Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Tingkat Takaran Pemberian Nitrogen dan Kepadatan Populasi Roy Efendi dan Suwardi
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan
Abstrak Peningkatan produksi jagung sangat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah genetik, populasi tanaman dan pupuk. Penelitian ini bertujuan mempelajari respon tanaman jagung hibrida terhadap tingkat takaran pemberian nitrogen dan kepadatan populasi. Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot) dengan tiga ulangan. Sebagai Petak Utama adalah pemberian N dengan empat level takaran yaitu 0, 75, 150 dan 225 kg N/ha, sebagai Anak Petak adalah varietas jagung yaitu Pioneer 22 dan Bisi-2, sedangkan Anak-anak Petak adalah populasi tanaman/ha dengan tiga tingkat kepadatan populasi yaitu 65.040 tanama/ha (75 cm x 20,5 cm), 72.072 tanaman/ha (75 cm x 18,5 cm) dan 80.808 tanaman/ha (75 cm x 16,5 cm). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan pupuk nitrogen 150 - 225 kg/ha pada varietas Bisi 2 dan Pioneer 22 menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, indeks luas daun, jumlah daun/tananman umumnya meningkat secara kudratik. Populasi tanaman/ha yang semakin padat menyebabkan tinggi tanaman menjadi lebih tinggi dan indeks luas daun semakin meningkat, namun pertumbuhan diameter batang menjadi menurun. Varietas Pioneer 22 lebih responsif terhadap pupuk nitrogen dibanding Bisi 2, dimana dengan penambahan pupuk nitrogen sampai takaran 225 kg/ha, Pionner 21 mengalami peningkatan hasil secara linier sedangkan Bisi 2 meningkat secara kuadratik. Varietas Pioneer 22 dapat ditanam dengan populasi lebih padat (72.072 tanaman/ha) dan pemberian pupuk 225 kg N/ha dengan hasil 12,7 t/ha, sedangkan varietas Bisi 2 dapat ditanam dengan populasi optimum (65.040 tanaman/ha) dengan hasil 11,8 t/ha. Kata kunci: Jagung, nitrogen, populasi tanaman
rah tropik seperti di Indonesia dengan sinar surya melimpah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimum untuk proses fotosintesis dengan cara meningkatkan indeks luas daun melalui pengaturan populasi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil biji meningkat secara linier hingga indeks luas daun mencapai 3,3 dan bila populasi tanaman ditingkatkan lebih lanjut mengakibatkan daun saling menutupi sehingga daun bagian bawah tidak mendapat radiasi surya yang memadai sehingga akan menurunkan hasil (Fik dan Hanway, 1996). Populasi tanaman yang tinggi menimbulkan kompetisi penyerapan O2, CO2, unsur hara dalam tanah (Hick dan Strucker, 1972;
Pendahuluan Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung diantaranya adalah penggunan varietas, pemupukan yang optimum, dan pengaturan populasi tanam. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan sehingga dalam peningkatan produksi jagung diperlukan pemahaman untuk mengelolanya agar bersinergis sehingga diperoleh hasil yang tinggi. Tingkat produksi jagung dipengaruhi oleh efisisensi fotosintesis tanaman jagung yang berkaitan dengan arsitektur kanopi tanaman sehingga perlu dilakukan pengaturan populasi tanaman agar penangkapan radiasi surya oleh tanaman dapat maksimal. Di dae260
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Muhadjir, 1984; Fik dan Hanway, 1996), meningkatkan senescence daun, tinggi tanaman (Sangoi dan Salvador., 1997), komsumsi air (Tetito-Kagho dan Gardner, 1998), tongkol mandul (Borras et al., 2003), serta menyebabkan penurunan pertumbuhan diameter batang (Paskiewicz dan Butzen, 2003), jumlah biji per tongkol, dan bobot biji (Sangoi et al., 2002). Untuk menentukan populasi tanaman perlu dipertimbangkan penggunaan varietas dan takaran pemberian pupuk yang tepat serta kondisi lingkungan yang mendukung seperti suhu, radiasi sinar matahari dan ketersedian CO2 yang cukup (Nelson et al., 1992, Paszkiewicz dan Butzen, 2003). Hasil penelitian Sarifi et al. (2009) menyatakan semakin tinggi kepadatan populasi tanaman semakin tinggi kebutuhan nutrisi yang diberikan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara penting yang sangat mempengaruhi secara nyata pertumbuhan tanaman dan hasil jagung. Untuk menghasilkan 1 kg biji jagung, tanaman membutuhkan 28 g N (Cooke, 1975), sedangkan pemberian pupuk N ke dalam tanah hanya dapat diserap 55-60% (Patrik dan Reddy, 1976;; Khot dan Umrani, 1992; Sanjeev dan Bangarwa, 1997). Tanaki et al. (1988) melaporkan bahwa pemberian 180 kg N/ha merupakan takaran yang optimum untuk tanaman jagung, namun demikian menurut Singh et al., (2000) dan Syafruddin et al. (2008) pemberian 200-225 kg N/ha masih dapat meningkatan hasil jagung. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon dua varietas jagung hibrida terhadap tingkat takaran pemberian pupuk nitrogen dan kepadatan populasi, sehingga diperoleh informasi yang dapat dimanfaatkan dalam budidaya jagung dengan hasil yang tinggi.
Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Maros pada bulan Juni - Oktober 2007. Rancangan penelitian disusun PetakPetak Terpisah (Split-split Plot) dengan tiga ulangan. Sebagai Petak Utama adalah pemberian pupuk N dengan empat tingkat takaran yaitu 0, 75, 150 dan 225 kg N/ha, sebagai Anak Petak adalah varietas jagung yaitu Pioneer 21 dan Bisi-2, sedangkan Anak-anak petak adalah populasi tanaman dengan kepadatan 65.040 tanama/ha (75 cm x 20,5 cm), 72.072 tanaman/ha (75 cm x 18,5 cm) dan 80.808 tanaman/ha (75 x 16,5 cm). Ukuran tiap petak adalah 6,75 cm x 7,6 m. Takaran pemberian pupuk N pada setiap plot sesuai dengan perlakuan yaitu 0, 75, 150, dan 225 kgN/ha. Sedangkan takaran P, K, dan S masing-masing adalah 40 kg P2O5/ha, 150 kg K2O/ha, dan 15 kg S/ ha. Aplikasi pemupukan dilakukan tiga kali yaitu saat 10 hst dengan takaran 1/3 N, ½ K2O dan seluruh P2O5 dan S, aplikasi kedua saat tanaman berumur 23 hst dengan takaran 1/3 N dan ½ K2O, kemudian 1/3 N sisa diaplikasikan saat 43 hst. Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 21-24 hst dan penyiangan gulma dilakukan tiga kali yaitu pada saat 10 hst dengan menggunakan mesin rotari, 15 hst dengan mencabut gulma di dalam barisan tanaman dan cangkul di antara barisan dan 43 hst dengan herbisida paraquat. Pemberian air dilakukan 4 - 5 hari sekali yaitu menjelang tanam sampai tanaman berumur 21 hari setelah tanam (hst) dengan cara penyemprotan. Setelah dilakukan pembumbunan sekaligus pembuatan saluran air maka penyiraman dilakukan 7 – 10 hari sekali sampai umur 90 hst dengan cara mengairi. Dalam pemberian air dihindari terjadinya perpindahan air antara 261
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
tiap petak utama. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian Furadan pada pucuk tanaman saat 17 dan 36 hst untuk mencegah serangan pengerek batang dan tongkol. Data yang dikumpulkan adalah tinggi tanaman dan diameter batang saat masak fisiologis, indeks luas daun pada saat fase penyerbukan yang dihitung berdasarkan rumus ILD = (luas daun total x jumlah tanaman)/luas lahan (Gardner et.al., 1991), jumlah daun/tanaman pada saat tanam berumur 60 dan 78 hst, bobot biji/tanaman dan hasil biji.
