PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN PETANI KENTANG DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG
MICHA SNOVERSON RATU RIHI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Pengaruh Kemitraan terhadap Efisiensi dan Pendapatan Petani Kentang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013 Micha Snoverson Ratu Rihi NRP. H353090041
RINGKASAN MICHA SNOVERSON RATU RIHI. Pengaruh Kemitraan terhadap Efisiensi dan Pendapatan Petani Kentang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan ANNA FARIYANTI. Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan dengan jumlah produksi ketiga terbesar di Indonesia setelah cabe dan kubis. Share produksi kentang pada tahun 2009 adalah 10.20 persen dari total produksi sayuran nasional. Salah satu sentra produksi kentang di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dengan share produksi sebesar 27.25 persen dari total produksi kentang nasional pada tahun 2009. Salah satu sentra produksi kentang di Provonsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung dengan share produksi lebih dari 57 persen pada tahun 2009. Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 sebesar 20.35 ton/ha, lebih rendah daripada produktivitas ratarata kentang Brazil sebagai negara berkembang dan beriklim sama dengan Indonesia. Rendahnya produktivitas kentang di Kabupaten Bandung diduga karena tingkat efisiensi yang relatif masih rendah. Peningkatan efisiensi tidak saja meningkatkan produksi kentang tetapi juga dapat menekan biaya usahatani atau dapat meningkatkan pendapatan petani. PT. Indofood Fritolay Makmur (PT. IFM) merupakan sebuah perusahaan pengolahan kentang telah melakukan program kemitraan dengan petani kentang di Kecamatan Pangalengan sejak tahun 1997 dengan menyediakan bibit unggul kentang bersertifikasi bagi petani, melatih semua ketua kelompok tani yang bermitra agar trampil dalam pembibitan kentang, dan membeli kentang yang diproduksi oleh petani bermitra dengan harga yang sudah ditetapkan pada saat penyerahan bibit. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat efisiensi teknis, alokatif, ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif dan ekonomi; menganalisis pengaruh kemitraan terhadap efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi; dan menganalisis perbedaan pendapatan usahatani kentang antara petani yang bermitra dan petani yang tidak bermitra. Untuk menjawab tujuan itu, kajian ini menggunakan data primer dari 80 petani kentang dengan menggunakan analisis stokastik frontier (stochastic frontier analysis, SFA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani berturut-turut adalah 0.71, 0.51. dan 0.36. Ini berarti petani kentang sudah efisien secara teknis tetapi belum efisien secara alokatif dan ekonomi. Variabel dummy kemitraan dengan PT. IFM berpengaruh mengurangi inefisensi alokatif secara signifikan tetapi meningkatkan inefisiensi teknis dan ekonomi secara signifikan. Variabel lama menjadi anggota kelompok tani dan dummy pelatihan kentang berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif dan ekonomi secara siginifikan. Rata-rata efisiensi teknis, ekonomi, dan pendapatan petani kentang yang bermitra lebih rendah secara statistik daripada rata-rata efisiensi teknis, ekonomi, dan pendapatan petani yang tidak bermitra tetapi ratarata efisiensi alokatif petani kentang yang bermitra lebih tinggi secara statistik daripada rata-rata efisiensi alokatif petani yang tidak bermitra. Kata Kunci: Kemitraan, Efisiensi, Pendapatan, Petani Kentang
SUMMARY MICHA SNOVERSON RATU RIHI. The Influence of Partnership on Potato Farmes’ Efficiencies and Income in Subdistrict of Pangalengan, Bandung Regency. Supervised by SRI HARTOYO and ANNA FARIYANTI. Potato is one of the superior vegetable commodities in Indonesia, making it to be the third biggest producer of potato in the country after chili pepper and cabbage. The share of potato production in 2009 was 10.20 percent out of the national vegetable production. One of the potato production centers in Indonesia is West Java with the production share of 27.25 in 2009 out of the national potato production. Bandung Regency was a potato production center in West Java Province in 2009 with the production share of more than 57 percent. The average potato productivity in Bandung Regency in 2009 was 20.35 tons/ha. This productivity was still lower than that in Brazil as a developing country and with tropical climate like Indonesia. The low potato productivity in Bandung Regency was probably due to the relatively low efficiency. Improving efficiency will not only increase potato production but also can lower the production cost and increase farmer income. PT. Indofood Fritolay Makmur (PT. IFM) is a potato processing company which has conducted a partnership program with potato farmers in Pangalengan Subdistrict since 1997 by providing farmers with certified superior potato seed, giving training to all heads of farmer groups so that they are good at potato seed breeding, and buying the potato produced by the farmers who join the partnership with the price set at the time of seed delivery. The aim of this research was to determine the technical, allocative, and economic efficiency level and the factors influencing the technical, allocative, and economic inefficiency level, to analyze the effects of partnership on technical, allocative, and economic efficiency, and to describe the difference between potato farmers with a partnership system and those without it. For that purpose, this study used primary data of 80 potato farmers using Stochastic Frontier Analysis, SFA). The research result showed that the average technical, allocative, and economic efficiency of farmers was 0.71, 0.51 and 0.36. This means that potato farmers have technically been efficient, but they have not been allocatively and economically efficient. It is also showed that partnership reduced farmers’ allocative inefficiency. Otherwise, it increased the technical and economic inefficiencies. Another dummy variable of potato cultivation training and duration as a member of farmers club lowered allocative and economic inefficiencies statistically. This showed that the three determining factors should be given a special attention to increase farmers’ income. The results implied that the average technical and economic efficiencies and income of potato farmers who had partnership with PT. IFM were lower statistically than those who had no partnership but the average allocative efficiency of potato farmers who had partnership with PT. IFM was higher statistically than those who had no partnership. Kata Kunci: Partnership, Efficiency, Income, Potato Farmers
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN PETANI KENTANG DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG
MICHA SNOVERSON RATU RIHI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sri Utami Kuncoro, MS Dr Meti Ekayani, S.Hut, MSc
Nama Mahasiswa
Pengamh Kemitraan terhadap Efisiensi dan Pendapatan Petani Kentang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Micha Slloverson Ratu Rihi
NRP
H353090041
JuduI Tesis
Disetujui oIeh
Komisi Pembimbing
Dr lr Sri Hartoyo, MS
Dr lr Anna Fariyanti, MSi
Ketria
Anggota
Diketahui oIeh .
Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian,
Dr If Sri Hartoyo, MS
Tanggal Djian: 17 Juni 2013
TanggaI Lulus:
3 I JUL 2013
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
: Pengaruh Kemitraan terhadap Efisiensi dan Pendapatan Petani Kentang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung : Micha Snoverson Ratu Rihi
NRP
: H353090041
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Sri Hartoyo, MS
Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Ketua
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana,
llmu Ekonomi Pertanian,
Dr Ir Sri Hartoyo, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 17 Juni 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Syukur kepada Allah Semesta Alam, Khalik langit dan bumi, laut dan segala isinya atas kesehatan, hikmat, akal budi dan pengetahuan yang dianugerahkan-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan hasil penelitian yang mengkaji perbedaan efisiensi dan pendapatan antara petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT. Indofood Pritolay Makmur (PT. IFM) di Kecamatan Pangalengan pada tahun 2011. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani untuk meningkatkan produksi kentang dengan memperhatikan faktor-faktor yang mengurangi inefisiensi untuk meningkatkan penerimaan/pendapatan. Penyelesaian tesis ini terwujud karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi sebagai anggota komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Sri Utami Kuncoro, MS dan Dr. Meti Ekayani, S.Hut, MSc masing-masing sebagai penguji pada ujian tertutup dari luar komisi dan yang mewakili program studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Jakarta yang telah memberikan beasiswa BPPS selama 24 bulan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktur Politani Negeri Kupang yang telah memberikan ijin belajar. Disamping itu, penghargaan penulis disampaikan kepada Ibu tercinta di Kupang yang senantiasa mendoakan penulis agar tetap dalam lindungan Allah dan dapat menyelesaikan studi secepatnya dan adik-adikku yang kucintai mulai dari Ina Para, Ina Pau, Ina Mare, Ina Dila dan Ina Lidu yang selalu mendoakanku supaya cepat menyelesaikan studi. Harapan penulis, kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada penulis dan pihak lain yang memerlukannya. Bogor, Juli 2013 Micha Snoverson Ratu Rihi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
xiii xiii xiv
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1 1 3 5 5 5
2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kemitraan Usahatani Penelitian-Penelitian tentang Efisiensi Petani Efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis Efisiensi alokatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif Efisiensi ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi ekonomi Analisis Pendapatan Usahatani Kentang Kerangka Pemikiran
5 5 9
3
4
9 14 16 16 17
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi, Waktu dan Metode Penelitian Metode Pengambilan Sampel Jenis dan Sumber Data Model dan Analisis Data Analisis fungsi produksi stochastic frontier Analisis efisiensi teknis dan inefisiensi teknis Analisis efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi Analisis inefisiensi alokatif, inefisiensi ekonomi, dan faktorfaktor yang mempengaruhinya Analisis perbedaan pendapatan usahatani Konsep Pengukuran
23 23 23 24 24 24 25 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan geografis Penduduk, pendidikan, dan tenaga kerja Pertanian Deskripsi tanaman kentang Atlantik dan Granola Kemitraan petani kentang dengan PT. IFM Prosedur kemitraan Kewajiban petani yang bermitra
32 32 32 33 35 35 36 37 37
28 29 30
5
Hak-hak petani Keuntungan bermitra dengan PT. IFM Kelemahan program kemitraan menurut petani Karakteristik usahatani kentang Karakteristik rumahtangga petani kentang Pembahasan Pemdugaan fungsi produksi kentang dengan metode OLS dan MLE Efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis Efisiensi alokatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif Efisiensi ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi ekonomi Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan Biaya usahatani Pendapatan usahatani petani yang bermitra dan yang tidak bermmitra.
38 38 38 38 49 50
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
70 70 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
50 53 57 59 62 62 64 70
72 76 128
DAFTAR TABEL 1 Luas panen, produksi, produktivtas dan share produksi kentang di Provinsi Jawa Barat menurut kabupaten tahun 2009 2 Manfaat kemitraan usaha agribisnis dari perspektif petani dan perusahaan mitra 3 Permasalahan yang dialami petani dan perusahaan mitra dalam kemitraan usaha agribisnis 4 Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang di Kabupaten Bandung menurut kecamatan tahun 2009. 5 Sebaran sampel penelitian 6 Jumlah penduduk berdasar kelompok umur menurut desa di Kecamatan Pangalengan tahun 2010 7 Jumlah penduduk berdasar pendidikan yang ditamatkan menurut desa di Kecamatan Pangalengan tahun 2009/2010 8 Jumlah penduduk berdasar mata pencaharian utama di Kecamatan Pangalengan tahun 2010 9 Perbedaan kentang varietas Atlantik dan Granola 10 Input, produksi, dan produktivitas rata-rata kentang yang dihasilkan oleh petani kentang yang bermitra dan petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM 11 Harga rata-rata output dan input yang digunakan oleh petani kentang di Kecamatan Pangalengan menurut strata luas lahan dan jenis kemitraan 12 Karakteristik petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 13 Pendugaan fungsi produksi rata-rata dengan menggunakan metode pendugaan OLS dan fungsi produksi batas (stochastic frontier production function) Kentang di Kecamatan Pangalengan dengan menggunakan metode pendugaan MLE 14 Tingkat efisiensi petani 15 Faktor-faktor penduga inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 16 Faktor-faktor penduga inefisiensi ekonomi petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 17 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan petani kentang dalam ribuan Rupiah per hektar, dan share biaya input daam persen
3 7 8 23 24 33 34 34 36
41
46 50
53 54 58 61 63
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Perbedaan fungsi produksi batas dengan fungsi produksi rata-rata Pengukuran efisiensi Fungsi produksi stochastic frontier
18 19 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Perkembangan ekspor dan impor kentang di Indonesia tahun 19612009 Luas panen, produksi, dan produktivitas sayuran di Indonesia tahun 2009 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di Indonesia tahun 1961-2009 Luas lahan, produksi dan produktivitas kentang di Provinsi Jawa Barat tahun 1970-2009 Produksi, faktor-faktor produksi dan faktor-faktor penduga inefisiensi petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Output dan input petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM Output dan input petani kentang yang tidak bermitra dengan PT. IFM Output dan input seluruh petani kentang
Perbandingan penggunaan input, efisiensi, dan produktivitas ratarata antara petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan P.T IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Harga output dan input petani kentang bermitra Harga ouput dan input petani yang tidak bermitra Harga output dan input seluruh petani sampel Uji statistik perbandingan harga input dan harga rata-rata output kentang antara petani yang bermitra dan petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Fungsi produksi rata-rata dengan menggunakan metode pendugaan OLS dan fungsi produksi batas (stochastic frontier production function) kentang di Kecamatan Pangalengan dengan menggunakan metode pendugaan MLE Harga output dan input-input dalam usahatani kentang di Kecamatan Pangalengan musim tanam tahun 2010-2011 Perhitungan efisiensi ekonomi dan alokatif menurut cara Taylor (1986) Perhitungan efisiensi ekonomi dan alokatif melalui penurunan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE menjadi fungsi biaya dual Efisiensi petani bermitra berdasar strata luas lahan Efisiensi petani yang tidak bermitra berdasar strata luas lahan Efisiensi seluruh petani sampel berdasar strata luas lahan Sebaran efisiensi teknis, ekonomi, dan alokatif seluruh petani sampel Sebaran efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi seluruh petani sampel berdasar luas lahan Sebaran efisiensi teknis, ekonomi, dan alokatif seluruh petani sampel berdasar kemitraan Inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan dan faktor- faktor yang mempengaruhinya tahun 2010/1011 Inefisiensi ekonomi petani kentang di Kecamatan Pangalengan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tahun 2010/1011 Analisis usahatani kentang petani yang bermitra dengan PT. IFM Analisis usahatani kentang petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM
76 77 78 79 80 82 83 85 88 90 91 92 94
96 99 101 104 107 108 109 111 112 113 114 115 116 117
28 29
30 31 32
Analisis usahatani kentang seluruh petani sampel Uji statistik perbandingan biaya, penerimaan, dan pendapatan ratarata petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT. IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Share produksi dan penerimaan usahatani petani bermitra Share produksi dan penerimaan usahatani petani yang tidak bermitra Share produksi dan penerimaan usahatani seluruh petani
118 119 122 123 125
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang adalah salah satu komoditas hortikultura yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri (Iqbal 2008). Kentang juga merupakan salah satu sumber devisa bagi negara (FAO 2011b), salah satu pangan alternatif dalam program pemerintah untuk diversifikasi pangan (Adiyoga et al. 2004), dan termasuk salah satu komoditas sayuran unggulan di Indonesia (Badan Pusat Statistik 2010a). Sebagai salah satu komoditas penting hortikultura, kentang paling berpeluang dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri dibandingkan dengan komoditas lainnya. Prospek pengembangan tanaman kentang di Indonesia sangat cerah karena tersedia lahan yang relatif luas di 20 provinsi (Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian 2011). Pengembangan agribisnis kentang sangat penting mengingat permintaan terhadap kentang semakin tinggi seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (2011) konsumsi kentang untuk pasar tradisional adalah 90 persen dari total pasar kentang di Indonesia, belum termasuk peluang pasar seperti di swalayan, restoran, dan industri pengolahan. Dari segi agroindustri, kentang dapat diolah menjadi keripik kentang (potato chips) dan crispy yang dapat meningkatkan nilai tambah. Selain itu, kentang dapat diolah menjadi bahan pangan goreng (french fries) dan bahan tambahan sayuran yang biasa disajikan di restoran-restoran fast food dan rumah tangga (Iqbal 2008). Kentang juga berperan penting dalam menyumbang devisa. Berdasarkan data dari FAO (2011b), Indonesia mengekspor kentang pada tahun 1961 sebesar 590 ton dengan nilai ekspor US$20 000. Jumlah ekspor Indonesia bervariasi dari tahun ke tahun sejak tahun 1961-2009 namun masih mempunyai kecenderungan yang meningkat. Ekspor tertinggi kentang tercatat pada tahun 1993 dengan jumlah ekspor sebesar 126 742 ton, demikian juga nilai ekspor tertinggi sebesar US$19 068 000 terjadi pada tahun yang sama. Disamping mengekspor kentang, Indonesia mengimpor kentang segar sejak tahun 1961 sampai sekarang. Impor kentang segar tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 14 007 ton dengan nilai US$8 301 000. Selain mengimpor kentang segar, Indonesia mengimpor kentang french fries dan tepung kentang. Pada tahun 2007 impor kentang dalam bentuk french fries sebesar 10 581 ton dan tepung kentang sebesar 11 196 ton (Direkorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2011). Sejak tahun 2007 Indonesia mengalami defisit dalam perdagangan komoditas kentang segar. Defisit dan surplus dalam perdagangan kentang segar terjadi secara bergantian sejak tahun 1961-2009. Meskipun secara umum Indonesia masih mengalami surplus dalam perdagangan kentang segar selama 49 tahun terakhir dengan rata-rata surplus sebesar US$2 904 551.02 per tahun (Lampiran 1), selama tiga tahun terakhir (2007-2009) Indonesia terus mengalami defisit dengan pertumbuhan defisit tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 197.39 persen dan 139.77 persen. Kondisi
2
ini harus diatasi segera dengan meningkatkan produksi kentang domestik agar dapat mengurangi jumlah kentang impor. Dalam mendukung program diversifikasi pangan, kentang merupakan pangan substitusi pengganti padi, jagung, gandum, sagu, sorgum, ubi jalar, dan ubi kayu. Peranan kentang semakin penting dalam diversifikasi pangan, hal ini terbukti dengan naiknya konsumsi perkapita kentang dari 1.73 kg pada tahun 2009 menjadi 1.84 kg perkapita pada tahun 2010. Usaha pemerintah untuk mengurangi konsumsi beras pada tahun 2010 sebesar 1.5 persen dari tahun sebelumnya hampir tercapai, terbukti dengan adanya penurunan konsumsi beras dari 102.22 kg perkapita/tahun pada tahun 2009 menjadi 100.76 kg perkapita/tahun pada tahun 2010 atau turun sebesar 1.4 persen. Penurunan konsumsi beras ternyata tidak menaikkan konsumsi singkong dan jagung tapi menaikkan konsumsi terigu dan kentang. Konsumsi terigu rumah tangga Indonesia naik sebesar 0.2 persen dari 10.32 kg perkapita/tahun pada tahun 2009 menjadi 10.34 kg perkapita/tahun pada tahun 2010 sedangkan konsumsi jagung rumah tangga Indonesia malah turun 7.2 persen dari 2.21 kg perkapita/tahun pada tahun 2009 menjadi 2.05 kg perkapita/tahun 2010 (Machmur 2011). Kentang juga merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan dengan jumlah produksi ketiga terbesar di Indonesia setelah cabe dan kubis. Share produksi kentang pada tahun 2009 adalah 10.20 persen dari total produksi sayuran di Indonesia. Dari sisi produktivitas, kentang juga menempati urutan keempat tertinggi setelah jamur, labu siam, dan kol/kubis seperti terlihat dalam Lampiran 2. Kentang pertama kali dibudidayakan di Indonesia (Cimahi) sejak tahun 1794 (Sunarjono 2007). Saat ini kentang dibudidayakan di hampir semua dataran tinggi di seluruh Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikuktura Kementerian Pertanian 2011). Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang di Indonesia bervariasi selama 49 tahun terakhir (1961-2009) namun mempunyai tren yang meningkat. Rata-rata luas panen adalah 37 164.08 ha per tahun, rata-rata produksi 491 204.37 ton per tahun dengan rata-rata produktivitas adalah 13.22 ton/ha per tahun. Produktivitas kentang tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 16.94 ton/ha seperti terlihat dalam Lampiran 3. Walaupun dikembangkan pada agroekosistem yang relatif sama, produktivitas yang dicapai oleh setiap provinsi ternyata cukup beragam. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan intensitas pengelolaan antar sentra produksi yang tercermin dari perbedaan kualitas dan/atau kuantitas masukan yang digunakan (Adiyoga 1986). Provinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi utama kentang di Indonesia (Badan Pusat Statstik 2010a). Share produksi kentang Jawa Barat pada tahun 2009 adalah 27.25 persen dari total produksi kentang nasional. Komoditas kentang di Jawa Barat mempunyai produksi tertinggi pada tahun 2009 dan termasuk salah satu komoditas unggulan di provinsi tersebut selain tomat, cabe, kol/kubis, dan bawang merah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2011). Rata-rata peningkatan luas lahan, produksi, dan produktivitas kentang per tahun di Jawa Barat selama 40 tahun terakhir masing-masing sebesar 9.20 persen; 23.51 persen; dan 6.79 persen seperti terlihat dalam Lampiran 4. Kabupaten Bandung adalah sentra produksi kentang di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 dengan share produksi lebih dari 57 persen (Tabel 1). Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 adalah
3
20.35 ton/ha. Meskipun produktivitas ini lebih tinggi daripada produktivitas kentang Indonesia pada tahun 2009 (16.51 ton/ha), produktivitasnya lebih rendah dari produktivitas kentang Amerika Serikat dan Belanda, yang merupakan negara dengan produktivitas kentang tertinggi di dunia pada tahun 2009 (46.27 ton/ha) dan bahkan lebih rendah dari produktivitas kentang Brazil (24.46 ton/ha) sebagai sesama negara berkembang dan beriklim sama dengan Indonesia FAO (2011b). Tabel 1 Luas panen, produksi, produktivitas dan share produksi kentang di Provinsi Jawa Barat menurut kabupaten pada tahun 2009 No
Nama kabupaten
Luas Produksi panen kentang (ton) (ha) 1 Bogor 2 36.00 2 Sukabumi 16 294.00 3 Cianjur 42 7 340.00 4 Bandung 8 988 182 942.50 5 Garut 5 083 115 989.80 6 Tasikmalaya 2 25.00 7 Kuningan 31 598.00 8 Majalengka 759 12 483.00 9 Sumedang 68 819.20 10 Subang 20 91.40 11 Bandung Barat 333 6 529.10 Jawa Barat 15 344 320 542.00 Sumber: Badan Pusat Statistik (2010b)
Produktivitas (ton/ha) 18.00 18.38 17.48 20.35 22.82 12.50 19.29 16.45 12.05 4.57 19.61 20.89
Share luas panen (persen) 0.01 0.10 0.27 58.58 33.13 0.01 0.20 4.95 0.44 0.13 2.17 100.00
Share produksi (persen) 0.01 0.09 0.23 57.07 36.19 0.01 0.19 3.89 0.26 0.03 2.04 100.00
Perumusan Masalah Salah satu sentra produksi kentang di Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Pangalengan dengan share produksi sebesar 72.39 persen pada tahun 2009 (BPS 2010c). Produktivitas rata-rata kentang di Kecamatan Pangalengan pada tahun 2009 adalah 20.11 ton/ha atau lebih rendah 1.18 persen daripada produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten Bandung (Tabel 4). Rendahnya produktivitas kentang di Kecamatan Pangalengan diduga karena tingkat efisiensi yang relatif masih rendah. Bakhsh et al. (2006) menyatakan bahwa ada tiga kemungkinan cara untuk meningkatkan produksi kentang yaitu menambah luas lahan, mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru, dan menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih efisien. Peningkatan produksi kentang melalui penambahan luas lahan sepertinya lebih sulit dilakukan karena dengan pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, industri, jalan raya, dan sekolah. Selain itu kentang membutuhkan daerah dengan kondisi agroklimat dan agroekosistem yang lebih spesifik seperti ketinggian tempat dari permukaan laut dan suhu udara rata-rata yang relatif lebih rendah sehingga tidak semua daerah cocok ditanami kentang. Akhirnya peningkatan produktivitas kentang hanya dapat dilakukan melalui dua kemungkinan cara yaitu mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru dan menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih efisien. Peningkatan efisiensi tidak saja meningkatkan produksi kentang seperti yang ditemukan oleh Bakhsh et al. (2006) dan Nahraeni (2012), tapi juga dapat
4
menekan biaya usahatani sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Obare et al. (2010) menyatakan bahwa jika petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya meningkatkan efisiensi alokatif dari 0.57 menjadi 0.86, rata-rata petani responden akan dapat mengurangi biaya usahatani kentang sebesar 34 persen. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan memperbaiki kemampuan manajerial petani. Kemampuan manajerial itu berasal dari diri petani melalui faktor-faktor sosial ekonomi seperti umur, pangalaman usahatani, tingkat pendidikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan budidaya dan pengelolaan usahatani, keanggotaan dalam kelompok tani, akses kepada penyuluh pertanian lapangan (PPL), akses kepada sumber pembiayaan usahatani, dan lainlain. PT. Indofood Fritolay Makmur (PT. IFM) telah melakukan program kemitraan dengan petani kentang di Kecamatan Pangalengan sejak tahun 1997. PT IFM tidak saja menyediakan bibit unggul kentang bersertifikasi bagi petani dan memberikan kemudahan bagi petani untuk membayar bibit setelah panen, tetapi juga melatih semua ketua kelompok tani yang dibentuk untuk tujuan kemitraan agar trampil dalam pembibitan kentang. Pembibitan yang dimaksud adalah dengan membelah umbi bibit kentang menjadi dua sehingga petani dapat lebih efisien dalam penggunaan bibit. Para ketua kelompok tani diharapkan mengajarkan ketrampilan yang telah dimilikinya kepada anggota kelompoknya masing-masing. Jika petani dapat memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan input minimum seperti bibit pada tingkat teknologi tertentu petani dapat diduga lebih efisien secara teknis. Selain itu petani yang bermitra diharapkan lebih efisien secara alokatif karena adanya jaminan kepastian harga dari perusahaan mitra atas kentang yang dihasilkan pada saat bibit diserahkan kepada petani. Dengan adanya kepastian harga jual bagi kentang yang diproduksi oleh petani yang bermitra, diharapkan dapat menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya dari input atau dapat mengkombinasikan biaya yang meminimumkan input. Pada akhirnya jika para petani yang bermitra lebih efisien secara teknis dan alokatif karena adanya bantuan bimbingan kepada peserta mitra melalui ketua kelompok dan kepastian jaminan harga jual, tentu saja para petani tersebut dapat lebih efisien secara ekonomis daripada petani yang tidak bermitra. Pertanyaannya adalah apakah dengan adanya kemitraan menyebabkan petani lebih efisien secara teknis, alokatif, dan ekonomi? Tidak seperti petani yang tidak bermitra, petani yang bermitra mendapat pelatihan teknis dalam hal pembibitan dan harga jual kentang sudah ditentukan pada saat bibit diserahkan kepada petani sehingga dapat mendorong petani memaksimumkan output pada kondisi biaya terendah. Dengan pelatihan teknis ini, petani dapat menghemat penggunaan bibit yang akhirnya dapat menekan biaya pengadaan bibit sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Pertanyaan yang muncul adalah apakah petani yang bermitra dengan PT. IFM mempunyai pendapatan usahatani kentang yang lebih tinggi daripada petani yang tidak bermitra? Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian tentang pengaruh kemitraan terhadap efisiensi dan pendapatan petani kentang perlu dilakukan.
5
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kemitraan antara petani kentang di Kecamatan Pangelangan dengan PT. IFM terhadap efisiensi dan pendapatan usahatani kentang. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1 Menentukan tingkat efisiensi teknis, alokatif, ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani kentang 2 Menganalisis pengaruh kemitraan terhadap efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani kentang 3 Menganalisis perbedaan pendapatan usahatani kentang antara petani yang bermitra dan petani yang tidak bermitra.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat berguna bagi petani kentang dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi dalam usahatani kentang. Selain itu sebagai informasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Bandung dalam rangka kebijakan peningkatan produktivitas kentang. Hasil penelitian kiranya juga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan model fungsi produksi stokastik frontier untuk analisis produktivitas, efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi dalam bidang ekonomi produksi pertanian terutama tanaman hortikultura dan khususnya tanaman kentang. Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi kegiatan penelitian lanjutan secara lebih mendalam terutama dalam mengkaji pengaruh adanya suatu kerjasama kemitraan antara petani dengan pihak lain. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini menggunakan data cross section dari para petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM (yang menanam varietas Atlantik) dan yang tidak bermitra dengan perusahaan tersebut (yang menanam varietas Granola). Musim tanam yang diambil sebaagi data penelitian adalah musim hujan 2010/2011 atau sejak Desember 2010 - Maret 2011.
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kemitraan Usahatani Kemitraan sangat penting dalam program pembangunan usahatani, terutama karena adanya interaksi antara industri baik skala kecil maupun skala besar yang mempunyai modal, wadah untuk menampung hasil panen, memiliki inovasi terbaru dengan petani yang kekurangan modal, dan belum tersentuh teknologi yang baru serta kebingungan dalam menjual hasil panennya (Shinta 2011). Kemitraan usaha agribisnis (contract farming management) adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau kelompok orang
6
atau badan hukum dengan satu atau kelompok orang atau badan hukum lainnya, dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan saling melaksanakan etika bisnis (Suwandi 1995). Oleh karena itu berpijak dari definisi tersebut, tujuan kemitraan agribisnis adalah: (1) untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan sosial yang diperoleh petani atau perusahaan mitra; dan (2) untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan usaha agribisnis yang memenuhi skala ekonomi dalam suatu wilayah atau kawasan. Secara garis besar, kemitraan usaha agribisnis terdiri dari lima model, tergantung pada jenis produk, sumberdaya sponsor, dan intensitas hubungan kepentingan antara petani dengan pihak sponsor (Eaton dan Shepherd 2001). Dalam konteks ini, sponsor yang lebih populer disebut “mitra” dapat dikategorikan sebagai perusahaan individu, perusahaan multinasional, perusahaan swasta, perusahaan negara (parastatal agency) atau koperasi. Lima model kemitraan usaha agribisnis yang dimaksud adalah: model sentralistik (centralized model); model perusahaan inti (nucleus estate model); model multi pelaku (multi-partite model); model informal (informal model); dan model perantara (intermediary model). Kemitraan usaha agribisnis terdiri dari tiga pola, yaitu: (1) kemitraan yang berkembang mengikuti jalur evolusi sosiobudaya atau ekonomi tradisi; (2) kemitraan program pemerintah yang dikaitkan dengan intensifikasi pertanian; dan (3) kemitraan yang tumbuh akibat perkembangan ekonomi pasar. Shinta (2011) juga menyatakan bahwa ada lima model kemitraan, yaitu model intiplasma, kontrak beli, sub kontrak, dagang umum, dan kerja sama operasional agribisnis. Lebih jauh Shinta (2011) menjelaskan bahwa model intiplasma adalah hubungan kemitraan antara usahatani kecil dengan usahatani menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma. Pada model kemitraan ini dapat berupa kemitraan langsung antara kelompok tani dengan plasma yang memproduksi bahan baku dengan perusahaan agroindustri yang melakukan pengolahan. Perusahaan inti berkewajiban untuk melakukan pembinaan mengenai teknis produksi agar dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen kelompok tani/agroindustri dan plasma. Model kontrak beli adalah hubungan kerjasama antara kelompok skala kecil dengan perusahaan agroindustri skala menengah atau besar yang dituangkan dalam usaha perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu yang disaksikan oleh pemerintah. Model subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen dan atau jasa yang merupakan bagian dari produksi usaha menengah atau usaha besar. Pada model ini, kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang. Model dagang umum adalah hubungan kemitraan antara perusahaan kecil dengan usaha menengah atau besar atau usaha menengah memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar atau usaha kecil yang memasarkan hasil usaha besar. Model kerjasama
7
operasional agribisnnis merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja sedangkan perusahaan-perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Paling sedikit ada tiga aspek kemitraan usaha agribisnis yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu koordinasi produksi, pengelolaan budidaya, dan pola hubungan dengan petani (Eaton dan Shepherd 2001). Jika ketiga aspek ini tidak dijalankan secara sinergis, maka implementasi kemitraan usaha agribisnis sulit berjalan dengan baik. Koordinasi produksi terkait dengan identifikasi lokasi, seleksi petani, formasi kelompok kerja, pengaturan pasokan sarana dan kredit serta pendistribusiannya, dan pengaturan pembelian produksi. Pengelolaan budidaya meliputi jasa penyuluhan, transfer teknologi, jadwal pola tanam, dan pelatihan. Sementara itu, pola hubungan dengan petani mencakup partisipasi dan eksistensi forum (organisasi) kelompok tani. Syarat yang harus dipenuhi, yaitu bahwa kedua belah pihak yang bermitra harus: (1) mempunyai bisnis inti (core business) yang sama; (2) memiliki tingkat saling ketergantungan yang tinggi (high interdependency); (3) dapat diandalkan (reliable) untuk menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan perjanjian; dan (4) jujur dan dapat dipercaya (honest and trustable) dalam menjalankan kegiatan masing-masing. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa komoditas yang tercakup dalam kemitraan usaha agribisnis harus mempunyai prospek ekonomi yang sangat baik (Hadi 1997) yang dikutip dalam Iqbal (2008). Tabel 2 Manfaat kemitraan usaha agribisnis dari perspektif petani dan perusahaan mitra Ditinjau dari aspek Sarana dan prasarana
Kredit
Petani Sarana produksi dan pelayanan disediakan perusahaan mitra
Perusahaan mitra jasa oleh
Prasarana seperti lahan dapat disediakan oleh petani sehingga memudahkan perusahaan memperoleh lahan tanpa mengeluarkan biaya pembebasan lahan Perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari bunga kredit yang relatif lebih tinggi daripada menginvestasikan uangnya di bank
Petani dimudahkan dalam memperoleh bantuan kredit karena kemitraan usaha agribisnis dilaksanakan melalui pola kredit yang difasilitasi perusahaan mitra Introduksi Kemitraan usaha agribisnis Introduksi teknologi dan pelatihan teknologi biasanya dilengkapi dengan yang diajarkan perusahaan kepada introduksi teknologi baru sehingga petani dapat lebih mengikat petani petani dapat memperoleh agar tetap bermitra pengetahuan dan pengalaman baru Harga Petani memperoleh kepastian Harga jual kentang yang ditentukan harga lebih awal sehingga tidak perusahaan memungkinkan perlu mengkwatirkan terjadinya perusahaan terhindar dari kerugian.. penurunan harga pada saat panen Peluang Kemitraan usaha agribisnis Membuka peluang pasar bagi pasar membuka peluang pasar yang perusahaan dalam menjual paket sebelumnya mungkin kurang atau teknologi dan input usahatani kepada tidak dapat diakses petani. petani. Sumber: Eaton dan Sepherd (2001) dengan sedikit modifikasi
8
Dua pelaku utama dalam kemitraan usaha agribisnis adalah petani dan perusahaan mitra. Menurut Eaton dan Sepherd (2001), manfaat utama dari kesepakatan kontrak yang diterima petani adalah adanya jaminan dari perusahaan mitra untuk membeli produksi petani berdasarkan spesifikasi parameter kuantitas dan kualitas tertentu. Berikutnya, kemitraan usaha agribisnis juga dapat membantu petani dalam mempermudah akses terhadap teknik dan jasa penyuluhan yang sebelumnya relatif kurang atau tidak dapat diperoleh petani. Di samping itu, melalui kemitraan usaha agribisnis, petani diharapkan dapat mengatur dan mengurus kredit ke lembaga perbankan komersial untuk pembelian sarana produksi. Singkatnya, manfaat potensial yang dirasakan petani dan perusahaan mitra dalam kemitraan usaha agribisnis disajikan dalam Tabel 2. Tabel 3 Permasalahan yang dialami petani kemitraan usaha agribisnis Dari aspek Risiko
Ketatalaksanaan
Petani Petani harus menghadapi permasalahan produksi dan kegagalan pasar jika mengadopsi jenis tanaman atau varietas baru untuk dibudidayakan Manajeman kemitraan usaha agribisnis yang tidak efisien dapat menimbulkan terjadinya manipulasi, sehingga sebagian produksi petani tidak dibeli oleh perusahaan mitra
Monopoli
Monopoli yang dilakukan perusahaan mitra akan mengurangi pilihan petani untuk memilih memproduksi tanaman lain yang lebih menguntungkan
Kuota produksi
Pengalokasian kuota produksi dapat merugikan petani yang mempunyai lahan yang relatif luas karena perusahaan mitra mengurangi pasokan bibit
Kegagalan panen
dan perusahaan mitra dalam
Perusahaan mitra Perusahaan menghadapi risiko penolakan dari petani jika introduksi teknologi baru seperti varietas bibit unggul kurang dapat meyakinkan petani dalam hal produksi dan harga Manajeman perusahaan mitra yang tidak efisien dan kurangnya konsultasi dengan petani dapat menyebabkan ketidakpuasan di kalangan petani sehingga petani dapat melakukan manipulasi dengan menjual sebagian hasilnya ke pihak lain tanpa sepengetahuan perusahan mitra Monopoli akan menimbulkan resistensi dari para petani sehingga perusahaan akan kehilangan pasokan bahan baku jika petani memutuskan berhenti bermitra karena adanya tawaran kemitraan dari pihak lain yang lebih menguntungkan Kurangnya pasokan bibit dari supplier dapat mendorong perusahaan melakukan kuota produksi sehingga menurunkan pasokan bahan baku dari petani kepada perusahaan. Penurunan pasokan bahan baku akan mengurangi output, penerimaan, dan keuntungan perusahaan Jika petani terlilit hutang karena kegagalan panen, hal itu akan mengurangi kemampuan dan minat petani untuk bermitra sehingga perusahaan terancam kekurangan dan kehilangan pasokan bahan baku
Petani dapat menjadi pihak yang berhutang jika timbul kegagalan produksi karena telah terikat kontrak untuk membayar fasilitas sarana dan jasa yang sebelumnya telah disediakan perusahaan mitra Sumber: Eaton dan Sepherd (2001) dengan sedikit modifikasi
9
Perlu digarisbawahi bahwa kendati dalam kemitraan usaha agribisnis diperoleh beberapa manfaat sebagaimana dikemukanan di atas, dalam praktiknya ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak negatif dari implementasi kemitraan usaha agribisnis itu sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.
Penelitian-Penelitian tentang Efisiensi Petani Penelitian-penelitian tentang efisiensi petani kentang telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Hasil-hasil penelitian itu akan dibahas menurut aspek yaitu aspek tingkat efisiensi dan aspek faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi. Bakhsh et al. (2006) menyatakan bahwa efisiensi petani sebesar 0.7 dapat dikatakan sudah efisien. Idealnya, efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi sebesar satu. Jika efisiensi sebesar satu petani dapat dikatakan sudah efisien penuh secara teknis, alokatif, atau ekonomi. Tetapi karena banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi petani maka efisiensi petani hampir tidak pernah mencapai angka satu. Efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis Dari aspek tingkat efisiensi, rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Okara dan Kasur, Pakistan tahun 2002-2003 adalah 0.84 (Abedullah et al. 2006); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Wilayah Awi, Ethiopia untuk skema irigasi tradisional adalah 0.77 dan untuk skema irigasi modern adalah 0.97 (Bogale dan Bogale 2005); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Punjab, Pakistan adalah 0.76 (Bakhsh et al. 2006); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di beberapa daerah terpilih di Bangladesh adalah 0.75 (Hossain et al. 2008); ratarata efisiensi teknis petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara, Kenya adalah 0.67 (Nyagaka et al. 2010); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Wilayah Dedza, Malawi Tengah adalah 0.83 (Maganga 2012); dan rata-rata efisiensi teknis kentang di Wilayah Utara, Gilgit-Baltistan, Pakistan adalah 0.81 (Alam et al. 2012). Di Indonesia, rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Kabupaten Solok Sumatera Barat adalah 0.76 (Tanjung 2003); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara adalah 0.41 (Sinaga 2011); rata-rata efisiensi teknis petani kentang di Provinsi Jawa Barat adalah 0.84 (Nahraeni 2012). Secara umum, efisiensi petani kentang sudah di atas 0.7 dan meskipun demikian, masih ada kemungkinan peningkatan produkstivitas kentang jika petani mampu beroperasi pada tingkat efisiensi teknis tertinggi yang dicapai oleh petani yang ditelliti. Ada sejumlah faktor penentu inefisiensi petani kentang yang berasal dari diri petani. Umur memiliki efek terhadap tingkat inefisiensi teknis. Hal ini umumnya dipercaya bahwa usia dianggap sebagai proxy untuk pengalaman usahatani. Dengan demikian petani dengan usia lebih panjang memiliki pengalaman usahatani yang lebih besar. Diduga bahwa usia memiliki pengaruh mengurangi inefisiensi teknis dalam produksi kentang menunjukkan bahwa jika usia petani kentang meningkat, inefisiensi teknis menurun (Bakhsh et al. 2006). Lebih jauh Bakshh et al. (2006) menemukan bahwa semakin tinggi umur petani
10
kentang di Punjab, Pakistan, semakin mengurangi inefisiensi teknis secara signifikan pada α = 0.1; Abedullah et al. (2006) menemukan bahwa semakin tinggi umur petani kentang di Okara dan Kasur, Pakistan, semakin mengurangi inefisiensi teknis secara signifikan pada α = 0.01. Di Indonesia, hasil penelitian Adhiana (2005) juga menemukan bahwa semakin tinggi umur petani lidah buaya di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, semakin mengurangi inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.15. Tetapi variabel umur juga dapat berpengaruh positif atau meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang. Hasil penelitian Maganga (2012) menyatakan bahwa semakin tua usia petani kentang di Dedza, Malawi Tengah semakin meningkatkan inefisiensi teknis secara signifikan pada α = 0.05. Di Indonesia, Tanjung (2003) menemukan bahwa semakin tua usia petani kentang di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat semakin meningkatkan inefisiensi teknis secara signifikan pada α = 0.05 karena seiring dengan peningkatan usia petani, kemampuan bekerja yang dimiliki, daya juang dalam berusaha, keinginan untuk menanggung risiko dan keinginan untuk menerapkan inovasi-inovasi baru juga semakin berkurang; Nahraeni (2012) menemukan bahwa semakin tua usia petani kentang di Provinsi Jawa Barat semakin meningkatkan inefisiensi teknis secara signifikan pada α = 0.05 karena semakin tua umur petani, kemampuan kerja dan kemampuan teknisnya semakin menurun. Diduga semakin tinggi pengalaman seorang petani dalam usahatani semakin trampil petani tersebut dalam mengelola usahatani kentang yang akan berdampak positif terhadap efisiensi atau berdampak negatif terhadap inefisiensi. Saptana (2011) menambahkan bahwa petani yang lebih berpengalaman akan lebih efisien karena memiliki pengetahuan dan kemampuan adopsi teknologi lebih baik sehingga lebih mampu menghindari kecenderungan turunnya produktivitas akibat degradasi sumberdaya. Petani berpengalaman pada umumnya memiliki jaringan kerja (networking) yang lebih luas sehingga lebih berpeluang memperoleh informasi lebih cepat dan cenderung mengaplikasikan informasi teknologi yang diterimanya. Pada akhirnya petani yang lebih berpengalaman memiliki kapabilitas manajerial yang lebih baik karena belajar dari pengelolaan usahatani pada tahun-tahun sebelumnya. Tanjung (2003) menemukan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam usahatani kentang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumetera Barat semakin mengurangi inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.1; Sinaga (2011) menemukan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam usahatani kentang di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumetera Utara, semakin mengurangi inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.05; Maganga (2012) menemukan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam usahatani kentang di Dedza, Malawi Tengah semakin mengurangi inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.01; dan Nahraeni (2012) menemukan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam usahatani kentang di Provinsi Jawa Barat semakin mengurangi inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.05. Tetapi Ogundari dan Ojo (2007b) menemukan bahwa semakin tinggi pengalaman petani dalam usahatani di Ondo State, Nigeria semakin meningkatkan inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.05. Para petani dengan pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung lebih efisien secara teknis. Hal ini menunjukkan bahwa petani dengan pendidikan yang lebih tinggi merespon lebih mudah untuk menyerap teknologi baru dan menghasilkan lebih dekat ke output batas (frontier) (Alam et al. 2012). Nyagaka
11
et al. (2010) menambahkan bahwa secara umum petani yang lebih terdidik dapat melihat, menginterpretasikan dan tanggap lebih cepat kepada informasi baru dan mengadopsi teknologi yang lebih maju seperti pupuk, pestisida, dan bahan-bahan penanaman daripada rekan-rekannya. Ogundari dan Ojo (2007b) menemukan bahwa tingkat pendidikan mengurangi inefisiensi teknis petani beberapa komoditas di Ondo State, Nigeria dan signifikan pada α = 0.05. Tetapi Sinaga (2011) menemukan bahwa tingkat pendidikan meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara dan signifikan pada α = 0.1 karena teknologi yang digunakan oleh petani di daerah penelitian tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau dengan kata lain petani masih menggunakan cara tradisonal dalam membudidayakan kentang; dan Asogawa et al. (2011) juga menemukan bahwa tingkat .pendidikan meningkatkan inefisiensi teknis petani semua komoditas di Makurdi, Benue State, Nigeria dan signifikan pada α = 0.1. Ukuran keluarga diduga dapat mengurangi inefisiensi teknis karena ukuran keluarga adalah proxy bagi tenaga kerja dalam keluarga (Asogwa et al. 2011). Diduga, semakin banyak anggota keluarga dalam rumahtangga seorang petani semakin banyak tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam usahatani sehingga dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja yang dibayar (substitusi tenaga kerja). Biaya yang seharusnya dialokasikan untuk membayar tenaga kerja luar keluarga dapat digunakan untuk membeli input-input lain dan bahkan input yang lebih berkualitas. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga juga dapat mengatasi kelangkaan tenaga kerja (Saptana 2011). Asogwa et al. (2011) menyatakan semakin besar ukuran keluarga semakin mengurangi inefisiensi teknis para petani di Makurdi, Banue State, Nigeria secara signifikan pada α = 0.05. Tetapi Maganga (2012) menemukan bahwa ukuran keluarga meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang di Dedza, Malawi Tengah secara signifikan pada α = 0.1. Hal ini terjadi karena rumahtangga dengan jumlah anggota keluarga besar mungkin tidak mampu untuk menggunakan kombinasi input dengan tepat karena keterbatasan uang (Maganga 2012). Rasio penerimaan usahatani terhadap penerimaan total rumahtangga diduga dapat mengurangi inefisiensi teknis petani. Saptana (2011) menyatakan bahwa dalam kondisi dimana petani memiliki beberapa cabang usahatani yang sedang dijalankan maka tingkat inefisiensi teknis yang paling rendah umumnya terjadi pada usahatani yang memiliki pangsa pendapatan tertinggi karena petani akan memberikan perhatian secara lebih baik dari aspek teknis, menajemen dan pengelolaan risiko produksi pada usahatani tersebut sehingga berdampak menurunkan inefisiensi teknis. Saptana (2011) menemukan rasio penerimaan usahatani cabai merah besar terhadap penerimaan total rumahtangga mengurangi inefisiensi teknis petani cabai merah besar secara signifikan pada α = 0.05 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009. Nilai koefisien variabel rasio pendapatan usahatani cabai merah besar terhadap pendapatan total rumahtangga bertanda negatif merupakan indikasi bahwa tingkat inefisiensi teknis yang lebih rendah pada umumnya terjadi di kalangan petani yang memiliki pangsa penerimaan dari cabai merah besar lebih tinggi. Fenomena ini merupakan bukti empiris bahwa semakin penting posisi cabai merah besar dalam struktur pendapatan rumahtangga semakin rendah inefisiensi teknis.
