Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
PENGARUH KONDISI EMOSI DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP IMPULSE BUYING DI INDOMARET CABANG DESA TAMPAKSIRING TAHUN 2016 Ni Nyoman Winantri Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) kondisi emosi terhadap impulse buying, (2) store atmosphere terhadap impulse buying, (3) pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016.Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kausal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen dari Indomaret cabang Desa Tampaksring, sampel diambil sebanyak 100 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan Statistical Package of the Sosial Science (SPSS) 16.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kondisi emosi berpengaruh signifikan terhadap impulse buying ditunjukkan dari nilai thitung > ttabel (7.808 > 1.980) atau pvalue < α (0.000 < 0.05), (2) store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap impulse buying ditunjukkan dari nilai thitung > ttabel (2.990 > 1.980) atau p-value < α (0.004 < 0.05), (3) kondisi emosi dan store atmosphere berpengaruh terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016 ditunjukkan dari nilai Fhitung > Ftabel (37.273 > 2.310) atau p-value < α (0.000 < 0.05). Kata kunci : Impulse buying, Kondisi emosi, Store atmosphere Abstract The purpose of this research is to find out the effect of (1) emotional state toward impulse buying,(2) store atmosphere toward impulse buying,(3) the effect of emotional state store atmosphere toward impulse buying in IndomaretTampaksiring village branch.The research design of this study is causal research. The population of this study is all of the consumer of IndomaretTampaksiring branch, 100 sample were taken. The data were collected by using questioner, then analyzed by using multiple linier regression analysis on Statistical Package of the Social Science (SPSS) 16.0 for windows.This research shows that (1) emotional state has significant effect toward impulse buying, showed by the value of t critical value>ttable(7.808>1.980) or p-value<α (0.000<0.05),(2) store atmosphere has significant effect toward toward impulse buying, showed by the value of tcritical value>ttable(2.990>1980) or p-value<α (0.004<0.05), (3) emotional state store atmosphere have significant effect toward impulse buyingin IndomaretTampaksiring village branch year 2016, showed by the value of oft critical value>ttable(37273>2.310) or p-value<α (0.000<0.05). Key Words
: Impulse buying, Emotional state, Store Atmosphere
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
PENDAHULUAN Dalam suatu kegiatan ekonomi, konsumen merupakan unsur yang sangat penting selain produsen dan distributor, konsumen merupakan orang yang menggunakan barang dan jasa. Dalam menentukan barang dan jasa, konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan dan perilakunya masing-masing. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Schffiman dan Kanuk, 2004). Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Dalam hubungannya dengan kegiatan pemasaran, perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi perhatian bagi suatu perusahaan yang salah satunya adalah perusahan ritel. Perusahaan ritel berusaha mengenali dan memahami perilaku konsumen agar dapat menjadi konsumen potensial. Pada umumnya, sebelum melakukan pembelian, konsumen melakukan perencanaan terlebih dahulu tentang jenis, jumlah, harga, tempat dan aspek lain dari barang yang akan dibeli. Namun, beberapa perusahaan ritel menerapkan berbagai trik agar konsemen lebih tertarik sehingga serta merta melakukan pembelian spontan, tanpa perencanaan terlebih dahulu. Tipe pembelian seperti ini disebut pembelian impulsif (Impulse Buying). Menurut Solomon (2002) pembelian impulsif adalah pembelian yang terjadi secara spontan karena munculnya dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera. Sedangkan mendadak yang tidak direncanakan. Pembelian impulsif adalah proses pembelian yang dilakukan konsumen tanpa melakukan pencarian informasi dan mempertimbangkan berbagai merek karena konsumen langsung membuat keputusan untuk membeli (dalam Rani, 2006). