Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
PENGARUH ORIENTASI ETIKA, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Hadiono, Yogyakarta) Dwi Saptianingrum1 dan Luluk Kholisoh2 ABSTRAK
This study aims to determine the effect of orientation Ethics, Competence and Independence Auditor of the Quality Audit Report, Case Study On Public Accounting Firm Hadiono, Yogyakarta using data collection methods such as interviews and questionnaires. For data analysis methods used in this research is descriptive analysis method with the quantitative and qualitative description of measurement methods and statements and can be expressed in the form of numbers. Based on the results of the t test that the Ethics Orientation positive effect, but not significant with t value of 0.362 and a significance value of 0.726. Competence Auditor positive effect, but not significant with t value of 0.061 and a significance value of 0.953. Auditor independence of positive effect, but not significant with t value of 1.978 and significance of 0.083. Overall the F test for the variable orientation of Ethics, Competence Auditor and Auditor Independence, F arithmetic
PENDAHULUAN
Profesi akuntan di Indonesia pada masa yang akan datang menghadapi tantangan yang semakin berat. Dalam bidang keuangan, akuntan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesarnya terhadap jalannya tata kelola perusahaan secara baik dan benar. Profesi akuntan merupakan kunci keberhasilan ekonomi global yang transparan sehingga profesi akuntan publik merupakan profesi yang strategis dalam menciptakan iklim bisnis yang baik dan mendorong timbulnya investasi baru. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya dan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu jasa profesional yang independen dan obyektif (yaitu akuntan publik) untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Banyaknya kasus perusahaan yang gagal jika dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi 1 2
Mahasiswa STIE Nusa Megarkenacana Dosen STIE Nusa Megarkencana
ISSN-1411-3880
1
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
masyarakat, khususunya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam prakteknya seorang akuntan yang sering menghadapi situasi dilematis, yaitu di samping melayani klien yang membayar fee untuk pekerjaan profesional yang diberikannya juga harus menghadapi tuntutan masyarakat untuk memberikan laporan yang fairness sehingga sering terjadi pelanggaran-pelanggaran etika. Pelanggaran etika seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai jasa profesi akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja lebih profesional dengan mengedepankan integritas diri dan profesinya sehingga hasil pelaporannya benar-benar adil dan transparan, masyarakat semakin meyakinkan komitmen akuntan publik terhadap kode etik profesinya. Kode etik akuntan, seperti kode profesional yang lain, ditetapkan dengan aturan yang sangat umum, dimana anggotanya diharapkan untuk mematuhi. Organisasi akuntan saat ini telah merumuskan kebijakan-kebijakan yang mengatur secara umum hubungan anggota dengan klien dan pihak ketiga. Sehingga terjadi perubahan dalam iklim peraturan dan bisnis yang mempengaruhi kualitas perilaku etika dalam praktek. Akuntan memiliki kewajiban terhadap organisasi yang mereka abdi, profesi, masyarakat dan pihak-pihak lain yang menjaga perilaku etis dengan standar tertinggi, sehingga akuntan juga bertanggungjawab untuk menjaga kompetensi dan menjaga kerahasiaan, integritas dan obyektivitas. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri sendiri. Akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka. Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etik yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etis dalam setting auditing misalnya, dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam situasi konflik ini, maka pertimbangan proefsional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Hal inilah yang menarik untuk diperhatikan, dimana dari satu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas dan etika profesi, namun disisi lain auditor juga harus menghadapi tekanan dari klien dalam berbagai pengambilan keputusan. Jika auditor tidak mampu menolak tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional atau keuangan maka independensi auditor telah berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi independensi tersebut adalah jangka waktu dimana auditor memberikan jasa kepada klien (auditor tenure).Untuk itu perlu dilakukan penelitian apakah orientasi etika, kompetensi dan independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit ? Artikel ini disusun dengan diawali dengan pendahuluan mengenai latar belakang penelitian, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan diskusi hasil serta ditutup dengan kesimpulan dari hasil penelitian ini. B. 1. a.