jadi 274,57 cm penambahan pupuk N ditingkatkan sampai 225 kg N/ha (Gambar 1). Sebaliknya pertumbuhan diameter batang Bisi 2 justru semakin meningkat sampai takaran pemberian 225 kg N/ha dengan diameter batang mencapai 26,52 mm (Gambar 2). Pertumbuhan tinggi tanaman Pioneer 22 cenderung meningkat sampai pada pemberian 225 N kg/ ha dengan tinggi 252,94 cm (Gambar 1), sedangkan pertumbuhan diameter batangnya meningkat hanya sampai pada takaran 150 kg N/ha yaitu 23,14 mm, kemudian cenderung menurun bila pemberian N ditingkatkan sampai 225 kg N/ha menjadi 22,78 mm (Gambar 2). Hal tersebut menunjukan bahwa tanaman Bisi 2 lebih tinggi dibanding dengan Pioneer 22, sehingga tanaman Bisi 2 cenderung meningkatkan pertumbuhan diameter batang untuk menopang tinggi tanamannya. Sebaliknya pada tanaman Pioneer 22 yang lebih pendek maka seiring dengan peningkatan takaran pemberian N sampai 225 kg N/ha maka tinggi tanaman cenderung meningkat sedangkan diameter batang cenderung menurun.
Hasil dan Pembahasan
Tinggi tanaman (cm)
Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Pertumbuhan tinggi dan diameter batang tanaman semakin meningkat seiring ditingkatkannya takaran pemberian pupuk nitrogen. Peningkatan pertumbuhan tersebut berbentuk kuadratik dimana pada tanaman Bisi 2 tinggi tanaman meningkat sampai pada takaran pemberian 150 kg N/ha dengan tinggi mencapai 278,84 cm kemudian menurun men-
290
275
280
270
270
265
260
260
250
255
240
250
230 220
245
Pioneer 22 Y=206.2840+28.1186x-4.1500x 2 r2=0.980 Bisi 2 Y=13.7036+59.7947x -9.7805x 2 r2=0.975
240 0
75
150
225
Pioneer 22 Bisi 2 65.040
Takaran N (kg/ha)
72.072
80.808
Populasi tanaman/ha
Gambar 1. Pengaruh tingkat takaran pemberian takaran N dan populasi tanaman terhadap tinggi tanamar
262
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Respon tanaman Bisi 2 dan Pioneer 22 terhadap peningkatan populasi menunjukan bahwa semakin padat populasi tanaman maka pertumbuhan tinggi tanaman cenderung meningkat (Gambar 1), sebaliknya pertumbuhan diameter batang menjadi menurun (Gambar 2). Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian Sarifi et al. (2009) dimana semakin padat populasi tanaman justru menstimulasi pertumbuhan tinggi tanaman, namun pertumbuhan diameter batang menjadi tertekan. Sangio dan Salvador (1997) serta Paskiewcz dan Butzen (2003) menyatakan setiap peningkatan populasi 25.000 tanaman/ha terjadi peningkatan tinggi tanaman sebesar 2,7 cm serta mengurangi pertumbuhan diameter batang yang akan meningkatkan kerebahan tanaman jagung.