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri (psikologis) dan faktor dari luar diri. Thai (2003) mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelian impulsif yaitu kondisi emosi (mood), kategori produk, variabel demografis dan kepriabdian individu. Salah satu yang paling dominan mempengaruhi tipe pembelian impulsif adalah kondisi emosi (mood) dari konsumen itu sendiri. Kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi, biasanya akan terbentuk menjadi emosi yang negatif. Kebutuhan seseorang terpenuhi secara keseluruhan maka dalam diri seseorang tersebut akan terbentuk emosi yang positif. Emosi positif yang telah terbentuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Emosi merupakan suatu perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku atau kebiasaan seseorang. Emosi seseorang berperan penting dalam keputusan pembeliannya. Dimensi emosi dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu pleasure, arousal, dan dominance (Hawkinset al., 2004). Faktor lain yang mempengaruhi pembelian impulsif yaitu faktor dari luar diri konsumen yang meliputi suasana dari lingkungan belanja itu sendiri. Pelanggan yang merasa nyaman dengan lingkungan toko ditambah dengan motivasi emosional maka akan memungkinkan meningkatnya pembelian secara impulsif (Yistiani dkk., 2012). Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan retailer adalah dengan menciptakan store atmosphere yang nyaman agar dapat memberikan kesan menarik kepada konsumen sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian (Kotler, 2007:177). Store atmosphere memegang peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Store atmosphere adalah salah satu karakteristik fisik yang sangat penting bagi setiap bisnis ritel, hal ini berperan sebagai penciptaan suasana nyaman sesuai dengan keinginan konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian (Purwaningsih 2001). Berman dan Evan (dalam Erlangga dan Achmad, 2012:60) membagi elemen-elemen store atmosphere kedalam empat elemen, yaitu: exterior, general interior, store layout dan interior display. Ketika konsumen memasuki
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
sebuah toko mereka tidak hanya memberikan penilaian produk dan harga yang ditawarkan oleh retailer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan yang diciptakan oleh retailer melalui store layout display (penataan barang) yang kretif, desain bangunan yang menarik,pengaturan jarak antar rak, simbol, temperatur, dan musik yang dilantunkan (Kotler dan Amstrong, 2003). Saat ini perkembangan bisnis retail di Indonesia sangat pesat. Hal tersebut berawal dari keberadaan pasar tradisional yang mulai tergeser oleh munculnya berbagai jenis pasar modern, sehingga berbagai macam pusat perbelanjaan eceran bermunculan dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern misalnya mall, supermarket, department store, shopping center, hypermarket, dan minimarket. Salah satu usaha yang telah berkembang pesat saat ini adalah usaha ritel dalam bentuk minimarket. Dengan semakin banyaknya minimarket yang ada, maka diperlukan strategi yang jitu untuk bersaing menarik para konsumen. Dalam kasus pembelian tak terencana, konsumen akan masuk ke dalam toko untuk mencari dan mengevaluasi informasi yang ada di dalamnya seperti informasi potongan harga dan produk baru. Kadang-kadang kosumen juga mencoba dan membandingkan produk-produk yang menjadi pusat perhatiannya. Pemahaman mengenai perilaku impulse buying dapat memberikan pedoman bagi retailer dalam mengembangkan strategi yang menimbulkan peluang dalam berbelanja (Park et al., 2006). Indomaret merupakan salah satu usaha bisnis dari Indomarco Pristama yang termasuk bisnis ritel berbentuk minimarket di Indonesia. Pada akhir tahun 2004 usaha ini telah memiliki cabang kurang lebih 1020 cabang di seluruh Indonesia. Hal tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat, itu terlihat dari meningkatnya jumlah gerai waralaba Indomaret, dari 1097 gerai pada 2008 dan di akhir tahun 2014 telah mencapai 10.600 gerai. Usaha waralaba Indomaret tersebut terbukti dapat diterima masyarakat.
