1
Kajian tingkat populasi dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida zea mays l
Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Magister
Program Studi Agronomi
Oleh Wahju Wibowo S610906014
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
2
KAJIAN TINGKAT POPULASI DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Zea Mays L
Disusun oleh : WAHJU WIBOWO S610906014
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Susunan Tim Pembimbing Jabatan
Nama
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. NIP. 131470935
Tanda Tangan
Pembimbing II Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. NIP. 131569204
Mengetahui Ketua Program Studi Agronomi
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. NIP 131470953
Tanggal 9 Pebruari 2008 9 Pebruari 2008
3
KAJIAN TINGKAT POPULASI DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Zea Mays L
Disusun oleh : WAHJU WIBOWO S610906014
Telah disetujui Oleh Tim Penguji :
Jabatan
Tanda Tangan
Nama
Ketua
Dr.Ir. Subagiya, MP
Sekretaris
Dr.Ir. Samanhudi, MP
Anggota Penguji
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto,M.Sc.
Tanggal
Dr. Ir. Achmad Yunus, MS
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Agronomi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D NIP 131472192
Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. NIP 131470953
4
PERNYATAAN
Nama NIM
: :
Wahju Wibowo S610906014
Menyatakan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul : KAJIAN TINGKAT POPULASI DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA Zea Mays L. adalah betul betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2008 Yang membuat pernyataan
Wahju Wibowo
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga penulisan tesis yang berjudul “ Kajian Tingkat Populasi dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Hibrida” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan program S-2 di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penelitian dan penyusunan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya membimbing serta mengarahkan penulis, terima kasih pula atas segala kesempatan dan kesabaran yang diberikan hingga tesis ini dapat diselesaikan.
2.
Bapak Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., selaku dosen pembimbing pendamping yang banyak memberikan masukan dan saran guna perbaikan tesis ini.
3.
Bapak Dr. Ir. Subagiya, MP., selaku Ketua tim penguji yang telah berkenan menguji tesis dan memberikan saran-saran guna perbaikan penulisan tesis ini.
6
4.
Bapak Dr. Ir. Samanhudi, MP., selaku Sekretaris tim penguji yang telah bersedia menguji tesis dan memberikan banyak masukan tentang penulisan tesis ini.
5.
Direktur Program Pascasarjana, dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret , Surakarta.
6.
Mr. Vasudeva K. Rao, selaku Seed Supply Lead PT. Branita Sandhini – Monsanto Indonesia.
7.
Ibu Sutisni, Ibu Naniek Subandriyatie, Bapak Didik Hudianto, dan semua keluarga yang selalu memberikan dorongan, serta mendoakan demi kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.
8.
Istri tercinta Dina Novitasari, SP dan ananda Nabila Maritza Rafifa W. yang selalu memberikan dorongan semangat dan senantiasa membantu dalam penyelesaian tesis ini.
9.
Bapak Didik Sudiharjo, SP., MP., dan Bapak Pribadi, yang ikut membantu baik selama penelitian maupun penyusunan tesis ini.
10.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya dalam
bidang pertanian.
Surakarta, Februari 2008
7
Penulis DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
ii
PERNYATAAN.........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
x
ABSTRAK .................................................................................................
xi
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
3
C. Tujuan ............................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
5
A. Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Jagung ..................................
5
B. Syarat Tumbuh ...............................................................................
6
C. Populasi ..........................................................................................
7
D. Pupuk Daun ....................................................................................
9
E. Varietas Jagung Hibrida .................................................................
11
F. Hipotesa Penelitian ........................................................................
12
III. METODE PENELITIAN .....................................................................
13
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
13
B. Bahan dan Alat ...............................................................................
13
C. Rancangan Percobaan ....................................................................
13
8
D. Tata Laksana Penelitian .................................................................
15
E. Variabel Pengamatan .....................................................................
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
21
A. Pertumbuhan Tanaman ..................................................................
21
B. Pengamatan Hasil ...........................................................................
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
48
A. Kesimpulan ....................................................................................
48
B. Saran ..............................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
49
LAMPIRAN ...............................................................................................
51
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Hasil analisis pupuk daun ”RGO2”………………………....
11
Tabel 2.
Rata-rata tinggi tanaman jagung akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam. ……………………
22
Rata-rata luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 hari setelah tanam………………………………………………...
24
Rata-rata indeks luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam........................................................
27
Rata-rata berat kering brangkasan akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam.........................................
30
Rata-rata laju pertumbuhan tanaman akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 - 28 hari setelah tanam..............................................
34
Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 - 28 hari setelah tanam..............................................
38
Bobot tongkol segar yang di panen akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun.................
43
Panjang tongkol yang di panen pada jarak tanam...................
45
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
10
Tabel 10.
Hasil biji pipilan kering akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam..............................................................................
46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam...........................................................................
25
Gambar 2.
Indeks luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam............................................................... 28
Gambar 3.
Berat kering brangkasan akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam........................................................ 31
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Laju pertumbuhan tanaman akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14-28 hari setelah tanam....................................................................
35
Laju pertumbuhan tanaman akibat interaksi antara varietas, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14-28 hari setelah tanam.......................................................................................
36
Laju pertumbuhan tanaman akibat interaksi antara varietas, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 28-42 hari setelah tanam.......................................................................................
37
Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 - 28 hari setelah tanam..............................................
39
11
Gambar 8.
Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 - 28 hari setelah tanam........................................................................... 40
Gambar 9.
Bobot tongkol segar yang di panen akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam..........................................................
44
Gambar 10. Berat kering pipilan akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam..............................................................................
47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Sidik ragam tinggi tanaman jagung pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam....................................................................
51
Sidik ragam tinggi tanaman jagung pada umur 42 hari setelah tanam...........................................................................
52
Sidik ragam luas daun tanaman jagung pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam....................................................................
53
Sidik ragam luas daun tanaman jagung pada umur 42 hari setelah tanam...........................................................................
54
Sidik ragam indeks luas daun tanaman jagung pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam........................................................
55
Sidik ragam indeks luas daun tanaman jagung pada umur 42 hari setelah tanam....................................................................
56
Sidik ragam berat kering brangkasan tanaman jagung pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam.........................................
57
Sidik ragam berat kering brangkasan tanaman jagung pada umur 48 hari setelah tanam.....................................................
58
Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman jagung pada antara
12
umur 14 - 28 hari setelah tanam dan antara umur 28 – 42 hari setelah tanam...................................................................
59
Sidik ragam laju asimilasi bersih tanaman jagung pada antara umur 14 - 28 hari setelah tanam dan antara umur 28 – 42 hari setelah tanam...............................................................
60
Sidik ragam bobot tongkol segar panen dan panjang tongkol panen jagung...........................................................................
61
Lampiran 12.
Sidik ragam hasil biji pipilan kering.......................................
62
Lampiran 13.
Deskripsi jagung hibrida varietas DK 3..................................
63
Lampiran 14.
Deskripsi jagung hibrida varietas DK 979..............................
64
Lampiran 15.
Deskripsi jagung hibrida varietas DK 9910............................
65
Lampiran 16.
Analisa tanah lokasi penelitian...............................................
66
Lampiran 17.
Foto persiapan tanam lahan penelitian ...................................
67
Lampiran 18.
Foto fase vegetatif tanaman penelitian...................................
67
Lampiran 19.
Foto pengambilan data pada umur 14 hari setelah tanam.......
68
Lampiran 20.
Foto pengambilan data pada umur 28 hari setelah tanam.......
68
Lampiran 21.
Foto masa pembungaan tanaman jagung penelitian................
69
Lampiran 22.
Foto panen tanaman jagung umur 110 hari setelah tanam......
69
Lampiran 23.
Foto proses hasil panen...........................................................
70
Lampiran 24.
Foto tongkol hasil panen per petak penelitian........................
70
Lampiran 25.
Foto tongkol hasil panen per varietas.....................................
71
Lampiran 10.
Lampiran 11.