12
Rasio luas lahan kentang terhadap total luas lahan garapan diduga dapat mengurangi inefisiensi teknis. Saptana (2011) menyatakan bahwa petani dengan rasio luas lahan cabai merah besar terhadap total lahan yang dikuasai relatif besar akan semakin rendah inefisiensi teknisnya. Hal in disebabkan semakin penting suatu komoditas dalam struktur usahatani akan mendorong petani memberikan input secara lebih intensif, curahan tenaga kerja lebih intensif, dan pengelolaan usahatani secara lebih baik sehingga berdampak menurunkan inefisiensi teknis. Saptana (2011) menemukan bahwa semakin tinggi rasio lahan usahatani cabe merah besar terhadap total lahan semakin mengurangi inefisiensi teknis petani cabe merah besar di Provinsi Jawa Tengah secara signifikan pada α = 0.2. Rasio tenaga kerja luar keluarga (sewa) terhadap tenaga kerja total diduga mengurangi inefisiensi petani. Penggunaan tenaga kerja sewa mengurangi inefisiensi teknis petani padi secara signifikan di Kabupaten Cirebon dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat tahun 1998/1999 (Lisna 2003). Keanggotaan dalam kelompok tani merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani. Diduga petani yang tergabung dalam kelompok tani saling membagi informasi yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas tanaman dan atau informasi pasar dibandingkan dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Diharapkan pula bahwa petani yang menjadi anggota kelompok tani memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai sumberdaya yang dibutuhkan di dalam pengelolaan usahatani. Saptana (2011) menyatakan semakin intensif keterlibatan petani dalam keanggotaan kelompok tani akan semakin menurunkan inefisiensi teknis. Lebih jauh dikatakan Saptana (2011) bahwa petani yang tergabung dalam kelompok tani akan memiliki akses yang lebih baik kepada informasi seperti informasi teknologi, informasi pasar, dan program-program pemerintah sehingga keanggotaan dalam kelompok tani dapat menurunkan inefisiensi teknis. Binam et al. (2004) menambahkan bahwa keanggotaan dalam kelompok tani dapat memberikan beberapa pengaruh pada anggota keluarga dan petani lainnya yang tidak menjadi anggota kelompok tani melalui pemberian informasi dan demonstrasi praktik usahatani. Nyagaka et al. (2010) menemukan bahwa dengan menjadi anggota kelompok tani dapat mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Nyandarua wilayah Utara Kenya secara signifikan pada α = 0.01; Nahraeni (2012) menemukan bahwa keikutsertaan dalam kelompok tani mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Provinsi Jawa Barat secara signifikan pada α = 0.05. Tetapi Tanjung (2003) menemukan bahwa keikutsertaan dalam kelompok tani meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat dan signifikan pada α = 0.1 karena dengan menjadi anggota kelompok tani memaksa petani untuk lebih proaktif dalam aktivitas kelompok sehingga menghambat kebebasan dan aktivitas para petani dalam usahatani kentang yang sedang dijalankan. Seorang petani yang pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan usahatani tertentu seperti perencanaan usahatani, pengadaan bibit yang berkualitas, teknik budidaya, panen dan pasca panen diharapkan dapat mengurangi inefisiensi teknis usahatani yang sedang dijalankannya. Hossain et al. (2008) menemukan bahwa pelatihan budidaya kentang yang pernah diikuti petani dapat mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Munshiganj, Bogra, Jessor, Bangladesh secara signifikan pada σ = 0.05; Maganga (2012) menemukan
13
bahwa variabel tingkat spesialisasi dalam budidaya kentang dapat mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Dedza, Malawi Tengah dan signifikan pada σ = 0.05. Petani dengan status lahan sebagai hak milik diharapkan dapat mengurangi inefisiensi teknis. Sinaga (2011) menemukan bahwa petani kentang di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai hak milik atas lahan yang digarapnya lebih efisien secara teknis dan signifikan pada α = 0.05 daripada petani kentang lainnya yang mempunyai hak sewa. Hal yang sama juga ditemukan Sinaga (2011) di tempat yang sama pada petani tomat. Tetapi hasil penelitian Nahraeni (2012) menyatakan bahwa status hak milik atas tanah yang ditanami kentang oleh petani di Provinsi Jawa Barat ternyata meningkatkan inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0.1. Hal yang sama juga ditemukan oleh Bakhsh dan Hassan (2005) yang menyatakan bahwa status hak milik atas tanah yang ditanami wortel oleh petani di Pakistan ternyata meningkatkan inefisiensi teknis dan signifikan pada α = 0 karena para penyewa cenderung menggunakan sumberdaya yang tersedia secara terbatas dan lebih efisien dengan teknologi yang ada sebab kenyataan menunjukkan kehidupan para petani tergantung pada produksi tanaman. Penyuluhan memainkan peran layanan dukungan dalam produksi pertanian. Penyuluhan diasumsikan menolong difusi dan adopsi teknologi baru. Di samping itu, penyuluhan menawarkan bimbingan kepada petani yang terkait dengan penggunaan sumberdaya seperti pupuk dan menyediakan konsultasi (Bakhsh dan Hassan 2005). Bakhsh et al. (2006) menemukan bahwa kontak dengan PPL mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Punjab, Pakistan secara signifikan pada α = 0.05; petani kentang di Okara dan Kasur Pakistan secara signifikan pada α = 0.0 1 (Abedullah et al. 2006); petani kentang di Munshiganj, Bogra, Jessor, Bangladesh secara signifikan pada α = 0.05 (Hossain et al. 2008); petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya secara signifikan pada α = 0.05 (Nyagaka et al. 2010); Nahraeni (2012) juga menemukan semakin tinggi frekuensi penyuluhan dalam usahatani kentang semakin mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Provinsi Jawa Barat secara signifikan pada α = 0.05. Abedullah et al. (2006) menyatakan bahwa konsultasi dengan penyuluh pertanian menambah secara nyata pada perbaikan efisiensi teknis dan secara tidak langsung menyatakan bahwa Departemen Penyuluhan Pertanian harus menjadi variabel utama yang ditargetkan dari sudut pandang kebijakan untuk memperbaiki efisiensi teknis dalam produksi kentang di Okara dan Kasur, Pakistan. Kredit merupakan salah satu sumber modal kerja dalam usahatani. Seorang petani yang mempunyai akses terhadap sumber-sumber kredit akan lebih mudah membiayai usahataninya dan lebih mampu membeli input-input usahatani yang dibutuhkan. Selain itu dengan modal yang diperoleh melalui kredit akan mempengaruhi petani untuk menyewa atau membeli input-input produksi yang lebih bermutu. Nyagaka et al. (2010) menyatakan bahwa akses kepada kredit memungkinkan petani untuk meningkatkan efisiensi dengan menanggulangi keterbatasan likuiditas yang dapat mempengaruhi kemampuan petani untuk membeli dan menggunakan input dan mengimplementasikan keputusan-keputusan manajemen usahatani tepat waktu sehingga meningkatkan efisiensi. Nyagaka et al. (2010) menyatakan bahwa akses kredit dapat mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya secara signifikan pada α =
14
0.01. Tetapi Nahraeni (2012) menemukan bahwa akses kredit ke lembaga formal meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang di Provinsi Jawa Barat secara signifikan pada α = 0.1 karena selain mengakses kredit ke lembaga formal, petani juga terikat kredit ke lembaga non formal dengan bunga yang lebih tinggi sehingga membebani petani yang pada akhirnya mengurangi kemampuan petani untuk membeli input; dan Bogale dan Bogale (2005) menemukan bahwa akses kredit meningkatkan inefisiensi teknis petani kentang dengan skema irigasi tradisional di Awi Zone, Ethiopia secara signifikan pada α = 0.01 karena petani yang mendapat kredit menggunakannya untuk tujuan lain. Selama ini, penelitian tentang pengaruh kemitraan terhadap inefisiensi usahatani kentang belum pernah dilakukan, akan tetapi hasil penelitian Husyairi (2012) menunjukkan kemitraan antara petani tebu unit usaha Bungamayang dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Lampung berpengaruh mengurangi inefisiensi teknis walaupun tidak nyata. Saptana (2011) juga menemukan bahwa keanggotaan kemitraan usaha mengurangi inefisiensi petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah walaupun tidak signifikan. Efisiensi alokatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif Dari aspek efisiensi alokatif, rata-rata efisiensi alokatif petani kentang biasa di Nyandarua, Kenya adalah 0.57 (Obare et al. 2010) menunjukkan bahwa rata-rata petani kentang di negara tersebut harus menghemat biaya tunai usahatani sebesar (1-0.57) atau 43 persen jika para petani mampu beroperasi pada tingkat efisiensi alokatif penuh atau 100 persen. Di Indonesia, rata-rata efisiensi alokatif petani kentang di Kabupaten Solok Sumatera Barat adalah 0.60 (Tanjung 2003) dan di Provinsi Jawa Barat adalah 0.47 (Nahraeni 2012), Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani kentang di di Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan di Provinsi Jawa Barat belum efisien secara alokatif sehingga faktor-faktor penentu inefisiensi alokatif perlu mendapat perhatian. Umur mempunyai pengaruh negatif terhadap inefisiensi alokatif karena petani yang lebih tua telah mengembangkan praktik dan kebiasaan manajerial untuk meningkatkan kemampuan para petani dalam mengambil pilihan-pilihan input dalam suatu cara yang meminimisasi biaya (Asogwa et al. 2011). Nahraeni (2012) menemukan bahwa pertambahan umur petani mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat dan signifikan pada α = 0.05. Pengalaman usahatani petani juga diduga berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif karena kombinasi biaya yang meminimumkan input dan penerimaan yang memaksimumkan output membutuhkan informasi tentang teknologi dan harga pasar. Semakin berpengalaman seorang petani dalam suatu usahatani semakin baik kemampuan petani tersebut sebagai seorang pengambil keputusan untuk mendapatkan dan memproses informasi tentang harga dan teknologi (Asogwa et al. 2011). Tingkat pendidikan petani memiliki pengaruh mengurangi inefisiensi alokatif karena pendidikan meningkatkan kemampuan petani sebagai pengambil keputusan untuk mendapatkan dan memproses informasi tentang harga dan teknologi yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi alokatif petani (Asogwa et al. 2011). Nahraeni (2012) menemukan bahwa semakin lama pendidikan formal
15
yang pernah diikuti oleh petani kentang semakin mengurangi inefisiesni alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat dan signifikan pada α = 0.2. Ukuran keluarga juga diduga berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif karena semakin besar ukuran keluarga semakin berkurang tenaga kerja yang disewa yang akan digunakan dalam produksi output dan semakin mengurangi biaya produksi (Asogwa et al. 2011). Paudel dan Matsuoka (2009) menemukan bahwa semakin besar ukuran keluarga petani jagung di Chitwan, Nepal, semakin mengurangi inefisiensi biaya walaupun tidak signifikan. Koefisien negatif untuk ukuran keluarga menyatakan secara tidak langsung bahwa efisiensi alokatif meningkat dengan adanya peningkatan ukuran keluarga. Hal ini terjadi diduga karena para petani dengan jumlah anggota keluarga yang relatif besar mengandalkan tenaga kerja keluarga dan sebagai akibatnya mengurangi inefisiensi harga bagi produksi kentang. Tetapi Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) menemukan bahwa semakin besar ukuran keluarga petani skala kecil di Dajabon, Republik Dominika, semakin meningkatkan inefisensi alokatif secara signifikan pada α = 0.1. Obare et al. (2010) menyatakan bahwa keanggotaan petani dalam kelompok tani dapat mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang di Nyandarua, wilayah Utara Kenya secara signifikan pada α = 0.01. Tetapi Nahraeni (2012) menemukan bahwa keanggotaan petani dalam kelompok tani ternyata meningkatkan inefisiensi alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat walaupun tidak signifikan. Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan memiliki akses yang lebih baik kepada informasi seperti informasi teknologi, informasi pasar, dan program-program pemerintah sehingga melalui informasi teknologi dan informasi pasar yang diketahuinya dapat membantunya mengoptimalkan pengalokasian sumberdaya lebih efisien. Nahraeni (2012) menemukan bahwa hak milik atas lahan kentang yang diusahakan petani kentang di Provinsi Jawa Barat ternyata mengurangi inefisiensi alokatif secara signifikan pada α = 0.01. Koefisien negatif menunjukkan bahwa petani yang mempunyai hak milik atas lahan yang dibudidayakan dengan kentang lebih mampu meminimumkan biaya untuk mencapai output pada teknologi sekarang. Dengan kata lain petani yang mempunyai hak milik lebih mampu mengkombinasikan inputnya pada tingkat minimum daripada petani yang mempunyai hak sewa jika terjadi perubahan harga input sehingga para petani lebih mendekati pada produksi frontiernya (Nahraeni 2012). Nchare (2007) dikutip dalam Obare et al. (2010) menyatakan bahwa kontak teratur dengan PPL memfasilitasi penggunaan praktis teknik-teknik modern dan adopsi praktik produksi agronomi yang telah diperbaiki. Pelayanan penyuluhan tentang pola-pola harga produk tanaman, varietas benih, pengelolaan tanaman dan pemasaran dapat meningkatkan kemampuan petani untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya. Obare et al. (2010) menyatakan kontak dengan agen penyuluhan yang dilakukan oleh petani kentang di Nyandarua, wilayah Utara Kenya mengurangi inefisiensi alokatif secara signifikan pada α = 0.05. Tetapi Nahraeni (2012) menemukan bahwa semakin tinggi frekuensi penyuluhan yang diikuti oleh petani kentang di Provinsi Jawa Barat, semakin meningkatkan inefisiensi alokatif walaupun tidak signifikan. Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) menemukan bahwa kontrak dengan perusahaan pertanian (kemitraan) yang dilakukan petani dengan skala usahatani
16
kecil di Dajabon, Republik Dominika menurunkan inefisiensi alokatif secara signifikan pada α = 0.01. Glover (1984) menyatakan bahwa kontrak pertanian dapat sangat bernilai bagi usahatani skala kecil, karena dapat memfasilitasi akses ke pasar dan meningkatkan pendapatan dan tenaga kerja para petani. Tambahan pula, kontrak produksi dengan perusahaan agribisnis memberi para petani suatu jaminan pasar bagi hasil tanaman yang diproduksinya dan juga beberapa bantuan teknis. Selain itu, kontrak pertanian dapat meningkatkan efisiensi alokatif atau efisiensi harga dan juga efisiensi ekonomi dengan mengurangi risiko (Oberg 1985) dikutip dalam Bravo-Ureta-Pinheiro (1997). Efisiensi ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi ekonomi Dari aspek efisiensi ekonomi, rata-rata efisiensi ekonomi petani kentang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah 0.44 (Tanjung 2003) dan di Provinsi Jawa Barat adalah 0.38 (Nahraeni 2012). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani kentang di di Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan di Provinsi Jawa Barat belum efisien secara ekonomi sehingga faktor-faktor penentu inefisiensi ekonomi juga perlu mendapat perhatian. Bifarin et al. (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi umur petani pisang di Ondo State, Nigeria, semakin meningkatkan inefisiensi ekonomi secara signifikan pada α = 0 .1; dan Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) juga menyatakan bahwa petani dengan skala usahatani kecil yang berumur di atas 25 tahun ditemukan mengalami peningkatan inefisiensi ekonomi dan signifikan pada α = 0.05 daripada petani yang berumur 25 tahun ke bawah di Dajabon Republik Dominika. Nahraeni (2012) menyatakan semakin tinggi pendidikan formal petani kentang Provinsi Jawa Barat semakin mengurangi inefisiensi ekonomi dan signifikan pada α = 0.1. Nahraeni (2012) menyatakan keanggotaan petani kentang di Provinsi Jawa Barat dalam kelompok tani dapat mengurangi inefisiensi ekonomi walaupun tidak signifikan. Nahraeni (2012) menyatakan status milik oleh petani atas lahan kentang yang ditanaminya dengan kentang di Provinsi Jawa Barat mengurangi inefisiensi ekonomi dan signifikan pada α = 0.01. Bifarin et al. (2010) menemukan bahwa semakin tinggi kunjungan yang dilakukan oleh agen penyuluhan kepada petani pisang di Ondo State, Nigeria, semakin meningkatkan inefisiensi ekonomi dan signifikan pada α = 0.1. Nahraeni (2012) menyatakan semakin tinggi frekuensi penyuluhan yang diikuti oleh petani di kentang Provinsi Jawa Barat semakin meningkatkan inefisiensi ekonomi walaupun tidak signifikan. Dari berbagai kajian tentang efisiensi petani di atas juga ditemukan bahwa umumnya fungsi yang digunakan dalam menduga produksi usahatani adalah fungsi produksi stochastic frontier dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass dan metode pendugaan efisiensi teknis dan inefisiensi teknis adalah maximum likelihood estimation (MLE).
Analisis Pendapatan Usahatani Kentang Dalimunte (1989) dan Tarigan (1997) menemukan bahwa skala produksi usahatani kentang berada pada skala usaha menurun (decreasing return to scale)
17
sedangkan Apriyanto (2005) menyatakan skala produksi usahatani kentang berada pada skala usaha tetap (constant return to scale). Alexander (1999) menemukan bahwa R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total usahatani kentang di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara masing-masing sebesar 2.00; R/C rasio atas biaya tunai petani Kentang di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara adalah 1.59 (Tarigan, 1997); R/C rasio atas biaya tunai petani Kentang di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan adalah 1.70 (Kasmawati dkk 2011); dan R/C rasio atas biaya tunai usahatani kentang lahan sewa di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat adalah 1.30 (Apriyanto 2005);. R/C rasio atas biaya total usahatani kentang di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat untuk lahan sempit adalah 2.32 dan untuk lahan luas adalah 2.22 (Adriani 2004); R/C atas biaya total usahatani kentang di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.59; R/C rasio atas biaya total usahatani kentang lahan sewa di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat adalah 1.07 (Apriyanto 2005); R/C atas biaya total usahatani kentang yang lebih tinggi adalah pada petani yang mengakses kredit dari bank dibandingkan dengan dari CU dan toko-toko pertanian (Sinaga 2011). Umumnya, R/C rasio dari usahatani kentang adalah relatif rendah karena produktivitas yang rendah, harga kentang yang relatif rendah. Produktivitas yang rendah diduga karena bibit kentang yang digunakan adalah bibit lokal dan merupakan sisa dari panen sebelumnya. Perbedaan pendapatan usahatani karena petani bermitra dalam memperoleh modal kerja misalnya bantuan bibit belum pernah diteliti padahal komposisi biaya untuk bibit mencapai 72.80 persen (Tarigan 1997). Suatu penelitian yang dilakukan di Magelang, Jawa Tengah menyatakan bahwa keuntungan usahatani kentang varietas Atlantik (bibit unggul) adalah 63.5 juta rupiah/ha jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bibit lokal Granola yang merupakan bibit lokal sebesar 35 juta rupiah/ha (Parwadi 2010).
Kerangka Pemikiran Kemitraan dalam usahatani antara perusahaan mitra dan petani dapat mengurangi inefisiensi baik inefisiensi teknis (Bravo-Ureta dan Pinheiro 1997; Saptana 2011; dan Husyairi 2012), inefisiensi alokatif (Bravo-Ureta dan Pinheiro 1997), dan inefisiensi ekonomi. Hubungan antara inefisiensi dan efisiensi adalah terbalik. Dengan kata lain, jika inefisiensi berkurang, efisiensi akan meningkat sehingga jika kemitraan dapat mengurangi inefisieni teknis, alokatif, dan ekonomi maka efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani akan meningkat. Efisensi teknis akan meningkat jika petani yang bermitra mendapat bantuan teknis dalam usahatani dari perusahaan mitra sehingga petani dapat mengalokasikan input paling minimum untuk menghasilkan output tertentu. Abedullah et al. (2006) menyatakan bahwa jika efisiensi teknis meningkat, produksi kentang dapat ditingkatkan sehingga penerimaan petani dapat meningkat. Dengan asumsi harga output yang tetap dan jumlah biaya usahatani yang tetap, penerimaan yang meningkat dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan petani kentang.
18
Kemitraan dalam usahatani kentang juga dapat meningkatkan efisiensi alokatif. Petani yang bermitra mendapat jaminan harga jual output pada tingkat tertentu dari perusahaan mitra pada awal penanaman. Jika harga output telah diketahui oleh petani pada awal penanaman, petani dapat mengalokasikan biaya yang paling minimum untuk menghasilan output tertentu sehingga keuntungan maksimum dapat tercapai. Efek gabungan jika efisiensi teknis dan alokatif meningkat adalah meningkatnya efisiensi ekonomi. Peningkatan efisiensi ekonomi dapat meningkatkan pendapatan petani kentang. Meningkatnya pendapatan melalui kenaikan efisiensi ekonomi terjadi karena meningkatnya kemampuan petani dalam pengalokasian input dan biaya yang minimum untuk menghasilkan output tertentu. Seorang produsen mempunyai tujuan dalam usahatani yang dijalankannya untuk meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan. Dalam efisiensi, asumsi yang digunakan adalah mencapai keuntungan maksimum dengan biaya yang serendah-rendahnya (minimum). Kedua tujuan ini adalah penentu bagi seorang petani atau produsen untuk mengambil keputusan dalam usahataninya. Di dalam keputusan yang diambilnya, seorang petani yang rasional akan bersedia meningkatkan input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama dengan atau lebih besar dari tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input itu. Perbandingan output dengan input yang digunakan dalam suatu usahatani dikenal dengan istilah efisiensi. Dalam membahas efisiensi, ada dua konsep fungsi produksi yang perlu diperjelas perbedaannya. Kedua konsep fungsi produksi ini adalah fungsi produksi batas (frontier production function) dan fungsi produksi rata-rata (average production functon). King (1980) yang dikutip dalam Harianto (1989) menyatakan bahwa fungsi produksi batas merupakan pencerminan produk maksimum yang dapat diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang tertentu pada tingkat teknologi tertentu. Berdasarkan pengertian fungsi produksi batas dari Gambar 1A, dikatakan bahwa usahatani yang berproduksi di sepanjang kurva berarti telah berproduksi secara efisien, karena untuk sejumlah kombinasi input tertentu dapat diperoleh output yang maksimum, namun dalam pengertian produksi rata-rata pada Gambar 1b, usahatani atau perusahaan yang berproduksi di sepanjang kurva belum tentu yang paling efisien.
Sumber: King (1980) dalam Harianto (1989) Gambar 1 Perbedaan fungsi produksi batas dengan fungsi produksi rata-rata
19
Farrell (1957), diacu dalam Coelli et al. (1998) memperkenalkan bahwa efisiensi terdiri dari efisiensi teknis (Technical Efficiency-TE) yakni kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan suatu set (bundle) input. Efisiensi teknis berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk berproduksi pada kurva frontier isoquant. Kumbhakar dan Lovell (2000) menyatakan bahwa efisiensi teknis menunjuk pada kemampuan untuk meminimalisasi penggunaan input dalam produksi sebuah vektor output tertentu atau kemampuan untuk mencapai output maksimum dari suatu vektor input tertentu. Definisi lain menunjukkan bahwa TE adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan input minimum pada tingkat teknologi tertentu. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya jika dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan output secara fisik yang lebih tinggi. Efisiensi alokatif (Allocative Efficiency-AE) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga dan teknologi produksi yang tetap (given). AE merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya dari input. Dengan kata lain, efisiensi alokatif atau yang biasa juga disebut dengan efisiensi harga mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marjinal (Value Marginal Product,VMP) setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marjinalnya (Marginal Cost, MC) atau menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi yang optimal pada masing-masing tingkat harga input dan teknologi yang dimiliki. Gabungan kedua efisiensi ini disebut efisiensi ekonomi (Economic Efficiency-EE) atau disebut juga efisiensi total. Hal ini berarti bahwa produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik secara teknis maupun ekonomis adalah efisien.
ET = OQ/OP EA = OR/OQ EE = OR/OP
Sumber: Taylor et al. (1986) Gambar 2 Pengukuran efisiensi
20
Gambar 2 di atas menjelaskan tentang konsep pengukuran efisiensi. Kurva SS’ merupakan isoquant frontier yang menggambarkan kombinasi input minimum untuk menghasilkan ouput satu unit yang secara teknis paling efisien. Jika untuk menghasilkan output satu unit digunakan kombinasi input pada tiitik P maka kombinasi input tersebut dikatakan secara teknis tidak efisien. Kombinasi input yang secara teknis efisien adalah di titik Q. Tingkat efisiensi teknis pada penggunaan kombinasi input adalah OQ/OP. Jika rasio harga-harga input X1 dan X2 ditunjukkan oleh garis AA’ maka kombinasi input pada titik Q secara alokatif belum efisien. Efisiensi alokatif dapat ditentukan jika garis AA’menyinggung kurva isoquant SS’ yaitu pada titik Q’. Efisiensi alokatif terjadi jika untuk menghasilkan satu unit output digunakan biaya yang terendah yaitu pada garis AA’ (isocost) seperti ditunjukkan pada kombinasi input di titik Q’ atau R sehingga kombinasi input di titik Q sudah efisien secara teknis tetapi belum efisien secara alokatif. Hal ini disebabkan untuk menghasilkan satu unit output masih dapat digunakan kombinasi input yang biayanya terendah yaitu di titik R. Berdasarkan uraian di atas maka efisiensi alokatif adalah OR/OQ. Oleh karena di titik R atau Q’ secara teknis dan alokatif efisien maka efisiensi ekonomi adalah perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif, sebesar OR/OP. Production frontier memiliki definisi yang hampir sama dengan fungsi produksi dan umumnya banyak digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran efisiensi. Frontier digunakan untuk menekankan pada kondisi optimum yang dapat dihasilkan (Coelli et al. 1998). Konsep produksi batas (frontier production function) menggambarkan output maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll dan Orazem 1984). Fungsi produksi frontier digunakan untuk menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi produksi tersebut mewakili kombinasi input-output secara teknis paling efisien. Pengukuran fungsi produksi frontier dibedakan atas empat cara yaitu: frontier dan non frontier. Pendekatan non frontier terdiri dari dua metode yaitu: (1) fungsi produksi, dan (2) fungsi keuntungan. Sedangkan pendekatan frontier adalah: (1) determinstic non parametric frontier, (2) deterministic parametric frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan (4) stochastic statistical frontier (stochastic frontier). Ada beberapa fungsi produksi yang selama ini dikenal dan digunakan dalam penelitian. Salah satunya adalah fungsi produksi Cobb-Douglass. Bentuk umum fungsinya adalah: Yi =β0 Xi βi + ei........................................................................................(2.1) Pendugaan akan lebih mudah jika fungsi produksi ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural menjadi:
Cobb-Douglass
lnYi= ln β0 + βi ln Xi + εi........................................................................(2.2) Frontier stochastic disebut juga composed error model. Variabel εi atau yang dikenal dengan nama error term terdiri dari dua komponen yaitu vi dan ui,
21
dimana εi = vi - ui, i = 1,...,n. Aigner et al. (1977) dikutip dalam Coelli et al. (1998) menyatakan fungsi persamaan stochastic frontier secara ringkas adalah: ln Yi = ln β0 + βi ln Xi + (vi - ui) i= 1,2, ..., N ...............................(2.3) dimana: Variabel εi atau vi - ui adalah spesifik error term dari observasi ke-i. Variabel acak vi berguna untuk menghitung ukuran kesalahan dan faktor-faktor di luar kontrol petani (eksternal) atau faktor-faktor yang tidak pasti seperti iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman, pemogokan (dalam kasus perusahaan) (Coelli et al. 1998) yang juga disebut gangguan statistik (statistical noise) di dalam nilai variabel output bersama dengan pengaruh-pengaruh yang dikombinasikan dari variabel input yang tidak dispesifikasi dalam fungsi produksi. Kesalahan pengukuran dan pemodelan juga termasuk dalam variabel vi. Sedangkan variabel ui disebut one side disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek inefisiensi. Variabel ui merupakan variabel non negatif dan diasumsikan terdistribusi secara bebas. Komponen galat (error) yang sifatnya internal dapat dikendalikan petani dan lazimnya berkaitan dengan kapasitas manajerial petani dalam mengelola usahataninya dicerminkan oleh ui. Komponen ini sebarannya simetris (one sided) yakni ui≥ 0 . Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka output yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya berarti ui = 0. Sebaliknya jika ui < 0 berarti berada di bawah potensi maksimalnya. Distribusi menyebar setengah normal (ui ~|N(0, σu2|) dan menggunakan metode pendugaan kemungkinan maksimum (maximum likelihood). Fitur dasar dari model stochastic frontier digambarkan dalam dua dimensi pada Gambar 3. Input-input diwakili dalam sumbu horizontal dan output dalam sumbu vertikal. Komponen deterministik dari model frontier, y = exp (xβ), digambarkan yang mengasumsikan bahwa skala hasil yang menurun digunakan. Input-input dan output-output yang diamati dari dua perusahaan i dan j, dipresentasikan dalam grafik. Perusahaan ke-i menggunakan tingkat input, xi, untuk menghasilkan output, yi. Nilai input-output yang diamati diindikasikan dengan titik yang ditandai dengan x di atas nilai xi. Nilai dari output stochastic frontier, yi*≡(xiβ + vi) ditandai dengan titik˟ di atas fungsi produksi karena kesalahan acak, vi, adalah positif. Dengan cara yang sama, perusahaan ke-j menggunakan input, xj, dan menghasilkan output, yj. Akan tetapi, output frontier, yj*≡(x jβ + vj), di bawah fungsi produksi karena kesalahan acak, vj, adalah negatif. Tentu saja output-output stochastic frontier, yi* dan yj* tidak diamati karena kesalahan-kesalahan acak, vi dan vj tidak dapat diamati. Pendugaan Maximum Likelihood (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode ordinary least square (OLS) untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi (βj) dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi (βj), intersep (β0), dan varians dari kedua komponen kesalahan vi dan ui (σv2 dan σu2). Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi produksi kentang adalah seluruh input produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut seperti luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk kadang, jumlah pupuk kimia, jumlah tenaga kerja luar keluarga, jumlah insektisida, dan jumlah fungisida.
22
Hubungan antara produksi kentang dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah positif sampai pada batas tertentu. Dengan kata lain, semakin tinggi luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk kandang, jumlah pupuk kimia, jumlah pupuk cair, jumlah tenaga kerja, jumlah insektisida, dan jumlah fungisida maka produksi kentang semakin meningkat. Namun sampai batas tertentu, hubungan antara produksi kentang dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat terjadi sebaliknya atau bertanda negatif. Jika penambahan jumlah faktor produksi sudah bertanda negatif atau menurunkan produksi maka seorang petani yang rasional dalam menggunakan faktor produksi harus segera menghentikannya. Jika faktor-faktor produksi yang menurunkan produksi itu tetap digunakan maka akan meningkatkan biaya produksi dan selanjutnya akan mengurangi keuntungan usahatani.
Sumber: Coeli et al. (1998) Gambar 3 Fungsi produksi stochastic frontier
Sumber-sumber efisiensi berasal dari efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis berasal dari faktor internal dan eksternal, yaitu perubahan teknologi secara netral yang tidak merubah proporsi faktor produksi dan tidak merubah daya substitusi teknis antar input. Efisiensi alokatif (termasuk efisiensi ekonomi) bersumber dari perubahan intensitas faktor dan perubahan harga relatif sehingga perubahannya dipengaruhi Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS). Efisiensi ekonomi bersumber dari perubahan proporsional masukan faktor input. Efisiensi ekonomi suatu usahatani selalu mempertimbangkan faktor internal (faktor yang dapat dikendalikan petani) dan faktor eksternal (tidak dapat dikendalikan) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan intensitas faktor dan harga relatif faktor. Oleh karena di luar kendalinya maka perilaku faktor eksternal dianggap tertentu (given). Faktor eksternal sebenarnya dapat dipilah menjadi dua ketegori. Pertama adalah strictly external yang mutlak tidak dapat dikendalikan petani, misalnya iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit). Kedua,
23
quasi external, suatu tindakan kolektif, intens, dan waktu yang cukup, misalnya kebijakan harga yang ditentukan pemerintah dan keadaan infrastruktur.
3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu Kecamatan Pangalengan dengan share luas lahan dan share produksi masing masing sebesar 71.62 persen dan 72.39 persen pada tahun 2009 seperti yang terlihat dalam Tabel 4. Waktu penelitian dilakukan sejak Maret 2011-Juni 2013. Tabel 4 Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang di Kabupaten Bandung menurut kecamatan tahun 2009 No
Kecamatan
Luas panen Produksi (ton) Produktivitas Share luas Share produksi (ha) (ton/ha) panen (persen) (persen) 1 Ciwidey 259 3 444.80 13.30 3.01 2.01 2 Rancabali 110 1 781.90 16.20 1.28 1.04 3 Pasirjambu 24 458.50 19.10 0.28 0.27 4 Cimaung 69 845.30 12.25 0.80 0.49 5 Pangalengan 6 159 123 869.70 20.11 71.62 72.39 6 Kertasari 387 9 490.00 24.52 4.50 5.55 7 Pacet 77 939.00 12.19 0.90 0.55 8 Ibun 28 541.00 19.32 0.33 0.32 9 Paseh 58 1 135.80 19.58 0.67 0.66 10 Cikancung 8 156.00 19.50 0.09 0.09 11 Ciparay 8 90.20 11.28 0.09 0.05 12 Banjaran 4 51.40 12.85 0.05 0.03 13 Margaasih 11 219.10 19.92 0.13 0.13 14 Cileunyi 1 15.00 15.00 0.01 0.01 15 Cilengkrang 8 159.70 19.96 0.09 0.09 16 Cimenyan 1 400 27 921.40 19.94 16.28 16.32 Total 8 600 171 118.80 19.90 100.00 100.00 Sumber: Badan Pusat Statistik (2010c)
Metode penelitian dilakukan melalui survei. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara perseorangan secara langsung (personal interview) dengan responden.
Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM yang membudidayakan kentang varietas Atlantik G5 dan petani yang tidak bermitra yang membudidayakan kentang varietas Granola G5. Jumlah populasi petani kentang adalah 800 petani dengan rincian petani yang bermitra sebanyak 320 orang dan yang tidak bermitra sebanyak 480 orang. Metode pengambilan contoh dilakukan dengan cara stratifikasi (proportionate stratified
24
random sampling) berdasarkan luas lahan karena petani cenderung heterogen dalam luas lahan. Pembagian petani dalam strata luas lahan dilakukan agar dalam pengambilan sampel mencerminkan keterwakilan petani. Strata I, II, dan III adalah petani yang luas lahannya masing-masing ≤ 0.25 ha; > 0.25 sampai dengan 0.5 ha; dan > 0.5 ha. Sampel diambil 10 persen dari jumlah populasi tiap strata sehingga jumlah sampel adalah 80 orang (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran sampel penelitian Jenis Kemitraan
Petani yang bermitra Petani yang tidak bermitra Jumlah
Popu lasi 160 150 310
Strata I Sam Perse pel ntase 16 20.00 15 31
18.75 38.75
Popu lasi 100 120 220
Strata II Sam Perse pel ntase 10 12.50 12 22
15.00 27.50
Popu lasi 60 210 270
Strata III Sam Persen pel tase 6 7.50 21 27
26.25 33.75
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan adalah cross section. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, yaitu rumahtangga petani kentang dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap subjek penelitian. Data primer yang diambil adalah data karakteristik petani dan usahatani kentang pada satu periode tanam yaitu periode tanam Desember 2010 sampai dengan Maret 2011. Data yang diambil meliputi: luas tanam, jumlah penggunaan input (benih dan varietas benih, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, insektisida, fungisida dan lain-lain), harga input dan harga output, permasalahan yang dihadapi responden dalam usahataninya. Data sekunder juga digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data sekunder dikumpulkan dari FAO, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia, BPS, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, PT. IFM, dan dari berbagai skripsi, tesis, disertasi, dan jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.
Model dan Analisis Data Dalam penelitian yang menggunakan metode ekonometrika, penentuan model matematis yang akan digunakan merupakan tahap yang menentukan hasil penelitian. Model yang digunakan merupakan abstraksi dari gambaran keadaan sebenarnya. Analisis fungsi produksi stochastic frontier Tahap awal dari pembentukan model adalah penentuan variabel penelitian. Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah jumlah kentang yang dihasilkan (Y). Sedangkan pemilihan variabel bebas (Xi) dilakukan dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel
25
tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap variasi produksi. Dengan memasukkan 7 variabel bebas ke dalam persamaan (3.1) maka secara matematis model persamaan penduga fungsi produksi stochastic fontier adalah: lnYi = lnβ0i + β1ilnX1i + β2ilnX2i + β3ilnX3i + β4ilnX4i + β5ilnX5i + β6ilnX6i + β7ilnX7i + (vi - ui)………………………………………………………………..(3.1) dimana: Y: produksi kentang (kg); X1: lahan yang ditanami kentang (ha); X2: bibit kentang (kg); X3: pupuk kandang (kg); X4: pupuk kimia (kg); X5: tenaga kerja luar keluarga (HKSP); X6: insektisida (l); X7: fungisida (kg); β0; intersep; i: petani responden ke-i; dan β parameter yang diestimasi; vi -ui: efek inefisiensi teknis dalam model. Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: βi > 0. Analisis efisiensi teknis dan inefisiensi teknis Analisis efesiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus: TEi = exp (-E[ui|εi]) i = 1, 2,..., N.....................................................................(3.2) dimana TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp (-E[ui|εi]) adalah nilai harapan (mean) dari ui dengan syarat εi. Nilai efisiensi teknis 0≤ TEi ≤ 1. Nilai efisiensi teknis berhubungan terbalik dengan nilai pengaruh inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data) Metode inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model pengaruh inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (1998). Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N (μi,σ2) Nilai parameter yang diduga mempengaruhi inefisiensi adalah: ui= δ0 + δ1Z1i + ω1D1i + δ2D2i……………………………………......................................(3.3) dimana: μ: Efek inefisiensi teknis yang secara otomatis diperoleh dari program FRONTIER 4.1; Z1: Lama menjadi anggota kelompok tani; D1: dummy kemitraan dalam usahatani kentang dengan PT. IFM; dan D2: dummy pelatihan budidaya kentang. Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: δ 1, δ 2, δ 3 < 0 Pendugaan fungsi produksi dan fungsi inefisiensi (persamaan 3.1 dan 3.3) dilakukan secara simultan dengan program FRONTIER 4.1 (Coelli et al. 1998). Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter βi dengan menggunakan metode OLS. Tahap kedua merupakan pendugaan seluruh parameter β0, βi, varians ui dan vi dengan menggunakan metode maximum likelihood estimation (MLE) pada tingkat kepercayaan α sebesar 1 persen, 5 persen, 10, dan 20 persen. Hasil pengolahan program FONTIER 4.1 menurut Aigner et al. (1977) dalam Coelli et al. (1998) akan memberikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameterisasi: σ2 = σv2+ σu2.......................................................................................................(3.4)
26
γ = σu2/ σ2 ...........................................................................................................(3.5) Dimana σ2 adalah varians total dari error term, γ disebut gamma. Parameter dari varians ini dapat mencari nilai γ, oleh sebab itu ≤ γ0≤ 1 . Nilai parameter γ merupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam pengaruh residual keseluruhan. Suatu nilai γ yang lebih dekat dengan nol mengimplikasikan bahwa banyak variasi output yang diobservasi dari output frontier adalah karena pengaruh stochastic acak, sementara niai γ yang mendekati satu menyatakan bahwa proporsi variasi acak dalam output dijelaskan oleh pengaruh inefisiensi atau perbedaan-perbedaan dalam efisiensi teknis (Ogundari 2008). Analisis efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi Efisiensi alokatif dan ekonomi dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi Cobb-Douglass yang homogen (Debertin 1986). Asumsi yang digunakam adalah bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass dengan menggunakan dua input seperti berikut: Y = β 0 X 1β1 X 2β2
……………………………………………………………….(3.6)
Fungsi biayanya adalah:
= C P1 X 1 + P2 X 2 ………………………………………………………………………………………………….(3.7) Fungsi biaya dual dapat diturunkan melalui minimisasi biaya dengan kendala output Y = Y0. Fungsi biaya dual harus diperoleh dari nilai expansion path (perluasan skala usaha) melalui fungsi Lagrang sebagai berukut: L = P1 X 1 + P2 X 2 + λ (Y − β 0 X 1β1 X 2β2 ) ……………………………………………………………………..(3.8)
Nilai X1, X2 dapat diturunkan sebagai berikut: First Order Condition (FOC) dL P1 − λβ 0 X 1β1 −1 X 2β2 = 0 ……………………………………………………..……………………………(3.9) = dX 1 dL P1 − λβ 0 X 1β1 X 2β2 −1 = 0 ………………………………………….……………………………………(3.10) = dX 2 dL = Y − β 0 X 1β1 X 2β2 = 0 ……………………………………………………………………………………….(3.11) dλ Dari persamaan (3.10) dan (3.11) diperoleh nilai X1 danX2 sebagai berikut: P2 X 2 P1 X 1 ……………………………………………………………………………………….(3.12) = X1 = , X2 P1 P2 Setelah itu persamaan (3.12) disubstitusikan ke persamaan (3.6) menjadi β1
P Y = β 0 2 X 2β1 + β1 …………….………………………………………………………………………………(3.13) P1 Dari persamaan (3.13) dapat diperoleh fungsi permintaan input untuk x1* dan x2*:
27
1 − β2 1
X = ( β 0YP * 1
β 2 β1 + β 2
P2 )
…………..……………………………………………………………………………(3.14)
1 β1 + β 2
…………………………………………………………………………………………(3.15) X 2* = ( β 0YP1β1 P2− β1 ) Persamaan (3.14) dan (3.15) kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (3.7) sehingga diperoleh fungsi biaya dual menjadi:
= C Y
1
−1
β1 + β 2
β1 + β 2
β0
( β β 2 P1 + P1 ) −1 1
β1 β1 + β 2
( β β P + P2 ) −1 2 1 2
β12 β1 + β 2
………………………………………(3.16)
Secara sederhana ditulis sebagai berikut: 1
C =Y
β1 + β 2
Z …………………………………………………………………………………………………………(3.17)
dimana 1
Z = β0
β1 + β 2
( β β 2 P1 + P1 ) −1 1
β1 β1 + β 2
( β β P + P2 ) −1 2 1 2
β12 β1 + β 2
nilai Z adalah konstan karena tergantung hanya pada harga-harga input konstan yang diasumsikan dan koefisien konstan yang diasumsikan dari fungsi produksi. Taylor et al. (1986) menyederhanakan menjadi: C (Y , P ) = kP1α I P2α I ...Pnα n Y r ........................................................................................(3.18)
dimana: αj= rβj 1 r= n Σ βj j =1
k=
(
(
1 β 0Π j β j β j r
)
−r
)
−r 1 β 0 β1β1 β 2 β2 ...β n βn r n C Aktual i = ∑ j =1 Pji X ji ……………………………………………………………………………………………(3.19)
Sehingga EE =
C (Y , P) .....................................................................................................(3.20) C Aktual α
EEi =
kPX 1αi PX 2α 2 ...PX j j Yi r n
∑P j =1
ji
X ji
.....................................................(3.21)
28
EE i ...........................................................................(3.22) ETi
EAi =
Dimana: PXj: harga rata-rata input ke-j, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan untuk input ke- j dibagi dengan jumlah input tersebut. Efisiensi Ekonomi (EE) juga dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi biaya dual yang diturunkan dari fungsi produksi stochastic frontier seperti yang dilakukan oleh Nahraeni (2012): C =
Yi
1
β
( β1 + β 2 + β n )
1
1
* i
Σ nj =1β j 0
Σ nj =1β j
β1
β2
βi βn β2 Σ nj 1β= Σ nj 1β= Σ nj 1β j = j j
P1
βn
P2
Pn
............................................(3.23)
Σ nj 1β= Σ nj 1β= Σ nj 1β j = j j n 1 2
β
β
β
Yang dapat disederhanakan menjadi: C =
Σ nj =1βij
1
1
* i
1 Σ nj =1β j
Y
Σ nj=1β j
β0 Karena
βj Σ nj =1β j
βj Σ nj=1β j j
Π P n 1
………………………………………………………………(3.24)
Π in β j
n
C A i = ∑ Pji X ji i
1 1 Σ nj =1β j
EEi =
1
Y
Σ nj=1β j
β0
Σ nj =1βij βj
βj Σ nj=1β j j
Π1n P
Σ nj =1β j
Π in β j
……………………..……………………………………(3.25)
n
∑P X ji
ji
i
Dengan demikian EEi ……………………………………………………………………………………………………………(3.26) ETi dengan 0 ≤ ET ≥ 1; 0 ≤ AE ≥ 1; dan 0 ≤ EE ≥ 1 EAi =
Keterangan: C (P,Y) : biaya frontier; Ci Aktual: biaya tunai usahatani kentang petani ke-i; Pji : harga input ke-j petani ke-i; Xji : jumlah input ke-j petani ke-i; PXj : harga rata-rata input Xj; Yi : output dari petani ke-i; β0: koefisien β0 yang dieksponensialkan; EE: efisiensi ekonomi; ET: efisiensi teknis; EA : efisiensi alokatif. Baik perhitungan menurut Taylor et al. (1986) maupun Nahraeni (2012) akan menghasilkan nilai EE dan EA yang sama. Efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani dianalisis secara keseluruhan. Hasilnya kemudian dipisahkan dan dibahas menurut strata luas lahan dan kemitraan. Analisis inefisiensi alokatif, inefisiensi ekonomi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Inefisiensi alokatif (IA) dan inefisiensi ekonomi (IE) dihitung menurut petunjuk Nahraeni (2012) dengan rumus:
29
IA = 1-EA ……………………………………………………………………(3.27) IE = 1-EE ………………………………………………………………….…(3.28) Faktor-faktor penduga inefisiensi teknis diregresikan terhadap nilai IA dan IE untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi. Dengan demikian, IA = θ0 + θ1Z1+ θ2D1+ θ3D2+ ε.........................................................................(3.29) Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: θ1, θ2, θ3 < 0 IE = α0 + α1Z1+ α2D1+ α3D2+ α8D3 + ε………………………………….........(3.30) Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: α1, α2, α3 < 0 Analisis perbedaan pendapatan usahatani Pendapatan usahatani adalah hasil perkalian harga output dan jumlah unit output usahatani dikurangi dengan biaya tunai atau biaya total usahatani. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, dan pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (Soekartawi 2006). Perhitungan pendapatan usahatani atas biaya tunai dapat dituliskan secara matematis: Y tunai = TR – Bt ............................................................................... .....................(3.31) TR = P.Q ................................................................. .............................................(3.32) Keterangan: Y tunai : Pendapatan tunai petani kentang (Rp); TR: Penerimaan total petani kentang (jumlah produksi kentang dikalikan dengan harga per unit produksi); Bt : Biaya tunai (Rp); P: Harga jual kentang (Rp/kg); Q: Produksi kentang (kg). Sedangkan untuk perhitungan pendapatan atas biaya total atau biaya yang diperhitungkan adalah: Y total = TR – BT ................................................................................................... (3.33) Keterangan: Y tunai : Pendapatan tunai petani kentang (Rp); TR: Penerimaan total petani kentang (jumlah produksi kentang dikalikan dengan harga per unit produksi); BT : Biaya total (Rp) atau (biaya tunai + biaya yang diperhitungkan (Rp)
Biaya tunai terdiri dari biaya untuk memperoleh sumberdaya lahan, biaya membeli bibit, pupuk, sewa tenaga kerja luar keluarga, insektisida, dan fungisida. Sedangkan biaya yang diperhitungkan atau biaya total adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani jika penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan. Dengan kata lain biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga; biaya penyusutan alat dan mesin pertanian. Metode yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus dengan asumsi nilai sisa sama dengan nol rupiah. 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 −𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 BP = .............................................................................(3.34) 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜
30
Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan kemitraan. Selanjutnya untuk menganalisis perbedaan rata-rata pendapatan usahatani kentang antara petani yang bermitra dan petani yang tidak bermitra dilakukan uji compare mean dengan menggunakan software SPSS 17.
Konsep Pengukuran Sebelum dilakukan pengumpulan data, variabel-variabel yang digunakan didefinisikan dan diukur dengan mengacu pada konsep: 1. Petani sampel adalah petani yang bermitra dengan PT. IFM yang membudidayakan varietas kentang Atlantik G5 dan yang tidak bermitra dengan PT. IFM yang membudidayakan kentang Granola G5 2. Produksi kentang (kg) adalah jumlah kentang yang dipanen setelah dibersihkan baik yang dijual ke PT. IFM dan pedagang/pasar maupun yang dijual menjadi bibit 3. Harga kentang adalah jumlah penerimaan tunai dari penjualan kentang dibagi dengan jumlah produksi kentang (Rp/kg) 4. Luas panen kentang (ha) adalah luas lahan yang ditanami dengan tanaman kentang oleh petani sampel 5. Harga sumberdaya lahan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh sumberdaya lahan kentang pada musim tanam yang diteliti dibagi dengan luas lahan kentang yang diusahakan pada musim tersebut (Rp/ha/MT) 6. Jumlah bibit, adalah banyaknya bibit kentang yang digunakan petani selama musim tanam kentang yang diteliti (kg). 7. Harga bibit kentang adalah besarnya biaya untuk membeli bibit kentang ditambah dengan biaya pengangkutan dari tempat pembelian ke lahan yang ditanami kentang kemudian dibagi dengan jumlah bibit kentang (Rp/kg). 8. Jumlah pupuk kandang, yaitu banyaknya pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi kentang (kg). 9. Harga pupuk kandang adalah besarnya jumlah biaya untuk membeli pupuk kandang ditambah dengan biaya pengangkutan dari tempat pembelian ke lahan yang ditanami kentang kemudian dibagi dengan jumlah pupuk kandang (Rp/kg) 10. Jumlah pupuk kimia, yaitu banyaknya pupuk kimia (padat dan cair) yang digunakan dalam proses produksi kentang (kg). 11. Harga pupuk kimia adalah jumlah biaya untuk membeli semua pupuk kimia ditambah dengan biaya pengangkutan dari tempat pembelian ke lahan yang ditanami kentang kemudian dibagi dengan jumlah pupuk kimia (Rp/kg) 12. Tenaga kerja luar keluarga adalah jumlah curahan tenaga kerja dari luar keluarga petani sampel yang bekerja dalam proses produksi kentang untuk berbagai jenis kegiatan, mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen di tingkat petani/produsen. Tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Kerja Setara Pria (HKSP) (Hernato 1988). 13. Upah tenaga kerja luar keluarga adalah besarnya biaya untuk membayar atau menyewa tenaga kerja luar keluarga dibagi dengan jumlah curahan tenaga kerja per hari kerja setara pria (Rp/HKSP).
31
14. Jumlah insektisida, banyaknya insektisida yang digunakan dalam usahatani kentang (liter). 15. Harga insektisida adalah jumlah biaya untuk membeli insektisida ditambah dengan biaya pengangkutan dari tempat pembelian ke lahan yang ditanami kentang kemudian dibagi dengan jumlah insektisida yang digunakan dalam usahatani kentang (Rp/l) 16. Jumlah fungisida, banyaknya fungisida yang digunakan dalam usahatani kentang (kg). 17. Harga fungisida adalah jumlah biaya untuk membeli fungisida ditambah dengan biaya pengangkutan dari tempat pembelian ke lahan yang ditanami kentang kemudian dibagi dengan jumlah fungisida yang digunakan dalam usahatani kentang (Rp/kg). 18. Harga rata-rata sumberdaya lahan adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh sumberdaya lahan kentang pada musim tanam yang diteliti dibagi dengan total luas lahan kentang seluruh responden yang diusahakan pada musim tersebut (Rp/ha/MT) 19. Harga rata-rata bibit kentang adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh bibit kentang pada musim tanam yang diteliti dibagi dengan total jumlah bibit kentang yang digunakan seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/kg) 20. Harga rata-rata pupuk kandang adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani kentang untuk memperoleh pupuk kandang pada musim tanam yang diteliti dibagi dengan total pupuk kandang yang digunakan seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/kg) 21. Harga rata-rata pupuk kimia adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh semua jenis pupuk kimia yang digunakan untuk tanaman kentang pada musim tanam yang diteliti dibagi dengan total pupuk kimia yang digunakan seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/kg) 22. Upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh tenaga kerja luar keluarga yang dipekerjakan dalam usahatani kentang pada musim tanam yang diteliti ditambah dengan biaya lain-lain (biaya konsumsi pada saat tanam dan panen, biaya rokok, biaya untuk membeli karung (hanya petani kentang yang tidak bermitra), biaya pengangkutan dari kebun ke pinggir jalan, biaya timbang, biaya pengangkutan dari pinggir jalan ke rumah (khusus kentang yang akan dijadikan bakal benih) dibagi dengan total curahan tenaga kerja luar keluarga yang dipekerjakan oleh seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/HKSP) 23. Harga rata-rata inesktisida adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh insektisida dibagi dengan total insektisda yang digunakan oleh seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/kg) 24. Harga rata-rata fungisida adalah total biaya yang dikeluarkan oleh semua petani untuk memperoleh fungisida dibagi dengan total fungisida yang digunakan oleh seluruh responden pada musim tanam tersebut (Rp/l) 25. Lama menjadi anggota kelompok tani, yaitu lamanya seseorang petani sampel menjadi anggota kelompok tani khususnya kelompok tani tanaman kentang (tahun). 26. Dummy kemitraan yaitu variabel boneka penduga inefisiensi teknis usahatani kentang yang membedakan petani yang bermitra dengan PT. IFM dari petani
32
27.
28. 29.
30. 31. 32. 33. 34.
yang tidak bermitra dengan perusahaan tersebut (bermitra diberi niai = 1; lainnya diberi nilai 0. Dummy pelatihan usahatani kentang yaitu variabel boneka penduga inefisiensi teknis yang membedakan petani yang pernah mengikuti pelatihan budidaya kentang dari petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan tersebut (petani pernah mengikuti pelatihan diberi niai = 1; lainnya diberi nilai 0). Penerimaan usahatani (Rp) adalah hasil kali produk/output (kg) kentang dengan harganya per unit (Rp/kg) Biaya tunai usahatani (Rp) adalah total pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh petani kentang. Biaya tunai terdiri dari biaya untuk membeli semua input produksi seperti sewa/pajak lahan, benih, pupuk, sewa tenaga kerja luar keluarga, pestisida, dan insektisida, dll (Rp) Biaya usahatani yang diperhitungkan (biaya total) adalah jumlah biaya tunai usahatani ditambah dengan biaya penyusutan alat, mesin, dan bangunan pertanian, dan upah tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan Pendapatan tunai usahatani atau keuntungan tunai usahatani kentang adalah selisih antara penerimaan dengan biaya tunai usahatani kentang (Rp). R/C rasio atas biaya tunai adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya tunai usahatani kentang. Pendapatan total usahatani atau keuntungan total usahatani kentang adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total usahatani kentang (Rp). R/C rasio atas biaya total adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total usahatani kentang.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan geografis Di lihat dari letak geografisnya Kecamatan Pangalengan terletak pada 1070 20’ -1070 39’ bujur Timur dan 7019’ – 706’ lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar wilayah di Kecamatan Pangalengan merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian bervariasi dari 984 m dpl sampai 1 571 m dpl. Sebagian besar desa terletak di tepian hutan tetapi ada satu desa yang terletak di luar kawasan hutan. Kecamatan Pangalengan juga dialiri salah satu Sungai Cisangkuy dan Situ Cileunca. Keberadaan sungai dan situ ini menguntungkan sektor pertanian dan pariwisata dan sebagai bahan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air. Selain itu Kecamatan Pangalengan mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, namun bila curah hujan tinggi di daerahdaerah terrtentu akan terjadi banjir bandang dan tanah longsor. Secara umum letak Kecamatan Pangalengan yang berada di dataran tinggi atau pegunungan membuat suhu udara di daerah ini cukup sejuk yaitu berkisar antara 160C sampai dengan 250C. Luas wilayah dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya luas lahan pertanian sawah (berpengairan teknis, berpengairan non teknis, dan tidak berpengairan), luas lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan non pertanian (Badan Pusat Statistik 2011).