nambahan takaran pemberian pupuk N (Gambar 3). Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan takaran pupuk N meningkatkan luas daun dan jumlah daun/tanaman sehingga luas daun menjadi lebih lebar dan luas bidang yang tertutupi semakin besar. Dengan daun yang semakin luas maka peluang intersepsi radiasi cahaya semakin besar. Pada Gambar 3 ditunjukan bahwa semakin padat populasi tanaman semakin meningkat indeks luas daun secara linier. Indeks luas daun pada Pioneer 22 meningkat dari 3,4 menjadi 4,2 lebih tinggi dibanding dengan Bisi 2 yang meningkat dari 3,3 menjadi 4,0 dengan ditingkatkanya populasi tanaman dari 65.040 tanam/ha menjadi 80.808 tananman/ha. Menurut Stoskops (1981) varietas hibrida mempunyai indeks luas daun optimal 3,3 – 4,0. Apabila populasi yang tinggi dan sistem tanam mempunyai indeks luas daun di atas 4,5 mengakibatkan daun saling menutupi dan daun bagian bawah tidak mendapatkan radiasi surya yang memadai. Disamping itu hal ter-
Indeks Luas Daun dan Jumlah Daun/ Tanaman
Diameter batang (mm)
Nilai indeks luas daun cenderung meningkat secara kudratik seiring dengan pe27
27
26
26
25
25
24
2 2 Pioneer 22 Y=0.179+1.841x-0.3055x = r =0.985 2
Bisi 2
24
2
Y=1.5355+0.4101x+ 0.0500x r =0.898
23
23
22
22
21
21
Pioneer 22 Bisi 2
0
75
150
225
65.040
Takaran pemberian N (kg/ha)
72.072
Populasi tanaman/ha
Gambar 2. Pengaruh tingkat takaran pemberian N dan populasi tanaman terhadap diameter batang, Maros, 2007
263
80.808
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
4.4
Luas indeks daun
4.2
4.4
Pioneer 22 Y=2.9665+0.5982x-0.0926 x2 r2=0.916 Bisi 2 Y=2.2183+1.0040x-0.1441x2 r2=0.950
4.2
4.0
4.0
3.8
3.8
3.6
3.6
3.4
3.4
3.2
3.2
3.0
3.0
2.8
Pioneer 22 Bisi 2
2.8 0
75
150
225
65.040
Takaran Nitrogen (kg/ha)
72.072
80.808
Populasi tanaman/ha
Gambar 3. Pengaruh tingkat takaran pemberian N dan populasi tanaman terhadap luas indeks daun pada saat umur 70 hari setelah tanam. Maros, 2007
sebut menyebabkan sirkulasi O2 dan CO2 yang rendah dan unsur hara tidak seimbang dimana hara lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga menurunkan hasil biji jagung. Jumlah daun/tanaman sangat dipengaruhi oleh takaran pemberian pupuk nitrogen. Ketika suplai N terbatas dari akar ke daun dan batang, maka pada fase vegetatif kandungan N pada daun paling bawah menjadi sumber N yang dimobilisasi ke daun bagian atasnya (Below 1997). Hal tersebut mengakibatkan jumlah daun yang mengering akan meningkat. Pada penelitian ini, peningkatan takaran pemberian pupuk N sampai 225 kg/ ha menunjukan jumlah daun/tanaman semakin meningkat yaitu 13,5 daun/tanaman pada varietas Bisi 2 dan 12,8 daun/tanaman pada varietas Pionner 21 (Gambar 4). Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan takaran pemberian pupuk N dapat menunda senescence daun, sehingga berpeluang sebagai sumber sink yang nantinya dapat ditranslokasi ke bagian organ generatif seperti biji. Pada Gambar 4 menunjukan hubungan linier positif nyata (r2 = 0,67) antara jumlah daun segar/
tanaman dengan hasil, dimana semakin banyak jumlah daun segar/tanaman pada saat tanaman berumur 60 dan 78 hst semakin besar hasil biji yang diperoleh. Indeks Panen Indeks panen merupakan ratio bobot biji dengan bobot biomas. Semakin tinggi indeks panen tanaman jagung menunjukan bahwa partisi fotosintat di tajuk banyak ditranslokasi ke bagian biji. Indeks panen pada Bisi 2 dan Pioneer 22 cenderung meningkat seiring dengan peningkatan takaran pemupukan N, namun rata-rata indeks panen Pioneer 22 lebih tinggi dibanding dengan Bisi 2. Rata-rata indeks panen Pioneer 22 pada pemberian 225 kg N/ha pada populasi tanam 88.808 tanaman/ha berkisar 0,40 – 0,41 sedangkan pada Bisi 2 berkisar 0,39 – 0,40 (Gambar 5). Pada Gambar 5 ditunjukan pengaruh negatif dari meningkatnya populasi tanaman sampai 88.808 tanaman/ha terhadap indeks panen. Indeks panen pada pemupukan 225 kg N/ha dengan populasi tanam 65.040 tanaman/ha pada varietas Bisi 2 dan Pioneer 22 masing-masing sebesar 0,39 dan 0,41 kemu264