Dibangunnya Indomaret di Desa Tampaksiring merupakan hal yang baru bagi masyarakat setempat. Indomaret memiliki konsep tampilan dan store atmosphere yang telah disesuaikan dengan keinginan masyarakat untuk memperoleh kenyamanan, kemudahan, dan kepuasan berbelanja. Dengan desain interior dan tampilan Indomaret yang memakai kaca tembus pandang, diharapkan masyarakat lebih tertarik berbelanja dan dapat mengetahui barang yang dijual di sana. Indomaret menyediakan barang-barang yang cukup lengkap dan banyak pilihan. Selain itu, Indomaret juga melakukan promosi yang gencar terhadap produkproduknya dengan berbagai macam paket belanja menarik dan potongan harga. Dengan demikian, secara psikologis hal ini akan mendorong hasrat konsumen untuk berbelanja di Indomaret. Dalam hal ini, permasalahan yang muncul adalah terjadinya perilaku impulse buying yang dialami oleh para konsumen ketika berbelanja yang disebabkan oleh faktor dari dalam diri (psikologis) seperti kondisi emosi dan dari luar diri seperti kondisi toko (Store Atmosphere). Impulse buying merupakan perilaku belanja yang tidak rasional yang menyebabkan pemborosan dan pengeluaran tak terkendali. Namun kebanyakan konsumen secara tidak sengaja sering melakuakan pembelian tipe ini. Dari wawancara awal yang dilakukan yang berbelanja di Indomaret, beberapa diantaranya mengaku melakukan perbelanjaan karena adanya dorongan emosi dari dalam diri konsumen. Selain itu faktor store atmosphere juga menjadi penyebabnya. Dari latar belakang yang telah disampaikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kondisi Emosi dan Store Atmosphere terhadap Impulse Buying di Indomaret Cabang Desa Tampaksiring Tahun 2016”. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kondisi emosi dan store atmosphere mempengaruhi impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring baik secara
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
parsial maupun secara simultan. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Adapun variabel yang dilibatkan adalah variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat sebagai variabel yang dipengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi emosi (X1) dan store atmosphere (X2) sedangkan yang termasuk dalam variabel terikat adalah impulse buying (Y). Lokasi penelitian dilakukan di Indomaret cabang Desa Tampaksiring yang beralamat di Jl. Dr. Ir. Soekarno, Tampaksiring, Gianyar. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa angka-angka yang diperoleh melalui kuesioner tentang kondisi emosi, store atmosphere dan impulse buying pada Indomaret cabang Desa Tampaksiring. Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berbelanja di Indomaret cabang Desa Tampaksirng. Karena jumlah populasi tidak bisa dihitung jumlah yang pasti, maka menurut Widiyanto (2005) dasar prngambilan sampel yang digunakan adalah:
Keterangan: n = banyak sampel yang diperlukan z = tingkat keyakinan moe = margin of error Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z = 1,96 dan tingkat kesalahan maksimal sampel yang masih bisa ditoleransi atau moe sebesar 10% maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:
n = 96,04 n = 96 (dibulatkan)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 orang kemudian dibulatkan menjadi 100 orang. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebnayk 100 orang yang dilakukan dengan teknik non probability sampling yaitu dengan sampling inccidental. Menurut Sugiyono (2009: 66) non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selanjutnya Sugiyono (2009: 67) menyatakan bahwa sampling incidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk wajib dijawab, terutama berkaitan dengan pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden sebagai sampel yang mampu mewakili populasi, yaitu konsumen Indomaret cabang Desa Tampaksiring. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likertdengan kriteria sebagai berikut. (1) Apabila pertanyaan sangat setuju (SS) diberi skor 5, (2) Apabila pertanyaan setuju (S) diberi skor 4 ,(3) Apabila pertanyaan cukup setuju (CS) diberi skor 3, (4) Apabila pertanyaan kurang setuju (KS) diberi skor 2, (5) Apabila pertanyaan tidak setuju (TS) diberi skor 1. Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data ordinal yang merupakan penjabaran dari indikator variabel sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Semua jenis pengujian dan analisis data akan dihitung dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
Menurut Sugiyono (2005:109) valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur suatu penelitian. Lebih lanjut Sugiyono menyatakan bahwa Uji validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan setiap skor dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasinya dibandingkan dengan nilai kritis pada signifikan 0,05. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diujicobakan pada 30 orang konsumen Indomaret Cabang Desa Manukaya. Menurut Ghozali (2006:45) “keputusan pengujian validitas instrumen menggunakan taraf signifikansi (α) 0,05 dengan syarat untuk dianggap valid adalah r hitung > dari nilai r tabel”. Uji reliabilitas dihitung dengan koefisien alpha cronbach menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Kriterianya, jika nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6 maka dinyatakan reliabel. Apabila koefisien alpha kurang dari 0,6 menunjukkan reliabilitas yang buruk, apabila nilai alpha berkisar 0,7 menunjukkan reliabilitas dapat diterima dan nilai alpha diatas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik. Instrumen reliabel berarti instrumen penelitian yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, untuk mengetahui pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Agar dapat menguji hipotesis, data tersebut diubah menjadi data interval melalui Method of Successive Interval
