PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR DALAM TAHAPAN PENYELESAIAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN “Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Kota Malang” Ni Wayan Indah Suwarningsih1 Zulfikar Ismail 2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstract The research aimed at testing whether the competence and independence of auditor influences the audit solution stage to the financial report. The research data were obtained through questionnaires. The research obtained responses of 33 from senior auditors, managers and partners from 6 Public Accountant Offices in the Malang City. The independent variables in the research were competence and independence, while the dependent variable was the audit completion. The research was analyzed by using multiple regression analysis as analysis model. Based on the research results, it can be concluded that partially and simultaneously the competence and independence influence to the audit completion. The results showed that to improve the audit completion influenced by two variables, competence and independence. Competent auditors have many experiences and sufficient trainings that influence the audit completion, auditors are said as independent if they are not influenced by pressures and the long term relation with the client.
Keywords: : auditor competence, auditor independence, and audit completion PENDAHULUAN Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting Reeview, vol 47) memberikan definisi auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Boynton et al, 2006:5). Auditing memainkan peran penting dalam 1 2
Universitas Brawijaya,
[email protected] atau
[email protected] Universitas Brawijaya,
[email protected]
dunia bisnis, pemerintahan dan ekonomi. Auditing menawarkan peluang untuk suatu karir yang menantang dan dihargai dalam bidang akuntansi publik, industri, dan pemerintahan. Masyarakat memerlukan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen kepada masyarakat. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradireja, 1998) dalam Irawati, 2011. Undang-Undang Nomer 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyebutkan bahwa Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat. Untuk menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI,2009) menyebutkan empat karakteristik kualitatif yang harus terdapat pada laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan salah satu kendala yang sering dihadapi adalah kendala tidak tepat waktu. Perkembangan perusahaan-perusahaan go public dan non go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Bagi perusahaan go public kewajiban penyampaian laporan keuangan auditan telah diatur oleh BAPEPAM-LK melalui peraturan nomor Kep-36/Kep/PM/2003 dan peraturan BEI nomor Kep- 307/BEJ/072004 yang mengatur secara ketat waktu penyerahan laporan keuangan ke pasar modal, yaitu laporan keuangan tahunan diserahkan paling lambat akhir bulan ketiga tahun berikutnya, sedangkan laporan keuangan semesteran diserahkan paling lambat akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan.
Bagi perusahaan non go public audit atas laporan keuangan juga diharuskan oleh beberapa peraturan, diantaranya Peraturan Bank Indonesia No. 8/20/PBI/2006 pasal 4 (2.1) tentang transparansi kondisi keuangan BPR yang berbunyi: Bagi BPR yang mempunyai total aset Rp 10.000.000.000 (Sepuluh miliar rupiah) atau lebih, Laporan Keuangan yang disampaikan dalam Laporan tahunan wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Selain itu, UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 pasal 68 ayat 1.e, juga mewajibkan laporan keuangan perseroan untuk diaudit oleh akuntan publik jika perseroan mempunyai aset dan atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah). Aturan serupa juga diterapkan oleh Bank Indonesia lewat Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005. Peraturan internal setiap bank juga mengharuskan setiap debitur yang memiliki pinjaman minimal sebesar 5 milyar, maka debitur wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik kepada bank tersebut. Menurut Dyer dan Hugh (1975) dalam Mirayani dan Rustiarini 2012, lamanya waktu audit laporan keuangan dipengaruhi beberapa faktor seperti terdapatnya hal-hal yang tidak disepakati oleh manajemen klien dan auditor, masalah-masalah akuntansi dan auditing. Selain itu, proses audit merupakan proses sistematis sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikan tugas. Meskipun demikian, auditor dapat memperpanjang rentang waktu penyelesaian audit untuk memenuhi standar dan meningkatkan kualitas audit sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini sesuai dengan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menyatakan bahwa auditor perlu memiliki perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman memadai atas struktur pengendalian internal, serta bukti yang kompeten sebagai dasar menyatakan pendapat pada laporan keuangan. Audit juga dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dengan alat-alat pengumpulan bukti yang cukup memadai sehingga proses audit memerlukan waktu yang lebih panjang. Beberapa penelitian mengenai audit delay salah Wiwik 2006
satunya dalam penelitian
yaitu determinan audit delay kajian empiris di bursa efek Jakarta
menyatakan bahwa audit delay secara signifikan lebih lama pada perusahaan yang melaporkan kerugian, memperoleh opini selain unqualified opinion (WTP), dan secara significan lebih pendek pada perusahaan yang menjadi klien kantor akuntan Publik
lebih dari dua tahun. Penelitian ini dapat membantu para investor memperoleh gambaran mengenai penyebab
terjadinya audit delay yang berdampak pada