LANDASAN TEORI Orientasi Etika Pengertian Orientasi Etika Forsyth (1980) dalam Aziza dan Salim (2008) berpendapat bahwa orientasi etika adalah tujuan utama perilaku profesional yang berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku dan digerakkan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan tingkat dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan tanpa melanggar kaidah moral.
ISSN-1411-3880
2
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak bersikap idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi dengan meninggalkan sikap independensi. Di sisi lain, sikap relativisme secara implisit menolak moral absolut pada perilakunya. Konsep idealisme dan relativisme tidak berlawanan, namun menunjukkan dua skala yang terpisah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 tentang klasifikasi orientasi etika. Tabel 1. Klasifikasi Orientasi Etika Relativisme Tinggi Relativisme Rendah Idealisme Tinggi Situationist Absolutist Menolak kaidah moral;menganjurkan Asumsi kemungkinan hasil analisisindividual dari setiaptindakan terbaik akan selalu dicapai dalam setiapsituasi; relativistis. jika mengikuti kaidah moral secara keseluruhan IdealismeRendah Subjectivist Exceptionist Penilaian didasarkan pada nilai Moral yang absolut personal dan perspektif daripada mengarahkan pada judgment prinsip moral secara keseluruhan; tetapi secara pragmatik relativistis. pengecualian untuk standar; berfaedah (utilitarian). Sumber: Sumber: Forsyt (1981) dalam Azizah, 2008 Orientasi setiap individu ditentukan oleh kebutuhannya dan kebutuhan tersebut berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu yang akan menentukan harapan-harapan atau tujuan dalam setiap perlakuannya sehingga pada akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. b. Etika Etika profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya bagi masyarakat. Etika profesi merupakan suatu konsensus dan dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut sebagai “kode etik”, disebut juga kode etik akuntan bagi etika profesional praktik akuntan. Secara umum etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang akan dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Pembahasan mengenai etika, tidak lepas dari pembahasan mengenai moral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya secara loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991). c. Prinsip Etika Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku proefsionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Adapun prinsip etikarmasuk: tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehatihatian professional, kerahasiaan, perilaku professional dan standar teknis. d. Aturan Etika Aturan etika dalam Ikatan Akuntan Indonesia secara khusus ditujukan untuk mengatur perilaku profesional yang menjadi anggota kompartemen Akuntan publik. Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Adapun aturan etika yang harus ditaati adalah: independensi, integritas dan obyektivitas, kepatuhan terhadap standar,
ISSN-1411-3880
3
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
tanggung jawab terhadao klien, tanggung jawab kepada rekan seprofesi dan tanggung jawab dengan praktik lain. 2. Kompetensi Auditor Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Seangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Ketrampilan dari seorang ahli yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Pengalaman audit yang cukup eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. (Sri Lastanti, 2005:88) Sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam menilai kompetensi adalah: kompetensi auditor individual dan kompetensi audit tim. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit. Kompetensi besaran KAP sering diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain.Lebih spesifik terdapat 5 (lima) tahapan yang membedakan proses keahlian auditor, yaitu: 1. Tahap Novice yaitu tahapan dalam mengenal terhadap kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh keahlian para staf audit pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi. 2. Tahap advanced beginner, pada tahap ini auditor sangat bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan. 3. Tahap Competence, pada tahap ini auditor harus mempunyai cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit. 4. Tahap disebut Profiency, pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada pengalaman yang lalu. Disini instuisi mulai digunakan dan pada akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh analisis yang substansial. 5. Tahap expertise, pada tahap ini auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada instuisinya bukan pada peraturanperaturan yang ada. Walaupun terdapat beberapa definisi diatas, secara umum belum masih terdapat perbedaan ada kesepakatan mengeani definisi keahlian diantara peneliti. Konsekuensinya, konsep dari keahlian harus dioperasikan dengan melihat beberpa variabel atau ukuran.Dalam prakteknya, definsi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi (official recognition) seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus (consensual acclamation) seperti prngakuan terhadap seorang spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atributatribut keahlian (Mayangsari, 2003).
ISSN-1411-3880
4
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
3.