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
15
16
Pioneer 22 Y=0.4843+1.9357x-0.1468x2 r2=0.995 Bisi 2 Y=4.6270+5.5270x-0.8254x2 r2=0.997
14
Hasil biji (t/ha)
Jumlah daun segar/tanaman
14
2 60 hst Y=-2.6887+0.9659x r2=r =0,66 2 78 hat Y=0.0562+0.9954x r =0,67
13
12
12
10
11
8
10
6
9
4 0
75
150
225
6
8
Takaran pupuk Nitrogen (kg/ha)
10
12
14
16
18
Jumlah daun per tanaman
Gambar 4. Pengaruh tingkat takaran pemberian nitrogen terhadap jumlah daun/tanaman dan hubungan jumlah daun/tanaman dengan hasil. Maros, 2007
Indeks panen
0.42
Populasi 65.040 tanaman/ha
0.42
Populasi 72.072 tanaman/ha
0.40
0.40
0.40
0.38
0.38
0.38
0.36
0.36
0.36
0.34
0.34
0.34
0.32
0.32
0.32
0.30
0.30
Pioneer 22 Y=0.236+0.092x-0.013x2 r2=0.987 Bisi 2 Y=0.251+0.069x-0.009x2 r2=0.951
0.28
0.30
Pioneer 22 Y=0.272+0.061x-0.009x2 r2=0.951 Bisi 2 Y=0.254+0.056x-0.006x2 r2=0.980
0.28 0
75
150
225
0
75
150
Populasi 80.808 tanaman/ha
0.42
225
Pioneer 22 Y=0.286+0.050x-0.005x2 r2=0.900 Bisi 2 Y=0.227+0.087x -0.011x2 r2=0.984
0.28 0
75
150
225
Takaran pemberian Nitrogen (kg/ha)
Gambar 5. Indeks panen jagung hibrida pada tingkat takaran pupuk nitrogen dan populasi tanam. Maros 2007
dian nilai tersebut menurun pada populasi yang lebih padat (72.072 tanaman/ha) dengan nilai indeks panen 0,38 dan 0,39. Penurunan indeks panen seiring dengan makin padatnya populasi tanaman/ha disebabkan karena persaingan cahaya, unsur hara, air dan CO2 antar tanaman.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa bobot biji/tanaman dan hasil biji/ha dipengaruhi secara nyata oleh interaksi antara takaran pemberian N, varietas dan populasi tanaman/ha. Adanya interaksi menunjukan tanggap yang berbeda pada varietas yang diuji terhadap tingkat takaran N dan populasi tanaman/ha. Bobot biji/tanaman dan hasil biji/ha pada Pioneer 22 meningkat secara
Hasil biji jagung 265
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
linier dengan penambahan pupuk N sampai 225 kg N/ha dengan kepadatan populasi tanam 65.040 – 72.072 tanaman/ha, sedangkan peningkatan bobot biji/tanaman dan hasil biji/ha pada Bisi 2 meningkat secara kuadratik (Gambar 6). Hal tersebut menunjukan bahwa Pioneer 22 sangat respon terhadap pemupukan N dan dapat ditanam dengan populasi cukup padat yaitu 72.072 tananam/ha, dengan hasil biji/ha 12,7 t/ha. Sedangkan Bisi 2 sebaiknya ditanam dengan kepadatan populasi tanam kurang dari 72.072 ha dan pemupukan 225 kg/ha dengan hasil 11,8 12,3 t/ha. Respon terhadap pemupukan N dan adaptasi dengan kondisi lingkungan populasi tanaman yang padat dikendalikan secara genetik (Tollenar et al., 1994). Menurut Sangoi (2000), tanaman yang toleran terhadap populasi tinggi memiliki ciri-ciri fenotipe tanaman seperti tanaman tidak tinggi, jumlah daun/tanaman tidak banyak, ukuran daun lebih sempit, tipe daun tegak (erect) serta
Bobot biji/tanaman (g)
200 180
Populas 65.040 tanaman/ha 200
Pioneer 22 Y=113,884+16,331x r2=0,995 Bisi2 Y=14,396+43.114x-4.352x2 r2=0.988
180
Populasi 72.072 tanaman/ha Pioneer 22 Y=116,915+12,679x r2=0,985 Bisi 2 Y=39,669+77.649x-11,431x2 r2=0,928
200 180
160
160
160
140
140
140
120
120
120
100