keterlambatan publikasi laporan keuangan. Selain itu, dalam penelitian Mirayani dan Rustiarini 2012 yaitu Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman, dan Disiplin Kerja Pada Rentang Waktu Penyelesaian Audit Kantor Akuntan Publik di Bali menunjukkan hasil pelatihan, pengalaman, dan disiplin kerja auditor berpengaruh pada rentang waktu penyelesaian audit Kantor Akuntan Publik di Bali, sedangkan Gender menunjukkna tidak berpengaruh pada rentang waktu penyelesaian audit Kantor Akuntan Publik di Bali. Beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas menngenai penyelesaian audit membuat peneliti tertarik melakukan penelitiaan berkenaan beberapa pengaruh dalam tahapan penyelesaian audit. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan masalah-masalah yang mempengaruhi tahapan penyelesaian laporan audit di kantor akuntan publik karena lama tidaknya laporan audit diterbitkan salah satunya di pengaruhi oleh keadaan internal dari kantor akuntan publik, keadaan internal yang penulis teliti berkenaan dengan kompetensi dan independensi auditor pada kantor akuntan publik. Pada kompetensi auditor peneliti mengambil proksi pengalaman dan pelatihan auditor mentuk mengukur pengaruh kompetensi dalam tahapan penyelesaian audit. Menurut Purnamasari (2005), pengalaman kerja yang tinggi dari seorang auditor akan bermanfaat dalam mendeteksi kesalahan dan mampu mencari penyebab kesalahan yang terjadi. Auditor yang berpengalaman dapat lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum dan wajar dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman sehingga dapat mempersingkat waktu penyelesaian tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan (Choo dan Trotman, 1991). Beberapa penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan pada rentang waktu penyelesaian audit (Wijaya, 2006; Wicaksana, 2010). Standar umum auditing pertama dalam Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor (IAPI,). Pelatihan merupakan suatu proses yang mengajarkan pengetahuan, keahlian, dan sikap sehingga seseorang semakin terampil dan bertanggung jawab sesuai dengan standar yang berlaku (Mangkuprawira, 2003).
Sedangkan pada independensi auditor peneliti mengambil proksi lamanya hubungan dengan klien dan tekanan dari klien untuk mengukur pengaruh independensi dalam tahapan penyelesaian audit. Hasil penelitian Ashtonm (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP, semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Hasil ini berbeda dengan yang ditemukan Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien KAP maka semakin lama audit delay, hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala perusahaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun kecuali tahun 1997 (karena krisis moneter). Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena akuntan publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap tekanan klien“( Supriyono, 1988:6 dalam Irawati 2011). Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien. Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah kompetensi auditor berpengaruh dalam tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan dan apakah independensi auditor berpengaruh dalam tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan.
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS KOMPETENSI AUDITOR Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa
seorang yang kompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Arens et al, 2008:5). Pada penelitian ini peneliti mengukur kompetensi dengan cara menggunakan proksi pengalaman dan pelatihan auditor. INDEPENDENSI AUDITOR Independensi menurut Arens et al (2008 : 111) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Independensi menurut Mulyadi (2002 : 26-27) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dalam
kenyataannya
auditor
seringkali
menemui
kesulitan
dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002 : 27) : 1) Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2) Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya. 3) Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Lavin (1976) meneliti 3 faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu : (1) Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien, dan (3) Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien, Shockley (1981) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu (1) Persaingan antar akuntan publik, (2) Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, (3) Ukuran KAP, dan (4) Lamanya hubungan audit. Sedangkan
Supriyono
(1988)
meneliti
6
faktor
yang mempengaruhi
independensi, yaitu: (1) Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3) Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan antar KAP, (5) Ukuran KAP, dan (6) Audit fee. Elfarini (2007) mengukur independensi diukur melalui lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit. Pada penelitian ini peneliti mengukur independensi dengan cara menggunakan proksi lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien. PENYELESAIAN AUDIT Dalam penyelesaian audit, auditor sering bekerja dengan kendala waktu yang ketat, terutama apabila klien menghendaki agar laporan audit dapat segera diterbitkan. Meskipun waktu tidak bisa diulur-ulur auditor, namun auditor harus menyediakan waktu yang cukup untuk dapat melakukan pertimbangan professional dan menyatakan pendapat yang tepat sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Tanggung jawab auditor dalam penyelesaian audit dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : (1) penyelesaian pekerjaan lapangan, (2) penilaian atas temuan, (3) komunikasi dengan klien dan (4) tanggung jawab setelah audit (Boynton et al,2006:894). Menurut Arens et al (2008:36), Laporan Audit adalah tahap terakhir dari prosedur audit yang merupakan komunikasi dari penemuan auditor untuk user.