(Ridwan, 2008). Pengolahan data ordinal menjadi data interval ini menggunakan bantuan perhitungan Method of Successive Interval pada Microsoft Office Exel 2007. Analisis ini bertujuan untuk memprediksi nilai dari variabel terikat apabila nilai variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan. Penelitian ini mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yaitu kondisi emosi (X1) dan store atmosphere (X2) terhadap impulse buying dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Ŷ = a + bX1 + bX2 Keterangan Ŷ = Impulse buying a = konstanta b = koefisien regresi X1 = kondisi emosi X2 = store atmosphere HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Pengaruh parsial kondisi emosi terhadap impulse buying di Indomaret Cabang Desa Tampaksiring tahun 2016 dianalisis dengan menggunakan uji statistik ttest dengan program SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis tersebut menunjukkan besarnya pengaruh kondisi emosi terhadap impulse buying secara parsial dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji t variabel Kondisi Emosi Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
26.212
Standardized Coefficients
Std. Error
bahwa parsial buying 1.980)
T
6.744
Kondisi Emosi .265 .034 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0 for windows
Tabel 1. menunjukkan variabel kondisi emosi secara berpengaruh terhadap impulse karena nilai thitung > ttabel (7.808 >
Beta .598
Sig.
3.887
.000
7.808
.000
atau p-value < α (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi emosi secara parsial memiliki pengaruh yang
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
signifikan terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016
secara parsial dapat diketahui dari hasil analisis ttest dengan program SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis tersebut menunjukkan besarnya pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying secara parsial dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji t untuk Variabel Store atmosphere Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
Standardized Coefficients
B
Std. Error
26.212
6.744
Store Atmosphere .334 .112 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2. menunjukkan nilai thitung > ttabel (2.990 > 1.980) atau p-value < α (0.004 < 0.05), maka Ho ditolak. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel store atmosphere secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Untuk menguji pengaruh secara simultan dari variabel kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret Cabang Desa Tampaksirng tahun 2016 dilakukan dengan
Beta .229
T
Sig.
3.887
.000
2.990
.004
menggunakan uji F dengan program SPSS 16.0 for windows. Uji F ini menunjukkan analisis regresi linier berganda variabel independent yaitu kondisi emosi (X1) dan store atmosphere (X2) memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependent yaitu impulse buying (Y). Hasil analisis yang menunjukkan bahwa pengaruh kondisi emosi (X1) dan store atmosphere (X2) terhadap impulse buying (Y) berpengaruh secara simultan, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji F Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
319.712
2
159.856
37.273
.000
Residual
416.010
97
4.289
a
Total 735.722 99 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3. menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (37.273 > 2.310) atau p-value < α (0.000 < 0.05). Hal ini berarti Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi emosi dan store atmosphere memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel impulse buying.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying, maka dapat digunakan analisis koefisien determinasi (Adjusted R Square). Besarnya koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) dalam Model summary Model
R
R Square a
Adjusted R Square
1 .659 .435 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0 for windows
.423
Std. Error of the Estimate 2.07093
Durbin-Watson 2.005
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4. dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel kondisi emosi dan store atmosphere terhadap variabel impulse buying secara simultan sebesar 0,423 sehingga sumbangan pengaruh untuk variabel kondisi emosi (X1) dan store atmosphere (X2) terhadap impulse buying (Y) secara simultan sebesar 42,3%. Hal ini berarti impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016 sebesar 42,3%. ditentukan oleh
variabel kondisi emosi dan store atmosphere, sedangkan sisanya sebesar 57,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan untuk mengetahui persamaan garis regresi, pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016 digunakan analisis koefisien beta. Besarnya koefisien beta yaitu dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Koefisien Beta Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 26.212 6.744 Kondisi emosi .265 .034 Store atmosphere .334 .112 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5. dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows dapat dibuat persamaan garis regresi. Persamaan garis regresi yang dapat dibuat untuk menggambarkan pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying adalah sebagai berikut Ŷ = 26.212 + 0.265X1 + 0.334X2 Keterangan: Ŷ = impulse buying, X1 = kondisi emosi, X2 = store atmosphere Persamaan garis regresi tersebut mengartikan bahwa pada saat nilai X1 (kondisi emosi), X2 (store atmosphere), bernilai 0 atau konstan, maka nilai Y (impulse buying) sebesar 26.212. Setiap ada kenaikan variabel bebas baik X1 (kondisi emosi), dan X2 (store atmosphere), sebesar satu satuan maka akan meningkatkan Y (impulse buying) sebesar nilai koefisien beta masing-masing variabel bebas dikalikan dengan besarnya kenikan yang terjadi. Misalnya, setiap terjadi kenaikan X1 (kondisi emosi) sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan Y (impulse buying) sebesar 0,265 atau 26,5%.