33
Penduduk, pendidikan, dan tenaga kerja Penduduk merupakan bagian penting dari sebuah komponen perencanaan pembangunan. Oleh karena itu kependudukan merupakan salah satu isu penting dalam perencanaan maupun evaluasi hasil pembangunan. Berbagai indikator kependudukan dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu wilayah, seperti adanya laju pertumbuhan, kepadatan penduduk, penduduk menurut kelompok umur, serta indikator-indikator lainnya. Dari berbagai indikator tersebut maka masalah kependudukan di dalam proses pembangunan dapat diidentifikasi dan dievaluasi. Pada akhir tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan tercatat sebanyak 139 696 jiwa, terdiri dari 69 362 jiwa penduduk laki-laki dan 70 334 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan kurang lebih 522 jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa Pangalengan yaitu sebanyak 20 490 jiwa (14.67 persen), sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Desa Wanasuka dengan 5 088 jiwa (3.64 persen). Selama tahun 2010 tercatat sebanyak 4 752 penduduk yang datang dan 2 771 penduduk yang pindah. Penduduk di Kecamatan Pangalengan memiliki berbagai macam profesi dan mata pencaharian, yaitu: dari sektor pertanian, perdagangan, industri pengolahan, jasa, angkutan, dan lain-lain (Badan Pusat Statistik 2011). Tabel 6 Jumlah penduduk berdasar kelompok umur menurut desa di Kecamatan Pangalengan tahun 2010 No
Desa/Kelurahan
0-14 tahun 1 Wanasuka 1 500 2 Banjarsari 1 627 3 Margaluyu 2 684 4 Sukaluyu 2 599 5 Warnasari 2 862 6 Pulosari 2 971 7 Margamekar 2 516 8 Sukamanah 6 533 9 Margamukti 4 628 10 Pangalengan 6 097 11 Margamulya 5 118 12 Tribaktimulya 1 534 13 Lamajang 2 882 Jumlah 43 551 Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)
Kelompok umur 15-64 tahun 3 418 4 051 5 651 5 366 4 601 6 567 5 249 10 909 10 538 13 699 9 875 3 604 6 947 90 471
65 + tahun 170 237 329 421 663 251 291 708 599 694 604 190 517 5 674
Tabel 6 memperlihatkan tiga kelompok umur penduduk Kecamatan Pangalengan. Kelompok umur dengan jumlah penduduk tertinggi adalah 15-64 tahun dengan persentase 64.76 persen, diikuti oleh 0-14 tahun dengan persentase 31.18 persen dan lansia (65 tahun ke atas) dengan persentase 4.06 persen. Kelompok umur 15-65 tahun adalah kelompok umur produktif yang merupakan sumber tenaga kerja. Tabel 7 memperlihatkan sembilan kategori tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pengalengan Tahun 2009/2010. Jumlah penduduk yang tamat SD/sederajat menempati urutan teratas dari semua kategori pendidikan yaitu sebesar 44.6 persen. Urutan kedua diikuti oleh kategori penduduk yang tamat SLTP/sederajat sebesar 19.44 persen. Jumlah penduduk yang tidak tamat SD/sederajat (14.52 persen) menempati urutan ketiga dan memiliki persentase
34
yang lebih besar daripada penduduk yang tamat SLTA/sederajat (13.05 persen) yang berada di urutan keempat. Pada urutan kelima ditempati oleh penduduk yang belum/tidak tamat sekolah (5.36 persen). Tabel 7 Jumlah penduduk berdasar pendidikan yang ditamatkan menurut desa di Kecamatan Pangalengan tahun 2009/2010 N o
Desa/ Kelurahan
Belum/ Tidak Tidak tamat tamat SD sekolah 1 Wanasuka 303 659 2 Banjarsari 601 676 3 Margaluyu 384 893 4 Sukaluyu 442 1 691 5 Warnasari 345 1 438 6 Pulosari 491 1 743 7 Margamekar 303 1 028 8 Sukamanah 934 2 275 9 Margamukti 573 1 894 10 Pangalengan 1 144 2 710 11 Margamulya 809 1 978 12 Tribaktimulya 251 662 13 Lamajang 400 1 278 Jumlah 6 980 18 925 Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)
Pendidikan yang ditamatkan SD/ SLTP SLTA D1 Seder / /Sede ajat Seder rajat ajat 2 991 411 160 11 2 808 659 531 19 4 695 1 104 637 6 3 436 1 360 625 9 3 789 1 055 533 0 5 013 993 471 21 3 676 1 362 875 4 3 260 3 761 3 477 999 6 264 3 205 2 175 26 9 907 4 932 3 713 197 4 419 4 056 2 552 68 2 193 1 240 424 10 5 710 1 188 829 33 58161 25326 17002 1403
D2
D3
6 5 3 9 0 34 4 712 12 87 65 0 25 962
5 16 3 5 23 30 7 577 14 173 48 0 27 928
D4/S 1-S3 6 21 1 15 27 22 16 338 18 117 9 5 26 621
Urutan selanjutnya masing-masing diikuti oleh kategori penduduk yang tamat D1 (1.08 persen); D2 (0.74 persen); D3 (0.71 persen); dan D4,S1,S2,S3 (0.48 persen). Tabel 8 Jumlah penduduk berdasar mata pencaharian utama di Kecamatan Pangalengan tahun 2010 No Mata pencaharian utama 1 Pertanian (sektor perikanan) 2 Pertanian (sektor kehutanan) 3 Buruh Tani 4 Pertambangan dan penggalian 5 Pengolahan 6 Bangunan/konstruksi 7 Perdagangan (besar dan eceran) 8 Hotel dan restoran 9 Angkutan 10 Komunikasi (wartel, warnet, dsb) 11 Jasa pemerintahan (PNS) 12 Jasa pemerintahan (TNI/POLRI) 13 Jasa lainnya Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)
Jumlah penduduk 211 618 14 600 53 4 871 893 6 504 95 3 340 44 905 201 4 570 36 905
Persentase 0.57 1.67 39.56 0.14 13.20 2.42 17.62 0.26 9.05 0.12 2.45 0.54 12.38 100.00
Tabel 8 menunjukkan 13 mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Pangalengan. Lima mata pencaharian utama yang terbesar adalah buruh tani (39.56 persen), diikuti oleh perdagangan (besar dan eceran) (17.62 persen),
35
pengolahan (13.20 persen), jasa lainnya (12.38 persen), dan angkutan (9.05 persen). Mata pencaharian utama lainnya berada di bawah sembilan persen. Pertanian Pangalengan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang terbesar dari total Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pangalengan. Bahkan di tingkat kabupaten menjadi penyumbang ketiga terbesar setelah sektor industri (tanpa migas) dan perdagangan dan penggalian (minyak dan gas bumi). Menurut potensi yang ada, sektor pertanian merupakan sektor yang patut mendapat perhatian, baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat pertanian sendiri. Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang merah. Produksi tanaman pangan tertinggi adalah jagung sebanyak 17 064.70 ton dengan luas panen 1 122 ha sedangkan tertinggi kedua adalah padi sawah sebanyak 4 201.09 ton dengan luas panen 1 094.44 ha. Dibandingkan tanaman padi dan palawija, produksi padi masih berada di tingkat terendah. Keadaan ini dapat dipahami karena luas areal untuk tanaman padi cukup kecil jika dibandingkan dengan luas areal yang ditanami tanaman hortikultura lainnya yaitu seluas 40 656 ha, sedangkan tanaman pangan lainnya berkisar antara 3 sampai dengan 96.47 ha saja. Tanaman hortikultura merupakan unggulan di Kecamatan Pangalengan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Hortikultura yang menjadi unggulan seperti kentang, buncis, wortel, petsai/sawi, tomat, cabe merah, bawang merah. Tanaman perkebunan yang diusahakan adalah teh, kopi, dan stroberi. Deskripsi tanaman kentang Atlantik dan Granola Kentang merupakan sayuran sumber kerbohidrat, mineral dan vitamin yang telah dikenal sejak lama. Kentang menjadi lebih terkenal sejak menjamurnya restoran yang menyediakan makanan siap saji seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), dan Mc Donald, dan berbagai snack food yang berbahan baku kentang. Di Indonesia terdapat berbagai varietas kentang yang dibudidayakan oleh petani yaitu varietas lokal maupun varietas impor. Umumnya ada dua varietas yang paling banyak dibudidayakan petani di Kecamatan Pangalengan yaitu varietas Granola dan Atlantik. Kedua varietas ini mempunyai karakteristik yang agak berbeda. Di Indonesia, varietas Granola lebih banyak dibudidayakan karena kentang ini sangat cocok untuk kentang sayursayuran dan juga french fries. Dengan makin berkembangnya industri pengolahan makanan maka kentang tidak saja menjadi sayur tetapi telah menjadi bahan baku snack food (makanan ringan). Sehubungan dengan itu, spesifikasi kentang untuk bahan baku snack kurang dipenuhi oleh kentang lokal dan kentang varietas Granola sehingga para produsen snack mencari kentang yang lebih cocok dengan kebutuhan petani dan salah satu varietas yang dapat memenuhi kriteria bahan baku kentang untuk makanan ringan bahkan french fries adalah varietas Atlantik.
36
Tabel 9 Perbedaan kentang varietas Atlantik dan Granola Varietas Atlantik Varietas Granola 1. Berasal dari Kanada dan Australia 1. Berasal dari Jerman 2. Baru diperkenalkan di kalangan 2. Merupakan varietas yang sudah cukup tua yang para petani kentang Indonesia pada dibudidayakan di Indonesia tahun 1980-an, ketika franchise 3. Apabila digunakan untuk industri potato chips dan french fries akan menghasilkan produk restoran cepat saji dari Amerika dengan warna yang kurang menarik (kuning Serikat mulai masuk Indonesia 3. Kalau digoreng berwarna coklat kecoklatan sampai coklat) dan memiliki tekstur cerah kekuningan, renyah karena yang kurang renyah. Hal ini disebabkan tingginya kadar air dan gula reduksi pada kentang varietas kadar gulanya rendah dan kadar patinya tinggi, dan tidak lembek ini sehingga kalau digoreng akan gosong dan tetap dan hangus waktu digoreng. Lebih lembek. Daging umbi tidak berubah setelah dimasak. Kentang ini lebih cocok sebagai kentang cocok untuk bahan baku potato sayur atau dipakai oleh konsumen umum untuk chips, keripik dan snack food 4. Kurang tahan terhadap serangan bahan masakan seperti perkedel, dan lain hama dan penyakit tropis sebagainya (Apryanto, 2005) 5. Kulit umbi licin dan lebih cerah 4. Tahan terhadap virus A dan Y namun tidak tahan dibanding varietas Granola, warna terhadap pathotype A dari golden nematoda 5. Bentuk umbinya oval, pipih, kulitnya sedikit daging umbinya putih. 6. Kurang adaptif terhadap kondisi kasar, warna daging umbinya kuning iklim tropis karena berasal dari 6. Adaptif terhadap kondisi iklim tropis yang kondisi iklim sub tropis cenderung lembab dan basah 7. Share produksinya di Indonesia 7. Share produksinya di Indonesia mencapai 90 kurang dari 10 persen persen 8. Kerusakan akibat penyakit dapat 8. Kerusakan akibat penyakit dapat mencapai 10 mencapai lebih dari 10 persen persen 9. Umur panen 90 hari1 9. Umur panen 110-120 hari1 10. Rendemen patinya 22 persen 1 10. Rendemen patinya 19 persen1 Sumber: Hasil wawancara dengan staf Kantor Perwakilan PT. IFM Kecamatan Pangalengan dan Tarigan (1997)
Kemitraan petani kentang dengan PT. IFM PT. IFM adalah salah satu perusahaan pengolahan kentang di Indonesia yang menjalin kemitraan dengan petani kentang di Kabupaten Bandung khususnya di Kecamatan Pangalengan. Kemitraan itu telah berlangsung sejak tahun 1997 dan masih berlangsung sampai sekarang. Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan beberapa produk snack dari kentang, PT IFM tidak asal memilih buah kentang sebagai bahan baku. Salah satu varietas kentang yang cocok untuk diolah menjadi produk snack adalah varietas kentang Atlantik. Oleh karena itu semua petani yang bermitra dengan PT. IFM harus menanam varietas tersebut. Pengadaan bibit dilakukan oleh PT. IFM dengan mengimpornya dari luar negeri seperti Kanada dan Australia. Setelah kentang diimpor dan lolos di karantina tumbuhan, selanjutnya bibit kentang dibawa ke gudang penyimpanan PT. IFM di Kabupaten Garut. Dari Garut, bibit disebarkan ke para petani melalui kelompok tani yang telah terdaftar sebagai petani kentang yang bermitra di PT. IFM. Petani yang menerima bibit kentang Atlantik dari PT. IFM akan membayar biaya bibit setelah panen. Produksi kentang dari petani yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh PT. IFM harus dijual semuanya ke PT. IFM.
1
Komunikasi lisan dengan kantor perwakilan PT. IFM di Kecamatan Pangalengan
37
Prosedur kemitraan (a) Petani yang akan bermitra harus berkomunikasi secara lisan dengan ketua kelompok tani setempat. Kelompok tani yang dimaksud adalah kelompok tani yang dibentuk untuk tujuan kemitraan dengan PT. IFM dan bukan kelompok tani yang terdaftar di desa secara resmi. (b) Ketua kelompok tani melakukan survei lahan petani yang akan bermitra. (c) Setelah lahan dinyatakan layak dan memenuhi syarat, petani didaftarkan sebagai anggota kelompok tani untuk selanjutnya menjadi calon penerima bibit dari PT. IFM. (d) Ketua kelompok tani dan anggota bersama-sama membuat rencana tanam untuk satu tahun dalam bentuk proposal. (e) Mengajukan proposal permohonan jumlah bibit ke PT. IFM melalui ketua kelompok tani paling lambat dua bulan sebelum tanam (untuk satu ha lahan kentang membutuhkan 2 ton bibit). (f) Data permohonan diterima dan diproses oleh PT. IFM. (g) Menerima jawaban dari PT. IFM mengenai waktu untuk mulai menanam. Kalau bibit telah tersedia dan lahan petani sudah siap, maka dalam 2-3 hari bibit akan diantarkan ke rumah ketua kelompok tani. (h) Melakukan kontrak secara lisan (pihak PT. IFM membacakan kesepakatan kontrak). Kontrak secara lisan lebih disukai oleh petani. Selain itu PT. IFM mengkwatirkan petani akan menyalahgunakan dokumen kontrak tertulis. (i) Bibit diantarkan oleh staf PT. IFM ke rumah ketua kelompok tani. Dari rumah ketua kelompok tani selanjutnya bibit didistribusikan ke setiap anggota sesuai kebutuhan. (j) Jika ada bibit yang cacat maka akan diverifikasi oleh staf PT. IFM di lapangan. Bibit ysng cacat atau tidak layak tanam akan diganti oleh PT. IFM. Kewajiban petani yang bermitra (a) Bibit kentang yang diterima dari PT. IFM wajib ditanam oleh anggota kelompok tani dan tidak boleh diperjualbelikan atau dipindahtangankan ke pihak lain. (b) Hasil produksi harus dijual ke PT. IFM. (c) Hasil panen yang dijual ke PT. IFM harus mempunyai ukuran diameter minimal 5 cm. (d) Produksi yang tidak layak dijual ke PT. IFM biasanya dijadikan bibit, dan apabila petani menjualnya ke pihak lain harus dengan persetujuan pihak PT. IFM. Pihak yang membeli bibit dari petani harus menjadi anggota kelompok tani yang bermitra dengan PT. IFM. (e) Sebelum panen, petani harus melapor ke staf perwakilan PT. IFM Kecamatan Pangalengan karena pada saat panen harus diawasi oleh staf PT. IFM untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. (f) Hasil panen diantarkan ke rumah vendor dan selanjutnya vendor mengantarkannya ke pabrik milik PT. IFM di Jakarta. (g) Bila terjadi kegagalan panen karena serangan hama dan penyakit yang aneh atau karena bencana alam, petani harus melaporkan ke IFM melalui ketua kelompok tani untuk diverifikasi oleh staf lapangan PT. IFM.
38
Hak-hak petani (a) Menerima hasil penjualan kentang melalui vendor 12 hari kerja setelah kentang dipanen, yaitu dengan harga Rp4 900/kg. Jika petani menginginkan pembayaran dilakukan secara tunai pada saat panen, harga dikurangi Rp100/kg. Hampir semua petani menginginkan pembayaran setelah 12 hari kerja. (b) Benih rusak tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Keuntungan bermitra dengan PT. IFM (a) Kepastian harga jual. (b) Petani dapat meminjam uang dari bank dengan jaminan lisan melalui kelompok tani. (c) Petani dapat fasilitas kredit pupuk dan pestisida dari toko obat melalui ketua kelompok tani. Pembayaran pupuk dan pestisida akan dilakukan setelah menerima pembayaran dari vendor. (d) Mudah menjual karena tidak ada tengkulak. (e) Bayar bibit setelah panen (yarnen). (f) Jika terjadi kerusakan karena bencana alam maka pembayaran bibit dapat ditangguhkan sampai petani mempunyai kemampuan lagi. Pembayaran bibit akan diringankan, biasanya hanya dibayar 50 persen. (g) Umur panen relatif pendek (90 hari) sehingga menghemat biaya tenaga kerja untuk menunggu pada malam hari dari aksi pencurian (h) Penyortiran kentang lebih mudah karena hanya ada satu macam sortiran yang diterima oleh PT IFM yaitu kentang yang berdiameter minimal 5 cm. Kelemahan program kemitraan menurut petani (a) Perawatan kentang Atlantik lebih intensif daripada perawatan kentang lainnya seperti kentang Granola sehingga membutuhkan jumlah insektisida dan fungisida yang relatif lebih tinggi. (b) Segel karung/kemasan bibit yang diterima petani kadang-kadang sudah tidak utuh sehingga banyak bibit yang terkontaminasi oleh virus. (c) Tingkat kerusakan bibit semakin tinggi dirasakan petani bahkan ada petani yang mengklaim tingkat kerusakan bibit pernah mencapai 20 persen. Karakteristik usahatani kentang a) Kepemilikan lahan petani kentang Persentase petani kentang yang bermitra yang menyewa lahan lebih kecil daripada petani kentang yang tidak bermitra. Ini ditunjukkan dengan 56.25 persen atau 18 orang dari petani kentang yang bermitra menyewa lahan dari PTPN VIII, desa, kelompok tani, petani lain dan PT. Perhutani dan 43.75 persen atau 14 orang memiliki lahan sendiri. Sedangkan 77.08 persen atau 37 orang petani kentang yang tidak bermitra menyewa lahan dari PTPN VIII, petani lain dan PT. Perhutani dan 22.92 persen atau 11 orang memiliki lahan sendiri. b) Rotasi tanaman pada lahan yang ditanami kentang Rata-rata rotasi tanaman pada lahan kentang petani kentang yang bermitra adalah dua kali setahun sedangkan petani kentang yang tidak
39
c)
bermitra mempunyai rata-rata rotasi tanaman sebanyak tiga kali setahun. Jenis tanaman yang dirotasi umumnya adalah tanaman sayur-sayuran. Jumlah rotasi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan air irigasi. Jika pada musim kemarau sebidang lahan dapat dijangkau dengan air irigasi maka biasanya lahan dapat dirotasi sampai tiga kali. Input-input dalam usahatani kentang Luas lahan rata-rata petani kentang adalah 0.69 ha/orang. Berdasarkan strata luas lahan, luas lahan rata-rata tertinggi berada pada petani strata III diikuti oleh petani strata II dan I. Luas lahan rata-rata petani strata III lebih tinggi 128.99 persen atau 0.89 ha/orang daripada luas lahan rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi luas lahan rata-rata petani strata II dan I masing-masing lebih rendah 47.83 persen atau 0.33 ha/orang dan 76.81 persen atau 0.53 ha/orang daripada luas lahan rata-rata seluruh petani sampel. Luas lahan rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 27.54 persen atau 0.19 ha daripada luas lahan rata-rata seluruh petani sampel sedangkan luas lahan rata-rata petani yang tidak bermitra lebih tinggi 18.84 persen atau 0.13 ha daripada luas lahan rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, luas lahan rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 39.02 persen atau 0.32 ha daripada luas lahan ratarata petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 9). Petani yang bermitra adalah petani yang luas lahannya relatif lebih sempit daripada luas lahan petani yang tidak bermitra. Petani yang mempunyai lahan yang lebih kecil umumnya disebut petani gurem yang mempunyai keterbatasan modal dalam berusahatani karena sebagian besar hasilnya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya. Diduga, sebagian besar penjualan dari kentang petani yang bermitra digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga sehingga ketika tiba waktunya untuk menanam kentang lagi, para petani mengalami kesulitan modal terutama modal untuk membeli bibit yang dapat mencapai lebih dari 40 persen dari biaya usahatani kentang sehingga dengan alasan keterbatasan modal, petani tetap memilih bermitra dengan PT. IFM. Alasan lain adalah menghindari risiko harga jual kentang yang tidak stabil. Tidak seperti kentang Granola yang diproduksi oleh petani yang tidak bermitra yang harganya berubah-ubah setiap hari dan relatif sulit diduga, harga kentang yang diproduksi oleh petani yang bermitra telah ditentukan oleh PT. IFM sebelum bibit diserahkan ke petani sehingga petani lebih mudah memperkirakan produksi dan pendapatan yang akan diperolehnya pada saat panen. Kebutuhan rata-rata bibit adalah 1 706.78 kg/ha. Berdasarkan strata luas lahan, kebutuhan rata-rata bibit tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Kebutuhan rata-rata bibit petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 10.93 persen atau 186.51 kg/ha dan 4.28 persen atau 73.09 kg/ha daripada kebutuhan rata-rata bibit seluruh petani sampel. Tetapi kebutuhan rata-rata bibit petani pada strata III lebih rendah 2.03 persen atau 34.65 kg/ha daripada kebutuhan rata-rata bibit seluruh petani sampel. Kebutuhan rata-rata bibit petani yang bermitra lebih rendah 3.33 persen atau 56.77 kg/ha daripada kebutuhan rata-rata bibit seluruh petani sampel sedangkan kebutuhan rata-rata bibit petani yang tidak
40
bermitra lebih tinggi 1.34 persen atau 22.83 kg/ha daripada kebutuhan rata-rata bibit seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, kebutuhan rata-rata bibit petani yang bermitra lebih rendah 4.60 persen atau 79.60/ha daripada kebutuhan rata-rata bibit petani yang tidak bermitra. Hal ini terjadi karena bobot setiap bibit kentang yang ditanam petani yang bermitra berkisar antara 50 -250 g sedangkan bobot umbi kentang yang ditanam petani yang tidak bermitra berkisar antara 50-150 g. Umbi kentang dengan bobot 100 g atau lebih biasanya dibelah menjadi dua oleh petani yang bermitra sebelum ditanam tetapi petani kentang yang tidak bermitra tidak melakukan hal yang sama. Melalui pembelahan umbi bibit kentang, ternyata petani yang bermitra lebih efisien dalam penggunaan bibit walaupun perbedaan kebutuhan bibit dengan petani yang tidak bermitra tidak signifikan secara statistik (Lampiran 9). Ada 2 kategori pupuk yang digunakan dalam usahatani kentang yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia (padat dan cair). Tiap kategori pupuk mempunyai beberapa jenis. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran dan limbah dari kandang ayam broiler. Jumlah pupuk kandang rata-rata adalah 18 923.32 kg/ha. Berdasarkan strata luas lahan, jumlah rata-rata pupuk kandang tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 20.02 persen atau 3 787.91 kg/ha dan 7.03 persen atau 1 330.77 kg/ha daripada jumlah ratarata pupuk kandang yang digunakan seluruh petani sampel. Tetapi jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani strata III lebih rendah 3.57 persen atau 675.08 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan seluruh petani sampel. Jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani yang bermitra lebih rendah 16.36 persen atau 3 095.80 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan seluruh petani sampel sedangkan jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra lebih tinggi 6.58 persen atau 1 245.04 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani yang bermitra lebih rendah 21.52 persen atau 4 340.84 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kandang yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini diduga terjadi karena umur panen kentang yang ditanam oleh petani yang bermitra lebih pendek daripada umur tanaman kentang yang ditanam oleh petani yang tidak bermitra. Umur tanaman yang lebih pendek akan membutuhkan unsur hara termasuk yang berasal dari pupuk kandang yang lebih sedikit pula. Selain itu, perbedaan jarak tanam diduga mempengaruhi jumlah populasi kentang yang selanjutnya mempengaruhi kebutuhan pupuk kandang. Jarak tanam kentang Atlantik adalah 35 cm x 70 cm dan jarak tanam kentang Granola 30 cm x 70 cm. Semakin jauh jarak tanam semakin sedikit populasi tanaman kentang dan semakin sedikit kebutuhan terhadap pupuk kandang.
41
Tabel
10 Input, produksi, dan produktivitas rata-rata kentang yang dihasilkan oleh petani kentang yang bermitra dan petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM
Uraian Petani yang bermitra I Luas lahan (ha/petani) 0.15 Bibit (kg/ha) 1 903.60 Pupuk kandang (kg/ha) 20 352.37 Pupuk kimia (kg/ha) 1 309.81 Tenaga kerja luar keluarga (HKSP/ha) 441.75 Insektisida (l/ha) 16.08 Fungisida (kg/ha) 57.16 Produksi yang dijual ke PT IFM (kg) 40 650 Produksi yang tidak dibeli oleh PT. IFM (kg) 3 125 Produksi (kg) 43 775 Share produksi ke PT IFM (persen) 93 Share produksi yang tidak dibeli oleh PT. IFM (persen) 7 Produktivitas (kg/ha) 17 729.85 Petani yang tidak bermitra Luas lahan (ha/petani) 0.16 Bibit (kg/ha) 1 882.45 Pupuk kandang (kg/ha) 25 191.65 Pupuk kimia (kg/ha) 1 575.18 Tenaga kerja luar keluarga (HKSP/ha) 998.76 Insektisida (l/ha) 34.86 Fungisida (kg/ha) 100.39 Produksi yang dijual ke pasar (kg) 42 800 Produksi yang tidak dijual ke pasar (kg) 11 900 Produksi (kg) 54 700 Share produksi yang dijual ke pasar (persen) 78 Share produksi yang bukan ke pasar (persen) 22 Produktivitas (kg/ha) 23 296.42 Seluruh sampel Luas lahan (ha/petani) 0.16 Bibit (kg/ha) 1 893.29 Pupuk kandang (kg/ha) 22 711.23 Pupuk kimia (kg/ha) 1 439.16 Tenaga kerja luar keluarga (HKSP/ha) 713.26 Insektisida (l/ha) 25.23 Fungisida (kg/ha) 78.23 Produksi ke PT. IFM/pasar (kg) 83 450 Produksi yang dijual ke PT. IFM/ pasar (kg) 15 025 Produksi (kg) 98 475 Share produksi yang dijual ke PT. IFM/pasar (persen) 85 Share produksi yang tidak dijual ke PT. IFM/pasar (persen) 15 Produktivitas (kg/ha) 20 443.22 Direkap dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 30, 31, 32
Strata II 0.37 1 760.75 14 932.80 1 438.64
III 1.62 1 543.21 15 020.58 992.37
Total 0.50 1 650.01 15 827.52 1 145.99
427.58 11.02 58.73
405.71 20.88 94.08
416.42 17.83 80.09
44 447
150 000
235 097
5 400 49 847
14 800 164 800
23 325 258 422
89
91
91
11 13 399.73
9 16 954.73
9 16 243.76
0.35 1 796.69 24 933.81 1 520.53
1.57 1 710.13 19 199.51 1 246.25
0.82 1 729.61 20 168.36 1 295.11
722.97 21.55 73.91 63 600
535.14 13.73 44.70 521 920
582.74 15.82 51.13 628 320
21 540 85 140
129 940 651860
163 380 791 700
75
80
79
25 20 127.66
20 19 765.31
21 20 013.65
0.36 1 779.87 20 254.09 1 482.21
1.58 1 672.13 18 248.24 1 188.46
0.69 1 706.78 18 923.32 1 252.34
584.75 16.63 66.81 108 047
505.68 15.36 55.94 671 920
535.04 16.40 59.43 863 417
26 940 134 987
144 740 816 660
186 705 1 050 122
80
82
82
20 16 979.50
18 19 125.53
18 18 932.37
42
Jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani adalah 1 252.34 kg/ha. Berdasarkan strata luas lahan, jumlah rata-rata pupuk kimia tertinggi berada pada petani strata II diikuti oleh petani strata I dan III. Jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani strata II dan I masing-masing lebih tinggi 14.92 persen atau 186.82 kg/ha dan 18.36 persen atau 229.87 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Tetapi jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani strata III lebih rendah 5.10 persen atau 63.88 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih rendah 8.49 persen atau 106.35 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan seluruh petani sampel sedangkan jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra lebih tinggi 3.42 persen atau 42.77 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih rendah 11.51 persen atau 149.12 kg/ha daripada jumlah rata-rata pupuk kimia yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini diduga terjadi karena umur panen kentang yang ditanam oleh petani yang bermitra lebih pendek daripada umur tanaman kentang yang ditanam oleh petani yang tidak bermitra. Umur tanaman yang lebih pendek akan membutuhkan unsur hara termasuk yang berasal dari pupuk kimia yang lebih sedikit pula. Selain itu, perbedaan jarak tanam diduga mempengaruhi jumlah populasi kentang yang selanjutnya mempengaruhi kebutuhan pupuk kandang. Jarak tanam kentang Atlantik adalah 35 cm x 70 cm dan jarak tanam kentang Granola 30 cm x 70 cm. Semakin jauh jarak tanam semakin sedikit populasi tanaman kentang dan semakin sedikit kebutuhan terhadap pupuk kimia. Tenaga kerja luar keluarga yang terlibat dalam usahatani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra adalah tenaga kerja pria dan wanita dewasa. Setiap tahap pekerjaan mempunyai upah yang berbeda sehingga dalam perhitungan rata-rata upah tenaga kerja luar keluarga dilakukan dengan menjumlahkan semua upah dari tiap tahap pekerjaan dan membaginya dengan total hari kerja setara pria (HKSP). Satu HKSP adalah setara dengan 7 jam kerja pria (1 HKP). Satu hari kerja wanita dihitung selama 7 jam atau setara dengan 0.7 HKP (Hernanto 1988). Baik petani kentang yang bermitra maupun petani kentang yang tidak bermitra menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani kentang. Jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria dalam usahatani kentang adalah 535.04 HKSP/ha. Berdasarkan strata luas lahan, jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 33.31 persen atau 178.22 HKSP/ha dan 9.29 persen atau 49.71 HKSP/ha daripada jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria seluruh petani sampel. Tetapi jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria petani strata III lebih rendah 5.49 persen atau 29.36 HKSP/ha daripada jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria seluruh petani sampel. Jumlah
43
rata-rata tenaga kerja setara pria petani yang bermitra lebih rendah 22.17 persen atau 118.62 HKSP/ha daripada jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria seluruh petani sampel sedangkan jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria petani yang tidak bermitra lebih tinggi 8.92 persen atau 47.70 HKSP/ha daripada jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria petani yang bermitra lebih rendah 28.54 persen atau 166.32 HKSP/ha daripada jumlah rata-rata tenaga kerja setara pria petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena umur panen kentang yang ditanam oleh petani kentang yang bermitra (rata-rata 90 hari setelah tanam) atau lebih rendah daripada umur panen kentang yang ditanam oleh petani kentang yang tidak bermitra (110-120 hari setelah tanam). Umur panen yang lebih lama membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dalam merawat dan menjaga tanaman kentang dari aksi pencurian. Selain itu, perbedaan tenaga kerja terjadi antara petani yang bermitra dengan yang tidak bermitra karena produktivitas kentang yang berbeda pula. Pada saat panen, rata-rata kebutuhan tenaga kerja dari petani yang tidak bermitra lebih besar daripada kebutuhan tenaga kerja dari petani yang bermitra untuk memanen, menyortir, mengemas, mengangkut dari kebun ke pinggir jalan dan menimbangnya. Jumlah rata-rata insektisida adalah 16.40 l/ha. Berdasarkan strata luas lahan, jumlah rata-rata insektisida tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 53.84 persen atau 8.83 l/ha dan 1.40 persen atau 0.23 l/ha daripada jumlah ratarata insektisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Tetapi jumlah rata-rata insektisida petani strata III lebih rendah 6.34 persen atau 1.04 l/ha daripada jumlah rata-rata insektisida yang digunakan seluruh petani sampel. Jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih tinggi 8.72 persen atau 1.43 l/ha daripada jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel sedangkan jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra lebih rendah 3.54 persen atau 0.58 l/ha daripada jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih tinggi 12.71 persen atau 2.01 l/ha daripada jumlah rata-rata insektisida yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Diduga hal ini terjadi karena frekuensi penyemprotan insektisida pada tanaman kentang oleh petani yang bermitra lebih tinggi daripada frekuensi penyemprotan insektisida pada tanaman kentang oleh petani yang tidak bermitra. Petani kentang yang bermitra biasa menyemprotkan insektisida pada tanaman kentangnya setiap dua hari sekali sedangkan petani kentang yang tidak bermitra biasa menyemprotkan insektisida setiap 3-4 hari sekali bahkan lebih. Jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani adalah 59.43 kg/ha. Berdasarkan strata luas lahan, jumlah rata-rata fungisida tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani strata I dan II
44
masing-masing lebih tinggi 31.63 persen atau 18.80 kg/ha dan 12.42 persen atau 7.38 kg/ha daripada jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Tetapi jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani strata III lebih rendah 5.87 persen atau 3.49 kg/ha daripada jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih tinggi 34.76 persen atau 20.66 kg/ha daripada jumlah ratarata fungisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel sedangkan jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra lebih rendah 13.97 persen atau 8.30 kg/ha daripada jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, jumlah rata-rata fungisida yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih tinggi 56.64 persen atau 28.96 kg/ha daripada jumlah ratarata fungisida petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 9). Produktivitas rata-rata kentang adalah 18 932.37ha. Berdasarkan strata luas lahan, produktivitas rata-rata kentang tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata III dan II. Produktivitas rata-rata kentang petani strata I dan III masing-masing lebih tinggi 7.98 persen atau 1 510.85 kg/ha dan 1.02 persen 193.16 kg/ha daripada produktivitas ratarata kentang seluruh petani sampel. Tetapi produktivitas rata-rata kentang petani strata II lebih rendah 10.31 persen atau 1 952.87 kg/ha daripada produktivitas rata-rata kentang seluruh petani sampel. Produktivitas ratarata kentang petani yang bermitra lebih rendah 14.20 persen atau 2 688.61 kg/ha daripada produktivitas rata-rata kentang seluruh petani sampel sedangkan produktivitas rata-rata kentang petani yang tidak bermitra lebih tinggi 5.71 persen atau 1 081.28/ha daripada produktivitas rata-rata kentang seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, produktivitas ratarata kentang petani yang bermitra lebih rendah 18.84 persen atau 3 769.89 kg/ha daripada produktivitas rata-rata kentang petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena banyak bibit yang rusak ketika diterima petani. Bibit yang rusak tidak dapat diganti oleh PT. IFM sesuai kesepakatan karena keterbatasan bibit yang ada di PT. IFM. Akibatnya, jumlah bibit yang ditanam sedikit sehingga populasi tanaman berkurang. Populasi tanaman yang berkurang menyebabkan produksi juga menurun. Tabel 10 juga menunjukkan produksi total kentang dari seluruh sampel adalah 1 050 122 kg. Share produksi tertinggi sampai terendah mengikuti luas lahan total berdasarkan strata, yaitu pada strata III (77.77 persen) diikuti oleh strata II (12.85 persen) dan strata I (9.38 persen). Dari aspek kemitraan, share produksi dari petani kentang yang bermitra adalah 24.61 persen dan share produksi dari petani kentang yang tidak bermitra adalah 75.39 persen. Hal ini terjadi karena perbedaan luas lahan. Share produksi seluruh sampel petani yang dijual ke PT IFM dan pasar adalah 82 persen. Berdasarkan strata luas lahan, share produksi seluruh sampel petani yang dijual ke PT IFM dan pasar tertinggi berada pada petani strata I, III, dan II. Ini menunjukkan bahwa petani strata I memiliki persentase kentang dengan ukuran relatif lebih besar diantara kentang yang dihasilkan
45
petani pada strata lainnya. Share produksi petani yang bemitra yang dijual ke PT. FM lebih tinggi daripada share produksi kentang seluruh sampel yang dijual ke PT IFM dan pasar tetapi share produksi kentang petani yang tidak bermitra yang dijual ke pasar lebih rendah daripada share produksi kentang seluruh sampel yang dijual ke PT IFM dan pasar. Berdasarkan kemitraan, share produksi kentang yang dijual ke PT. IFM oleh petani yang bermitra lebih tinggi daripada share produksi kentang petani yang tidak bermitra yang dijual ke pasar dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena persentase kentang yang diproduksi oleh petani yang bermitra yang mempunyai ukuran umbi yang relatif lebih besar lebih tinggi daripada persentase kentang yang diproduksi oleh petani yang tidak bermitra. Ukuran diameter umbi kentang yang dijual ke PT. IFM oleh petani yang bermitra adalah≥ 5 cm sedangkan ukuran diameter umbi kentang yang dijual ke pasar oleh petani yang tidak bermitra adalah≥ 4 cm. Kentang dengan ukuran umbi lebih kecil biasanya dijual sebagai bibit atau dikonsumsi. Tabel 11 menunjukkan harga rata-rata kentang adalah Rp5 262/kg. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata kentang tertinggi berada pada strata petani I diikuti oleh petani strata II dan III. Harga rata-rata kentang petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 7.20 persen atau Rp379/kg dan 6.58 persen atau Rp346/kg daripada harga rata-rata kentang seluruh petani sampel. Tetapi harga rata-rata kentang petani strata III lebih rendah 1.96 persen atau Rp103/kg daripada harga rata-rata kentang seluruh petani sampel. Harga rata-rata kentang petani yang bermitra lebih rendah 7.81 persen atau Rp411/kg daripada harga rata-rata kentang seluruh petani sampel sedangkan harga rata-rata kentang petani yang tidak bermitra lebih tinggi 2.57 persen atau Rp135/kg daripada harga rata-rata kentang seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata kentang petani yang bermitra lebih rendah 10.38 persen atau Rp546/kg daripada harga rata-rata kentang petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 13). Hal ini terjadi karena harga rata-rata kentang yang dijual oleh petani yang bermitra sebagai calon bibit (kentang yang tidak dijual ke PT. IFM) lebih rendah 40.95 persen atau Rp 3 022/kg daripada harga rata-rata kentang yang dijual oleh petani yang tidak bermitra sebagai calon bibit (kentang yang tidak dijual ke pasar) meskipun harga rata-rata kentang petani yang bermitra yang dijual ke PT. IFM lebih tinggi 0.39 persen atau Rp19/kg daripada harga rata-rata kentang petani yang tidak bermitra yang dijual ke pasar. Selain itu, jumlah produksi kentang yang dijual dengan harga yang lebih dari petani kentang yang tidak bermitra lebih tinggi daripada jumlah produksi kentang yang dijual oleh petani yang bermitra (Tabel 10). Kombinasi harga jual yang lebih tinggi dan jumlah produksi kentang yang lebih tinggi akan meningkatkan harga rata-rata kentang. Harga sumberdaya lahan mencakup sewa lahan secara tunai per satu musim tanam dan atau pajak atas lahan bagi lahan milik yang dibagi per musim tanam. Harga rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani adalah Rp2 456 270/ha/MT. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata sumberdaya lahan tertinggi berada pada strata III diikuti oleh petani strata
46
I dan II. Hal ini terjadi karena 81.48 persen petani strata III menyewa lahan dibandingkan 72.73 persen petani strata II dan 54.84 persen petani strata I yang menyewa lahan. Sewa lahan biasanya lebih tinggi daripada pajak lahan. Tabel 11 Harga rata-rata output dan input yang digunakan oleh petani kentang di Kecamatan Pangalengan menurut strata luas lahan dan jenis kemitraan Uraian Petani yang bermitra I Output (Rp/kg) 4 891 Kentang ke PT. IFM (Rp/kg) 4 900 Kentang yang bukan ke PT IFM (Rp/kg) 4 774 Lahan (Rp/ha/musim tanam) 752 579 Bibit (Rp/kg) 12 751 Pupuk kandang (Rp/kg) 300 Pupuk kimia (Rp/kg) 2 592 Tenaga kerja luar keluarga (Rp/HKSP) 22 066 Insektisida (Rp/l) 245 003 Fungisida (Rp/kg) 138 039 Petani yang tidak bermitra Output (Rp/kg) 6 241 Kentang ke pasar (Rp/kg) 5 571 Kentang bukan ke pasar (Rp/kg) 8 651 Lahan (Rp/ha/musim tanam) 3 399 744 Bibit (Rp/kg) 14 007 Pupuk kandang (Rp/kg) 350 Pupuk kimia (Rp/kg) 2 966 Tenaga kerja luar keluarga (Rp/HKSP) 18 270 Insektisida (Rp/l) 229 172 Fungisida (Rp/kg) 105 424 Seluruh sampel Output (Rp/kg) 5 641 Kentang yang jual ke PT. IFM/pasar (Rp/kg) 5 244 Kentang yang tidak dijual ke PT. IFM/pasar (Rp/kg) 7 845 Lahan (Rp/ha/musim tanam) 2 042 914 Bibit (Rp/kg) 13 360 Pupuk kandang (Rp/kg) 327 Pupuk kimia (Rp/kg) 2 792 Tenaga kerja luar keluarga (Rp/HKSP) 19 475 Insektisida (Rp/l) 234 342 Fungisida (Rp/kg) 117 638 Direkap dari Lampiran 10, 11, 12, 15, 30, 31, 32
Strata II 4 805 4 900
Total III 4 854 4 900
4 851 4 900
4 019 2 154 812 12 705 400 2 427
4 392 1 439 300 12 793 364 2 403
4 357 1 500 032 12 764 359 2 444
22 931 197 509 125 464
26 364 118 647 94 809
24 832 147 731 104 854
6 079 5 511 7 756 1 870 846 14 069 393 2 742
5 237 4 748 7 200 2 925 459 12 261 363 2 661
5 397 4 881 7 379 2 840 839 12575 366 2 693
19 735 188 917 109 815
26 121 236 029 126 311
24 475 228 270 121 327
5 608
5 159
5 262
5 260
4 782
4 886
7 007 2 003 720 13 438 396 2 599
6 913 2 587 158 12 373 363 2 612
7 002 2 456 270 12 627 365 2 628
20 829 191 582 116 252
26 165 199 708 114 251
24 555 203 155 114 960
Harga rata-rata sumberdaya lahan petani strata III lebih tinggi 5.33 persen atau Rp130 888/ha/MT daripada harga rata-rata sumberdaya lahan seluruh
47
petani sampel. Tetapi harga rata-rata sumberdaya lahan petani strata I dan II masing-masing lebih rendah 16.83 persen atau Rp413 356/ha/MT dan 18.42 persen atau Rp452 550/ha/MT daripada harga rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel. Harga rata-rata sumberdaya lahan petani yang bermitra lebih rendah 38.93 persen atau Rp956 238/ha/MT daripada harga rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel sedangkan harga rata-rata sumberdaya lahan petani yang tidak bermitra lebih tinggi 15.66 persen atau Rp384 569/ha/MT daripada harga rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata sumberdaya lahan yang ditanggung petani kentang yang bermitra lebih rendah 47.20 persen atau Rp 1 340 807/ha/MT daripada harga rata-rata sumberdaya lahan yang ditanggung petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 13). Hal ini terjadi karena umumnya lahan yang digunakan oleh petani yang bermitra hanya dapat ditanami dua kali dalam setahun sedangkan lahan yang ditanami oleh petani yang tidak bermitra rata-rata dapat ditanami tiga kali dalam setahun. Lahan yang ditanami tiga kali setahun adalah lahan yang mempunyai akses yang lebih baik ke mata air sebagai sumber air irigasi termasuk pada musim kemarau. Karena kemudahan akses kepada air irigasi maka lahan yang dapat ditanami sepanjang tahun lebih mahal jika disewakan daripada lahan yang hanya dapat ditanami satu atau dua kali setahun. Harga rata-rata bibit yang dibeli oleh seluruh petani adalah Rp12 627/kg. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata bibit tertinggi berada pada petani strata II diikuti oleh petani strata 1 dan III. Harga ratarata bibit yang dibeli petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 6.42 persen Rp 811/kg dan 5.81 persen atau Rp733/kg daripada harga rata-rata bibit yang dibeli seluruh petani. Tetapi harga rata-rata bibit petani strata III lebih rendah 2.01 persen atau Rp254/kg daripada harga ratarata bibit seluruh petani. Harga rata-rata bibit yang dibeli petani yang bermitra lebih tinggi 1.08 persen atau Rp137/kg daripada harga rata-rata bibit yang dibeli seluruh petani sampel sedangkan harga rata-rata bibit petani yang tidak bermitra lebih rendah 0.41 persen atau Rp52/kg daripada harga bibit rata-rata yang dibeli seluruh petani. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata bibit yang dibeli petani yang bermitra lebih tinggi 1.50 persen atau Rp189/kg daripada harga rata-rata bibit yang dibeli petani yang tidak bermitra tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 13). Harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli seluruh petani adalah Rp365/kg. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata pupuk kandang tertinggi berada pada petani strata II diikuti oleh petani strata I1I dan I. Harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli petani strata II lebih tinggi 8.49 persen atau Rp31/kg daripada harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli seluruh petani sampel. Tetapi harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli petani strata I dan III masing-masing lebih rendah 10.41 persen atau Rp38/kg dan 0.55 persen atau Rp2/kg daripada harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli seluruh petani sampel. Harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli oleh petani yang bermitra lebih rendah 1.64 persen atau Rp6/kg daripada harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli seluruh petani
48
sampel sedangkan harga rata-rata pupuk kandang petani yang tidak bermitra lebih tinggi 0.27 persen atau Rp1/kg daripada harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli petani yang bermitra lebih tinggi 1.91 persen atau Rp7/kg daripada harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli petani yang tidak bermitra dan perbedaan harga ini signifikan secara statistik (Lampiran 13). Harga rata-rata pupuk kimia seluruh petani adalah Rp2 628/kg. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata pupuk kimia tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata I1I dan II. Harga rata-rata pupuk kimia petani strata I lebih tinggi 6.24 persen atau Rp164/kg daripada harga rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel. Tetapi harga rata-rata pupuk kimia petani strata II dan III masing-masing lebih rendah 1.10 persen atau Rp29/kg dan 0.61 persen atau Rp16/kg daripada harga rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel. Harga rata-rata pupuk kimia petani yang bermitra lebih rendah 6.93 persen atau Rp182/kg daripada harga rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel sedangkan harga ratarata pupuk kimia petani yang tidak bermitra lebih tinggi 2.47 persen atau Rp65/kg daripada harga rata-rata pupuk kimia seluruh petani. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata pupuk kimia petani yang bermitra lebih rendah 9.25 persen atau Rp249/kg daripada harga rata-rata pupuk kimia kentang petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 13). Upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani adalah Rp24 555/HKSP. Berdasarkan strata luas lahan, upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga tertinggi berada pada petani strata III diikuti oleh petani strata 1I dan I. Upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani strata III lebih tinggi 6.56 persen atau Rp1 610/HKSP daripada upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Tetapi upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani strata I dan II masing-masing lebih rendah 20.69 persen atau Rp5 080/HKSP dan 15.17 persen atau Rp3 726/HKSP daripada upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani yang bermitra lebih tinggi 1.13 persen atau Rp277/HKSP daripada upah ratarata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel sedangkan upah ratarata tenaga kerja luar keluarga petani yang tidak bermitra lebih rendah 0.33 persen atau Rp80/HKSP daripada upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga kentang petani yang bermitra lebih tinggi 1.46 persen atau Rp357/HKSP daripada upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 13). Harga rata-rata insektisida seluruh petani adalah Rp203 155/l. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata insektisida tertinggi berada pada strata I diikuti oleh petani strata I1I dan II. Harga rata-rata insektisida petani strata I lebih tinggi 15.35 persen atau Rp31 187/l daripada harga rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Tetapi harga rata-rata insektisida petani strata II dan III masing-masing lebih rendah
49
5.70 persen atau Rp11 573/l dan 1.70 persen atau Rp3 447/l daripada harga rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Harga rata-rata insektisida yang digunakan petani yang bermitra lebih rendah 27.28 persen atau Rp55 424/kg daripada harga rata-rata insektisida seluruh petani sampel sedangkan harga rata-rata insektisida petani yang tidak bermitra lebih tinggi 12.36 persen atau Rp25 115/l daripada harga rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata insektisida petani yang bermitra lebih rendah 35.28 persen atau Rp80 539/kg daripada harga rata-rata insektisida petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 13). Harga rata-rata fungisida seluruh petani adalah Rp114 960/kg. Berdasarkan strata luas lahan, harga rata-rata fungisida tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata I1 dan III. Harga rata-rata fungisida petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 2.33 persen atau Rp2 678/kg dan 1.12 persen atau Rp1 292/kg daripada harga rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Tetapi rata-rata harga fungisida petani strata III lebih rendah 0.62 persen atau Rp709/kg daripada harga rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Harga rata-rata fungisida petani yang bermitra lebih rendah 8.79 persen atau Rp10 106/kg daripada harga ratarata fungisida seluruh petani sampel sedangkan harga rata-rata fungisida petani yang tidak bermitra lebih tinggi 5.54 persen atau Rp6 367/kg daripada harga rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, harga rata-rata fungisida kentang petani yang bermitra lebih rendah 13.58 persen atau Rp16 473/kg daripada harga rata-rata fungisida petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 13). Karakteristik rumahtangga petani kentang Tabel 12 menunjukkan umur rata-rata petani kentang yang bermitra adalah lebih rendah 1.4 tahun atau 2.98 persen daripada umur rata-rata petani kentang yang tidak bermitra. Lama pendidikan formal rata-rata petani kentang yang bermitra adalah lebih rendah 1.05 tahun atau 10.62 persen daripada lama pendidikan formal rata-rata petani kentang yang tidak bermitra. Petani yang lebih lama pendidikan formalnya mempunyai kecenderungan tidak mau bermitra dengan PT. IFM. Diduga petani yang lebih tinggi tingkat pendidikan formalnya lebih rasional dalam melakukan kerja sama dengan PT. IFM. Ukuran keluarga rata-rata petani kentang yang bermitra adalah lebih tinggi satu orang atau 25 persen daripada ukuran keluarga rata-rata petani kentang yang tidak bermitra. Kelebihan ini diduga dapat membantu mensubstitusi tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani kentang. Pengalaman usahatani kentang rata-rata petani yang bermitra adalah lebih tinggi 3.41 tahun atau 20.79 persen daripada pengalaman usahatani kentang rata-rata petani yang tidak bermitra. Lama kemitraan rata-rata petani dengan PT. IFM adalah 5.47 tahun dengan kisaran 2-14 tahun. Semua petani kentang yang bermitra terhimpun dalam kelompok tani baik kelompok tani bentukan pemerintah desa maupun bentukan petani sendiri (khusus dibentuk untuk bermitra dengan PT. IFM). Rata-rata lama menjadi anggota kelompok tani dari petani kentang yang bermitra adalah 19.81 tahun dengan kisaran 4-40 tahun. Hanya 43.75 persen atau 21 orang petani kentang yang tidak bermitra yang
50
menjadi anggota kelompok tani dan sisanya 56.25 persen atau 27 orang petani tidak menjadi anggota kelompok tani. Petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani sebenarnya bukan tidak berminat menjadi anggota kelompok tani tetapi karena tidak ada lembaga kelompok tani yang dibentuk di wilayah tempat tinggalnya. Rata-rata lama menjadi anggota kelompok tani dari petani kentang yang tidak bermitra adalah 3.92 tahun dengan kisaran 0-25 tahun. Tabel 12 Karakteristik petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Karakteristik
Umur (tahun) Lama pendidikan formal (tahun) Ukuran keluarga (orang) Pengalaman usahatani kentang (tahun)
Petani yang bermitra Terendah Tertinggi Ratarata 29 66 45.56 0 17 8.84 3 8 5 4
40
19.81
Petani yang tidak bermiutra Terendah Tertinggi Ratarata 27 76 46.96 0 17 9.89 2 10 4 1
50
16.40
Jumlah petani kentang yang bermitra yang pernah mengikuti pelatihan budidaya kentang adalah 15 orang atau 46.88 persen dan yang tidak pernah ikut pelatihan budidaya tanaman kentang adalah sebanyak 17 orang atau 53.12 persen. Jumlah petani kentang yang tidak bermitra yang pernah mengikuti pelatihan budidaya kentang adalah 24 orang atau 50 persen dan yang tidak pernah ikut pelatihan budidaya tanaman kentang adalah sebanyak 50 persen atau 24 orang petani. Rata-rata jumlah pelatihan budidaya kentang yang pernah diikuti oleh petani kentang yang bermitra adalah tiga kali sedangkan petani kentang tidak yang bermitra adalah dua kali. Adapun tempat pelatihan adalah di Balai Benih Induk Kentang di Kecamatan Pangalengan, Lembang, dan Perth, Australia.