13
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dalam
rangka
swasembada
karbohidrat
sebanyak
2.100
kalori/kapita/hari, di indonesia jagung memegang peranan kedua sesudah padi. Sebagai bahan makanan, jagung bernilai gizi tidak kalah bila dibandingkan dengan beras. Selain untuk bahan makanan manusia, bahan dasar industri, minuman sirup, kopi, kertas, minyak, cat, dan lain-lain. Dengan terus meningkatnya pertambahan penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan baku jagung, kebutuhan jagung semakin meningkat (Suprapto, 1995). Tanaman jagung saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang strategis. Meskipun masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi bukan sebagai makanan pokok, namun permintaan terhadap komoditas ini menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut seiring dengan peningkatan permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan, sebagai bahan baku industri maupun pakan. Hal ini menunjukkan adanya implikasi bahwa komoditas jagung memiliki peranan yang sangat penting (Anonymous, 2001). Dengan memperhatikan keadaan dan luas lahan serta kondisi lingkungan (iklim) di sebagian besar wilayah Indonesia, produksi jagung seharusnya bisa ditingkatkan apabila ada upaya yang mendorong petani memanfaatkan lahannya dengan baik untuk penanaman jagung. Masalah bagi petani dalam budidaya
14
jagung antara lain karena kendala modal dan penggunaan varietas yang unggul (Gun, 2004). Produksi jagung dapat ditingkatkan melalui perluasan areal pertanaman (ekstensifikasi) dan peningkatan produksi per satuan luas (intensifikasi). Salah satu cara untuk meningkatkan hasil per satuan luas adalah dengan menanam varietas unggul. Varietas unggul yang biasa dibudidayakan adalah varietas hibrida (Dahlan, 1992). Jagung hibrida termasuk jenis unggul dan memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit (AAK, 1996). Menurut Harjadi (1991), jarak tanam mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam kelangsungan hidupnya. Jarak tanam mempengaruhi jarak tanam tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pada umumnya hasil yang tinggi tercapai dengan jarak tanam yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individual menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian tanaman (cabang, umbi dan polong).
15
B.
Perumusan Masalah Produktivitas tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
varietas dan jarak tanam tanaman. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapatkan perhatian yang seksama karena sangat berkaitan erat dengan
tersedianya
unsur
hara
bagi
kelangsungan
tumbuh
dan
berkembangnya tanaman tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah tingkat jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida? b. Apakah konsentrasi pupuk daun berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida? c. Apakah terdapat interaksi antara tingkat jarak tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida? C.
Tujuan 1. Untuk mengkaji pengaruh tingkat populasi dengan penggunaan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida.
16
2. Untuk
mengkaji
pengaruh
konsentrasi
pupuk
daun
terhadap
pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida. 3. Untuk mengkaji interaksi antara pengaruh tingkat populasi dengan penggunaan jarak tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida. D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan produktivitas tanaman jagung. 2. Sebagai bahan referensi penelitian yang akan datang. 3. Sebagai informasi pengetahuan praktis bagi peneliti, tentang pengaruh tingkat populasi dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung hibrida.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Jagung Tanaman jagung berakar serabut, menyebar kesamping dan kebawah
sepanjang sekitar 25 cm. Penyebarannya pada lapisan bawah tanah. Batang berwarna hijau sampai keunguan. Berbentuk bulat dengan penampang melintang 2 – 2,5 cm. tinggi tanaman bervariasi antara 125 cm – 250 cm. batang berbukubuku yang dibatasi oleh ruas. Daun Terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Bunga jagung berumah satu, dimana bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Bunga jantan pada ujung tanaman, bunga betina pada ketiak daun. Bunga betina berbentuk gada, putih panjang yang disebut rambut jagung. Biji tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10 – 14 deret. Setiap tongkol terdiri lebih 200 – 400 butir.
18
Menurut Suprapto (1995), klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut :
B.
Devisio
: Spermatophyta
Sub Devisio
: Angiospermae
Klas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Glumiflorae
Famili
: Graminae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
Syarat Tumbuh Menurut AAK (2000), tanaman jagung menghendaki daerah yang
beriklim subtropis/tropis, dengan suhu berkisar 25 o – 27 oC. Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang mempunyai ketinggian antara 1000 – 1800 m diatas permukaan laut. Macam tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir dengan pH optimal 5,5 – 6,5. Tanaman jagung menurut Rukmana (1997) sebaiknya ditanam di tempat terbuka karena tanaman jagung membutuhkan penyinaran matahari penuh. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm – 200 mm/bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm – 125
19
mm/bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu, tanaman jagung cenderung cocok ditanam di daerah yang beriklim kering. Tanaman jagung sebagai tanaman C4 teradaptasi pada kondisi lingkungan dengan intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah (Subandi et al., 1988). Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relalif linggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Jagung hibrida sebagai jagung jenis unggul menjadi perhatian para pecinta tanaman jagung. Jenis ini memiliki keunggulan dalam segi produksi dan ketahanan terhadap salah satu atau dua penyakit yang sering menyerang. Kemampuan menghasilkan yang cukup tinggi ini menyebabkan orang tertarik untuk mengelolanya agar dapat memenuhi permintaan peternak, terutama saat paceklik atau kesulitan mendapatkan jagung (AAK, 2000).
C.
Populasi Tanaman dengan jarak tanam yang teratur dan barisan yang teratur,
dimaksudkan agar penyiangan dan pemberian pupuk mudah dilaksanakan. Demikian pula proteksi terhadap hama dan penyakit lebih mudah dilaksanakan. Jarak tanam mempengaruhi jarak tanam tanaman dan kompetisi antara tanaman
20
dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. (Harjadi, 1991). Faktor penting yang dapat mempengaruhi berkurangnya potensi hasil jagung, adalah jarak tanam tanaman yang terlalu tinggi, kompetisi dengan tumbuhan pengganggu, kekeringan, kekurangan unsur hara dan intensitas cahaya rendah. Jarak tanam akan mempengaruhi jarak tanam tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya, juga mempengaruhi tingkat kompetisi dalam penggunaan unsur hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pada umumnya produksi tiap satuan luas yang tinggi akan tercapai dengan jarak tanam yang tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing secara individual menurun karena persaingan untuk memperebutkan cahaya dan faktor tumbuh lainnya (Effendi, 1986). Menurut Harjadi (1991), untuk melihat pengaruh kerapatan tanaman dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam, karena jarak tanam mempengaruhi kompetisi antar tanaman dalam menggunakan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi
hasil.
Jarak
tanam
mempunyai
peranan
penting
dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman didalam kelangsungan hidupnya. Jarak tanam mempengaruhi jarak tanam tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil.
21
Masih menurut Harjadi (1991) jarak tanam dimaksudkan untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang optimum sehingga didapatkan hasil panen jagung yang maksimum. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, faktor yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesuburan tanah dan varietas jagung yang ditanam. Semakin jarang jarak tanam, maka kualitas tongkol yang dihasilkan semakin baik dan jika terlalu rapat maka tongkol yang dihasilkan semakin kecil. Kerapatan tanaman jagung per kesatuan luas ditentukan oleh jarak tanam, dan jumlah tanaman tiap lubang. Hal ini tergantung dari kesuburan tanahnya, serta kelembaban tanah dan varietas jagung (Kipps, 1978).
D.
Pupuk Daun Pupuk daun termasuk pupuk buatan yang diberikan lewat daun.
Keuntungan yang paling menyolok adalah penyerapan hara pupuk berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diserap melalui perakaran. Tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak (Lingga, 1992). Manfaat tersebut dapat dirasakan apabila aplikasinya tepat jenis, tepat waktu dan tepat cara (Anonymous, 1994 b). Pemupukan melalui daun juga berisiko gagal apabila cara aplikasinya tidak benar. Oleh karena itu konsentrasi larutan pupuk atau jumlah yang dilarutkan dalam sejumlah air harus tepat (Anonymous, 1994b). Menurut Saptarini et al (1993), bahwa pemberian pupuk lewat daun mempunyai kelebihan
22
karena unsur hara lebih cepat terserap dan merangsang munculnya tunas daun atau bunga lebih cepat.
Mekanisme masuknya pupuk daun Proses penyerapan pupuk cair melalui daun terjadi karena adanya difusi melalui
stomata
(Syarief,1985).