Menurut Mulyadi (2002: 10), Laporan Audit aalah media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya dan media untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Ada pengaruh kompetensi auditor dalam tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan. H2: Ada pengaruh independensi auditor dalam tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan.
METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang ada di Kota Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling (sampel kemudahan). Auditor yang dijadikan responden adalah auditor senior, partner dan manajer. Jumlah reponden yang digunakan sebesar 40 dari 8 kantor akuntan publik yang memenuhi kreteria penentuan sampel. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode pengumpulan data survei. Data yang terkumpul diolah menggunakan SPSS 17. Pengujian yang dilakukan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 40 kuesioner. Adapun kuesioner yang tidak kembali sebanyak 1 buah, sehingga jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 39 buah. Setelah diperiksa terdapat 6 buah kuesioner yang tidak dapat digunakan. Dengan demikian, tingkat respon rate dalam penelitian ini adalah 97,5% dan kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 33 buah sebagai sampel dalam penelitian ini. Uji Kualitas Data Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner sudah memenuhi uji validitas karena nilai Pearson Correlation menunjukkan >0,5 dan signifikan <0.05. Untuk uji realibilitas, nilai Cronbach Alpha dalam penelitian ini >0,6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua variabel reliabel.
Uji Asumsi Klasik Berdasarkan
pengujian
Kolmogorov-Smirnov,
untuk
variabel
dependen
Penyelesaian Audit (Y) menghasilkan koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,988 dengan nilai signifikansi >0,05 yaitu sebesar 0,283. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk Penyelesaian Audit (Y) telah memenuhi asumsi normalitas. Seluruh variabel menghasilkan nilai VIF ≤10 dan nolai Tolerance >0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Y tidak terdapat gejala multikolinieritas. Nilai signifikansi uji koefisien korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai probabilitas >0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi Y memenuhi homokedastisitas. Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap penyelesaian audit. Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan sebagai berikut : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Unstandardized Standardized T Sig. Keterangan Coefficients (B) Coefficients (β) hitung (Constant) -64,587 -1,800 0,082 Tdk Signifikan Kompetensi Auditor (X1) 2,104 0,390 2,612 0,014 Signifikan Independensi Auditor (X2) 1,284 0,403 2,700 0,011 Signifikan T tabel = 2,042 R = 0,663 R Square = 0,439 F hitung = 11,760 F tabel = 3,316 Sign. F = 0,000 = 0,05 Sumber : Data Primer (diolah) Variabel
Hasil analisis regresi berganda didapatkan koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,663 dengan koefisien determinasinya (R2 ) sebesar 0,439 atau 43,9%. Nilai F regresi sebesar 11,760 dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda diatas model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut: Y = -64,587 + 2,104X1 + 1,284X2 + e
Berdasarkan tabel hasil uji regresi linier berganda diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0,439 atau 43,9%. Artinya bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 43,9% oleh variabel kompetensi auditor dan independensi auditor sedangkan sisanya sebesar 56,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar 2 variabel yang diteliti. Pembahasan Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat kompetensi seorang auditor maka semakin tinggi penyelesaian auditnya, tetapi pengaruh positif yang ditimbulkan sebesar 2,104 jauh dari nilai signifikan 0,05, yang artinya kompetensi yang dimiliki seorang auditor mempengaruhi peningkatan penyelesaian auditnya, sedangkan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyelesaian audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula tingkat penyelesaian audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Untuk variabel kompetensi (X1) yang diproksikan melalu pengalaman auditor dan pelatihan auditor, auditor memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,104 satuan yang berarti bahwa jika kompetensi yang dimiliki auditor naik satu satuan maka akan meningkat penyelesaian auditnya sebesar 2,104 satuan. Adapun untuk variabel independensi (X2) yang diproksikan dalam lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyelesaian audit, yakni dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,284 yang berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel independensi maka akan meningkatkan penyelesaian audit yang dihasilkan oleh auditor sebesar 1,284 satuan. Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan penyelesaian audit dipengaruhi oleh dua variabel yaitu kompetensi dan independensi, hal ini dapat dipahami karena jika auditor berkompetensi dengan memiliki pengalaman audit yang banyak dan memiliki pelatihan yang cukup maka akan mempengaruhi peningkatan penyelesaian audit dan jika auditor benar-benar dikatakan independen maka akan tidak terpengaruh oleh kliennya. Auditor akan dengan leluasa melakukan tugas-tugas auditnya. Namun jika tidak memiliki independensi terutama jika mendapat tekanan-
tekanan dari pihak klien maka penyelesaian audit yang dihasilkannya juga tidak maksimal. PENUTUP Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara kompetensi auditor dan independensi auditor dalam tahapan penyelesaian audit. Nilai R square penelitian sebesar 0,439 yang artinya bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 43,9% oleh variabel kompetensi auditor dan independensi auditor sedangkan sisanya sebesar 56,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain variabel penelitian ini. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian ini dengan meneliti variabel-variabel lain yang berpengaruh dalam tahapan penyelesaian audit atas laporan keuangan. Instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mungkin belum dapat menggambarkan secara utuh kondisi yang terjadi. Peneliti selanjutnya dapat melakukan wawancara untuk mengatasi kelemahan pada kuesioner. Penelitian selanjutnya hendaknya peneliti dapat mengembangkan penelitian di Kantor Akuntan Publik di kota lain atau Kantor Akuntan Publik di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., Mark S. Beasley & Randal J. Endar. 2008. Auditing and Assurance Services. England: Pearson Education Limitid Boynton, William C., Johnson, Raymond . 2006. Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity of Financial Reporting, 8th ed. United States of Amerika: John Wiley & Sons, Inc Directory Kantor Akuntan Publik. 2012. Institut Akuntan Publik Indonesia. (online). (http://iapi.or.id). Diakses 5 Oktober 2012 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Multivarite dengan SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik 31 Maret 2011. Jakarta: Diperbanyak oleh Salemba Empat Sekaran, Uma. 2010. Research Methods for Business : A Skill Building Approach, Fifth Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd. Mirayani dan Rustiarini.(2012). Pengaruh Gender, Pelatihan, Pengalaman, Dan Disiplin Kerja Auditor Pada Rentang Waktu Penyelesaian Audit Kantor Akuntan Publik Di Bali. Jurnal Riset Akuntansi Hal. 166-180
Utami, Wiwik.(2006).Analisis Determinan Audit Delay.Jurnal Bulletin Penelitian No.09 Irawati, Nur.2011.Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Makassar.Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar Lauw Tjun Tjun.2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas.Skripsi.Universitas Kristen Maranatha Bandung ___________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Akuntan Publik.(online), diakses tanggal 15 November 2012 ___________. Peraturan nomor Kep-36/Kep/PM/2003 dan peraturan BEI nomor Kep307/BEJ/07-2004 BAPEPAM-LK. (online), diakses tanggal 15 November 2012 ___________. Peraturan Bank Indonesia No. 8/20/PBI/2006 pasal 4 (2.1).(online), diakses tanggal 15 November 2012 Wirakusuma, Made Gede. 2006.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit Pada Perusahaan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal AUDI.Volume 1, No. 1. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Kharismatuti,Norma.2012.Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.Skripsi. Universitas Diponegoro Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Widosari, Shinta Altia.2012. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia tahun 2008-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro Candra Sari, Hesti.2011. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia tahun 2008-2009. Skripsi. Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009, Salemba Empat, Jakarta 2009. Novityanti, Putri dan Bandi. 2002. Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan. Simposium Nasional Akuntansi V. hal:481-488.