1
UJI PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN GAMBUT Oleh SAPTEM MASWITA*) Dibawah bimbingan :M. Zulman Harja Utama dan Milda Ernita *) Program Studi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Penelitian uji pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung terbaik terhadap pertumbuhan dan hasilnya di lahan gambut. Penelitian dilakukan di lahan Balai Penyuluhan Kecamatan, Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dari bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan varietas jagung terbaik terhadap pertumbuhan dan hasilnya di lahan gambut.Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 5 varietas jagung yaitu Pioner 27, Nusantara 1, Dua Kuda, Pertiwi dan NK 99. Variabel yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur muncul bunga jantan, umur panen, panjang tongkol tanpa klobot, lingkar tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot tongkol tanpa klobot, bobot 100 biji dan bobot pipilan kering per/plot dan per/ha. Hasil penelitian memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada varietas Dua Kuda, dengan produksi yaitu 13,82 ton/ha di lahan gambut. Kata Kunci : Gambut dan Jagung
PENDAHULUAN Tanaman jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat setelah padi dan gandum, banyak dikembangkan di Indonesia sebagai bahan makanan, pakan dan bahan baku industri. Permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningktnya jumlah penduduk dan perkembangan industry pangan dan pakan ternak (Budiman, 2010). Jagung sebagai pakan ternak dan pangan menempati urutan ketiga di dunia (7%) setelah padi (26%) dan gandum (23%) (Anonima2004). Produksi jagung di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat, seiring dengan permintaan yang tinggi.Produktivitas jagung di Sumatera Barat
2
tahun 2006 rata-rata 4,7 ton/ha dengan laju pertumbuhan 7,45% per tahun (Anonimb, 2009). Produksi jagung di Sumatera Barat dengan luas lahan 70 ribu ha adalah sekitar 400 ribu ton setahun.Produksi rata-rata masing-masing daerah masih beragam sesuai dengan potensi dan dukungan teknologi yang digunakan. Pesisir Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan luas areal tanam rata-rata pertahun mencapai 10 ribu ha, dengan produksi rata-rata 6,5 ton/ha (Anonimc, 2010). Berbagai usaha telah dilakukan dalam memacu peningkatan produksi jagung, tetapi dalam perjalanannya menghadapi sejumlah permasalahan yang tidak hanya berhubungan dengan iklim, hama, penyakit dan keseimbangan hara, tetapi juga berkaitan dengan semakin meluasnya alih fungsi lahan termasuk lahan pertanian menjadi kawasan industri, perumahan, dan perhubungan. Berkaitan dengan alih fungsi lahan tersebut maka perlu memanfaatkan lahan-lahan yang telah direklamasi, diantaranya adalah lahan gambut.Adapun masalah dari pada lahan gambut yang ada di kecamatan Lengayang yaitu tata air yang jelek, kemasaman tanah, status hara makro dan mikro yang rendah. Lahan gambut berpotensi besar untuk budidaya tanaman pangan (Setiadi, 1990).Lahan gambut cukup luas sekitar 19 juta ha yang tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Papua.Reklamasi lahan gambut yang telah dilakukan sampai sekarang belum menjadi lahan gambut sebagai lahan usaha tani, karena banyak faktor yang mencekam pertumbuhan tanaman seperti ketebalan dan taraf dekomposisi, status hara makro dan mikro yang rendah, adanya lapisan pirit, tata air yang jelek, kemasaman tanah dan adanya asam-asam organik meracun yang tinggi hasil dekomposisi bahan organik secara anaerobik (Alihamsyah et al., 2003). Salah satu caramudah dan tepat untuk mengatasi masalah kemasaman tanah dan keberadaan asam-asam organik yang meracun ini adalah dengan menanam varietas jagung yang toleran terhadap cekaman asam-asam organik tanah gambut.Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan varietas jagung terbaik pertumbuhan dan hasilnya di Lahan Gambut.
