tingkat output A = teknologi K = stok modal fisik dan sumber daya manusia ο‘ = elastisitas output terhadap input modal Model pertumbuhan endogen menunjukkan bahwa akumulasi modal, pengetahuan dan pengalaman (learning by doing) tidak akan mengalami pertambahan hasil yang menurun. Teori Tenaga Kerja Todaro (2003) menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonomi. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Todaro (2006) angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja (labor) dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja berpendidikan (educated) dan tidak berpendidikan (uneducated) (Mankiw 2000). Tenaga kerja berpendidikan (educated labor) diindikasikan dengan proporsi angkatan kerja yang memiliki tingkat pendidikan lanjutan (proportion of the labor force with secondary education). Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply for labor) pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa lebih banyaknya penawaran permintaan terhadap tenaga kerja (excess of labor) atau lebih banyaknya permintaan di banding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor).
12
Teori Human Capital Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Untuk mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukan modal manusia (human capital). Pembentukan modal manusia ini merupakan suatu untuk memperoleh sejumlah manusia yang memiliki karakter kuat yang dapat digunakan sebagai modal penting dalam pembangunan. Karakter ini dapat berupa tingkat keahlian dan tingkat pendidikan masyarakat. Pentingnya modal manusia dalam pembangunan menurut Schultz (1961) tentang investment in human capital. Menurutnya, pendidikan merupakan suatu bentuk investasi dalam pembangunan dan bukan merupakan suatu bentuk investasi. Dalam perkembangannya, Schultz memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan memposisikan manusia sebagai fokus dalam pembangunan telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dicapai melalui terjadinya peningkatan keahlian atau keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Secara empiris, kondisi SDM di negara maju dengan negara sedang berkembang berbeda baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Negara sedang berkembang dihadapkan kepada suatu realitas bahwa produktifitas tenaga kerjanya rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas SDM masih rendah. Pendidikan di negara maju dapat menjadi suatu investasi modal manusia (human capital investment). Akibatnya kualitas SDM nya tinggi sehingga produktivitas tenaga kerjanya meningkat. Terdapat dua pendekatan penting dalam teori human capital yaitu: pendekatan Nelson-Phelps (1966) dan pendekatan Lucas (1988). Pendekatan oleh Nelshon-Phelps, Aghion dan Howitt (1966) menyimpulkan bahwa human capital merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Munculnya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan diberbagai negara lebih disebabkan oleh perbedaan dalam stock human capital. Aghion dan Howitt mendukung pendekatan Nelson-Phelps tentang stock human capital yang menyimpulkan bahwa angkatan kerja yang lebih ahli dan terdidik akan lebih mampu mengisi kualifikasi lapangan pekerjaan yang ditentukan. Dengan kata lain, pekerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mampu merespon inovasi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendekatan Lucas (1988) lebih menekankan adanya suatu signifikansi akumulasi human capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurutnya terdapat dua faktor yang menjadi penyebab adanya pembentukan human capital di suatu negara. Kedua faktor tersebut adalah pendidikan dan learning by doing. Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah, dapat berarti bahwa di satu pihak dapat meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi
13 dipihak lain akan menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam masa sekolah. Penundaan menerima penghasilan itu, harus membayar biaya-biaya secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku, alat sekolah, tambahan uang transport dan lain-lain. Teori human capital mengemukakan bahwa seorang tamatan SLTA akan memutuskan meneruskan sekolah untuk memperoleh sarjana muda bila satu tingkat discount tertentu, nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup sarjana muda dikurangi biaya selama sekolah akan lebih besar dari pada nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup tamatan SLTA. Menurut Romer (1990) modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi.
Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna untuk pertumbuhan ekonomi (Sukirno 2004). Di satu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak berpendidikan tinggi. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. Peningkatan dalam pendidikan memberi beberapa manfaat dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu manajemen perusahaanperusahaan modern yang dikembangkan semakin efisien, penggunaan teknologi modern dalam kegiatan ekonomi dapat lebih cepat berkembang, pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan daya pemikiran masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat pendidikan di dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian, yakni: a. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau mengambil keputusan. b. Pendidikan memudahkan masyarakat mempelajari pengetahuanpengetahuan teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan-perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya. c. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi perangsang untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang teknik, ekonomi dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Guna mencapai sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan beberapa upaya diantaranya adalah dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia. Beberapa upaya untuk
14 mengembangkan sumber daya manusia, diantaranya adalah terdapatnya pendidikan yang diorganisasikan secara formal pada tingkat dasar, menengah dan pendidikan pada tingkat tinggi (Jhingan 2003). Manfaat dari adanya pendidikan bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari pendapat Todaro (2000), yakni : 1. Dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan pengetahun dan keahlian 2. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas 3. Terciptanya suatu kelompok pemimpin yang terdidik guna mengisi jabatan-jabatan penting dalam dunia usaha maupun pemerintahan 4. Tersedianya berbagai macam program pendidikan dan pelatihan yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan dalam keahlian dan mengurangi angka buta huruf. Penelitian Terdahulu Saβdiyah (2014) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi IPM pada setiap kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode deskriptif dan analisis kuantitatif panel dengan Random Effect Model. Studi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap IPM adalah PDRB per kapita sedangkan tingkat kemiskinan dan rasio gini berpengaruh negatif. Pancawati (2000) menganalisis pengaruh rasio kapital-tenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital dan pertumbuhan penduduk terhadap GDP Indonesia dengan alat analisis OLS. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat pendidikan proxy dengan angka partisipasi kasar belum mempengaruhi GDP. Namun, tidak berarti bahwa tidak ada dampak antara pendidikan dan tingkat pertumbuhan output, karena variabel pendidikan membutuhkan variabel lain sebagai jembatan untuk mempengaruhi laju pertumbuhan output secara signifikan. Selain itu, parameter rasio modal terhadap tenaga kerja adalah tinggi dibandingkan parameter meningkat modal saham. Menurut peneliti, ini berarti bahwa upaya untuk meningkatkan rasio modal terhadap tenaga kerja yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan pertumbuhan output di masa depan. Ranis and Stewart (2001) Economic Growth and Human Development. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi (GDP) perkapita pada 76 negara berkembang di Amerika Latin periode tahun 1960-1992. Variabel bebasnya meliputi usia harapan hidup (long life expectacy), tingkat kemampuan membaca penduduk dewasa (adult literacy), tingkat pendidikan perempuan, pengeluaran publik untuk sektor sosial, tingkat investasi domestik, dan distribusi pendapatan. Penelitian menemukan bahwa walaupun salah satu variabel dalam rantai menunjukkan kelemahan, namun masih memungkinkan tercapai kinerja yang bagus dengan variabel yang kuat di rantai lain. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan faktor input penting bagi pembangunan manusia tidak akan
15 stabil bila tidak disertai dengan peningkatan pembangunan manusia. Kebijakan ekonomi selama ini memprioritaskan pada fundamental ekonomi sebagai kondisi penting untuk pertumbuhan ekonomi, dimana kebijakan pembangunan manusia harus menunggu giliran. Penemuan penting mereka menyatakan bahwa pembangunan manusia yang tertunda akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Maulana (2013) menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis data yang digunakan adalah data panel. Berdasarkan hasil estimasi, pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Barat dipengaruhi positif secara signifikan oleh investasi dan tingkat pendidikan, sedangkan tenaga kerja hanya berpengaruh positif. Semakin tinggi jumlah investasi, tenaga kerja dan tingkat pendidikan yang terjadi di tingkat kabupaten dan kota maka akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Barat.
16
Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, kerangka pemikiran yang dapat diuraikan dan dapat dijelaskan sebagai berikut : Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi Produktivitas Rendah
Faktor β faktor yang Mempengaruhi
Kapital
Pertumbuhan Penduduk
Tenaga Kerja
Kualitas TK
Jumlah TK
Tingkat Pendidikan
Kualitas Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut tingkat pendidikan
Metode Data Panel 1. PLS 2. FEM 3. REM
Analisis Deskriptif
Hasil dan Analisis
Kesimpulan dan Saran Gambar 3 Kerangka Pemikiran
17 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain lebih tepat. Hal ini dimungkinkan karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan konsep yang digunakan. Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 3. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 4. Tingkat pendidikan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia 5. Kapital, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk, dan tingkat pendidikan tenaga kerja secara bersama-sama mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data panel (pooled data), yaitu gabungan data deret waktu (time series) dan data lintas-sektoral (cross section). Data time series yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2009 sampai 2013. Data cross section yang digunakan adalah dari 33 provinsi di Indonesia. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan intansi terkait lainnya.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode deskriptif Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, artikel, dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan. Analisis kuantitatif menggunakan model ekonometrika dengan bantuan program Eviews 8.0 dan Microsoft Excel.
