Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
PENGARUH KEBIASAAN MAKAN PAGI TERHADAP KADAR HAEMOGLOBIN PADA SISWI MADRASAH TSANAWIYAHAL ISLAM TUREN KARAKAN WERU SUKOHARJO Sugita Dosen Politeknik Kesehatan Surakarta
ABSTRAK Latar Belakang: Prevalensi anemia di Indonesia adalah 14,8% dengan jenis anemia mikrositik hipokromik (60,2%), dengan proporsi anak-anak (70,1%) dibandingkan dengan dewasa. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, serta pekerja berpenghasilan rendah.Makan pagi sering ditinggalkan karena waktu yang tersedia untuk mempersiapkannya terlalu pendek, semua anggota keluarga seolah-olah kehabisan waktu. Di Madrasah Tsanawiyah Al Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo di dapatkan data jumlah siswa 132 anak, dan yang tidak makan pagi 50 anak. Alasan tidak makan pagi dikarenakan waktu yang tersedia untuk mempersiapkannya terlalu pendek. Metode Penelitian: Penelitian ini dengan eksperimen semu (quasi experiment) dengan pola nonequivalent control group design, (pretest -postest yang tidak ekuivalen ) yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan November - Desember 2013. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 siswi sebagai responden dengan teknik proporsif sampling / proportional sample. Metode pengumpulan data diperoleh dari laporan kesiswaan dan dengan cara observasi, kuesioner atau angket dan pengambilan darah sampel pemeriksaan Hb. Teknik analisis meliputi univariat, bivariat dengan uji t berpasangan. Hasil : Berdasarkan hasil analisis uji t ;nilai t hitung sebesar -4,163 menunjukkan bahwa sebelum diberi sarapan pagi kadar haemoglobin pada siswi MTs Al Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo lebih rendah dibandingkan setelah diberi sarapan pagi dengan nilai signifikansi (p value) sebesar 0,001 < 0,05. Dimana harga negatif (-) pada nilai t hitung dimaksudkan kadar haemoglobin sebelum diberi sarapan pagi lebih rendah daripada kadar haemoglobin sesudah sarapan pagi. Kesimpulan : Terdapat pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kadar haemoglobin pada Siswi Madrasah Tsanawiyah Al Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo. Kata kunci: haemoglobin, makan pagi, siswi
44
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
INFLUENCE BEHAVIOR BREAKFAST ON CONCENTRATION HAEMOGLOBIN FEMALE STUDENTS IN MTS AL ISLAM TUREN KARAKAN WERU SUKOHARJO ABSTRACT Sugita Lecture of Politeknik Kesehatan Surakarta Background: The prevalence of anemia in Indonesia is 14.8% with a type of hypochromic microcytic anemia (60.2%), with the proportion of children (70.1%) compared with adults. Iron deficiency primarily affects vulnerable groups such as children, adolescents, pregnant and lactating women, as well as lowincome workers. Breakfast is often abandoned because of the time available to prepare too short, all members of the family as if running out of time. At the junior secondary school sued Al Islam Turen Weru Sukoharjo get data on the number of students in 132 children, and 50 children do not eat breakfast. Reasons for not eating breakfast because of time available to prepare too short. Method: This study with quasi-experimental (quasi-experiment) with nonequivalent control group design pattern, (pretest-posttest non-equivalent) which is carried out for 1 month in November-December 2013. This study took a sample of 30 students as respondents with sampling techniques proporsif / proportional sample. Methods of data collection was obtained from the student report and by observation, questionnaires or questionnaire and blood sample collection Hb examination. Engineering analysis includes univariate, bivariate paired t test. Result : Based on the results of t test analysis; t value of -4.163 indicates that before being given breakfast hemoglobin levels at MTs Al Islam students Turen Karakan Weru Sukoharjo lower than after a breakfast with a given value of significance (p value) of 0.001 <0.05. Where the price is negative (-) on the t value given the intended levels of hemoglobin before breakfast hemoglobin levels lower than after breakfast. Conclusion: There is effect of breakfast habits on levels of hemoglobin Schoolgirl at Islamic Junior High School Turen Karakan Weru Sukoharjo. Keyword: hemoglobin, breakfast, schoolgirl
PENDAHULUAN Hemoglobin adalah kompleks protein-
anak pra sekolah 47,4%; anak usia sekolah
pigmen yang memiliki empat gugus heme yang
25,4%; wanita hamil 41,8%; wanita tidak hamil
mengandung besi fero dan empat rantai globin
30,2%; pria dewasa 12,7%; dan usia tua 23,9%.