3
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan dilahan Balai Penyuluhan Kecamatan, Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dari bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih jagung varietas
Pioneer 27, Nusantara 1, NK 99, Pertiwi, Dua kuda, pupuk N P K dan pupuk organik. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuanyaitu varietas Pioneer 27 (V1), varietas Nusantara 1(V2), varietas Dua kuda(V3), varietas Pertiwi(V4), varietas NK 99(V5). Diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 plot percobaan. Data yang diperoleh dianalisi secara statistik dan diuji lanjut dengan menggunakan DMRT pada taraf 5%. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur muncul bunga jantan, umur panen, panjang tongkol tanpa klobot, lingkar tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot tongkol tanpa klobot, bobot 100 biji dan bobot pipilan kering per/plot dan per/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Pada Tabel 1 memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman beberapa varietas jagung dilahan gambut berpengarh sangat nyata. Pada varietas Nusantara 1 menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi yaitu 170,53 cm berbeda tidak nyata dengan varietas Pionner dan varietas NK 99 yang masing-masing yaitu 161,93 cm dan 161,28 cm berbeda nyata dengan varitas Dua Kuda dan varitas Pertiwi masing masing 140,85 cm dan 132,20 cm, dan pertumbuhan tinggi terendah terlihat pada varitas Pertiwi yaitu 132,20 cm. Tabel 1. Tinggi tanaman pada beberapa varietas tanaman jagung dilahan gambut Varitas Jagung Tinggi tanaman (cm) Nusantara 1 Pioner NK 99 Dua Kuda Pertiwi KK (%) =9,92 Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil menurut DMRT 1%.
170,53 161,93 161,28 140,00 132,20
a a a b b
yang sama berpengaruh sangat nyata
4
Hal ini dikarenakan faktor genetik dari tanaman dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh tanaman jagung (mampu beradaptasi).Faktor genetik merupakan penyebab keragaman penampilan tanaman. Menurut Masdar et al., (2006) sifat genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman mencangkup bentuk dan fungsi yang menghasilkan keragaman tanaman. Laju
Tinggi tanaman (cm)
pertumbuhan tanaman beberapa varietas jagung disajikan pada Gambar 1. 200 150
Pioner
100
Nusantara 1
50
Dua Kuda Pertiwi
0 2
3
4
5
NK 99
Minggu Ke
Gambar 1.Laju pertumbuhan tinggi tanaman uji pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung dilahan gambut. Gambar 1 memperlihatkan laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung mulai dari minggu ke dua sampai dengan minggu ke 5 selalu mengalami kenaikan ratarata yaitu pada varietas NK 99 29,75 cm, Pertiwi 26,75 cm, Dua Kuda 29 cm, Nusantara 30,25 cm, Pioneer 27 30 cm. Pada Gambar 1 laju pertumbuhan tertinggi diperoleh pada varietas Nusantara 1 dan laju pertumbuhan terendah terjadi pada Varietas Pertiwi. Jumlah Daun Pada Tabel 2 memperlihatkan jumlah daun beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Pioner menghasilkan jumlah daun 12,75 helai, pada varietas NK 99, Nusantara 1 dan Dua Kuda menghasilkan jumlah daun yang masing-masingnya 12,75 helai, 12.5 helai dan 12.5 helai. Tabel 2.Jumlah daunpada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Pioner NK 99
Jumlah Daun (cm) 12,75 12,75
Nusantara 1 12,50 Dua Kuda 12,50 Pertiwi 11,50 KK (%) = 8,72 Angka pada kolom jumlah daun berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%.