18 Analisis Data Panel Analisis data panel digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional Indonesia. Penggunaan data panel mampu memberikan banyak keunggulan secara statistik maupun secara teori ekonomi, antara lain (Gujarati 2005) : 1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga membuat data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. 2. Jika efek spesifik adalah signifikan berkorelasi dengan variabel penjelas lainnya, maka penggunaan data panel akan mengurangi masalah omitted-variables secara substansial. 3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-ulang sehingga metode data panel cocok digunakan untuk study of dynamic adjustment. 4. Tingginya jumlah observasi berimplikasi data yang informatif, lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang, dan peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien. Terdapat tiga metode yang dapat dilakukan untuk mengestimasi model dengan menggunakan data panel, yaitu metode kuadrat kecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek acak (random effect). Spesifikasi Model Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka digunakan pendekatan kuantitatif yang mengambil model pertumbuhan ekonomi regional neoklasik dengan modifikasi kualitas sumber daya manusia. Fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi dasar dalam penelitian ini. Fungsi persamaan yang akan digunakan untuk mengestimasi koefisien dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional : Git = Ξ± + Ξ²1 lnCit + Ξ²2 lnLit + Ξ²3 lnPOPit + Ξ²4 lnEDUit + Ξ΅it Keterangan : Git Cit Lit POPit EDUit Ξ± Ξ² Ξ΅it i t
= Laju Pertumbuhan Ekonomi = Kapital = Jumlah Tenaga Kerja = Jumlah Penduduk = Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja = intercept = Nilai koefisien variabel = Error term = data cross section 33 provinsi = data time series tahun 2009-2013
19 Definisi Operasional 1.
2.
3.
4.
5.
Laju pertumbuhan ekonomi adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola SDM yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan laju PDRB atas harga konstan 2000 (%). Kapital adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam produksi untuk menambah output. Kapital berdasarkan pembentukan modal tetap bruto. Jumlah tenaga kerja adalah angkatan kerja yang bekerja atau jumlah penduduk yang bekerja pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Labor dihitung dari jumlah angkatan kerja berumur 15 tahun ke atas yang bekerja. Jumlah penduduk adalah jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan per waktu unit untuk pengukuran. Penelitian ini menggunakan jumlah penduduk dari tahun 2009-2013. Tingkat pendidikan tenaga kerja adalah sebagai salah satu bentuk modal manusia yang menunjukkan kualitas tenaga kerja di suatu daerah. Sebagai indikator tingkat pendidikan tenaga kerja digunakan penduduk berumur 15 tahun yang bekerja menurut tingkat pendidikan formal SMA ke atas. Metode Pooled Least Square
Merupakan teknik yang paling sederhana dengan mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi yang sesungguhnya, yaitu dengan menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross section dan kemudian mengestimasi model dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Hasil analisis regresi ini dianggap berlaku pada semua objek dan pada semua waktu. Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi setiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno 2007).
Metode Efek Tetap (Fixed Effect Model) Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan antar objek, meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model ini juga memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross section. Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai
20 periode waktu. Demikian pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke waktu (time invariant) (Winarno 2007). Di dalam pemaparan estimasi efek tetap unbalanced panel, data yang hilang (attrition) terkait dengan error yang bersifat idiosyncratic, faktor yang luput dari pengamatan sepanjang waktu, dapat menghasilkan estimasi yang bersifat bias. Namun demikian, manfaat dari estimasi fixed effect adalah bahwa attrition yang terkait dengan faktor yang luput dari pengamatan, sehingga hasil estimasi masih dapat diandalkan (unbiased). Metode Efek Acak (Random Effect Model) Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek acak menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek. Namun terdapat satu syarat untuk menganalisis dengan menggunakan metode efek acak, yaitu objek data silang harus lebih besar dari banyaknya koefisien (Winarno 2007). Tabel 1 Perbedaan Fixed Effect Model and Random Effect Model Perbedaan Model Intersep
Fixed Effect Model Yit =(Ξ± +Β΅i)+ π½π ππππ‘ + πππ‘ Berbeda untuk tiap unit cross section
Yit =Ξ± + Konstan
Varians Error
Konstan
Berbeda untuk tiap cross section
Slopes
Konstan
Konstan
Metode
LSDV
GLS-FGLS
Hipotesis
Uji F
Uji Lagrange Multiplier (LM)
π πβπ
Random Effect Model π πβπ
π½πππππ‘ + (Β΅i πππ‘)
Sumber : I.G Nyoman Mindra Jaya, Kajian Analisis Regresi dengan Data Panel
Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel Sebelum menentukan metode estimasi data panel yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian. Untuk menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan metode Pooled Least Square (PLS), metode Fixed Effect Model (FEM) atau metode Random Effect Model (REM), maka dilakukan uji-uji sebagai berikut: Uji Chow Uji Chow dapat digunakan untuk memilih teknik dengan metode pendekatan Pooled Least Square (PLS) atau metode Fixed Effect Model (FEM). Sebagaimana yang diketahui bahwa terkadang asumsi setiap unit cross section memiliki pelaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section memiliki pelaku yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
21 H0 = model pooled least square H1 = model Fixed Effect Dasar penolakan terhadap hipotesis nol (H0) adalah dengan menggunakan F-statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow: CHOW =
(πΈππ1βπΈππ2)/(ππβ1) (πΈππ2)/(ππβπβπΎ)
Keterangan : ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model fixed effect ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model pooled least square N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas Uji Chow Statistik mengikuti distribusi F-statistic dengan derajat bebas (N-1, NT β N β NK). Jika Chow Statistik (F-statistic) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya (Firdaus 2011). Uji Hausman Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect (Firdaus 2011). Penggunaan model fixed effect mengandung unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model Random Effect H1 : Model Fixed Effect Menjadi dasar penolakan hipotesis nol tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan: m = (Ξ²-b) (M0-M1)-1 (Ξ²-b) ~ Ο2 (K) keterangan : Ξ² = vektor statistik variabel fixed effect b = vektor statistik variabel random effect (M0) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect (M1) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari Chi-Square (Ο2) tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang lebih baik digunakan adalah model fixed effect, begitu pula sebaliknya.