100
100
80 0
Hasil biji, k.a 15,5% (t/ha)
memiliki perakaran dan batang yang kuat sehingga tidak mudah rebah. Ciri-ciri fenotipe tersebut terdapat pada Pioneer 22 dimana tanaman lebih pendek dari Bisi 2 (Gambar 1), indeks luas daun lebih kecil (Gambar 3), jumlah daun lebih sedikit (Gambar 4 ) dan tipe daun lebih tegak. Bobot biji/tanaman meningkat seiring dengan peningkatan takaran pemberian pupuk N, namun cenderung menurun seiring dengan peningkatan populasi tanaman (Gambar 6). Peningkatan populasi tanaman merupakan salah satu cara untuk meningkatkan penangkapan cahaya matahari melalui canopy tanaman (Moderras et al., 1998). Oleh karena itu efisiensi konversi cahaya yang diintersep dengan hasil biji jagung/tanaman akan menurun dengan populasi tanaman yang sangat tinggi. Hal tersebut karena populasi yang sangat tinggi mengakibatkan persaingan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dan kompetisi yang semakin tinggi antar ta-
75
150
80
225
80 0
75
150
225
0
13
13
13
12
12
12
11
11
11
10
10
10
9
9
9
8
8
8
7
2
Pioneer 22 Y=5,959+1,622x r =0,97 2 2 Bisi 2 Y=0,462+5,800x -0,791x r =0,98
6
7
Pioneer 22 Y=6,064+1,673x r2=099 2 2 Bisi 2 Y=2,291+5,165x-0,674x r =0,995
6 0
75
150
225
Populasi 80.808 tanaman/ha Pioneer 22 Y=27,843+67,260x-9,885x2 r2=0,951 Bisi 2 Y=2,772+74,777x-10,396x2 r2=0,999
0
75
150
225
7 6
75
150
225
Pioneer 22 Y=2,254+5,773x-0,816x 2 r2=0.985 Bisi 2 Y=0.010+4.221x-0.485x 2 r2=0.999 0
75
150
225
T a k a r a n p e m b e r i a n N ( k g / h a)
Gambar 6. Bobot biji/tanaman dan hasil biji/ha pada berbagai tingkat takaran pemberian pupuk nitrogen dan populasi tanam. Maros 2009 266
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
naman terhadap penyerapan hara, CO2, O2 dan cahaya. Namun demikian hasil biji per/ha dapat meningkat, karena jumlah tongkol perluasan panen lebih banyak sehingga hasil biji/ha meningkat walaupun bobot biji/tanaman-nya menurun. Hasil biji pada varietas Bisi 2 yang pada populasi 65.040, 72.072, dan 80.808 tanaman/ha meningkat masing-masing sebesar 11,8, 12,0 dan 12,2 t/ha, sedangkan Pioneer 22 sebesar 12,4, 12,7 dan 12,8 t/ha.
Developing drought and low-tolerant maize.CIMYYT.Mexico. Borras L., G.A. Maddoni and M. E. Otegui. 2003. Leaf senescence in maize hybrid: plant population, row spacing and kernel set effect. Field Crops Res. 82:13-26. Cooke. 1975. Fertilizing for Maximum Yiled. Granada Publishing. London. p71-87. Fik, K. dan J.J. Hanway. 1996. Leaf area in relation to yield of corn grain. Agron J. 58:16-18. Gardner, F., R.B. Pearce and R.L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya: Terjemahan Herawati Susilo). Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Kesimpulan Penambahan pupuk nitrogen 150-225 kg/ha pada varietas Bisi 2 dan Pioneer 21 menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, indeks luas daun, jumlah daun/tananman umumnya meningkat secara kudratik. Populasi tanaman/ha yang semakin padat menyebabkan tanaman menjadi lebih tinggi dan indeks luas daun semakin meningkat, namun pertumbuhan diameter batang menjadi menurun. Varietas Pioneer 21 lebih responsif terhadap pupuk nitrogen dibanding Bisi 2, dimana dengan penambahan pupuk nitrogen sampai takaran 225 kg/ha Pioneer 21 mengalami peningkatan hasil secara linier sedangkan Bisi 2 meningkat secara kuadratik. Varietas Pioneer 21 dapat ditanam dengan populasi lebih padat (72.072 tanaman/ ha) dan pemberian pupuk 225 kg N/ha dengan hasil 12,7 t/ha, sedangkan varietas Bisi 2 dapat ditanam dengan populasi opti-mum (65.040 tanaman/ha) dengan hasil 11,8 t/ha.