5
Pada varietas Pertiwi menghasilkan jumlah daun yaitu 11,5 helai. Tidak berbedanya jumlah daun pada setiap Varietas dipengaruhi oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman, hal ini dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang terdapat pada tanah gambut, salah satunya adalah terdpatnya senyawa organik hasil dekomposisi anaerobik yang menghasilkan asma-asam organik yang dapat meracun tanaman, sehingga jumlah daun yang dihasilkan pada varietas Pertiwi menunjukan karakteristik kemampuan adaptasi terhadap lingkungan tumbuh. Menurut Soemarsono et al,.(2011) suatu varietas yang memiliki adaptasi lebih baik apabila dapat tumbuh baik pada wilayah penyebaran, dengan pertumbuhan dan produksi yang lebih stabil. Total Luas Daun Dari Tabel 3 memperlihatkan total luas daun jagung beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Pioner menghasilkan total luas daun yaitu 8312,33 cm2, berbeda tidak nyata dengan varietas Nusantara 1 yaitu 7937,27 cm2, kemudian disusul varietas NK 99, varietas Pertiwi dan varietas Dua Kuda
masing-masingnya menghasilkan total luas daun yaitu
2
7605,58cm , 6369,50 cm2 dan 6059,66 cm2. Tabel 3.Total luas daunpada beberapa varietas jagung dilahan gambut. Varietas Jagung Total Luas Daun (cm2) Pioner 8312,33 Nusantara 1 7937,27 NK 99 7605,58 Pertiwi 6369,50 Dua Kuda 6059,66 KK (%) = 12,43 Angka pada kolom total luas daun berpengaruh tidak nyata menurut ujiF 5%. Tidak berbedanya total luas daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Keadaan ini diduga merupakan salah satu sifat dari setiap varietas jagung dalam merespon kondisi lingkungan dengan kesuburan tanah gambut yang mengandung senyawa Fenol yang bereaksi sangat masam dan dengan kadar hara rendah. Dengan ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka akan mendukung laju fotosintesis yang cepat, dengan fotosintesis yang sempurna, maka pada proses pembentukan karbohidrat, lemak dan protein dapat berjalan dengan sempurna pula, sehingga akan diperoleh
6
hasil yang maksimal. Lakitan (2012) menambahkan jika kandungan hara dalam tanah cukup tersedia (subur) maka ILD (indeks Luas Daun) suatu tanaman akan semakin tinggi, dimana sebagian besar asimilat dialokasikan untuk pembentukan daun yang mengakibatkan luas daun bertambah. Umur muncul bunga jantan Tabel 4 memperlihatkan umur muncul bunga jantan beberapa varietas jagung dilahan gambut berpengaruh tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda umur muncul bunga jantan yaitu 53,00 hari, pada varietas Pertiwi dan varietas NK 99 umur muncul bunga jantan masing-masingnya yaitu 53,00 hari dan 52.75 hari, kemudian pada varietas Pioner dan varietas Nusantara 1 umur muncul bunga jantan yaitu masing-masingnya 52,25 hari dan 50,50 hari. Tabel 4.Umur muncul bunga jantanpada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Umur muncul bunga jantan (hari) Dua Kuda 53,00 Pertiwi 53,00 NK 99 52,75 Pioner 52,25 Nusantara 1 50,50 KK (%) = 6,45 Angka pada kolom umur muncul bunga jantan berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%. Hal ini dikarenakan kecepatan muncul bunga jantan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan dan genetik.Faktor genetik merupakan sifat yang diturunkan induknya, sifat ini dipengaruhi oleh lingkungan.Sedangkan faktor lingkungan adalah tempat tumbuh, ketinggian tempat, iklim, suhu, dan perlakuan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi tanaman adalah tempat tumbuh, yang mana tanah gambut merupakan media tumbuh yang kaya bahan organik serta mempunyai sifat fisik yang baik antara lain strukturnya remah, daya serap dan daya simpan air cukup baik, juga mempunyai kapasitas udara yang cukup tinggi (Setiadi,1990). Umur Muncul Bunga Betina Tabel 5 memperlihatkan umur muncul bunga betina ujibeberapa varietas jagung dilahan gambutberbeda tidak nyata. Pada varietas Pertiwi umur berbunga tanaman yaitu 60,00 hari, pada varietas NK 99 dan Pioner umur berbunga tanaman masing-masingnya 59,75 hari dan 59,25 hari, kemudian pada varietas