Difusi
menurut
Dwidjoseputro
(1990)
didefinisikan sebagai penyebaran molekul - molekul suatu zat, yaitu pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Menurut Agustina (1990) sel - sel penting yang berperan di dalam mekanisme serapan unsur hara melalui daun adalah epidermis , sel penjaga, stomata, mesofil dan seludang pembuluh. Pupuk yang disemprotkan masuk ke dalam stomata secara difusi dan selanjutnya masuk ke dalam sel penjaga, mesofil maupun seludang pembuluh. Proses penyerapan pupuk daun sangat dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya stomata. Menurut Dwijoseputro (1990), mekanisme membuka dan menutupnya stomata diakibatkan oleh perubahan turgor. Perubahan turgor terjadi akibat adanya perubahan nilai osmosis dari isi sel - sel penutup. Lingga (1992), menambahkan bahwa apabila tekanan turgor meningkat, maka stomata akan membuka. Sementara apabila tekanan turgor menurun maka stomata akan menutup. Hal tersebut berhubungan dengan terik matahari atau angin. Jika panas terlalu terik atau angin terlalu kencang maka penguapan akan terjadi. Air dalam daun berkurang sehingga tekanan turgor berkurang, maka
23
secara otomatis stomata menutup. Apabila pada daun kita semprotkan pupuk cair maka tekanan turgor naik maka secara otomatis pula stomata akan membuka dan menyerap pupuk tersebut guna menggantikan cairan yang hilang lewat penguapan. RGO 2 merupakan merek pupuk daun yang sudah beredar di pasaran. Namun produk pupuk tersebut belum diketahui tingkat efektifitasnya terhadap peningkatan produksi tanaman palawija khususnya tanaman jagung. Hal tersebut menganggap perlunya suatu penelitian untuk mengkaji takaran dan pengaruhnya terhadap hasil panen beberapa varietas jagung hibrida. Secara lengkap komposisi unsur hara, makro dan mikro dan zat - zat organik di dalam RGO 2 sebagai pupuk daun telah dianalis seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis pupuk daun “RGO 2 “ Unsur N P2O5 K2O Moisture Carbon Organic C/N SO4 Cloride Fe
Persentase Kandungan 27,32% 10,46% 10,40% 1,86% 0,61% 0,02% 1,57% 0,02% 0,12%
24
Cu 0,06% Mg 0,09% Ca 10,43ppm Zn 0,05% Co <0,05ppm Mn 0,06% B 0,02% Mo 7,46ppm Ash 15,68% Dianalisis oleh PT. Johny Jaya Makmur Jakarta (Anonymous, 2007)
E.
Varietas Jagung Hibrida Pemuliaan tanaman jagung untuk penemuan dan pengembangan varietas
unggul terdapat beberapa metode yang umum dipakai. Sistem hibridisasi ialah cara yang sering dipakai dalam penentuan pemuliaan tanaman jagung. Menurut Poespodarsono (1988) bahwa dasar utama sistem hibridisasi ialah sifat heterosis pada jagung ialah suatu keunggulan sifat hibrida atau persilangan (F1) yang melebihi nilai atau kisaran kedua tentunya. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi antara gen dalam satu lokus maupun interlokus. Tujuan hibridisasi ialah untuk memperoleh kombinasi genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya, yang selanjutnya dirakit sebagai suatu varietas hibrida. Varietas hibrida ialah turunan F1 dari hasil persilangan antara antara galur dengan varietas bersari bebas atau antara dua varietas bersari bebas. Berdasarkan tetuanya hibrida dibagi beberapa macam, ialah silang tunggal (A/B), silang tiga-jalur (A/B/C), silang ganda (A/B/C/D), silang puncak (A/varietas bersari bebas), dan silang antar varietas (Subandi, 2001).
25
Varietas jagung hibrida DK 3, DK 979 dan DK 9910 adalah produk benih jagung hibrida yang merupakan produk yang baru saja dilepaskan dipasaran milik Monsanto Indonesia Co. Ketiga varietas ini memiliki keunggulan tersendiri sesuai deskripsi karakteristiknya.
F.
Hipotesa Penelitian 1. Diduga varietas jagung hibrida akan memberikan tanggapan tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada jarak tanam dan tingkat konsentrasi pupuk daun yang berbeda. 2. Diduga populasi akan memberikan tanggapan tertinggi terhadap hasil tanaman pada jenis varietas dan tingkat konsentrasi pupuk daun yang berbeda. 3. Diduga konsentrasi pupuk daun akan memberikan tanggapan tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada jenis varietas dan jarak tanam yang berbeda.
III. METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
lahan
pertanian
Desa
Kudu,
Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo dengan ketinggian ± 120 meter di atas permukaan laut. Penelitian berlangsung mulai September 2007 dan berakhir Januari 2008.
26
B.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah 3 varietas baru jagung hibrida, antara lain : DK 3, DK 979, DK 9910 dan pupuk daun RGO 2, pupuk dasar NPK, dan Urea. Pestisida yang digunakan adalah Carbofuran dan Deltamethrine. Alat yang digunakan antara lain : papan nama, alat tulis, alat ukur, knapsack sprayer, timbangan digital kapasitas 50kg, oven, moisture meter, lux meter, leaf area meter dan corn sheller.
C.
Rancangan Percobaan Penelitian
dilaksanakan
dengan
menggunakan
rancangan
percobaan petak terbagi (Split Plot) dengan tiga faktor dan diulang menjadi tiga blok. Faktor-faktornya sebagai berikut : Sebagai faktor pertama (main plot) adalah varietas, yang terdiri dari tiga taraf V1 = Varietas Hibrida DK 3 V2 = Varietas Hibrida DK 979 V3= Varietas Hibrida DK 9910 Sebagai faktor kedua (sub plot) adalah jarak tanam, yang terdiri dari tiga taraf J 1 = 70 x 20 cm untuk populasi 71.400 tanaman / Ha J2 = 70 x 15 cm untuk populasi 95.000 tanaman / Ha J3= 60 x 15 cm untuk populasi 111.000 tanaman / Ha
27
Sebagai faktor ketiga (sub-sub plot) adalah konsentrasi pupuk daun, yang terdiri dari tiga taraf K1 = pupuk daun konsentrasi 0 gram / liter K2 = pupuk daun konsentrasi 1 gram / liter K3 = pupuk daun konsentrasi 4 gram / liter
Dari ketiga faktor tersebut didapat sebanyak 27 kombinasi perlakuan dengan 81 petak. Sebagai petak utama adalah Varietas (V), anak petak adalah jarak tanam (J) dan anak-anak petaknya adalah konsentrasi pupuk daun (K). Kombinasi perlakuan tersebut adalah : V1J1D1 V1J1D2 V1J1D3 V1J2D1 V1J2D2 V1J2D3 V1J3D1 V1J3D2 V1J3D3
D.
Tata Laksana Penelitian 1. Analisa Tanah
V2J1D1 V2J1D2 V2J1D3 V2J2D1 V2J2D2 V2J2D3 V2J3D1 V2J3D2 V2j3D3
V3J1D1 V3J1D2 V3J1D3 V3J2D1 V3J2D2 V3J2D3 V3J3D1 V3J3D2 V3J3D3
28
Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta sebelum tanah ditanami jagung.
2. Pengolahan dan Pembuatan Petak Pengolahan dilakukan dengan bajak sebanyak dua kali sehingga tanah menjadi gembur dan diperoleh struktur tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung. Kemudian dibuat petak (plot) dengan ukuran 2,8 x 5 m sebanyak 81 petak, jarak antara petak adalah 1 m kemudian sesuai dengan factor ukuran populasi 70 x 20 cm, setiap petak terdiri dari 4 baris dan populasi tiap petak sebanyak 100 dan 132 tanaman sesuai jarak tanam yang digunakan. Sampel pengamatan diambil pada 2 baris tengah sedangkan 2 baris samping sebagai sample destruktif. 3, Penanaman Jagung Benih jagung masing-masing varietas ditanam dengan cara ditugal, dengan kedalaman 3-5 cm, setiap lubang ditanam sebanyak 2 butir. Populasi diatur disesuaikan dengan ukuran jarak tanam. Setelah tanaman jagung tumbuh, dilakukan penjarangan secara bertahap sehingga pada umur 3 minggu seluruh petak sudah mengalami penjarangan. Penjarangan ialah untuk mengurangi populasi dan mendapatkan tanaman yang seragam, sehingga setiap baris tanaman terdapat sejumlah 25 dan 33 tanaman jagung yang baik sesuai jarak tanam yang digunakan. 4. Pemupukan Tanaman jagung dipupuk 3 kali dan dosis ditentukan sesuai standar kebutuhan yang direkomendasikan dengan Urea : 300 kg ha-1 dan Phonska (NPK) : 300 kg ha-1 sepertiga dari pupuk Urea bersama Phonska diberikan bersamaan pada saat tanam, sedangkan sisa pupuk Urea diberikan pada saat umur 25 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam. Pemberian pupuk ditempatkan pada 10 cm dari lubang tanam pada baris, dengan kedalaman 10 cm.