22 Stategi pengujian Kriteria pengambilan keputusan dalam memilih sebuah model yang digunakan: a. Jika uji Chow tidak signifikan maka menggunakan PLS b. Jika uji Chow signifikan namun uji Hausmann tidak signifikan maka menggunakan REM c. Jika uji Chow signifikan dan uji Hausmann signifikan, maka menggunakan FEM.
Evaluasi Model Perlu adanya evaluasi model berdasarkan kriteria ekonomi agar hasil estimasi terhadap model regresi tidak menimbulkan masalah heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi sehingga menghasilkan model yang efisien dan konsisten. Selain itu, perlu dilihat pula seberapa baik model dalam mengestimasi berdasarkan nilai koefisien determinasi. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk menunjukkan seberapa baik model yang diperoleh bersesuaian dengan data aktual (goodness of fit). Koefisien ini mengukur nilai presentase variasi dalam peubah terikat mampu dijelaskan oleh informasi peubah bebas. Kisaran nilai koefisien determinasi adalah 0 β€ R2 β€ 1. Model dikatakan semakin baik apabila nilai R2 mendekati 1 atau 100%. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara variabelvariabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Gejala multikolinieritas ini dapat dideteksi dari nilai R2 tinggi tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan yang berpengaruh nyata dan tanda koefisien regresi tidak sesuai dengan teori (Gujarati 2006). Multikolinieritas dalam pooled data dapat diatasi dengan pemberian bobot (cross section weight) atau Generalized Least Square, sehingga parameter dugaan pada taraf uji tertentu (t-statistic maupun F-statistic) menjadi signifikan. Autokorelasi Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika terjadi sisaan (residual) dari periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan tetap konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate. Sehingga R2 akan besar serta uji-t dan uji-F menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat dapat menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Bila OLS digunakan, maka akan terlihat koefisien signifikansi dan R2 yang besar atau juga disebut sebagai
23 regresi lancing atau palsu. Mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW) yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari model dengan DW tabel. Tabel 2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai Durbin-Watson DW < 1.10 1.10 < DW < 1.54 1.55 < DW < 2.46 2.47 < DW < 2.90 dL < DW < 2.91
Keputusan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
Sumber : Firdaus 2004 (diolah)
Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter daam model tersebut BLUE adalah VAR (ui) = Ο2 (konstan), semua varian mempunyai variasi yang sama. Pada umumnya, heteroskedastisitas diperoleh pada data cross section. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka pada hasil regresi akan terjadi misleading (Gujarati 2006). Untuk menguji adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisitas, digunakan uji White-heteroskedasticity yang diperoleh dalam program E-views. Dengan uji white, membandingkan Obs* RSquared dengan Ο2 (Chi-Squared) tabel, jika nilai Obs* R-Squared lebih kecil daripada Ο2-tabel maka tidak ada heteroskedastisitas pada model. Pengolahan data panel dalam Eviews 8 yang menggunakan metode cross section weight atau Generalized Least Square, maka untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum square Resid pada Weighted Statistic dengan Sum Square Resid pada Unweighted Statistic. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistic < Sum Squared Resid pada Unweighted Statistic, maka terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan untuk pelanggaran tersebut adalah dengan mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang terbaik adalah yang terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Hipotesa yang digunakan adalah : H0 : error term menyebar normal H1 : error term tidak menyebar normal Uji normalitas diaplikasikan dengan menggunakan tes Jaeque Bera, jika nilai probabilitasnya yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka terima H0 yang berarti error term dalam model sudah menyebar normal.
