PENGARUH KONSELING TERHADAP POLA ASUH BALITA DI DESA JENTERAWILAYAH KERJA PUSKESMAS GOHOR KECAMATAN WAMPU KABUPATEN LANGKAT Nurhikmah Panjaitan : e-mail :
[email protected] ABSTRACT
Delivery of these cards in front of his moments this is a problem tingginya less nutrients filter berdampak the low quality of human resource . the problem of low nutrients disebabkan cold filter each factor mempenagaruhi in the household , lack of nutrients being influenced by the pattern . Pattern which filter is less adequate . The purpose
of
the
research
for
mengetahui
effect on the pattern of complications which children. Counseling activity is consulted on a client , including help clients in problem,complications nutrients is an interpersonal communication process between the counselor shoes with minimal client 's useless,and make a decision to buy the cards is to buy the issue in nutrients filter .This type of research is porpoises with the experimental design of filter used free ekperimen kind of one group pretest - posttest. research done in the village Jentera region puskesmasGohor northeast. Wampuin 2014 .Taking samples do with using insulting the total amount of sample with 37 people Paired sample testing by the test results of the count value t diperoleh CPA -4.741 with P value = 0,000 no big difference being the pattern of treatment before and after health complications, a health worker for complications increase with pounding home visite useless quality service. Keywords : counseling , Pattern fees toddler
Vol. 2 No. 5 Juli 2015 42
ABSTRAK
Permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah tingginya masalah kurang gizi yang berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. masalah kurang gizi disebabkan banyak faktor yang saling mempenagaruhi di tingkat rumah tangga, kekurangan gizi dipengaruhi oleh pola asuh. Pola asuh yang kurang memadai. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap pola asuh balita. Konseling adalah kegiatan memberikan arahan kepada klien termasuk membantu klien dalam menyelesaikan permasalahannya, konseling gizi adalah suatu proses komunikasi interpersonal dua arah antara konselor dengan klien guna untuk mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapai. Jenis penelitian ini bersifat eksperimen dengan disain yang digunakan free ekperimen jenis one group pretest-posttest.Tempat penelitian dilakukan di Desa Jentera Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Lama Kec. Wampum Kabupaten Langkat Tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah sebanyak 37 orang.Berdasarkan uji Pairedsampel test dari hasil hitung diperoleh nilai t sebesar -4,741 dengan P value= 0.000 artinya ada perbedaan pola asuh perawatan kesehatan sebelum dan sesudah konseling. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan konseling dengan tehnik home visite guna memperbaiki kualitas pelayanan.
Kata Kunci
: Konseling, Pola Asuh Balita
Vol. 2 No. 5 Juli 2015 43
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam menciptakan SDM yang bemutu baik, perlu perhatian sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak khususnya anak balita. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Kekurangan gizi pada anak balita dapat menimbulkan efek negatif seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan umur, dan rawan terhadap penyakit. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Irianto, 2009) Menurut Soekirman (2008), anak balita yang bergizi buruk beresiko tinggi kehilangan sebagian potensinya untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) kelas satu, karena menurunnya kemampuan intelektual anak. Intlectual Quation (IQ) relative lebih rendah akibat kekurangan gizi. Karena itu usaha meningkatkan kualitas SDM saat ini adalah memperbanyak usaha- usaha dalam mempersiapkan generasi muda yang sehat melalui pembinaan gizi sejak dini, dimulai dari anak usia balita, termasuk yang tidak kalah penting yaitu meningkatkan kualitas pola asuh anak di dalam keluarga. Permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah tingginya masalah kurang gizi yang berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Pada tahun 2010 terdapat sekitar 23,5% balita menderita gizi kurang. Sejumlah 110 kabupaten/kota mempunyai prevelensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, yang menurut WHO dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini memperihatinkan, karena mengancam sumber daya manusia kita dimasa mendatang (Depkes, 2010) Masalah kekurangan gizi terdapat karena banyak faktor yang saling mmpengaruhi. Di tingkat rumah tangga, kekurangan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, prilaku, dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kekurangan gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2008) Menurut Utari (2009), terdapat kecenderungan pola asuh dengan status gizi. Hasil penelitiannya memberi bukti bahwa dari 40 responden terdapat 30 orang (75%) dengan pola asuh baik mempunyai status gizi baik dan 10 orang (25%) dengan pola asuh buruk mempunyai status gizi kurang. Disimpulkan, semakin baik pola asuh anak maka proporsi gizi baik,dampak pada anak juga semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh anak didalam keluarga semakin baik, tingkat konsumsi pangan anak semakin baik dan akhirnya mempengaruhi status gizi anak. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 prevalensi gizi buruk di Indonesia berdasarkan indeks BB/U sebesar 5.4%, gizi kurang 13%, sedangkan menurut indeks BB/TB sangat kurus 6.2%. Pada tahun 2011 prevelensi gizi buruk bedasarkan indeks BB/U sebesar 4.9%, gizi kurang 13% jika dibandingkan dengan prevalensi di Provinsi Sumatera Utara jauh lebih tinggi yaitu pada tahun 2010 menurut indeks BB/U gizi buruk 8.4%, gizi kurang 14.3%, menurur indeks BB/TB sangat kurus
9.1%, kurus 7.9% dan pada tahun 2011 prevelensi berdasarkan indeks BB/U gizi buruk 7.8%, gizi kurang 13.5%, sedangkan berdasarkan BB/TB kurus 5.6% dan kurus 8.4% (Riskesdas, 2013) Data surveilans gizi buruk yang dilaksanakan pada tahun 2011 di Kota Medan berdasarkan indeks BB/U gizi buruk sebanyak 4417 balita, gizi kurang mencapai 9.6% (Dinkes Kota Medan, 2011) Dalam penelitian Bahar (2008) tentang pengaruh pola pengasuhan terhadap pertumbuhan anak di Kabupaten Baru Sulawesi Selatan menyimpulkan bahwa kualitas pengasuhan makanan anak yang dimiliki ibu, berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Kualitas pengasuhan perawatan dasar anak yang dimiliki ibu, berpengaruh terhadap pertumbuhan anak, kualitas pengasuhan hygiene perorangan dan keamanan anak, berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Pola asuh anak dalam setiap kelurga tidak selalu sama, secara keseluruhan mutu asuhan dan perawatan anak yang kurang memadai disebabkan kurangnya pengetahuan dan perhatian ibu dan merupakan pokok pangkal terjadinya malapetaka yang menimpa bayi dan anak-anak menuju ke jurang kematian (Soekirman, 2008). Kurangnya pengetahuan ibu antara lain dapat ditanggulangi dengan pemberian konseling gizi. Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Stabat Lama Kec. Wampu Kabupaten Langkat adalah salah satu puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, yang salah satu wilayah kerjanya adalah Desa Jentera Stabat Lama Kec. Wampu Kabupaten Langkat . Berdasarkan hasil survey pendahuluan Data yang diperoleh dari Puskesmas Stabat Lama Kec. Wampu Kabupaten Langkat berdasarkan indeks BB/U dari 53 balita, yang mengalami gizi kurang ada 6 (11,32%) balita. Hasil pengamatan penelitian menunjukkan pula, umumnya anak balita diasuh bukan oleh orang tuanya tetapi diasuh anggota keluarga lainnya (nenek, kakak, pengasuh) karena ibu bekerja sebagai buruh kebun,petani dan buruh pabrik. Mengingat dampak negatif jangka panjang pada anak balita gizi kurang, maka perhatian khusus perlu diberikan untuk menghindari terjadinya loss generation. Peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan puskesmas sebagai unit terdepan dalam perawatan dan pemulihan sangat diperlukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu peningkatan kesadaran dan pengetahuan gizi ibu adalah melalui kegiatan konseling gizi. Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan lien, untuk membantu klien mengenali dan mengatasi masalah gizi. Dalam hal ini, klien adalah ibu yang mempunyai anak balita gizi kurang yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Stabat Lama Kec. Wampu Kabupaten Langkat sedangkan konselor adalah peneliti dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang bertugas. Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh konseling pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan Terhadap pola asuh