29
Aplikasi Pupuk Daun Penyemprotan pupuk daun dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan interval penyemprotan 1 minggu sekali sampai tanaman memasuki fase pembungaan. Pemeliharaan Tanaman Penyiangan dilakukan dengan cara manual pada umur 2 minggu setelah tanam, penyiangan selanjutnya dilakukan pada saat umur 4 minggu setelah tanam bersama-sama dengan pembumbunan. Irigasi dan drainase diatur dengan disesuaikan kebutuhan air pada tanaman jagung dengan menjaga kelengasan tanah. Pencegahan serangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Carbofuran, dan Deltametrin. Penyemprotan dilakukan selang waktu 7 hari atau disesuaikan dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Panen
E.
Panen jagung dilakukan bila tongkol sudah masak (maturity). Kriteria masak pada jagung ialah bila kandungan tepung pada biji mencapai maksimal dan berkadar air (20-30%), ialah ditandai dengan pengerasan biji (kernel) dan menguningnya klobot (90-100%). Panen dilakukan pada saat umur tanaman 110 hari setelah tanam. Variabel Pengamatan 1. Pertumbuhan Jagung
30
Pengamatan dilakukan dua minggu sekali pada tanaman sampel untuk pengukuran tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, berat kering brangkasan, laju pertumbuhan tanaman dan laju asimilasi
bersih
rata-rata.
Metode
pengamatannya
adalah
destruktif, yaitu mengambil satu sampel tanaman pada minggu kedua (14 hari setelah tanam), keempat (28 hari setelah tanam), keenam (42 hari setelah tanam) pada setiap perlakuan yang diambil secara acak. Peubah yang diamati meliputi : a. Tinggi tanaman (Plant Height) Dalam satuan cm, ialah tanaman di ukur dari pangkal batang sampai daun teratas dibawah bunga jantan. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu pada minggu kedua (14 hari setelah tanam), keempat (28 hari setelah tanam), keenam (42 hari setelah tanam).
b. Luas daun (LD) Dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995): LD= p x l x fk Keterangan : LD = luas daun (cm2) p
= panjang daun (cm)
l
= Iebar daun (cm)
31
fk = faktor koreksi c. Indeks Luas Daun (ILD) Dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995): ILD =
LD GA
Keterangan : ILD = Indeks Luas Daun LD = Luas daun (cm2) GA = Luas areal perkalian populasi (cm2) d. Berat kering brangkasan Dengan menimbang berat brangkasan yang telah dikeringkan selama 72 jam pada suhu 80 oC sampai beratnya konstan.
e. Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth Rate - CGR) Dihitung dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995):
CGR =
1 W2 - W1 x GA t 2 - t1
32
Keterangan : CGR
= Crop Growth Rate ( g/hari )
GA
= Luas area/perkalian populasi (cm2)
W1
= Berat kering brangkasan pada minggu ke-n (g)
W2
= Berat kering brangkasan pada minggu ke-n + 2 (g)
t1
= Umur tanaman pada pengamatan minggu ke-n (hari)
t2
= Umur tanaman pada pengamatan minggu ke-n + 2 (hari)
f. Laju asimilasi bersih rata-rata (Net Assimilation Rate - NAR) Dihitung dengan menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995) :
33
W2 - W1 ln A2 - ln A1 x A2 - A1 t 2 - t1 Keterangan : NAR = Net Assimilation Rate (g/cm2, hari) W1 = Berat kering brangkasan pengamatan pada minggu ke-n(g) W2 = Berat kering brangkasan pengamatan pada minggu ke-n + 2 (g) A1
= Luas daun pada pengamatan minggu ke-n (cm2)
A2
= Luas daun pada pengamatan minggu ke-n + 2(cm2)
t2-t1 = Selang waktu pengamatan (hari)
2. Pengamatan Hasil Peubah-peubah yang diamati saat panen antara lain: a. Bobot segar tongkol panen (kg) adalah dilakukan penimbangan pada saat panen, tongkol dikupas klobotnya kemudian ditimbang dari dua baris tengah tiap petak penelitian.. b. Panjang tongkol (cm), dengan mengukur panjang tongkol setelah dipanen mulai dari pangkal hingga ujung tongkol yang keluar biji. c. Hasil biji pipilan kering (kg) dengan menimbang hasil biji pipilan kering pada kadar air antara 13 -14 %.
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas, jarak tanam, konsentrasi pupuk daun memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam. (Lampiran 1 dan Lampiran 2.) Pada Tabel 1 dibawah ini menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 9910 (V3), jarak tanam 70 x 20 cm (J1) dan konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter (K3) pada umur 14, 28, serta 42 hari setelah tanam dihasilkan rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan, kecuali pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan antara varietas DK 9910, jarak tanam 70 x 15 cm, dan konsentrasi pupuk daun 1 gram/liter, sedangkan pada umur 42 hari setelah tanam tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan antara varietas DK 9910, jarak tanam 70 x 15 cm, konsentrasi pupuk daun 1 gram/liter serta interaksi perlakuan antara varietas DK 9910, jarak tanam 70 x 20 cm, konsentrasi pupuk daun 0 gram/liter.
35
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman jagung akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam.
Varietas
Jarak Tanam
K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3
J1
V1
J2
J3
J1
V2
J2
J3
J1
V3
Konsentrasi
J2
J3
Tinggi Tanaman 14 HST 51.3 d 44.7 ijk 49.7 def 46.3 ghij 46.3 ghij 46.0 hij 47.3 fghi 49.3 defg 48.0 efgh 44.0 jk 44.3 ijk 57.7 bc 51.3 d 49.3 defg 50.7 de 43.0 k 50.3 def 48.0 efgh 46.7 ghij 49.3 defg 61.3 a 44.3 ijk 44.7 ijk 50.7 de 50.3 def 60.0 ab 55.7 c
Tinggi Tanaman 28 HST 159.0 def 143.7 klm 152.3 e-j 137.3 m 146.7 i-l 140.0 lm 140.0 lm 147.3 h-l 151.3 f-k 140.3 lm 137.0 m 169.7 bc 152.7 e-j 156.3 d-g 150.3 g-k 141.7 lm 155.0 d-i 145.7 jkl 147.3 h-i 154.0 d-i 178.7 a 147.0 i-l 146.3 jkl 155.7 d-h 160.7 de 176.0 ab 161.7 cd
Tinggi Tanaman 42 HST 273.7 c 254.7 hij 269.3 c-f 255.7 ghi 268.0 c-f 256.0 g-j 248.0 j 253.3 ij 269.7 cde 261.3 e-i 252.0 ij 286.3 ab 269.3 c-f 276.7 bc 259.7 f-i 259.7 f-i 269.0 c-f 265.7 d-g 257.7 ghi 272.7 cd 294.0 a 269.0 c-f 263.7 d-h 269.0 c-f 285.3 ab 284.3 ab 277.3 bc
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3 K1
= = = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter
36
K2 K3
= Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter = Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
Rata-rata tinggi tanaman varietas DK 9910 lebih baik dari pada varietas DK 3 maupun DK 979, karena dengan daun jagung tumbuh lurus menjulang keatas, hanya ujung daun agak melengkung ke bawah sehingga mampu meningkatkan efisiensi sinar matahari. Oleh karena itu, varietas DK 9910 dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, yaitu akan memberikan tanggapan dengan cara meningkatkan pertumbuhan memanjang pada batang tanaman. Pada jarak tanam 70 x 20 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter pertumbuhan rata-rata tinggi tanamannya lebih baik diduga pada jarak tanam dengan tingkat kerapatan atau jarak tanam 70 x 20 cm ditambah dengan konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter dapat meminimalkan terjadinya persaingan cahaya akibat tidak saling menaungi dan persaingan mendapatkan hara oleh tanaman. Ruhanto, dkk (1991) berpendapat bahwa kerapatan tanaman akan merangsang perkembangan tanaman ke atas atau pemanjangan batang, sehingga perkembangan tanaman ke samping atau bertambah besarnya batang akan terhambat. 2. Luas Daun Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa luas daun pada umur 14 hari setelah tanam dipengaruhi oleh varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk
37
daun serta terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 3 dan Lampiran 4.)