dan terdapat didalam eritrosit. Total besi dalam
Departemen Kesehatan dalam Riset
tubuh 4-5 gram dan 65 %nya berbentuk
Kesehatan Dasar menyatakan bahwa prevalensi
hemoglobin. Kadar hemoglobin yang kurang
anemia di Indonesia adalah 14,8% dengan jenis
dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda
anemia mikrositik hipokromik (60,2%), dengan
dari anemia. Salah satu patogenesis dasarnya
proporsi anak-anak (70,1%) dibandingkan
adalah defisiensi besi. Asupan besi normal pria
dengan dewasa1. Anemia adalah kondisi dimana
biasanya hanya 0,5–1,0 mg/hari ke dalam darah,
kadar hemoglobin atau hematokrit dalam darah
sedangkan wanita 1,0-1,5 mg/hari. Menurut
kurang dari batas normal, yang sesuai usia (bayi
WHO, prevalensi anemia di seluruh dunia pada
dan anak) atau jenis kelamin (dewasa),hal
45
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
tersebut mempunyai dampak yang merugikan
Karakan Weru Sukoharjo di dapatkan data
bagi kesehatan anak, seperti tumbuh kembang,
jumlah siswa ada 132 anak terdiri laki – laki 62
daya tahan tubuh,dan kemampuan belajar,
anak dan perempuan 70 anak, jumlah siswa
sehingga
menurunkan prestasi belajar di
yang makan pagi 82 anak dan yang tidak makan
sekolah. Secara umum, terdapat tiga penyebab
pagi 50 anak. Dari studi pendahuluan ini penulis
anemia defisiensi zat besi, yaitu: 1) kehilangan
berhasil melakukan wawancara kepada 10 anak
darah secara kronis (dampak perdarahan kronis)
perempuan (siswi) yang tidak makan pagi untuk
seperti
mengetahui mengapa tidak makan pagi. Satu
pada
hemoroid,
penyakit
infeksi
ulkus
parasit,
peptikum,
dan
proses
siswi yang tidak makan pagi di ambil sampel
keganasan; 2) asupan zat besi dan penyerapan
darah Hb hasilnya 11 g/dL. Alasan tidak makan
yang tidak adekuat; dan 3) peningkatan
pagi dikarenakan waktu yang tersedia untuk
kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel
mempersiapkan sarapan terlalu pendek.
darah merah yang lazim berlangsung pada masa
METODE PENELITIAN
pertumbuhan bayi, pubertas, kehamilan, dan
Pendekatan yang digunakan dalam
menyusui.
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Defisiensi besi merupakan defisiensi
Metode penelitian yang digunakan adalah
gizi yang paling umum terdapat, baik di negara
eksperimen semu (quasi experiment) dengan
maju maupun negara berkembang. Defisiensi
pola nonequivalent control group design,
besi terutama menyerang golongan rentan
(pretest-postest yang tidak ekuivalen )
seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan
karena eksperimen ini belum atau tidak
menyusui, serta pekerja berpenghasilan rendah.