Pembahasan Pendugaan fungsi produksi kentang dengan metode OLS dan MLE Pendugaan fungsi produksi kentang dilakukan dengan menggunakan metode OLS dan MLE. Semula terdapat 21 variabel input dan 12 variabel penduga inefisiensi yang dimasukkan dalam persamaan fungsi produksi. Tetapi dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti koefisien-koefisien faktor produksi yang masih bertanda negatif dan beberapa koefisien variabel penduga inefisiensi masih bertanda positif dan tidak nyata maka beberapa variabel input digabungkan menjadi satu variabel atau dikeluarkan dari persamaan. Jika tetap bertanda negatif maka untuk menghitung efisiensi ekonomi tidak dapat dilakukan. Jika koefisien atau elastisitas suatu variabel yang bertanda negatif dikalikan dengan koefisien harga input maka akan menjadi negatif. Pupuk Ponska, pupuk ZA, pupuk TSP, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk Berter, pupuk KNO3/Pak Tani, pupuk Gandasil daun, pupuk Gandasil buah, pupuk Nutricil, dan pupuk cair digabung menjadi variabel pupuk kimia. Pupuk cair dikonversi menjadi pupuk padat karena koefisiennya negatif dan sangat kecil pengaruhnya terhadap variasi produksi. Pupuk cair dikonversi menjadi pupuk kimia dengan cara membagi pengeluaran untuk pupuk cair dengan harga rata-rata pupuk kimia padat yang dibeli oleh
51
petani. Pupuk-pupuk itu digabung menjadi satu variabel dengan nama pupuk kimia. Demikian juga dengan variabel tenaga kerja dalam keluarga dikeluarkan dari persamaan karena tanda koefisiennya tidak sesuai harapan (bertanda negatif) dan pengaruhnya terhadap variasi produksi kentang tidak signifikan sampai dengan α = 0.2. Alasan lainnya karena petani tidak mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja dalam keluarga. Dalam perhitungan efisiensi ekonomi, biaya yang diperhitungkan adalah biaya aktual atau biaya ril yang dikeluarkan petani dalam suatu usahatani. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya hanya bekerja mengawasi tenaga kerja sewa (tenaga kerja luar keluarga). Variabel perekat dan bensin juga dikeluarkan dari persamaan karena selalu bernilai negatif pada setiap alternatif analisis fungsi produksi stochastic frontier yang dilakukan. Akan tetapi biaya-biaya untuk perekat dan bensin ditambahkan ke dalam biaya insektisida dan fungisida. Biaya-biaya itu dibagi rata pada insektisida dan fungisida karena bensin digunakan sebagai bahan bakar mesin semprot (power sprayer) baik untuk menyemprotkan insektisida maupun fungisida. Insektisida dan fungisida selalu dicampur sebelum disemprotkan ke tanaman. Dengan demikian biaya untuk perekat dibebankan secara merata kepada biaya insektisda dan fungisida karena perekat juga dicampurkan dengan insektisda dan fungisida secara bersama-sama sebelum disemprotkan ke tanaman. Akhirnya, hanya terdapat tujuh variabel yang menjadi variabel input yang dimasukkan dalam fungsi produksi stochstic frontier yang telah disederhanakan tersebut. Variabel-variabel itu adalah lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, insektisida, dan dan fungisida. Variabel penduga inefisiensi seperti umur, kredit, lama pendidikan formal, kontak dengan penyuluh pertanian, ukuran keluarga, dummy status kepemilikan lahan, rasio tenaga kerja dalam keluarga terhadap tenaga kerja total, rasio luas lahan kentang terhadap luas lahan total, rasio penerimaan dari usahatani kentang terhadap penermiaan total rumahtangga dikelauarkan dari model karena tanda koefisiennya tidak sesuai harapan dan tidak nyata atau tanda koefisiennya sesuai harapan tetapi nilainya relatif kecil dan tidak nyata mempengaruhi inefisiensi. Dengan demikian, variabel-variabel yang dimasukkan sebagai penduga inefisiensi hanyalah lama menjadi anggota kelompok tani, dummy kemitraan dalam usahatani, dan dummy pelatihan budidaya kentang (Lampiran 5). Tabel 13 menunjukkan uji t dengan metode OLS dan MLE. Semua variabel penduga fungsi produksi berpengaruh positif terhadap variasi produksi kentang. Penjumlahan koefisien dengan metode OLS adalah 1.02 menunjukkan skala usahatani kentang berada pada increasing return to scale (IRS) karena koefisien bertanda positif tetapi nilainya lebih besar dari satu. Ini berarti, jika penggunaan masing-masing input produksi mengalami peningkatan sebesar satu persen, produksi kentang akan meningkat lebih dari satu persen atau 1.02 persen. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan Dalimunte (1989) yang menunjukkan skala produksi usahatani kentang di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung adalah 0.99 (decresing return to scale). Demikian juga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Tarigan (1997) dalam skala usahatani kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yaitu -1.04 yang berarti penambahan jumlah input sebesar satu persen secara proporsional akan menurunkan produksi kentang sebesar 1.04 persen (kenaikan hasil yang negatif).
52
Nilai gamma (γ) sebesar 0.99 dan signifikan pada α = 0.01 menunjukkan secara tidak langsung bahwa 99 persen variasi output petani kentang disebabkan perbedaan efisiensi-efisiensi teknis antara petani dan sisanya disebabkan oleh efek-efek stochastic seperti pengaruh iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit dan kesalahan pemodelan. Nilai gamma (γ) dalam penelitian ini konsisten dengan apa yang ditemukan Sinaga (2011) pada petani kentang di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 0.99. Tetapi nilai gamma (γ) dalam penelitian ini lebih besar daripada gamma (γ) yang ditemukan oleh Bakhsh et al. (2006) pada petani kentang di Punjab, Pakistan sebesar 0.80; Abedullah et al. (2006) pada petani kentang di Okara dan Kasur, Pakistan sebesar 0.82; Hossain et al. (2008) pada petani kentang di beberapa wilayah terpilih di Bangladesh sebesar 0.97; Nyagaka et al. (2010) pada petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya sebesar 0.85; Maganga (2012) pada petani kentang biasa di Dedza, Malawi Tengah sebesar 0.83; Alam et al. (2012) pada petani kentang di Gilgit-Baltistan, Pakistan sebesar 0.79. Di Indonesia, nilai gamma (γ) dalam penelitian ini juga lebih besar dari apa yang ditemukan oleh Tanjung (2003) pada petani kentang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat sebesar 0.98; dan Nahraeni (2012) pada petani kentang di Provinsi Jawa Barat sebesar 0.75. Hal ini menunjukkan variasi produksi kentang di Kecamatan Pangalengan yang disebabkan oleh pengaruh inefisiensi teknis adalah yang paling besar dari variasi produksi kentang dimanapun dengan penyebab yang sama kecuali variasi produksi kentang di Kabupaten Simalungun seperti yang ditemukan oleh Sinaga (2012). Secara parsial, enam dari tujuh variabel penduga fungsi produksi kentang berpengaruh nyata dan signifikan. Variabel-variabel itu adalah lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, dan insektisida. Jika terjadi perubahan luas lahan atau perubahan jumlah bibit kentang yang digunakan atau perubahan jumlah pupuk kandang atau perubahan jumlah pupuk kimia atau perubahan jumlah tenaga kerja luar keluarga atau perubahan jumlah insektisda masing-masing sebesar satu persen dengan asumsi cateris paribus, produksi kentang akan mengalami perubahan masing-masing sebesar 0.20; 0.36; 0.18; 0.12; 0.09; dan 0.06 persen sesuai dengan tanda koefisien masing-masing variabel. Variabel fungisida tidak berpengaruh signifikan sampai dengan taraf taraf α = 0.2 terhadap variasi produksi kentang. Meskipun demikian, tanda koefisien tetap sesuai harapan yang berarti perubahan jumlah fungisida masih memberikan variasi produksi kentang yang sesuai dengan tanda koefisien variabel tersebut. Uji t dengan metode MLE menunjukkan dari tujuh variabel yang dimasukkan dalam persamaan fungsi produksi stochastic frontier hanya tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kentang. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh tambahan dari faktor-faktor penduga inefisiensi teknis. Tiga variabel itu adalah lahan, bibit, dan pupuk kandang. Sedangkan empat variabel input lainnya tidak memberi pengaruh yang signifikan sampai dengan taraf α = 0.2 walaupun tanda koefisiennya tetap positif. Variabel-variabel itu adalah pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, insektisida, dan fungisida. Koefisien variabel lahan, bibit dan pupuk kandang adalah positif dan signifikan masing-masing pada α = 0.01; 0.01; dan 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga input ini mempunyai peranan yang besar dalam produksi kentang. Elastisitas lahan adalah yang terbesar dibandingkan dengan elastisitas semua variabel yang
53
dimasukkan dalam model mengindikasikan bahwa kontribusi dalam total faktor produktivitas adalah dominan. Jika terjadi perubahan luas lahan atau perubahan jumlah bibit kentang yang digunakan atau perubahan jumlah pupuk kandang masing-masing sebesar satu persen, produksi kentang akan mengalami perubahan masing-masing sebesar 0.34; 0.33; dan 0.11 persen sesuai dengan tanda koefisien masing-masing variabel. Tabel 13 Pendugaan fungsi produksi rata-rata dengan menggunakan metode pendugaan OLS dan fungsi produksi batas (stochastic frontier production function) kentang di Kecamatan Pangalengan dengan menggunakan metode pendugaan MLE Variabel
Metode OLS Koefisi Standar en error 3.75a 1.15 0.20d 0.14 0.36b 0.14 0.18b 0.08 0.12d 0.08 0.09c 0.05 0.06d 0.05 0.01 0.05
t Hit
Koefisi en 5.54a 0.34a 0.33a 0.11b 0.08 0.03 0.02 0.04 0.12 -0.01 0.47a -0.13 0.11a 0.99a
3.23 Konstanta (b0) Lahan (b1) 1.39 Bibit (b2) 2.47 Pupuk kandang (b3) 2.31 Pupuk kimia (b4) 1.59 Tenaga kerja luar keluarga (b5) 1.80 Insektisida (b6) 1.32 Fungisida (b7) 0.15 Konstanta (δ0) Lama menjadi anggota kelompok tani (δ1) Dummy kemitraan dalam usahatani (δ2) Dummy pelatihan budidaya kentang (δ3) Sigma sguared (σ2) = σ2v+ σ2u Gamma (γ) = σ2v /σ2v+ σ2u Log likelihood function χ2 (Chi squared distribution) Keterangan: a, b,c, dan d signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.10; dan 0.20 Direkap dari Lampiran 14
Metode MLE Standar error 1.08 0.13 0.11 0.06 0.07 0.03 0.03 0.03 0.25 0.01 0.17 0.13 0.04 0.04 10.01 28.33
t hit 5.12 2.60 2.96 2.06 1.23 0.97 0.66 1.19 0.50 -0.44 2.78 -0.98 2.71 25.58
Penjumlahan nilai elastisitas atau koefisien dari tujuh variabel input dengan metode MLE menunjukkan nilai koefisien total adalah 0.95. Ini berarti, skala produksi usahatani kentang di Kecamatan Pangalengan berada pada decreasing return to scale (DRS) karena koefisien bertanda positif tetapi besarannya lebih kecil dari satu. Dengan kata lain, jika penggunaan masing-masing faktor produksi mengalami peningkatan sebesar satu persen secara proporsional, produksi kentang akan meningkat kurang dari satu persen atau 0.95 persen. Efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis Dalam penghitungan efisiensi teknis petani kentang digunakan software Frontier 4.1. Data yang diperlukan dalam perhitungan efisensi teknis adalah jumlah output, jumlah input dan faktor-faktor penduga inefisiensi teknis seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran 5. Sedangkan efisiensi ekonomi dan alokatif dihitung dengan menggunakan persamaan (3.21) dan persamaan (3.22) atau persamaan (2) dalam Taylor et al. (1986) dengan program Microsof Excel. Data yang digunakan untuk menghitung efisiensi ekonomi dan efisiensi alokatif adalah data efisiensi teknis tiap petani (Lampiran 14), harga input yang dibeli tiap petani, rata-rata harga input yang dibeli oleh seluruh petani (Lampiran 15).
54
Penghitungan efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan rumus dalam Taylor et al. (1986) (Lampiran 16). Selain itu, efisiensi ekonomi dapat dihitung dengan penurunan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE menjadi fungsi biaya dual (Lampiran 17). Baik perhitungan efisiensi ekonomi dan alokatif menurut Taylor maupun penurunan fungsi produksi stochastic frontier menjadi fungsi biaya dual menghasilkan nilai efisiensi ekonomi dan alokatif yang sama. Tabel 14 Tingkat efisiensi petani Uraian Petani yang bermitra Teknis Alokatif Ekonomi Petani yang tidak bermitra Teknis Alokatif Ekonomi Seluruh sampel Teknis Alokatif Ekonomi Direkap dari Lampiran 18, 19, 20, 21, 22, 23
I 0.65 0.56 0.36
Strata II 0.54 0.54 0.29
III 0.67 0.56 0.37
Total 0.62 0.55 0.34
0.76 0.43 0.33
0.73 0.49 0.35
0.81 0.52 0.42
0.78 0.48 0.37
0.71 0.50 0.35
0.64 0.51 0.33
0.78 0.53 0.41
0.71 0.51 0.36
Tabel 14 menunjukkan tingkat efisiensi teknis rata-rata petani responden sebesar 0.71 atau 71 persen dengan kisaran 0.30-0.98 atau 30-98 persen. Ini berarti pada tingkat input dan teknologi yang ada, produksi rata-rata kentang mempunyai peluang ditingkatkan sebesar (98-71) persen atau 27 persen. Ditinjau dari aspek penghematan biaya, jika rata-rata petani sampel ingin mencapai efisiensi teknis tertinggi, ada peluang penghematan biaya usahatani sebesar [1(0.71/0.98) x 100] atau 28 persen. Sebaran tingkat efisiensi teknis seluruh petani sampel terdapat dalam Lampiran 21. Hasil penelitian Abedullah et al. (2006) di Okara dan Kasur, Pakistan menyatakan bahwa pada tingkat input dan teknologi yang ada, output atau produksi rata-rata kentang dapat ditingkatkan sebesar 16 persen (dari 84 persen ke 100 persen). Menurut Abedullah et al. (2006) suatu usahatani sudah dikatakan efisien jika memiliki tingkat efisiensi sebesar 0.7. Dengan demikian, rata-rata petani kentang di Kecamatan Pangalengan sudah efisien secara teknis tetapi jika dibahas menurut sebaran efisiensi, tidak semua petani kentang sudah efisien. Lampiran 21 menunjukkan 41 orang petani atau 51.25 persen petani kentang Kecamatan Pangalengan belum efisien secara teknis dan hanya 39 orang atau 48.75 persen petani yang sudah memiliki tingkat efisiensi teknis di atas 0.7 atau dikatakan sudah efisien. Hanya 15 persen (12 orang) petani yang beroperasi di atas 90 persen efisiensi teknis. Ini menyatakan secara tidak langsung bahwa sejumlah besar petani responden (85 persen) menghadapi masalah serius dalam hal inefisiensi teknis. Hasil penelitian Bakhsh et al. (2006) menunjukkan efisiensi teknis petani kentang di Pakistan berkisar dari 0.55 sampai 0.99 dengan rata-rata sebesar 0.76. Selain itu 63 persen petani beroperasi di atas tingkat efisiensi teknis
55
70 persen. Hal ini berarti bahwa 37 persen petani kentang beroperasi di bawah tingkat efisiensi teknis 70 persen dan hanya 16 persen petani kentang yang beroperasi di atas 90 persen tingkat efisiensi teknis. Ini menyatakan secara tidak langsung bahwa sejumlah besar petani responden (84 persen) menghadapi masalah serius dalam inefisiensi teknis. Efisiensi teknis rata-rata petani responden dalam penelitian ini lebih kecil daripada efisiensi teknis rata-rata yang ditemukan oleh Bogale dan Bogale (2005) untuk petani kentang dalam skema irigasi tradisional (0.77) di Wilayah Awi, Ethiopia; Abedullah et al. (2006) untuk petani kentang (0.84) di Okara dan Kasur, Pakistan; Maganga (2012) untuk petani kentang (0.83) di Dedza, Malawi Tengah; Hossain et al. (2008) untuk petani kentang (0.75) di Bangladesh; dan Alam et al. (2012) untuk petani kentang (0.81) di Gilgit-Baltistan, Pakistan. Tetapi efisiensi teknis rata-rata petani responden lebih besar daripada yang ditemukan oleh Nyagaka et al. (2010) untuk petani kentang (0.67) di Nyandarua Wilayah Utara, Kenya. Di Indonesia, efisiensi teknis rata-rata petani kentang dalam penelitian ini lebih kecil daripada yang ditemukan oleh Tanjung (2003) untuk tanaman kentang (0.76) di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat; Nahraeni (2012) untuk petani kentang (0.84) di Provinsi Jawa Barat; akan tetapi dan lebih besar daripada yang ditemukan Sinaga (2011) untuk tanaman kentang (0.41) di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan strata luas lahan, efisiensi teknis rata-rata terendah berada pada petani strata II, diikuti oleh petani strata I dan petani strata III. Efisiensi teknis rata-rata petani strata I sama dengan efisiensi teknis rata-rata seluruh petani sampel. Efisiensi teknis rata-rata petani strata II lebih rendah 9.86 persen atau 0.07 daripada efisiensi teknis rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi efisiensi teknis rata-rata petani strata III lebih tinggi 9. 86 persen atau 0.07 daripada efisiensi teknis rata-rata seluruh petani sampel. Tidak ada hubungan antara luas lahan yang ditanami dengan tanaman kentang dengan tingkat efisiensi teknis petani kentang. Hasil penelitian ini berbeda dengan apa yang pernah ditemukan oleh Bakhsh et.al. (2006) yang menyatakan semakin luas lahan usahatani kentang semakin mengurangi inefisiensi teknis petani kentang di Punjab, Pakistan, walaupun tidak signifikan. Dengan kata lain semakin luas lahan kentang, petani kentang semakin efisien secara teknis dalam mengalokasikan input. Ditinjau dari aspek penghematan biaya usahatani, jika rata-rata petani strata I, II, dan III ingin mencapai efisiensi teknis tertinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya usahatani sebesar masing-masing sebesar [1-(0.71/0.97) x100] atau 22 persen; [1-(0.64/0.98) x100] atau 35 persen; dan [1-(0.78/0.98) x100] atau 20 persen. Sebaran tingkat efisiensi teknis petani kentang berdasarkan strata luas lahan terdapat dalam Lampiran 22. Berdasarkan kemitraan, efisiensi teknis rata-rata petani kentang yang bermitra sebesar 0.62 atau 62 persen dengan kisaran 0.30 - 0.97 atau 30-97 persen yang berarti pada tingkat input dan teknologi yang ada, rata-rata petani yang bermitra mempunyai peluang meningkatkan output atau produksi kentang sebesar (97-62 persen) atau 35 persen. Sedangkan efisiensi teknis rata-rata petani kentang yang tidak bermitra sebesar 0.78 atau 78 persen dengan kisaran 0.48 - 0.98 atau 48 -98 persen yang berarti pada tingkat input dan teknologi yang ada, rata-rata petani yang tidak bermitra mempunyai peluang meningkatkan output atau produksi kentang (98-78 persen) atau 20 persen. Efisiensi teknis rata-rata petani
56
yang bermitra lebih rendah 12.68 persen atau 0.09 daripada efisiensi teknis ratarata seluruh petani sampel sedangkan efisiensi teknis petani yang tidak bermitra lebih tinggi 9. 86 persen atau 0.07 daripada tingkat efisiensi teknis rata-rata seluruh petani sampel. Efisiensi teknis rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 20.51 persen atau 0.16 daripada efisiensi teknis rata-rata petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor-faktor penduga inefisiensi teknis (Tabel 13). Jika pengaruh faktor-faktor itu meningkatkan inefisiensi teknis maka efisiensi teknis menurun, demikian juga sebaliknya. Ditinjau dari aspek penghematan biaya usahatani, jika rata-rata petani sampel yang bermitra ingin mencapai efisiensi teknis tertinggi, ada peluang penghematan biaya usahatani sebesar [1-(0.62/0.97) x 100] atau 36 persen sedangkan jika rata-rata petani sampel yang tidak bermitra ingin mencapai efisiensi teknis tertinggi, ada peluang penghematan biaya usahatani sebesar [1-(0.78/0.98) x100] atau 20 persen. Sebaran efisiensi teknis petani kentang berdasarkan kemitraan dapat dilihat dalam Lampiran 23. Dari 3 variabel yang dimasukkan sebagai penduga inefisiensi teknis, dua diantaranya memiliki tanda negatif (sesuai harapan) atau mengurangi inefisiensi teknis usahatani kentang (Tabel 13). Kedua variabel itu adalah lama menjadi anggota kelompok tani dan dummy pelatihan budidaya kentang. Meskipun kedua variabel itu berpengaruh mengurangi inefisiensi teknis petani kentang, kedua variabel tersebut tidak berpengaruh nyata. Satu variabel penduga inefisiensi teknis yang bertanda positif dan nyata mempengaruhi inefisiensi teknis petani kentang adalah variabel dummy kemitraan dalam usahatani kentang. Variabel ini diharapkan bertanda negatif tetapi kenyataan menunjukkan tanda koefisiennya positif dan berpengaruh signifikan pada taraf α = 0.01. Hal ini diduga terjadi karena beberapa faktor. Pertama, perbedaan adaptasi antara bibit kentang yang ditanam oleh petani. Semua petani yang bermitra dengan PT. IFM menanam kentang Atlantik G5 sedangkan petani yang tidak bermitra menanam kentang Granola G5. Kentang Granola sudah lama dibudidayakan di Indonesia bahkan penangkaran bibitnya dilakukan di lokasi penelitian sehingga sudah lebih adaptif dengan kondisi lingkungan dan habitatnya sedangkan kentang Atlantik adalah bibit impor yang membutuhkan penyesuaian atau adaptasi yang relatif lebih lama dengan lingkungannya yang baru. Tanaman yang kurang adaptif biasanya lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Hal ini terbukti dari. dosis rata-rata insektisida dan fungisida yang digunakan oleh petani yang bermitra masing-masing lebih tinggi 12.71 persen dan 56.64 persen daripada dosis ratarata insektisida dan fungisida yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra (Tabel 10). Kedua, kerusakan bibit yang relatif tinggi. Persentase kerusakan dapat berkisar antara 5 sampai dengan 20 persen. Kurangnya bibit akan mengurangi populasi kentang di lahan sehingga akan menurunkan produksi. Hal ini terbukti dari produktivitas rata-rata kentang petani yang bermitra adalah 16.24 ton/ha dan produktivitas petani kentang yang tidak bermitra adalah 20.01 ton/ha dan perbedaan ini siginifikan secara statistik pada α = 0.01 (Tabel 9). Hasil penelitian ini berbeda dengan penemuan Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) yang menyatakan kemitraan antara petani di Republik Dominika dengan perusahaan pertanian dapat mengurangi inefisiensi teknis walaupun tidak signifikan; Saptana (2011) juga menemukan bahwa keanggotaan kemitraan usaha mengurangi inefisiensi petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
57
2009 walaupun tidak signifikan; dan Husyairi (2012) yang menunjukkan kemitraan antara petani tebu unit usaha Bungamayang dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Lampung berpengaruh mengurangi inefisiensi teknis walaupun tidak signifikan. Efisiensi alokatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif Tabel 14 menunjukkan efisiensi alokatif rata-rata petani responden sebesar 0.51 atau 51 persen dengan kisaran 0.29-0.79 atau 29 persen sampai 79 persen. Hal ini berarti jika rata-rata petani berkeinginan untuk mencapai efisiensi alokatif yang paling tinggi para petani mempunyai peluang menghemat biaya sebesar 1(0.51/0.79) atau 35 persen. Sebaran efisiensi alokatif seluruh petani sampel dapat dilihat dalam Lampiran 21. Lampiran 21 menunjukkan 98.75 persen atau 79 orang petani belum efisien secara alokatif dan hanya satu orang (1.25 persen) petani yang sudah efisien. Hasil penelitian Obare et al. (2010) menyatakan bahwa efisiensi alokatif petani kentang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya berkisar antara 0.40-0.86 dengan rata-rata 0.57 sehingga jika petani kentang beroperasi sampai tingkat efisiensi alokatif tertinggi, rata-rata petani responden akan dapat mengurangi biaya usahatani kentang sebesar [1-(0.57/86)100 persen] atau 34 persen. Efisiensi alokatif petani kentang dalam penelitian ini lebih rendah dari efisiensi alokatif petani kentang biasa di Nyandarua, Kenya yang ditemukan oleh Obare et al. (2010) sebesar 0.57; petani kentang di Kabupaten Solok Sumatera Barat yang ditemukan oleh Tanjung (2003) sebesar 0.60. Tetapi efisiensi alokatif petani kentang dalam penelitian ini lebih tinggi dari efisiensi alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat yang ditemukan oleh Nahraeni (2012) sebesar 0.47. Berdasarkan luas lahan, efisiensi alokatif petani kentang terendah sampai tertinggi dimulai dari strata I diikuti oleh strata II dan III. Efisiensi alokatif petani strata II sama dengan rata-rata efisiensi alokatif seluruh petani. Efisiensi alokatif petani strata I lebih rendah 1.96 persen atau 0.01 daripada efisiensi alokatif ratarata seluruh petani sampel. Tetapi efisiensi alokatif petani strata III lebih tinggi 3.92 persen atau 0.02 daripada efisiensi alokatif rata-rata seluruh petani sampel. Dengan kata lain, semakin luas lahan yang ditanami dengan tanaman kentang, semakin efisien petani secara alokatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang pernah ditemukan oleh Paudel dan Matsuoka (2009) yang menyatakan bahwa semakin luas lahan jagung di wilayah Chitwan, Nepal, semakin mengurangi inefisiensi biaya (inefisiensi alokatif) secara signifikan pada α = 0.05. Dengan kata lain, semakin luas lahan jagung di wilayah Chitwan, Nepal semakin efisien petani dalam pengalokasian biaya. Jika para petani mencapai efisiensi alokatif paling tinggi, rata-rata petani kentang strata I, II, dan III mempunyai peluang menghemat biaya masing-masing sebesar [1-(0.50/0.79) x 100] atau 37 persen; [1-(0.51/0.67) x 100] 24; dan [1-(0.53/0.64) x 100] 17 persen dari biaya total usahatani. Dengan kata lain, perhatian besar harus dilakukan terutama kepada para petani strata I agar petani dapat mengalokasikan biaya untuk membeli inputinput usahatani kentang dengan lebih efisien. Sebaran efisiensi alokatif petani kentang berdasarkan strata luas lahan terdapat dalam Lampiran 22. Berdasarkan kemitraan, efisiensi alokatif rata-rata petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM sebesar 0.55 atau 55 persen dengan kisaran 0.46 - 0.79 atau 46-79 persen. Ini berarti jika rata-rata petani yang bermitra berkeinginan
58
untuk mencapai efisiensi alokatif yang paling tinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya usahatani sebesar [1- (0.55/0.79)] atau 30 persen. Sedangkan efisiensi alokatif rata-rata petani kentang yang tidak bermitra sebesar 0.48 atau 48 persen dengan kisaran 0.29 - 0.67 atau 29-67 persen yang berarti jika rata-rata petani kentang yang bermitra berkeinginan untuk mencapai efisiensi alokatif yang paling tinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya sebesar [1- (0.48/0.67)] atau 28 persen. Efisiensi alokatif rata-rata petani yang bermitra lebih tinggi 7.84 persen atau 0.04 daripada efisiensi alokatif rata-rata seluruh petani sampel sedangkan efisiensi alokatif rata-rata petani yang tidak bermitra lebih rendah 5.88 persen atau 0.03 daripada efisiensi alokatif rata-rata seluruh petani sampel. Efisiensi alokatif rata-rata petani yang bermitra lebih tinggi 14.58 persen atau 0.07 daripada efisiensi alokatif rata-rata petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor-faktor penduga inefisiensi alokatif. Jika pengaruh faktor-faktor itu menurunkan inefisiensi alokatif, efisiensi alokatif meningkat, demikian juga sebaliknya. Sebaran efisiensi alokatif petani kentang berdasarkan kemitraan terdapat dalam Lampiran 23. Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk menduga inefisiensi alokatif adalah sama dengan faktor-faktor penduga inefisiensi teknis. Jika dalam perhitungan inefisiensi teknis, faktor-faktor penduga itu dianalsis dengan menggunakan software Frontier 4.1, dalam menganalisis faktor-faktor penduga inefisiensi alokatif dilakukan dengan meregresikan semua faktor penduga inefisiensi terhadap tingkat inefisiensi alokatif dengan software Minitab 14. Pengaruh faktor-faktor penduga inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan terdapat dalam Tabel 15. Ketiga variabel penduga inefisiensi alokatif dalam Tabel 15 semuanya memiliki tanda koefisien sesuai harapan yaitu negatif yang berarti variabelvariabel itu berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif. Dilihat dari besarnya koefisien, variabel dummy kemitraan dalam usahatani mempunyai koefisien terbesar dalam mengurangi inefisiensi alokatif diikuti oleh variabel dummy pelatihan budidaya kentang dan variabel lama menjadi anggota kelompok tani. Tabel 15 Faktor-kaktor penduga inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Penduga Inefisiensi Alokatif
Koefisien
Standar Error T Koefisien Konstanta (θ0) 0.55 0.01 40.84 Lama menjadi anggota kelompok tani (θ5) -0.00c 0.00 -1.67 Dummy kemitraan dalam usahatani (θ6) -0.06a 0.02 -3.50 Dummy pelatihan budidaya kentang (θ7) -0.05a 0.02 -2.80 Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2 Direkap dari Lampiran 24
P 0.00 0.10 0.00 0.01
Koefisien lama menjadi anggota kelompok tani adalah -0.00 dan signifikan pada α = 0.1. Ini berarti jika lama menjadi anggota kelompok tani meningkat sebesar satu persen, inefisiensi alokatif berkurang sebesar 0.00 persen dan demikian juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Obare et al. (2010) yang menyatakan bahwa keanggotaan petani dalam kelompok
59
tani dapat mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang di Nyandarua, wilayah Utara Kenya secara signifikan pada α = 0.01. Hasil penelitian ini berbeda dengan penemuan Nahraeni (2012) yang menyatakan bahwa keanggotaan petani dalam kelompok tani ternyata meningkatkan inefisiensi alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat walaupun tidak signifikan. Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan memiliki akses yang lebih baik kepada informasi seperti informasi teknologi, informasi pasar, dan program-program pemerintah sehingga melalui informasi teknologi dan informasi pasar yang diketahuinya dapat membantunya mengoptimalkan pengalokasian sumberdaya lebih efisien. Koefisien variabel dummy kemitraan dalam usahatani adalah -0.06 dan signifikan pada α = 0.01. Ini berarti kemitraan yang dilakukan oleh petani dengan PT. IFM mengurangi inefisiensi alokatif sebesar 0.06 persen dan hal sebaliknya terjadi pada petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM (membudidayakan kentang Granola). Variabel dummy kemitraan dalam usahatani berpengaruh nyata menurunkan inefisiensi alokatif petani kentang karena petani yang bermitra lebih mampu meminimisasi rasio biaya dari input untuk mencapai keuntungan maksimal karena harga jual telah diketahui lebih dahulu. Jika petani yang tidak bermitra berorientasi menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya dengan harapan harga jual kentang tetap tinggi atau semakin tinggi sehingga para petani mengalokasikan biaya yang lebih besar untuk membeli input, petani yang bermitra berorientasi mempertahankan keuntungan dengan mengkombinasikan input yang meminimumkan biaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) yang menyatakan bahwa kontrak dengan perusahaan pertanian yang dilakukan petani dengan skala usahatani kecil di Dajabon, Republik Dominika menurunkan inefisiensi alokatif secara signifikan pada α = 0.01. Glover (1984) menyatakan bahwa kemitraan agribisnis dapat sangat bernilai bagi usahatani skala kecil karena dapat memfasilitasi akses ke pasar dan meningkatkan pendapatan dan tenaga kerja para petani. Tambahan pula, kontrak produksi dengan perusahaan agribisnis memberi para petani suatu jaminan pasar bagi hasil tanaman yang dihasilkan dan juga beberapa bantuan teknis (Oberg 1985) dikutip dalam Bravo-Ureta-Pinheiro (1997). Selain itu, kontrak pertanian dapat meningkatkan efisiensi alokatif atau efisiensi harga dan juga efisiensi ekonomi dengan mengurangi risiko. Koefisien variabel dummy pelatihan usahatani kentang sebesar -0.05 dan signifikan pada α = 0.01. Ini berarti melalui pelatihan budidaya kentang dapat menurunkan inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan sebesar 0.05 dan hal sebaliknya terjadi pada petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan dimaskud. Hal ini terjadi karena petani yang pernah mendapat pelatihan budidaya kentang lebih tahu dan mampu mengalokasikan input-input yang meminimumkan biaya dalam usahatani kentang jika terjadi perubahan harga input daripada petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan budidaya tanaman kentang. Efisiensi ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi ekonomi Tabel 16 menunjukkan efisiensi ekonomi rata-rata petani responden sebesar 0.36 atau 36 persen dengan kisaran 0.15-0.58 atau 15 persen sampai 58 persen. Hal ini berarti jika rata-rata petani berkeinginan untuk mencapai efisiensi ekonomi yang paling tinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya sebesar 1(0.36/0.58) atau 38 persen. Sebaran efisiensi ekonomi seluruh petani sampel dapat
60
dilihat dalam Lampiran 21. Lampiran 21 menunjukkan semua petani kentang di Kecamatan Pangalengan belum efisien secara ekonomi karena efisiensi ekonomi semua petani berada di bawah 0.7. Hasil penelitian Adhiana (2005) dalam usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor menunjukkan efisiensi ekonomi petani responden berada pada kisaran 0.18 hingga 0.83 dengan rata-rata 0.55. Hal ini berarti, jika rata-rata petani responden berkeinginan untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomi yang paling tinggi, maka para petani harus menghemat biaya sebesar 1-(0.55/0.83) atau 34 persen, sedangkan petani yang tidak efisien harus menghemat biaya sebesar (1-0.18/0.83) atau 78 persen. Efisiensi ekonomi petani kentang dalam penelitian ini lebih rendah dari efisiensi ekonomi petani kentang di Provinsi Sumatera Barat yang ditemukan oleh Tanjung (2003) sebesar 0.44 dan efisiensi ekonomi petani kentang di Provinsi Jawa Barat yang ditemukan oleh Nahraeni (2012) sebesar 0.38. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi rata-rata petani kentang di Kecamatan Pangalengan adalah paling rendah dibandingkan dengan efisiensi ekonomi rata-rata petani kentang di Kabupaten Solok dan Provinsi Jawa Barat sehingga faktor-faktor penentu inefisiensi perlu mendapat perhatian. Berdasarkan luas lahan, efisiensi ekonomi rata-rata seluruh petani kentang terendah sampai tertinggi dimulai dari strata II diikuti oleh strata I dan III. Efisiensi ekonomi petani strata I dan II masing-masing lebih rendah 2.78 persen atau 0.01 dan 8.33 persen atau 0.03 daripada efisiensi ekonomi rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi efisiensi ekonomi rata-rata petani strata III lebih tinggi 13.89 persen atau 0.05 daripada efisiensi ekonomi rata-rata seluruh petani sampel. Jika para petani ingin mencapai efisiensi ekonomi paling tinggi, rata-rata petani kentang strata I, II, dan III mempunyai peluang menghemat biaya masing-masing sebesar [1-(0.35/0.55) x 100] atau 36 persen; [1-(0.33/0.57) x 100] 42; dan [1(0.41/0.58) x 100] 29 persen dari biaya tunai usahatani. Dengan kata lain, perhatian besar harus dilakukan terutama kepada petani strata II agar para petani dapat melakukan kombinasi pengalokasian input dan biaya dalam usahatani kentang agar lebih efisien secara ekonomi. Tidak ada hubungan antara luas lahan yang ditanami dengan kentang dengan efisiensi ekonomi. Sebaran efisiensi akonomi petani kentang berdasarkan strata luas lahan dapat dilihat dalam Lampiran 22. Hasil penelitian ini berbeda dengan apa yang pernah ditemukan oleh Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) yang menyatakan bahwa semakin luas lahan petani di Republik Dominika, semakin mengurangi inefisiensi ekonomi secara signifikan pada α = 0.01. Dengan kata lain, semakin luas lahan petani di Republik Dominika, semakin efisien petani secara ekonomi. Berdasarkan kemitraan, efisiensi ekonomi rata-rata petani kentang yang bermitra sebesar 0.34 atau 34 persen dengan kisaran 0.15 - 0.55 atau 15-55 persen yang berarti jika rata-rata petani kentang yang bermitra berkeinginan untuk mencapai efisiensi ekonomi yang paling tinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya sebesar [1- (0.34/0.55] atau 38 persen. Sedangkan efisiensi ekonomi rata-rata petani kentang yang tidak bermitra sebesar 0.37 atau 37 persen dengan kisaran 0.23 - 0.58 atau 23-58 persen yang berarti jika rata-rata petani kentang yang tidak bermitra berkeinginan untuk mencapai efisiensi ekonomi yang paling tinggi, para petani mempunyai peluang menghemat biaya sebesar [1(0.37/0.58)] atau 36 persen. Efisiensi ekonomi rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 5.56 persen atau 0.02 daripada efisiensi ekonomi rata-rata seluruh petani sampel sedangkan efisiensi ekonomi rata-rata petani yang tidak bermitra lebih
61
tinggi 2.78 persen atau 0.01 daripada efisiensi ekonomi rata-rata seluruh petani sampel. Efisiensi ekonomi petani yang bermitra lebih rendah 8.11 persen atau 0.03 daripada efisiensi ekonomi rata-rata petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 9). Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor-faktor penduga inefisiensi ekonomi. Jika pengaruh faktor-faktor itu menurunkan inefisiensi ekonomi, efisiensi ekonomi meningkat, demikian juga sebaliknya. Sebaran tingkat efisiensi ekonomi petani kentang berdasarkan kemitraan dapat dilihat dalam Lampiran 23. Tabel 16 Faktor-faktor penduga inefisiensi ekonomi petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 Penduga Inefisiensi Ekonomi
Koefisien
Standar Error T Koefisien Konstanta (α0) 0.67 0.02 38.26 Lama menjadi anggota kelompok tani (α5) -0.00d 0.00 -1.65 Dummy kemitraan dalam usahatani (α6) 0.05b 0.02 2.19 Dummy pelatihan budidaya kentang (α7) -0.06a 0.02 -2.60 Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2 Direkap dari Lampiran 25
P 0.00 0.10 0.03 0.01
Ketiga variabel penduga inefisiensi alokatif dalam Tabel 15 juga digunakan untuk menduga inefisiensi ekonomi petani kentang. Hasilnya menunjukkan dua variabel memiliki tanda koefisien yang sesuai harapan (negatif) yang berarti variabel-variabel itu berpengaruh mengurangi inefisiensi ekonomi. Satu variabel lainnya memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai harapan (positif) yang berarti variabel itu berpengaruh meningkatkan inefisiensi ekonomi. Ditinjau dari besarnya koefisien yang mengurangi inefisiensi ekonomi, variabel dummy pelatihan budidaya kentang lebih besar daripada variabel lama menjadi anggota kelompok tani dalam mengurangi inefisiensi ekonomi. Koefisien variabel lama menjadi anggota kelompok tani sebesar -0.00 dan signifikan pada α = 0.2. Ini berarti jika variabel lama menjadi anggota kelompok tani meningkat sebesar satu persen, inefisiensi ekonomi akan mengalami penurunan sebesar 0.00 persen, demikian juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang ditemukan oleh Nahraeni (2012) yang menyatakan keanggotaan petani kentang dalam kelompok tani di Provinsi Jawa Barat dapat mengurangi inefisiensi ekonomi walaupun tidak signifikan. Koefisien variabel dummy pelatihan budidaya kentang sebesar -0.06 dan signifikan pada α = 0.01. Ini berarti terjadi penurunan inefisiensi ekonomi sebesar 0.06 persen jika petani mengikuti pelatihan budidaya kentang dan hal sebaliknya terjadi jika petani tidak mengikuti pelatihan budidaya kentang. Koefisien variabel dummy kemitraan dalam usahatani dengan PT. IFM sebesar 0.05 dan signifikan pada α = 0.05. Ini berarti terjadi peningkatan inefisiensi ekonomi sebesar 0.05 persen jika petani kentang bermitra dengan PT. IFM dan hal sebaliknya terjadi jika petani tidak bermitra dengan PT. IFM. Koefisien dummy variabel kemitraan dalam usahatani memiliki tanda positif dan signifikan karena pengaruh inefisiensi teknis lebih kuat daripada inefisensi alokatif dalam menghasilkan efek gabungan atau inefisiensi ekonomi petani kentang. Hal ini berarti bahwa kemitraan antara petani kentang di Kecamatan Pangalengan dengan PT. IFM perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan dilakukan
62
terutama agar para petani lebih mampu mengalokasikan input-input dalam usahatani kentang lebih efisien.
Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian jumlah produksi kentang dengan harga kentang per satuan unit produksi. Jumlah produksi kentang dihitung dalam satuan kg dan penerimaan dihitung dalam satuan Rupiah. Tabel 17 menunjukkan penerimaan rata-rata petani dari usahatani kentang adalah Rp 99 628 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, penerimaan petani tertinggi berada pada strata I diikuti oleh petani strata III dan II. Penerimaan rata-rata petani strata I lebih tinggi 15.75 persen atau Rp15 693 000/ha daripada penerimaan rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi penerimaan petani pada strata II dan III masingmasing lebih rendah 4.42 persen atau Rp4 400 000/ha dan 0.95 persen atau Rp951 000/ha daripada penerimaan rata-rata seluruh petani sampel. Penerimaan rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 21 persen atau Rp20 830 000/ha daripada penerimaan rata-rata seluruh petani sampel sedangkan penerimaan ratarata petani yang tidak bermitra lebih tinggi 8.41 persen atau Rp 8 377 000/ha daripada penerimaan rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, penerimaan rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 27.04 persen atau Rp29 207 000/ha daripada penerimaan rata-rata petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29). Hal ini terjadi karena produktivitas petani kentang petani yang bermitra lebih rendah daripada produktiktivitas petani yang tidak bermitra (Tabel 10). Selain itu, rata-rata harga jual kentang petani yang bermitra lebih rendah daripada harga jual kentang petani yang tidak bermitra (Tabel 11). Produktivitas dan harga jual kentang yang kebih rendah akan menghasilkan penerimaan yang lebih rendah pula. Share penerimaan petani yang bermitra dari penjualan ke PT. IFM lebih tinggi daripada share penerimaan seluruh sampel petani yang diperoleh dari gabungan penjualan ke PT IFM dan pasar tetapi share penerimaan petani yang tidak bermitra yang dijual ke pasar lebih rendah daripada share penerimaan seluruh sampel petani yang diperoleh dari gabungan penjualan ke PT IFM dan pasar. Share penerimaan seluruh sampel petani yang diperoleh dari gabungan penjualan ke PT IFM dan pasar adalah 76 persen. Berdasarkan strata luas lahan, share penerimaan tertinggi seluruh petani yang diperoleh dari gabungan penjualan ke PT IFM dan pasar berada pada petani strata I, III, dan II. Ini menunjukkan bahwa petani strata I menghasilkan persentase penerimaan gabungan penjualan ke PT IFM dan pasar paling tinggi dari petani strata lainnya. Hal ini berbanding lurus dengan besarnya share produksi kentang yang dijual ke PT. IFM dan pasar (Tabel 10). Berdasarkan kemitraan, share penerimaan petani yang bermitra dari penjualan ke PT. IFM lebih tinggi daripada share penerimaan petani yang diperoleh dari penjualan ke pasar dan perbedaan ini signifikan (Lampiran 29). Ini menunjukkan hubungan linear antara share produksi yang dijual ke PT. IFM dengan share penerimaan dari kentang yang dijual ke PT. IFM (Tabel 10).