24 Uji Statistik Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Ms. Excel 2007 dan Eviews 8. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi uji-F dan uji-t. a.
Uji Parsial (Uji-t) Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pada tingkat signifikansi 0.005 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan pengujian : H0 : Ξ²i = 0 Artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. H1 : Ξ²i β 0 Artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. Bila probabilitas > Ξ± 5% , artinya variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 terima, H1 tolak) Bila probabilitas < Ξ± 5% , artinya variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 tolak, H1 terima).
b. Uji Fisher (Uji-F) Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian : H0 : Ξ²i = 0 Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : Ξ²i β 0 Artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila probabilitas > Ξ± 5%, artinya variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila probabilitas < Ξ± 5%, artinya variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
GAMBARAN UMUM Keadaan Perekonomian Indonesia Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berfluktuasi dalam kurun waktu enam tahun. Pada tahun 2008 terjadi krisis
25 global yang berakibat perekonomian Indonesia pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 1.30 %. Awal tahun 2010 Indonesia bangkit dari krisis global yang membuat perekonomian indonesia kembali normal, sehingga laju pertumbuhan Indonesia megalami peningkatan sebesar 1.34 % dari 4.62 % menjadi 6.22 %. Pada tahun selanjutnya Indonesia mengalami peningkatan, namun tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan kembali. 7 6
6.22
6.01 5
6.48
6.26 5.78
4.62
4 3 2 1 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : World Economic Outlook Database (diolah)
Gambar 4 Keadaan perekonomian Indonesia Keadaan Penduduk Permasalahan utama kependudukan yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk Indonesia berada pada urutan ke empat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil pencacahan jiwa yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah penduduknya terus bertambah. Dalam Gambar 5 dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami pertambahan penduduk rata-rata sebesar 1.01%. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penduduk yaitu adanya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi).
26 25000000
2013 248 013 761 2012
Jumlah penduduk
24500000
244 198 045
2011 24000000
240 880 542
2010 23500000 23000000
237 312 223 2009 232 722 838
22500000
Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)
Gambar 5 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2009-2013 Tingkat Pendidikan di Indonesia Permasalahan kualitas penduduk yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Masalah yang dihadapi bidang pendidikan di Indonesia yaitu masih rendahnya tingkat pendidikan berupa jumlah sarana dan prasarana yang belum tersebar merata dan pendapatan per kapita penduduk yang masih rendah sehingga banyak anak putus sekolah. Namun dengan seiring berjalannya waktu, masalah-masalah tersebut sedikit demi sedikit sudah mulai teratasi oleh pemerintah. Berdasarkan UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) tanpa memungut biaya. Selain peraturan, pemerintah pun menyalurkan bantuan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga biaya pendidikan sudah bukan menjadi penghalang masyarakat kecil untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dana BOS dimulai sejak Juli 2005 dan mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan angka partisipasi sekolah (APS) pada Gambar 6, dimana setiap tahunnya APS meningkat rata-rata sebesar 1.02% dan semakin lama peningkatannya cukup signifikan.
27
Angka partisipasi sekolah (%)
69
2013
68
68.30
67
2012
66
66.33
65
2011
64 63 62
2010 2009
64.60
63.51
63.83
61 60
Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)
Gambar 6 Angka partisipasi sekolah di Indonesia tahun 2009 - 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif sedangkan pengaruh kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional menggunakan analisis data panel. Analisis data panel dilakukan dengan 33 provinsi sebagai komponen cross section dan periode 2009-2013 sebagai komponen time series. Variabel laju pertumbuhan ekonomi regional dijadikan sebagai variabel terikatnya yang dihubungkan dengan beberapa variabel bebas yaitu kapital, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan tenaga kerja, jumlah penduduk dengan analisis data panel. Analisis yang dilakukan dengan model fixed effect. Pertumbuhan ekonomi regional Indonesia Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu peranan penting dalam terciptanya pembangunan nasional. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi di setiap daerah maka akan menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional pula. Produk domestik regional bruto menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan, yaitu produksi, penggunaan, dan pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan, dan sumber pendapatan.
