ANALISIS KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN KADAR ASAM URAT Nur Lina1, Andik Setiyono Abstrak Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari endogen dan eksogen. Peradangan kronis akibat penimbunan kristal kristal asam urat mengakibatkan rasa sakit, kaku juga membesar dan pembengkakan sendi. Survei awal tes darah di Universitas Siliwangi pada dosen dan tenaga kependidikan didapatkan 13.51% memiliki kadar asam urat dalam darah melebihi nilai rujukan. Diet purin tinggi dianggap penyebab peningkatan kadar asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebiasaan makan purin yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Desain yang digunakan adalah survei cross sectional. Populasi 330, sampel dari 180 orang. Hasil yang diperoleh chi square nilai uji P = 0,036 <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan konsumsi makanan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia. Nilai OR = 3,169. Jenis makanan purin tinggi yang paling sering dikonsumsi adalah hati ayam, kaldu, ampela, teri dan sarden. Responden disarankan minum air putih, setidaknya 2,5 liter / hari. Kata kunci: asam urat, konsumsi purin. Abstract Uric acid is the end product of purine metabolism derived from endogenous and exogenous. Chronic inflammation due to crystals of uric acid crystals resulting in pain , sore and stiff also enlarged and swollen joints protrusion. A preliminary survey of blood tests at the University of Siliwangi ( 13.51 % ) had levels of uric acid in the blood exceeds the reference value. High- purine diet is thought to be the cause of the elevated levels of uric acid . This study aims to analyze the eating habits of purines which leads to increased levels of uric acid in the faculty and academic staff Siliwangi University . The design used was a cross sectional survey . The population 330, a sample of 180 people. The results obtained chi square test P value = 0.036 < 0.05 so it can be concluded that there is a high purine food consumption relationship with the incidence of hyperuricemia. Value OR = 3.169. Type high- purine foods most frequently consumed are chicken liver , broth , gizzard , anchovies and sardines. Respondents suggested that uric acid content than normal in order to drink water, at least 2,5 liters/day. Keywords : uric acid, consumption of purine
PENDAHULUAN Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari metabolisme dalam tubuh/ faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh/ faktor eksogen (sumber makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup (Kanbara, 2010).
1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya
1004
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
Tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. Hiperurikemia dapat membentuk kristal asam urat/ batu ginjal yang akan membentuk sumbatan pada ureter. Penyakit tertentu seperti gout, LeschNyhan syndrome, endogenousnucleic acid metabolism, kanker, kadar abnormal eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah merah, polisitemia, anemia pernisiosa, leukemia, gangguan genetik metabolisme purin, gangguan metabolik asam urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen), alkoholisme yang meningkatkan laktikasidemia, hipertrigliseridemia, gangguan pada fungsi ginjal dan obesitas, asidosis ketotik, asidosislaktat, ketoacidosis, lacticidosis, dan psoriasis (Wortmann, 2005). Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Akibat langsung dari pembentukan asam urat yang berlebih atau akibat penurunan ekskresi asam urat adalah Gaut. Gaut adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat. Gangguan metabolik gout adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) yang disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction), penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduanya (Wachjudi, 2006). Tahap pertama Gaut adalah hiperuresemia asimtomatik sedangkan tahap 2 adalah artritis Gout akut dengan permulaan mendadak pembengkakan dan nyeri luar biasa pada sendi ibu jari dan tarsofaringeal. Peradangan kronik akibat kristal kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Gaut dapat merusaak ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-krital asam urat dapat terbentuk pada interstitium medula, papila dan piramid sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat dapat juga terbentuk sebagai akibat sekunder dari gaut. Ginjal bekerja mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dibuang melalui air seni. Apabila asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi mengatur kestabilannya, maka asam urat akan menumpuk pada jaringan dan sendi, dan pada saat kadar asam urat tinggi maka akan timbul rasa nyeri yang hebat terutama pada daerah persendian. Kristal asam urat akan merusak endotel (lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner. Kelainan pada ginjal
1005
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