Tabel 3. Rata-rata luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 hari setelah tanam. Varietas
Jarak Tanam J1
V1
J2
J3
J1
V2
J2
J3
J1
V3
J2
J3
Konsentrasi K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3
Luas Daun 14 HST 0.11 def 0.11 def 0.06 f 0.13 bcde 0.12 cdef 0.13 bcde 0.16 bcd 0.14 bcde 0.16 bcd 0.12 cdef 0.10 def 0.12 cdef 0.14 bcde 0.18 abc 0.15 bcde 0.19 ab 0.14 bcde 0.18 abc 0.11 def 0.13 bcde 0.09 ef 0.16 bcd 0.09 ef 0.19 ab 0.23 a 0.18 abc 0.18 abc
Keterangan : angka – angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3 K1 K2
= = = = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter
38
K3
= Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 9910 (V3), jarak tanam 60 x 15 cm (J3) dan konsentrasi pupuk daun 0 gram/liter (K1) pada umur 14 setelah tanam dihasilkan rata-rata luas daun tanaman yang lebih luas dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan.
V1J1K1
6000.0
V1J1K2
Luas Daun (cm2)
5750.0 5500.0
V1J1K3
5250.0
V1J2K1
5000.0
V1J2K2
4750.0
V1J2K3
4500.0
V1J3K1
4250.0
V1J3K2
4000.0
V1J3K3
3750.0
V2J1K1
3500.0
V2J1K2
3250.0
V2J1K3
3000.0
V2J2K1
2750.0
V2J2K2
2500.0
V2J2K3
2250.0
V2J3K1
2000.0
V2J3K2
1750.0
V2J3K3
1500.0
V3J1K1
1250.0
V3J1K2
1000.0
V3J1K3
750.0
V3J2K1
500.0
V3J2K2
250.0
V3J2K3
0.0 14
28 Hari Setelah Tanam (HST)
42
V3J3K1 V3J3K2 V3J3K3
Gambar 1. Luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam. Luas daun menurut Goldswerthy dan Fisher (1992) merupakan cara penghitungan kemampuan dari tanaman
untuk berfotosintesis. Menurut
Pudjogunarto et al (2001), dengan pertumbuhan daun yang lebih baik akan
39
memungkinkan tanaman mampu menerima cahaya maksimal untuk proses pertumbuhan tanaman. Semakin luas daun tanaman jagung maka kemampuan tanaman jagung dalam menerima cahaya meningkat. Salysbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa semakin luas daun tanaman jagung maka penambahan CO2 untuk berfotosintesis semakin meningkat sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanaman jagung dalam menerima cahaya dipengaruhi oleh kerapatan populasi tanaman. Dalam populasi yang optimal, cahaya yang diterima tanamannya akan optimal sehingga meghasilkan daun dengan permukaan yang lebih luas. Berdasarkan Gambar 2 jarak tanam 70 x 15 pada varietas DK 3 dan DK 979 dan jarak tanam 60 x 15 pada varietas DK 9910 mempunyai luas daun tertinggi diantara yang lainnya pada saat tanaman berumur 14 haris setelah tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa jarak tanam tersebut adalah kerapatan tanaman yang optimal dalam penangkapan cahaya untuk fotosintesis yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan luas daun juga dipengaruhi oleh hara mikro yang diterima tanaman. Berdasarkan Gambar 1, pada varietas DK 3 pemberian konsentrasi pupuk daun 1 gram/liter memberikan purata luas daun tertinggi sebesar 5641.8 cm2. Sedangkan pada varietas DK 979 pemberian konsentrasi pupuk daun 1 gram/liter memberikan purata tertinggi sebesar sebesar 5811,7 cm2. Dan pada varietas DK 9910 pemberian konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter memberikan
40
purata tertinggi sebesar sebesar 5447.2 cm2 pada saat tanaman ber umur 42 hari setelah tanam. 3. Indeks Luas Daun Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa indeks luas daun pada umur 14 hari setelah tanam dipengaruhi oleh varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun serta terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 5 dan Lampiran 6.)
Tabel 4. Rata-rata indeks luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam.
41
Varietas
Jarak Tanam J1
V1
J2
J3
J1
V2
J2
J3
J1
V3
J2
J3
Konsentrasi K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3 K1 K2 K3
Indeks Luas Daun 14 HST 0.11 def 0.11 def 0.06 f 0.13 bcde 0.12 cdef 0.13 bcde 0.16 bcd 0.14 bcde 0.16 bcd 0.12 cdef 0.10 def 0.12 cdef 0.14 bcde 0.18 abc 0.15 bcde 0.19 ab 0.14 bcde 0.18 abc 0.11 def 0.13 bcde 0.09 ef 0.16 bcd 0.09 ef 0.19 ab 0.23 a 0.18 abc 0.18 abc
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3 K1 K2 K3
= = = = = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 9910 (V3), jarak tanam 60 x 15 cm (J3) dan konsentrasi pupuk daun 0 gram/liter (K1) pada umur 14, 28, serta 42 hari setelah tanam
42
dihasilkan indeks luas daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan pada umur 14 hari setelah tanam .
6.50
V1J1K1
6.25
V1J1K2
6.00
V1J1K3
5.75
V1J2K1
5.50
V1J2K2
5.25
V1J2K3
5.00
V1J3K1
4.75
V1J3K2
Indeks Luas Daun
4.50
V1J3K3
4.25 4.00
V2J1K1
3.75
V2J1K2
3.50
V2J1K3
3.25
V2J2K1
3.00
V2J2K2
2.75
V2J2K3
2.50
V2J3K1
2.25
V2J3K2
2.00
V2J3K3
1.75
V3J1K1
1.50
V3J1K2
1.25 1.00
V3J1K3
0.75
V3J2K1
0.50
V3J2K2
0.25
V3J2K3
0.00
V3J3K1 14
28
42
Hari Setelah Tanam (HST)
V3J3K2 V3J3K3
Gambar 2. Indeks luas daun akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam. Indeks Luas Daun (ILD) merupakan faktor pertumbuhan yang menentukan besarnya fotosintesis. ILD menurut Gardner et al (1991) menunjukkan rasio permukaan daun (satu sisi saja) terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman budidaya itu. Nilai ILD diperlakukan untuk dapat meningkatkan
penyerapan
energi
matahari
sehingga
mengakibatkan
peningkatan produktifitas jagung. Laju poroduktifitas menurut Salisbury dan
43
Ross (1995) akan meningkat sejalan dengan meningkatnya ILD karena peningkatan penangkapan cahaya total. Luas daun merupakan faktor penentu besarnya indeks luas daun. Semakin luas daun, dalam hal ini luas tanah yang dinaungi tiap tanaman adalah sama, maka semakin besar pula Indeks Luas Daun. Sejalan dengan luas daun, jarak tanam 60 x 15 cm berdasarkan Gambar 3 baik pada varietas DK 3, DK 979 dan DK 9910 mempunyai Indeks Luas Daun tertinggi diantara tingkat jarak tanam lainnya. Penangkapan cahaya berkaitan dengan kerapatan tanaman atau populasi. Semakin rapat populasi tanaman, semakin tinggi kerapatan antar daun, dan semakin sedikit cahaya yang sampai ke lapisan daun bawah (Sitompul dan Guritno, 1995). Semakin optimal penangkapan cahaya maka semakin baik pertumbuhan tanaman. Optimalisasi penangkapan cahaya dapat terlaksana dengan pengaturan tingkat populasi yang tepat. Indeks Luas Daun dipengaruhi oleh konsentrasi pupuk yang diberikan karena pupuk berperan dalam pertambahan luas daun tanaman. Berdasarkan Gambar 2, pada umur tanaman 14 HST Indeks Luas Daun varietas DK3 tertinggi pada penggunaan konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter, sedangkan pada varietas DK 979 dan DK 9910 tertinggi pada penggunaan konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter. Diduga terjadi perbedaan respons dalam menerima dosis pupuk yang diberikan karena perbedaan faktor genetik.