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Independensi Auditor Independensi secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan obyektivitas tidak dapat diukur dengan pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi profesi akuntan publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya. Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperoleh kepercayaan diri dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Kegagalan auditor mempertahankan sikap independensinya, maka anggapan masyarakat bahwa semua akuntan publik tidak independen. Kecurigaan tersebut dapat berakibat berkurang atau hilangnya kredibilitas masyarakat terhadap jasa audit profesi auditor independen. Dalam aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik (2001) disebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Selain itu benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. 4. Kualitas Audit Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi, kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas dan secara potensial saling mempengaruhi. Persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor. Kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Dari pengertian tentang kualitas audit di atas bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan untuk dapat menjalankan kewajibannya ada tiga komponen yang harus dimiliki auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi, dan due professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin hasil operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yang tergambar dengan data yang lebih tinggi dengan maksud untuk mendapatkan penghargaan (misalkan bonus). Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesai dengan keinginan klien. Auditor memiliki posisi yang strategis baik di mata manajemen maupun di mata pemakai laporan keuangan. Selain itu pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keungan auditan dan jasa yang diberikan auditor mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya.
ISSN-1411-3880
5
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya, (Kusharyanti, 2003:25). 5. Penelitian Terdahulu Ariesanti (2001), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hanya pengetahuan saja yang berpengaruh terhadap kualitas auditor, pengalaman auditor ternyata tidak banyak memberikan kontribusi untuk meningkatkan keahlian auditor, berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas auditor. Hasil penelitiannya juga menunjukan pengalaman tidak berpengaruh terhadap keahlian auditor, sehingga pengalaman tidak berpengaruh pula terhadap kualitas auditor, jumlah klien yang banyak dan jenis perusahaan (go publik atau belum go publik) tidak dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas audit yang dilakukan auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Kusharyanti (2003:26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Alim (2007) membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Kitta (2009), penelitian pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dimana hasil penelitiannya menggambarkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh meningkatkan kualitas audit, idealisme orientasi etika auditor tidak menguatkan atau melemahkan hubungan antara kompetensi dengan kualitas audit. 6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini yaitu: H1 Orientasi Etika berpengaruh terhadap kualitas audit H2 Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit H3 Independensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit H4 Orientasi Etika, kompetensi dan independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit Jika di gambarkan model hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 OA-1 H2 KA-1
KA H3
IA-1
ISSN-1411-3880
H4
OA-1 KA-1 IA-1 KA
: Oreientasi Etika : Kompetensi Auditor :Independensi Auditor : Kualitas Audit
6
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
C. 1.
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
METODE PENELITIAN Definisi Oprasional Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Orientasi Etika (X 1) Kompetensi Auditor (X2), Indepensi Auditor (X3), dan satu variabel dependen yaitu Kualitas Audit (Y).Orientasi Auditor (X1) adalah tujuan dilakukannya pemeriksaan dalam sebuah penugasan auditor. Kompetensi Auditor (X2) adalah auditor yang dengan pengetauhan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.Independensi Auditor (X3) adalah sikap yang diharapkan seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip intregritas dan objektivitas.Kualitas audit (Y) adalah segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat melakukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akutansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akutan publik yang relevan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik Drs. Hadiono Yogyakarta yang beralamat di Jl. Kusbini No. 27 Yogyakarta. Telephone 0274-555100, Fax 0274-555101 dengan jangka waktu penelitian Maret – April 2014.Kantor Akuntan Publik Drs. Hadiono telah banyak menghasilkan jasa akuntan dan telah banyak menerima klien dari permohonan jasa akuntan, mulai dari perusahaan jasa hingga perusahaan manufaktur, Perusahaan Daerah maupun perusahaan umum (sekitar lebih dari 43 perusahaan). Adapun Jasa yang diberikan berupa: jasa audit laporan keuangan, jasa audit khusus, jasa atestasi, jasa review laporan keuangan, jasa kompilasi laporang keuangan, jasa konsultasi dan jasa perpajakan. b. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh staf auditor (partner, senior dan junior auditor) pada Kantor Akuntan Publik Drs.Hadiono di Yogyakarta. Metode penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner. c.
Instrumen Penelitian Konsep dalam penelitian ini meliputi konsep kompetensi dan independensi sebagai variabel bebas, dimana kompetensi di proksikan dalam 2 sub variabel yaitu pengetahuan dan pengalaman. Independensi diproksikan ke dalam 4 sub variabel yaitu tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien, telaah dari rekan audit dan jasa non audit dan sebagai variabel terkaitnya adalah kualitas audit.Konsep-konsep tersebut diukur dengan memberikan skor untuk setiap jawaban responden dengan menggunakan 5 skala Likert baik untuk jenis pernyataan positif dan pernyataan negatif. Bentuk pernyataan terbagi atas pernyataan positif dan negatif. Tabel 2.menyajikannomor dari setiap jenis pernyataan yang terdapat dalam instrumen penelitian. Tabel 2. Jenis Pernyataan Variabel Sub Variabel Peneltian Jenis Nomor Penelitian Pernyataan Pernyataan 1,2,3 ,4 • Tanggungjawab Profesi Auditor Positif Negatif Orientasi Etika • Integritas Positif 1,2,3,4 Auditor Negatif Positif 1,2,3,4,5 • Objektivitas Negatif
ISSN-1411-3880
7
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Kompetensi Auditor
Indepedensi Auditor
Kualitas Audit
•
Pengetahuan
•
Pengalaman
•
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Positif Negatif Positif Negatif
1,3,4,6 2,5 7,8,10 9
Lama hubungan dengan klien
Positif Negatif
1,2 3
•
Tekanan dari klien
Positif Negatif
5 4,6,7,8,9
•
Telaah dari rekan auditor
Positif Negatif
10,11
•
Jasa non audit
Positif Negatif
12,14 13
•
Kualitas Laporan
Positif Negatif
2,3,4,5,6 1
Sumber: Data yang diolah Kuisioner dalam penelitian ini pernyataannya mengenai kompetensi, independensi dan kualitas audit. Jenis pernyataan adalah tertutup, dimana responden tinggal memberi tanda trick mark () pada pilihan jawaban yang telah tersedia. d. Metode Analisis dan Teknik Data 1. Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Korelasi berganda adalah hubungan dari beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Jika satu variabel dependen bergantung pada lebih dari satu variabel independen, hubungan variabel tersebut termasuk analisis regresi berganda. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y = α + blX1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y : Kulalitas Audit X1 : Orientika Auditor X2 : Kopetensi Auditor X3 : Independensi Auditor α : Konstanta β : Koefisien Regresi e : Error 2. Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan di uji dengan menggunakan analisis regresi linear, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi dan indepensi auditor sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen. Analisis regresi dilakukan baik secara parsial maupun simultan. Untuk menguji hipotesis secara simultan dengan uji F dan secara parsial dengan uji t. D. 1. a.
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Analisis Deskriptif Analisi Deskriftif Demografi Responden Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik Drs. Hadiono yang memiliki 38karyawan tetap dan tidak tetap, akan tetapi hanya ada 12 karyawan yang dijadikan responden dalam menjawab kuisioner. Adapun klasifikasi responden berdasarkan karakteristik yang
ISSN-1411-3880
8
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
dijadikan pertanyaan dalam kuisioner yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan lama bekerja sebagai akuntan KAP. Responden yang berjenis kelamin Pria sebanyak 11atau 92% sedangkan responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 1 atau 8%. Responden yang berpendidikan S1 sebanyak 9 responden atau 75% sedangkan responden yang berpendidikan S2 sebanyak atau 25%. 5 orang responden atau 42,0% bekerja kurang dari 1 tahun sebagai akuntan dan 4 orang responden atau 33,0% telah bekerja antara 1 sampai 3 tahun. sebagai akuntan dan 3 orang responden atau 25,0% telah bekerja lebih dari 3 tahun. b. Analisis Deskriftif Variabel Penelitian Analisis didasarkan dari jawaban responden sebanyak 12 yang memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut. Statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel N Mean Std. Deviasi Kualitas Audit 12 4,85333 0,835 Orientasi Etika 12 4,66667 0,502 Kompetensi Auditor 12 4,44066 0,495 Independensi Auditor 12 4,67437 0,552 Sumber: data diolah Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada variabel Kualitas Audit memiliki nilai mean sebesar 4,853 dengan standar deviasi 0,853. Variabel Orientasi Etika memiliki nilai mean sebesar 4,66667 dengan standar deviasi 0,502. Variabel Kompetensi Auditor memiliki nilai mean sebesar 4,44066 dengan standar deviasi 0,495 dan variabel Independensi Auditor memiliki nilai mean sebesar 4,67437 dengan standar deviasi 0,552. 2. a.
Hasil dan Analasis Hasil Uji KoefisienRegresi Parsial (Uji t) Uji t ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Kualitas Audit yang dihasilkan secara parsial terhadap Orientasi Etika Auditor, Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor. Tabel 4. menunjukkan bahwa hasil uji koefisien Regresi Parsial (uji t) secara bersama-sama adalah: Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Regresi Coefficie ntsa
Model 1
(Constant) Orientasi Etika Kompetensi Auditor Indepensi Auditor
Unstandardized Coefficients B Std. Error 26,615 6,204 ,016 ,044 ,008 ,126 ,240 ,121
Standardized Coefficients Beta ,111 ,018 ,588
t 4,290 ,362 ,061 1,978
Sig. ,003 ,726 ,953 ,083
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
1)
Variabel Orientasi Etika Rata-rata Pengaruh OrientasiEtika(X1) terhadap Kualitas Laporan Audit(Y)adalah 0,016 dengan t hitungsebesar 0,362 dan nilai signifikasinya 0,726.Mengingat nilai signifikasi> 0,05,makadapat disimpulkan bahwa X1berpengaruh positif terhadap Y, namun secara statistic tidak signifikan. 2) Variabel Kompetensi Audit Rata-rata Pengaruh Kompetensi Auditor (X2) terhadap Kualitas Laporan Audit (Y) adalah 0,08dengan t hitungsebesar 0,061 dan nilai signifikasinya sebesar 0,953. Mengingat nilai signifikasi> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa X2 berpengaruh positif terhadap Y, namun secara statistic tidak signifikan.
ISSN-1411-3880
9
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
3)
Variabel Independensi Auditor Rata-rata Pengaruh Independensi Auditor (X3) terhadap Kualitas Laporan Audit (Y) adalah 0,240 dengan t hitungsebesar 1,978 dan nilai signifikasinya sebesar 0,083.Mengingat nilaisignifikas i> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa X3 berpengaruh positif terhadap Y, namun secara statistic tidak signifikan. b. Uji Koefisien Regresi Serempak (F) Dari koefisien regresi yang diperoleh dari analisis akan di uji signifikansi pengaruhnya secara serempak terhadap Orientasi, Kompetensi dan Independensi. Tabel 5. Uji Model Regresi Berganda ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2,852 5,815 8,667
df 3 8 11
Mean Square ,951 ,727
F 1,308
Sig. ,337 a
a. Predictors: (Constant), Indepensi Auditor, Kompetensi Auditor, Orientasi Etika b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Berdasarkan uji F untuk variabel Orientasi etika, Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor, Fhitung< dari Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan ditolaknya Ha, maka dapat disimpulkan bahwa Orientasi etika, Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Laporan Auditor. Selainitu, pengukuran seluruh variabel mengandalkan pengukuran subyektif sangat rentan terhadap munculnya kesalahan pengukuran.Jika dilihat dari 4 (empat) Penelitian Terdahulu (Ariesanti 2001, Kusharyanti 2003, Alim 2007, Kitta 2009), hanya Ariesanti 2001 yang menyatakan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap Keahlian Auditor,sehingga Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Audit. Untuk variabelpengalaman,penelitianAriesanti (2001), sejalandenganhasilpenelitianini, namunvariabel lain tidak.Ariesanti (2001) mengambil sampel 79 responden dari 18 Kantor Akuntan Publik yang ada di Semarang. Profesi Akuntan Publik (auditor) ibarat “pedang mata dua)”, di satu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas dan etika profesi, namun di sisi lain juga harus menghadapi tekanan dari klie dalam berbagai pengambilan keputusan auditor. Jika auditor tidak mampu menolak tekanan personal, emosional atau keuangan (fee audit) maka independensi auditor telah berkurang dan bisa mempengaruhi kualitas audit. c. Uji Linieritas Dari Tabel 6. menunjukkan nilai r2 sebesar 0,329 dengan jumlah n observasi 12, maka besarnya nilai c2hitung = 12 x 0,574 = 6,888. Nilai ini dibandingkan dengan c 2 tabel dengan df = (n-k) atau (12-4) = 8 dan tingkat signifikansi 0,05 didapat nilai c 2tabel = 2,3060. Oleh karena nilai c2hitung< c2tabel maka dapat disimpulkan bahwa model yang benar adalah model linear.
ISSN-1411-3880
10
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Tabel 6. Hasil Linieritas
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Model Summ aryb Model 1
R R Square ,574 a ,329
Adjusted R Square ,077
Std. Error of the Estimate ,85256
DurbinWatson 1,955
a. Predictors: (Constant), Indepensi Auditor, Kompetensi Auditor, Orientasi Etika b. Dependent Variable: Kualitas Audit
E.
KESIMPULAN Dari hasil analisis dapat disimpulakan sebagai berikut: 1. Orientasi Etika Auditor, Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Audit. 2. OrientasiEtika(X1) memiliki nilai pengaruh yang positif rata-rata sebesar 0.016 terhadap kualitas laporan audit, sehingga semakin berperilaku profesional yang berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai serta idealisme yang baik, maka akan menghasilkan laporan audit yang baik. 3. Kompetensi Auditor (X2) memiliki nilai pengaruh yang positif rata-rata sebesar 0,08 terhadap kualitas laporan audit, sehingga semakin auditor memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup baik, maka akan menghasilkan laporan audit yang baik. 4. Independensi Auditor (X3) memiliki nilai pengaruh yang positif rata-rata 0,240 terhadap kualitas audit, sehingga kemampuan auditor untuk bertindak berdasarkan integritas dan obyektifitas yang cukup baik akan menghasilkan laporan audit yang baik. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Laporan Audit, faktoryang paling dominan memberikan pengaruh terhadap Kualitas Laporan Audit adalah faktor Independensi Auditor dengan nilai 0,240. Dengan demikian yang menjadi pengaruh Kualitas Laporan Audit pada Kantor Akuntan Publik Drs. Hadiono Yogyakarta adalah Independensinya. Sampel penelitian ini terbatas pada auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik Drs. Hadiono saja, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir untuk mewakili seluruh auditor di Yogyakarta atau di Indonesia. Selain itu, pengukuran subyektif atau berdasarkan pada persepsi responden saja. Pengukuran subyektif rentan terhadap kesalahan pengukuran. F. DAFTAR PUSTAKA Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi,Proceeding Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. Ariesanti, Alia. 2001. Persepsi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Djogyakarta. Thesis S2. Universitas Gajah Mada. Aziza, N. and Salim A. 2008. “ Pengaruh Orientasi Etika Pada Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan)” Paper dipresentasikan di Simposium Proceeding Nasional Akuntansi 11, Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro, Semarang.
ISSN-1411-3880
11
Pengaruh Orientasi Etika, kompetensi dan Independensi
Dwi Saptianingrum, Luluk Kholisoh
Indriantoro, Nur dan Bambang Supeno, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke satu. Penerbit BPFE, Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta Keputusan Menteri Keuangan RI No. 423/KMK.02/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Kitta, Syfarudin, 2009, Pengaruh Kompetensi, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit yang dimoderasi Orientasi Etika Auditor (Studi pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan), Tesis. Kusharyanti, 2003, Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Dating, Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Mayangsari, S., 2003, Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6.No. 1. Januari. p. 122. Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005 Sukamto, 1991, Pengajaran Etika Profesional, Makalah Seminar Pengajaran Audit Akuntansi, PAU UGM.
ISSN-1411-3880
12