menentukan prognosis artritis pirai (asam urat), biasanya penderita meninggal karena faal ginjal yang jelek (Coe FL, 2004). Asam Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya (Signh V, 2012). Perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial (Sacher, 2004). Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sangat erat kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi) (Utami, 2009). Penelitian yang dilakukan di Jepang terhadap wanita yang diberikan diet kaya protein dan kurang sayur dan buah-buahan (diet asam) dan wanita yang diberikan makanan rendah protein tetapi kaya sayur dan buah buahan (diet alkali) selama 5 hari menunjukkan ada hubungan linear antara diet dengan ekskresi asam urat. Ekskresi asam urat meningkat 302 mg/hari pada makanan dengan pH 5,9 (diet asam) dan meningkat 413 mg/hari pada makanan dengan pH 6,5 (diet alkali) dan memberikan kesimpulan bahwa diet alkali yang rendah protein dan kaya sayur dan buah-buahan efektif untuk menghilangkan asam urat (Kanbara, 2010). Peningkatan asam urat juga dapat terjadi pada pasien pra diabetes yang diduga terjadi karena adanya resistensi dan gangguan sekresi hormon insulin. Hiperinsulinemia yang terjadi pada pra diabetes mengakibatkan peningkatan reabsorbsi asam urat di tubulus proksimal ginjal. Oleh karena itu deteksi awal hiperurisemia merupakan salah satu pemeriksaan sederhana sebagai penanda prognostik pra diabetes (Wisesa, 2009). Penelitian di Departemen Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Selama periode bulan Januari - Desember 2006 pada pasien dengan batu ginjal dan batu ureter dengan fungsi ginjal normal yang menjalani pemeriksaan asam urat dalam darah dan urine per 24 jam yang dilakukan pada 70 orang penderita didapatkan peningkatan kadar asam urat pada 46 orang responden (66%) pada pemeriksaan asam urat dalam darah. Hasil ini menunjukkan peningkatan asam urat yang bermakna pada penderita batu ginjal (p<0,05) sedangkan berdasarkan kadar asam urat dalam urin per 24 jam jumlah pasien dengan peningkatan kadar asam urat 3 orang (4,3%) (Yudi Y. A, 2009).
1006
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
Faktor risiko yang mempengaruhi tingginya asam urat adalah umur, asupan purin yang berlebihan, kegemukan, penyakit jantung dan konsumsi obatobatan tertentu (diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Konsumsi purin yang terdapat dalam daging dan seafood berhubungan terhadap risiko peningkatan kadar asam urat, sedangkan produk susu dapat menurunkan risiko Gaut dan konsumsi purin dari tumbuh-tumbuhan tidak berpengaruh terhadap risiko Gaut. Sedangkan konsumsi karbohidrat kompeks seperti nasi, roti, ubi jalar dan ketela dapat memacu pembuangan kelebihan asam urat dalam darah(Sustrani, 2004). Survei awal pemeriksaan darah yang dilakukan terhadap 30 orang dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Siliwangi didapatkan 4 orang (13,51%) dosen dan staf kependidikan mempunyai kadar asam urat dalam darah melebihi nilai rujukan kadar asam urat normal dalam darah (pria 2,1-7 mg/dL dan perempuan 2,0-6 mg/dL). Pola makan tinggi purin diduga merupakan penyebab terjadinya peningkatan kadar asam urat mengingat profesi dosen dan tenaga kependidikan merupakan profesi yang berisiko untuk terjadinya hiperuresemia.
METODE PENELITIAN Populasi adalah seluruh dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Siliwangi yang berjumlah 330 orang. Besar sampel dihitung dengan rumus: n=
N 1 N (d 2 ) Hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 180 orang.Variabel bebas
(Independent variable) dalam penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi purinyaitu Frekuensi konsumsi makanan yang banyak mengandung purin berdasarkan skor FFQ dengan kategori sering jika nilai skor FFQ ≥ 25 dan jarang jika skor <25. Variabel terikat adalah kadar Asam Urat dalam darah yaitu kadar senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA ) di dalam darah. Kategori: Hiperurisemia jika kadar asam urat melebihi nilai rujukan (pria 2,1-7 mg/dL dan perempuan 2,0-6 mg/dL), non Hiperurisemia jika kadar asam urat tidak melebihi nilai rujukan.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional. Analisis Univariat digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel hasil penelitian. Data yang berbentuk numerik dianalisis dengan penghitungan nilai-nilai statistik mean, standar deviasi dan nilai minimal dan maksimal, sedangkan data yang berbentuk kategorik
1007