63
Tabel 17 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan petani kentang dalam ribuan Rupiah per hektar, dan share biaya input dalam persen Uraian Petani yang bermitra Penerimaan Share penerimaan dari PT. IFM (persen) Share penerimaan bukan dari PT IFM (persen) Lahan Bibit Pupuk kandang Pupuk kimia Tenaga kerja luar keluarga Insektisida Fungisida Biaya tunai R/C rasio (atas biaya tunai) Pendapatan tunai Sewa lahan diperhitungkan Tenaga kerja dalam keluarga Biaya penyusutan Biaya total R/C rasio (atas total) Pendapatan total Petani yang tidak bermitra Penerimaan Share penerimaan dari pasar (persen) Share penerimaan bukan dari pasar (persen) Lahan Bibit Pupuk kandang Pupuk kimia Tenaga kerja luar keluarga Insektisida Fungisida Biaya tunai R/C rasio (atas biaya tunai) Pendapatan tunai Sewa lahan diperhitungkan Tenaga kerja dalam keluarga Biaya penyusutan Biaya total R/C rasio (atas Biaya total) Pendapatan total Seluruh sampel Penerimaan Share penerimaan dari PT. IFM/pasar (persen) Share penerimaan bukan dari PT. IFM/pasar (persen) Lahan Bibit Pupuk kandang Biaya pupuk kimia Tenaga kerja luar keluarga Insektisida Fungisida Biaya tunai R/C rasio (atas biaya tunai) Pendapatan tunai Sewa lahan diperhitungkan Tenaga kerja dalam keluarga Penyusutan Biaya total R/C rasio (atas total) Pendapatan total Direkap dari Lampiran 26, 27, 28, 30, 31, 32
I 86 716 93
Strata II 64 379 91
Total III 82 305 92
78 798 92
7 753 24 273 6 105 3 396 9 748 3 940 7 890 56 103 1.55 30 613 742 5 331 739 62 916 1.38 23 801
9 2 155 22 371 5 976 3 492 9 805 2 177 7 369 53 344 1.21 11 035 417 1 122 376 55 258 1.17 9 121
8 1 439 197 43 5 463 2 385 10 696 2 477 8 920 51 123 1.61 31 182 154 603 230 52 111 1.58 30 194
8 1 500 21 060 5 683 2 800 10 340 2 634 8 397 52 415 1.50 26 383 307 1 458 343 54 524 1.45 24 274
145 400 70 30 3 400 26 368 8 807 4 672 18 247 7 989 10 584 80 067 1.82 65 334 324 3 266 722 84 378 1.72 61 022
122 357 68 32 1 871 25 278 9 800 4 170 14 268 4 072 8 116 67 574 1.81 54 783 662 2 591 287 71 114 1.72 51 243
103 502 73 27 2 925 20 968 6 977 3 316 13 978 3 242 5 646 57 053 1.81 46 449 241 522 130 57 945 1.79 45 557
108 005 72 28 2 841 21 749 7 388 3 488 14 263 3 612 6 203 59 544 1.81 48 461 291 906 182 60 922 1.77 47 083
115 321
95 228
98 677
99 628
79
75
76
76
21 2 043 25 294 7 422 4 018 13 891 5 913 9 203 67 784 1.70 47 537 538 4 325 731 73 377 1.57 41 944
25 2 004 23 918 8 011 3 853 12 180 3 185 7 767 60 916 1.56 34 312 547 1 903 328 63 695 1.50 31 533
24 2 587 20 689 6 633 3 104 13 231 3 068 6 391 55 703 1.77 42 974 221 541 153 56 617 1.74 42 060
24 2 456 21 552 6 899 3 291 13 138 3 332 6 833 57 499 1.73 42 129 295 1 065 228 59 087 1.69 40 541
Share biaya input
2.86 40.18 10.84 5.34 19.73 5.03 16.02
4.77 36.53 12.41 5.86 23.95 6.07 10.42
4.27 37.48 12.00 5.72 22.85 5.79 11.88
64
Dengan kata lain, share penerimaan petani yang bermitra dari pejualan ke PT. IFM lebih tinggi daripada share penerimaan petani yang tidak bermitra dari kentang yang dijual ke pedagang atau pasar karena persentase produksi yang dijual ke PT. IFM yang lebih tinggi daripada persentase produksi kentang yang dihasilkan petani yang tidak bermitra yang dijual ke pasar. Hal yang sama juga juga dapat menjelaskan perbedaan share penerimaan antara petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dalam hal share penerimaan kentang yang tidak dijual ke PT. IFM dan pasar. Biaya Usahatani Biaya rata-rata sumberdaya lahan petani kentang adalah Rp 2 456 000/ha/MT. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata sumberdaya lahan petani tertinggi berada pada strata III diikuti oleh petani strata I dan II. Biaya ratarata sumberdaya lahan petani strata III lebih tinggi 5.33 persen atau Rp131 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata sumberdaya lahan petani strata I dan II masing-masing lebih rendah 16.82 persen atau Rp413 000/ha/MT dan 18.40 persen atau Rp452 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel. Biaya rata-rata sumberdaya lahan petani yang bermitra lebih rendah 38.93 persen atau Rp956 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata sumberdaya lahan petani yang tidak bermitra lebih tinggi 15.68 persen atau Rp385 000/ha daripada biaya rata-rata sumberdaya lahan seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata sumberdaya lahan petani yang bermitra lebih rendah 47.20 persen atau Rp1 341 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sumberdaya lahan petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata bibit petani kentang adalah Rp21 552 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata bibit petani tertinggi berada pada strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya rata-rata bibit petani strata I dan II masingmasing lebih tinggi 17.36 persen atau Rp3 742 000/ha dan 10.98 persen atau Rp2 366 000/ha daripada biaya rata-rata bibit seluruh petani sampel. Tetapi biaya ratarata bibit petani strata III lebih rendah 4.00 persen atau Rp863 000/ha daripada biaya rata-rata bibit seluruh petani sampel. Biaya rata-rata bibit petani yang bermitra lebih rendah 2.28 persen atau Rp492 000/ha daripada biaya rata-rata bibit seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata bibit petani yang tidak bermitra lebih tinggi 0.91 persen atau Rp197 000/ha daripada rata-rata biaya bibit seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata bibit petani yang bermitra lebih rendah 3.17 persen atau Rp689 000/ha daripada biaya rata-rata bibit petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata pupuk kandang petani kentang adalah Rp6 899 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata pupuk kandang tertinggi berada pada petani strata II diikuti oleh petani strata I dan III. Biaya rata-rata pupuk kandang petani strata II dan I masing-masing lebih tinggi 16.12 persen atau Rp1 112 000/ha dan 7.58 persen atau Rp523 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kandang seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata pupuk kandang petani strata III lebih rendah 3.86 persen atau Rp266 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kandang seluruh petani sampel. Biaya rata-rata pupuk kandang petani yang
65
bermitra lebih rendah 17.63 persen atau Rp1 216 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kandang seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata pupuk kandang petani yang tidak bermitra lebih tinggi 7.09 persen atau Rp489 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kandang seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata pupuk kandang petani yang bermitra lebih rendah 23.08 persen atau Rp1 705 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kandang petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29). Hal ini terjadi karena jumlah pupuk kandang per ha yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih sedikit daripada jumlah pupuk kandang per ha yang digunakan oleh petani yang tidak bermitra (Tabel 10). Selain itu, harga rata-rata pupuk kandang yang dibeli oleh petani yang bermitra lebih rendah Rp1/kg daripada harga ratarata pupuk kandang yang dibeli oleh petani yang tidak bermitra (Tabel 11). Biaya rata-rata pupuk kimia petani kentang adalah Rp3 291 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata pupuk kimia tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya rata-rata pupuk kimia petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 22.09 persen atau Rp727 000/ha dan 17.08 persen atau Rp562 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata pupuk kimia petani strata III lebih rendah 5.68 persen atau Rp187 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel. Biaya rata-rata pupuk kimia petani yang bermitra lebih rendah 14.92 persen atau Rp491 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata pupuk kimia petani yang tidak bermitra lebih tinggi 5.99 persen atau Rp197 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kimia seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata pupuk kimia petani yang bermitra lebih rendah 19.72 persen atau Rp688 000/ha daripada biaya rata-rata pupuk kimia petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani dalam usahatani kentang adalah Rp13 138 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga tertinggi berada pada strata I diikuti oleh petani strata III dan II. Biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani strata I dan III masing-masing lebih tinggi 5.73 persen atau Rp753 000/ha dan 0.71 persen atau Rp93 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani pada strata II lebih rendah 7.29 persen atau Rp958 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani yang bermitra lebih rendah 21.30 persen atau Rp2 798 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani yang tidak bermitra lebih tinggi 8.56 persen atau Rp1 125 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga petani yang bermitra lebih rendah 27.50 persen atau Rp3 923 000/ha daripada biaya ratarata tenaga kerja luar keluarga petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29). Hal ini terjadi karena curahan tenaga kerja luar keluarga per ha yang digunakan oleh petani yang bermitra lebih kecil daripada curahan tenaga kerja luar keluarga per ha yang digunakan oleh petani yang tidak bernitra (Tabel 10) meskipun upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga
66
yang yang dibayar oleh petani yang bermitra lebih tinggi daripada upah rata-rata tenaga kerja luar keluarga yang dibayar oleh petani yang bermitra (Tabel 11). Biaya rata-rata insektisida petani kentang adalah Rp3 332 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata insektisida tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya rata-rata insektisida petani strata I lebih tinggi 77.46 persen atau Rp2 581 000/ha daripada biaya rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata insektisida petani strata II dan III masing-masing lebih rendah 4.41 persen atau Rp147 000/ha dan 7.92 persen atau Rp264 000/ha daripada biaya rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Biaya rata-rata insektisida petani yang bermitra lebih rendah 20.95 persen atau Rp698 000/ha daripada biaya rata-rata insektisida seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata insektisida petani yang tidak bermitra lebih tinggi 8.40 persen atau Rp280 000/ha daripada biaya rata-rata insektisida seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata insektisida petani yang bermitra lebih rendah 27.08 persen atau Rp978 000/ha daripada biaya rata-rata insektisida petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata fungisida petani dalam usahatani kentang adalah Rp6 833 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata fungisida tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya rata-rata fungisida petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 34.68 persen atau Rp2 370 000/ha dan 13.67 persen atau Rp934 000/ha daripada biaya rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata fungisida petani pada strata III lebih rendah 6.47 persen atau Rp442 000/ha daripada biaya rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Biaya rata-rata fungisida petani yang bermitra lebih tinggi 22.89 persen atau Rp1 564 000/ha daripada biaya rata-rata fungisida seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata fungisida petani yang tidak bermitra lebih rendah 9.22 persen atau Rp630 000/ha daripada biaya rata-rata fungisida seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata fungisida petani yang bermitra lebih tinggi 35.37 persen atau Rp2 194 000/ha daripada biaya rata-rata fungisida petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan dalam usahatani kentang adalah Rp295 000/ha/MT. Berdasarkan strata luas lahan, biaya rata-rata sewa lahan tertinggi jika diperhitungkan berada pada petani strata II diikuti oleh petani strata I dan III. Biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani strata II dan I masing-masing lebih tinggi 85.42 persen atau Rp252 000/ha/MT dan 82.37 persen atau Rp243 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan untuk seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani strata III lebih rendah 25.08 persen atau Rp74 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan untuk seluruh petani sampel. Biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani yang bermitra lebih tinggi 4.07 persen atau Rp12 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan untuk seluruh petani sampel sedangkan biaya ratarata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani yang tidak bermitra lebih rendah 1.36 persen atau Rp4 000/ha/MT daripada biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan pada seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya ratarata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani yang bermitra lebih tinggi 5.50
67
persen atau Rp16 000/ha daripada biaya rata-rata sewa lahan jika diperhitungkan pada petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga dalam usahatani kentang jika diperhitungkan adalah Rp1 065 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya ratarata tenaga kerja dalam keluarga tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 306.10 persen atau Rp3 260 000/ha dan 78.69 persen atau Rp838 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga seluruh petani sampel. Tetapi biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga petani strata III lebih rendah 49.20 persen atau Rp524 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga seluruh petani sampel. Biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga petani yang bermitra lebih tinggi 36.90 persen atau Rp393 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga seluruh petani sampel sedangkan biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga dari petani yang tidak bermitra lebih rendah 14.93 persen atau Rp159 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga petani yang bermitra adalah lebih tinggi 60.93 persen atau Rp552 000/ha daripada biaya rata-rata tenaga kerja dalam keluarga petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya penyusutan tidak dihitung sebagai biaya tunai usahatani karena biaya ini tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani dalam menjalankan usahatani kentangnya. Biaya penyusutan diperhitungkan dalam biaya total usahatani bersama-sama dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa lahan yang diperhitungkan jika lahan yang digunakan oleh petani adalah lahan milik. Biaya penyusutan adalah biaya yang diperhitungkan dalam dalam biaya total usahatani yang diperoleh dari penjumlahan biaya penyusutan alat, mesin, dan bangunan pertanian yang digunakan dalam suatu usahatani. Penghitungan biaya penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Asumsi yang digunakan untuk menetapkan nilai sisa dari alat dan mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp 0. Besar kecilnya biaya penyusutan yang diperoleh tidak tergantung dari ukuran usahatani tetapi tergantung dari jumlah dan jenis alat dan mesin pertanian yang digunakan, harga pembelian awal dari alat dan mesin itu dan jumlah rotasi tanaman pada lahan yang ditanami dengan kentang dalam setahun. Semakin banyak rotasi tanaman dalam setahun yang dilakukan petani semakin kecil biaya penyusutan yang diperhitungkan dalam usahatani. Biaya penyusutan mulanya dihitung per tahun tetapi agar lebih akurat dalam perhitungan biaya total usahatani, biaya penyusutan per tahun dibagi menurut jumlah rotasi/musim tanam dalam tahun tersebut. Dalam perhitungan biaya penyusutan, hanya mesin semprot dan selang yang dibeli sepaket dengan mesin itu yang umur ekonomisnya ditaksir selama 20 tahun sementara alat-alat lainnya ditaksir 10 tahun. Hal ini dilakukan melalui informasi yang diperoleh dari para petani dan penyuluh. Biaya penyusutan rata-rata petani dalam usahatani kentang adalah Rp228 000/ha/MT. Berdasarkan strata luas lahan, biaya penyusutan petani tertinggi berada pada strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya penyusutan rata-rata petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 220.61 persen atau Rp503 000/ha/MT dan 43.86 persen atau Rp100 000/ha/MT daripada biaya
68
penyusutan rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi biaya penyusutan rata-rata petani pada strata III lebih rendah 32.89 persen atau Rp75 000/ha/MT daripada biaya penyusutan rata-rata seluruh petani sampel. Biaya penyusutan rata-rata petani yang bermitra lebih tinggi 50.44 persen atau Rp115 000/ha/MT daripada biaya penyusutan rata-rata seluruh petani sampel sedangkan biaya penyusutan rata-rata petani yang tidak bermitra lebih rendah 20.18 persen atau Rp46 000/ha/MT daripada biaya penyusutan rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya penyusutan petani yang bermitra lebih tinggi 88.46 persen atau Rp161 000/ha/MT daripada biaya penyusutan rata-rata petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Biaya tunai adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya sedangkan biaya total usahatani adalah penjumlahan biaya tunai usahatani dengan biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani tetapi biaya-biaya itu dapat diperhitungkan dalam usahatani. Biaya-biaya yang diperhitungkan meliputi: biaya sewa lahan yang diperhitungkan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan alat, mesin dan bangunan pertanian yang digunakan dalam suatu usahatani. Biaya tunai rata-rata usahatani kentang adalah Rp 57 499 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya tunai rata-rata usahatani tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya tunai rata-rata petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 17.89 persen atau Rp10 285 000/ha dan 5.94 persen Rp3 417 000/ha daripada biaya tunai ratarata seluruh petani sampel. Tetapi biaya tunai rata-rata usahatani kentang pada strata III lebih rendah 3.12 persen atau Rp1 796 000/ha daripada biaya tunai ratarata seluruh petani sampel. Biaya tunai rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 8.84 persen atau Rp5 084 000/ha daripada biaya tunai rata-rata seluruh petani sampel sedangkan biaya tunai rata-rata petani yang tidak bermitra lebih tinggi 3.56 persen atau Rp2 045 000/ha daripada biaya tunai rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, biaya tunai rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 11.97 persen atau Rp7 129 000/ha daripada biaya tunai rata-rata petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29). Tabel 17 juga menujukkan urutan share biaya usahatani lima terbesar dalam usahatani kentang yang bermitra adalah bibit, tenaga kerja luar keluarga, fungisida, pupuk kandang dan pupuk kimia sedangkan dalam usahatani yang tidak bermitra adalah bibit, tenaga kerja luar keluarga, pupuk kandang, fungisida, dan insektisida. Biaya total rata-rata usahatani kentang adalah Rp 59 087 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, biaya total rata-rata usahatani tertinggi berada pada petani strata I diikuti oleh petani strata II dan III. Biaya total rata-rata petani strata I dan II masing-masing lebih tinggi 24.18 persen atau Rp14 290 000/ha dan 7.80 persen Rp4 608 000/ha daripada biaya total rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi biaya total rata-rata usahatani kentang petani strata III lebih rendah 4.18 persen atau Rp2 470 000/ha daripada biaya total rata-rata seluruh petani sampel. Biaya total rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 7.72 persen atau Rp4 563 000/ha daripada biaya total rata-rata seluruh petani sampel sedangkan biaya total ratarata petani yang tidak bermitra lebih tinggi 3.11 persen atau Rp1 835 000/ha daripada biaya total rata-rata petani. Berdasarkan kemitraan, biaya total rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 10.50 persen atau Rp6 398 000/ha daripada
69
biaya total rata-rata petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (Lampiran 29) R/C rasio rata-rata atas biaya tunai petani kentang adalah 1.73. Ini berarti setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1.73. R/C rasio atas biaya tunai dalam penelitian ini lebih rendah daripada R/C rasio atas biaya tunai dalam usahatani kentang yang ditemukan oleh Alexander (1999) di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara sebesar 2.00. Tetapi R/C rasio atas biaya tunai dalam penelitian ini lebih tinggi daripada R/C rasio atas biaya tunai dalam usahatani kentang yang ditemukan oleh Tarigan (1997) di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.59; Apriyanto (2005) di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat sebesar 1.30; dan Kasmawati dkk (2011) di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1.70. Berdasarkan strata luas lahan, R/C rasio rata-rata petani strata I dan II lebih rendah 1.73 persen atau 0.03 dan 9.83 persen atau 0.17 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya tunai seluruh petani sampel. Tetapi R/C rasio rata-rata atas biaya tunai petani strata III lebih tinggi 2.31 persen atau 0.04 daripada rata-rata R/C rasio atas biaya tunai seluruh petani sampel. R/C rasio rata-rata atas biaya tunai dari petani kentang yang bermitra lebih rendah 13.29 persen atau 0.23 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya tunai seluruh petani sampel. Sedangkan R/C rasio rata-rata atas biaya tunai dari petani kentang yang tidak bermitra lebih tinggi 4.62 persen atau 0.08 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya tunai seluruh petani sampel. Berdasarkan jenis kemitraan, R/C rasio rata-rata atas biaya tunai dari petani yang bermitra lebih rendah 17.13 persen atau 0.31 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya tunai petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29) R/C rasio rata-rata atas biaya total petani kentang adalah 1.69. Ini berarti setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1.69. R/C rasio atas biaya total dalam penelitian ini lebih kecil daripada R/C rasio atas biaya total dalam usahatani kentang yang ditemukan oleh Adriani (2004) di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat sebesar 2.22. Tetapi R/C rasio atas biaya total dalam penelitian ini lebih besar daripada R/C rasio atas biaya total dalam usahatani kentang yang ditemukan oleh Alexander (1999) di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.59; dan Apriyanto (2005) di Kabuaten Majalengka Provinsi Jawa Barat sebesar 1.07. Berdasarkan strata luas lahan, R/C rasio rata-rata atas biaya total petani strata I dan II lebih rendah 7.10 persen atau 0.12 dan 11.24 persen atau 0.19 daripada R/C rasio ratarata atas biaya total seluruh petani sampel. Tetapi R/C rasio rata-rata petani strata III lebih tinggi 2.96 persen atau 0.05 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya total petani kentang. R/C rasio rata-rata atas biaya total dari petani kentang yang bermitra lebih rendah 14.20 persen atau 0.24 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya total seluruh petani sampel. Sedangkan R/C rasio rata-rata atas biaya total dari petani kentang yang tidak bermitra lebih tinggi 4.73 persen atau 0.08 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya total seluruh petani sampel. Berdasarkan kemitraan, R/C rasio rata-rata atas biaya total dari petani yang bermitra lebih rendah 18.08 persen atau 0.32 daripada R/C rasio rata-rata atas biaya total petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29)
70
Pendapatan usahatani petani yang bermitra dan yang tidak bermitra Pendapatan tunai atau keuntungan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dari usahatani kentang dengan biaya tunainya sedangkan pendapatan total atau keuntungan total adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya totalnya. Pendapatan tunai rata-rata petani kentang adalah Rp 42.129 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, pendapatan tunai rata-rata petani strata I dan III lebih tinggi 12.84 persen atau Rp5 408 000/ha dan 2.01 persen atau Rp845 000/ha daripada pendapatan tunai rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi pendapatan tunai rata-rata petani strata II lebih rendah 18.55 persen atau Rp7 817 000/ha daripada pendapatan tunai rata-rata seluruh petani sampel. Pendapatan tunai ratarata petani yang bermitra lebih rendah 37.38 persen atau Rp15 746 000/ha daripada pendapatan tunai rata-rata seluruh petani sampel. Sedangkan pendapatan tunai rata-rata petani kentang yang tidak bermitra lebih tinggi 15.03 persen atau Rp6 332 000/ha daripada pendapatan tunai rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan jenis kemitraan, pendapatan tunai rata-rata petani kentang yang bermitra lebih rendah 45.56 persen atau Rp22 078 000/ha daripada pendapatan tunai rata-rata usahatani petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29). Hal ini terjadi karena produktivitas dan harga jual rata-rata kentang petani bermitra lebih rendah daripada produktivitas dan harga jual rata-rata kentang petani yang tidak bermitra (Tabel 10 dan 11). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh (Parwadi 2010) di Magelang, Jawa Tengah yang menyatakan bahwa keuntungan usahatani kentang varietas Atlantik (bibit unggul) adalah 63.5 juta rupiah/ha jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bibit lokal Granola yang merupakan bibit lokal sebesar 35 juta rupiah/ha. Pendapatan total rata-rata petani kentang adalah Rp40 541 000/ha. Berdasarkan strata luas lahan, pendapatan total rata-rata petani strata I dan III lebih tinggi 3.46 persen atau Rp1 403 000/ha dan 3.75 persen atau Rp1 519 000/ha daripada pendapatan total rata-rata seluruh petani sampel. Tetapi pendapatan total rata-rata petani strata II lebih rendah 22.22 persen atau Rp9 008 000/ha daripada pendapatan total rata-rata seluruh petani sampel. Pendapatan total rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 40.12 persen atau Rp16 267 000/ha daripada pendapatan total rata-rata seluruh petani sampel. Sedangkan pendapatan total rata-rata petani kentang yang tidak bermitra lebih tinggi 16.14 persen atau Rp6 542 000/ha daripada pendapatan total rata-rata seluruh petani sampel. Berdasarkan jenis kemitraan, pendapatan total rata-rata petani yang bermitra lebih rendah 48.44 persen atau Rp22 809 000/ha daripada pendapatan total rata-rata petani yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik (Lampiran 29).
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Rata-rata petani kentang di Kecamatan Pangalengan sudah efisien secara teknis tetapi belum efisien secara alokatif dan ekonomi dengan rata-rata
71
efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi masing-masing sebesar 0.71, 0.51, dan 0.36. Variabel dummy kemitraan dengan PT.IFM berpengaruh mengurangi inefisensi alokatif secara signifikan tetapi meningkatkan inefisiensi teknis dan inefisiensi ekonomi secara signifikan. Variabel lama menjadi anggota kelompok tani dan dummy pelatihan kentang berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi petani kentang secara signifikan. 2. Rata-rata efisiensi teknis dan ekonomi petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM lebih rendah daripada rata-rata efisiensi teknis dan ekonomi petani yang tidak bermitra, tetapi rata-rata efisiensi alokatif petani kentang yang bermitra lebih tinggi daripada rata-rata efisiensi alokatif petani yang tidak bermitra dan perbedaan-perbedaan ini adalah signifikan secara statistik. 3. Rata-rata pendapatan petani kentang yang bermitra lebih rendah daripada rata-rata pendapatan petani kentang yang tidak bermitra dan perbedaan ini signifikan secara statistik. Saran 1. Meskipun produktivitas, harga jual kentang dan efisiensi teknis, dan ekonomi petani yang bermitra lebih rendah daripada produktivitas, harga jual kentang, efisiensi teknis dan ekonomi petani yang tidak bermitra, selalu ada petani yang bermitra dengan PT. IFM dengan alasan karena keterbatasan modal untuk membeli bibit dan menghindari risiko harga kentang yang selalu berfluktuasi pada saat panen sehingga kemitraan ini perlu dipertahankan. Oleh karena itu PT. IFM perlu melakukan penangkaran bibit kentang Atlantik di wilayah setempat sebelum bibit diberikan kepada petani agar tanaman kentang Atlantik dapat lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan sehingga produktivitasnya meningkat. Jika PT. IFM belum berpengalaman dalam penangkaran bibit kentang, perlu ada kerjasama dengan Balai Benih Induk (BBI) kentang di Kecamatan Pangalengan. Selama ini BBI telah berpengalaman dan sukses menangkar benih kentang Granola, yang juga pada awalnya berasal dari Jerman, negara dengan empat musim dalam setahun. 2. Kerusakan bibit kentang yang diterima petani yang bermitra dapat mencapai 20 persen sehingga PT. IFM perlu memastikan mutu bibit yang diimpornya dari luar negeri agar tidak merugikan petani. PT. IFM juga perlu mengganti bibit kentang yang rusak yang dikembalikan oleh petani dalam waktu singkat sehingga petani dapat segera menanamnya di lahan. 3. Para petani yang belum menjadi anggota kelompok tani perlu masuk dalam kelompok tani agar memiliki akses yang lebih baik kepada informasi seperti informasi teknologi, informasi pasar, dan programprogram pemerintah sehingga melalui informasi teknologi dan informasi pasar yang tersedia dapat membantu para petani mengoptimalkan pengalokasian sumberdaya lebih efisien. 4. Frekuensi pelatihan pelatihan budidaya kentang perlu ditingkatkan agar petani lebih efisien dalam usahatani. Selama ini pelatihan budidaya kentang hanya melibatkan beberapa petani dan belum menjangkau semua
72
petani kentang. Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura perlu bekerja sama dengan BBI untuk memberikan pelatihan budidaya tanaman kentang yang dapat menjangkau lebih banyak petani kentang. 5. Selama ini memang telah tersedia fasilitas kredit yang ditawarkan kepada petani kentang di Kecamatan Pangalengan. Kredit itu hanya untuk memperoleh pupuk kimia dan pestisida dari toko penjual input pertanian. Belum ada fasilitas kredit yang dapat membantu petani untuk membeli bibit terutama bibit kentang Granola padahal share biaya bibit dapat mencapai lebih dari 40 persen dari biaya tunai usahatani. Pemerintah daerah Kabupaten Bandung dan lembaga perbankan yang berada di wilayah tersebut perlu menyediakan fasilitas kredit untuk bibit dengan bunga yang menarik dari perspektif petani dan memudahkan syarat-syarat bagi petani untuk mengakses kredit itu sehingga masalah kekurangan modal untuk membeli bibit kentang dapat teratasi. 6. Suatu penelitian lanjutan mengenai efisiensi keuntungan antara petani yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT. IFM perlu dilakukan untuk mengetahui perilaku petani dalam penggunaan input berdasarkan variasi harga input dan harga output.
DAFTAR PUSTAKA Abedullah, Kuda B, Bashir A. 2006. Technical Efficiency and Its Determinants in Potato Production, Evidence from Punjab, Pakistan. The Lahore Journal of Economics. 11(2): 1-22. Adhiana. 2005. Analisa Efisiensi Ekonomis Usahatani Lidah Buaya (Aloe vera) di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat: Pendekatan Stochastic Production Frontier [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Adiyoga W. 1986. Produktivitas dan Alokasi Input pada Usahatani Kentang di Jawa Barat. Buletin Penelitian Hortikultura. III (1). Lembang [ID]: Balai Penelitian Sayuran Departemen Pertanian. Adiyoga WR. Suherman, TA Soetiarno, B Jaya, BK Udiarto, R Rosliani, D Mussadad. 2004. Profil Komoditas Kentang. Lembang [ID]: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Adriani R. 2004. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kentang di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Alam A, Hajime K, Ichizen M, Akira I, Esham M, Faridullah. 2012. Technical Efficiency and Its Determinants in Potato Production: Evidence from Northern Areas in Gilgit-Baltistan Region of Pakistan. International Journal of Research in Management, Economic and Commerce (IJRMEC), 2 (3):1-17. Alexander. 1999. Analisis Pendapatan, Produksi dan Efisiensi Usahatani Kentang (Studi Kasus Desa Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Apriyanto RHR. 2005. Pengaruh Status dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum tuberosum, L) terhadap Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Desa
73
Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Asogwa BC, JC Ihemeje, JAC Ezihe. 2011. Technical and Allocative of Nigerian Rural Farmers: Implication for Poverty Reduction. Agrcultural Journal 6 (51): 243-251. Bakhsh K, Sarfraz H. 2005. Relationship between Technical Efficiency and Managerial Ability, Evidence from Punjab, Pakistan. Departement of Environmental and Resourc Economics. University of Agriculture Faisalabad. Pakistan. Bakhsh K, Bashir A, Sarfraz H. 2006. Food Security Through Incresing Technical Efficiency. Asian Journal of Plant Science, 5 (6): 970-976. Bifarin JO, T Alimi, OI Baruwa, OC Ajewole. 2010. Determinat of Technical, Allocative and Economic Efficiencies in the Plantain (Musa spp) Production Industry, Ondo State, Nigeria. Acta Hort. 879. Binam JN, J Tonye, N Wanji, G Nyambi, M Akoa. 2004. Factors Affecting the Technical Efficiency among Smallholder Farmers in the Slash and Burn Agriculture Zone of Cameroon. Journal Food Policy ELSEVIER, 29:431-545. Bogale T, Ayalneh B. 2005. Technical Efficiency of Resource Use in The Production of Irrigated Potato: A Study of Farmers Using Modern and Traditional Irrigation Scheme in Awi Zone, Ethiopia. Journal of Agriculture and Rural Development in the Tropics and Subtropics. 106 (1): 59-70. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010a. Indonesia dalam Angka. 2010. Jakarta [ID]: Badan Pusat Statistik. _______________________. 2010b. Jawa Barat dalam Angka. 2010. Bandung [ID]: Badan Pusat Statistik. _______________________. 2010c. Kabupaten Bandung dalam Angka. 2010. Soreang [ID]: Badan Pusat Statistik. _______________________. 2011. Kecamatan Pangalengan dalam Angka. 2010. Soreang [ID]: Badan Pusat Statistik. Bravo-Ureta BE, Antonio EP. 1997. Technical, Economic, and Allocative Efficiency in Peasant Farming: Evidence from The Dominican Republic. The Developing Economics, XXXV (1) :48-67. Coelli T, DSP Rao, GE Battese. 1998. An Introduction to Efficiency Productivity Analysis. Massachusetts [AS]: Kluwer Academic Publishers. Dalimunte R. 1989. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Kentang (Studi Kasus di Desa Alamendah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung) [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economic. New York [AS]: Macmillan Publishing Company. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2011. Data Sentra Produksi dan Komoditas Unggulan Sayuran Provinsi Jawa Barat. Bandung [ID]: diperta.jabarprov.go.id. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian. 2011. Basisdata Pertanian. Jakarta [ID]: www.deptan.go.id/. Doll JP, F Orazem. 1984. Production Economics (Theory and Applications). New York [AS]: John Wiley Sons. Eaton C, AW Shepherd. 2001. Contract Farming: Partnership for Growth. Agricultural Services Bulletin No. 145.
74
Food and Agriculture Organization. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2011a. Production. Rome [Italy]: faostat.fao.org. __________________________________. 2011b. Trade. Rome [Italy]: faostat.fao.org. Glover DJ. 1984. Contract Farming and Smallholder Outgrower Schemes in Lessdeveloped Countries. World Development 12 nos. 11 (12):1143-57. Harianto. 1989. Analisa Efisiensi Usahatani Tembakau Peserta Program Intensifikasi Tembakau Besuki Na-Oogst [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hernanto F. 1988. Ilmu Usahatani. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya. Hossain MA, MK Hasan, Q Naher. 2008. Assessment of Technical Efficiency of Potato Producers in Some Selected Areas of Bangladesh.. Journal of Agricultural Rural Development (JARD) 6 (12), 113-118.. Husyairi KA. 2012. Analisis Efisiensi Produksi Tebu Rakyat di Wilayah Kerja PTPN VII Unit Usaha Bungamayang Provinsi Lampung [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Iqbal M. 2008. Tinjauan Teoritis dan Implementasi Manajemen Pertanian Kontrak. Jurnal Ekonomi, III (01): 71-83. Kasmawati MA, Rahman M, Melati PY. 2011. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.http://118.97.33.150/jurnal/files/336d8dc45ca8291fdc60d4cc30871ef0. pdf. Lisna V. 2003. Technical Efficiency of Rice Farmers in West Java, Indonesia. An Analysis Using Stochastic Frontier Production Function [Tesis]. Chiba [Japan]: Chiba University. Machmur M. 2011. Konsumsi Beras Turun, Terigu dan Kentang Naik. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan. Bandung [ID]: www.diperta.jabarprov.go.id/index./pdf. Maganga AM. 2012. Technical Efficiency and Its Determinants in Irish Potato Production: Evidence from Dedza District, Central Malawi. American-Eurasian Journal Agricultural Environmental Science, 12 (2): 192-197. Nahraeni W. 2012. Efisiensi dan Nilai Keberlanjutan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Provinsi Jawa Barat [Disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Nyagaka DO, Gideon AO, John MO, Wilson N. 2010. Technical Efficiency in Resource Use: Evidence from Smallholder Irish Potato Farmers in Nyandarua North District, Kenya. African Journal of Agricultural Research (AJAR) Vol. 5(11) :1179-1186. Obare GA, Daniel ON, Wilson N, Samuel MM. 2010. Are Kenyan Smallholders Allocatively Efficient? Evidence from Smallholder Irish Potato Producers in Nyandarua North District. Journal of Development and Agricultural Economics (JDAE), 2 (3) : 076-085. Oberg K. 1985. Linking Small Farmer Organizations to Non-Traditional Agribusiness in The Dominican Republic. United States Agency for International Development. Washington, D.C. Ogundari K, SO Ojo. 2007a. An Examination of Technical, Economic, and Allocative Efficiency of Small Farms: The Case Study of Cassava Farmers in Osun State of Nigeria. Bulgarian Journal of Agricultural Science 13: 185-195.
75
___________________. 2007b. Economic Efficiency of Small Scale Food Crop Production in Nigeria: A Stochastic Frontier Approach. J,Soc Sci, 14 (2): 12330. Ogundari K. 2008. Resource-Productivity, Alloctive Efficiency and Determinants Technical Efficiency of Rainfield Rice Farmers: A Guide for Food Security Policy in Nigeria. Journal of Sustainable Development in Agriculture and Environment, 3 (2):20-33. Parwadi HS. 2010. Profit Budidaya Kentang Atlantik Rp 63.5 juta/ha. Semarang [ID]: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/06/03/56063/ Paudel P, A Matsuoka. 2009. Cost Efficiency Estimates for Maize Production in Nepal: A Case Study of The Chitwan District. Agric. Econ- Czech, 55 (3):139148. Saptana. 2011. Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Produktivitas Cabai Merah di Provinsi Jawa Tengah [Disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Shinta A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang [ID]: Universitas Brawijaya Press. Sinaga R. 2011. Analisis Perbedaan Akses Kredit dan Pengaruhnya terhadap Efisiensi Usahatani Sayuran: Kasus Tanaman Sayuran Tomat dan Kentang di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta [ID]: Universitas Indonesia Press. Sunarjono H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Jakarta [ID]: AgroMedia Pustaka. Suwandi. 1995. Strategi Pola Kemitraan dalam Menunjang Bidang Peternakan. Prosiding Simposium Nasional Kemitraan Usaha Ternak. Kerjasama Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISP) dengan Balai Penelitian Ternak. Ciawi [ID]: Balai Penelitian Ternak. Tanjung I. 2003. Efisiensi Teknis dan Ekonomis Petani Kentang di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat: Analisis Stochastic Frontier [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Tarigan JJ. 1997. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kentang (Studi Kasus di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara) [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Taylor TG, HE Drummond, Aloisio TG. 1986. Agricultural Credit Programs and Production Efficiency: An Analysis of Traditional Farming in Southestern Minas Gerais, Bazil. American Agricultural Economics Association, 110-119.
80
Lampiran 5 Produksi, faktor-faktor produksi dan faktor-faktor penduga inefisiensi petani kentang di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 No
Nama responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Fitri H. Akbar Cucuk Kirman Asep Wardani Aran Kartiwa Haji Karman Ano Undang Iha Cahriman Engkos Andi Alit Wahyu Dikdik Mustofa Dede Sunaryat Mamad Koko Ujang Suherman Ade Rubini Cecep Hudrayana Aris Ayin Kurnia Juju Tisno Yayat Asep Tatang Budi Pulosari Undang K. Sanding Tasman Ayi Suwarso Aban Yayan Ade Yadi Yatiman Asep Wawan Ade Yayan Ajang Karmana Dindin Devi Endang Ujang Maman Atam Jujun Juansah Wawan Anas Suryana Karim E. Mudrosid Deni Zamhurd Asum Agus Rahmat
Produksi (kg)
Luas lahan (ha)
Jumlah bibit (kg)
Y
X1
X2
43 000 4 300 5 000 6 700 23 000 2 900 3 040 5 000 2 200 6 300 4 400 1 400 5 100 66 000 4 600 3 100 4 200 2 625 4 547 2 450 4 800 2 000 15 000 1 420 13 000 8 400 1 340 2 300 2 700 3 000 3 400 1 200 7 400 14 000 21 000 3 500 19 000 4 000 6 900 4 000 7 500 27 000 11 960 3 700 9 000 3 300 7 000 6 700 2 500
2 0.28 0.5 0.28 1.28 0.168 0.21 0.4 0.16 0.21 0.14 0.077 0.28 4 0.32 0.24 0.48 0.14 0.42 0.112 0.64 0.28 1 0.14 0.8 0.48 0.064 0.16 0.24 0.16 0.168 0.08 0.28 0.64 1 0.14 1 0.16 0.21 0.21 0.42 1.12 0.72 0.21 0.28 0.14 0.35 0.224 0.14
3 000 550 850 500 2000 350 375 600 200 600 350 125 450 6000 600 400 700 250 600 250 1000 500 2000 350 1 000 1 200 100 300 300 300 350 100 600 1 000 1 800 300 1 500 250 400 500 1 000 2 000 600 300 500 250 700 500 200
Pupuk kandang (kg) X3 36 000 5 000 5 000 5 000 28 000 3 000 5 000 5 500 2 000 6 000 4 000 1 800 6 000 36 000 4 550 5 250 9 000 5 250 3 500 1 050 10 000 4 500 18 000 2 000 18 000 7 500 750 3 000 5 250 2 000 2 400 1 500 5 000 7 500 16 000 3 000 15 000 2 100 12 500 3 000 7 500 28 000 13 200 3 000 7 000 2 000 12 000 7 000 2 000
Pupuk kimia (kg) X4 2 200.00 370.00 600.00 400.00 1 507.69 250.00 250.00 500.00 222.40 450.00 200.00 100.00 411.69 3 750.00 361.48 352.00 550.00 212.93 997.05 150.00 439.77 204.00 788.85 117.60 959.52 957.52 100.00 171.49 205.00 101.00 251.50 100.00 308.00 400.00 1 700.00 200.00 900.00 200.00 400.00 375.00 798.30 1 050.00 600.00 303.00 543.08 321.72 677.95 304.50 200.00
Naker luar (HKSP) X5 685.71 71.4 142.11 134.14 453.6 157.03 45.26 228.6 44.14 178.89 11.66 27.94 116.23 1749.43 73.8 128.7 318 50.57 204 57.34 144.26 92.14 610.05 57.51 300.43 210.17 59.08 100.,8 30 8.91 125.31 7.54 250.63 291.86 354.77 123.23 637.8 111.94 139.97 197.66 337.03 862.29 901.24 189 406.71 51.06 221.4 279.77 147.77
Insektisida (l)
Fungisida (kg)
Lama menjadi anggota kelompok tani (tahun)
Dummy kemitraan (1/0)
X6
X7
Z1
D1
109 2.55 7.5 6.1 22 3.75 3.3 5.9 1.6 8.25 4.25 3.25 2.25 40 3.7 3.5 5 1.5 5.25 2.7 2.7 1.75 22.5 1.35 6.75 1 0.1 1 2.5 1 1.3 0.35 4.7 2.9 11.4 3.25 16.8 8.5 7.75 8.8 9.4 5.18 7 3,35 7,2 5.25 7.25 5.7 21
122 2 35 18.58 250 14 13.5 30 6.5 21.8 10 5 18.4 402.24 16.8 9 30.3 5.2 32.4 10.4 20.24 15 40 7.2 80 20 3.5 6 6.5 7.5 7.9 7.12 36.1 28 27.8 5.1 35.4 17 20 20 46.2 50.3 1.5 5 39 5.24 30.5 9.48 5.5
10 6 6 5 9 6 4 5 6 11 5 5 4 20 3 5 5 7 4 3 10 13 2 14 4 2 15 4 5 5 3 2 0 0 8 6 10 0 2 0 0 11 0 0 0 0 5 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dummy pelatihan usahatani kentang (Y=1; N=0) D2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
81
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 s
Dase Dede Askara Pak Ayar Pak Abang Asep S.Hidayat Ade Junaedi Asep Supendi Udung Suarja Ayep Asep Wakin Nurdin Alit Saman Agus Sukalila Herman Iman Nanang Dadi Ibad Pendi Haji Adis Haji Ajang Acet Iing Nandang Ana Rustiwan Andang Lili Adis Opik Abdul Agus Haji Adang
6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000
0.42 0.14 0.28 1 0.28 0.48 0.042 1.4 0.42 1 0.16 0.112 1 0.32 0.42 1 0.56 0.16 0.14 0.16 0.98 0.7 0.7 0.28 0.96 2 0.64 1 1 0.56 14
600 300 500 2 000 600 800 150 3 000 600 2 000 400 170 1 700 600 700 1 800 800 300 200 200 3 000 1 000 1 300 400 1 500 3 500 1 100 2 500 2 300 1 000 21 000
12 000 2 500 3 320 20 000 8 500 7 950 4 000 20 000 10 000 15 000 3 000 2 000 23 000 8 000 18 200 22 500 15 600 5 550 3 500 4 000 42 000 32 000 8 000 6 000 21 600 36 000 13 800 32 000 32 000 10 000 210 000
450.00 100.00 500.00 2 071.10 1 175.44 547.77 150.00 1 500.00 483.81 1 349.02 300.00 129.00 1505.00 535.32 362.19 1 300.00 881.63 130.27 381.03 204.00 1045.28 276.00 1507.50 50.00 1 700.00 3 118.50 880.87 520.00 1 405.00 591.60 16 800.00
247,63 66.51 325.46 550.29 174.34 140.49 42.69 525.6 358.33 578.57 387.26 213.83 537.4 296.06 198.09 760.8 333.09 153.17 133.57 107.66 1604.6 288.26 419 102 451.71 1767.86 421.97 572.83 505.71 393.26 4890
15.5 4.2 12.8 20 5.2 7.7 3.5 11 6.7 18.9 5.15 1.5 7.35 5.2 9.1 4.6 8.4 6.8 8 8 8.5 8 12 0.425 25.85 30 17.25 12 4.8 11 210