28 PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagi aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya, dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah atau gaji surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh. PDRB terdapat dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga konstan, yakni menggunakan harga tahun tertentu (tahun dasar) serta atas dasar harga berlaku, yakni menggunakan harga tahun berjalan. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia, di sisi lain pengembangan dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Analisis kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional Indonesia Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam menjelaskan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Nilai R2 mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Semakin tinggi nilai R2 maka kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikatnya semakin baik. Hasil estimasi terbaik didapatkan nilai R2 sebesar 0.8471 yang berarti bahwa 84.71% model pertumbuhan ekonomi regional Indonesia dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan kapital, sedangkan sisanya 15.29% dipengaruhi di luar model. Uji Statistik Model ini memiliki probabilitas F-statistic yaitu sebesar 0.0000 yang lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 5% (0.05) sehingga hasil ini berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi regional Indonesia.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Lampiran 4 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal, terlihat dari nilai probabilitas Jaque Bera yaitu sebesar 0.6202 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 atau Ξ± = 5% yaitu
29 signifikan menyatakan H0 ditolak. Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas digunakan untuk melihat adanya korelasi antar variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas, jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas kurang dari 0.84 atau uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai dari R2, dan ujiβt hasil analisis. Lampiran 5 menunjukkan hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix, terlihat bahwa koefisien korelasi beberapa variabel tidak ada yang melebihi 0.84 dan model memiliki R2 yang tinggi sebesar 0.847173 dan uji-t dimana banyak variabel berpengaruh signifikan. Hal ini menandakan bahwa model terlepas dari asumsi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara membandingkan Sum Square Resid pada Weighted Statistic dengan Sum Squared Resid pada Unweighted Statistic. Jika Sum Square Resid pada Weighted Statistic < Sum Squared Resid pada Unweighted Statistic, maka terjadi homoskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 3 yang menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak ditemukannya heteroskedastisitas. Hal ini terlihat pada Sum Square Resid pada Weighted Statistic yang sebesar 768.1858 < Sum Squared Resid pada Unweighted Statistic yang sebesar 1128.287. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin Watson (DW) dengan membandingkan nilai DW dari model dengan nilai DW pada tabel. Nilai Durbin Watson hasil estimasi sebesar 2.0993 berada pada 1.55 < 2.0993 < 2.46 yang berarti bahwa tidak ada korelasi serial dalam model.
Pemilihan Model Terbaik Hasil dari uji Chow (Lampiran 1) menunjukkan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0.0000 lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5% sehingga H0 dapat ditolak. Maka model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan model pooled least square. Tahap selanjutnya adalah membandingkan antara fixed effect model dengan random effect model. Hasil dari uji Hausman (Lampiran 2) menunjukkan probabilitas yang dihasilkan sebesar 0.0096, namun Chi-Square statistik > Chi-Square tabel atau 13.368525 > 7.81473, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode fixed effect model.
30 Tabel 3 Hasil estimasi model dengan metode fixed effect model Variable LNEDU LNL LNPOP LNC C
Coefficient 3.200931 1.466498 -10.74107 1.123803 87.67634
R2 Prob(F-statistic)
Std. Error t-Statistic 1.017351 3.146339 1.702200 0.861531 3.056554 -3.514110 0.527046 2.132268 37.47495 2.339598 Uji Kesesuaian Model 0.847173 0.000000*
Prob. 0.0021* 0.3906 0.0006* 0.0349* 0.0209*
Keterangan : *signifikan pada taraf nyata 5% Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel bebas yang secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi regional di taraf nyata 5% yaitu tingkat pendidikan tenaga kerja, jumlah penduduk dan kapital. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan yaitu jumlah tenaga kerja. Nilai koefisien pada variabel tingkat pendidikan tenaga kerja adalah sebesar 3.20, artinya setiap peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia sebesar 3.20% dengan asumsi variabel bebas lain dalam keadaan konstan/tetap. Pendidikan di Indonesia dapat diperbaiki dengan peningkatkan pemenuhan kebutuhan di bidang pendidikan, dengan begitu kualitas dari penduduk tersebut akan meningkatkan produktivitas sehingga pertumbuhan ekonomi pun dapat naik. Pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna bagi pertumbuhan ekonomi, masyarakat atau individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Hal tersebut dikarenakan individu yang memiliki pendidikan tinggi banyak di tempatkan pada sektor formal yang cenderung memiliki upah yang lebih layak jika dibandingkan dengan pekerja di sektor non-formal. Peningkatan dalam pendidikan memberikan beberapa manfaat dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu manajemen perusahaanperusahaan modern yang dikembangkan semakin efisien, penggunaan teknologi modern dalam kegiatan ekonomi dapat lebih cepat berkembang. Variabel jumlah tenaga kerja pada hasil estimasi yang dilakukan, memiliki koefisien yang positif tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, setiap terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di setiap provinsi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan jumlah tenaga kerja tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi regional, hal ini mungkin terjadi karena penyerapan tenaga kerja belum diimbangi dengan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Jumlah tenaga kerja yang tercatat lebih banyak terdapat pada industri yang memperkerjakan pekerja di sektor nonformal, sehingga kualitas barang atau jasa yang diproduksi kalah bersaing dengan produk dari daerah atau negara lain. Hal ini tidak sesuai dengan teori Todaro
31 (2000) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi. Namun Mankiw (1992), membedakan tenaga kerja (labor) menjadi dua yaitu tenaga kerja berpendidikan (educated) dan tidak berpendidikan (uneducated) karena di samping kuantitas tenaga kerja diperlukan pula kualitas tenaga kerja yang baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah tenaga kerja harus diikuti pula oleh pertumbuhan kualitas dari tenaga kerja itu sendiri agar dapat meningkatkan produktivitas suatu daerah/negara. Variabel jumlah penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar -10.74. Artinya, peningkatan jumlah penduduk sebesar 1% akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi regional sebesar 10.74% dengan asumsi variabel bebas lain dalam keadaan konstan/tetap. Adanya dependency ratio menyebabkan setiap pertambahan penduduk dapat mengurangi laju pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Hal ini tidak sesuai teori Sollow-Swan yang menyebutkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi akan tergantung dalam pertambahan penyedia faktor produksi, salah satunya yaitu jumlah penduduk. Variabel jumlah penduduk memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara negatif, karena variabel jumlah penduduk dalam penelitian ini berdasarkan jumlah penduduk dari semua golongan umur dan sebagian penduduk bukan termasuk usia produktif, di mana penduduk yang bukan termasuk usia produktif tidak dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Variabel kapital berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Hasil ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 1.12. Artinya, peningkatan kapital sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi regional sebesar 1.12% dengan asumsi variabel bebas lain dalam keadaan konstan/tetap. Hal ini sesuai dengan teori Harrod β Domar yang menyebutkan bahwa penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam waktu tertentu digunakan untuk dua tujuan. Pertama untuk mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi, kedua untuk memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat. Tujuan itulah yang dapat meningkatkan produktivitas dari suatu daerah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis tentang pengaruh kualitas pendidikan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pertumbuhan
32 ekonomi regional di Indonesia dipengaruhi secara signifikan dan secara positif oleh kualitas pendidikan tenaga kerja. Semakin tinggi kualitas pendidikan tenaga kerja yang ada di setiap provinsi maka akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan dapat bersaing untuk menghadapi pasar bebas yang akan datang. Faktor-faktor yang memengaruhi secara signifikan dan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional hanya kapital. Jumlah penduduk memengaruhi secara negatif, dimana setiap peningkatan jumlah penduduk akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja walaupun memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. SARAN Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi merupakan salah satu cara untuk dapat mengambil keuntungan dari globalisasi. Tenaga kerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mampu merespon inovasi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam hal ini, untuk meningkatkan kualitas pendidikan tenaga kerja yaitu dengan mendukung wajib belajar 12 tahun. Upaya ini diperlukan dengan adanya sinergitas antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam menjalankan wajib belajar 12 tahun. Kualitas sumber daya manusia yang lebih baik diharapkan dapat bersaing dalam pasar bebas yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan tingkat pendidikan tenaga kerja sebagai pengaruh utama dalam pertumbuhan ekonomi, karena kualitas pendidikan tenaga kerja merupakan hal terpenting untuk menciptakan pembangunan manusia lebih baik dari sebelumnya sehingga di masa mendatang dapat bersaing dengan negara maju yang memiliki kualitas tenaga kerja di atas negara-negara berkembang. Diharapkan penelitian selanjutnya membahas kualitas tenaga kerja di bidang yang lain dengan menambahkan variabel bebas lain seperti kesehatan tenaga kerja sebagai faktor untuk melihat secara nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. Berbagai Edisi. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Barro RJ. 1999. Inequality, Growth and Investment, National Bureau of Economic Research, Working Paper No. 73038, JEL No. 0431. Basri F, Munandar H. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Kencana. Boediono. 2001. Teori Pertumbuhan ekonomi. Yogyakarta(ID) : BPFE