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.Analisis Bivariat untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji chi square HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis kelamin Responden Tabel 1. Jenis Kelamin Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014 Jenis Kelamin f % Laki-laki 117 65,0 Perempuan 63 35,0 Jumlah 180 100,0 Responden berjenis kelamin laki-laki mendominasi jumlahnya 65% sebanyak 117 orang, sedang perempuan berjumlah 63 orang (35%) 2. Umur Responden Rata-rata umur responden 46,32 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan usia tertua 63 tahun dengan SD 9,49 tahun. 3. Indeks Massa Tubuh IMT rata-rata responden 22,93 masuk kategori normal, dengan IMT terendah 15,51 dengan kategori kurus dan IMT tertinggi 31,89 dengan kategori obesitas Tabel2 Kategori IMT Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014 Kategori IMT f % Tidak gemuk 153 85,0 Gemuk 27 15,0 Jumlah 180 100,0 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori tidak gemuk berjumlah 153 orang (85,0%) dibanding responden yang gemuk 27 orang (15,0%) Pada orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya sedikit. Asam urat tinggi dalam darah, tanpa kita sadari akan merusak organorgan tubuh, terutama ginjal, karena penyaring ginjal akan tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya batu ginjal, atau akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal. Asam urat pun merupakan faktor risiko
1008
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak endotel (lapisan bagian dalam pembuluh darah koroner) (Indriawan,2009). 4. Kadar Asam Urat Tabel 3.Hasil Pemeriksaan Asam Urat Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi tahun 2014. Mean 5,254 mg/dL Median 5,200 mg/dL Standar Deviasi 1,5156 mg/dL Minimum 2,5 mg/dL Maksimum 10,3 mg/Dl Kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi menunjukkan rata-rata 5,254 mg/dL dengan kadar asam urat terendah 2,5 mg% dan kandungan asam urat tertinggi 10,3 mg/dL .Nilai rujukan kadar asam urat normal dalam darah pria adalah 2,1-7 mg/dL dan pada perempuan adalah 2,0-6 mg/dL. Kadarnya akan meningkat pada orangtua, sedang nilai rujukan kadar asam urat normal pada urin adalah 250-750 mg/24 jam. Rata –rata kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi adalah 5,254 mg/dL. Menurut American Medical Association, kadar asam urat normal antara 3,6 mg/dL – 8,3 mgdL (1 mg/dL = 59,48 μmol/L) sehingga rata-rata kadar asam urat dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi termasuk kategori normal. Banyaknya responden yang memiliki kadar asam urat normal karena sebagian besar sudah menjaga pola makan, selain itu, pada sebagian wanita postmenopause masih dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar yang normal
dalam
darah,
ovarium
wanita
postmenopause
masih
memiliki
kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel–sel hilus dan korteks ovarium masih dapat memproduksi androgen, estrogen dan progesteron dalam jumlah tertentu. Lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan bahkan bagian dari sistem neural sumsum tulang (bone marrow) mempunyai kemampuan mengaromatisasi androgen menjadi estrogen, estrogen dapatmembantu pengeluaran asam urat melalui ginjal. Pada wanita gemuk masih ditemukan kadar estron yang tinggi, dan estron ini akan diubah menjadi estradiol (Ali, 2003). Walaupun sebagian besar responden memiliki kadar asam urat normal, namun masih terdapat beberapa orang yang memiliki kadar asam urat tinggi (Hiperurusemia) walaupun mereka sudah menjaga pola makan. Sacher (2004) mengemukakan asam urat merupakan metabolisme akhir purin. Di dalam tubuh,
1009
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA , sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Selain itu, Sylvia (2006) menjelaskan pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria. Tabel4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kejadian Hiperurisemia pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014 Jenis Kelamin Kategori Asam Urat Total Hiperurisemia Non Hiperurisemia n % n % n % Laki-laki 23 19,7 94 80,3 117 100 Perempuan 5 7,9 58 92,1 63 100 Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100 Pvalue = 0,064 Hiperurisemia
lebih
banyak
didapatkan
pada
laki-laki
(19,7%)
dibandingkan pada perempuan (7,9%). Hasil uji chi square didapatkan pvalue 0,064 > dari 0,05 (α) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi.Penelitian ini juga menunjukkan kadar asam urat lebih tinggi pada laki-laki (65%) dibandingkan dengan perempuan (35%) namun tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Dalam keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria (Sylvia, 2006). Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kegemukan terhadap Kejadian Hiperurisemia pada Dosen dan Karyawan Universitas Siliwangi Tahun 2014 Kategori Asam Urat Total Kategori Kegemukan Hiperurisemia Non Hiperurisemia n % n % N % Gemuk 4 14,8 23 85,2 27 100 Tidak gemuk 24 15,7 129 84,3 153 100 Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100 P value=1,000
1010
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
Responden dengan hiperurisemia hampir sama antara yang gemuk dan yang tidak gemuk.Tidak ada hubungan antara. Kegemukan dengan kejadian hiperurisemia
pada
Siliwangi.BMItinggi peningkatan
asam
dosen
dan
danmassa urat
tenaga
ototyang (
Erick,
kependidikan
rendahtetap 2013).