Standardized Coefficients Beta .598 .229
T 3.887 7.808 2.990
Sig. .000 .000 .004
Pembahasan Hasil analisis data dalam penelitian menunjukkan bahwa kondisi emosi memiliki pengaruh parsial yang signifikan terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Temuan ini sejalan dengan pernyataan Thai (2003) yang menyatakan bahwa kondisi emosi dari konsumen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi impulse buying. Emosi merupakan suatu perasaan yang tidak dapat dikontrol namun dapat mempengaruhi perilaku atau kebiasaan seseorang. Emosi sanagt mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk. Emosi juga dapat membuat konsumen berperilaku secara impulsif. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan dari Kurniawati dan Restuti (2014), Emotional Shopping berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. menurut Gardner dan Rook (1998: 160) emosi didifinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif. Kondisi emosi konsumen dapat mempengaruhi pembelian dimana seorang konsumen yang bahagia akan melekukan pembelian lebih banyak dibandingkan dengan orang yang kurang bahagia.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
Hasil analisis data dalam penelitian ini meujukkan bahwa store atmosphere secara parsial berpengaruh terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Temuan ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Kotler (2005) yang menyatakan bahwa store atmosphere (suasana toko) adalah suasana terncana yang sesuai dengan pasar yang dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Store atmosphere merupakan suatu suasana lingkungan yang dirancang melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, wangi-wangian, suhu ruagan, penataan rak, arus lalu lintas di dalam toko dan pelayanan yang ramah dari karyawan untuk merancang mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang. Selain itu, tidak bisa dipungkiri juga bahwa luas parkir juga sangat mempengaruhi pelanggan pada dewasa ini. Semakin berkualitas pemenuhan store atmosphere yang diberikan kepada konsumen yang berbelanja di Indomaret cabang Desa Tampaksiring, maka semakin banyak konsumen yang dating untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan dari Tendai dan Crispen (2009), yang menunjukkan bahwa store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Menurut hasil penelitian Anggoro (2012) Store Atmosphere memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi emosi dan store atmosphere secara simultan berpengaruh terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Temuan ini sesuai dengan dengan pernyataan Thai (2003) yang menyatakan bahwa kondisi emosi dari konsumen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi impulse buying. Store atmosphere merupakan suatu suasana lingkungan yang dirancang melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, wangi-wangian, suhu ruagan, penataan rak, arus lalu lintas di dalam toko dan pelayanan yang ramah dari karyawan untuk merancang
mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Kotler (2005) yang menyatakan bahwa store atmosphere (suasana toko) adalah suasana terncana yang sesuai dengan pasar yang dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk mengetahui besar pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying dapat dilihat pada koefisien determinasi (Adjusted R Square). Koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan besarnya pengaruh simultan kondisi emosi (X1) dan Store atmosphere (X2) terhadap impulse buying (Y) sebesar 42,3%. Hal ini berarti kondisi emosi dan store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Sedangkan sebesar 57,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Persamaan garis regresi untuk menggambarkan pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying adalah Ŷ = 26.212 + 0.265X1 + 0.334X2. Pada saat nilai kondisi emosi dan store atmosphere bernilai 0 atau konstan, maka nilai impulse buying sebesar 26.212. Setiap ada kenaikan variabel bebas baik kondisi emosi dan store atmosphere, sebesar satu satuan akan meningkatkan impulse buying sebesar nilai koefisien beta masing-masing variabel bebas dikalikan dengan besarnya kenaikan yang terjadi. Hal ini berarti, semakin tepat pemenuhan kondisi emosi dan store atmosphere yang dilakukan Indomaret maka semakin mampu mempengaruhi impulse buying dan sebaliknya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Kondisi emosi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Impulse Buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis t tes yang menunjukkan bahwa nilai thitung = 7.808 > ttabel = 1.980 atau p-value =