36 7 33 46 14 21.1 5 120 12 31.25 35.6 8 60 11 21.38 51.4 20.15 17.8 37.5 37.5 36 20 32 12.36 20 40 17 30 35 30.4 742
0 7 0 0 2 6 0 20 0 5 0 8 8 8 0 10 0 2 0 0 0 15 10 0 0 0 0 10 10 0 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
81
Lampiran 5 Lanjutan No
Nama responden
50 Dase 51 Dede Askara 52 Pak Ayar 53 Pak Abang 54 Asep S.Hidayat 55 Ade Junaedi 56 Asep Supendi 57 Udung Suarja 58 Ayep 59 Asep Wakin 60 Nurdin 61 Alit Saman 62 Agus Sukalila 63 Herman 64 Iman 65 Nanang 66 Dadi 67 Ibad 68 Pendi 69 Haji Adis 70 Haji Ajang 71 Acet Iing 72 Nandang 73 Ana Rustiwan 74 Andang 75 Lili 76 Adis 77 Opik 78 Abdul 79 Agus 80 Haji Adang Jumlah Rata-rata
Produksi (kg)
Luas lahan kentang (ha)
Jumlah bibit (kg)
Y
X1
X2
6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000 1 050 122 18 932
0.42 0.14 0.28 1 0.28 0.48 0.042 1.4 0.42 1 0.16 0.112 1 0.32 0.42 1 0.56 0.16 0.14 0.16 0.98 0.7 0.7 0.28 0.96 2 0.64 1 1 0.56 14 55.47 0.69
600 300 500 2 000 600 800 150 3 000 600 2 000 400 170 1 700 600 700 1 800 800 300 200 200 3 000 1 000 1 300 400 1 500 3 500 1 100 2 500 2 300 1 000 21 000 94 670.00 1707.78
Pupuk kandang (kg) X3 12 000 2 500 3 320 20 000 8 500 7 950 4 000 20 000 10 000 15 000 3 000 2 000 23 000 8 000 18 200 22 500 15 600 5 550 3 500 4 000 42 000 32 000 8 000 6 000 21 600 36 000 13 800 32 000 32 000 10 000 210 000 1 049 620. 00 18923.32
Pupuk kimia (kg) X4 450.00 100.00 500.00 2 071.10 1 175.44 547.77 150.00 1 500.00 483.81 1 349.02 300.00 129.00 1505.00 535.32 362.19 1 300.00 881.63 130.27 381.03 204.00 1045.28 276.00 1507.50 50.00 1 700.00 3 118.50 880.87 520.00 1 405.00 591.60 16 800.00 69 643.36 1252.34
Naker Luar (HKSP) X5 247,63 66.51 325.46 550.29 174.34 140.49 42.69 525.6 358.33 578.57 387.26 213.83 537.4 296.06 198.09 760.8 333.09 153.17 133.57 107.66 1604.6 288.26 419 102 451.71 1767.86 421.97 572.83 505.71 393.26 4890 29 676.92 535.04
Insektisida (l)
Fungisida (kg)
Lama menjadi anggota kelompok tani (tahun)
Dummy kemitraan (1/0)
X6
X7
Z1
D1
15.5 4.2 12.8 20 5.2 7.7 3.5 11 6.7 18.9 5.15 1.5 7.35 5.2 9.1 4.6 8.4 6.8 8 8 8.5 8 12 0.425 25.85 30 17.25 12 4.8 11 210 909.61 16.40
36 7 33 46 14 21.1 5 120 12 31.25 35.6 8 60 11 21.38 51.4 20.15 17.8 37.5 37.5 36 20 32 12.36 20 40 17 30 35 30.4 742 3 296.64 59.43
0 7 0 0 2 6 0 20 0 5 0 8 8 8 0 10 0 2 0 0 0 15 10 0 0 0 0 10 10 0 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dummy pelatihan usahatani kentang (Y=1; N=0) D2 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1
82
Lampiran 6 Output dan input petani kentang yang bermitra dengan PT. IFM Strata I
II
III
No
Nama responden 27 Undang K.S 12 Wahyu 32 Ade Yadi 20 Aris 11 Alit 18 Ade Rubini 24 Yayat 9 Engkos 28 Tasman 30 Aban 6 Ano 31 Yayan 7 Undang Iha 10 Andi 16 Koko 29 Ayi Suwarso Subtotal Rata-rata 2 Cucuk K 4 Aran Kartiwa 13 Dikdik M. 22 Juju 15 Mamad 8 Cahriman 19 Cecep H. 17 Ujang S. 26 Budi Pulosari 3 Asep Wardani Subtotal Rata-rata 21 Ayin Kurnia 25 Asep Tatang 23 Tisno 5 Haji Karman 1 Fitri H. Akbar 14 Dede Sunaryat Subtotal Rata-rata
Total Rata-rata
Produksi (kg) 1 340 1 400 1 200 2 450 4 400 2 625 1 420 2 200 2 300 3 000 2 900 3 400 3 040 6 300 3 100 2 700 43 775 17 729.85 4 300 6 700 5 100 2 000 4 600 5 000 4 547 4 200 8 400 5 000 49 847 13 399.73 4 800 13 000 15 000 23 000 43 000 66 000 164 800 16 954.73 258 422 16 243.76
Lahan lentang (ha) 0.064 0.077 0.08 0.112 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.168 0.168 0.21 0.21 0.24 0.24 2.47 0.15 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.4 0.42 0.48 0.48 0.5 3.72 0.37 0.64 0.8 1 1.28 2 4 9.72 1.62 15.909 0.50
Bibit (kg) 100 125 100 250 350 250 350 200 300 300 350 350 375 600 400 300 4 700 1 903.60 550 500 450 500 600 600 600 700 1 200 850 6 550.00 1 760.75 1 000 1 000 2 000 2 000 3 000 6 000 15 000 1 543.21 26 250 1 650.01
Pupuk kandang (kg) 750 1 800 1 500 1 050 4 000 5 250 2 000 2 000 3 000 2 000 3 000 2 400 5 000 6 000 5 250 5 250 50 250 20 352.37 5 000 5 000 6 000 4 500 4 550 5 500 3 500 9 000 7 500 5 000 55 550 14 932.80 10 000 18 000 18 000 28 000 36 000 36 000 146 000 15 020.58 251 800 15 827.52
Pupuk kimia (kg) 100.00 100.00 100.00 150.00 200.00 212.93 117.60 222.40 171.49 101.00 250.00 251.50 250.00 450.00 352.00 205.00 3 233.92 1 309.81 370.00 400.00 411.69 204.00 361.48 500.00 997.05 550.00 957.52 600.00 5 351.75 1 438.64 439.77 959.52 788.85 1 507.69 2 200.00 3 750.00 9 645.84 992.37 18 231.51 1 145.99
Naker luar (HKSP) 59.08 27.94 7.54 57.34 11.66 50.57 57.51 44.14 100.8 8.91 157.03 125.31 45.26 178.89 128.7 30 1 090.68 441.75 71.4 134.14 116.23 92.14 73.8 228.6 204 318 210.17 142.11 1 590.59 427.58 144.26 300.43 610.05 453.6 685.71 1 749.43 3 943.48 405.71 6 624.75 416.42
Insektisida (l) 0.1 3.25 0.35 2.7 4.25 1.5 1.35 1.6 1 1 3.75 1.3 3.3 8.25 3.5 2.5 39.70 16.08 2.55 6.1 2.25 1.75 3.7 5.9 5.25 5 1 7.5 41.00 11.02 2.7 6.75 22.5 22 109 40 202.95 20.88 283.65 17.83
Fungisida (kg) 3.5 5 7.12 10.4 10 5.2 7.2 6.5 6 7.5 14 7.9 13.5 21.8 9 6.5 141.12 57.16 2 18.58 18.4 15 16.8 30 32.4 30.3 20 35 218.48 58.73 20.24 80 40 250 122 402.24 914.48 94.08 1 274.08 80.09
83
Lampiran 7 Output dan input petani kentang yang tidak bermitra dengan PT. IFM Strata I
II
III
No Nama responden 56 Asep Supendi 61 Alit Saman 36 Ajang Karmana 46 E. Mudrosid 49 Agus Rahmat 51 Dede Askara 68 Pendi 38 Devi 60 Nurdin 67 Ibad 69 Haji Adis 39 Endang 40 Ujang Maman 44 Anas Suryana 48 Asum Subtotal Rata-rata 33 Yatiman 45 Karim 52 Pak Ayar 54 Asep S.Hidayat 73 Ana Rustiwan 63 Herman 47 Deni Zamhurd 41 Atam 50 Dase 58 Ayep 64 Iman 55 Ade Junaedi Subtotal Rata-rata 66 Dadi 79 Agus 34 Asep Wawan 76 Adis 71 Acet Iing 72 Nandang 43 Wawan 74 Andang 70 Haji Ajang 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang
Produksi (kg) 1 300 2 600 3 500 3 300 2 500 2 500 4 000 4 000 4 000 3 200 2 500 6 900 4 000 3 700 6 700 54 700 23 296.42 7 400 9 000 5 000 8 000 4 000 8 000 7 000 7 500 6 000 5 000 9 000 9 240 85 140 20 127.66 10 000 12 000 14 000 16 000 10 500 17 500 11 960 21 500 32 000 21 000 19 000 15 000
Lahan (ha) 0.042 0.112 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.21 0.21 0.21 0.224 2.35 0.16 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.35 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 4.23 0.35 0.56 0.56 0.64 0.64 0.7 0.7 0.72 0.96 0.98 1 1 1
Jumlah bibit (kg) 150 170 300 250 200 300 200 250 400 300 200 400 500 300 500 4420 1 882.45 600 500 500 600 400 600 700 1 000 600 600 700 800 7 600 1 796.69 800 1 000 1 000 1 100 1 000 1 300 600 1 500 3 000 1 800 1 500 2 000
Pupuk kandang (kg) 4 000 2 000 3 000 2 000 2 000 2 500 3 500 2 100 3 000 5 550 4 000 12 500 3 000 3 000 7 000 59 150 25 191.65 5 000 7 000 3 320 8 500 6 000 8 000 12 000 7 500 12 000 10 000 18 200 7 950 105 470 24 933.81 15 600 10 000 7 500 13 800 32 000 8 000 13 200 21 600 42 000 16 000 15 000 20 000
Pupuk kimia (kg) 150.00 129.00 200.00 321.72 200.00 100.00 381.03 200.00 300.00 130.27 204.00 400.00 375.00 303.00 304.50 3 698.52 1 575.18 308.00 543.08 500.00 1 175.44 50.00 535.32 677.95 798.30 450.00 483.81 362.19 547.77 6 431.85 1 520.53 881.63 591.60 400.00 880.87 276.00 1 507.50 600.00 1 700.00 1 045.28 1 700.00 900.00 2 071.10
Naker luar (HKSP) 42.69 213.83 123.23 51.06 147.77 66.51 133.57 111.94 387.26 153.17 107.66 139.97 197.66 189 279.77 2 345.09 998.76 250.63 406.71 325.46 174.34 102 296.06 221.4 337.03 247.63 358.33 198.09 140.49 3 058.17 722.97 333.09 393.26 291.86 421.97 288.26 419 901.24 451.71 1604.6 354.77 637.8 550.29
Insektisida (l) 3.5 1.5 3.25 5.25 2.1 4.2 8 8.5 5.15 6.8 8 7.75 8.8 3.35 5.7 81.85 34.86 4.7 7.2 12.8 5.2 0.425 5.2 7.25 9.4 15.5 6.7 9.1 7.7 91.18 21.55 8.4 11 2.9 17.25 8 12 7 25.85 8.5 11.4 16.8 20
Fungisida (kg) 5 8 5.1 5.24 5.5 7 37.5 17 35.6 17.8 37.5 20 20 5 9.48 235.72 100.39 36.1 39 33 14 12.36 11 30.5 46.2 36 12 21.38 21.1 312.64 73.91 20.15 30.4 28 17 20 32 1.5 20 36 27.8 35.4 46
84
59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 57 Udung Suarja 75 Lili 80 Haji Adang Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
18 000 18 000 17 400 24 000 21 000 27 000 30 000 30 000 266 000 651 860 19 765.31 791 700 20 013.65
1 1 1 1 1 1.12 1.4 2 14 32.98 1.57 39.56 0.82
2 000 1 700 1 800 2 500 2 300 2 000 3 000 3 500 21 000 56 400.00 1 710.13 68420 1 729.61
15 000 23 000 22 500 32 000 32 000 28 000 20 000 36 000 210 000 633 200 19 199.51 797 820 20 168.36
1 349.02 1 505.00 1 300.00 520.00 1 405.00 1 050.00 1 500.00 3 118.50 16 800.00 41 101.49 1 246.25 51 231.85 1 295.11
578.57 537.4 760.8 572.83 505.71 862.29 525.6 1 767.86 4890 17 648.91 535.14 23 052.17 582.74
18.9 7.35 4.6 12 4.8 5.18 11 30 210 452.93 13.73 625.96 15.82
31.25 60 51.4 30 35 50.3 120 40 742 1474.20 44.70 2 022.56 51.13
84
Lampiran 7 Lanjutan Strata III
No
Nama responden 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 57 Udung Suarja 75 Lili 80 Haji Adang Subtotal Rata-rata
Total Rata-rata
Produksi (kg) 18 000 18 000 17 400 24 000 21 000 27 000 30 000 30 000 266 000 651 860 19 765.31 791 700 20 013.65
Lahan (ha) 1 1 1 1 1 1.12 1.4 2 14 32.98 1.57 39.56 0.82
Jumlah bibit (kg) 2 000 1 700 1 800 2 500 2 300 2 000 3 000 3 500 21 000 56 400.00 1 710.13 68420 1 729.61
Pupuk kandang (kg) 15 000 23 000 22 500 32 000 32 000 28 000 20 000 36 000 210 000 633 200 19 199.51 797 820 20 168.36
Pupuk kimia (kg) 1 349.02 1 505.00 1 300.00 520.00 1 405.00 1 050.00 1 500.00 3 118.50 16 800.00 41 101.49 1 246.25 51 231.85 1 295.11
Naker luar (HKSP) 578.57 537.4 760.8 572.83 505.71 862.29 525.6 1 767.86 4890 17 648.91 535.14 23 052.17 582.74
Insektisida (l) 18.9 7.35 4.6 12 4.8 5.18 11 30 210 452.93 13.73 625.96 15.82
Fungisida (kg) 31.25 60 51.4 30 35 50.3 120 40 742 1474.20 44.70 2 022.56 51.13
85
Lampiran 8 Output dan input seluruh petani kentang Strata I
No
Nama responden
56 27 12 32 20 61 11 18 24 36 46 49 51 68 9 28 30 38 60 67 69 6 31 7 10 39 40 44 48 16 29 Subtotal Rata-rata
Asep Supendi Undang Kiara Sanding Wahyu Ade Yadi Aris Alit Saman Alit Ade Rubini Yayat Ajang Karmana E. Mudrosid Agus Rahmat Dede Askara Pendi Engkos Tasman Aban Devi Nurdin Ibad Haji Adis Ano Yayan Undang Iha Andi Endang Ujang Maman Anas Suryana Asum Koko Ayi Suwarso
Produksi (kg)
Lahan (ha)
Bibit (kg)
1 300 1 340 1 400 1 200 2 450 2 600 4 400 2 625 1 420 3 500 3 300 2 500 2 500 4 000 2 200 2 300 3 000 4 000 4 000 3 200 2 500 2 900 3 400 3 040 6 300 6 900 4 000 3 700 6 700 3 100 2 700 98 475 20 443.22
0.042 0.064 0.077 0.08 0.112 0.112 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.168 0.168 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.224 0.24 0.24 4.817 0.16
150 100 125 100 250 170 350 250 350 300 250 200 300 200 200 300 300 250 400 300 200 350 350 375 600 400 500 300 500 400 300 9120 1 893.29
Pupuk kandang (kg) 4 000 750 1 800 1 500 1 050 2 000 4 000 5 250 2 000 3 000 2000 2 000 2 500 3 500 2 000 3 000 2 000 2 100 3 000 5 550 4 000 3 000 2 400 5 000 6 000 12 500 3 000 3 000 7 000 5250 5 250 109 400 22 711.23
Pupuk kimia (kg) 150.00 100.00 100.00 100.00 150.00 129.00 200.00 212.93 117.60 200.00 321.72 200.00 100.00 381.03 222.40 171.49 101.00 200.00 300.00 130.27 204.00 250.00 251.50 250.00 450.00 400.00 375.00 303.00 304.50 352.00 205.00 6 932.434 1 439.16
Naker Luar (HKSP) 42.69 59.08 27.94 7.54 57.34 213.83 11.66 50.57 57.51 123.23 51.06 147.77 66.51 133.57 44.14 100.8 8.91 111.94 387.26 153.17 107.66 157.03 125.31 45.26 178.89 139.97 197.66 189 279.77 128.7 30 3 435.77 713.26
Insektisida (l) 3.5 0.1 3.25 0.35 2.7 1.5 4.25 1.5 1.35 3.25 5.25 2.1 4.2 8 1.6 1 1 8.5 5.15 6.8 8 3.75 1.3 3.3 8.25 7.75 8.8 3.35 5.7 3.5 2.5 121.55 25.23
Fungisida (kg) 5 3.5 5 7.12 10.4 8 10 5.2 7.2 5.1 5.24 5.5 7 37.5 6.5 6 7.5 17 35.6 17.8 37.5 14 7.9 13.5 21.8 20 20 5 9.48 9 6.5 376.84 78.23
86
Lampiran 8 Lanjutan Strata II
No
Nama responden
Produksi (kg)
Lahan (ha)
Bibit (kg)
2 4 13 22 33 45 52 54 73 15 63 47 8 19 41 50 58 64 17 26 55 3 Subtotal Rata-rata
Cucuk Kirman Aran Kartiwa Dikdik Mustofa Juju Yatiman Karim Pak Ayar Asep S.Hidayat Ana Rustiwan Mamad Herman Deni Zamhurd Cahriman Cecep Hudrayana Atam Dase Ayep Iman Ujang Suherman Budi Pulosari Ade Junaedi Asep Wardani
4 300 6 700 5 100 2 000 7 400 9 000 5 000 8 000 4 000 4 600 8 000 7 000 5 000 4 547 7 500 6 000 5 000 9 000 4 200 8 400 9 240 5 000 134 987.00 16 979.50
0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.32 0.35 0.4 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 0.48 0.48 0.5 7.95 0.36
550 500 450 500 600 500 500 600 400 600 600 700 600 600 1 000 600 600 700 700 1 200 800 850 14 150.00 1 779.87
Pupuk kandang (kg) 5 000 5 000 6 000 4 500 5 000 7 000 3 320 8 500 6 000 4 550 8 000 12 000 5 500 3 500 7 500 12 000 10 000 18 200 9 000 7 500 7 950 5 000 161 020.00 20 254.09
Pupuk kimia (kg) 370.00 400.00 411.69 204.00 308.00 543.08 500.00 1 175.44 50.00 361.48 535.32 677.95 500.00 997.05 798.30 450.00 483.81 362.19 550.00 957.52 547.77 600.00 11 783.60 1 482.21
Naker Luar (HKSP) 71.4 134.14 116.23 92.14 250.63 406.71 325.46 174.34 102 73.8 296.06 221.4 228.6 204 337.03 247.63 358.33 198.09 318 210.17 140.49 142.11 4 648.76 584.75
Insektisida (l) 2.55 6.1 2.25 1.75 4.7 7.2 12.8 5.2 0.425 3.7 5.2 7.25 5.9 5.25 9.4 15.5 6.7 9.1 5 1 7.7 7.5 132.18 16.63
Fungisida (kg) 2 18.58 18.4 15 36.1 39 33 14 12.36 16.8 11 30.5 30 32.4 46.2 36 12 21.38 30.3 20 21.1 35 531.12 66.81
87
Lampiran 8 Lanjutan Strata III
Total Rata-rata
No 66 79 21 34 76 71 72 43 25 74 70 23 35 37 53 59 62 65 77 78 42 5 57 1 75 14 80 Subtotal Rata-rata
Nama responden Dadi Agus Ayin Kurnia Asep Wawan Adis Acet Iing Nandang Wawan Asep Tatang Andang Haji Ajang Tisno Ade Yayan Dindin Pak Abang Asep Wakin Agus Sukalila Nanang Opik Abdul Jujun Juansah Haji Karman Udung Suarja Fitri Hidayah Akbar Lili Dede Sunaryat Haji Adang
Produksi (kg) 10 000 12 000 4 800 14 000 16 000 10 500 17 500 11 960 13 000 21 500 32 000 15 000 21 000 19 000 15 000 18 000 18 000 17 400 24 000 21 000 27 000 23 000 30 000 43 000 30 000 66 000 266 000 816 660 19 125.53 1 050 122.00 18 932.37
Lahan (ha) 0.56 0.56 0.64 0.64 0.64 0.7 0.7 0.72 0.8 0.96 0.98 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.12 1.28 1.4 2 2 4 14 42.70 1.58 55.47 0.69
Bibit (kg) 800 1 000 1 000 1 000 1 100 1 000 1 300 600 1 000 1 500 3 000 2 000 1 800 1 500 2 000 2 000 1 700 1 800 2 500 2 300 2 000 2 000 3 000 3 000 3 500 6 000 21 000 71 400 1 672.13 94 670.00 1 706.78
Pupuk kandang (kg) 15 600 10 000 10 000 7 500 13 800 32 000 8 000 13 200 18 000 21 600 42 000 18 000 16 000 15 000 20 000 15 000 23 000 22 500 32 000 32 000 28 000 28 000 20 000 36 000 36 000 36 000 210 000 779 200 18 248.24 1 049 620.00 18 923.32
Pupuk kimia (kg) 881.63 591.60 439.77 400.00 880.87 276.00 1 507.50 600.00 959.52 1 700.00 1 045.28 788.85 1 700.00 900.00 2071.10 1 349.02 1 505.00 1300.00 520.00 1 405.00 1 050.00 1 507.69 1 500.00 2 200.00 3 118.50 3 750.00 16 800.00 50 747.33 1 188.46 69 463.36 1 252.34
Naker luar (HKSP) 333.09 393.26 144.26 291.86 421.97 288.26 419 901.24 300.43 451.71 1604.6 610.05 354.77 637.8 550.29 578.57 537.4 760.8 572.83 505.71 862.29 453.6 525.6 685.71 1767.86 1749.43 4890 21 592.39 505.68 29 676.92 535.04
Insektisida (l) 8.4 11 2.7 2.9 17.25 8 12 7 6.75 25.85 8.5 22.5 11.4 16.8 20 18.9 7.35 4.6 12 4.8 5.18 22 11 109 30 40 210 655.88 15.36 909.61 16.40
Fungisida (kg) 20.15 30.4 20.24 28 17 20 32 1.5 80 20 36 40 27.8 35.4 46 31.25 60 51.4 30 35 50.3 250 120 122 40 402.24 742 2 388.68 55.94 3 296.64 59.43
88
Lampiran 9 Uji statistik perbandingan penggunaan input, efisiensi, dan produktivitas rata-rata antara petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan P.T IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 T-TEST GROUPS=Jenis_Kemitraan(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Lahan Bibit Pupuk_kandang Pupuk_kimia Naker_luarkeluarga Insektisida Fungisida Efisiensi_teknis Efisiensi_alokatif Efisiensi_ekonomi Produktivitas Share_produksi_ke_IFM_atau_pasar Share_Produksi_bukan_ke_IFM_atau_pasar Naker_dalamkeluarga /CRITERIA=CI(.80). T-Test [DataSet0]
Lahan Bibit Pupuk_kandang Pupuk_kimia Naker_luarkeluarga Insektisida Fungisida Efisiensi_teknis Efisiensi_alokatif Efisiensi_ekonomi Produktivitas Share_produksi_ke_IFM_atau_pasar Share_produksi_bukan_ke_IFM_atau_pasar Naker_dalamkeluarga
Jenis_Kemitraan 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00
Group Statistic N 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48
Mean .4972 .8240 1786.2394 1852.0996 17952.8959 24591.5477 1278.3200 1465.1985 425.4544 789.2806 15.1213 22.7946 64.0703 68.5069 .6203 .7750 .5544 .4823 .3438 .3731 16332.7003 21496.9092 90.4375 76.7708 9.5625 23.3333 231.2581 111.5929
Std. Deviation .75490 1.98613 402.15345 466.96136 6306.39880 14393.00107 392.37338 721.63461 230.75763 416.73344 12.06548 16.13777 33.19206 55.86172 .16962 .14162 .06329 .08265 .10067 .09442 5659.76321 5215.35631 5.22363 11.87567 5.22363 11.82376 592.12377 183.56775
Std. Error Mean .13345 .28667 71.09136 67.40007 1114.82434 2077.45076 69.36247 104.15898 40.79257 60.15029 2.13290 2.32929 5.86758 8.06294 .02998 .02044 .01119 .01193 .01780 .01363 1000.51424 752.77184 .92342 1.71410 .92342 1.70661 104.67368 26.49572
89
Lampiran 9 Lanjutan Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
Lahan
Equal variances assumed .696 .407 Equal variances not assumed Bibit Equal variances assumed .213 .645 Equal variances not assumed b Equal variances assumed 4.904 .030 Pupuk_kandang Equal variances not assumed d Equal variances assumed 4.969 .029 Pupuk_kimia Equal variances not assumed a Equal variances assumed 4.692 .033 Naker_luarkeluarga Equal variances not assumed b Equal variances assumed 2.226 .140 Insektisida Equal variances not assumed Fungisida Equal variances assumed 6.063 .016 Equal variances not assumed a Equal variances assumed .217 .642 Efisiensi_teknis Equal variances not assumed a Equal variances assumed 4.562 .036 Efisiensi_alokatif Equal variances not assumed d Equal variances assumed .221 .640 Efisiensi_ekonomi Equal variances not assumed a Equal variances assumed .002 .967 Produktivitas Equal variances not assumed Equal variances assumed 14.318 .000 Share_produksi_ke_P a Equal variances not assumed T. IFM_atau_pasar Share_produksi_bukan Equal variances assumed 14.119 .000 a Equal variances not assumed _ke_IFM_atau_pasar Naker_dalamkeluarga Equal variances assumed 5.210 .025 Equal variances not assumed Diolah dengan Menggunakan Software SPSS 17 Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference t -.887 -1.033 -.652 -.672 -2.453 -2.816 -1.337 -1.493 -4.495 -5.006 -2.294 -2.430 -.404 -.445 -4.420 -4.263 4.181 4.407 -1.328 -1.311 -4.193 -4.125 6.117 7.019 -6.188 -7.097 1.312 1.108
df 78 64.953 78 72.917 78 69.259 78 75.436 78 75.849 78 76.896 78 77.155 78 58.215 78 76.411 78 63.598 78 62.765 78 69.379 78 69.515 78 35.005
Sig. (2tailed) .378 .305 .516 .504 .016 .006 .185 .140 .000 .000 .024 .017 .687 .658 .000 .000 .000 .000 .188 .195 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .193 .275
Mean Difference -.32677 -.32677 -65.86021 -65.86021 -6638.65177 -6638.65177 -186.87854 -186.87854 -363.82625 -363.82625 -7.67333 -7.67333 -4.43656 -4.43656 -.15469 -.15469 .07208 .07208 -.02938 -.02938 -5164.20885 -5164.20885 13.66667 13.66667 -13.77083 -13.77083 119.66521 119.66521
Std. Error Difference .36823 .31621 100.95046 97.96300 2706.40207 2357.67576 139.74999 125.14091 80.94766 72.67800 3.34463 3.15829 10.98811 9.97194 .03500 .03629 .01724 .01636 .02213 .02241 1231.54587 1252.07595 2.23403 1.94701 2.22537 1.94042 91.18716 107.97501
Lower -.80271 -.73618 -196.33864 -192.55280 -10136.67536 -9689.23617 -367.50535 -348.67009 -468.45107 -457.78529 -11.99626 -11.75593 -18.63869 -17.32650 -.19992 -.20173 .04980 .05094 -.05797 -.05840 -6755.98140 -6785.87970 10.77918 11.14748 -16.64713 -16.28144 1.80584 -21.37264
Upper .14917 .08264 64.61823 60.83238 -3140.62818 -3588.06737 -6.25173 -25.08699 -259.20143 -269.86721 -3.35040 -3.59074 9.76557 8.45337 -.10945 -.10765 .09437 .09323 -.00078 -.00035 -3572.43631 -3542.53800 16.55415 16.18585 -10.89454 -11.26022 237.52458 260.70305
90
Lampiran 10 Harga output dan input petani kentang bermitra Strata
I
No
Nama
27 Undang K. Sanding 12 Wahyu 32 Ade Yadi 20 Aris 11 Alit 18 Ade Rubini 24 Yayat 9 Engkos 28 Tasman 30 Aban 6 Ano 31 Yayan 7 Undang Iha 10 Andi 16 Koko 29 Ayi Suwarso Rata-rata II 2 Cucuk Kirman 4 Aran Kartiwa 13 Dikdik Mustofa 22 Juju 15 Mamad 8 Cahriman 19 Cecep Hudrayana 17 Ujang Suherman 26 Budi Pulosari 3 Asep Wardani Rata-rata III 21 Ayin Kurnia 25 Asep Tatang 23 Tisno 5 Haji Karman 1 Fitri Hidayah Akbar 14 Dede Sunaryat Rata-rata Rata-rata sampel bermitra
Harga output (Rp /kg) 5015 4764 5325 4967 4857 4952 4655 4636 5435 5210 4500 5128 4864 4762 4619 4907 4891 4698 4684 4729 4425 5174 5098 5069 4762 4762 4520 4805 4500 4985 5047 4735 4907 4818 4854 4851
Sewa lahan (Rp/ha) 300000 300000 562500 78125 300000 1428571 1190479 3125000 218750 275000 535714 300000 300000 300000 2083333 33333 752579 1071429 1428571 17857 3571429 3125000 300000 45000 1712500 6250000 2700000 2154812 1000000 62500 4000000 1250000 1100000 1375000 1439300 1500032
Harga bibit (Rp/ kg) 12550 12900 12600 12650 13000 12600 12729 12750 12583 12580 12779 12710 12727 13000 12668 12750 12751 12650 12700 12800 12700 12700 13100 12600 12800 12542 12650 12705 12600 12800 12600 12750 13000 12800 12793 12764
Harga pupuk kandang (Rp/ kg) 400 250 183 319 250 229 320 400 267 125 677 410 485 250 297 100 300 460 460 317 322 286 380 414 435 430 460 400 300 333 350 343 350 433 364 359
Harga pupuk kimia (Rp/kg) 2470 2700 1850 2300 2640 2475 2500 2500 3134 3030 2540 2913 2500 2333 2487 3268 2592 2500 2560 2395 3206 2541 2500 2318 2236 2326 2440 2427 2640 2100 2542 2600 2564 2250 2403 2444
Upah kaker luar keluarga (Rp/HKSP) 17546 37688 61008 17440 50429 27437 27143 37245 15278 63973 16061 15454 23420 22058 23302 25433 22066 25126 19584 24305 40753 27751 18434 24348 18704 21282 26902 22931 28279 23541 18823 22039 38136 25827 26364 24832
Harga insektisida (Rp/l)
Harga fungisida (Rp /kg)
1375000 156308 496429 189815 229294 278000 388519 182813 1365000 200000 189967 271538 248030 189697 161429 243000 245003 231667 186148 216889 150000 180811 226165 270762 125000 325000 166167 197509 250000 170222 149667 209136 89514 113250 118647 147731
103286 152000 113448 104856 137750 184038 158403 95769 144500 136000 114884 165316 158185 153211 138889 128615 138039 106375 121206 170109 76167 148571 95746 118904 180693 115500 104807 125464 123913 76063 103188 79020 136451 93422 94809 104854
91
Lampiran 11 Harga ouput dan input petani yang tidak bermitra Strata
No
Nama
56 Asep Supendi 61 Alit Saman 36 Ajang Karmana 46 E. Mudrosid 49 Agus Rahmat 51 Dede Askara 68 Pendi 38 Devi 60 Nurdin 67 Ibad 69 Haji Adis 39 Endang 40 Ujang Maman 44 Anas Suryana 48 Asum Rata-rata 33 Yatiman II 45 Karim 52 Pak Ayar 54 Asep S. Hidayat 73 Ana Rustiwan 63 Herman 47 Deni Zamhurd 41 Atam 50 Dase 58 Ayep 64 Iman 55 Ade Junaedi Rata-rata 66 Dadi 79 Agus III 34 Asep Wawan 76 Adis 71 Acet Iing 72 Nandang 43 Wawan 74 Andang 70 Haji Ajang 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 57 Udung Suarja 75 Lili 80 Haji Adang Rata-rata Rata-rata sampel tidak berrmitra I
Harga output (Rp/ kg)
7885 4692 6429 7500 7000 8160 7500 7500 5375 4875 5600 5217 5000 6189 6537 6241 2892 6178 5900 7000 6575 7400 4714 5700 4583 6000 6667 8260 6079 6090 6667 5743 5719 6286 4471 5562 7572 4338 3905 5026 7333 7375 5667 6200 10083 7581 6556 4333 8533 3737 5237 5397
Sewa lahan (Rp/ ha)
Harga bibit (Rp/ kg)
300000 5000000 300000 4761900 2678571 500000 5357143 5000000 3500000 5000000 1250000 3571429 300000 3174600 7440478 3399744 1571429 5952382 2857143 300000 3571429 1041700 1071429 300000 3571429 1166667 1587300 900000 1870846 2500000 2381000 781250 1666700 952400 300000 937500 2604167 300000 1666700 833300 2500000 3500000 1333300 1666700 1333300 300000 300000 1333286 1250000 5000000 2925459 2840839
14010 8571 18167 13140 15250 18100 18000 15210 7500 15083 14300 12125 12640 12100 17100 14007 15100 21000 7100 7300 13125 12240 10143 15010 20167 15042 18143 13631 14069 10375 10075 10000 15136 12000 12669 21108 15333 14183 12111 17175 12150 14200 15206 9111 13260 12020 12100 9017 9500 12000 12261 12575
Harga pupuk kandang (Rp/ kg)
165 350 270 540 550 300 740 350 467 446 375 209 440 317 286 350 331 400 499 415 333 412 292 560 400 550 286 417 393 317 440 433 500 250 530 533 233 439 488 417 500 480 103 290 338 338 400 350 400 350 363 366
Harga pupuk kimia (Rp/ kg) 2400 3147 2200 2440 2500 2790 4868 2510 2467 4644 3647 2325 2700 2921 3044 2966 2938 3250 2160 2280 2500 2925 3311 2650 2622 2625 3672 2512 2742 2282 3374 2700 2470 5000 2647 2650 2429 2650 2209 2650 2269 2666 2445 2509 9442 2292 2476 2433 2283 2700 2661 2693
Upah naker luar keluarga (Rp/ HKSP) 30429 17403 21830 29590 17040 18957 27524 19412 17187 14771 18707 21582 14323 16691 14498 18270 14723 19854 15590 21951 43000 25264 16974 17179 17491 13339 26617 27689 19735 28052 21791 26920 34646 23215 19440 23607 34416 23900 22289 22668 22361 19479 22188 18923 23538 19470 18221 23820 30808 31149 26121 24475
Harga jnsektis ida (Rp/ l)
Harga fungisi da (Rp/ kg)
265143 176167 180923 102381 202262 310833 175938 185588 544796 275551 148438 155161 280881 292537 211140 229172 321915 237778 189297 158894 448824 202596 261379 134043 133452 163582 127418 263247 188917 146071 148636 280690 100290 90188 209583 159786 178240 236471 282061 175089 102750 149802 231973 524674 233458 273750 640541 208636 228333 279933 236029 228270
89100 128656 107255 174332 113409 98500 83667 91029 101208 106166 77800 72875 169688 190000 179905 105424 68310 104487 93485 64018 86974 187955 151393 109307 88736 93333 182390 132050 109815 144665 126151 168571 133824 145075 71563 915000 142625 130278 164658 135212 203370 117400 113500 166877 129917 117143 163469 106542 168750 114321 126311 121327
92
Lampiran 12 Harga output dan input seluruh petani sampel Str ata
I
II
No
Nama
56 Asep Supendi 27 Undang K.S 12 Wahyu 32 Ade Yadi 20 Aris 61 Alit Saman 11 Alit 18 Ade Rubini 24 Yayat 36 Ajang Karmana 46 E. Mudrosid 49 Agus Rahmat 51 Dede Askara 68 Pendi 9 Engkos 28 Tasman 30 Aban 38 Devi 60 Nurdin 67 Ibad 69 Haji Adis 6 Ano 31 Yayan 7 Undang Iha 10 Andi 39 Endang 40 Ujang Maman 44 Anas Suryana 48 Asum 16 Koko 29 Ayi Suwarso Rata-rata 2 Cucuk Kirman 4 Aran Kartiwa 13 Dikdik Mustofa 22 Juju 33 Yatiman 45 Karim 52 Pak Ayar 54 Asep S.Hidayat 73 Ana Rustiwan 15 Mamad 63 Herman 47 Deni Zamhurd 8 Cahriman 19 Cecep H 41 Atam 50 Dase 58 Ayep 64 Iman 17 Ujang S 26 Budi Pulosari 55 Ade Junaedi 3 Asep Wardani Subtotal
Harga output (Rp/kg)
7885 5015 4764 5325 4967 4692 4857 4952 4655 6429 7500 7000 8160 7500 4636 5435 5210 7500 5375 4875 5600 4500 5128 4864 4762 5217 5000 6189 6537 4619 4907 5641 4698 4684 4729 4425 2892 6178 5900 7000 6575 5174 7400 4714 5098 5069 5700 4583 6000 6667 4762 4762 8260 4520 5608
Sewa lahan (Rp/kg)
300000 300000 300000 562500 78125 5000000 300000 1428571 1190479 300000 4761900 2678571 500000 5357143 3125000 218750 275000 5000000 3500000 5000000 1250000 535714 300000 300000 300000 3571429 300000 3174600 7440478 2083333 33333 2042914 1071429 1428571 17857 3571429 1571429 5952382 2857143 300000 3571429 3125000 1041700 1071429 300000 45000 300000 3571429 1166667 1587300 1712500 6250000 900000 2700000 2003720
Harga bibit(Rp/ kg)
14010 12550 12900 12600 12650 8571 13000 12600 12729 18167 13140 15250 18100 18000 12750 12583 12580 15210 7500 15083 14300 12779 12710 12727 13000 12125 12640 12100 17100 12668 12750 13360 12650 12700 12800 12700 15100 21000 7100 7300 13125 12700 12240 10143 13100 12600 15010 20167 15042 18143 12800 12542 13631 12650 13438
Harga pupuk kandang (Rp/kg) 165 400 250 183 319 350 250 229 320 270 540 550 300 740 400 267 125 350 467 446 375 677 410 485 250 209 440 317 286 297 100 327 460 460 317 322 331 400 499 415 333 286 412 292 380 414 560 400 550 286 435 430 417 460 396
Harga pupuk kimia (Rp/kg)
Upah naker luar keluarga (Rp/HKSP)
Harga insektisi da (Rp/l)
Harga fungisi da (Rp/kg)
2400 2470 2700 1850 2300 3147 2640 2475 2500 2200 2440 2500 2790 4868 2500 3134 3030 2510 2467 4644 3647 2540 2913 2500 2333 2325 2700 2921 3044 2487 3268 2792 2500 2560 2395 3206 2938 3250 2160 2280 2500 2541 2925 3311 2500 2318 2650 2622 2625 3672 2236 2326 2512 2440 2599
30429 17546 37688 61008 17440 17403 50429 27437 27143 21830 29590 17040 18957 27524 37245 15278 63973 19412 17187 14771 18707 16061 15454 23420 22058 21582 14323 16691 14498 23302 25433 19475 25126 19584 24305 40753 14723 19854 15590 21951 43000 27751 25264 16974 18434 24348 17179 17491 13339 26617 18704 21282 27689 26902 20829
265143 1375000 156308 496429 189815 176167 229294 278000 388519 180923 102381 202262 310833 175938 182813 1365000 200000 185588 544796 275551 148438 189967 271538 248030 189697 155161 280881 292537 211140 161429 243000 234342 231667 186148 216889 150000 321915 237778 189297 158894 448824 180811 202596 261379 226165 270762 134043 133452 163582 127418 125000 325000 263247 166167 191582
89100 103286 152000 113448 104856 128656 137750 184038 158403 107255 174332 113409 98500 83667 95769 144500 136000 91029 101208 106166 77800 114884 165316 158185 153211 72875 169688 190000 179905 138889 128615 117638 106375 121206 170109 76167 68310 104487 93485 64018 86974 148571 187955 151393 95746 118904 109307 88736 93333 182390 180693 115500 132050 104807 116252
93
III
Total
66 Dadi 79 Agus 21 Ayin Kurnia 34 Asep Wawan 76 Adis 71 Acet Iing 72 Nandang 43 Wawan 25 Asep Tatang 74 Andang 70 Haji Ajang 23 Tisno 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 5 Haji Karman 57 Udung Suarja 1 Fitri H. Akbar 75 Lili 14 Dede Sunaryat 80 Haji Adang Subtotal
6090 6667 4500 5743 5719 6286 4471 5562 4985 7572 4338 5047 3905 5026 7333 7375 5667 6200 10083 7581 6556 4735 4333 4907 8533 4818 3737 5159 5262
2500000 2381000 1000000 781250 1666700 952400 300000 937500 62500 2604167 300000 4000000 1666700 833300 2500000 3500000 1333300 1666700 1333300 300000 300000 1250000 1333286 1100000 1250000 1375000 5000000 2587158 2456270
10375 10075 12600 10000 15136 12000 12669 21108 12800 15333 14183 12600 12111 17175 12150 14200 15206 9111 13260 12020 12100 12750 9017 13000 9500 12800 12000 12373 12627
317 440 300 433 500 250 530 533 333 233 439 350 488 417 500 480 103 290 338 338 400 343 350 350 400 433 350 363 365
2282 3374 2640 2700 2470 5000 2647 2650 2100 2429 2650 2542 2209 2650 2269 2666 2445 2509 9442 2292 2476 2600 2433 2564 2283 2250 2700 2612 2628
28052 21791 28279 26920 34646 23215 19440 23607 23541 34416 23900 18823 22289 22668 22361 19479 22188 18923 23538 19470 18221 22039 23820 38136 30808 25827 31149 26165 24555
146071 148636 250000 280690 100290 90188 209583 159786 170222 178240 236471 149667 282061 175089 102750 149802 231973 524674 233458 273750 640541 209136 208636 89514 228333 113250 279933 199708 203155
144665 126151 123913 168571 133824 145075 71563 915000 76063 142625 130278 103188 164658 135212 203370 117400 113500 166877 129917 117143 163469 79020 106542 136451 168750 93422 114321 114251 114960
93
Lampiran 12 Lanjutan Str ata
No
Nama
66 Dadi 79 Agus 21 Ayin Kurnia 34 Asep Wawan 76 Adis 71 Acet Iing 72 Nandang 43 Wawan 25 Asep Tatang 74 Andang 70 Haji Ajang 23 Tisno 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 5 Haji Karman 57 Udung Suarja 1 Fitri H. Akbar 75 Lili 14 Dede Sunaryat 80 Haji Adang Rata-rata Rata-rata seluruh petani sampel III
Harga output (Rp/kg)
Sewa lahan (Rp/kg)
Harga bibit(Rp/ kg)
Harga pupuk kandang (Rp/kg)
Harga pupuk kimia (Rp/kg)
Upah naker luar keluarga (Rp/HK SP)
Harga insektis ida (Rp/l)
Harga fungisi da (Rp/kg)
6090 6667 4500 5743 5719 6286 4471 5562 4985 7572 4338 5047 3905 5026 7333 7375 5667 6200 10083 7581 6556 4735 4333 4907 8533 4818 3737 5159
2500000 2381000 1000000 781250 1666700 952400 300000 937500 62500 2604167 300000 4000000 1666700 833300 2500000 3500000 1333300 1666700 1333300 300000 300000 1250000 1333286 1100000 1250000 1375000 5000000 2587158
10375 10075 12600 10000 15136 12000 12669 21108 12800 15333 14183 12600 12111 17175 12150 14200 15206 9111 13260 12020 12100 12750 9017 13000 9500 12800 12000 12373
317 440 300 433 500 250 530 533 333 233 439 350 488 417 500 480 103 290 338 338 400 343 350 350 400 433 350 363
2282 3374 2640 2700 2470 5000 2647 2650 2100 2429 2650 2542 2209 2650 2269 2666 2445 2509 9442 2292 2476 2600 2433 2564 2283 2250 2700 2612
28052 21791 28279 26920 34646 23215 19440 23607 23541 34416 23900 18823 22289 22668 22361 19479 22188 18923 23538 19470 18221 22039 23820 38136 30808 25827 31149 26165
146071 148636 250000 280690 100290 90188 209583 159786 170222 178240 236471 149667 282061 175089 102750 149802 231973 524674 233458 273750 640541 209136 208636 89514 228333 113250 279933 199708
144665 126151 123913 168571 133824 145075 71563 915000 76063 142625 130278 103188 164658 135212 203370 117400 113500 166877 129917 117143 163469 79020 106542 136451 168750 93422 114321 114251
5262
2456270
12627
365
2628
24555
203155
114960
94
Lampiran 13. Uji statistik perbandingan harga input dan harga rata-rata output kentang antara petani yang bermitra dan petani yang tidak bermitra dengan PT. IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 T-TEST GROUPS=Jenis_kemitraan(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Sewa_lahan Harga_bibit Harga_pupuk_kandang Harga_pupuk_kimia Upah_naker_dalamkeluarga Harga_insektisida Harga_fungisida Harga_kentang_Rata_rata harga_kentang_ke_PT.IFM_atau_pasar Harga_kentang_bukan_ke_PT.IFM_atau_bukan_ke_pasar /CRITERIA=CI(.95).
T-Test [DataSet0]
Sewa_lahan Harga_bibit Harga_pupuk_Kandang Harga_pupuk_kimia Upah_naker_dalamkeluarga Harga_insektisida Harga_fungisida Harga_kentang_rata_rata Harga_kentang_ke_PT.IFM_atau_pasar Harga_kentang_bukan_ke_PT.IFM_atau_bukan_ke_pasar
Group Statistics Jenis_Kemitraan N 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00
32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48 32 48
Mean 1.2606E6 2.1972E6 12730.2500 13500.5417 344.8438 392.2708 2542.4375 2929.6667 27648.4063 22302.4167 288288.6563 229814.9792 126227.6563 142186.2292 4859.6563 6168.8542 4900.0000 5428.1250 4303.1250 8618.7500
Std. Deviation 1.44511E6 1.80960E6 142.58059 3439.43095 113.69657 116.97695 303.11820 1154.86931 12142.72131 6167.03378 2.94586E5 1.13362E5 29830.20008 1.19644E5 246.47000 1413.75829 .00000 944.46350 2406.64193 4172.89411
Std. Error Mean 2.55461E5 2.61194E5 25.20493 496.43910 20.09890 16.88417 53.58423 166.69103 2146.55014 890.13465 52075.98108 16362.44396 5273.28419 17269.15615 43.57015 204.05843 .00000 136.32156 425.43821 602.30538
95
Lampiran 13 Lanjutan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
b
Equal variances assumed 3.883 Equal variances not assumed Harga_bibit Equal variances assumed 50.183 Equal variances not assumed c Equal variances assumed .125 Harga_pupuk_kandang Equal variances not assumed c Equal variances assumed 6.072 Harga_pupuk_kimia Equal variances not assumed b Equal variances assumed 7.338 Upah_naker_dalamkeluarga Equal variances not assumed Harga_insektisida Equal variances assumed 4.126 Equal variances not assumed Harga_fungisida Equal variances assumed 1.685 Equal variances not assumed a Equal variances assumed 35.887 Harga_kentang_rata_rata Equal variances not assumed Harga_kentang_ke_PT.IFM_atau Equal variances assumed 61.053 a Equal variances not assumed _pasar Equal variances assumed 9.711 Harga_kentang_bukan_ke_PT.IF a Equal variances not assumed M_atau_bukan_ke_pasar Diolah dengan menggunakan Software SPSS 17 Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2 Sewa_lahan
.052 .000 .724 .016 .008 .046 .198 .000 .000 .003
t -2.451 -2.563 -1.263 -1.550 -1.796 -1.807 -1.851 -2.212 2.595 2.301 1.247 1.071 -.738 -.884 -5.176 -6.274 -3.156 -3.874 -5.287 -5.852
df 78 75.367 78 47.242 78 67.891 78 56.304 78 41.764 78 37.184 78 55.443 78 51.222 78 47.000 78 76.665
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2tailed) .016 .012 .210 .128 .076 .075 .068 .031 .011 .026 .216 .291 .463 .381 .000 .000 .002 .000 .000 .000
Mean Difference -9.36552E5 -9.36552E5 -770.29167 -770.29167 -47.42708 -47.42708 -387.22917 -387.22917 5345.98958 5345.98958 58473.67708 58473.67708 -15958.57292 -15958.57292 -1309.19792 -1309.19792 -528.12500 -528.12500 -4315.62500 -4315.62500
Std. Error Difference 3.82098E5 3.65353E5 609.65424 497.07853 26.40122 26.24959 209.18621 175.09189 2060.50546 2323.79371 46900.53050 54586.05479 21625.60605 18056.33629 252.95088 208.65810 167.31551 136.32156 816.31779 737.40724
Lower -1.69725E6 -1.66431E6 -1984.02003 -1770.14940 -99.98787 -99.80885 -803.68693 -737.93859 1243.83833 655.59776 -34898.10658 -52109.70761 -59011.84733 -52137.78585 -1812.78443 -1728.05250 -861.22459 -802.36861 -5940.78889 -5784.09284
Upper -1.75854E5 -2.08790E5 443.43669 229.56607 5.13371 4.95469 29.22859 -36.51974 9448.14083 10036.38140 1.51845E5 1.69057E5 27094.70150 20220.64002 -805.61140 -890.34333 -195.02541 -253.88139 -2690.46111 -2847.15716
96
Lampiran 14 Fungsi produksi rata-rata dengan menggunakan metode pendugaan OLS dan fungsi produksi batas (stochastic frontier production function) kentang di Kecamatan Pangalengan dengan menggunakan metode pendugaan MLE Output from the program FRONTIER (Version 4.1c) instruction file = terminal data file = Kentang.dta Tech. Eff. Effects Frontier (see B&C 1993) The model is a production function The dependent variable is logged the ols estimates are : coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.37527205E+01 0.11548913E+01 0.32494144E+01 beta 1 0.19612466E+00 0.14085370E+00 0.13923998E+01 beta 2 0.35798605E+00 0.14481759E+00 0.24719792E+01 beta 3 0.17869311E+00 0.77411501E-01 0.23083535E+01 beta 4 0.12372231E+00 0.77906695E-01 0.15880831E+01 beta 5 0.89896591E-01 0.49922899E-01 0.18007086E+01 beta 6 0.59947653E-01 0.45380735E-01 0.13209934E+01 beta 7 0.69615656E-02 0.47795248E-01 0.14565393E+00 sigma-squared 0.72178168E-01 log likelihood function = -0.41559539E+01 the final mle estimates are : coefficient
standard-error
t-ratio
beta 0 0.55405405E+01 0.10828603E+01 0.51165790E+01 beta 1 0.34413192E+00 0.13216247E+00 0.26038551E+01 beta 2 0.33148563E+00 0.11215532E+00 0.29555944E+01 beta 3 0.11489072E+00 0.55660019E-01 0.20641517E+01 beta 4 0.82604468E-01 0.66926038E-01 0.12342650E+01 beta 5 0.31066429E-01 0.31981397E-01 0.97139061E+00 beta 6 0.21657607E-01 0.32041998E-01 0.67591313E+00 beta 7 0.39942027E-01 0.33532740E-01 0.11911352E+01 delta 0 0.12440044E+00 0.24700630E+00 0.50363264E+00 delta 1 -0.62034275E-02 0.14003022E-01 -0.44300635E+00 delta 2 0.47180458E+00 0.16960765E+00 0.27817411E+01 delta 3 -0.12737733E+00 0.12947609E+00 -0.98379039E+00 sigma-squared 0.10567126E+00 0.38995400E-01 0.27098390E+01 gamma 0.98806940E+00 0.38625547E-01 0.25580723E+02
97
Lampiran 14 Lanjutan log likelihood function = 0.10010343E+02 LR test of the one-sided error = 0.28332594E+02 with number of restrictions = 5 [note that this statistic has a mixed chi-square distribution] number of iterations = 17 (maximum number of iterations set at : 100) number of cross-sections = 80 number of time periods = 1 total number of observations = 80 thus there are: 0 obsns not in the panel technical efficiency estimates : firm year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
eff.-est. 0.90137976E+00 0.62394929E+00 0.42161583E+00 0.87218166E+00 0.69454811E+00 0.56708624E+00 0.53211997E+00 0.51243631E+00 0.61280704E+00 0.80848210E+00 0.96792622E+00 0.63310825E+00 0.69236614E+00 0.78653704E+00 0.56766664E+00 0.48381100E+00 0.35717360E+00 0.64052539E+00 0.45584553E+00 0.76153359E+00 0.35162864E+00 0.29586600E+00 0.58823957E+00 0.36239259E+00 0.68883706E+00 0.62113217E+00 0.82391974E+00 0.53950620E+00 0.51741418E+00 0.82229029E+00 0.71869143E+00 0.63987463E+00
98
Lampiran 14 Lanjutan 33 1 0.89119495E+00 34 1 0.97875466E+00 35 1 0.84526768E+00 36 1 0.82955485E+00 37 1 0.83409294E+00 38 1 0.92904351E+00 39 1 0.95014022E+00 40 1 0.60155393E+00 41 1 0.56853891E+00 42 1 0.94654460E+00 43 1 0.94862800E+00 44 1 0.72944450E+00 45 1 0.97922412E+00 46 1 0.84882689E+00 47 1 0.63222918E+00 48 1 0.93480980E+00 49 1 0.70830726E+00 50 1 0.54163160E+00 51 1 0.64028765E+00 52 1 0.63317503E+00 53 1 0.54104953E+00 54 1 0.85424033E+00 55 1 0.78359546E+00 56 1 0.60092931E+00 57 1 0.83738507E+00 58 1 0.48370915E+00 59 1 0.70187535E+00 60 1 0.69954665E+00 61 1 0.85134961E+00 62 1 0.69683711E+00 63 1 0.87213071E+00 64 1 0.77245880E+00 65 1 0.67005863E+00 66 1 0.69895398E+00 67 1 0.64967496E+00 68 1 0.90559535E+00 69 1 0.56632459E+00 70 1 0.95538932E+00 71 1 0.64529900E+00 72 1 0.95232271E+00 73 1 0.70928025E+00 74 1 0.89647527E+00 75 1 0.61175661E+00 76 1 0.95018601E+00 77 1 0.87440391E+00 78 1 0.73263581E+00 79 1 0.82097003E+00 80 1 0.89726518E+00 mean efficiency = 0.71332301E+00
76
Lampiran 1 Perkembangan ekspor dan impor kentang di Indonesia tahun 19612009 Tahun
Export quantity (tonnes) 1961 590 1962 2 400 1963 2 088 1964 20 1965 0 1966 0 1967 36 1968 19 1969 59 1970 553 1971 1 261 1972 2 781 1973 3 668 1974 5 459 1975 4 656 1976 6 976 1977 7 610 1978 1 513 1979 741 1980 365 1981 285 1982 150 1983 1 892 1984 12 295 1985 19 288 1986 21 873 1987 34 297 1988 57 045 1989 71 710 1990 76 775 1991 98 174 1992 96 499 1993 126 742 1994 88 969 1995 102 971 1996 79 682 1997 36 759 1998 31 219 1999 32 403 2000 30 318 2001 27 769 2002 27 735 2003 18 840 2004 16 488 2005 13 820 2006 19 770 2007 9 661 2008 8 013 2009 6 413 Total 1 208 650 Rataan 24 666.33 Sumber: FAO (2011b)
Export value (1000 $) 20 89 75 8 0 0 0 0 1 15 36 74 157 373 362 594 968 200 95 42 38 17 205 1 356 2 023 2 177 3 686 6 225 10 071 10 259 13 929 15 565 19 068 13 888 18 127 15 018 8 432 5 888 5 892 4 495 4 232 5 573 4 241 3 556 3 576 5 952 2 868 2 388 2 290 194 144 3 962.12
Import quantity (tonnes) 1 330 20 4 554 31 30 300 290 247 237 105 157 125 152 82 230 131 224 436 742 962 2 165 1 814 1 721 812 508 367 199 216 69 743 729 702 1 198 1 093 2 104 2 934 1 045 11 038 5 824 3 815 3 772 3 080 3 831 6 391 5 698 6 952 8 289 14 007 97 505 1 989.90
Import value (1000 $) 192 4 1 77 12 5 53 49 53 48 24 55 17 55 30 147 77 103 209 400 581 598 867 907 555 308 251 136 177 124 640 746 574 1 037 1 236 1 427 2 365 607 5 797 2 112 1 356 1 555 1 343 1 672 3 258 3 074 3 711 4 895 8 301 5 1 821 1 057.57
EQ-IQ (tonnes)
EV-IV (1000 $)
Surplus perdagangan ($)
-740 2 380 2 084 -534 -31 -30 -264 -271 -188 316 1 156 2 624 3 543 5 307 4 574 6 746 7 479 1 289 305 -377 -677 -2015 78 10 574 18 476 21 365 33 930 56 846 71 494 76 706 97 431 95 770 126 040 87 771 101 878 77 578 33 825 30 174 21 365 24 494 23 954 23 963 15 760 12 657 7 429 14 072 2 709 -276 -7 594 1 111 145 22 676.43
-172 85 74 -69 -12 -5 -53 -49 -52 -33 12 19 140 318 332 447 891 97 -114 -358 -543 -581 -662 449 1 468 1 869 3 435 6 089 9 894 10 135 13 289 14 819 18 494 12 851 16 891 13 591 6 067 5 281 95 2 383 2 876 4 018 2 898 1 884 318 2 878 -843 -2 507 -6 011 142 323 2 904.55
-172 000 85 000 74 000 -69 000 -12 000 -5 000 -53 000 -49 000 -52 000 -33 000 12 000 19 000 140 000 318 000 332 000 447 000 891 000 97 000 -114 000 -358 000 -543 000 -581 000 -662 000 449 000 1 468 000 1 869 000 3 435 000 6 089 000 9 894 000 10 135 000 13 289 000 14 819 000 18 494 000 12 851 000 16 891 000 13 591 000 6 067 000 5 281 000 95 000 2 383 000 2 876 000 4 018 000 2 898 000 1 884 000 318 000 2 878 000 -843 000 -2 507 000 -6 011 000 142 323 000 2 904 551.02
77
Lampiran 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas sayuran di Indonesia tahun 2009 No
Jenis tanaman
Luas panen (ha) 1 Bawang merah 104 009 2 Bawang putih 2 293 3 Bawang daun 53 637 4 Kentang 71 238 5 Kubis 67 793 6 Kembang Kol 8 988 7 Petsai 56 414 8 Wortel 24 095 9 Lobak 1 897 10 Kacang merah 22 659 11 Kacang panjang 83 796 12 Cabe besar 117 178 13 Cabe rawit 116 726 14 Cabe 233 904 15 Jamur 700 16 Tomat 55 881 17 Terung 48 126 18 Buncis 30 695 19 Ketimun 56 099 20 Labu siam 11 523 21 Kangkung 48 944 22 Bayam 44 975 Total 1 261 570 Sumber: Badan Pusat Statistik (2010a)
Produksi (ton) 965 164 15 419 549 385 1 176 304 1 358 113 96 038 562 838 358 014 29 759 110 051 483 793 787 433 591 294 1 378 727 38 465 853 061 451 564 290 993 583 139 321 023 360 992 173 750 11 535 319
Produktivitas (ton ha-1) 9.28 6.72 10.24 16.51 20.03 10.69 9.98 14.86 15.69 4.86 5.77 6.72 5.07 5.89 54.95 15.27 9.38 9.48 10.39 27.86 7.38 3.86
Share luas lahan (%) 8.24 0.18 4.25 5.65 5.37 0.71 4.47 1.91 0.15 1.80 6.64 9.29 9.25 18.54 0.06 4.43 3.81 2.43 4.45 0.91 3.88 3.57 100.00
Share produksi (%) 8.37 0.13 4.76 10.20 11.77 0.83 4.88 3.10 0.26 0.95 4.19 6.83 5.13 11.95 0.33 7.40 3.91 2.52 5.06 2.78 3.13 1.51 100.00
78
Lampiran 3 Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang di Indonesia tahun 1961-2009 Tahun
Luas panen (ha)