Universitas
signifikan
dengan
AsupanCHOtinggidapat
meningkatkanglikemiadan/atauTG, daninimungkin terkait denganpeningkatanUA ( Erick, 2013) Tabel 6.Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Makan Tinggi Purin dengan Hiperurisemia pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014 Kategori Asam Urat Total Konsumsi Makan Hiperurisemia Non hiperurisemia Tinggi Purin n % n % n % Sering 23 20,4 90 79,6 113 100 Jarang 5 7,5 62 92,5 67 100 Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100 pvalue = 0,036 CI=1,143-8,786 OR= 3,169 Hiperurisemia
lebih
banyak
didapatkan
pada
responden
dengan
konsumsi makan tinggi purin yang sering (20,4%) dibandingkan dengan yang jarang (7,5%). Hasil uji chi square didapatkan P value = 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga kependidikan yang mengkonsumsi makanan tinggi purin dengan frekuensi sering memiliki risiko 3,169 kali mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi makanan tinggi purin. Jenis makanan yang dikonsumsi dosen dan tenaga kependidikan yang mengandung purin tinggi terlihat pada grafik berikut: 25% 20% 15% 10% 5% 0% hati ampela usus ayam ayam
hati sapi
babat tamusu teri
otak
brg sarden kaldu dara
Grafik 1.Jenis makanan yang mengandung purin tinggi yang dikonsumsi dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi tahun 2014
1011
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
Jenis makanan tinggi purin yang paling sering dikonsumsi oleh dosen dan tenaga kependidikan adalah hati ayam kaldu, ampela, ikan teri dan sarden.Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam jumlah berlebihan (Kanbara, 2010). Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Makanan dan minuman tinggi purin yang selalu dikonsumsi merupakan pemicu asam urat(Indriawan,2009). Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Kita susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam tubuh karena hampir semua bahan pangan terutama sumber protein mengandung purin. Namun kita bisa mengontrol asupan purin dengan cara memilih bahan pangan yang rendah kandungan purinnya.Bagi penderita asam urat, pola diet yang harus diikuti adalah memberikan kalori sesuai kebutuhan tubuh. Sedangkan karbohidrat sebaiknya dari karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi dan roti. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, sirup atau permen. Fruktosa dalam karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sedangkan sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur.Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari (Sustrani L, 2004). Makanan Tinggi Purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan) adalah Ikan teri, otak, jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol, ragi dan makanan yang diawetkan. Sedangkan makanan dengan kadar Purin sedang ( 50-100 mg/100 g bahan pangan). Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari. Ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe. Bahan makanan rendah purin (0-100 mg/100 g bahan pangan). Nasi, roti, makaroni, mi, crackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan
1012
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
kecuali durian dan alpukat (Sustrani L, 2004).Asupan makanan, asupan lemaktak jenuh gandayang lebih besardiamatipada individu dengantinggiUA (Erick, 2013). Hasil penelitian menunjukkan Hiperurisemia lebih banyak didapatkan pada responden dengan konsumsi makan tinggi purin yang sering (20,4%) dibandingkan dengan yang jarang (7,5%).