memiliki
Makan pagi sering ditinggalkan karena
ciri-ciri
rancangan
eksperimen
sebenarnya, karena variable-variabel yang
waktu yang tersedia untuk mempersiapkannya
seharusnya
terlalu pendek, semua anggota keluarga seolah-
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
olah kehabisan waktu, dan ingin segera
siswi kelas 7, 8 dan 9 di MTs Al Islam Turen
meninggalkan rumah di pagi hari, lebih-lebih
KarakanWeru
bagi bapak ibunya yang bekerja di kantor dan
anak.Sampel
takut BAB (buang air besar) di jalan atau di
sebagian siswi MTs Al Islam Turen Karakan
sekolah. Ini semua menjadi salah satu sebab
Weru Sukoharjo sejumlah 30 anak/siswi.
mengapa makan pagi menjadi tidak menarik.2
dikontrol
Analisis
Dampak buruk dan bahaya tidak makan
Sukoharjo, pada
menggunakan
dimanipulasi.4
atau
Sejumlah
penelitian
ini
data
dilakukan
software
dalam
70
adalah
dengan computer
pagi adalah akan menyebabkan konsentrasi
program statistic product and service solution
belajar menurun, bisa pingsan, meningkatkan
(SPSS) for windows 19.00. Analisis univariat
resiko hipoglikemia, menyebabkan grastritis
digunakan
(maag), mengakibatkan maag kronis.3
untuk
mengetahui
pengaruh
kebiasaan makan pagi terhadap kadar Hb yang
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
dilakukan dengan menyatakan hasil analisa
di Madrasah Tsanawiyah Al Islam Turen
tiap variabel dari hasil penelitian disajikan
46
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
dalam bentuk tabel dan frekuensi.
grafik distribusi
ISSN : 2088 - 8872
haemoglobin sebesar 11,50 g/dL dan standar
Analisis dilakukan berdasarkan
deviasi
frekuensi, standar deviasi dan prosentase.
sebesar
0,76.
Sedangkan
untuk
pengukuran kadar haemoglobin pada kelompok
Analisa Bivariat yaitu analisa yang
kontrol sesudah kelompok eksperimen diberi
dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga
makan/makan pagi selama 28 hari diperoleh
berhubungan atau berkorelasi.5 Dua variabel
nilai minimum 10,60 g/dL dan maksimum
tersebut adalah kebiasaan makan pagi (variabel
13,20 g/dL dengan rata-rata dari 15 siswi
independen) dan kadar Hb (variabel dependen).
kelompok kontrol diperoleh kadar haemoglobin
Data diolah dengan menggunakan software
sebesar 11,54 g/dL dan standar deviasi sebesar
dalam computer program statistic product and
0,82.
service solution (SPSS) for windows 19.00
Tabel 1. Kadar Haemoglobin Pada Kelompok Kontrol (n=30)
untuk membuktikan adanya pengaruh sebelum
Kadar Hb
dan sesudah dilakukan pemberian makan pagi Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
digunakan uji t berpasangan. Uji t berpasangan dipilih karena skala data yang digunakan adalah ratio dengan pelaksanaan penelitian dilakukan
dianalisis berdistribusi normal maka perlu
Maks g/dl
11.50
0.76
10.40
13.20
11.54
0.82
10.60
13.20
tabel berikut ini.