1961 10 000 1962 10 000 1963 11 000 1964 12 000 1965 12 000 1966 15 000 1967 18 000 1968 14 515 1969 20 000 1970 13 000 1971 18 000 1972 17 000 1973 21 760 1974 17 600 1975 17 000 1976 20 000 1977 22 000 1978 26 524 1979 21 538 1980 24 450 1981 30 278 1982 20 561 1983 30 305 1984 33 030 1985 32 350 1986 37 165 1987 32 019 1988 38 983 1989 39 229 1990 44 390 1991 39 620 1992 48 852 1993 51 122 1994 56 057 1995 62 388 1996 69 946 1997 50 189 1998 65 047 1999 62 776 2000 73 068 2001 55 971 2002 57 332 2003 65 923 2004 65 420 2005 61 557 2006 59 748 2007 62 375 2008 62 650 2009 71 302 Total 1 821 040 Rataan 37 164.08 Sumber: FAO (2011a)
Tren (%) 0.00 10.00 9.09 0.00 25.00 20.00 -19.36 37.79 -35.00 38.46 -5.56 28.00 -19.12 -3.41 17.65 10.00 20.56 -18.80 13.52 23.84 -32.09 47.39 8.99 -2.06 14.88 -13.85 21.75 0.63 13.16 -10.75 23.30 4.65 9.65 11.29 12.11 -28.25 29.60 -3.49 16.39 -23.40 2.43 14.98 -0.76 -5.90 -2.94 4.40 0.44 13.81 279.06 5.81
Produksi (ton) 60 000 60 000 65 000 67 000 69 000 75 000 85 000 65 317 104 000 7 000 123 000 124 000 174 080 119 700 124 000 154 000 248 230 233 298 203 657 230 377 216 713 157 696 249 986 371 546 372 825 446 295 368 961 418 154 559 396 628 727 525 839 702 584 809 457 877 146 1 035 260 1 109 560 813 368 998 032 924 058 977 349 831 140 893 824 1 009 979 1 072 040 1 009 619 1 011 911 1 003 730 1 044 492 1 174 668 24 069 014 491 204.37
Tren (%) 0.00 8.33 3.08 2.99 8.70 13.33 -23.16 59.22 -32.69 75.71 0.81 40.39 -31.24 3.59 24.19 61.19 -6.02 -12.71 13.12 -5.93 -27.23 58.52 48.63 0.34 19.71 -17.33 13.33 33.78 12.39 -16.36 33.61 15.21 8.36 18.03 7.18 -26.69 22.70 -7.41 5.77 -14.96 7.54 13.00 6.14 -5.82 0.23 -0.81 4.06 12.46 427.29 8.90
Produktivitas (ton ha-1) 6.00 6.00 5.91 5.58 5.75 5.00 4.72 4.50 5.20 5.38 6.83 7.29 8.00 6.80 7.29 7.70 11.28 8.80 9.46 9.42 7.16 7.67 8.25 11.25 11.52 12.01 11.52 10.73 14.26 14.16 13.27 14.38 15.83 15.65 16.59 15.86 16.21 15.34 14.72 13.38 14.85 15.59 15.32 16.39 16.40 16.94 16.09 16.67 16.47 541.42 13.22
Tren (%) 0.00 -1.52 -5.51 2.99 -13.04 -5.56 -4.71 15.56 3.55 26.90 6.74 9.68 -14.99 7.25 5.56 46.53 -22.05 7.50 -0.35 -24.04 7.16 7.55 36.36 2.45 4.20 -4.04 -6.91 32.94 -0.67 -6.30 8.36 10.10 -1.18 6.05 -4.40 2.16 -5.32 -4.06 -9.13 11.02 4.99 -1.73 6.96 0.09 3.26 -4.99 3.60 -1.18 137.84 2.87
79
Lampiran 4 Luas lahan, produksi dan produktivitas kentang di Provinsi Jawa Barat tahun 1970-2009 Tahun
Luas lahan (ha)
Tren (%)
Produksi (ton)
Tren (%)
Produktivitas (ton ha-1)
Tren (%)
1970 1971
2 846 8 561
200.81
10 090 65 991
554.02
3.54 7.71
117.42
1972
7 324
-14.45
60 513
-8.30
8.26
7.19
1973
10 217
39.50
90 349
49.31
8.84
7.03
1974 1975
5 662 7 598
-44.58 34.19
33 958 58 983
-62.41 73.69
6.00 7.76
-32.18 29.44
1976
9 960
31.09
110 712
87.70
11.12
43.19
1977
10 833
8.77
182 312
64.67
16.83
51.40
1978 1979 1980
12 053 9 468 9 685
11.26 -21.45 2.29
146 987 127 662 141 139
-19.38 -13.15 10.56
12.20 13.48 14.57
-27.54 10.57 8.08
1981
8 921
-7.89
100 460
-28.82
11.26
-22.73
1982 1983 1984
6 768 9 898 11 432
-24.13 46.25 15.50
74 815 111 562 175 112
-25.53 49.12 56.96
11.05 11.27 15.32
-1.84 1.96 35.90
1985
10 062
-11.98
131 901
-24.68
13.12
-14.42
1986 1987 1988
12 380 10 252 9 623
23.04 -17.19 -6.14
188 482 146 281 149 819
42.90 -22.39 2.42
15.22 14.27 15.57
16.14 -6.28 9.11
1989
9 281
-3.55
151 579
1.17
16.33
4.90
1990
9 708
4.60
163 627
7.95
16.86
3.20
1991 1992
8 305 11 177
-14.45 34.58
144 147 209 069
-11.91 45.04
17.36 18.70
2.98 7.77
1993
12 389
10.84
249 346
19.26
20.13
7.60
1994
13 150
6.14
253 614
1.71
19.29
-4.17
1995 1996
16 259 17 274
23.64 6.24
334 222 316 482
31.78 -5.31
20.56 18.32
6.58 -10.87
1997
11 604
-32.82
207 750
-34.36
17.90
-2.28
1998
21 078
81.64
394 403
89.85
18.71
4.51
1999 2000
22 997 27 778
9.10 20.79
410 483 462 800
4.08 12.75
17.85 16.66
-4.61 -6.66
2001
23 045
-17.04
385 618
-16.68
16.73
0.44
2002
19 882
-13.73
363 327
-5.78
18.27
9.21
2003 2004
20 146 21 092
1.33 4.70
375 167 418 230
3.26 11.48
18.62 19.83
1.91 6.48
2005
17 744
-15.87
359 891
-13.95
20.28
2.29
2006
17 242
-2.83
349 158
-2.98
20.25
-0.16
2007 2008
16 499 13 766
-4.31 -16.56
337 368 292 253
-3.38 -13.37
20.45 21.23
0.97 3.83
20.89
2009
15 344
11.46
320 542
9.68
Total
519 303
358.79
8 606 204
916.99
Rataan 12 982.58 215 155.10 9.20 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (2011)
23.51
-1.60 264.76
16.57
6.79
99
Lampiran 15 Harga output dan input-input dalam usahatani kentang di Kecamatan Pangalengan musim tanam tahun 2010-2011 No
Nama responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Fitri Hidayah Akbar Cucuk Kirman Asep Wardani Aran Kartiwa Haji Karman Ano Undang Iha Cahriman Engkos Andi Alit Wahyu Dikdik Mustofa Dede Sunaryat Mamad Koko Ujang Suherman Ade Rubini Cecep Hudrayana Aris Ayin Kurnia Juju Tisno Yayat Asep Tatang Budi Pulosari Undang Kiara Sanding Tasman Ayi Suwarso Aban Yayan Ade Yadi Yatiman Asep Wawan Ade Yayan Ajang Karmana Dindin Devi Endang Ujang Maman Atam Jujun Juansah Wawan
Harga kentang (Rp kg-1) PY 4906,98 4.697,67 4.520,00 4.683,58 4.734,78 4.500,00 4.864,47 5.098,00 4.636,36 4.761,90 4.856,82 4.764,29 4.729,41 4.818,18 5.173,91 4.619,35 4.761,90 4.952,38 5.069,34 4.967,35 4.500,00 4.425,00 5.046,67 4.654,93 4.984,62 4.761,90 5.014,93 5.434,78 4.907,41 5.210,00 5.127,94 5.325,00 2.891,89 5.742,86 3.904,76 6.428,57 5.026,32 7.500,00 5.217,39 5.000,00 5.700,00 6.555,56 5.561,87
Harga sumberdaya lahan (Rp ha-1 MT1 ) PX1 1.100.000,00 1.071.428,57 2.700.000,00 1.428.571,43 1.250.000,00 535.714,29 300.000,00 300.000,00 3.125.000,00 300.000,00 300.000,00 300.000,00 17.857,14 1.375.000,00 3.125.000,00 2.083.333,33 1.712.500,00 1.428.571,43 45.000,00 78.125,00 1.000.000,00 3.571.428,57 4.000.000,00 1.190.478,57 62.500,00 6.250.000,00 300.000,00 218.750,00 33.333,33 275.000,00 300.000,00 562.500,00 1.571.428,57 781.250,00 1.666.700,00 300.000,00 833.300,00 5.000.000,00 3.571.428,57 300.000,00 300.000,00 300.000,00 937.500,00
Harga bibit (Rp kg-1) PX2 13.000,00 12.650,00 12.650,00 12.700,00 12.750,00 12.779,00 12.727,00 13.100,00 12.750,00 13.000,00 13.000,00 12.900,00 12.800,00 12.800,00 12.700,00 12.667,50 12.800,00 12.600,00 12.600,00 12.650,00 12.600,00 12.700,00 12.600,00 12.729,00 12.800,00 12.542,00 12.550,00 12.583,33 12.750,00 12.580,00 12.710,00 12.600,00 15.100,00 10.000,00 12.111,11 18.166,67 17.175,00 15.210,00 12.125,00 12.640,00 15.010,00 12.100,00 21.108,33
Harga pupuk kandang (Rp kg1 ) PX3 350,00 460,00 460,00 460,00 342,86 676,67 485,00 380,00 400,00 250,00 250,00 250,00 316,67 433,33 285,71 297,14 435,00 228,57 414,29 319,05 300,00 322,22 350,00 320,00 333,33 430,00 400,00 266,67 100,00 125,00 410,00 183,33 331,20 433,33 487,50 270,00 416,67 350,00 208,80 440,00 560,00 400,00 533,33
Harga pupuk kimia (Rp kg-1) PX4 2.563,64 2.500,00 2.440,00 2.560,00 2.600,00 2.540,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.333,33 2.640,00 2.700,00 2.395,00 2.250,00 2.540,91 2.487,22 2.236,36 2.475,00 2.318,33 2.300,00 2.640,00 3.205,88 2.541,67 2.500,00 2.100,00 2.326,32 2.470,00 3.134,33 3.268,29 3.029,70 2.912,52 1.850,00 2.938,31 2.700,00 2.209,41 2.200,00 2.650,00 2.510,00 2.325,00 2.700,00 2.650,00 2.476,19 2.650,00
Upah nakerlLuar keluarga (Rp HKSP1 ) PX5 38.135,66 25.126,05 26.901,70 19.584,02 22.039,24 16.060,63 23.420,24 18.433,95 37.245,13 22.058,25 50.428,82 37.687,90 24.305,26 25.826,98 27.750,68 23.302,25 18.704,40 27.437,22 24.348,04 17.439,83 28.278,80 40.753,20 18.823,05 27.143,11 23.541,26 21.281,58 17.546,04 15.277,78 25.433,33 63.973,06 15.453,67 61.007,96 14.722,90 26.920,44 22.289,09 21.830,32 22.667,92 19.412,19 21.581,77 14.322,57 17.179,48 18.221,25 23.607,47
Harga insektisida (Rp kg-1)
Harga fungisida (Rp kg-1)
PX6 89.513,76 231.666,67 166.166,67 186.147,54 209.136,36 189.966,67 248.030,30 226.165,25 182.812,50 189.696,97 229.294,12 156.307,69 216.888,89 113.250,00 180.810,81 161.428,57 125.000,00 278.000,00 270.761,90 189.814,81 250.000,00 150.000,00 149.666,67 388.518,52 170.222,22 325.000,00 1.375.000,00 1.365.000,00 243.000,00 200.000,00 271.538,46 496.428,57 321.914,89 280.689,66 282.061,40 180.923,08 175.089,29 185.588,24 155.161,29 280.880,68 134.042,55 640.540,54 159.785,71
PX7 136.450,82 106.375,00 104.807,14 121.205,60 79.020,00 114.883,93 158.185,19 95.745,83 95.769,23 153.211,01 137.750,00 152.000,00 170.108,70 93.421,84 148.571,43 138.888,89 180.693,07 184.038,46 118.904,32 104.855,77 123.913,04 76.166,67 103.187,50 158.402,78 76.062,50 115.500,00 103.285,71 144.500,00 128.615,38 136.000,00 165.316,46 113.448,03 68.310,25 168.571,43 164.658,27 107.254,90 135.211,86 91.029,41 72.875,00 169.687,50 109.307,36 163.469,18 915.000,00
100 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Anas Suryana Karim E. Mudrosid Deni Zamhurd Asum Agus Rahmat Dase Dede Askara Pak Ayar Pak Abang Asep S. Hidayat Ade Junaedi Asep Supendi Udung Suarja Ayep Asep Wakin Nurdin Alit Saman Agus Sukalila Herman Iman Nanang Dadi Ibad Pendi Haji Adis Haji Ajang Acet Iing Nandang Ana Rustiwan Andang Lili Adis Opik Abdul Agus Haji Adang Rata-Rata
6.189,19 6.177,78 7.500,00 4.714,29 6.537,31 7.000,00 4.583,33 8.160,00 5.900,00 7.333,33 7.000,00 8.259,74 7.884,62 4.333,33 6.000,00 7.375,00 5.375,00 4.692,31 5.666,67 7.400,00 6.666,67 6.200,00 6.090,00 4.875,00 7.500,00 5.600,00 4.337,50 6.285,71 4.471,43 6.575,00 7.572,09 8.533,33 5.718,75 10.083,33 7.580,95 6.666,67 3.736,84 5.262,31
3.174.600,00 5.952.382,14 4.761.900,00 1.071.428,57 7.440.477,68 2.678.571,43 3.571.428,57 500.000,00 2.857.142,86 2.500.000,00 300.000,00 900.000,00 300.000,00 1.333.285,71 1.166.666,67 3.500.000,00 3.500.000,00 5.000.000,00 1.333.300,00 1.041.700,00 1.587.300,00 1.666.700,00 2.500.000,00 5.000.000,00 5.357.142,86 1.250.000,00 300.000,00 952.400,00 300.000,00 3.571.428,57 2.604.166,67 1.250.000,00 1.666.700,00 1.333.300,00 300.000,00 2.381.000,00 5.000.000,00 2.456.269,87
12.100,00 21.000,00 13.140,00 10.142,86 17.100,00 15.250,00 20.166,67 18.100,00 7.100,00 12.150,00 7.300,00 13.631,25 14.010,00 9.016,67 15.041,67 14.200,00 7.500,00 8.570,59 15.205,88 12.240,00 18.142,86 9.111,11 10.375,00 15.083,33 18.000,00 14.300,00 14.183,33 12.000,00 12.669,23 13.125,00 15.333,33 9.500,00 15.136,36 13.260,00 12.019,57 10.075,00 12.000,00 12.627,05
316,67 400,00 540,00 291,67 285,71 550,00 400,00 300,00 498,80 500,00 415,29 416,67 165,00 350,00 550,00 480,00 466,67 350,00 103,48 412,45 285,71 290,00 316,67 445,95 740,00 375,00 439,29 250,00 530,00 333,33 233,33 400,00 500,00 337,50 337,50 440,00 350,00 364,56
2.920,79 3.250,00 2.440,00 3.311,48 3.044,33 2.500,00 2.622,22 2.790,00 2.160,00 2.269,33 2.280,00 2.512,00 2.400,00 2.433,33 2.625,00 2.665,64 2.466,67 3.147,29 2.445,18 2.925,37 3.672,13 2.509,23 2.282,15 4.644,27 4.868,42 3.647,06 2.650,00 5.000,00 2.646,77 2.500,00 2.429,41 2.283,15 2.470,29 9.442,31 2.291,81 3.373,91 2.700,00 2.627,62
16.691,01 19.854,44 29.589,70 16.973,80 14.497,62 17.039,99 17.491,42 18.956,55 15.590,24 22.360,94 21.950,79 27.688,80 30.428,67 23.820,40 13.339,38 19.479,06 17.187,42 17.403,08 22.188,13 25.263,80 26.616,69 18.922,58 28.052,18 14.770,52 27.524,14 18.707,04 23.899,94 23.215,15 19.440,21 43.000,00 34.415,89 30.808,44 34.646,42 23.537,52 19.470,45 21.791,44 31.149,28 24.554,73
292.537,31 237.777,78 102.380,95 261.379,31 211.140,35 202.261,90 133.451,61 310.833,33 189.296,88 102.750,00 158.894,23 263.246,75 265.142,86 208.636,36 163.582,09 149.801,59 544.796,12 176.166,67 231.972,79 202.596,15 127.417,58 524.673,91 146.071,43 275.551,47 175.937,50 148.437,50 236.470,59 90.187,50 209.583,33 448.823,53 178.239,85 228.333,33 100.289,86 233.458,33 273.750,00 148.636,36 279.933,33 203.155,16
190.000,00 104.487,18 174.332,06 151.393,44 179.905,06 113.409,09 88.736,11 98.500,00 93.484,85 203.369,57 64.017,86 132.049,76 89.100,00 106.541,67 93.333,33 117.400,00 101.207,87 128.656,25 113.500,00 187.954,55 182.390,08 166.877,43 144.665,01 106.165,73 83.666,67 77.800,00 130.277,78 145.075,00 71.562,50 86.974,11 142.625,00 168.750,00 133.823,53 129.916,67 117.142,86 126.151,32 114.320,75 114.960,31
100
Lampiran 15 Lanjutan No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Nama responden Atam Jujun Juansah Wawan Anas Suryana Karim E. Mudrosid Deni Zamhurd Asum Agus Rahmat Dase Dede Askara Pak Ayar Pak Abang Asep S. Hidayat Ade Junaedi Asep Supendi Udung Suarja Ayep Asep Wakin Nurdin Alit Saman Agus Sukalila Herman Iman Nanang Dadi Ibad Pendi Haji Adis Haji Ajang Acet Iing Nandang Ana Rustiwan Andang Lili Adis Opik Abdul Agus Haji Adang Rata-Rata
Harga kentang (Rp/kg) PY 5.700,00 6.555,56 5.561,87 6.189,19 6.177,78 7.500,00 4.714,29 6.537,31 7.000,00 4.583,33 8.160,00 5.900,00 7.333,33 7.000,00 8.259,74 7.884,62 4.333,33 6.000,00 7.375,00 5.375,00 4.692,31 5.666,67 7.400,00 6.666,67 6.200,00 6.090,00 4.875,00 7.500,00 5.600,00 4.337,50 6.285,71 4.471,43 6.575,00 7.572,09 8.533,33 5.718,75 10.083,33 7.580,95 6.666,67 3.736,84 5.262,31
Harga sumberdaya lahan (Rp/ha/MT) PX1 300.000,00 300.000,00 937.500,00 3.174.600,00 5.952.382,14 4.761.900,00 1.071.428,57 7.440.477,68 2.678.571,43 3.571.428,57 500.000,00 2.857.142,86 2.500.000,00 300.000,00 900.000,00 300.000,00 1.333.285,71 1.166.666,67 3.500.000,00 3.500.000,00 5.000.000,00 1.333.300,00 1.041.700,00 1.587.300,00 1.666.700,00 2.500.000,00 5.000.000,00 5.357.142,86 1.250.000,00 300.000,00 952.400,00 300.000,00 3.571.428,57 2.604.166,67 1.250.000,00 1.666.700,00 1.333.300,00 300.000,00 2.381.000,00 5.000.000,00 2.456.269,87
Harga bibit (Rp/kg) PX2 15.010,00 12.100,00 21.108,33 12.100,00 21.000,00 13.140,00 10.142,86 17.100,00 15.250,00 20.166,67 18.100,00 7.100,00 12.150,00 7.300,00 13.631,25 14.010,00 9.016,67 15.041,67 14.200,00 7.500,00 8.570,59 15.205,88 12.240,00 18.142,86 9.111,11 10.375,00 15.083,33 18.000,00 14.300,00 14.183,33 12.000,00 12.669,23 13.125,00 15.333,33 9.500,00 15.136,36 13.260,00 12.019,57 10.075,00 12.000,00 12.627,05
Harga pupuk kandang (Rp/kg) PX3 560,00 400,00 533,33 316,67 400,00 540,00 291,67 285,71 550,00 400,00 300,00 498,80 500,00 415,29 416,67 165,00 350,00 550,00 480,00 466,67 350,00 103,48 412,45 285,71 290,00 316,67 445,95 740,00 375,00 439,29 250,00 530,00 333,33 233,33 400,00 500,00 337,50 337,50 440,00 350,00 364,56
Harga pupuk kimia (Rp/kg) PX4 2.650,00 2.476,19 2.650,00 2.920,79 3.250,00 2.440,00 3.311,48 3.044,33 2.500,00 2.622,22 2.790,00 2.160,00 2.269,33 2.280,00 2.512,00 2.400,00 2.433,33 2.625,00 2.665,64 2.466,67 3.147,29 2.445,18 2.925,37 3.672,13 2.509,23 2.282,15 4.644,27 4.868,42 3.647,06 2.650,00 5.000,00 2.646,77 2.500,00 2.429,41 2.283,15 2.470,29 9.442,31 2.291,81 3.373,91 2.700,00 2.627,62
Upah nakerlLuar keluarga (Rp/HKSP) PX5 17.179,48 18.221,25 23.607,47 16.691,01 19.854,44 29.589,70 16.973,80 14.497,62 17.039,99 17.491,42 18.956,55 15.590,24 22.360,94 21.950,79 27.688,80 30.428,67 23.820,40 13.339,38 19.479,06 17.187,42 17.403,08 22.188,13 25.263,80 26.616,69 18.922,58 28.052,18 14.770,52 27.524,14 18.707,04 23.899,94 23.215,15 19.440,21 43.000,00 34.415,89 30.808,44 34.646,42 23.537,52 19.470,45 21.791,44 31.149,28 24.554,73
Harga insektisida (Rp/l) PX6 134.042,55 640.540,54 159.785,71 292.537,31 237.777,78 102.380,95 261.379,31 211.140,35 202.261,90 133.451,61 310.833,33 189.296,88 102.750,00 158.894,23 263.246,75 265.142,86 208.636,36 163.582,09 149.801,59 544.796,12 176.166,67 231.972,79 202.596,15 127.417,58 524.673,91 146.071,43 275.551,47 175.937,50 148.437,50 236.470,59 90.187,50 209.583,33 448.823,53 178.239,85 228.333,33 100.289,86 233.458,33 273.750,00 148.636,36 279.933,33 203.155,16
Harga fungisida (Rp/kg) PX7 109.307,36 163.469,18 915.000,00 190.000,00 104.487,18 174.332,06 151.393,44 179.905,06 113.409,09 88.736,11 98.500,00 93.484,85 203.369,57 64.017,86 132.049,76 89.100,00 106.541,67 93.333,33 117.400,00 101.207,87 128.656,25 113.500,00 187.954,55 182.390,08 166.877,43 144.665,01 106.165,73 83.666,67 77.800,00 130.277,78 145.075,00 71.562,50 86.974,11 142.625,00 168.750,00 133.823,53 129.916,67 117.142,86 126.151,32 114.320,75 114.960,31
101
101
Lampiran 16 Perhitungan efisiensi ekonomi dan alokatif menurut cara Taylor (1986) Harga rata-rata input ke-j PXj PX1 PX2 PX3 PX4 PX5 PX6 PX7
Variabel Konstanta (β0) β1 β2 β3 β4 β5 β6 β7
Rp/unit 2 456.269.87 12 627.05 364.56 2 627.62 24 554.73 203 155.16 114 960.31
∑βj
Koefisien 5.5405 0.3441 0.3315 0.1149 0.0826 0.0311 0.0217 0.0399 0.9658
α j = rβ j
βj
βj
254.8054 0.6927 0.6935 0.7799 0.8138 0.8977 0.9202 0.8794 56.4417
0.3563 0.3432 0.1190 0.0855 0.0322 0.0225 0.0413
Dimana: αj = rβj r=
1 8
Σβj
=
1 = 1.0354 0.9658
i =1
1 β β k = β 0Π j β j j 7 + r P7
−r
=
(
1 β 0 β1β1 β 2 β 21 β 3 β3 β 4 β4 β 5 β5 β 6 β6 β 7 β7 r
)
−r
0.3441 (0.3315)0.3315 (0.1149)0.1149 (0.0826)0.0826 (0.0311)0.0311 1 Expβ 0 (0.3441) k= 1.0354 (0.0217)0.0217 (0.0399)0.0399
1 (254.8054)(0.6927)(0.6935)(0.7799)(0.8138)(0.8979)(0.9011) k= 1.0354 (0.9202)(0.8794)
=
1 (56.4417 )−1.0354 1.0354 1.0354
1 1 = 1.0354 56.4417
1 1 1.0354 65.1039 1 = 67.4086 =
k=
0.0148
C Ai = ∑ j =1 Pji X ji 8
−1.0354
−r
102
Lampiran 16 Lanjutan
EEi =
EEi = EAi =
C (Y , P) C Ai
kPX 1α1 PX 2α 2 PX 3α 3 PX 4α 4 PX 5α 5 PX 6α 6 PX 7α 7 PX 8α 8 Y r
∑
8 j =1
Pji X ji
EEi ETi
Keterangan: βj
:
Koefisien variabel input ke-j dari fungsi produksi stochastic frontier dengan metode pendugaan MLE
β0 PXj
: :
Xji Pji Yi i Ci *
: : : : :
CAi EE ET EA
: : : :
Nilai β0 tidak dipangkatkan dengan dirinya seperti nilai koefisien βj tetapi dieksponensialkan Biaya rata-rata input ke-j, yaitu total biaya yang dikeluarkan untuk membeli input ke-j dibagi dengan jumlah input tersebut(Rp/unit) Jumlah input ke- j dari petani ke-i Harga input ke-j dari petani ke-i Jumlah output /produksi kentang petani ke-i (kg) Petani ke-i (1-80) Biaya minimum yang harus digunakan oleh petani ke-i dalam usahatani kentang untuk mencapai produksi kentang yang dihasilkan (Rp) Biaya aktual atau biaya tunai yang digunakan dalam usahatani kentang oleh petani ke-i (Rp) Efisiensi ekonomi Efisiensi teknis Efisiensi alokatif
Dengan demikian, efisiensi ekonomi dan alokatif adalah sebagai berikut: No responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Y 43 000 4 300 5 000 6 700 23 000 2 900 3 040 5 000 2 200 6 300 4 400 1 400 5 100 66 000 4 600 3 100 4 200 2 625 4 547 2 450 4 800 2 000 15 000 1 420 13 000 8 400 1 340 2 300 2 700 3 000 3 400
Yr 62 739.99 5 782.74 6 760.12 9 152.93 32 823.22 3 845.96 4 038.37 6 760.12 2 889.23 8 587.75 5 922.04 1 809.40 6 900.16 97 770.78 6 200.97 4 120.92 5 643.55 3 469.00 6 127.01 3 229.83 6 480.34 2 617.72 21 084.88 1 836.18 18 181.20 11 567.57 1 729.17 3 025.31 3 571.68 3 983.36 4 534.53
C* 52 506 330.88 4 839 501.32 5 657 461.94 7 659 975.04 27 469 352.89 3 218 639.74 3 379 660.04 5 657 461.94 2 417 957.14 7 186 979.62 4 956 080.88 1 514 268.73 5 774 659.13 81 823 166.17 5 189 519.60 3 448 749.90 4 723 017.73 2 903 163.46 5 127 622.68 2 703 007.41 5 423 318.11 2 190 736.56 17 645 674.51 1 536 672.80 15 215 619.32 9 680 757.97 1 447 125.12 2 531 846.49 2 989 091.30 3 333 626.90 3 794 892.84
C Aktual 111 994 000 13 080 000 24 604 000 16 088 500 74 973 000 12 070 400 11 899 625 19 740 750 6 965 000 19 264 000 9 060 000 4 676 600 15 094 000 193 628 000 16 051 500 12 816 500 26 975 000 7 838 500 21 581 400 6 454 250 24 663 500 14 614 000 56 483 000 8 781 817 35 171 500 30 610 650 3 356 820 8 919 500 7 234 500 6 164 000 9 810 900
EE 0.47 0.37 0.23 0.48 0.37 0.27 0.28 0.29 0.35 0.37 0.55 0.32 0.38 0.42 0.32 0.27 0.18 0.37 0.24 0.42 0.22 0.15 0.31 0.17 0.43 0.32 0.43 0.28 0.41 0.54 0.39
ET 0.90 0.62 0.42 0.87 0.69 0.57 0.53 0.51 0.61 0.81 0.97 0.63 0.69 0.79 0.57 0.48 0.36 0.64 0.46 0.76 0.35 0.30 0.59 0.36 0.69 0.62 0.82 0.54 0.52 0.82 0.72
EA 0.52 0.60 0.55 0.55 0.53 0.47 0.54 0.56 0.57 0.46 0.56 0.51 0.55 0.53 0.57 0.56 0.49 0.58 0.52 0.55 0.63 0.50 0.53 0.49 0.63 0.51 0.53 0.53 0.79 0.66 0.54
103
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
1 200 7 400 14 000 21 000 3 500 19 000 4 000 6 900 4 000 7 500 27 000 11 960 3 700 9 000 3 300 7 000 6 700 2 500 6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000
1 542.48 10 144.84 19 631.20 29 872.64 4 672.69 26 932.01 5 365.53 9 435.98 5 365.53 10 286.82 38 751.01 16 677.39 4 949.43 12 424.14 4 396.51 9 577.61 9 152.93 3 298.11 8 164.69 3 298.11 6 760.12 21 084.88 10 997.72 12 767.35 1 675.76 43 217.62 6 760.12 25 465.73 5 365.53 3 434.80 25 465.73 10 997.72 12 424.14 24 587.34 13 856.20 4 258.64 5 365.53 3 298.11 46 204.27 14 574.17 24 733.67 5 365.53 30 609.39 43 217.62 22 541.99 34 301.98 29 872.64 16 735.14 413 982.93
1 290 878.91 8 490 094.10 16 429 109.01 25 000 048.32 3 910 519.34 22 539 069.78 4 490 347.40 7 896 851.91 4 490 347.40 8 608 916.15 32 430 245.67 13 957 098.71 4 142 120.39 10 397 612.20 3 679 386.72 8 015 382.00 7 659 975.04 2 760 144.73 6 832 926.96 2 760 144.73 5 657 461.94 17 645 674.51 9 203 854.15 10 684 834.67 1 402 421.55 36 168 296.17 5 657 461.94 21 311 960.46 4 490 347.40 2 874 540.04 21 311 960.46 9 203 854.15 10 397 612.20 20 576 844.65 11 596 085.99 3 564 004.49 4 490 347.40 2 760 144.73 38 667 785.49 12 196 944.89 20 699 302.45 4 490 347.40 25 616 623.46 36 168 296.17 18 865 117.49 28 706 903.62 25 000 048.32 14 005 433.79 346 457 231.21
3 2 06 500 19 730 000 28 221 000 50 723 200 10 567 150 57 416 400 11 137 500 14 820 800 17 412 000 33 551 500 65 588 500 45 737 000 11 216 266 30 593 667 8 778 516 23 490 500 20 108 667 8 591 500 29 174 400 9 784 800 17 668 000 65 215 000 16 223 400 24 728 750 5 806 600 67 166 600 23 280 900 60 466 000 18 764 700 8 137 800 53 682 200 23 143 544 30 228 166 53 241 000 30 137 900 14 430 900 17 016 400 11 423 000 109 113 850 32 361 680 37 860 450 14 026 750 57 676 000 125 335 000 45 417 438 70 375 300 57 225 400 31 844 060 736 792 000
0.40 0.43 0.58 0.49 0.37 0.39 0.40 0.53 0.26 0.26 0.49 0.31 0.37 0.34 0.42 0.34 0.38 0.32 0.23 0.28 0.32 0.27 0.57 0.43 0.24 0.54 0.24 0.35 0.24 0.35 0.40 0.40 0.34 0.39 0.38 0.25 0.26 0.24 0.35 0.38 0.55 0.32 0.44 0.29 0.42 0.41 0.44 0.44 0.47
0.64 0.89 0.98 0.85 0.83 0.83 0.93 0.95 0.60 0.57 0.95 0.95 0.73 0.98 0.85 0.63 0.93 0.71 0.54 0.64 0.63 0.54 0.85 0.78 0.60 0.84 0.48 0.70 0.70 0.85 0.70 0.87 0.77 0.67 0.70 0.65 0.91 0.57 0.96 0.65 0.95 0.71 0.90 0.61 0.95 0.87 0.73 0.82 0.90
0.63 0.48 0.59 0.58 0.45 0.47 0.43 0.56 0.43 0.45 0.52 0.32 0.51 0.35 0.49 0.54 0.41 0.45 0.43 0.44 0.51 0.50 0.67 0.55 0.40 0.64 0.51 0.50 0.34 0.42 0.57 0.46 0.45 0.58 0.55 0.38 0.29 0.42 0.37 0.58 0.58 0.45 0.49 0.47 0.44 0.47 0.60 0.54 0.52
103
Lampiran 16 Lanjutan No responden 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Y 1 200 7 400 14 000 21 000 3 500 19 000 4 000 6 900 4 000 7 500 27 000 11 960 3 700 9 000 3 300 7 000 6 700 2 500 6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000
Yr 1 542.48 10 144.84 19 631.20 29 872.64 4 672.69 26 932.01 5 365.53 9 435.98 5 365.53 10 286.82 38 751.01 16 677.39 4 949.43 12 424.14 4 396.51 9 577.61 9 152.93 3 298.11 8 164.69 3 298.11 6 760.12 21 084.88 10 997.72 12 767.35 1 675.76 43 217.62 6 760.12 25 465.73 5 365.53 3 434.80 25 465.73 10 997.72 12 424.14 24 587.34 13 856.20 4 258.64 5 365.53 3 298.11 46 204.27 14 574.17 24 733.67 5 365.53 30 609.39 43 217.62 22 541.99 34 301.98 29 872.64 16 735.14 413 982.93
C* 1 290 878.91 8 490 094.10 16 429 109.01 25 000 048.32 3 910 519.34 22 539 069.78 4 490 347.40 7 896 851.91 4 490 347.40 8 608 916.15 32 430 245.67 13 957 098.71 4 142 120.39 10 397 612.20 3 679 386.72 8 015 382.00 7 659 975.04 2 760 144.73 6 832 926.96 2 760 144.73 5 657 461.94 17 645 674.51 9 203 854.15 10 684 834.67 1 402 421.55 36 168 296.17 5 657 461.94 21 311 960.46 4 490 347.40 2 874 540.04 21 311 960.46 9 203 854.15 10 397 612.20 20 576 844.65 11 596 085.99 3 564 004.49 4 490 347.40 2 760 144.73 38 667 785.49 12 196 944.89 20 699 302.45 4 490 347.40 25 616 623.46 36 168 296.17 18 865 117.49 28 706 903.62 25 000 048.32 14 005 433.79 346 457 231.21
C Aktual 3 2 06 500 19 730 000 28 221 000 50 723 200 10 567 150 57 416 400 11 137 500 14 820 800 17 412 000 33 551 500 65 588 500 45 737 000 11 216 266 30 593 667 8 778 516 23 490 500 20 108 667 8 591 500 29 174 400 9 784 800 17 668 000 65 215 000 16 223 400 24 728 750 5 806 600 67 166 600 23 280 900 60 466 000 18 764 700 8 137 800 53 682 200 23 143 544 30 228 166 53 241 000 30 137 900 14 430 900 17 016 400 11 423 000 109 113 850 32 361 680 37 860 450 14 026 750 57 676 000 125 335 000 45 417 438 70 375 300 57 225 400 31 844 060 736 792 000
EE 0.40 0.43 0.58 0.49 0.37 0.39 0.40 0.53 0.26 0.26 0.49 0.31 0.37 0.34 0.42 0.34 0.38 0.32 0.23 0.28 0.32 0.27 0.57 0.43 0.24 0.54 0.24 0.35 0.24 0.35 0.40 0.40 0.34 0.39 0.38 0.25 0.26 0.24 0.35 0.38 0.55 0.32 0.44 0.29 0.42 0.41 0.44 0.44 0.47
ET 0.64 0.89 0.98 0.85 0.83 0.83 0.93 0.95 0.60 0.57 0.95 0.95 0.73 0.98 0.85 0.63 0.93 0.71 0.54 0.64 0.63 0.54 0.85 0.78 0.60 0.84 0.48 0.70 0.70 0.85 0.70 0.87 0.77 0.67 0.70 0.65 0.91 0.57 0.96 0.65 0.95 0.71 0.90 0.61 0.95 0.87 0.73 0.82 0.90
EA 0.63 0.48 0.59 0.58 0.45 0.47 0.43 0.56 0.43 0.45 0.52 0.32 0.51 0.35 0.49 0.54 0.41 0.45 0.43 0.44 0.51 0.50 0.67 0.55 0.40 0.64 0.51 0.50 0.34 0.42 0.57 0.46 0.45 0.58 0.55 0.38 0.29 0.42 0.37 0.58 0.58 0.45 0.49 0.47 0.44 0.47 0.60 0.54 0.52
104
Lampiran 17 Perhitungan efisiensi ekonomi dan alokatif melalui penurunan fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE menjadi fungsi biaya dual Harga rata-rata input ke-j
Variabe l
βj
Koefis ien
βj
7
∑β j =1
7
7
βj
j =1
∑ βj
∑ βj
j
βj
1
7
Pj
j =1
1 7
∑β j
β0 Pj P1
Rp/unit 2 456.269.87
P2 P3 P4 P5 P6 P7
12 627.05 364.56 2 627.62 24 554.73 203 155.16 114 960.31
(β0) β1
5.5405 0.3441
β2 β3 β4 β5 β6 β7
0.3315 0.1149 0.0826 0.0311 0.0217 0.0399 0.9658
j =1
0,3563 0,3432 0,1190 0,0855 0,0322 0,0225 0,0413
0,6838 0,6846 0,7730 0,8079 0,8943 0,9175 0,8754
189,1295 25,5697 2,0173 1,9609 1,3847 1,3160 1,6183
0,2100
56416,5132
j
Karena 1
C = * i
β
Yi
1 Σ7j =1β j 0
1 Σ7j =1β j
Σ 7j =1β j βj
βj Σ7j =1β j j
Π P 7 1
Σ7j =1β j j
Π17 β
dan 7
C Ai = Σ Pji X ji j =1
Maka
1 1
Yi
1 Σ7j =1β j
Σ 7j =1β j βj
Σ7j =1β j
EEi =
Σ7j =1β j
β0
Π17 β j 7
Σ Pji X ji j =1
*
C EEi EEi = i dan AEi = C Ai TEi
j =1
j
βj 7
∑ βj
Π 7j =1β jj=1
254,8054
7
∑β
1
∑β
βj Σ7j =1β j j
Π17 P
0,00322541
4,59913250 7
105
Lampiran 17 Lanjutan Keterangan: βj
:
Koefisien variabel input ke-j dari fungsi produksi stochastic frontier dengan metode pendugaan MLE
Pj
:
Xji Pji Yi i Ci *
: : : : :
CAi EE ET EA
: : : :
Biaya rata-rata input ke-j, yaitu total biaya yang dikeluarkan untuk membeli input ke-j dibagi dengan jumlah input tersebut(Rp/unit) Jumlah input ke- j dari petani ke-i Harga input ke-j dari petani ke-i Jumlah output /produksi kentang petani ke-i (kg) Petani ke-i (1-80) Biaya minimum yang harus digunakan oleh petani ke-i dalam usahatani kentang untuk mencapai produksi kentang yang dihasilkan (Rp) Biaya aktual atau biaya tunai yang digunakan dalam usahatani kentang oleh petani ke-i (Rp) Efisiensi ekonomi Efisiensi teknis Efisiensi alokatif
Dengan demikian, efisiensi ekonomi dan alokatif adalah sebagai berikut: No resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Y
Yi 43 000 4 300 5 000 6 700 23 000 2 900 3 040 5 000 2 200 6 300 4 400 1 400 5 100 66 000 4 600 3 100 4 200 2 625 4 547 2 450 4 800 2 000 15 000 1 420 13 000 8 400 1 340 2 300 2 700 3 000 3 400 1 200 7 400 14 000 21 000 3 500 19 000 4 000 6 900 4 000 7 500 27 000 11 960 3 700 9 000 3 300 7 000
1 Σ7j =1β j
62 739.99 5 782.74 6 760.12 9 152.93 32 823.22 3 845.96 4 038.37 6 760.12 2 889.23 8 587.75 5 922.04 1 809.40 6 900.16 97 770.78 6 200.97 4 120.92 5 643.55 3 469.00 6 127.01 3 229.83 6 480.34 2 617.72 21 084.88 1 836.18 18 181.20 11 567.57 1 729.17 3 025.31 3 571.68 3 983.36 4 534.53 1 542.48 10 144.84 19 631.20 29 872.64 4 672.69 26 932.01 5 365.53 9 435.98 5 365.53 10 286.82 38 751.01 16 677.39 4 949.43 12 424.14 4 396.51 9 577.61
Ci* 52 506 330.88 4 839 501.32 5 657 461.94 7 659 975.04 27 469 352.89 3 218 639.74 3 379 660.04 5 657 461.94 2 417 957.14 7 186 979.62 4 956 080.88 1 514 268.73 5 774 659.13 81 823 166.17 5 189 519.60 3 448 749.90 4 723 017.73 2 903 163.46 5 127 622.68 2 703 007.41 5 423 318.11 2 190 736.56 17 645 674.51 1 536 672.80 15 215 619.32 9 680 757.97 1 447 125.12 2 531 846.49 2 989 091.30 3 333 626.90 3 794 892.84 1 290 878.91 8 490 094.10 16 429 109.01 25 000 048.32 3 910 519.34 22 539 069.78 4 490 347.40 7 896 851.91 4 490 347.40 8 608 916.15 32 430 245.67 13 957 098.71 4 142 120.39 10 397 612.20 3 679 386.72 8 015 382.00
C Aktual
111 994 000 13 080 000 24 604 000 16 088 500 74 973 000 12 070 400 11 899 625 19 740 750 6 965 000 19 264 000 9 060 000 4 676 600 15 094 000 193 628 000 16 051 500 12 816 500 26 975 000 7 838 500 21 581 400 6 454 250 24 663 500 14 614 000 56 483 000 8 781 817 35 171 500 30 610 650 3 356 820 8 919 500 7 234 500 6 164 000 9 810 900 3 2 06 500 19 730 000 28 221 000 50 723 200 10 567 150 57 416 400 11 137 500 14 820 800 17 412 000 33 551 500 65 588 500 45 737 000 11 216 266 30 593 667 8 778 516 23 490 500
EE
ET
EA
0.47 0.37 0.23 0.48 0.37 0.27 0.28 0.29 0.35 0.37 0.55 0.32 0.38 0.42 0.32 0.27 0.18 0.37 0.24 0.42 0.22 0.15 0.31 0.17 0.43 0.32 0.43 0.28 0.41 0.54 0.39 0.40 0.43 0.58 0.49 0.37 0.39 0.40 0.53 0.26 0.26 0.49 0.31 0.37 0.34 0.42 0.34
0.90 0.62 0.42 0.87 0.69 0.57 0.53 0.51 0.61 0.81 0.97 0.63 0.69 0.79 0.57 0.48 0.36 0.64 0.46 0.76 0.35 0.30 0.59 0.36 0.69 0.62 0.82 0.54 0.52 0.82 0.72 0.64 0.89 0.98 0.85 0.83 0.83 0.93 0.95 0.60 0.57 0.95 0.95 0.73 0.98 0.85 0.63
0.52 0.60 0.55 0.55 0.53 0.47 0.54 0.56 0.57 0.46 0.56 0.51 0.55 0.53 0.57 0.56 0.49 0.58 0.52 0.55 0.63 0.50 0.53 0.49 0.63 0.51 0.53 0.53 0.79 0.66 0.54 0.63 0.48 0.59 0.58 0.45 0.47 0.43 0.56 0.43 0.45 0.52 0.32 0.51 0.35 0.49 0.54
106
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 71 73 74 75 76 77 78 79 80
6 700 2 500 6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000
9 152.93 3 298.11 8 164.69 3 298.11 6 760.12 21 084.88 10 997.72 12 767.35 1 675.76 43 217.62 6 760.12 25 465.73 5 365.53 3 434.80 25 465.73 10 997.72 12 424.14 24 587.34 13 856.20 4 258.64 5 365.53 3 298.11 46 204.27 14 574.17 24 733.67 5 365.53 30 609.39 43 217.62 22 541.99 34 301.98 29 872.64 16 735.14 413 982.93
7 659 975.04 2 760 144.73 6 832 926.96 2 760 144.73 5 657 461.94 17 645 674.51 9 203 854.15 10 684 834.67 1 402 421.55 36 168 296.17 5 657 461.94 21 311 960.46 4 490 347.40 2 874 540.04 21 311 960.46 9 203 854.15 10 397 612.20 20 576 844.65 11 596 085.99 3 564 004.49 4 490 347.40 2 760 144.73 38 667 785.49 12 196 944.89 20 699 302.45 4 490 347.40 25 616 623.46 36 168 296.17 18 865 117.49 28 706 903.62 25 000 048.32 14 005 433.79 346 457 231.21
20 108 667 8 591 500 29 174 400 9 784 800 17 668 000 65 215 000 16 223 400 24 728 750 5 806 600 67 166 600 23 280 900 60 466 000 18 764 700 8 137 800 53 682 200 23 143 544 30 228 166 53 241 000 30 137 900 14 430 900 17 016 400 11 423 000 109 113 850 32 361 680 37 860 450 14 026 750 57 676 000 125 335 000 45 417 438 70 375 300 57 225 400 31 844 060 736 792 000
0.38 0.32 0.23 0.28 0.32 0.27 0.57 0.43 0.24 0.54 0.24 0.35 0.24 0.35 0.40 0.40 0.34 0.39 0.38 0.25 0.26 0.24 0.35 0.38 0.55 0.32 0.44 0.29 0.42 0.41 0.44 0.44 0.47
0.93 0.71 0.54 0.64 0.63 0.54 0.85 0.78 0.60 0.84 0.48 0.70 0.70 0.85 0.70 0.87 0.77 0.67 0.70 0.65 0.91 0.57 0.96 0.65 0.95 0.71 0.90 0.61 0.95 0.87 0.73 0.82 0.90
0.41 0.45 0.43 0.44 0.51 0.50 0.67 0.55 0.40 0.64 0.51 0.50 0.34 0.42 0.57 0.46 0.45 0.58 0.55 0.38 0.29 0.42 0.37 0.58 0.58 0.45 0.49 0.47 0.44 0.47 0.60 0.54 0.52
106
Lampiran 17 Lanjutan No resp 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 71 73 74 75 76 77 78 79 80
Y
Yi 6 700 2 500 6 000 2 500 5 000 15 000 8 000 9 240 1 300 30 000 5 000 18 000 4 000 2 600 18 000 8 000 9 000 17 400 10 000 3 200 4 000 2 500 32 000 10 500 17 500 4 000 21 500 30 000 16 000 24 000 21 000 12 000 266 000
1 Σ7j =1β j
9 152.93 3 298.11 8 164.69 3 298.11 6 760.12 21 084.88 10 997.72 12 767.35 1 675.76 43 217.62 6 760.12 25 465.73 5 365.53 3 434.80 25 465.73 10 997.72 12 424.14 24 587.34 13 856.20 4 258.64 5 365.53 3 298.11 46 204.27 14 574.17 24 733.67 5 365.53 30 609.39 43 217.62 22 541.99 34 301.98 29 872.64 16 735.14 413 982.93
Ci* 7 659 975.04 2 760 144.73 6 832 926.96 2 760 144.73 5 657 461.94 17 645 674.51 9 203 854.15 10 684 834.67 1 402 421.55 36 168 296.17 5 657 461.94 21 311 960.46 4 490 347.40 2 874 540.04 21 311 960.46 9 203 854.15 10 397 612.20 20 576 844.65 11 596 085.99 3 564 004.49 4 490 347.40 2 760 144.73 38 667 785.49 12 196 944.89 20 699 302.45 4 490 347.40 25 616 623.46 36 168 296.17 18 865 117.49 28 706 903.62 25 000 048.32 14 005 433.79 346 457 231.21
C Aktual
20 108 667 8 591 500 29 174 400 9 784 800 17 668 000 65 215 000 16 223 400 24 728 750 5 806 600 67 166 600 23 280 900 60 466 000 18 764 700 8 137 800 53 682 200 23 143 544 30 228 166 53 241 000 30 137 900 14 430 900 17 016 400 11 423 000 109 113 850 32 361 680 37 860 450 14 026 750 57 676 000 125 335 000 45 417 438 70 375 300 57 225 400 31 844 060 736 792 000
EE
ET
EA
0.38 0.32 0.23 0.28 0.32 0.27 0.57 0.43 0.24 0.54 0.24 0.35 0.24 0.35 0.40 0.40 0.34 0.39 0.38 0.25 0.26 0.24 0.35 0.38 0.55 0.32 0.44 0.29 0.42 0.41 0.44 0.44 0.47
0.93 0.71 0.54 0.64 0.63 0.54 0.85 0.78 0.60 0.84 0.48 0.70 0.70 0.85 0.70 0.87 0.77 0.67 0.70 0.65 0.91 0.57 0.96 0.65 0.95 0.71 0.90 0.61 0.95 0.87 0.73 0.82 0.90
0.41 0.45 0.43 0.44 0.51 0.50 0.67 0.55 0.40 0.64 0.51 0.50 0.34 0.42 0.57 0.46 0.45 0.58 0.55 0.38 0.29 0.42 0.37 0.58 0.58 0.45 0.49 0.47 0.44 0.47 0.60 0.54 0.52
107
Lampiran 18 Efisiensi petani bermitra berdasar strata luas lahan Strata
No responden
Nama responden
I
27 12 32 20 11 18 24 9 28 30 6 31 7 10 16 29 Subtotal Rata-rata 2 4 13 22 15 8 19 17 26 3 Subtotal Rata-rata 21 25 23 5 1 14 Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
Undang Kiara Sanding Wahyu Ade Yadi Aris Alit Ade Rubini Yayat Engkos Tasman Aban Ano Yayan Undang Iha Andi Koko Ayi Suwarso
II
III
Cucuk Kirman Aran Kartiwa Dikdik Mustofa Juju Mamad Cahriman Cecep Hudrayana Ujang Suherman Budi Pulosari Asep Wardani
Ayin Kurnia Asep Tatang Tisno Haji Karman Fitri Hidayah Akbar Dede Sunaryat
Luas lahan 0.06 0.08 0.08 0.11 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.17 0.17 0.21 0.21 0.24 0.24 2.47 0.15 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.40 0.42 0.48 0.48 0.50 3.72 0.37 0.64 0.80 1.00 1.28 2.00 4.00 9.72 1.62 15.91 0.50
Efisiensi teknis 0.82 0.63 0.64 0.76 0.97 0.64 0.36 0.61 0.54 0.82 0.57 0.72 0.53 0.81 0.48 0.52 10.42 0.65 0.62 0.87 0.69 0.30 0.57 0.51 0.46 0.36 0.62 0.42 5.42 0.54 0.35 0.69 0.59 0.69 0.90 0.79 4.01 0.67 19.85 0.62
Efisiensi alokatif 0.53 0.51 0.63 0.55 0.56 0.58 0.49 0.57 0.53 0.66 0.47 0.54 0.54 0.46 0.56 0.79 8.96 0.56 0.60 0.55 0.55 0.50 0.57 0.56 0.52 0.49 0.51 0.55 5.39 0.54 0.63 0.63 0.53 0.53 0.52 0.53 3.37 0.56 17.72 0.55
Efisiensi ekonomi 0.43 0.32 0.40 0.42 0.55 0.37 0.17 0.35 0.28 0.54 0.27 0.39 0.28 0.37 0.27 0.41 5.83 0.36 0.37 0.48 0.38 0.15 0.32 0.29 0.24 0.18 0.32 0.23 2.95 0.29 0.22 0.43 0.31 0.37 0.47 0.42 2.22 0.37 11.00 0.34
108
Lampiran 19 Efisiensi petani yang tidak bermitra berdasar strata luas lahan Strata I
II
III
No responden 56 61 36 46 49 51 68 38 60 67 69 39 40 44 48 Subtotal Rata-rata 33 45 52 54 73 63 47 41 50 58 64 55 Subtotal Rata-rata 66 79 34 76 71 72 43 74 70 35 37 53 59 62 65 77 78 42 57 75 80 Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
Nama responden Asep Supendi Alit Saman Ajang Karmana E. Mudrosid Agus Rahmat Dede Askara Pendi Devi Nurdin Ibad Haji Adis Endang Ujang Maman Anas Suryana Asum
Yatiman Karim Pak Ayar Asep S.Hidayat Ana Rustiwan Herman Deni Zamhurd Atam Dase Ayep Iman Ade Junaedi
Dadi Agus Asep Wawan Adis Acet Iing Nandang Wawan Andang Haji Ajang Ade Yayan Dindin Pak Abang Asep Wakin Agus Sukalila Nanang Opik Abdul Jujun Juansah Udung Suarja Lili Haji Adang
Luas lahan 0.04 0.11 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.21 0.21 0.21 0.22 2.35 0.16 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.35 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 4.23 0.35 0.56 0.56 0.64 0.64 0.70 0.70 0.72 0.96 0.98 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.12 1.40 2.00 14.00 32.98 1.57 39.56 0.82
Efisiensi teknis 0.60 0.85 0.83 0.85 0.71 0.64 0.91 0.93 0.70 0.65 0.57 0.95 0.60 0.73 0.93 11.45 0.76 0.89 0.98 0.63 0.85 0.71 0.87 0.63 0.57 0.54 0.48 0.77 0.78 8.70 0.73 0.70 0.82 0.98 0.95 0.65 0.95 0.95 0.90 0.96 0.85 0.83 0.54 0.70 0.70 0.67 0.87 0.73 0.95 0.84 0.61 0.90 17.05 0.81 37.20 0.78
Efisiensi alokatif
Efisiensi ekonomi 0.40 0.42 0.45 0.49 0.45 0.44 0.29 0.43 0.34 0.38 0.42 0.56 0.43 0.51 0.41 6.43 0.43 0.48 0.35 0.51 0.67 0.45 0.46 0.54 0.45 0.43 0.51 0.45 0.55 5.85 0.49 0.55 0.54 0.59 0.44 0.58 0.58 0.32 0.49 0.37 0.58 0.47 0.50 0.50 0.57 0.58 0.47 0.60 0.52 0.64 0.47 0.52 10.88 0.52 23.15 0.48
0.24 0.35 0.37 0.42 0.32 0.28 0.26 0.40 0.24 0.25 0.24 0.53 0.26 0.37 0.38 4.92 0.33 0.43 0.34 0.32 0.57 0.32 0.40 0.34 0.26 0.23 0.24 0.34 0.43 4.23 0.35 0.38 0.44 0.58 0.42 0.38 0.55 0.31 0.44 0.35 0.49 0.39 0.27 0.35 0.40 0.39 0.41 0.44 0.49 0.54 0.29 0.47 8.78 0.42 17.93 0.37
109
Lampiran 20 Efisiensi seluruh petani sampel berdasar strata luas lahan Strata I
II
III
No responden 56 27 12 32 20 61 11 18 24 36 46 49 51 68 9 28 30 38 60 67 69 6 31 7 10 39 40 44 48 16 29 Subtotal Rata-rata 2 4 13 22 33 45 52 54 73 15 63 47 8 19 41 50 58 64 17 26 55 3 Subtotal Rata-rata 66 79 21 34 76
Nama responden Asep Supendi Undang Kiara Sanding Wahyu Ade Yadi Aris Alit Saman Alit Ade Rubini Yayat Ajang Karmana E. Mudrosid Agus Rahmat Dede Askara Pendi Engkos Tasman Aban Devi Nurdin Ibad Haji Adis Ano Yayan Undang Iha Andi Endang Ujang Maman Anas Suryana Asum Koko Ayi Suwarso
Cucuk Kirman Aran Kartiwa Dikdik Mustofa Juju Yatiman Karim Pak Ayar Asep S.Hidayat Ana Rustiwan Mamad Herman Deni Zamhurd Cahriman Cecep Hudrayana Atam Dase Ayep Iman Ujang Suherman Budi Pulosari Ade Junaedi Asep Wardani
Dadi Agus Ayin Kurnia Asep Wawan Adis
Luas lahan
Efisiensi teknis
0.04 0.06 0.08 0.08 0.11 0.11 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.17 0.17 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.22 0.24 0.24 4.82 0.16 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.32 0.35 0.40 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 0.48 0.48 0.50 7.95 0.36 0.56 0.56 0.64 0.64 0.64
0.60 0.82 0.63 0.64 0.76 0.85 0.97 0.64 0.36 0.83 0.85 0.71 0.64 0.91 0.61 0.54 0.82 0.93 0.70 0.65 0.57 0.57 0.72 0.53 0.81 0.95 0.60 0.73 0.93 0.48 0.52 21.87 0.71 0.62 0.87 0.69 0.30 0.89 0.98 0.63 0.85 0.71 0.57 0.87 0.63 0.51 0.46 0.57 0.54 0.48 0.77 0.36 0.62 0.78 0.42 14.12 0.64 0.70 0.82 0.35 0.98 0.95
Efisiensi alokatif 0.40 0.53 0.51 0.63 0.55 0.42 0.56 0.58 0.49 0.45 0.49 0.45 0.44 0.29 0.57 0.53 0.66 0.43 0.34 0.38 0.42 0.47 0.54 0.54 0.46 0.56 0.43 0.51 0.41 0.56 0.79 15.39 0.50 0.60 0.55 0.55 0.50 0.48 0.35 0.51 0.67 0.45 0.57 0.46 0.54 0.56 0.52 0.45 0.43 0.51 0.45 0.49 0.51 0.55 0.55 11.23 0.51 0.55 0.54 0.63 0.59 0.44
Efisiensi ekonomi 0.24 0.43 0.32 0.40 0.42 0.35 0.55 0.37 0.17 0.37 0.42 0.32 0.28 0.26 0.35 0.28 0.54 0.40 0.24 0.25 0.24 0.27 0.39 0.28 0.37 0.53 0.26 0.37 0.38 0.27 0.41 10.76 0.35 0.37 0.48 0.38 0.15 0.43 0.34 0.32 0.57 0.32 0.32 0.40 0.34 0.29 0.24 0.26 0.23 0.24 0.34 0.18 0.32 0.43 0.23 7.17 0.33 0.38 0.44 0.22 0.58 0.42
110
71 72 43 25 74 70 23 35 37 53 59 62 65 77 78 42 5 57 1 75 14 80 Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
Acet Iing Nandang Wawan Asep Tatang Andang Haji Ajang Tisno Ade Yayan Dindin Pak Abang Asep Wakin Agus Sukalila Nanang Opik Abdul Jujun Juansah Haji Karman Udung Suarja Fitri Hidayah Akbar Lili Dede Sunaryat Haji Adang
0.70 0.70 0.72 0.80 0.96 0.98 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.12 1.28 1.40 2.00 2.00 4.00 14.00 42.70 1.58 55.47 0.69
0.65 0.95 0.95 0.69 0.90 0.96 0.59 0.85 0.83 0.54 0.70 0.70 0.67 0.87 0.73 0.95 0.69 0.84 0.90 0.61 0.79 0.90 21.06 0.78 57.05 0.71
0.58 0.58 0.32 0.63 0.49 0.37 0.53 0.58 0.47 0.50 0.50 0.57 0.58 0.47 0.60 0.52 0.53 0.64 0.52 0.47 0.53 0.52 14.25 0.53 40.87 0.51
0.38 0.55 0.31 0.43 0.44 0.35 0.31 0.49 0.39 0.27 0.35 0.40 0.39 0.41 0.44 0.49 0.37 0.54 0.47 0.29 0.42 0.47 11.00 0.41 28.93 0.36
110
Lampiran 20 Lanjutan Strata
No responden
III
Nama responden 71 72 43 25 74 70 23 35 37 53 59 62 65 77 78 42 5 57 1 75 14 80
Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
Acet Iing Nandang Wawan Asep Tatang Andang Haji Ajang Tisno Ade Yayan Dindin Pak Abang Asep Wakin Agus Sukalila Nanang Opik Abdul Jujun Juansah Haji Karman Udung Suarja Fitri Hidayah Akbar Lili Dede Sunaryat Haji Adang
Luas lahan
Efisiensi teknis
0.70 0.70 0.72 0.80 0.96 0.98 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.12 1.28 1.40 2.00 2.00 4.00 14.00 42.70 1.58 55.47 0.69
0.65 0.95 0.95 0.69 0.90 0.96 0.59 0.85 0.83 0.54 0.70 0.70 0.67 0.87 0.73 0.95 0.69 0.84 0.90 0.61 0.79 0.90 21.06 0.78 57.05 0.71
Efisiensi alokatif 0.58 0.58 0.32 0.63 0.49 0.37 0.53 0.58 0.47 0.50 0.50 0.57 0.58 0.47 0.60 0.52 0.53 0.64 0.52 0.47 0.53 0.52 14.25 0.53 40.87 0.51
Efisiensi ekonomi 0.38 0.55 0.31 0.43 0.44 0.35 0.31 0.49 0.39 0.27 0.35 0.40 0.39 0.41 0.44 0.49 0.37 0.54 0.47 0.29 0.42 0.47 11.00 0.41 28.93 0.36
111
Lampiran 21 Sebaran efisiensi teknis, ekonomi, dan alokatif seluruh petani sampel Indeks efisiensi 0.00-0.20 0.21-0.30 0.31-0.40 0.41-0.50 0.51-0.60 0.61-0.70 0.71-0.80 0.81-0.90 0.91-1.00 Total Min Maks Rata-rata
Efisiensi teknis Jumlah Persentase 0 0.00 1 1.25 3 3.75 4 5.00 13 16.25 20 25.00 9 11.25 18 22.50 12 15.00 80 100.00 0.30 0.98 0.71
Efisiensi alokatif Jumlah Persentase 0 0.00 1 1.25 6 7.50 27 52.50 39 33.75 6 7.50 1 1.25 0 0.00 0 0.00 80 100.00 0.29 0.79 0.51
Efisiensi ekonomi Jumlah Persentase 3 3.75 20 25.00 32 40.00 18 22.50 7 8.75 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 80 100.00 0.15 0.58 0.36
112
Lampiran 22 Sebaran efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi seluruh petani sampel berdasar luas lahan Indeks efisiensi 0.00-0.20 0.20-0.30 0.30-0.40 0.41-0.50 0.51-0.60 0.61-0.70 0.71-0.80 0.81-0.90 0.90-1.00 Total Min Maks Rata-rata
Strata I Σ % 0 0.00 0 0.00 1 3.23 1 3.23 7 22.58 7 22.58 4 12.90 6 19.35 5 9.68 31 100 0.36 0.97 0.71
Efisiensi teknis Strata II Σ % 0 0.00 1 4.55 1 4.55 3 13.64 4 18.18 5 22.73 3 13.64 4 18.18 1 4.55 22 100 0.30 0.98 0.64
Strata III Σ % 0 0 0 0 1 3.70 0 0 2 7.41 8 29.63 2 7.41 8 29.63 6 22.22 27 100 0.35 0.98 0.78
Efisiensi alokatif Strata II Σ % Σ % 0 0 0 0 1 3.23 0 0 3 9.68 1 4.55 12 38.71 8 4.55 12 38.71 12 54.55 2 6.45 1 4.55 1 3.23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 100 22 10 0.29 0.35 0.79 0.67 0.50 0.51 Strata I
Strata III Σ % 0 0 0 0 2 7.41 7 25.92 15 55.56 3 11.11 0 0 0 0 0 0 27 100 0.32 0.64 0.53
Strata I Σ % 1 3.23 11 35.48 12 38.71 4 12.90 3 9.68 0 0 0 0 0 0 0 0 31 100 0.17 0.55 0.35
Efisiensi ekonomi Strata II Σ % 2 6.45 6 22.22 10 45.45 3 13.64 1 4.55 0 0 0 0 0 0 0 0 22 100 0.15 0/57 0.33
Strata III % 0 0 3 11.11 10 37.03 11 40.74 3 11.11 0 0 0 0 0 0 0 0 27 100 0.22 0.58 0.41
Σ
113
Lampiran 23 Sebaran efisiensi teknis, ekonomi, dan alokatif seluruh petani sampel berdasar kemitraan Indeks efisiensi
0.00-0.20 0.21-0.30 0.31-0.40 0.41-0.50 0.51-0.60 0.61-0.70
Efisiensi teknis Petani Bermitra Tidak bermitra Σ (%) Σ (%) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 12.50 0 0.00 3 9.38 1 2.08 7 21.88 6 12.50 9 28.12 11 22.92
Efisiensi alokatif petani Bermitra Tidak bermitra Σ (%) Σ (%) 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.08 0 0.00 6 12.50 5 15.12 22 45.83 22 68.75 17 35.42 4 0.00 2 4.17
0.71-0.80 0.81-0.90
3 5
9.38 15.62
6 13
12.50 27.08
1 0
3.13 0.00
0 0
0.00 0.00
0 0
0.00 0.00
0 0
0.00 0.00
0.91-1.00 Total Min Maks Rata-rata
1 32
3.12 100.00 0.30 0.97 0.62 a
11 48
22.92 100.00 0.48 0.98 0.78
0 32
0.00 100.00 0.46 0.79 0.55 a
0 48
0.00 100.00 0.29 0.67 0.48
0 32
0.00 100.00 0.15 0.55 0.34 d
0 48
0.00 100.00 0.23 0.58 0.37
Keterangan: a dan d signifikan pada α = 0.01 dan 0.2
Efisiensi ekonomi petani Petani. Tidak bermitra bermitra Σ (%) Σ (%) 3 9.37 0 0.00 8 25.00 12 25.00 12 37.50 20 41.66 7 21.88 11 22.92 2 6.25 5 10.42 0 0.00 0 0.00
114
Lampiran 24 Inefisiensi alokatif petani kentang di Kecamatan Pangalengan dan faktor- faktor yang mempengaruhinya tahun 2010/1011 ————— 08/02/2013 14:25:35 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Regression Analysis: IA versus Z1; D1; D2 The regression equation is IA = 0,551 - 0,00265 Z1 - 0,0580 D1 - 0,0466 D2
Predictor Constant Z1 D1 D2
Coef 0,55140 -0,002649 -0,05795 -0,04663
S = 0,0702275
SE Coef 0,01350 0,001584 0,01657 0,01666
R-Sq = 31,2%
PRESS = 0,415589
T 40,84 -1,67 -3,50 -2,80
P 0,000 0,099 0,001 0,006
VIF 1,1 1,1 1,1
R-Sq(adj) = 28,5%
R-Sq(pred) = 23,74%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source Z1 D1 D2
DF 1 1 1
DF 3 76 79
SS 0,170175 0,374824 0,544999
MS 0,056725 0,004932
F 11,50
P 0,000
Seq SS 0,061723 0,069821 0,038631
Unusual Observations Obs 29 43 54 68 80
Z1 5,0 0,0 2,0 0,0 25,0
IA 0,21000 0,68000 0,33000 0,71000 0,48000
Fit 0,43357 0,50477 0,49947 0,55140 0,43854
SE Fit 0,01414 0,01546 0,01397 0,01350 0,03369
Residual -0,22357 0,17523 -0,16947 0,15860 0,04146
St Resid -3,25R 2,56R -2,46R 2,30R 0,67 X
115
Lampiran 25 Inefisiensi ekonomi petani kentang di Kecamatan Pangalengan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tahun 2010/1011 ————— 08/02/2013 14:20:12 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.