44
4. Berat Kering Brangkasan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berat kering brangkasan 14 dan 28 hari setelah tanam dipengaruhi oleh varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun serta terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 7 dan Lampiran 8.) Tabel 5. Rata-rata Berat Kering Brangkasan akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14 dan 28 hari setelah tanam. Varietas
Jarak J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3
V1
V1
V1
Konsentrasi K1
K2
K3
K1
K2
K3
K1
K2
K3
Berat Brangkasan 14 HST 1,168 ef 1,106 ef 1,103 ef 1,318 cf 1,064 ef 1,257 cf 0.82 f 1,269 cf 1,466 af 1,686 af 1,416 bf 1,680 af 1,618 af 2,407 ab 1,221 def 1,687 af 1,286 cf 1,101 ef 1,327 cf 1,495 af 2,193 ad 2,252 abc 1,846 ae 1,547 af 1,252 cf 2,532 a 1,554 af
Berat Brangkasan 28 HST 8,420 cde 8,817 be 8,720 be 9,713 ad 8,013 cde 7,730 de 9,580 ad 10,000 abc 8,433 cde 10,577 abc 8,378 cde 8,367 cde 10,593 abc 7,703 de 7,007 e 7,977 cde 10,680 abc 11,657 a 8,863 be 8,590 be 7,993 cde 9,013 be 8,280 cde 8,103 cde 8,550 be 8,963 be 8,090 cde
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1
= = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm
45
J2 J3 K1 K2 K3
= = = = =
jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 979 (V2), jarak tanam 70 x 15 cm (J2) dan konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter (K2) pada umur 14 hari setelah tanam dihasilkan rata-rata berat barangkasan yang lebih tinggi dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan. Pada umur 28 hari setelah tanam berbeda nyata dengan interaksi perlakuan antara varietas DK 979, jarak tanam 60 x 15 cm, dan konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter, sedangkan pada umur 42 hari setelah tanam berbeda nyata dengan interaksi perlakuan antara varietas DK 979, dengan konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter.
V1J1K1
75.0
V1J1K2 70.0
V1J1K3 V1J2K1
Berat kering batang (gr)
65.0
V1J2K2
60.0
V1J2K3 V1J3K1
55.0
V1J3K2 V1J3K3
50.0
V2J1K1 45.0
V2J1K2 V2J1K3
40.0
V2J2K1 35.0
V2J2K2
30.0
V2J2K3 V2J3K1
25.0
V2J3K2 V2J3K3
20.0
V3J1K1 15.0
V3J1K2 V3J1K3
10.0
V3J2K1 5.0
V3J2K2 V3J2K3
0.0 14
28 Hari Se te lah Tanam (HST)
42
V3J3K1 V3J3K2 V3J3K3
46
Gambar 3.Berat Kering Brangkasan akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam. Berat kering brangkasan merupakan hasil berat segar brangkasan yang dihilangkan kadar airnya sehingga yang tertinggal bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa (Harjadi, 1979). Biomassa adalah berat semua organisme yang biasanya dinyatakan dalam berat kering atau unit luas (Anonim, 1997), bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh gravitasi sehingga bersifat konstan (Sitompul dan Guritno, 1995). Sifat konstan dari ukuran yang diperoleh dapat memperlihatkan sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman. Peningkatan bahan kering menurut Gardner et al (1991) merupakan definisi dari pertumbuhan tanaman. Peningkatan berat kering umumnya digunakan sebagai petunjuk adanya peningkatan dalam pertumbuhan tanaman. Penggunaan berat kering sebagai variabel pengamatan pertumbuhan disebabkan karena berat segar itu mengalami fluktuasi tergantung keadaan kelembaban. Sementara itu jaringan yang telah mengering karena telah mengalami kehilangan berat segar yang sangat besar, menjadikan berat tanaman yang diukur akan konstan. Berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis. Jika diketahui berat kering tanaman, maka dapat diketahui kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintat (Golasworthy dan Fisher, 1992).
47
Jarak tanam yang berhubungan dengan tingkat kerapatan tanaman berpengaruh terhadap penangkapan cahaya dan keseimbangan antara CO2 hasil respirasi (Harjadi, 1993). Dengan tingkat kerapatan tanaman yang optimum cahaya yang diterima tanaman akan optimum pula yang pada akhirnya proses fotosintesis untuk pembentukan biomassa akan berjalan baik. Berdasarkan Gambar 3 perkembangan berat kering brangkasan varietas DK 979 lebih tinggi nilai kuantitatifnya daripada varietas DK 3 dan varietas DK 9910 pada beberapa perlakuan jarak tanam. Jarak tanam 60 x 15 cm merupakan kerapatan tanaman yang optimum bagi varietas DK3 dan varietas DK 979. Jarak tanam 70 x 20 cm merupakan perlakuan yang memberikan berat kering brangkasan tertinggi pada varietas DK 9910 merupakan perlakuan yang memberikan berat kering brangkasan tertinggi pada umur 28 hari setelah tanam. Berat kering brangkasan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi unsur hara dalam tanaman. Berdasarkan Gambar 4 konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter pada varietas DK 979 memberikan purata berat brangkasan kering tertinggi sebesar 6,8646 gram, sedangkan pada varietas DK 3 konsentrasi yang memberikan purata tertinggi adalah 1 gram / liter dengan berat kering brangkasan sebesar 6,4020 gram. Pada varietas DK 9910 konsentrasi yang memberikan purata tertinggi adalah 4 gram / liter dengan berat kering brangkasan sebesar 6,3540 gram.
48
5. Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth Rate - CGR) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tanaman 14 hari setelah tanam dipengaruhi oleh varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun serta terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 9.)
Tabel 6. Rata-rata Laju Pertumbuhan Tanaman akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun antara umur 14-28 hari setelah tanam.
49
Varietas
Jarak Tanam J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3
V1
V1
V1
Konsentrasi K1
K2
K3
K1
K2
K3
K1
K2
K3
Laju Pertumbuhan Tanaman 14-28 HST 0.0006386 jkl 0.0009616 bcd 0.0009365 b-g 0.0007143 h-l 0.0009152 b-h 0.0009460 b-f 0.0007362 f-l 0.0009499 b-e 0.0008801 c-h 0.0007534 d-l 0.0008034 c-k 0.0009148 b-h 0.0007498 e-l 0.0007565 d-l 0.0009082 b-h 0.0006007 kl 0.0010989 b 0.0013812 a 0.0006548 i-l 0.0008615 c-j 0.0009026 b-h 0.0005954 l 0.0008347 c-j 0.0009915 bc 0.0006870 c-i 0.0007270 g-l 0.0009793 bc
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3 K1 K2 K3
= = = = = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
50
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 979 jarak tanam 60 x 15 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram/ liter pada umur 14 hari setelah tanam dihasilkan rata-rata laju pertumbuhan
LPT
tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan. 0.00160 0.00140 0.00120 0.00100 0.00080 0.00060 0.00040 0.00020 0.00000
K1 K2 K3
J1
J2 V1
J3
J1
J2 V2
J3
J1
J2
J3
V3
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Tanaman akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun antara umur 14-28 hari setelah tanam. Tanaman selama masa hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan umur tanaman akan terjadi, danm merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling sering digunakan. Laju pertumbuhan tanaman budidaya adalah laju pertambahan berat kering tanaman seluruhnya (Goldsworthy dan
Fisher, 1992).
Laju pertumbuhan tanaman merupakan analisis pertumbuhan yang umum digunakan terutama di lapangan (Gardner et al., 1991). Laju pertumbuhan tanaman jagung ditentukan oleh besarnya berat kering tanaman jagung dalam
51
satu satuan waktu. Oleh karena itu laju pertumbuhan tanaman tersebut juga
LPT
ditentukan oleh besarnya fotosintesis.
0.00105 0.00100 0.00095 0.00090 0.00085 0.00080 0.00075 0.00070
V1 V2 V3
K1
K2
K3
konsentrasi pupuk daun
Gambar 5. Laju Pertumbuhan Tanaman akibat interaksi antara varietas dan konsentrasi pupuk daun antara umur 14-28 hari setelah tanam. Laju pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh konsentrasi pupuk daun yang diberikan. Sesuai dengan berat kering brangkasan, berdasarkan Gambar 5 konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter memberikan purata tertinggi pada varietas DK 979 sebesar 0.001027 g/hr dan konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter memberikan purata tertinggi pada varietas DK 3 sebesar 0.000858 g/hr, sedangkan untuk varietas DK 9910 konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter memberikan purata tertinggi sebesar 0.000807 gr/liter. Dengan daun yang lebih luas permukaannya diduga mampu melakukan fotosintesis dengan lebih baik, sehingga dapat menghasilkan biomassa yang lebih besar.