adanya uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. merupakan
Min g/dl
pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada
Uji t mensyaratkan setiap variable yang
adalah
Standar Deviasi
Sumber: data primer diolah, 2013 Sedangkan pengukuran kadar haemoglobin
berpasangan (pretest dan posttest).6
Normalitas
Mean g/dl
Tabel 2. Kadar Haemoglobin Pada Kelompok Eksperimen Mean Standar Min Maks Kadar g/dl Deviasi g/dl g/dl Hb
pengujian,
apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
Sbl diberi 11.13 0.67 9.80 makan pagi Stl diberi 11.37 0.73 10.00 makan pagi Sumber: data primer diolah, 2013
normal. Dasar pengambilan keputusan adalah jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.7
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Kadar Haemoglobin
12.00
12.20
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
bahwa pada kelompok eksperimen sebelum
bahwa pada kelompok kontrol yang makan pagi
diberi makan pagi dilakukan pengukuran kadar
sebelum kelompok eksperimen diberi makan
haemoglobin dan diperoleh nilai minimum
pagi dilakukan pengukuran kadar haemoglobin
sebesar 9,80g/dL dan maksimum 12,00g/dL
dan diperoleh nilai minimum 10,40g/dL dan
dengan rata-rata dari 15 siswi kelompok
maksimum 10,60g/dL dengan rata-rata dari 15
eksperimen
siswi
sebesar 11,13g/dL dan standar deviasi sebesar
kelompok
kontrol
diperoleh
kadar
47
diperoleh
kadar
haemoglobin
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
0,67. Sedangkan untuk pengukuran kadar
sesudah mempunyai kadar haemoglobin yang
haemoglobin
eksperimen
sama dengan nilai signifikansi (p value) sebesar
sesudah diberi makan/makan pagi selama 28
0,665 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima yang
hari diperoleh nilai minimum sebesar 10,00
artinya tidak ada perbedaan rata-rata nilai kadar
g/dL dan maksimum 12,20 g/dL dengan rata-
haemoglobin antara sebelum dengan sesudah.
rata dari 15 siswi kelompok eksperimen
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siswi
diperoleh
kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah
pada
kadar
kelompok
haemoglobin
sebesar
11,37g/dL dan standar deviasi sebesar 0,73.
tidak ada perbedaan kadar haemoglobinnya.
Perbedaan Haemoglobin (Hb) Pada Siswi
Kelompok Eksperimen
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Sebelum dilakukan analisa bivariat untuk
Kelompok Kontrol
mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar
Sebelum dilakukan analisa bivariat
haemoglobin pada siswi yang tidak makan pagi
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
sebelum dan sesudah pemberian makan pagi
kadar haemoglobin pada siswi yang makan pagi
pada kelompok eksperimen, maka terlebih
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol
dahulu juga dilakukan pengujian normalitas
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
seperti
normalitas
Kolmogorov-
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil
Smirnov. Dari hasil pengujian normalitas
pengujian normalitas diperoleh nilai signifikan
diperoleh nilai signifikan (p value) untuk
(p value) untuk kelompok eksperimen sebelum
kelompok kontrol sebelum sebesar 0,466 dan
pemberian makan pagi sebesar 0,748 dan nilai
nilai signifikan (p value) untuk kelompok
signifikan
kontrol sesudah sebesar 0,260. Hal ini berarti
eksperimen sesudah pemberian makan pagi
nilai masing-masing p value > 0,05 pada tingkat
sebesar 0,561. Hal ini berarti nilai masing-
kepercayaan 95%. Jadi dapat disimpulkan
masing p value > 0,05 pada tingkat kepercayaan
bahwa sebaran data untuk kelompok kontrol
95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebaran
dalam penelitian ini normal sehingga bisa
data
dilanjutkan
penelitian ini juga dinyatakan normal sehingga
menggunakan
menggunakan
analisis uji
bivariat Paired
selanjutnya t-test
untuk
pada
kelompok
(p
untuk
kontrol
value)
kelompok
untuk
dengan
kelompok
eksperimen
dalam
bisa dilanjutkan analisis bivariat selanjutnya
mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar
menggunakan
haemoglobin pada siswi yang makan pagi
mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.
haemoglobin pada siswi yang tidak makan pagi
Berdasarkan hasil analisa seperti yang
uji
Paired
t-test
untuk
sebelum dan sesudah pemberian makan pagi
terlihat pada tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai
pada kelompok eksperimen.