7
Dua Kuda dan Nusantara 1 umur muncul bunga betina tanaman masingmasingnya yaitu 59,25 hari dan 58,50 hari. Tabel 5.Umur muncul bunga betina berbungapada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Pertiwi NK 99 Pioner Dua Kuda Nusantara 1 KK (%) = 6,07
Umur berbunga (hari) 60,00 59,75 59,25 59,25 58,50
Angka pada kolom umur berbunga berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%. Umur muncul bunga betina pada setiap varietas dipengaruhi oleh faktor genetik dari setiap tanaman. Cepat dan lambatnya muncul bunga pada setiap tanaman pada kondisi lingkungan yang sama tidak akan memberikan perbedaan, namun dengan perbedaan faktor genetik dari setiap varietas akan memberikan respon yang berbeda tergantung pada masing-masing sifat genetik dari setiap varietas. Umur muncul bungapada setiap varietas jagung
menunjukkan bahwa
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan sangat mempengaruhi umur berbunga. Menurut Mangoendidjo (2000), penampilan suatu tanaman pada lingkungan tertentu merupakan hasil interaksi faktor lingkungan dan genetik. Dalam hal ini faktor genetik lebih dominan mempengaruhi munculnya bunga dibandingkan dengan faktor lingkungan. Umur Panen Tabel 6 memperlihatkan umur panenbeberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda nyata. Pada varietas Pertiwi menghasilkan umur panen terlama yaitu 100,50 hari, berbeda tidak nyata dengan varietas NK 99 yaitu 100,00 hari, pada varietas Pioner umur panen tanaman yaitu 98,50 hari, kemudian pada varietas Dua Kuda dan varietas Nusantara 1 umur panen tanaman masingmasingnya yaitu 98,50 hari dan 98,00 hari. Varietas Nusantara 1 merupakan varietas yang menghasilkan umur panen ter cepat yaitu 98,00 hari. Hal ini dikarenakan umur panen tanaman dipengaruhi oleh umur munculnya bunga (Tabel 5) dan umur munculnya bunga jantan (Tabel 6).
8
Tabel 6.Umur panenpada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Umur panen (hari) Pertiwi 100,50 a NK 99 100,00 a Pioner 98,50 b Dua Kuda 98,50 b Nusantara 1 98,00 b KK (%) = 14,65 Angka pada kolom di ikuti huruf kecil yang sama berpengaruh nyata menurut DMRT 5%. Selain itu umur panen juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama tempat tumbuh tanaman yaitu tanah gambut. Aplikasi tanah gambut dilahan marginal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, namun tanah gambut memiliki kadar N/C yang tinggi sehingga sulit terdekomposisi dan proses mineralisasi unsure hara berlangsung sangat lambat, sehinga mempengaruhi tanaman, terutama dalam perkembangan tanaman dalam fase vegetatif. Keadaan ini diduga menjadikan distribusi asimilat pada setiap varietas terbatas sehingga pada akhirnya dapat menghambat pemasakan biji.Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang berada disekitar tanaman yang dikenal dengan iklim mikro (Sugeng, 2001). Panjang Tongkol Tanpa Klobot Tabel 7 memperlihatkan Panjang tongkol tanpa klobot tanaman jagungbeberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda sangat nyata. Pada varietas varietas Pertiwi menghasilkan panjang tongkol tanpa klobot yaitu 21.35 cm, padal varietas Dua Kuda dan NK 99 menghasilkan panjang tongkol tanpa klobot yaitu 20.93 dan 19.78 cm, kemudin pada varietas Nusantara 1dan Pioner menghasilkan panjang tongkol tanpa klobot masing-masingnya yaitu 17,80 cm dan 17,20 cm. Hal ini dikarenakan kemampuan tanaman yang berbeda terutama dalam memanfaatkan faktor lingkungan. Lingkungan tanaman yang kaya akan asam-asam organic yang tinggi sangat mempengaruhi tanaman, untuk itu dibutuhkan varietas-varietas yang toleran terhadap asam-asam organik tersebut.