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
0.000 < α = 0.05. Hal ini berarti variabel kondisi emosi sebesar 7.808 mempengaruhi impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring. (2) Store atmosphere berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Impulse Buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis t tes yang menunjukkan bahwa nilai thitung = 2.990 > ttabel = 1.980 atau p-value = 0.004 < α = 0.05. Hal ini berarti variabel store atmosphere sebesar 2.990 mempengaruhi impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring. (3) Kondisi emosi dan Store atmosphere berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Impulse Buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring tahun 2016. Hal tersebut ditunjukan dari hasil analisis Ftes yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 37.273 > Ftabel = 2,310 atau p-value = 0.000 < α = 0,05. Besarnya pengaruh secara simultan dari variabel kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying sebesar 42,3% sedangkan sisanya sebesar 57,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Persamaan garis regresi untuk menggambarkan pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying di Indomaret adalah Ŷ = 26.212 + 0,265X1 + 0,334X2. Persamaan garis regresi tersebut mengartikan bahwa pada saat nilai X1 (kondisi emosi), X2 (store atmosphere), bernilai 0 atau konstan, maka nilai Y (impulse buying) sebesar 26.212. setiap ada kenaikan variabel bebas baik X1 (kondisi emosi), dan X2 (store atmosphere), sebesar satu satuan maka akan meningkatkan Y (impulse buying) sebesar nilai koefisien beta masing-masing variabel bebas dikalikan dengan besarnya kenikan yang terjadi. Misalnya, setiap terjadi kenaikan X1 (kondisi emosi) sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan Y (impulse buying) sebesar 0,265 atau 26,5%.
Saran-saran Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bagi Perusahaan Indomaret Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi emosi dan store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying di Indomaret cabang Desa Tampaksiring. Diharapkan pihak perusahaan Indomaret tetap menjaga kualitas produk agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga dapat meningkatkan keinginan untuk membeli dari konsumen. Impulse buying bisa terjadi karena berbagai faktor baik dari dalam diri konsumen maupun luar konsumen, oleh karena itu pihak indomaret hendaknya bisa memanfaatkan hal tersebut sehigga konsumen bisa tertarik melakukan pembelian. Selain itu aspek aspek seperti store atmosphere harus tetap dijaga kenyamanan dan kebersihannya. Hal lain yang perlu ditingkatkan diperhatikan oleh pihak indomaret adalah penempatan petunjuk nama barang dan harga harus diperjelas agar mmudahkan konsumen dalam melakukan pembelian, penataan produk sesuai agar lebih disesuaikan dengan jenis produk, pelayanan dari karyawan juga perlu ditingkatkan demi kenyamanan dari konsumen saat berbelanja. (2) Bagi Akademik Bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian di bidang manajemen pemasaran pada suatu perusahaan, diharapakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait dengan pengaruh kondisi emosi dan store atmosphere terhadap impulse buying dengan metode penelitian yang sama dan perusahaan yang berbeda guna keberlakuan temuan ini secara lebih luas. Selain itu, penelitian ini perlu dikembangkan dengan mengkaji aspek-aspek lain yang mempengaruhi impulse buying.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA Alijan, Ellyana dan Dayo, Silvia Thie. 2008. Analisa Pengaruh Faktor Emotion, Hedonic Pleasure, Cognitive dan Affective terhadap pembelian impulsif di SOGO Department Store di Plasa Tunjungan Surabaya. Bachelor thesis, Petra Christian University. Alma, Buchari. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta Andi, Erlangga & Achmad Fauzi 2012. Suasana Toko Dalam Menciptakan Emosi Dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 6, No. 1, hal. 6087, Universitas Gajayana Malang Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Arikunto, S., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka CiptaCipta Baumeister, R. F. 2002. Yielding To Temptation: Self Control Failure, Impulsive Purchasing, and Customer Behavior. Reflections and Reviews. Journal of Consumer Research, 28, 670-676. Berman, Barry, and Joel R.Evans. 2007. Retail Management. New Jersey: Prentice Hall Fandy Tjiptono, 2004. Manajemen Jasa, Andi. Yogyakarta Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasan, I., 2004, Analisis Dana Penelitian Dengan Statistik, Jakarta, Bumi Aksara.