Regression Analysis: IE versus Z1; D1; D2 The regression equation is 1E = 0,668 - 0,00338 Z1 + 0,0469 D1 - 0,0561 D2
Predictor Constant Z1 D1 D2
Coef 0,66818 -0,003381 0,04688 -0,05612
S = 0,0908498
SE Coef 0,01746 0,002049 0,02143 0,02155
R-Sq = 16,3%
PRESS = 0,693414
T 38,26 -1,65 2,19 -2,60
P 0,000 0,103 0,032 0,011
VIF 1,1 1,1 1,1
R-Sq(adj) = 13,0%
R-Sq(pred) = 7,51%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source Z1 D1 D2
DF 1 1 1
DF 3 76 79
SS 0,122468 0,627281 0,749749
MS 0,040823 0,008254
F 4,95
P 0,003
Seq SS 0,034716 0,031785 0,055967
Unusual Observations Obs 11 22 24 30 34 72 80
Z1 5,0 13,0 14,0 5,0 0,0 10,0 25,0
1E 0,4500 0,8500 0,8300 0,4600 0,4200 0,4500 0,5300
Fit 0,6982 0,6150 0,6116 0,6420 0,6121 0,6344 0,5275
SE Fit 0,0211 0,0209 0,0221 0,0183 0,0200 0,0227 0,0436
Residual -0,2482 0,2350 0,2184 -0,1820 -0,1921 -0,1844 0,0025
St Resid -2,81R 2,66R 2,48R -2,05R -2,17R -2,10R 0,03 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Durbin-Watson statistic = 1,90892
Residuals vs Fits for 1E
116
Lampiran 26 Analisis usahatani kentang petani yang bermitra dengan PT. IFM Strata I
II
III
No
Nama resp Penerimaan t Luas lahan Biaya sewa Biaya bibit (R Biaya pupu Biaya pupu Biaya naker l Biaya insek Biaya fungisidBiaya tunai (RR/C atas biaKeuntungan tuBiaya sewa Biaya nake Biaya peny Biaya total (R R/C atas biaKeuntungan t 27 Undang Kia 6720000 0,064 19200 1255000 300000 247000 1036620 137500 361500 3356820 2,00 3363180 80000 317380 103667 3857867 1,74 2862133 12 Wahyu 6670000 0,077 23100 1612500 450000 270000 1053000 508000 760000 4676600 1,43 1993400 110000 15000 111667 4913267 1,36 1756733 32 Ade Yadi 6390000 0,08 45000 1260000 275000 185000 460000 173750 807750 3206500 1,99 3183500 150000 2949000 81500 6387000 1,00 3000 20 Aris 12170000 0,112 8750 3162500 335000 345000 1000000 512500 1090500 6454250 1,89 5715750 140000 354000 105000 7053250 1,73 5116750 11 Alit 21370000 0,14 42000 4550000 1000000 528000 588000 974500 1377500 9060000 2,36 12310000 200000 1472500 111667 10844167 1,97 10525833 18 Ade Rubini 13000000 0,14 200000 3150000 1200000 527000 1387500 417000 957000 7838500 1,66 5161500 0 345000 81000 8264500 1,57 4735500 113667 9157484 0,72 -2547484 24 Yayat 6610000 0,14 166667 4455150 640000 294000 1561000 524500 1140500 8781817 0,75 -2171817 0 262000 9 Engkos 10200000 0,16 500000 2550000 800000 556000 1644000 292500 622500 6965000 1,46 3235000 0 437850 82500 7485350 1,36 2714650 28 Tasman 12500000 0,16 35000 3775000 800000 537500 1540000 1365000 867000 8919500 1,40 3580500 200000 279000 126833 9525333 1,31 2974667 30 Aban 15630000 0,16 44000 3774000 250000 306000 570000 200000 1020000 6164000 2,54 9466000 0 2185000 73333 8422333 1,86 7207667 6 Ano 13050000 0,168 90000 4472650 2030000 635000 2522000 712375 1608375 12070400 1,08 979600 0 0 202500 12272900 1,06 777100 31 Yayan 17435000 0,168 50400 4448500 984000 732500 1936500 353000 1306000 9810900 1,78 7624100 240000 544000 250000 10844900 1,61 6590100 0,21 63000 4772625 2425000 625000 1060000 818500 2135500 11899625 1,24 2888375 112500 777500 30000 12819625 1,15 1968375 7 Undang Iha 14788000 10 Andi 30000000 0,21 63000 7800000 1500000 1050000 3946000 1565000 3340000 19264000 1,56 10736000 300000 510000 167500 20241500 1,48 9758500 16 Koko 14320000 0,24 500000 5067000 1560000 875500 2999000 565000 1250000 12816500 1,12 1503500 0 595000 121500 13533000 1,06 787000 13250000 0,24 8000 3825000 525000 670000 763000 607500 836000 7234500 1,83 6015500 300000 2120000 61833 9716333 1,36 3533667 29 Ayi Suwars Subtotal 214103000 2,47 1858117 59929925 15074000 8383500 24066620 9726625 19480125 138518912 75584088 1832500 13163230 1824167 155338809 58764191 Rata2 86716484 0,15 752579 24272955 6105306 3395504 9747517 3939500 7889885 56103245 1,55 30613239 742203 5331401 738828 62915678 1,38 23800807 Share Biaya 1,34 43,26 10,88 6,05 17,37 7,02 14,06 0,28 300000 6957500 2300000 925000 1794000 590750 212750 13080000 1,54 7120000 0 28000 54000 13162000 1,53 7038000 2 Cucuk Kirm 20200000 0,28 400000 6350000 2300000 1024000 2627000 1135500 2252000 16088500 1,95 15291500 0 479000 107500 16675000 1,88 14705000 4 Aran Kartiw 31380000 13 Dikdik Mus 24120000 0,28 5000 5760000 1900000 986000 2825000 488000 3130000 15094000 1,60 9026000 400000 628000 132500 16254500 1,48 7865500 22 Juju 8850000 0,28 1000000 6350000 1450000 654000 3755000 262500 1142500 14614000 0,61 -5764000 0 255000 7833 14876833 0,59 -6026833 15 Mamad 23800000 0,32 1000000 7620000 1300000 918500 2048000 669000 2496000 16051500 1,48 7748500 0 488000 107000 16646500 1,43 7153500 8 Cahriman 25490000 0,4 120000 7860000 2090000 1250000 4214000 1334375 2872375 19740750 1,29 5749250 250000 360000 138333 20489083 1,24 5000917 23050300 0,42 18900 7560000 1450000 2311500 4967000 1421500 3852500 21581400 1,07 1468900 900000 555000 180000 23216400 0,99 -166100 19 Cecep Hud 0,48 822000 8960000 3915000 1230000 5948000 625000 5475000 26975000 0,74 -6975000 0 1011000 97500 28083500 0,71 -8083500 17 Ujang Suhe 20000000 0,48 3000000 15050400 3225000 2227500 4472750 325000 2310000 30610650 1,31 9389350 0 369000 461000 31440650 1,27 8559350 26 Budi Pulosa 40000000 3 Asep Ward 22600000 0,5 1350000 10752500 2300000 1464000 3823000 1246250 3668250 24604000 0,92 -2004000 0 0 112500 24716500 0,91 -2116500 Subtotal 239490300 3,72 8015900 83220400 22230000 12990500 36473750 8097875 27411375 198439800 41050500 1550000 4173000 1398167 205560967 33929333 Rata2 64379113 0,37 2154812 22371075 5975806 3492070 9804772 2176848 7368649 53344032 1,21 11035081 416667 1121774 375851 55258324 1,17 9120789 Share Biaya 4,04 41,94 11,20 6,55 18,38 4,08 13,81 0,64 640000 12600000 3000000 1161000 4079500 675000 2508000 24663500 0,88 -3063500 0 635000 103833 25402333 0,85 -3802333 21 Ayin Kurnia 21600000 0,8 50000 12800000 6000000 2015000 7072500 1149000 6085000 35171500 1,84 29628500 1500000 549000 287500 37508000 1,73 27292000 25 Asep Tatan 64800000 23 Tisno 75700000 1 4000000 25200000 6300000 2005000 11483000 3367500 4127500 56483000 1,34 19217000 0 192000 812000 57487000 1,32 18213000 5 Haji Karma 108900000 1,28 1600000 25500000 9600000 3920000 9997000 4601000 19755000 74973000 1,45 33927000 0 330000 192000 75495000 1,44 33405000 2 2200000 39000000 12600000 5640000 26150000 9757000 16647000 111994000 1,88 99006000 0 960000 523500 113477500 1,86 97522500 1 Fitri Hidaya 211000000 4 5500000 76800000 15600000 8437500 45182500 4530000 37578000 193628000 1,64 124372000 0 3200000 320500 197148500 1,61 120851500 14 Dede Sunar 318000000 Subtotal 800000000 9,72 13990000 191900000 53100000 23178500 103964500 24079500 86700500 496913000 303087000 1500000 5866000 2239333 506518333 293481667 Rata2 82304527 1,62 1439300 19742798 5462963 2384619 10695936 2477315 8919805 51122737 1,61 31181790 154321 603498 230384 52110940 1,58 30193587 Share Biaya 2,82 38,62 10,69 4,66 20,92 4,85 17,45 Total 1253593300 15,91 23864017 335050325 90404000 44552500 164504870 41904000 133592000 833871712 419721588 4882500 23202230 5461667 867418109 386175191 Rata2 78797743 1500032 21060426 5682570 2800459 10340365 2633981 8397259 52415093 1,50 26382651 306902 1458434 343307 54523736 1,45 24274008 Share Biaya 2,86 40,18 10,84 5,34 19,73 5,03 16,02
116
total (Rp)
119
Lampiran 29 Uji statistik perbandingan biaya, penerimaan, dan pendapatan rata-rata petani kentang yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan PT. IFM di Kecamatan Pangalengan tahun 2011 T-TEST GROUPS=Jenis_Kemitraan(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Biaya_lahan Biaya_bibit Biaya_pupuk_kandang Biaya_pupuk_kimia Biaya_naker_Luarkeluarga Biaya_insektisida Biaya_fungisida Biaya_tunai RC_rasio_atas_biayatunai Pendapatan_tunai Biaya_sewalahan_jika_diperhitungkan Biaya_naker_dalamkeluarga_jika_diperhitungkan Biaya_penyusutan Biaya_total RC_rasio_atas_biaya_total Pendapatan_total Penerimaan_total Penerimaan_dari_PT.IFM_atau_pasar Penerimaan_bukan_dari_PT.IFM_atau_bukan_dari_pasar Share_penerimaan_dari_PT.IFM_atau_pasar Share_penerimaan_bukan_dari_PT.IFM_atau_bukan_dari_pasar /CRITERIA=CI(.95). T-Test [DataSet0] Group Statistics Jenis_Kemitraan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Biaya_lahan 1.00 32 372875.2813 6.38943E5 1.12950E5 2.00 48 1.1706E6 5.00130E6 7.21876E5 Biaya_bibit 1.00 32 5.2352E6 7.26549E6 1.28437E6 2.00 48 8.9620E6 1.79679E7 2.59345E6 Biaya_pupuk_kandang 1.00 32 1.4126E6 1.79524E6 3.17357E5 2.00 48 3.0443E6 5.32690E6 7.68871E5 Biaya_pupuk_kimia 1.00 32 696132.8125 8.55287E5 1.51195E5 2.00 48 1.4372E6 3.21671E6 4.64292E5 Biaya_naker_luarkeluarga 1.00 32 2.5704E6 4.37807E6 7.73940E5 2.00 48 5.8771E6 1.13702E7 1.64115E6 Biaya_insektisida 1.00 32 654750.0313 9.49414E5 1.67834E5 2.00 48 1.4884E6 4.15401E6 5.99580E5 Biaya_fungisida 1.00 32 2.0874E6 3.71087E6 6.55996E5 2.00 48 2.5562E6 6.00903E6 8.67329E5 Biaya_tunai 1.00 32 1.3029E7 1.89777E7 3.35482E6 2.00 48 2.4536E7 5.22857E7 7.54679E6 R/C_rasio_atas_biayatunai 1.00 32 1.4884 .45864 .08108 2.00 48 1.9763 .62303 .08993 Pendapatan_tunai 1.00 32 6.5581E6 1.37322E7 2.42754E6 2.00 48 1.9969E7 2.42975E7 3.50704E6 Biaya_sewalahan_jika_diperhitungkan 1.00 32 76289.0625 1.53675E5 27166.19973 2.00 48 119721.8750 3.53999E5 51095.37091 Biaya_naker_dalamkeluarga_jika_diper 1.00 32 362534.8438 4.02051E5 71073.25370 hitungkan 2.00 48 373495.8333 3.99674E5 57687.94952 Biaya_penyusutan 1.00 32 85338.5625 81128.51949 14341.63157 2.00 48 74813.7500 60516.53212 8734.80903 Biaya_total 1.00 32 1.3553E7 1.91736E7 3.38945E6 2.00 48 2.5104E7 5.23147E7 7.55098E6 R/C_rasio_atas_biayatotal 1.00 32 1.3494 .36808 .06507 2.00 48 1.9019 .60297 .08703 Pendapatan_total 1.00 32 2.0915E7 2.26160E7 3.99798E6 2.00 48 6.0080E7 3.94618E7 5.69582E6 Penerimaan_total 1.00 32 7.9616E7 2.79104E7 4.93392E6 2.00 48 1.3248E8 4.50388E7 6.50079E6 Penerimaan_dari_PT.IFM_atau_pasar 1.00 32 7.3150E7 2.78316E7 4.91998E6 2.00 48 9.0224E7 3.31487E7 4.78460E6 Penerimaan_bukan_dari_PT.IFM_atau_ 1.00 32 6.4659E6 4.71063E6 8.32730E5 bukan_dari_pasar 2.00 48 4.2251E7 3.17703E7 4.58565E6 Share_penerimaan_dari_PT.IFM_atau_ 1.00 32 91.3438 6.30212 1.11407 pasar 2.00 48 69.7500 16.64715 2.40281 Share_penerimaan_bukan_dari_PT.IFM 1.00 32 8.6875 6.32169 1.11753 _atau_bukan_dari_pasar 2.00 48 30.2708 16.62444 2.39953
120
Lampiran 29 Lanjutan Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
Biaya_lahan Biaya_bibit Biaya_pupuk_kandang
c
Biaya_pupuk_kimia Biaya_naker_luarkeluarga
d
Biaya_insektisida Biaya_fungisida Biaya_tunai R/C_rasio_atas_biayatunai Pendapatan_tunai
a
a
Biaya_sewalahan_jika_diperhitung kan Biaya_naker_dalamkeluarga_jika_ diperhitungkan Biaya_penyusutan Biaya_total R/C_rasio_atas_biayatotal Pendapatan_total
a
a
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.422
.237
1.148
.287
1.965
.165
1.496
.225
1.946
.167
1.105
.296
.008
.931
.986
.324
2.464
.120
5.175
.026
3.162
.079
.002
.961
1.663
.201
.998
.321
6.467
.013
10.532
.002
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference t -.896 -1.092 -1.112 -1.288 -1.668 -1.962 -1.271 -1.518 -1.567 -1.822 -1.114 -1.339 -.394 -.431 -1.192 -1.393 -3.793 -4.029 -2.832 -3.144 -.653 -.751 -.120 -.120 .664 .627 -1.195 -1.396 -4.634 -5.084 -5.079 -5.628
df 78 49.285 78 66.790 78 61.665 78 56.533 78 65.331 78 54.150 78 77.635 78 63.643 78 77.164 78 76.279 78 68.972 78 66.316 78 53.416 78 63.914 78 77.511 78 76.549
Sig. (2tailed) .373 .280 .269 .202 .099 .054 .207 .135 .121 .073 .269 .186 .695 .668 .237 .168 .000 .000 .006 .002 .516 .455 .905 .905 .509 .533 .236 .168 .000 .000 .000 .000
Mean Difference -7.97728E5 -7.97728E5 -3.72684E6 -3.72684E6 -1.63170E6 -1.63170E6 -7.41065E5 -7.41065E5 -3.30674E6 -3.30674E6 -8.33656E5 -8.33656E5 -4.68779E5 -4.68779E5 -1.15065E7 -1.15065E7 -.48781 -.48781 -1.34110E7 -1.34110E7 -43432.81250 -43432.81250 -10960.98958 -10960.98958 10524.81250 10524.81250 -1.15504E7 -1.15504E7 -.55250 -.55250 -3.91648E7 -3.91648E7
Std. Error Difference 8.90757E5 7.30659E5 3.35034E6 2.89406E6 9.78390E5 8.31792E5 5.82987E5 4.88290E5 2.11047E6 1.81449E6 7.48470E5 6.22627E5 1.19091E6 1.08747E6 9.65667E6 8.25887E6 .12859 .12108 4.73617E6 4.26524E6 66495.77907 57868.29301 91428.65900 91538.55424 15848.56550 16792.23883 9.66960E6 8.27681E6 .11923 .10867 7.71098E6 6.95890E6
Lower -2.57109E6 -2.26583E6 -1.03968E7 -9.50374E6 -3.57952E6 -3.29461E6 -1.90170E6 -1.71902E6 -7.50836E6 -6.93017E6 -2.32374E6 -2.08187E6 -2.83969E6 -2.63393E6 -3.07315E7 -2.80073E7 -.74382 -.72890 -2.28400E7 -2.19055E7 -1.75816E5 -1.58878E5 -1.92981E5 -1.93707E5 -21027.25768 -23150.02716 -3.08011E7 -2.80856E7 -.78986 -.76886 -5.45162E7 -5.30231E7
Upper 9.75633E5 6.70371E5 2.94316E6 2.05005E6 3.16126E5 31209.89042 4.19574E5 2.36893E5 8.94891E5 3.16695E5 6.56433E5 4.14557E5 1.90214E6 1.69637E6 7.71845E6 4.99426E6 -.23180 -.24672 -3.98201E6 -4.91653E6 88950.11435 72012.12102 1.71059E5 1.71785E5 42076.88268 44199.65216 7.70032E6 4.98488E6 -.31514 -.33614 -2.38135E7 -2.53066E7
121
121
Lampiran 29 Lanjutan Levene's Test for Equality of Variances F Sig.
t-test for Equality of Means
t a
Equal variances assumed 10.274 Equal variances not assumed Penerimaan_dari_PT.IFM_atau_p Equal variances assumed 2.558 b Equal variances not assumed asar Penerimaan_bukan_dari_PT.IFM Equal variances assumed 23.715 a Equal variances not assumed _atau_bukan_dari_pasar Share_penerimaan_dari_PT.IFM_ Equal variances assumed 16.909 a Equal variances not assumed atau_Pasar Share_penerimaan_bukan_dari_P Equal variances assumed 16.723 a Equal variances not assumed T.IFM_atau_bukan_dari_pasar Diolah dengan menggunakan Software SPSS 17 Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada α = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2 Penerimaan_total
.002 .114 .000 .000 .000
-5.918 -6.477 -2.402 -2.488 -6.313 -7.678 6.999 8.153 -7.002 -8.154
df 78 77.669 78 73.816 78 50.068 78 64.837 78 64.966
Sig. (2tailed) .000 .000 .019 .015 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Mean Difference -5.28592E7 -5.28592E7 -1.70738E7 -1.70738E7 -3.57854E7 -3.57854E7 21.59375 21.59375 -21.58333 -21.58333
Std. Error Difference 8.93232E6 8.16112E6 7.10770E6 6.86284E6 5.66889E6 4.66064E6 3.08535 2.64852 3.08233 2.64700
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -7.06421E7 -6.91078E7 -3.12242E7 -3.07489E7 -4.70713E7 -4.51462E7 15.45129 16.30404 -27.71978 -26.86981
-3.50763E7 -3.66106E7 -2.92349E6 -3.39875E6 -2.44995E7 -2.64245E7 27.73621 26.88346 -15.44688 -16.29686
122
Lampiran 30 Share produksi dan penerimaan usahatani petani bermitra Strata
I
No
Nama responden
Undang Kiara 27 S 12 Wahyu 32 Ade Yadi 20 Aris 11 Alit 18 Ade Rubini 24 Yayat 9 Engkos 28 Tasman 30 Aban 6 Ano 31 Yayan 7 Undang Iha 10 Andi 16 Koko 29 Ayi Suwarso Subtotal Rata-rata
Luas lahan
0.064 0.077 0.08 0.112 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.168 0.168 0.21 0.21 0.24 0.24 2.47 0.15
Produksi Total
ke IFM
1340 1400 1200 2450 4400 2625 1420 2200 2300 3000 2900 3400 3040 6300 3100 2700 43775 17730
1200 1300 1100 2300 4300 2500 1300 2000 2000 2700 2500 3150 3000 6000 2800 2500 40650 16464
lainnya
140 100 100 150 100 125 120 200 300 300 400 250 40 300 300 200 3125 1266
Share produksi IFM lainnya
Harga IFM
lainnya
Penerimaan Ratarata
90 93 92 94 98 95 92 91 87 90 86 93 99 95 90 93
10 7 8 6 2 5 8 9 13 10 14 7 1 5 10 7
4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900 4900
6000 3000 10000 6000 3000 6000 2000 2000 9000 8000 2000 8000 2200 2000 2000 5000
5015 4764 5325 4967 4857 4952 4655 4636 5435 5210 4500 5128 4864 4762 4619 4907
93
7
4900
4774
4891
Total
Dari IFM
6720000 6670000 6390000 12170000 21370000 13000000 6610000 10200000 12500000 15630000 13050000 17435000 14788000 30000000 14320000 13250000 214103000 86716484
5880000 6370000 5390000 11270000 21070000 12250000 6370000 9800000 9800000 13230000 12250000 15435000 14700000 29400000 13720000 12250000 199185000 80674362
Share Penerimaan Dari lainnya 840000 300000 1000000 900000 300000 750000 240000 400000 2700000 2400000 800000 2000000 88000 600000 600000 1000000 14918000 6042122
dari IFM
lainnya
88 96 84 93 99 94 96 96 78 85 94 89 99 98 96 92
13 4 16 7 1 6 4 4 22 15 6 11 1 2 4 8
93
7
123
Lampiran 31 Share produksi dan penerimaan usahatani petani yang tidak bermitra Strata
No
Nama responden
Luas lahan
Produksi yang dijual ke
0.042 0.112
1300 2600
1000 1800
300 800
77 69
23 31
Harga kentang yang dijual ke Pasar lainnya Ratarata 6500 12500 7885 5000 4000 4692
0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.21 0.21 0.21 0.224 2.35 0.16 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.35 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 4.23 0.35 0.56 0.56 0.64 0.64 0.7
3500 3300 2500 2500 4000 4000 4000 3200 2500 6900 4000 3700 6700 54700
3000 2500 1500 2000 3500 3000 2500 2500 2000 6000 3500 3000 5000 42800
500 800 1000 500 500 1000 1500 700 500 900 500 700 1700 11900
86 76 60 80 88 75 63 78 80 87 88 81 75
14 24 40 20 13 25 38 22 20 13 13 19 25
5000 6700 5000 6200 6000 5000 5000 4000 5000 5400 5000 5300 7400
15000 10000 10000 16000 18000 15000 6000 8000 8000 4000 5000 10000 4000
6429 7500 7000 8160 7500 7500 5375 4875 5600 5217 5000 6189 6537
7400 9000 5000 8000 4000 8000 7000 7500 6000 5000 9000 9240 85140
6000 7000 4500 6000 3500 6500 5000 6000 5500 3000 6000 4600 63600
1400 2000 500 2000 500 1500 2000 1500 500 2000 3000 4640 21540
78 81 78 90 75 88 81 71 80 92 60 67 50
22 19 22 10 25 13 19 29 20 8 40 33 50
5571 3100 5800 6000 7000 5800 6800 5200 5700 4000 4000 6000 6000
8651 2000 7500 5000 7000 12000 10000 3500 5700 11000 9000 8000 10500
6241 2892 6178 5900 7000 6575 7400 4714 5700 4583 6000 6667 8260
10000 12000 14000 16000 10500
7000 10000 12000 15000 8000
3000 2000 2000 1000 2500
75 70 83 86 94 76
25 30 17 14 6 24
5511 5700 6000 6200 5200 4500
7756 7000 10000 3000 13500 12000
6079 6090 6667 5743 5719 6286
Total I
II
III
56 61
Asep Supendi Alit Saman Ajang Karmana E. Mudrosid Agus Rahmat Dede Askara Pendi Devi Nurdin Ibad Haji Adis Endang Ujang Maman Anas Suryana Asum
36 46 49 51 68 38 60 67 69 39 40 44 48 Subtotal Rata2-rata 33 Yatiman 45 Karim 52 Pak Ayar 54 Asep S. H 73 Ana Rustiwan 63 Herman 47 Deni Zamhurd 41 Atam 50 Dase 58 Ayep 64 Iman 55 Ade Junaedi Subtotal Rata2-rata 66 Dadi 79 Agus 34 Asep Wawan 76 Adis 71 Acet Iing
pasar
lainnya
Share produksi ke Pasar lainnya
Penerimaan Total
Dari pasar
Dari lainnya
10250000 12200000
6500000 9000000
3750000 3200000
22500000 24750000 17500000 20400000 30000000 30000000 21500000 15600000 14000000 36000000 20000000 22900000 43800000 341400000 145400341 21400000 55600000 29500000 56000000 26300000 59200000 33000000 42750000 27500000 30000000 60000000 76320000 517570000 122356974 60900000 80000000 80400000 91500000 66000000
15000000 16750000 7500000 12400000 21000000 15000000 12500000 10000000 10000000 32400000 17500000 15900000 37000000 238450000 101554514 18600000 40600000 27000000 42000000 20300000 44200000 26000000 34200000 22000000 12000000 36000000 27600000 350500000 82860520 39900000 60000000 74400000 78000000 36000000
7500000 8000000 10000000 8000000 9000000 15000000 9000000 5600000 4000000 3600000 2500000 7000000 6800000 102950000 43845826 2800000 15000000 2500000 14000000 6000000 15000000 7000000 8550000 5500000 18000000 24000000 48720000 167070000 39496454 21000000 20000000 6000000 13500000 30000000
Share penerimaan Dari lainnya pasar 63 37 74 26 67 68 43 61 70 50 58 64 71 90 88 69 84
33 32 57 39 30 50 42 36 29 10 13 31 16
70 87 73 92 75 77 75 79 80 80 40 60 36
30 13 27 8 25 23 25 21 20 20 60 40 64
68 66 75 93 85 55
32 34 25 7 15 45
124
72 Nandang 43 Wawan 74 Andang 70 Haji Ajang 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 57 Udung Suarja 75 Lili 80 Haji Adang Subtotal Rata-rata Total Rata-rata
0.7 0.72 0.96 0.98 1 1 1 1 1 1 1 1 1.12 1.4 2 14 32.98 1.57 39.56 0.82
17500 11960 21500 32000 21000 19000 15000 18000 18000 17400 24000 21000 27000 30000 30000 266000 651860
15000 11000 17000 28000 20000 13000 10000 9000 12000 13920 10000 16000 24000 20000 20000 231000 521920
2500 960 4500 4000 1000 6000 5000 9000 6000 3480 14000 5000 3000 10000 10000 35000 129940
791700
628320
163380
86 92 79 88 95 68 67 50 67 80 42 76 89 67 67 87
14 8 21 13 5 32 33 50 33 20 58 24 11 33 33 13
4800 5000 6400 4100 4000 5500 7000 5750 4000 5500 6000 6200 5500 5000 6300 4000
2500 12000 12000 6000 2000 4000 8000 9000 9000 9000 13000 12000 15000 3000 13000 2000
4471 5562 7572 4338 3905 5026 7333 7375 5667 6200 10083 7581 6556 4333 8533 3737
80
20
4748
7200
5237
79
21
4881
7379
5397
78250000 66520000 162800000 138800000 82000000 95500000 110000000 132750000 102000000 107880000 242000000 159200000 177000000 130000000 256000000 994000000 3413500000 103502122 4272470000 108005208
72000000 55000000 108800000 114800000 80000000 71500000 70000000 51750000 48000000 76560000 60000000 99200000 132000000 100000000 126000000 924000000 2477910000 75133717 3066860000 77528186
6250000 11520000 54000000 24000000 2000000 24000000 40000000 81000000 54000000 31320000 182000000 60000000 45000000 30000000 130000000 70000000 935590000 28368405 1205610000 30477021
92 83 67 83 98 75 64 39 47 71 25 62 75 77 49 93
8 17 33 17 2 25 36 61 53 29 75 38 25 23 51 7
73
27
72
28
124
Lampiran 31 Lanjutan Strata
III
No
Nama Responden
72 Nandang 43 Wawan 74 Andang 70 Haji Ajang 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep Wakin 62 Agus Sukalila 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun Juansah 57 Udung Suarja 75 Lili 80 Haji Adang Subtotal Rata-rata
Total Rata-rata
Luas Lahan
0.7 0.72 0.96 0.98 1 1 1 1 1 1 1 1 1.12 1.4 2 14 32.98 1.57 39.56 0.82
Produksi yang dijual ke Total
pasar
lainnya
17500 11960 21500 32000 21000 19000 15000 18000 18000 17400 24000 21000 27000 30000 30000 266000 651860
15000 11000 17000 28000 20000 13000 10000 9000 12000 13920 10000 16000 24000 20000 20000 231000 521920
2500 960 4500 4000 1000 6000 5000 9000 6000 3480 14000 5000 3000 10000 10000 35000 129940
791700
628320
163380
Share Produksi ke Pasar lainnya 86 92 79 88 95 68 67 50 67 80 42 76 89 67 67 87
14 8 21 13 5 32 33 50 33 20 58 24 11 33 33 13
Harga Kentang yang dijual ke Pasar lainnya Ratarata 4800 2500 4471 5000 12000 5562 6400 12000 7572 4100 6000 4338 4000 2000 3905 5500 4000 5026 7000 8000 7333 5750 9000 7375 4000 9000 5667 5500 9000 6200 6000 13000 10083 6200 12000 7581 5500 15000 6556 5000 3000 4333 6300 13000 8533 4000 2000 3737
80
20
4748
7200
5237
79
21
4881
7379
5397
Penerimaan Total
Dari Pasar
Dari lainnya
78250000 66520000 162800000 138800000 82000000 95500000 110000000 132750000 102000000 107880000 242000000 159200000 177000000 130000000 256000000 994000000 3413500000 103502122 4272470000 108005208
72000000 55000000 108800000 114800000 80000000 71500000 70000000 51750000 48000000 76560000 60000000 99200000 132000000 100000000 126000000 924000000 2477910000 75133717 3066860000 77528186
6250000 11520000 54000000 24000000 2000000 24000000 40000000 81000000 54000000 31320000 182000000 60000000 45000000 30000000 130000000 70000000 935590000 28368405 1205610000 30477021
Share Penerimaan Dari lainnya Pasar 92 8 83 17 67 33 83 17 98 2 75 25 64 36 39 61 47 53 71 29 25 75 62 38 75 25 77 23 49 51 93 7 73
27
72
28
125
Lampiran 32 Share produksi dan penerimaan usahatani seluruh petani Str ata
No
Nama responden
Luas lahan
Produksi yang dijual ke Total
I
56 Asep S 27 Undang K.S 12 Wahyu 32 Ade Yadi 20 Aris 61 Alit Saman 11 Alit 18 Ade Rubini 24 Yayat 36 Ajang K. 46 E. Mudrosid 49 Agus R 51 Dede A 68 Pendi 9 Engkos 28 Tasman 30 Aban 38 Devi 60 Nurdin 67 Ibad 69 Haji Adis 6 Ano 31 Yayan 7 Undang Iha 10 Andi 39 Endang 40 Ujang M 44 Anas S 48 Asum 16 Koko 29 Ayi S Subtotal Rata-rata
0.042 0.064 0.077 0.08 0.112 0.112 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.168 0.168 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.224 0.24 0.24 4.82 0.16
1300 1340 1400 1200 2450 2600 4400 2625 1420 3500 3300 2500 2500 4000 2200 2300 3000 4000 4000 3200 2500 2900 3400 3040 6300 6900 4000 3700 6700 3100 2700 98475
IFM/Pa sar
lainnya
1000 1200 1300 1100 2300 1800 4300 2500 1300 3000 2500 1500 2000 3500 2000 2000 2700 3000 2500 2500 2000 2500 3150 3000 6000 6000 3500 3000 5000 2800 2500 83450
300 140 100 100 150 800 100 125 120 500 800 1000 500 500 200 300 300 1000 1500 700 500 400 250 40 300 900 500 700 1700 300 200 15025
Share produksi ke IFM/ lainn Pasar ya
Harga kentang yang dijual ke IFM/Pa lainnya Ratasar rata
77 90 93 92 94 69 98 95 92 86 76 60 80 88 91 87 90 75 63 78 80 86 93 99 95 87 88 81 75 90 93
23 10 7 8 6 31 2 5 8 14 24 40 20 13 9 13 10 25 38 22 20 14 7 1 5 13 13 19 25 10 7
6500 4900 4900 4900 4900 5000 4900 4900 4900 5000 6700 5000 6200 6000 4900 4900 4900 5000 5000 4000 5000 4900 4900 4900 4900 5400 5000 5300 7400 4900 4900
12500 6000 3000 10000 6000 4000 3000 6000 2000 15000 10000 10000 16000 18000 2000 9000 8000 15000 6000 8000 8000 2000 8000 2200 2000 4000 5000 10000 4000 2000 5000
7885 5015 4764 5325 4967 4692 4857 4952 4655 6429 7500 7000 8160 7500 4636 5435 5210 7500 5375 4875 5600 4500 5128 4864 4762 5217 5000 6189 6537 4619 4907
85
15
5244
7845
5641
Penerimaan Total
10250000 6720000 6670000 6390000 12170000 12200000 21370000 13000000 6610000 22500000 24750000 17500000 20400000 30000000 10200000 12500000 15630000 30000000 21500000 15600000 14000000 13050000 17435000 14788000 30000000 36000000 20000000 22900000 43800000 14320000 13250000 555503000 115321362
Dari IFM/pasar 6500000 5880000 6370000 5390000 11270000 9000000 21070000 12250000 6370000 15000000 16750000 7500000 12400000 21000000 9800000 9800000 13230000 15000000 12500000 10000000 10000000 12250000 15435000 14700000 29400000 32400000 17500000 15900000 37000000 13720000 12250000 437635000 90852190
Share penerimaan Dari lain nya 63 88 96 84 93 74 99 94 96 67 68 43 61 70 96 78 85 50 58 64 71 94 89 99 98 90 88 69 84 96 92 79
Dari IFM/pasar 3750000 840000 300000 1000000 900000 3200000 300000 750000 240000 7500000 8000000 10000000 8000000 9000000 400000 2700000 2400000 15000000 9000000 5600000 4000000 800000 2000000 88000 600000 3600000 2500000 7000000 6800000 600000 1000000 117868000 24469172
lain nya 37 13 4 16 7 26 1 6 4 33 32 57 39 30 4 22 15 50 42 36 29 6 11 1 2 10 13 31 16 4 8 21
126
Lampiran 32 Lanjutan Str ata
II
No
Nama Responden
2 Cucuk K 4 Aran K 13 Dikdik M 22 Juju 33 Yatiman 45 Karim 52 Pak Ayar 54 Asep S. H 73 Ana R 15 Mamad 63 Herman 47 Deni Z 8 Cahriman 19 Cecep H 41 Atam 50 Dase 58 Ayep 64 Iman 17 Ujang S. 26 Budi P 55 Ade J 3 Asep W Subtotal Rata-rata
Luas Lahan
0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.32 0.32 0.35 0.4 0.42 0.42 0.42 0.42 0.42 0.48 0.48 0.48 0.5 7.95 0.36
Produksi yang dijual ke Total
IFM/Pa sar
lainnya
4300 6700 5100 2000 7400 9000 5000 8000 4000 4600 8000 7000 5000 4547 7500 6000 5000 9000 4200 8400 9240 5000 134987
4000 6200 4800 1500 6000 7000 4500 6000 3500 4000 6500 5000 4100 3847 6000 5500 3000 6000 4000 8000 4600 4000 108047
300 500 300 500 1400 2000 500 2000 500 600 1500 2000 900 700 1500 500 2000 3000 200 400 4640 1000 26940
Share Produksi ke IFM/ lainn Pasar ya
Harga Kentang yang dijual ke IFM/Pa lainnya Ratasar rata
93 93 94 75 81 78 90 75 88 87 81 71 82 85 80 92 60 67 95 95 50 80
7 7 6 25 19 22 10 25 13 13 19 29 18 15 20 8 40 33 5 5 50 20
4900 4900 4900 4900 3100 5800 6000 7000 5800 4900 6800 5200 4900 4900 5700 4000 4000 6000 4900 4900 6000 4900
2000 2000 2000 3000 2000 7500 5000 7000 12000 7000 10000 3500 6000 6000 5700 11000 9000 8000 2000 2000 10500 3000
4698 4684 4729 4425 2892 6178 5900 7000 6575 5174 7400 4714 5098 5069 5700 4583 6000 6667 4762 4762 8260 4520
80
20
5260
7007
5608
Penerimaan Total
20200000 31380000 24120000 8850000 21400000 55600000 29500000 56000000 26300000 23800000 59200000 33000000 25490000 23050300 42750000 27500000 30000000 60000000 20000000 40000000 76320000 22600000 757060300 95227711
Dari IFM/Pasar 19600000 30380000 23520000 7350000 18600000 40600000 27000000 42000000 20300000 19600000 44200000 26000000 20090000 18850300 34200000 22000000 12000000 36000000 19600000 39200000 27600000 19600000 568290300 71483057
Share Penerimaan Dari lain nya 97 97 98 83 87 73 92 75 77 82 75 79 79 82 80 80 40 60 98 98 36 87 75
Dari IFM/Pasar 600000 1000000 600000 1500000 2800000 15000000 2500000 14000000 6000000 4200000 15000000 7000000 5400000 4200000 8550000 5500000 18000000 24000000 400000 800000 48720000 3000000 188770000 23744654
lain nya 3 3 2 17 13 27 8 25 23 18 25 21 21 18 20 20 60 40 2 2 64 13 25
127
Lampiran 32 Lanjutan Str ata
III
No
Nama Responden
66 Dadi 79 Agus 21 Ayin K 34 Asep W 76 Adis 71 Acet Iing 72 Nandang 43 Wawan 25 Asep T 74 Andang 70 Haji Ajang 23 Tisno 35 Ade Yayan 37 Dindin 53 Pak Abang 59 Asep W 62 Agus S 65 Nanang 77 Opik 78 Abdul 42 Jujun J 5 Haji K 57 Udung S 1 Fitri H. A 75 Lili 14 Dede S 80 Haji Adang Subtotal Rata-rata
Total Rata-rata
Luas Lahan
0.56 0.56 0.64 0.64 0.64 0.7 0.7 0.72 0.8 0.96 0.98 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.12 1.28 1.4 2 2 4 14 42.7 1.58 55.47 0.69
Produksi yang dijual ke Total
IFM/Pa sar
lainnya
10000 12000 4800 14000 16000 10500 17500 11960 13000 21500 32000 15000 21000 19000 15000 18000 18000 17400 24000 21000 27000 23000 30000 43000 30000 66000 266000 816660
7000 10000 4000 12000 15000 8000 15000 11000 12000 17000 28000 13000 20000 13000 10000 9000 12000 13920 10000 16000 24000 21000 20000 40000 20000 60000 231000 671920
3000 2000 800 2000 1000 2500 2500 960 1000 4500 4000 2000 1000 6000 5000 9000 6000 3480 14000 5000 3000 2000 10000 3000 10000 6000 35000 144740
1050122
863417
186705
Share Produksi ke IFM/ lainn Pasar ya 70 83 83 86 94 76 86 92 92 79 88 87 95 68 67 50 67 80 42 76 89 91 67 93 67 91 87
30 17 17 14 6 24 14 8 8 21 13 13 5 32 33 50 33 20 58 24 11 9 33 7 33 9 13
82
18
82
18
Harga Kentang yang dijual ke IFM/Pa lainnya Ratasar rata 5700 6000 4900 6200 5200 4500 4800 5000 4900 6400 4100 4900 4000 5500 7000 5750 4000 5500 6000 6200 5500 4900 5000 4900 6300 4900 4000 142050 4782 4886
7000 10000 2500 3000 13500 12000 2500 12000 6000 12000 6000 6000 2000 4000 8000 9000 9000 9000 13000 12000 15000 3000 3000 5000 13000 4000 2000 203500 6913 7002
6090 6667 4500 5743 5719 6286 4471 5562 4985 7572 4338 5047 3905 5026 7333 7375 5667 6200 10083 7581 6556 4735 4333 4907 8533 4818 3737 5159 5262
Penerimaan Total
60900000 80000000 21600000 80400000 91500000 66000000 78250000 66520000 64800000 162800000 138800000 75700000 82000000 95500000 110000000 132750000 102000000 107880000 242000000 159200000 177000000 108900000 130000000 211000000 256000000 318000000 994000000 4213500000 98676815 5526063300 99627946
Dari IFM/Pasar 39900000 60000000 19600000 74400000 78000000 36000000 72000000 55000000 58800000 108800000 114800000 63700000 80000000 71500000 70000000 51750000 48000000 76560000 60000000 99200000 132000000 102900000 100000000 196000000 126000000 294000000 924000000 3212910000 75243794 4218835300 76060275
Share Penerimaan Dari lain nya 66 75 91 93 85 55 92 83 91 67 83 84 98 75 64 39 47 71 25 62 75 94 77 93 49 92 93
Dari IFM/Pasar 21000000 20000000 2000000 6000000 13500000 30000000 6250000 11520000 6000000 54000000 24000000 12000000 2000000 24000000 40000000 81000000 54000000 31320000 182000000 60000000 45000000 6000000 30000000 15000000 130000000 24000000 70000000 1000590000
76 76
lain nya 34 25 9 7 15 45 8 17 9 33 17 16 2 25 36 61 53 29 75 38 25 6 23 7 51 8 7 24
1307228000 23567671
24
128
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari enam bersaudara pada tanggal 20 Maret 1974 di Desa Mahera, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu-Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur dari pasangan Bapak Nikodemus Ratu Rihi (+) dan Ibu Ruth Amelia Ido. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan penulis pada tahun 1987 di SD GMIT Bolou II, Desa Limaggu Kecamatan Sabu Timur. Pada tahun 1990 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN Timu, Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Kupang. Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN I Kupang. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian UNDANA melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2009 penulis memperoleh Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia untuk melanjutkan
studi program Magister pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang sejak tahun 2002 hingga sekarang.