balita Di Desa Jentera Wilayah Kerja Puskesmas Gohor Kec. Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah pengaruhPengaruh Konseling pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan Terhadap Pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan Balita Di Desa Jentera Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Lama Kec. Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat eksperimen, dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain fre eksperimen jenis one group pretest-posttest desaign yang hanya terdiri dari 1 kelompok.Pada rancangan ini dilakukan observasi awal (free test) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi berupa konseling dengan menggunakan media leaflet dan poster,setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan observasi akhir (post test) Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Desa Jentera wilayah kerja Puskesmas Gohor Kec. Wampu Kabupaten Langkat sebanyak 37 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara sampling jenuh (total sampel)yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam penelitian ini besar sampel berjumlah 37 orang. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengunakananalisis univariat dilakukan untuk melihat karakteristik dari setiap variabel atau memberikan gambaran yang ada. Hasil dari analisis ini nantinya berupa distribusi. Analisis bivariat digunakan untuk membandingkan perbedaan sebelum mendapatkan konseling dan sesudah mendapatkan konseling dengan uji pairet- samples T-test. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini bagi kedalam beberapa sub pokok bahasan yaitu karakteristik demografi responden, analisa univariat dan bivariat. Karakteristik Demografi Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 37 orang,mayoritas responden dengan umur 25-34 tahun sebanyak 18 orang (48,65), berdasarkan pekerjaan mayoritasbekerja sebagai buruh cuci yaitu sebanyak 13 orang (35,14), berdasarkan Pendidikan mayoritas pada tingkat pendidikan SLTP sebanayak 11 (29,73) Analisis Univariat Hasil analisis univariatsebelum diberikan konseling menunjukkan bahwa pola asuh pemberian makan pada balita sebelum dilakukan konseling mayoritas tidak baik sebanyak 29 orang (78,4%), pola asuh perawatan kesehatan pada balita sebelum dilakukan konseling mayoritas tidak baik sebanyak 28 orang (75,7%). Pola asuh pemberian makan pada balita sesudah dilakukan konseling mayoritas baik sebanyak 32 orang (86,5%) dan pola asuh perawatan kesehatan pada balita setelah dilakukan konseling mayoritas baik sebanyak 25 orang (67,6%). Analisis Bivariat Berdasarkan analisis eksperimen,
pola pemberian makan balita sebelum dilakukan konseling mayoritas tidak baik sebanyak 29 orang (78,4%) dan sesudah diberikan konseling mayoritas baik sebanyak 32 orang (86,5%) sedangkan pada perawatan kesehatan sebelum diberikan konseling mayoritas tidak baik sebanyak 28 orang (75,7%) dan setelah diberikan konseling mayoritas mayoritas baik sebnyak 25 orang (67,6%). Rata-rata pola asuh pemberian makan pada pengukuran pertama adalah 1.22 dengan standar deviasi 0.417. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pola asuh pemberian makan adalah 1.86 dengan standar deviasi 0.347. Dari hasil uji – t diperoleh nilai t sebesar -7329 dengan P value 0.000 artinya ada perbedaan pola asuh pemberian makan sebelum dan sesudah dilakukan konseling.Rata-rata pola asuh perawatan kesehatan pada pengukuran pertama adalah 1.24 dengan standar deviasi 0.435. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pola asuh perawatan kesehatan adalah 1.68 dengan standar deviasi 0.475. Dari hasil uji – t diperoleh nilai t sebesar -4.741 dengan P value 0.000 artinya ada perbedaan pola asuh perawatan kesehatan sebelum dan sesudah dilakukan konseling. PEMBAHASAN Pada penelitian ini pola asuh ibu yang dinilai adalah pola asuh pemberian makan dan pola asuh perawatan kesehatan. Pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan sebelum diberikan konseling gizi di desa Jentera pada wilayah kerja Puskesmas Gohor Kec. Wampu Kabupaten Langkat umumnya belum baik hal ini mungkin disebabkan karena rata-rata pekerjaan ibu adalah buruh cuci sebanyak 13 orang (35.41%) dan karyawan swasta 8 orang (21.62%) yang diasumsikan dengan pengetahuan gizi yang kurang. Menurut Notoad modjo (2010), bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang disbanding dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penetahuan yang dimiliki sangat penting untuk membentuk sikap dan tindakn dalam mengurus rumah tangga khususnya dalam mengurus anak balita dalam pemenuhan gizi. Tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu sangat mempengaruhi pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan. Dari penelitian Roselyn ( 2010) mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan cukup tinggi maka prevalensi balita dengan pola asuh kurang umumnya rendah. Setelah dilakukan konseling pola asuh ibu dalam pemberin makan dan perawatan kesehatan pada balita umumnya menjadi baik. Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa meskipun tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu tidak dapat dirubah (ditingkatkan) tetapi tindakan ibu pada pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan pada balita terjadi perubahan kearah yang positif, Semakin sering dilakukan konseling gizi terhadap ibu maka perubahan perilaku ibu dalam pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan menjadi lebih baik, dengan demikian perubahan perilaku sangat menentukan arah perkembangan dan pertumbuhan anak balita. Kegiatan konseling gizi juga merupakan suatu proses belajar yaitu memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada, sekarang diperoleh, yang semula belum diketahui sekarang diketahui, yang dahulu belum dimengerti sekarang dimengerti (Noto admodjo 2007). Berdasarkan hasil uji – t terbukti bahwa kegiatan konseling gizi dapat merubah pola asuh ibu baik dalam pemberian makan dan perawatan kesehatan menjadi lebih baik (p < 0.05).
Hasil ini sesuai dengan penelitian aswita (2008) yang membuktikan bahwa konseling gizi yang dilaksanakan melalui program pendamping merupakan salah satu upaya pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perubahan perilaku, dan penelitian Wonatorey dkk, (2006) mengatakan bahwa ada perbedaan bermakna pengetahuan ibu setelah diberi konseling gizi serta penelitian Asmita (2011) yang menunjukkan ada pengaruh konseling gizi terhadap pola asuh dan setatus gizi balita. KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan pada 37 responden tentang pengaruh konseling terhadap pola asuh balita didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Pola asuh balita” pemberian makan sebelum” dilakukan konseling mayoritas tidak baik sebayak 29 orang dan minoritas baik sebanyak 8 orang sedangkan pola asuh perawatan kesehatan mayoritas tidak baik sebanyak 28 orang minoritas baik 9 orang. 2. Pola asuh balita “pemberian makan sesudah” dilakukan konseling mayoritas baik sebanyak 32 orang minoritas tidak baik sebanyak 5 orang sedangkan pola asuh perawatan kesehatan mayoritas baik sebanyak 25 orang dan minoritas tidak baik sebanyak 12 orang. 3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konseling gizi terhadap pola asuh pemberian makan dan perawatan kesehatan. Rata-rata sekor pola asuh pemberian makan sesudah konseling mengalami perubahan peningkatan nilai dari sebelum dilakukan konseling gizi. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Khususnya pihak Puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya konseling kesehatan dengan tehnik kunjungan (home visite) guna memperbaiki tingkat pemahaman dan perilaku hidup sehat. 2. Penelitian mendatang hendaknya mengembangkan penelitian dengan populasi yang berbeda sehingga hasil penelitian mendatang dapat digeneralisasikan dengan baik. DAFAR PUSTAKA Almatser, S.( 2008) Prinsip Dasar Ilmu Gizi ; Gramedia Pustaka, Jakarta. Arikunto, S.(2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Depkes RI. (2010) Pematangan Pertumbuhan Balita ; Jakarta. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. 2011. Profil ksehatan Sumatera Utara. Hadi, H. (2008) Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. UGM : Yogyakarta. Irianto, (2009) Gizi dan Pola Hidup sehat, Bandung, CV. Yrama Widya.
Karyadi, (2009) Pengaruh Pola Asuh Makan dan Praktek Pemberian Makan Terhadap Kesulitan Makan anak balita Nadesul, H, (2008) Cara Sehat Mengasuh Anak. Puspa Swara, Jakarta. Nursalam, dkk. (2010) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo, S. (2010) Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Soekirman, (2008) Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Soetijiningsih, (2010) Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta Steven, Paul, dkk. (2009) Pengantar Riset Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC