PENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN Wiradat Anindito Abstrak Pertumbuhan lalu lintas yang begitu cepat di Indonesia khususnya di daerah perkotaan perlu dimbangi dengan perbaikan kinerja prasarana lalu lintas seperti perbaikan jalan dan perbaikan persimpangan. Tundaan yang besar pada suatu persimpangan menyebabkan orang enggan untuk melewati persimpangan tersebut dan memilih melewati rule yang lain, sehingga lokasi kemacetan menjadi lebih menyebar. Dalam perencanaan transportasi, pemodelan jaringan jalan sangat membatu dalam menganalisis kinerja suatu jaringan jalan. Sering dalam pemodelan jaringan jalan khususnya di perkotaan suatu persimpangan dianggap berupa suatu titik padahal di persimpangan tersebut terdapat banyak pergerakan yang tiap-tiap pergerakan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. IHCM 1997, menyatakan bahwa kapasitas dan kinerja sistem jaringan jalan pada suatu kota sangat tergantung pada kinerja persimpangan, bukannya kinerja segmen jalan antar persimpangan. Dalam tulisan ini akan dibahas seberapa jauh pengaruh kinerja suatu persimpangan terhadap proses pemilihan rule pada jaringan jalan -yang berdampak pada kebutuhan akan perbaikan jaringan jalan. Kata kunci: pemodelan, tundaan, persimpangan, pemilihan rule.
1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dalam beberapa dekade saat ini menyebabkan bertambahnya pula pergerakan orang atau penduduk dalam suatu wilayah atau kota. Pergerakan orang atau penduduk tersebut dapat menggunakan moda transportasi yang paling sederhana dari berjalan kaki. sampai menggunakan moda transportasi darat yang berteknologi tinggi. Bila proses pergerakan tersebut berupa jalan kaki, masih belum menimbulkan masalah berupa kemacetan di jalan. Tetapi akan berbeda bila pergerakan tersebut menggunakan kendaraan bermotor terutama kendaraan pribadi. Di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya, khususnya bagi kota-kota berpenduduk 1 juta jiwa, masalah kemacetan sudah menjadi suatu masalah yang serius. Masalah kemacetan di jalan dapat ber-dampak pada antrian (queue), tundaan (delay) dan polusi udara dan suara. Kemacetan terjadi akibat tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan transportasi (transport demand) dan prasarana
transportasi (transport supply). Pertumbuhan kebutuhan transportasi yang tinggi tidak dapat diimbangi oleh prasarana transportasi. Banyak usaha dilakukan untuk mengimbangi pertumbuhan kebutuhan transportasi tersebut, salah satunya ada-lah dengan cara membangun jalan baru. Tetapi pembangiinan jalan baru tersebut juga menimbulkan konsekuensi dengan munculnya persimpangan-persimpangan baru. IHCM 1997, menyatakan bahwa kapasitas dan kinerja sistem jaringan jalan pada suatu kota sangat tergantung pada kinerja persimpangan bukannya kinerja segmen jalan antar persimpangan. Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada persimpangan adalah berupa antrian dan tundaan. Orang akan enggan untuk melewati persimpangan terutama bila persimpangan tersebut memiliki. antrian yang panjang dan tundaan yang tinggi. 2. PEMODELAN EMPAT TAHAP Proses perencanaan transportasi bertujuan untuk memprediksikan kebutuhan transportasi secara kuantitatif pada suatu
37
wilayah studi. Dalam proses perencanaan transportasi dikenal suatu konsep pemodelan yang dinamakan konsep pemodelan empat tahap (fourth stages transport models). Konsep pemodelan empat tahap terdiri dari: • Bangkitan / tarikan perjalanan (Trip Generation) • Sebaran perjalanan (Trip Distribution) • Pemilihan Moda (Moda/Sptit) • Pembebanan Jaringan (Trip Assignment). Ke-empat tahapan tersebut merupakan
suatu urutan langkah yang dilakukun sccara simultan (berurutan) dan konsekuen terhadap batasan-balasan yang diletupkan. Biasanya yang menjadi batasan adalah faktor biaya pergerakan yang terjadi di wilayah studi. Model klasik pemodelan empat tahap seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. : Permodelan Empat Tahap, Sumber : Ortuzar and willumsen, 1994 harus memenuhi beberapa kriteria sebagai model yang baik bila keluaran yang berikut: dihasilkan mendekati reality yang uda atuu • Tingkat akurasi model yang sesuai memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas. dengan tujuan dan lingkup kajian Unluk menyederhanakan proses • Praktis dan ekonomis dalam penggunaan pemodelan transportasi, maka wilayah sludi model dibagi daluni beberapa zona. Zona • Mampu menghasilkan parameter yang merupakan suatu wilayah yang mcmpunyai sesuai denga tujuan dan lingkup kajian karakteristik Uila gumi hiluin yang sama, • Mampu merepresentasikan proses dan misalnya zona perumahan, zona industri, interaksi komponen tinjauan. zona perdagangan, zona pendidikan dsb. • Memiliki dimensi ruang yang mencukupi • Dapat diketahui tingkat keandalannya. 3. KONSEP PEMODELAN JARINGAN Suatu model yang rumit dan canggih belum JALAN Model merupakan representasi atau simtentu merupakan model yang baik. Kadang plifikasi dari alam/kenyataan. Model kala model yang sangat sederhana digunakan untuk menyederhanakan realita merupakan suatu mencapai tujuan. Suatu model yang baik Dcngan membagi-bagi dalam bcberapa zona tersebut diharapkan dapat karakteristik
38
pergerakan perjalanan antar zona dapat diprediksikan. Dalam suatu zona terdapat suatu titik yang mewakili zona tersebut yang dinamakan sebagai pusat zona. Pada titik inilah diasumsi-kan terjadinya awal dan akhir pergerakan. Se-dangkan representasi dari jaringan jalan dinyata-kan dalam bentuk ruas (link) dan simpul (node). Gambar 2 memperlihatkan representasi wilayah studi.
Gambar 2: Representasi Wilayah. Sumber : Tamin, 2000 4. MODEL PEMILIHAN RUTE Model Pemilihan rule bertujuan untuk menentukan rule yang digunakan untuk melakukan pembebanan lalu lintas pada suatu jaringan jalan, dimana rule tersebut merupakan rule terbaik pada suatu jaringan jalan. Hal penting pada proses pemilihan rute mi adalah memperkirakan asumsi penggunan jalan tentang rute terbaik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan rute adalah asumsi tentang waktu perjalanan, penggunaan bahan bakar, kemacetan di ruas jalan, tundaan dan antrian di persimpangan, rnanajemen satu arah, jenis manuver, tipe jalan (jalan arteri, kolektor, jalan tol), pemandangan, fasilitas jalan dan kebiasaan ofang tersebut. Model Pemilihan rute dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor yang menyatakan. bahwa tiap pengendara dari zona asal ke zona tu-juan tidak secara tepat menggunakan rute yang sama. Hal ini disebabkan beberapa persepsi yang berbeda tentang biaya perjalanannya dan akibat kemacetan pada suatu ruas jalan tertentu akan meningkatkan kinerja dari ruas jalan lainnya sehingga memberikan kesempatan orang untuk berpindah rute.
Beberapa model pemilihan rute telah dikembangkan dan Tabel 1 memperlihatkan beberapa mode) pemilihan rute dengan beberapa latar belakang asumsi yang digunakan.
Tahapan dalam pemilihan rute yang harus dilakukan adalah: a) Mengidentifikasi beberapa rute yang diperkirakan menarik pengendara; atau yang dikenal dengan membentuk pohon (tree building), b) Melakukan pembebanan MAT pada jaringan jalan dengan proporsi yang sesjuai dan menghasilkan volume di tiap ruas. c) Mencari nilai yang konvergen dengan bebe-rapa teknik mengikuti pola pengulangan dari pendekatan ke solusi. 5. PAKET PROGRAM MOTORS Pengujian pengaruh kinerja persimpangan terhadap proses pemilihan rule menggunakan alat bantu paket Program MOTORS. Program paket MOTORS merupakan suatu program pe-rencanaan transportasi terpadu yang dirancang oleh para pakar di bidang perencanaan transportasi dan komputer (Steer, Davies and Gleave, 1984). Paket program ini menyediakan metode untuk menganalisis perencanaan transportasi dan menggunakan kemampuan fasilitas interaktif komputer. 5.1. Representasi Jaringan Untuk menyusun sistem jaringan dalam program MOTORS memungkinkan pembuatan semua jenis sistem jaringan moda transportasi. Untuk mengurangi persyaratan jaringan, terdapat hubungan yang sangat erat antara sistem jaringan jalan
39
raya dan angkutan umum. Biasanya, kedua sistem jaringan ini menggunakan simpul dan ruas yang sama, kecuali beberapa ruas jalan yang hanya digunakan untuk sistem jaringan angkutan umum saja, misalnya pejalan kaki atau moda transportasi lain (selain jalan raya) seperti kereta api atau feri. 5.2 Simpul dan Ruas Dalam paket program MOTORS, definisi simpul dari suatu percerminan sistem jaringan bisa diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu: Pusat zona : yang mencerminkan titik awal dan titik akhir dari seluruh pergerakan yang berasal dari setiap zona. Inlet/outlet : titik pada batas kordon; disini pergerakan masuk dan keluar ke/dari daerah kajian dihubungkan dengan sistem jaringan transportasi dengan ruas jalan fiktif. Simpul lain : berlokasi pada setiap ruas jalan yang saling berpotongan dan berada di dalam daerah kajian. Suatu metode estimasi telah dikenjfiangkan (TAMIN, 1988b) yang ditulis menggunakan bahasa pemrograman FORTRAN-77, yang terpadu secara raenyeluruh dengan paket program MOTORS. Program ditulis agar dapat mudah dipahami oleh para pengguna. Beberapa pilihan yang tersedia adalah: • Pilihan untuk tujuan perjalanan, komoditi, zona dan data anis lalu lintas yang digunakan; • Pilihan untuk memilih metode estimasi dan juga metode pembebanan rule yang digunakan; dan • Pilihan seperti jumlah pengulangan untuk mendapatkan faktor penyeimbang dan batasan kovergensi juga telah disediakan. 6. MODEL TUNDAAN DI PERSIMPANGAN Identifikasi masalah berupa kemacetan lalu lintas biasanya terjadi pada persimpangan atau titik-titik rawan tertentu yang terletak di sepan-jang mas jalan. Kemacetan di persimpangan terutama diakibatkan oleh konflik-konflik perge-
rakan kendaraan, terutama bila pengaturan fase lampu lalu lintas kurang efektif. Beberapa ma-cam pergerakan yang terjadi di persimpangan yaitu belok kiri, belok kanan dan lurus seperti terlihat pada Gambar 3.
Dalam proses pemilihan rule sangat diperigaruhi oleh adanya kenlacetan di ruas jalan dan adanya tundaan di persimpangan terutama pada persimpangan yang berlampu lalu lintas. Pada proses pemodelan jaringan jalan, terutama pada suatu jaringan jalan yang sangat luas, suatu persimpangan sering dicerminkan dalam bentuk simpul/noda. Sedangkan macam pergerakan di persimpangan tersebut mempunyai mempunyai tundaan yang berbeda-beda. Untuk untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh tundaan pada persimpangan yang berlampu lalu lintas di suatu jaringan jalan yang luas terutama di suatu perkotaan, maka noda/simpul yang biasanya direpresentasikan dalam bentuk titik dipecahkan dalam bentuk link/ruas, dimana link/ruas tersebut yang meyatakan tipe pergerakan itu sendiri seperti terlihat pada Gambar 4. Penggambaran noda/simpul dalam bentuk link/ruas adalah dalam usaha mencoba mendekati tundaan di persimpangan dengan pendekatan hubungan kecepatan-arus. Pada jaringan jalan di suatu perkotaan sering dijumpai bentuk manajemen lalu lintas berupa jalan satu arah maupun larangan belok pa,da suatu persimpangan tertentu. Maka dengan mengembangkan setiap noda/simpul dalam bentuk link/ruas maka efek larangan belok dapat dikaji lebih dalam.
40
f)
Gambar 4: Rincian Noda/Simpul pada Persimpangan Berlampu Lalu Lintas. Sumber: Anindito, 2000 7. UJI MODEL PADA JARINGAN SEDERHANA Jaringan sederhana dibuat untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh adanya tundaan di persimpangan mempengaruhi pemilihan rute. Gambar 5 menggambarkan suatu persimpangan yang dipecah dalam bentuk link/ruas. Asumsi yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah: a) Jumlah fase : 4 fase b) Waktu siklus lampu lalu lintas : 120 menit c) Waktu hijau tiap fase : 30 detik d) Kapasitas jalan sama untuk seluruh jaringan : 2000 smp/jam e) Jumlah lajur pada dummy link : 1 lajur
Hasil pengujian terhadap jaringan sederhana dengan metoda pemilihan rute AIl-OrNothing, rute yang dilalui dari masingmasing zona terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dari hasil pengujian terhadap janngan sederhana terlihat bahwa dengan adanya
Kecepatan arus bebas (free flow speed) pada dummy link : 5 km/jam g) Jarak pusat zona ke noda/ terdekat sama : 500m h) Simpul / noda yang merupakan persimpangan dengan lampu lalu lintas merupakan simpul 13. i) Pada simpul 13 diberlakukan larangan belok kanan j) Pada pengujian memasukkan efek manajemen lam lintas berupa jalan satu arah, yang merupakan jalan satu arah adalah ruas 10-13 Pengujian pengaruh kinerja persimpangan terhadap proses pemilihan rule dilakukan dengan dua skenario yaitu: • Skenario 1 : simpang dimodelkan sebagai titik (noda) sehingga pengaruh tundaan diabaikan. • Skenario 2 : simpang dimodelkan le-bih terinci, sehingga pergerakan belok (turning movement) dapat amati dan efek tundaan diperhatikan,
tundaan di suatu persimpangan terjadi perubahan pemilihan rute seperti terlihat pada Gambar 6 dimana terjadi perubahan pola perjalanan pada skenario 1 dan skenario 2.
41
8. PEMBEBANAN JARINGAN JALAN Dalam perencanaan transportasi menggunakan metoda empat tahap (fourth step models), untuk mengetahui kinerja jaringan jalan dilakukan pembebanan jaringan jalan (trip assignment). Pada tahap mi tiap-tiap ruas dibebani data arus lalu lintas. Data arus lalu lintas diperoleh dari survei lalu lintas atau dari hasil perhitungan bangkitan/tarikan perjalanan (trip generation) dan sebaran per-jalanan (trip distribution). Dari hasil perhitungan tersebut menghasilkan matriks asal tujuart (MAT). Dalam tulisan ini, untuk pengujian pembebanan pada jaringan sederhana diberikan MAT seperti terlihat pada Tabel 4.
Dengan membebankan MAT dan menggunakan model pemilihan rute Equilibrium dan All-Or-Nothing, maka dapat diketahui besarnya arus yang melewati tiap ruas jalan, seperti terlihat pada Tabel 5.
42
Pada label 5 terlihat bahwa untuk jalan yang mempunyai persimpangan dimodelkan tundaannya terjadi perubahan arus lalu lintas, baik dengan model pemilihan rute equilibrium maupun all-or-nothing. Gambar
7 memperlihatkan volume lalu lintas yang lewat hasil pembebanan menggunakan metoda equilibrium dengan jaringan jalan skenario 1 dan skenario 2.