Hatane Semuel, 2006. Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen Online dengan Sumberdaya yang Dikeluakan dan Orientasi Belanja Sebagai Variabel Mediasi. Jurnal manajemen dan kewirausahaan.Vol.8.No.2. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistika. Jakarta: Bumi Hawkins, Roger & Kenneth. (2004). Consumer Behavior. Building marketing strategy 9/e.Asia : McGraw-HillAksara. Julianti, Ni Luh. 2014. Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Toserba Nusa Permai Di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Kotler, Philip dan Amstrong, 2003. DasarDasar Manajemen Pemasaran Jakarta: PT.Indeks ---------. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Indeks. ---------. dan Keller, 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1, PT.Indeks, Jakarta. --------- dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran (Edisi Kedua Belas), Cetakan Ketiga, PT. Indeks, Jakarta. ---------- dan Gary Amstrong. 2008. PrinsipPrinsip Pemasaran . Erlangga ,Jakarta. Kurniawan, D. dan Y. S. Kunto. 2013. Pengaruh Promosi dan Store Atmosphere Terhadap Impuls buying dengan Shoping Emotion Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus di Matahari Departement Store Cabang Supermall Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran 1(2) : 1-8. Loudon, D.L, dan Della Bitta, A.J, 1993, Consumer Behavior: Concepts and Application, Singapore: Mc.GrowHill, Inc Manik Yistiani, Ni Nyoman, dkk. (2012). Pengaruh Atmosfer Gerai Dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik Dan Pembelian Impulsif
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016
Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Di Denpasar Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Meldarianda, Resti. 2010. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Bandung. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE). Vol 17, no. 2, hal 97-108, Universitas Kristen Maranatha. Mowen, John C., dan Minor, Michael, (2002). Consumer Behavior. 5th Edition, Upper Saddle River, Prentice Hall, Inc., New Jersey Peter J. Paul, Olson Jerry C, 1999, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Erlangga, Jakarta Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers. Purwaningsih. 2011. Pengertian Store Atmosphere tersedia dalam http:/www.retailmanajemen.com/201 1/06/pengertianstoreatmosphere.html. (diakses tanggal 25 Januari 2016) Rani, A.A. & Sahra A. (2006). Hubungan Antara Konformitas dengan Perilaku Membeli Impulsif pada Remaja Putri. Jurnal ilmiah Psikologi. Universitas Manggala Yogyakarta, 1-12. Riduwan, dkk. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS Dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Rook, D.W. (1987), “The Buying Impulse,” Journal of Consumer Research, Vol. 14, pp. 189-199 Rook, DW, and Fisher, R.J. 1995. Trait and Normative Aspects of Impulse Buying Behaviour. Journal of Consumer Reserch. Vol. 22, No. 3, pp. 305-13 Sarah Diba, Dira. 2014. Peranan Kontrol Diri Terhadap Pembelian Impulsif Pada Remaja Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Di Samarinda. eJournal Psikologi, 2014, 1 (3): 313-323
Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Sciffiman, Leon G. Leslie, Lazar Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa oleh Zoelkifli Kasip. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT Indeks Gramedia Setiadi, Nugroho. 2010. Perilaku konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Shofwan Hanan. (2010). Pengaruh Dimensi Big Five Personality Terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Sumatra Barat. Solomon, R. Michael. 2002. Consumer Behavior, Buying, Having, and Being. 8 th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Solomon, M.R. & Rabolt, N. (2009). Consumer Behavior in Fashion, 2nd Edition. USA: Prentice Hall Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alvabeta. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Universitas Pendidikan Ganesha. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas Akhir. Singaraja: Penerbit Undiksha Widiyanto, Ibnu. 2008. Pointers: Metodelogi Penelitian. Semarang: BP Undip. Isnadi, Didik Zimmer, Marry R. 2001. Impession Of Store Atmosphere. Jurnal Of Retailing. Vol. 9, No. 3, Hal 568-569.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi (JPPE) Volume: 7 Nomor: 2 Tahun 2016