Hick, D.R. and R.E. Strucker.1972. Plant density effect on grain yield of corn hybrid diverse in leaf orientation. Agron. J. 64:484-487. Khot, R.B., and N.K. Umrani. 1992. Seed yield and quality parameters of African Tail maize as influence by spacing and level of nitrogen. Indian J. Agron. 37:183184. Moderras, A.M., R.I. Hamilton, M. Dijak, L.M. Dwyer, D.W. Stewart,D.E. Mather, D.L, Smith. 1998. Plant population density effectson maize inbred lines grown in short-season environments. Crop Sci. 38: 104-108. Muhadjir, F. 1984. Effect of plant density on leaf area index, light penetration and yield of six maize hybrids. Penel. Pert. 4(3);134-138 Nelson W.L., W.I. Segars, S.R. Olsen, W. Wallingford, L.F. Welch. 1992. Developing Systems for optimum corn yield. National Corn Handbook NCH-6. Paskiewicz S. and S. Butzen. 2003. Corn hybrid response to plant population. Crop Insights. Vol.11, No.6. Pioneer HiBred International Inc. Diakses dari http://www.pioneer. com /usa/ agronomy/corn/1106.htm. Tgl 24 Maret 2006
Daftar Pustaka Below, F.E. 1997. Growth and productivity of maize under nitrogen stress. P.235240 dalam G.O. Edmeadest et al.1996. 267
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Patrik, W.H.Jr., dan K.R. Reddy. 1976. Fate of fertilizer nitrogen in a flooded soil. Soil Sci. Am. Proc. 40:678-681.
Stoskops, N. 1981 Understanding Crop Production. Reston Pub. Virginia.p.97 – 109
Sangoi, L. 2000. Understanding plant density effects on maize growth and development: an important issue to maximize grain yield. Ciência Rural, Santa Maria, v.31, n.1, p.159-168
Syafruddin, S. Saenong dan Subandi. 2008. Penggunaan bagan warna daun untuk efisiensi pemupukan N pada tanaman jagung. Penelitian Pertanian 27(1):2431.
Sangoi, L and R.C.Salvador. 1997. Influence of plant height and of leaf number on maize production at high plant densities. Di akses dari http://atlas.sct. embrapa.br/pab/pab.nsf/0/9f859b3d 15b36032565d800792b51/$FILE/ pab093_96.doc. Tgl.24 Maret 2006.
Tanaki, J.D., P.G. Patel and S.D.Tahnki. 1988. Response of hybrid maize (Zea Mays L.) to graded levels of nitrogen, phosphorus and potash in the summer season. Gujrat Agril. Univ. Res.J.,14:55-57 Tetito-Kagho, F. and F. P. Gardner. 1988. Response of maize to plant population density. I. Canopy development, light relationship, and vegetative growth. Agron J. 80:930-935.
Sanjeev, K. dan A.S. Bangarwa. 1997. Yeild and yield components of winter maize (Zea Mays L.) as influenced by plant density and nitrogen levels. Agril. Sci. Digest (Kamal), 17:181-184.
Tollenaar, M., D. E. Mccullough, L. M. Dwyer. 1994. Physiological Basis of The Genetic Improvement of Corn. in: SLAFER, G.A. Genetic improvement of field crops. New York : Marcel Dekker, p.183-236.
Sarifi R.S., M. Sedghi, and A. Gholipouri. 2009. Effect of population density on yield attributes of maize hybrids. Res.Jour. Bio. Sci. 4(4):375-379. Singh
D.P., N.S. Rana dan R.P.Singh. 2000. Growth and yield of winter maize (Zea mays L) as influenced by intercrops and nitrogen application. Indian J. Agron. 45:515-519.
268