9
Tabel 7.Panjang tongkol tanpa klobot pada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Panjang tongkol tanpa klobot (cm) Pertiwi 21,35 a Dua Kuda 20,93 a 19,78a NK 99 17,80b Nusantara 1 17,20 b Pioner KK (%) = 9,99 Angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang sama berpengaruh sangat nyata menurut DMRT 1%. Perbedaan panjang tongkol tanpa klobot antara tiap varietas dipengaruhi oleh kemampuan sifat genetik dari tanaman dalam memanfaatkan factor lingkugan.Sifat genetik merupakan sifat yang sangat mempengaruhi sehingga terjadinya keragaman tanaman. . Menurut Masdar et al., (2006) program genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman mencangkup bentuk dan fungsi yang menghasilkan keragaman tanaman Lingkar Tongkol Tabel 8 memperlihatkan lingkar tongkol beberapa varietas jagung dilahan gambutberbeda tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda menghasilkan linkar tongkol yaitu 11,60 cm, pada varietas NK 99 dan Pertiwi menghasilkan linkar tongkol yang masing-masingnya 11,10 dan 11,05 cm, kemudian lingkar tongkol pada varietas Nusantara 1 dan Pioner menghasilkan linkar tongkol yang masingmasingnya yaitu 10,70 cm dan10,35 cm. Tabel 8. Lingkar tongkol pada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Lingkar tongkol (cm) 11,60 Dua Kuda 11,10 NK 99 11,05 Pertiwi 10,70 Nusantara 1 10,35 Pioner KK (%) =8,45 Angka pada kolom lingkar tongkol berpengaruh tidak nyata menurut uji F 5%. Tidak berbedanya lingkar tongkol setiap varietas diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti unsur hara, suhu dan sinar matahari, terutama lingkungan tumbuh tanman (iklim mikro) yang mana senyawa fenol dapat mempengaruhi
metabolism
tanaman,
yakni
mempengaruhi
permeabilitas
membrandan karier protein dari ion-ion yang mengakibatkan lebih cepat dan
10
selektif masuknya unsure esensial ke akar, mengaktivasi respirasi, meningkatkan kandungan klorofil, fotosintesis sehingga mempengaruhi relative enzim. Menurut Lakitan (2001), bahwa hasil dari fotosintesis dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman terkonsentrasi pada jaringan meristem yang terdiri dari sel-sel baru yang dihasilkan dari proses pembelahan sel yang menyebabkan bertambahnya ukuran tanaman, kaitannya dengan lingkar tongkol diduga akibat banyak sel baru yang terbentuk akibat pemanfaatan energi dari hasil fotosintesis. Jumlah Baris Pertongkol Tabel 9 memperlihatkan jumlah baris per tongkol uji pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda nyata. Pada varietas Dua Kuda menghasilkan jumlah baris per tongkol yaitu 41,75 baris, pada varietas NK 99 dan Pertiwi menghasilkan jumlah baris per tongkol yang masing-masingnya yaitu 40,75 baris dan 39,50 baris, kemudian pada varietas Nusantara 1 dan varietas Pioner menghasilkan jumlah baris per tongkol yang masing-masingnya 36,50 baris dan 36,25 baris. Tabel 9.Jumlah baris pertongkol pada beberapa varietas jagungdilahan gambut Varietas Jagung Jumlah baris per tongkol (baris) Dua Kuda 41,75 a NK 99 40,75 a 39,50 a Pertiwi 36,50 b Nusantara 1 36,25 b Pioner KK (%) = 3,61 Angka pada kolom di ikuti huruf kecil yang sama berpengaruh nyata menurut DMRT 5%. Hal ini dikarenakan faktor genetik dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama tempat tumbuh tanaman yang mana diantara kendala-kendala dalam pertanaman di lahan gambut selain pemilihan varietas yang cocok, juga terdapat senyawa-senyawa organic hasil dekomposisi anerobik yang menghasilkan asamasam organic yang dapat merancun tanaman. Selain itu kendala lainnya adalah reaksi tanah yang sangat masam serta rendahnya kadar hara baik makro maupun mikro. Untuk itu diperlukan pemilihan varietas yang cocok yang toleran pada kondisi lingkunan tersebut.
11
Berbeda nya jumlah baris pertongkal juga dipengaruhi oleh curah hujan, yang mana curah hujan tinggi dapat menyebabkan pembentukan bunga dan buah terhambat dan tidak maksimal, sehingga jumlah baris per tongkol yang dihasilkan sedikit (Warsino, 2001).Selain itu juga dipengaruhi oleh panjang tongkol (Tabel 8) dan lingkar tongkol (Tabel 9). Bobot Tongkol Tanpa Klobot Tabel 10 diatas memperlihatkan bobot tongkol tanpa klobot beberapa varietas jagung di lahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas Dua Kuda menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yaitu 280,75 g, pada varietas Pertiwi dan varietas Nusantara 1 menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yang masingmasingnya 280,50 g dan 271,75 g, kemudian pada varietas NK 99 dan varietas Pioner menghasilkan bobot tongkol tanpa klobot yang masing-masingnya yaitu 278,50 g dan 279,25 g. Tabel 10. Bobot tongkol tanpa klobot pada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Bobot tongkol tanpa klobot(g) Dua Kuda 280,75 Pertiwi 280,50 Nusantara 1 271,75 NK 99 278,50 Pioner 279,25 KK (%) = 5,91 Angka pada kolom bobot tongkol tanpa klobot berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%. Tidak berbedanya bobot tongkol tanpa klobot diduga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman yang mengakibatkan bobot tongkol tanpa klobot mengalami gangguan karna adanya senyawa fenolat sehingga mempengaruhi sifat genetic tanaman yang mengakibatkan tidak berbedanya bobot tongkol tanpa klobot.Selain itu panjang tongkol (Tabel 7), Lingkar tongkol (Tabel 8), Jumlah baris pertongkol (Tabel 9) juga sangat mempengaruhi bobot tongkol tanpa klobot. Bobot 100 Biji Tabel 11 diatas memperlihatkan bobot 100 biji beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. Pada varietas NK 99 menghasilkan bobot 100 biji yaitu 49,50 g, pada varietas Dua Kuda dan varietas Pertiwi menghasilkan bobot 100 biji yang masing-masingnya yaitu 49,50 g dan 48,75 g, kemudian pada
12
varietas Pioner dan varietas Nusantara 1 menghasilkan bobot 100 biji yang masing-masingnya yaitu 48,75 g dan 48,25 g. Tidak berbedanya bobot 100 biji tanaman jagung dikarenakan bobot 100 biji dipengaruhi oleh faktor lingkungan tumbuh tanaman, terutama kesuburan tanah yang mengandung senyawa fenol, bereaksi sangat masam dengan kadar hara sangat rendah yang secara tidak langsung akan mempengaruhi bobot biji tanaman jagung. Tabel 11.Bobot 100 biji pada beberapa varietas jagung dilahan gambut Varietas Jagung Bobot 100 biji (g) NK 99 49,50 Dua Kuda 49,50 Pertiwi 48,75 Pioner 48,75 Nusantara 1 48,25 KK (%) = 3,00 Angka pada kolom bobot 100 biji berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%. Dengan ketersediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka akan mendukung laju fotosintesis yang cepat, dengan fotosintesis yang sempurna, maka pada proses pembentukan karbohidrat, lemak dan protein dapat berjalan dengan sempurna pula, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal. Lebih lanjut ditambahkan oleh Warsino (2001), bahwa pembentukan biji 7-10 hari setelah pembuahan dimana biji pertama kali berjalan lambat kemudian cepat dan lancar sampai bertahan dan maksimal.Diduga hal ini lah yang mempengaruhi bobot 100 biji tanaman