LPT
52
0.00600 0.00550 0.00500 0.00450 0.00400 0.00350 0.00300 0.00250 0.00200
V1 V2 V3
J1
J2
J3
jarak tanam
Gambar 6. Laju Pertumbuhan Tanaman akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam antara umur 28-42 hari setelah tanam. Berdasarkan Gambar 6 varietas DK 979 dengan jarak tanam 60 x 15 cm mempunyai laju pertumbuhan tanaman tertinggi diantara tingkat jarak tanam lainnya. Varietas DK 3 menghasilkan laju pertumbuhan tanaman tertinggi pada jarak tanam 60 x 15 cm. Begitu pula dengan varietas DK 9910 laju pertumbuhan tanaman tertinggi pada antara umur 28-42 hari setelah tanam dalah pada jarak tanam 60 x 15 cm.
6. Laju asimilasi bersih rata-rata (Net Asimilation Rate - NAR) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa laju asimilasi bersih rata-rata saat tanaman umur 14-28 hari setelah tanam dipengaruhi oleh varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun serta terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 10.)
53
Tabel 7. Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun antara umur 14 – 28 hari setelah tanam. Varietas
Jarak Tanam J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3
V1
V1
V1
Konsentrasi K1
K2
K3
K1
K2
K3
K1
K2
K3
Laju Asimilasi Bersih 14-28 HST 0.0012459 b-f 0.0013581 a-e 0.0011548 c-f 0.0013379 a-e 0.0013813 a-d 0.0012685 a-f 0.0015564 ab 0.0013629 a-e 0.0011711 c-f 0.0012927 a-f 0.0011565 c-f 0.0010353 def 0.0013109 a-e 0.0009932 ef 0.0011972 b-f 0.0010505 def 0.0014549 abc 0.0016472 a 0.0012003 b-f 0.0011287 c-f 0.0010063 ef 0.0009951 ef 0.0012906 a-f 0.0011457 c-f 0.0013309 a-e 0.0009169 f 0.0010987 c-f
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3 K1 K2
= = = = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm Konsentrasi pupuk daun 0 gram / liter Konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter
54
K3
= Konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 3, dengan jarak tanam 70 x 20 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter antara umur 14-28 hari setelah tanam dihasilkan rata-rata laju asimilasi bersih rata-rata yang lebih tinggi dan berbeda nyata pada semua interaksi perlakuan.
0.0017000
LAB
0.0015000 K1
0.0013000
K2
0.0011000
K3 0.0009000 0.0007000 J1
J2 V1
J3
J1
J2 V2
J3
J1
J2
J3
V3
Gambar 7. Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas, jarak tanam, dan konsentrasi pupuk daun antara umur 14-28 hari setelah tanam. Laju asimilasi bersih rata-rata dapat dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi dari tiap-tiap satuan luas daun melakukan fotosintesis untuk menambah berat kering tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1996). Indeks ini merupakan gabungan dari dua sifat sama seperti laju pertumbuhan tanaman, yaitu kemampuan daun menghasilkan biomassa per satuan luas daun dan nisbah diantara luas daun dengan berat kering total tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
55
Laju penimbunan berat kering tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah kerapatan tanaman per satuan luas tanah yang ditempati tanaman. Berdasarkan gambar 7 diketahui bahwa varietas DK3 dengan jarak tanam 70 x 20 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter mempunyai laju asimilasi bersih rata-rata tertinggi diantara tingkat jarak tanam dan konsentrasi pupuk daun lainnya sebesar 0.001556 g/cm2/hr. Varietas DK 979 dengan jarak tanam 70 x 15 cm dan konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter mempunyai laju asimilasi bersih rata-rata tertinggi diantara tingkat jarak tanam dan konsentrasi pupuk daun lainnya sebesar 0.001454 g/cm2/hr. Sedangkan varietas DK 9910 laju asimilasi bersih rata-rata tertinggi pada umur 14-28 hari setelah tanam adalah pada jarak tanam 70 x 20 cm an konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter sebesar 0.001331 g/cm2/hr. Pada kerapatan tanaman yang lebih rendah kemampuan daun dalam berfotosintesis lebih efisien daripada populasi yang lebih rapat. Kondisi ini disebabkan oleh kompetisi antara tanaman dalam mendapatkan input penunjang laju pertumbuhan, terutama cahaya, air dan hara lebih kecil, sehingga dalam kondisi faktor dukung yang sama cenderung akan menghasilkan pertumbuhan individu yang lebih baik (Weighan dan Wooley, 1974 cit,Anhar et al., 1999).
LAB
56
0.00150 0.00145 0.00140 0.00135 0.00130 0.00125 0.00120 0.00115 0.00110 0.00105 0.00100
V1 V2 V3
K1
K2
K3
konsentrasi pupuk daun
Gambar 8. Rata-rata laju asimilasi bersih akibat interaksi antara varietas dan konsentrasi pupuk daun antara umur 28-42 hari setelah tanam. Laju asimilasi bersih rata-rata seperti halnya laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh pemupukan. Berdasarkan Gambar 8 pada tiap perlakuan konsentrasi pupuk daun terjadi perubahan laju asimilasi bersih rata-rata tiap selang waktunya. Pada 28-42 hari setelah tanam varietas DK 979 mempunyai laju asimilasi bersih tertinggi pada konsentrasi pupuk daun 1 gr/liter sebesar 0.0014418 g/cm2/hr, sedangkan DK 3 tertinggi pada penggunaan konsentrasi pupuk daun 1 gram / liter sebesar 0.001410 g/cm2/hr. Dan DK 9910 tertinggi pada penggunaan konsentrasi pupuk daun 4 gram / liter sebesar 0.001368 g/cm2/hr Varietas DK 979 dan DK 3 ternyata lebih efisien dalam menggunakan pupuk daun dalam fase pertumbuhan vegetatifnya dari pada varietas DK 9910. Pada varietas DK 979 dan DK 3, penambahan konsentrasi pupuk daun berarti penambahan unsur hara mikro ke dalam tanaman. Dengan adanya unsur hara mikro yang cukup tinggi maka klorofil yang terbentuk akan semakin tinggi,
57
dimana klorofil berfungsi penting dalam proses fotosintesis (Irdiana et at., 2002).
B. Pengamatan Hasil Hasil
tanaman
jagung
yang bernilai
ekonomi
adalah
bijinya.
Pembentukan biji dimulai sejak terjadinya pembuahan. Karbohodarat yang berasal dari fotosintesis sebagian besar digunakan untuk proses tersebut sampai biji mencapai ukuran dan berat kering yang maksimal (Wiryowidodo, et al., 1984). Hasil tanaman jagung tidak hanya ditentukan pada saat generatif, tetapi juga pada saat fase vegetatif. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) untuk hasil tanaman yang tinggi, khususnya biji, luas daun harus cukup besar untuk menyekap sebagian besar penyinaran yang datang. Penyediaan unsur
58
hara juga akan mendukung proses fotosintesis yang dapat mendukung peningkatan hasil. Hasil panen biji merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh pengelolaan, genotipe, dan lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kemampuan tanaman untuk mengekspresikan potensial genetik. Faktor pengelolaan meliputi jumlah biji yang ditanam dan kemampuan mengelola tanaman untuk menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan agar tercapai hasil panen yang maksimal.
1. Bobot segar tongkol panen (Fresh ear weight at harvest) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bobot tongkol segar yang dipanen dipengaruhi oleh varietas dan jarak tanam terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut (Lampiran 11.) Tabel 8. Bobot tongkol segar yang dipanen akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam.
Varietas
V1
V2
V3
Jarak Tanam J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3
Berat Tongkol Panen 14.888 14.125 13.511 15.071 14.446 14.044 13.683 15.187 14.854
ab abc c a abc abc bc a ab
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05
59
V1 V2 V3 J1 J2 J3
= = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas dan jarak tanam pada varietas hibrida DK 9910 (V3) dengan jarak tanam 70 x 15 cm (J2) menghasilkan bobot tongkol segar yang dipanen lebih tinggi dan berbeda nyata pada interaksi varietas dan jarak tanam. Pengisian tongkol jagung terutama dipengaruhi oleh suplai hara yang diterima. Hara yang diterima akan digunakan untuk membentuk asimilat. Permintaan akan asimilat meningkat selama periode pengisian dan pertumbuhan tongkol. Bila persediaan asimilat cukup, maka pertumbuhan tongkol dan pengisian biji dapat berlangsung dengan lancar dan hasilnya tinggi. Jika dilihat secara keseluruhan populasi dalam suatu satuan luas, maka hasil yang lebih tinggi akan dapat diperoleh jika populasi lebih tinggi. Akan tetapi, hal tersebut hanya akan dapat terwujud jika tanaman mendapatkan penunjang pertumbuhan yang baik. Secara individu mungkin hasil yang diperoleh akan lebih rendah dari hasil pada populasi yang lebih jarang, akan tetapi dengan tingkat populasi yang optimal maka hasil persatuan luas akan dapat meningkat.
bobot tongkol (kg)
60
16.000 15.000
V1
14.000
V2
13.000
V3
12.000 J1
J2
J3
jarak tanam (cm)
Gambar 9.