Gambar 7: Hasil Pembebanan MAT Pada Jaringan Jalan Skenario 1 dan Skenario. 29. UJI MODEL PADA JARINGAN Dl KOTA BANDUNG Model pada jaringan sederhana diimplementasikan pada jaringan jalan kota
Bandung yang terdiri dari 145 zona (139 zona internal dan 6 zona eksternal); Sistem zona berdasarkan pada., batas administrasi yaitu batas kelurahan ataii. kombinasinya,
43
Sedangkan sistem jaringan merupakan jaringan jalan terhalus yang meliputi jalan arteri, kolektordan sebagian jalan lokal. Persimpangan selalu digambarkan dalam bentuk simpul yang sebenarnya mencakup pergerakan belok kiri, belok kanan dan lurus. Setiap pergerakan tersebut mempunyai tundaan yang berbeda-beda. Suatu angka hukuman diberikan pada
pergerakan lurus, 'belok kiri dan belok kanan dengan menggunakan nilai waktu merah pa-da setiap fase di suatu persimpangan berlampu lalu lintas. Angka hukuman ratarata tersebut bergantung pada setiap kaki suatu persimpangan. Gambar 8 dan Gambar 9 memperlihatkan perbandingan rute antara skenario 1 dan skenario 2.
Gambar 8 : Perbandingan Rute Skenario1 dan Skenario 2 dari Zona 8221 ke Zona 8314 pada Jaringan Jalan Kota Bandung (Sumber : Anindito, 2000)
Gambar 9 : Perbandingan Rute Skenario 1 dan Skenario 4 dari Zona 8114 ke Zona 8622 pada Jaringan Jalan Kota Bandung (Sumber : Anindito, 2000)
44
10. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini, yaitu: a. Adanya manajemen lalu lintas satu arah pada jaringan jalan dan larangan belok kanan pada suatu persimpangan akanmengubah orang dalam memilih rute pada suatu daerah perkotaan. b. Tundaan di persimpangan akan sangat mempengaruhi pemilihan rute di suatu daerah perkotaan. c. Untuk pemodelan jaringan jalan di perkotaan, persimpangan sebaiknya tidak dimodelkan hanya berupa titik atau noda. d. Dengan memodelkan bentuk simpang yang bukan berupa titik akan diketahui juga turning movement (pergerakan belok) pada persimpangan, sehingga memudahkan dalam menganalisis kinerja suatu simpang.
Tamin, O.Z. (1988a), Transport Demand Models From Traffic Counts, PhD Dissertation of the University of London, University College London, University of London. Tamin, O.Z. (1988b), Transport Demand Models from Traffic Counts, Proceedings of the 20th Annual Conference of Universities Transport Studies Group, London, UK. Tamin, O.Z., 1997, Perencanaan dan Pemodel-an Transportasi, Penerbit ITB, Bandung. Biodata Penulis : Wiradat Anindito, ST (ITB - 1993), MT (ITB - 2000), Dosen Tidak Tetap pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
11. Daftar Pustaka Anindito, W., Tamin, O. Z., dan Hidayat, H. (1999), Pengaruh Tundaan di Persimpangan dan Model Pemilihan Rute Terhadap Tingkat Akurasi MatriksAsal-Tujuan (MA T) yang Diperoleh dari Informasi Arus Lalulintas, Presiding Simposium II Forum Studi Transportasi Perguruan Tinggi (FSTPT), 2 Desember 1999, ITS, Surabaya. Anindito, W. (2000), Impact of Several Route Choice Models on The Accuracy of Estimated O-D Matrices from Traffic Counts, Thesis, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Institut Teknologi Bandung, Bandung. IHCM,(1997), Indonesian Highway Capacity Manual, Manual, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Ortuzar, J.D. and Willumsen, L.G. (1994), Modelling Transport, Second Edition, John Wiley & Sons, Chichester. Setijowarno, D., Frazila, R. B. (2001), Pengantar Sistem Transportasi, Penerbit Unika Soegijopranata, Semarang
45