33 Education Firm Pearson. 2015. Index Education Ranking. http://m.thelearningcurve.pearson.com/index/index-ranking. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel dan Time series. Bogor(ID): PT Penerbit IPB Press. Gujarati DN. 2005. Basic Econometrics. Singapore(SG): The McGraw Hill Companies Inc. Gujarati DN. 2006. Basic Econometrics. Singapore(SG): The McGraw Hill Companies Inc. Griliches Z. 1996. Education, Human Capital, and Growth: A Personal Perspective. National Bureau of Economic Research, Working Paper No.5426, NBER Working Paper series. Jaya IGNM, Sunengsih N. 2009. Kajian Analisis Regresi dengan Data Panel [Internet].[diunduh 24 Maret 2015]. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/12187 Jhingan ML. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan. Jakarta(ID): PT Raja Grafindo Persada. Lestari A. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Provinsi Jawa Barat (Periode 1995-2008) [Skripsi]. Jakarta(ID) : UIN Syarif Hidayatullah. Lucas RE. 1988. On the Mechanics of Economic Development. Journal of Monetary Economics, 22 (1): 3-42. Mankiw NG. 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta(ID) : Erlangga Meier GM, Baldwin RE. 1960. Economic Development: Theory, History and Policy. John Wiley, New York. Todaro MP, Smith SC. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kesembilan. Jakarta (ID): Erlangga. Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kesembilan.Jakarta (ID): Erlangga. [UNDP Indonesia] United Nation Development Programme Indonesia. 2015. Annual Report UNDP 2014/2015. Jakarta (ID): UNDP. Pancawati N. 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia ; Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia vol. 15. Yogyakarta. Pratowo NI. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia.Vol.1 (1): 15-31. Ranis G, Stewart F, Ramirez A. 2001. Economic Growth and Human Development. World Development 28:197-219. Romer PM. 1990. Endogenous Technological Change. Journal of Political Economy, 98 (5): 71-102. Saβdiyah A. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Nusa Tenggara Barat [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Schultz TW. 1961. Investment in Human Capital. American Economic Review, 1 (2): 1-17. Solow R. 1957. A Contribution to the Theory of Economic Growth. Quarterly Journal of Economics, 70(1): 65-94.
34 Sukirno S. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta(ID) : PT Raja Grafindo Persada. Swan TW. 1957. Economic Growth and Capital Accumulation. Economic Record, 32(2): 334-361. Winarno W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta(ID): Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. World Bank. 2015. World Development Indicator [Internet].[diunduh pada 22 Febuari 2015]. Tersedia pada http://data.worldbank.org/datacatalog/world-development-indicators.
35
LAMPIRAN
36 Lampiran 1 Uji Kesesuaian Model Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F
15.876163
d.f.
Prob.
(32,128)
0.0000
Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: FEM Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Cross-section random
13.368525
Chi-Sq. d.f. Prob. 4
0.0096
Lampiran 2 Hasil Estimasi Model Data Panel Dependent Variable: G Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 04/08/15 Time: 21:42 Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Cross-sections included: 33 Total panel (balanced) observations: 165 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section weights (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob.
LNEDU LNL LNPOP LNC C
3.200931 1.466498 -10.74107 1.123803 87.67634
1.017351 1.702200 3.056554 0.527046 37.47495
0.0021 0.3906 0.0006 0.0349 0.0209
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
3.146339 0.861531 -3.514110 2.132268 2.339598
37 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.847173 0.804190 2.449786 19.70963 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
25.09863 18.47565 768.1858 2.099393
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.511257 Mean dependent var 1128.287 Durbin-Watson stat
6.462667 2.045347
Lampiran 3 Uji Pelanggaran Asumsi Uji Normalitas 30
Series: Standardized Residuals Sample 2009 2013 Observations 165
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5.38e-17 -0.035392 4.917819 -6.119876 2.164269 -0.182962 2.929051
Jarque-Bera Probability
0.955174 0.620278
0 -6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Uji Multikolinieritas G LNPOP LNL LNEDU LNC
G 1.000000 -0.259867 -0.258909 -0.241912 -0.168074
LNPOP -0.259867 1.000000 0.825261 0.757683 0.767474
LNL -0.258909 0.825261 1.000000 0.821753 0.778304
LNEDU -0.241912 0.757683 0.821753 1.000000 0.818403
LNC -0.168074 0.767474 0.778304 0.818403 1.000000
38
RIWAYAT HIDUP
Ajeng Tiara Padmaliana dilahirkan pada tanggal 15 November 1993 di Bogor. Putri dari bapak Nano dan ibu Dhalya. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara. Latar pendidikan penulis dimulai tahun 1998 di TK Kartika III Bogor, SDN Pengadilan 2 Bogor pada tahun 1999, SMPN 1 Bogor pada tahun 2005 dan pada tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 2 Bogor serta pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi yaitu anggota Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2013-2014 dan periode 2014-2015.