Bobot tongkol segar yang dipanen akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam.
Purata berat tongkol kering jagung varietas DK 9910 lebih tinggi daripada varietas DK 3 dan varietas DK 979 dengan jarak tanam 70 x 15 cm ataupun 60 x 15 cm. Pada varietas DK 9910 dengan jarak tanam 70 x 15 cm mempunyai bobot tongkol basah tertinggi sebesar 15,187 kg. Sedangkan pada varietas DK 979 dan DK 3 didapatkan hasil berat tongkol basah tertinggi sebesar 15,071 kg dan 14,888 kg pada jarak tanam 70 x 20 cm.
2. Panjang tongkol panen Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa panjang tongkol yang dipanen dipengaruhi oleh jarak tanam dan tidak terdapat interaksi antara ketiga faktor tersebut (Lampiran 11.)
Tabel 9.
Panjang Tongkol yang dipanen pada jarak tanam.
61
Jarak Tanam J1 J2 J3
Panjang Tongkol 18.5 17.8 17.8
a b b
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 J1 = jarak tanam 70 x 20 cm J2 = jarak tanam 70 x 15 cm J3 = jarak tanam 60 x 15 cm Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi perlakuan antara varietas, jarak tanam dan konsentrasi pupuk daun pada parameter panjang tongkol daun. Pertumbuhan tongkol dimulai sejak terjadinya pembuahan. Sebagian besar karbohidrat dialihkan ke bagian tongkol untuk pembentukan biji. Proses pembentukan karbohidrat terkait dengan fotosintesis dan tergantung dengan tingkat penyinaran matahari. Tanaman dengan penyinaran sinar matahari yang lebih penuh akan mempunyai tongkol yang lebih panjang. Berdasarkan Tabel 9. jarak tanam 70 x 20 cm mempunyai panjang tongkol yang lebih panjang dari jarak tanam 70 x 15 cm dan 60 x 15 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kerapatan tanaman tinggi semakin pendek panjang tongkol panennya. Kerapatan tanaman yang jarang menyebabkan tanaman mendapatkan sinar matahari yang lebih penuh sehingga panjang tongkol dapat berkembang optimum..
62
3. Hasil biji pipilan kering Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil biji pipilan kering yang dipanen dipengaruhi oleh varietas dan jarak tanam serta terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut (Lampiran 12.) Tabel 10. Hasil biji pipilan kering akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam. Varietas
Jarak Tanam J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3
V1
V2
V3
Berat Kering Pipilan 9.145 8.51 7.878 9.448 8.991 9.245 9.137 10.008 10.041
b c d ab bc b b ab a
Keterangan : Dalam kolom, angka diikuti huruf sama menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada tingkat DMRT 0.05 V1 V2 V3 J1 J2 J3
= = = = = =
varietas hibrida DK 3 varietas hibrida DK 979 varietas hibrida DK 9910 jarak tanam 70 x 20 cm jarak tanam 70 x 15 cm jarak tanam 60 x 15 cm
Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan antara varietas hibrida DK 9910 (V3) dan jarak tanam 60 x 15 cm (J3) menghasilkan hasil biji pipilan kering lebih tinggi.
Berat Kering Pipilan (kg)
63
10.500 10.000 9.500 9.000 8.500 8.000 7.500 7.000
V1 V2 V3
J1
J2
J3
Jarak tanam (cm)
Gambar 10. Berat kering pipilan yang dipanen akibat interaksi antara varietas dan jarak tanam. Berdasarkan Gambar 10 terjadi tanggapan antara ketiga varietas terhadap Jarak tanam pada varietas DK 9910 memberikan hasil berat pipilan kering tertinggi sebesar 10,041 kg sedangkan pada varietas DK 3 dan DK 979 didapatkan berat pipilan kering tertinggi sebesar 9,145 kg dan 9,448 kg. Varietas hibrida termasuk jenis unggul yang memiliki keunggulan dalam jumlah produksi (Subandi et al., 1988). Kebanyakan perbedaan hasil biji disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah biji/tongkol disertai perbedaanperbedaan kecil dalam ukuran biji per tongkol. Jumlah biji yang lebih sedikit pada waktu panen terutama akibat keguguran biji selama perambutan (Goldsworthy dan Fisher, 1980).
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Varietas jagung hibrida DK 9910 memberikan tanggapan tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada jarak tanam dan tingkat konsentrasi pupuk daun yang berbeda. 2. Populasi pada jarak tanam 70 x 15 cm memberikan tanggapan tertinggi terhadap hasil tanaman pada jenis varietas dan tingkat konsentrasi pupuk daun yang berbeda. 3. Konsentrasi pupuk daun 4 gram/liter memberikan tanggapan tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pada jenis varietas dan jarak tanam yang berbeda. B. Saran Dalam usaha peningkatan hasil tanaman jagung melalui penerapan jarak tanam, penggunaan konsentrasi pupuk daun dan varietas masih diperlukan penelitian lebih lanjut pada lahan dan varietas yang berlainan, untuk mendapatkan berbagai hasil penelitian yang dapat digunakan selanjutnya.
65
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1996. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta. AAK. 2000. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta. Agustina, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta hal. 45 – 46. Anhar, A., Nurhayati., Hasanudin. 1999. Kajian Hasil dan Stadia Perkembangan Tanaman Jagung Densitas Tanaman dan Tekanan Gulma. J. Agrista 4(2):181-189. Anonymous. 1994b. Petunjuk Memilih Pupuk Daun. Trubus. No. 290 Tahun XXV. hal 52 – 53 Anonymous. 2001. Jagung Hibrida, Komoditas Andalan Sulawesi Selatan. Abdi Tani. 2 (5) Juli – September 2001. PT. Tanindo. Surabaya. 48 hal Anonymous. 2007. Brosur kemasan Pupuk daun RGO-2. PT. Johny Jaya Makmur Jakarta. 1 hal. Dahlan, M. 1992. Pembentukan dan Penyediaan Benih Jagung Hibrida. Hal. 1-13 dalam Astanto Kasno ( edt). Produksi Benih Jagung Hibrida. Risalah Lokakarya di Balittan Malang tanggal 14 Februari 1992. Dwijoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta .hal. 6-160. Effendi, S. 1986. Percobaan Pemupukan Pada Jagung Dalam Himpunan Tulisan Mengenai Jagung. Bogor. 95 hal. Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Physiolobry of Crop Plants. Terjemahan: Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Herawati Susilo, Pendamping: Subiyanto. UI-Press. Jakarta. Goldsworthy, P. R dan N. Fisher. 1992. Fisologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gun.
2004. Indonesia Berpotensi jadi www.agroindonesia.com: 2 April 2005.
Pemasok
Jagung
Dunia.
66
Harjadi, S S.1991. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian. PT. Gramedia. Jakarta. Irdiana, L, Y. Sugito, dan A. Sugianto. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair dan Dosis Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zeu mays saccharata) varietas Bisi Sweet. J. Agrista. 24(l):9-16. Kipps, S. 1978. Production of Field Crop. Tata McGraw Hill Publishing Company. Virginia. P. 256-290. Lingga. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta hal 9-10. Poespodarsono, S.1988. Pemuliaan tanaman. PAU. IPB. Pp. 30 Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta. Saptarini, Widayati dan Sari. 1993. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. P.S. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal. Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Subandi, Wahyudin, SS, dan Adi, W. 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 423 hal. Subandi, I dan F. Hendrayana. 2001. Hybrid corn seed development and hybrid pipeline. Training in Better Achievement for Hybrid Corn Seed Quality Assurance by Monsanto. Yogyakarta: January 21-22, 2001 Suprapto, H.S. 1995. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta Syarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung 197 hal.
67