jagung. Bobot Pipilan Kering Perplot dan Perha Tabel 12 memperlihatkan bobot pipilan kering per plot dan perha beberapa varietas jagung dilahan gambut berbeda tidak nyata. pada varietas Dua Kuda menghasilkan bobot pipilan kering per plot yaitu 7.97 kg dan perha yaitu 13,82ton, pada varietas Pioner dan Nusantara 1 menghasilkan bobot pipilan kering yang masing-masingnya yaitu per plot 7,75 kg dan perha 13,45ton dan 7,53 kg per plot dan 13,07ton perha, kemudian hasil bobot pipilan kering pada varietas NK 99 dan Pertiwi masing-masingnya yaitu per plot 7,50 kg dan perha 13,02ton, dan 7,00 kg per plot,dan 12,15ton perha. Tabel12.Bobot pipilan kering perplot dan perhapada beberapa varietas jagung dilahan gambut
13
Varietas Jagung
Hasil pipilan kering Perplot (kg) Ha (ton) 7,97 13,82 7,75 13,45 7,53 13,07 7,50 13,02 7,00 12,15
Dua Kuda Pioner Nusantara 1 NK 99 Pertiwi KK (%) = 9,4 Angka pada kolom bobot pipilan kering per plot dan per ha berpengaruh tidak nyata menurut F tabel 5%. Bobot pipilan kering yang dihasilkan tidak terlepas dari hasil yang ada secara langsung, komponen hasil tersebut berhubungan langsung dengan bobot pipilan kering. Menurut Azwar (2000), bahwa dari hasil penelitiannya ternyata tingginya hasil pipilan kering jagung tidak terlepas dari komponen hasil bobot 1000 biji, jumlah biji per baris maupun jumlah baris pertongkol. Bobot pipilan kering per plot perha sangat erat hubungannya dengan panjang tongkol tanpa klobot (Tabel 7), lingkar tongkol (Tabel 8) dan bobot 100 biji (Tabel 11) KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan di Balai Penyuluhan Kecamatan Lengayang disimpulkan bahwa varietas Dua Kuda dapat tumbuh dan berproduksi denganbaik yaitu 13,82 ton/ha pada lahan gambut. DAFTAR PUSTAKA Alihamsyah, T.M., Syarwani, A. Jumber. Ar. Riza. Noor dan H. Sutikno. 2003. Lahan rawa pasang surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan dan Rawa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 54 hal. Anonima.1996. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah. Departemen Pertanian, Dirjentan hort. Jakarta 35 hal. Anonimb. 2009. Laporan tahunan. BPS Sumatera Barat. Padang. 65 hal. Anonimc. 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat. Petunjuk Lapang Tanaman Palawija. Azwar. 2000. Pengaruh Pupuk Kandang dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Zea Mays.L ).
14
Lakitan. B. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. Masdar, Kasim. M. Rusman. B. Hakaim dan Helmi. 2006. Tingkat Hasil dan Komponen Hasil Sistim Intensifiksi Padi (SRI) Tanpa Pupuk Organik Di Daerah Curah Hujan Tinggi.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.127 hal. Mangoendidjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta Setiadi, B. 1990. Masalah Gambut Indonesia. Editor Himpunan gambut. 61 hal. Soemarsono, Teguh Budi Prasetyo, Irfan Suliansyah. 2011. Pengaruh Penambahan Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan Beberapa Kultivar Padi Lokal Sumatera Barat Pada Ultisol Dengan Metoda Penanaman SRI. Hal 30-39. Jerami, Jurnal Agronomi Indonesia. Vol. IV.No. 1.JanuariApril 2011. Sugeng, H. H. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang. 62 Hal. Warsino. 1988. Budidaya Jagung Hibrida Kanisius Yogyakarta.81 hal.