Hasil uji chi square didapatkan P
value = 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga kependidikan yang mengkonsumsi makanan tinggi purin dengan frekuensi sering memiliki risiko 3,169 kali mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi makanan tinggi purin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrawan tahun 2005 pada suku Bali di Denpasar yang mendapatkan hubungan signifikan antara makanan sumber purin tinggi dengan hiperurisemia (RP : 26,72; IK 95% : 11,69 . 61,04; p < 0,001). Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini akan dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat. Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal) (Indriawan,2009). Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam jumlah berlebihan (Kanbara, 2010). Makanan dengan kandungan purin sedang contohnya seafood, daging sapi, asparagus, kembang kol, bayam, jamur, wheat germ. Makanan dengan kandungan tinggi purin tidak selalu berhubungan dengan peningkatan risiko gout demikian juga makanan dengan tinggi fruktose (terdapat pada produk makanan olahan dan minuman soda) apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Kadar asam urat bervariasi setiap hari. Adanya gangguan dalam proses ekskresi akan menyebabkan penumpukan asam urat. Ekskresi asam urat
1013
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya kegagalan fungsi glomerulus atau adanya obstruksi sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Pada keadaan lapar/starvasi selama proses akut dapat juga terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah karena terjadi pemecahan sel yang lebih cepat serta adanya ketoasidosis. Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini akan dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat. Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal) (Indriawan,2009). Untuk menghindari penyakit gout, salah satu caranya adalah menjaga kadar asam urat dalam darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah 6,5 mg% sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Di atas batas ini, biasanya akan terjadi pengkristalan. Dan juga disarankan untuk banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.Tidak ada hubungan yang ditemukan antara diet dan UA (Erick,
2013).MengurangiHDL-c adalahsalah satu
faktorutama yang bertanggung jawabuntukpeningkatanUA(hubungan negatif) pada wanita. semakin tinggi konsentrasiurat, semakin kecilukuranHDL (Erick, 2013). Keterbatasan
penelitian ini tidak diukur bagaimana makanandisiapkan,
berapaukuran porsi, danapa makanan/merekmakananyangdikonsumsi. SIMPULAN Rata-rata kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi pada 180 responden adalah5,254 mg/dl. Jenis makanan dengan kadar asam urat tinggi yang paling sering dikonsumsi diantaranya hati ayam, kaldu dan ampela.Ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi.
1014
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
SARAN Disarankan membatasi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dengan minum air putih, minimal 2.5 liter/hari. DAFTAR PUSTAKA Ali, Baziad, (2003). Endokrinoligi Ginekologi, Edisi 2, Media Aesculapius, Jakarta Coe FL, Favus MJ and Asplin JR. Nephrolithiasis. In: The Kidney. Vol 1,7th Ed. Editor; Brenner BM. WB Saunders, Philadelphia. 2004; pp 1215 – 1292. Dalimartha, Setiawan, (2008). Herbal Untuk Pengobatan Reumatik, Penebar Swadaya, Jakarta Hensen dan Tjokorda R. 2007. Hubungan konsumsi Purin dengan Hipersemia Pada Suku Bali di daerah Pariwisata Pedesaan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/4%282%29.pdf. Maret 2011.
diakses
tanggal
17
Indriawan,iin.2009.Penyakit.repository.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blo g/key/.../Penyakit. Diakses tanggal 13 maret 2011. Institute of tropical disease airlangga university, Diet Tepat Untuk Penderita Asam Urat , Universitas Airlangga, 2013 http://itd.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=102: diet-tepat-untuk-penderita-asam-urat&catid=40:health-news&Itemid=113 diakses pada tanggal 21 February2013 Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I., Urine Alkalization facilitates uric Acid Excretion, Nutritional Journal 2010, 9: 45 doi 10.1186/1475-289145 Signh V, Gomez VV, Swamy SG, ’Approach to a Case of Hyperuricemia’, in Indian J. Aerospace Med, 2010, vol 54(1), p 40-5. Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H (2004) Asam Urat informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga, Edisi 6, Jakarta, Gramedia. Sylvia, Anderson, dkk, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG, Jakarta Erick Prado de Oliveira, Dietary, anthropometric, and biochemical determinants of uric acid in free-living adults, Nutrition Journal 201312:11 doi:10.1186/1475-2891-12-11. Utami, Prapti, dkk, (2009). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik, Agromedia Pustaka, Jakarta. Wachjudi, Gunadi, dkk, (2006). Diagnosis dan Terapi Penyakit Reumatik, Sagung Seto, Jakarta Wortmann RL.Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Ed. Editors: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. McGraw Hill, New York. 2005, pp. 2079-2088. Yudi Y. Ambeng Gambaran Pasien Batu Ginjal dan Batu Ureter dengan Fungsi Ginjal Normal yang Dilakukan Pemeriksaan Calcium, Asam Urat, Fosfat dalam Darah dan Urine per 24 jam di RSU Dr. Soetomo Surabaya,
1015
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
Januari - Desember 2006. Media Jurnal Urologi Volume : 10 - No. 1 Terbit : 1—2009 Zhao Y, Yang X, Lu W, Liao H dan Liao F, ‘Uricase Based Methods for in Determination of Uric Acid in Serum’, 2009 Microcim Acta,164:1-6.
1016