Seminar Nasional Serealia, 2013
PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Fahdiana Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh tanaman dan penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan antara tanaman yang mengakibatkan produktivitas rendah. Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh varietas dan kepadatan populasi terhadap hasil jagung hibrida. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah milik petani di Kec. Bontonompo, kab. Gowa, Sulawesi Selatan, berlangsung dari bulan April sampai Oktober 2011. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah, dengan tiga ulangan. Petak utama adalah varietas :1) Bima 3, 2) Bisi 2, sedangkan anak petak adalah jarak tanam terdiri dari: 1) J1 = tanam normal pop 66.666 tan/ha (75 x 20 cm, 1 tan/lubang), 2) j2 = tanam legowo pop 66.666 tan/ha (100-50 x 20 cm, 1 tan/lubang), 3) J3 = Tanam normal pop 71.428 tan/ha (70 x 20 cm, 1 tan/lubang), dan 4) J4 = Tanam Legowo pop 71.428 tan/ha (100-40 x 20 cm, 1 tan/lubang). Pemupukan menggunakan Urea 300 kg/ha, Phonska 300 kg/ha. Waktu pemupukan adalah Pemupukan I pada umur 7 - 10 HST dengan 300 kg phonska ditambah 100 kg Urea. Pemupukan II umur 30 – 35 HST dengan 200 kg Urea. Hasil penelitian menunjukkan varietas Bima 3 dengan populasi 71.428 tan/ha ditanam pada jarak J4 (100-40 x 20 cm) dengan system jajar legowo memberikan hasil tertinggi 8,7 t/ha. Kata kunci: varietas, kepadatan populasi, hasil
PENDAHULUAN Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan . Menurut prinsip faktor pembatas leibig, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (Andrews and Newman 1990). Pada tanama jagung, selain produksi total assimilat yang dihasilkan selama pertumbuhan, hasil biji pertanaman juga ditentukan oleh banyaknya asimilat yang sampai dan diakumulasikan di dalam tongkol yang sedang berkembang. Produksi bahan kering persatuan luas
239
Fahdiana Tabri: Pengaruh Kepadatan Populasi Terhadap ……
akan meningkat dengan bertambahnya populasi tanaman, yang disebabkan oleh meningkatnya indeks luas daun. Menurut Goldsworthy (1992), indeks luas daun yang optimum untuk menghasilkan bahan kering,maksimum berkisar antara 2,5 sampai 5, bergantung pada daerah pertanaman.Jika indeks luas daun melebihi batas optimum tersebut, bahan kering akan terakumukasi di dalam batang. Modaries et al. (1998) menyatakan bahwa pada beberapa genotipe jagung,tingkat populasi tanaman berpengaruh terhadap tinggi tanaman,panjang ruas, tinggi tongkol,selang waktu antara munculnya bunga jantan dan keluarnya rambut pada tongkol, kadar air biji pada saat panen dan produksi biji pertanaman. Hasil penelitian Waluya (2009) jagung adalah tanaman yang efisien dalam penggunaan sarana tumbuh. Jarak tanam jagung yang dapat digunakan 80 x 20 cm dan 80 x 30 cm. Selanjutnya hasil penelitian Effendi (2008) bahwa terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan defoliasi bunga jantan pada peubah diameter tongkol. Perlakuan kombinasi jarak tanam 70 x 20 cm dan defoliasi bunga jantan dapat menunjukkan diameter tongkol yang lebih besar dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainya sebesar 14.50 cm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh varietas dan kepadatan populasi terhadap hasil dua varietas jagung hibrida.
METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di kec Bontonompo, kab Gowa, Sulawesi Selatan, berlangsung dari bulan April sampai Oktober 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Petak terpisah, dengan tiga ulangan. Petak utama adalah varitas :1) Bima 3, 2) Bisi 2, sedangkan anak petak adalah jarak tanam terdiri dari : 1) J1 = tanam normal Pop 66.666 tan/ha ( 75 x 20 cm, 1 tan./lubang), 2) J2 = tanam legowo pop 66.666 tan/ha (100-50 x 20 cm, 1 tan./lubang), 3) J3 = tanam normal pop 71.428 tan/ha (70 x 20 cm, 1 tan./lubang) dan 4) J4 = tanam legowo pop 71.428 tan./ha (100-40 x 20 cm, 1 tan/lubang). Pemupukan menggunakan Urea 300 kg/ha, Phonska 300 kg/ha. Waktu pemupukan adalah Pemupukan I umur 7 - 10 HST dengan pemberian 300 kg phonska ditambah 100 kg Urea. Pemupukan II umur 30 – 35 HST dengan pemberian 200 kg Urea. Peubah yang diamati adalah :1) Tinggi tanaman jagung (cm), 2) Indek luas daun 75 HST, 3) Diameter batang, 4) Bobot 100 bij, dan 5) Hasil pipil kering (ton/ ha)
240
Seminar Nasional Serealia, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkanadanya pengaruh interaksi antara varietas dan jarak tanam pada pengamatan tinggi tanaman namun tidak demikian terhadap Indeks Luas Daun (ILD) (Tabel 1), ini sejalan dengan pendapat Modaries et al. (1998) yang menyatakan bahwa pada beberapa genotipe jagung, tingkat populasi tanaman berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tinggi tongkol, selang waktu antara munculnya bunga jantan dan keluarnya rambut pada tongkol,kadar air biji pada saat panen dan produksi biji pertanaman. Tabel 1. Rata- rata ILD 75 HST danTinggi Tanaman (cm) , Bontonompo2011 Varietas Bima 3
Populasi J1 ( 75 x 20 cm) J2 (Legowo) J3 (normal) J4 (Legowo)
ILD 75 5,920 tn 5,477 5,460 5,910
Tinggi tanaman 226 b 210 c 220 bc 226 b
Bisi 2
J1 ( 75 x 20 cm)
5,537
246 a
J2 (Legowo)
5,870
251 a
J3 (normal)
5,460
248 a
J4 (Legowo)
6,193
249 a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
ILD yang diperoleh dari penelitian rata-rata diatas 5, sehingga bahan kering lebih banyak terakumulasi di dalam batang, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Goldsworthy (1992), indeks luas daun yang optimum untuk menghasilkan bahan kering,maksimum
berkisar
antara
2,5
sampai
5,
bergantung
pada
daerah
pertanaman.Jika indeks luas daun melebihi batas optimum tersebut, bahan kering akan terakumukasi di dalam batang.
241
Fahdiana Tabri: Pengaruh Kepadatan Populasi Terhadap ……
Tabel 2. Rata-rata diameter batang, berat 100 biji, dan hasil pipilan kering. Bontonompo, 2011 Varietas
Populasi
Bima 3
J1 ( 75 x 20 cm) J2 (Legowo) J3 (normal) J4 (Legowo)
Bisi 2
J1 ( 75 x 20 cm) J2 (Legowo) J3 (normal) J4 (Legowo)
Diameter Batang 23 tn 22 23 23 23 23 22 22
Bobot 100 biji 34 tn 37 38 40 35 35 36 40
Hasil pipilan (t/ha) 8,18 b 8,42 ab 8,64 a 8,68 a 7,19 d 7,73 c 8,37 ab 8,39 ab
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
Interaksi antara perlakuan varitas dan populasi tanaman
untuk diameter
batang dan bobot 100 biji memberikan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Namun tidak demikian terhadap hasil pipilan, ini sejalan dengan hasil penelitian Sutriyono (2001) tentang pengaruh kepadatan tanaman awal jagung, produksi bahan kering tanaman yang tinggi dicapai pada kepadatan populasi yang tinggi. Hasil jagung pipilan kering yang tinggi dicapai pada varietas Bima 3 dengan populasi 71.428 tanaman/ha yang ditanam dengan cara legowo yaitu 8,68 t/ha lebih tinggi daripada populasi 66 666 tanaman/ha ditanam normal sebesar 8,18 t/ha ,demikian halnya untuk varitas Bisi 2 dengan populasi 71.428 tanaman/ha hasil jagung pipilan kering lebih tinggi sebesar 8,39 t/ha dibanding dengan populasi 66.666 tanaman/ha dengan cara normal sebesar 7,18 t/ha (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh kapasitas penyimpanan bahan kering yang tinggi sehingga bahan kering yang ditransfer ke biji juga lebih tinggi.
KESIMPULAN Varietas Bima 3 dengan populasi 71.428 tan/ha ditanam pada jarak tanam J4 (100-40 x 20 cm) dengan system jajar legowo memberikan hasil tertinggi sebesar 8,68 t/ha, sementara varietas Bisi 2 dengan populasi yang sama member hasil 8,39 t/ha.
242
Seminar Nasional Serealia, 2013
DAFTAR PUSTAKA Andrews, R. E. dan E. I. Newman. 1990. Root density and competition for nutrient. Plant Ecol. 5 : 147-161. Effendi,S.2008. Cropping system suatu cara untuk stabilisasi produksi pertanian. Penataran PPS Bidang Agronomi dalam pola bertanam. Lembaga Penelitian Bogor. Goldsworthy. 1992. Ecology of population. The Mac-Millan Co., New York. Modaries, A.M., R.I.Hamilton, D.W.Stewart. 1998. Plant populationdensity effect maize inbred lines grown in short. Seasion environment. Crop sci .38 : 104 – 108. Sutriyono. 2001. Pengaruh kepadatan tanam awal jagung sebagai pakan ternak terhadap produksi biji dan hijauan serta penaambahan bobot badan domba. Tesis Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Waluya, A. 2009. Gulma pada tanaman jagung di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Penguasaan Sarana Tumbuh. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor.
243