t hitung sebesar -0,442 menunjukkan bahwa pada siswi kelompok kontrol sebelum dan
48
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 3 Perbedaan Kadar Haemoglobin Sebelum dan Sesudah Pada Siswi Kelompok Kontrol Paired Differences Std. Std. Error Mean Deviation Mean
Upper
t
df
Sig. (2tailed)
0.15388
-0.442
14
0.665
95% CI Lower
Pair Kelompok 1 kontrol sebelum -0.04000 0.35010 0.09040 Kelompok 0.23388 kontrol sesudah
Sumber: Data primer diolah, 2013 Tabel 4 Perbedaan Kadar Haemoglobin Sebelum dan Sesudah Pemberian Makan Pagi Pada Siswi Kelompok Eksperimen Paired Differences
Mean Pair Kelompok 1 eksperimen sebelum -0.24667 Kelompok eksperimen sesudah
Std. Error Std. Deviation Mean
0.22949
0.05925
Lower
Upper
t
df
Sig. (2tailed)
-0.37376
-0.11958
4.163
14
0.001
95% CI
Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan hasil analisa seperti yang terlihat
sesudah diberi makan pagi terbukti ada
pada tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai t
perbedaan kadar haemoglobin.
hitung sebesar -4,163 menunjukkan bahwa
Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi Terhadap Kadar Haemoglobin pada Siswi Madrasah Tsanawiyah Al Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo
sebelum diberi makan pagi kadar haemoglobin pada siswi MTs Al Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo kelompok eksperimen lebih rendah
Pengaruh
kebiasaan
makan
pagi
kadar
haemoglobin
pada
siswi
dibandingkan setelah diberi makan pagi dengan
terhadap
nilai signifikansi (p value) sebesar 0,001 < 0,05.
Madrasah Tsanawiyah Al Islam Turen Karakan
Hal ini berarti ada perbedaan rata-rata nilai
Weru Sukoharjo dapat diketahui hasilnya
kadar haemoglobin antara sebelum diberi
seperti yang tersaji pada tabel diatas bahwa nilai
makan pagi dengan sesudah diberi makan pagi
t hitung sebesar -4,163 menunjukkan bahwa
pada siswi kelompok eksperimen. Dimana
sebelum diberi makan pagi kadar haemoglobin
harga
hitung
pada siswi MTs Al Islam Turen Karakan Weru
dimaksudkan kadar haemoglobin sebelum
Sukoharjo lebih rendah dibandingkan setelah
diberi makan pagi lebih rendah daripada kadar
diberi makan pagi dengan nilai signifikansi (p
haemoglobin sesudah makan pagi. Sehingga
value) sebesar 0,001 < 0,05. Dimana harga
dapat disimpulkan bahwa pada siswi kelompok
negatif (-) pada nilai t hitung dimaksudkan
eksperimen sebelum diberi makan pagi dan
kadar haemoglobin sebelum diberi makan pagi
negatif
(-)
pada
nilai
t
49
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
lebih rendah daripada kadar haemoglobin
kembali
sesudah makan pagi. Hal ini berarti dapat
Diperoleh hasil bahwa rata-rata sebelum diberi
terbukti
makan
bahwa
pemberian
makan
pagi
diukur
pagi
kadar
siswi
haemoglobinnya.
mempunyai
kadar
berpengaruh terhadap kadar haemoglobin pada
haemoglobin sebesar 11,1267g/dL dengan
siswi MTs Al Islam Turen Karakan Weru
standar deviasi sebesar 0,67025 sedangkan
Sukoharjo.
setelah itu siswi diberi makan pagi selama 28 hari dan diperoleh kadar haemoglobin rata-rata
PEMBAHASAN
sebesar 11,3733g/dL dengan standar deviasi
Kebiasaan makan pagi yang seringkali
sebesar 0,73238.
menyebabkan para remaja putri menderita
Hal ini berarti ada peningkatan kadar
kadar haemoglobin turun hal ini juga didukung
haemoglobin antara sebelum dan sesudah diberi
dari hasil penelitian Dinas Kesahatan (Dinkes)
makan pagi. Selain itu juga didukung dari hasil
Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran (FK)
analisis paired t-test diperoleh nilai t hitung
UGM terhadap 280 remaja putri, sebanyak 34%
sebesar -4,163 dengan signifikansi sebesar
di
kadar
0,001 <0,05. Dimana harga negatif (-) pada nilai
haemoglobin turun. Pola makan yang salah,
t hitung dimaksudkan kadar haemoglobin
seperti tidak makan pagi dan diet diduga
sebelum diberi makan pagi lebih rendah
menjadi penyebab utamanya. Hal ini mengingat
daripada kadar haemoglobin sesudah makan
bahwa remaja putri merupakan masa masa yang
pagi. Hal ini berarti dapat terbukti bahwa
penting dalam daur hidup manusia, karena
pemberian makan pagi berpengaruh terhadap
remaja akan mengalami perkembangan fisik,
kadar haemoglobin pada siswi MTs Al Islam
psikososial dan kognitif yang sangat cepat.
Turen Karakan Weru Sukoharjo ; ada beberapa
Peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa
hasil kadar Hb responden sebelum dan sesudah
remaja puteri berkaitan dengan percepatan
perlakuan dengan hasil yang sama dikarenakan
pertumbuhan yang dialaminya, dimana zat gizi
bersamaan menstruasi ketika di ukur kadar Hb
yang masuk ke dalam tubuhnya digunakan
nya. Berbeda dengan siswi pada kelompok
untuk peningkatan berat badan dan tinggi badan
kontrol baik sebelum dan sesudah ternyata
yang disertai dengan meningkatnya jumlah dan
kadar haemoglobinnya tidak ada perbedaan.
antaranya
diketahui
menderita
ukuran jaringan sel tubuh.8
Hasil penelitian ini didukung pendapat
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
dari Dr. Mark Pereira dari Harvard Medical
hasil penelitian ini dimana setelah dilakukan
School pemimpin penelitian American Heart
penelitian terhadap 15 orang siswi MTs Al
Association, mengumumkan bahwa orang yang
Islam Turen Karakan Weru Sukoharjo pada
makan pagi setiap hari, kadar gula darahnya
kelompok eksperimen dimana sebelumnya
cenderung stabil dan lebih mampu mengontrol
dilakukan perlakuan tidak diberi makan pagi
nafsu makan dibandingkan yang jarang/tidak
dan diukur kadar haemoglobinnya kemudian
pernah makan pagi. Makan pagi penting untuk
setelah itu diberi makan pagi selama 28 hari dan
50
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
mengurangi risiko diabetes tipe 2 dan penyakit
lebih mempertajam ingatan dalam jangka
jantung”.
pendek, karena makan pagi berkalori tinggi bisa
Selain itu dengan makan pagi maka
membantu siswi lebih mudah berkonsentrasi
badan akan lebih berenergi dapat membantu
dan semua itu akan berdampak positif terhadap
Anda agar tidak cepat lelah saat beraktivitas
prestasi belajarnya di sekolah.
seharian, seperti dikutip dari hasil penelitian
Pendidikan
ibu merupakan faktor
penting.9
yang dimuat dalam International Journal of
yang
Food Sciences and Nutrition, ketika orang
pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah
perawatan
karbohidrat, mereka akan memiliki energi lebih
terhadap anak dan keluarga, di samping
banyak dibandingkan orang yang makan pagi
berpengaruh pada faktor sosial ekonomi lainnya
berlemak tinggi.
seperti pendapatan, pekerjaan, makanan dan
Juga didukung dari hasil penelitian
sangat
kesehatan,
Tinggi
higiene,
rendahnya
kesadaran
perumahan.
yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa orang
KESIMPULAN
yang tidak pernah makan pagi cenderung
1. Kadar Hb (Haemoglobin) pada siswi yang
memiliki tingkat kolesterol dan sensitivitas
tidak makan pagi kelompok Eksperimen
insulin yang buruk. Studi tersebut juga
minimum sebesar 9,80g/dL, maksimum
mengungkap bahwa orang yang rajin makan
sebesar 12,00g/dL dengan rata-rata sebesar
pagi akan mengonsumsi 100 kalori lebih sedikit
11,1267g/dL. 2. Kadar Hb (Haemoglobin) pada siswi yang
daripada yang tidak. Dengan makan pagi makanan bernergi tinggi bisa
makan
membantu
pagi
kelompok
Eksperimen
mempertajam ingatan dalam jangka pendek.
minimum sebesar 10,00g/dL, maksimum
Penelitian yang dilakukan pada 319 remaja
sebesar 12,20 g/dL dengan rata-rata sebesar
tersebut juga menemukan, makan pagi berkalori
11,3733g/dL.
tinggi
bisa
membantu
lebih
3. Ada perbedaan kadar haemoglobin (Hb)
mudah
pada siswi yang tidak makan pagi sebelum
berkonsentrasi.
dan sesudah pemberian makan pagi pada
Dari beberapa penelitian di atas dapat
kelompok eksperimen (p = 0,001).
disimpulkan bahwa dengan makan pagi maka siswi akan lebih mampu mempersiapkan
4. Tidak ada perbedaan kadar haemoglobin
tubuhnya untuk beraktifitas lebih giat setiap
(Hb) pada siswi yang makan pagi sebelum
harinya, kadar gula darahnya cenderung stabil
dan sesudah pada kelompok kontrol (p =
dan lebih mampu mengontrol nafsu makan
0,665).
sehingga bila sering kali ditemukan siswi yang
5. Pemberian
makan
pagi
berpengaruh
tidak makan pagi karena diet agar tubuhnya
terhadap kadar haemoglobin pada siswi
lebih langsing itu merupakan pendapat yang
MTs Al Islam Turen Karakan Weru
salah serta dengan makan pagi maka siswi dapat
Sukoharjo (t = 4,163 dengan p = 0,001).
51
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
8.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Sarapan karena Takut BAB di Jalan,
vitamin
http://health.detik.com/read/2013/02/14
A
pada
suplementasi
besi
(diakses 1 Oktober 2013). 9.
di SD Mojo I Surakarta Program Studi Ilmu
Gizi,
Program
Pasca
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kualitas Sumber Daya Manusia. Seminar
Beck Mary E. 2006. Nutrition and
Sehari Hari Gizi Nasional. Kerjasama
Dietetics For Nurses( Ilmu Gizi Dan Diet
DPC Persagi Jatim – PAM Gizi Malang.
diterjemahkan oleh Andry Hartono dan
Malang.
Jakarta. Budiyanto, Krisno, Agus, M, H. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Cetakan Pertama, UMM
Pres
Penerbitan
Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang. 4.
Notoatmodjo,
S.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan, PT Asdi Mahastya, Jakarta 5.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku
Kesehatan.
Rineka
Cipta.
Jakarta. 6.
Machfoedz, Ircham. 2010. Cara Membuat Kuesioner & Panduan Wawancara (Alat Ukur Penelitian) Bidang Kedokteran,
Kesehatan,
Keperawatan,
Dan
Kebidanan, Fitramaya,Yogyakarta. 7.
Kardjati, S. 1996. Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak dalam Meningkatkan
Sarjana,
Kristiani) ,Yayasan Essentia Medica,
3.
Hardinsyah. 2013. Banyak Remaja Tidak
Angklaita, I. 2013 Pengaruh penambahan
terhadap kadar hemoglobin anak sekolah
2.
ISSN : 2088 - 8872
Demaeyer EM. 1993. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi, Devi H. Ronardy (Ed), 1993. Preventing and Controlling
Iron
Deficiency
Anemia
Through Primary Health Care : A Guide For Health Administratorand Programme Manager, ,Widya
Arisman (Penerjemah) 1995 Medika,
http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/
Jakarta. (
diakses 1 Oktober 2013)
52
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872