HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : YULINAR IKHMAWATI J310 080 018
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian
: Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di Asrama SMA MTA Surakarta : Yulinar Ikhmawati : J 310 080 018
Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa
Telah Dibaca dan Disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Gizi Fakultas lmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 5 Maret 2013
Surakarta, 16 Maret 2013 Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dwi Sarbini, SST., M. Kes NIK. 747
Susi Dyah P, M.Si NIP. 197405172005012007
Mengetahui Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dwi Sarbini, SST., M. Kes NIK. 747
ii
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati Email:
[email protected] Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Telp: 0271-717417 ext 453 (office) Abstract Anemia can be caused by lack of nutrients that play in role of the hemoglobin’s formation. One of the Anemia causes was inadequate intake. Nutrient intake depends on the eating habits. One of the factors that influence of adolescent’s eating habits is their knowledge. The research was aimed to determine the relationship between anemia’s knowledge and eating habits on the levels of hemoglobin in adolescent women in boarding high school MTA Surakarta. This research was an observational study with cross-sectional design. The total sample of the study was 75 adolescent women who fit to the inclusion criteria. The data of anemia’s knowledge and eating habits obtained through the interviews that used the questionnaire. Hemoglobin data obtained through Cyanmethemoglobin methods. The statistical test used was the Person Product Moment test and Rank Spearman. The results showed 76% of the anemia’s knowledge from adolescent women was classified as unfavorable. The data of eating habits was showed 52% eat frequency of adolescent women classified as good, while 73.3% of adolescent women consumed less of good foods. The data Hb collation 62,7% adolescent women classified as up normal. The results of the test on the relationship between anemia’s knowledge on hemoglobin, value p = 0.233. The results of the relationship between eating frequencies of Hb p = 0.502. The results of the relationship between the type of food Hb value p = 0.048. There is no relationship between knowledge of anemia and eating frequencies on the hemoglobin levels. There is a relationship between the types of food on hemoglobin levels. Keywords: Knowledge, Eating Habits, Hemoglobin Levels.
iii
PENDAHULUAN menyebabkan kehilangan zat besi Masa remaja merupakan masa pertumbuhan
2009).
Penyebab
perkembangan,
rendahnya kadar hemoglobin dalam
baik secara fisik, mental, dan aktivitas
darah salah satunya adalah asupan
sehingga, kebutuhan makanan yang
yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi
mengandung
menjadi
sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
cukup besar. Remaja putri banyak
kebiasaan makan. Salah satu faktor
mengalami kekurangan zat-zat gizi
yang
dalam konsumsi makanan
sehari-
makan remaja adalah pengetahuan
umumnya
(Khomsan, 2003). Pengetahuan yang
zat
kurang menyebabkan remaja memilih
harinya.
dan
(Arisman,
zat-zat
Remaja
mengalami
gizi
putri
kekurangan
besi,
mempengaruhi
kalsium, dan vitamin A. Di samping
makan
itu, juga kekurangan vitamin B6, seng,
mengkonsumsi kudapan. Penyebab
asam folat, iodium, vitamin D, dan
lain
magnesium (Agus, 2009). Salah satu
makan dan kurangnya mengkonsumsi
dari empat masalah gizi yang sedang
sumber makanan yang mengandung
dihadapi negara-negara berkembang,
zat besi, selain itu konsumsi makan
termasuk Indonesia, adalah masalah
cukup
anemia zat gizi besi. Di Indonesia
dikonsumsi memiliki bioavaibilitas zat
prevalensi anemia pada remaja putri
besi yang rendah sehingga jumlah zat
tahun
besi yang diserap oleh tubuh kurang
2005,
mencapai
26,50%
(Depkes, 2010). Damayanti (2012)
diluar
kebiasaan
adalah
atau
kurangnya
tetapi
hanya
kecukupan
makanan
yang
(Soetjiningsih, 2007).
menyatakan bahwa prevalensi anemia
Penelitian Wetipulinge (2006)
remaja putri di SMK Muhammadiyah 4
menyatakan bahwa ada hubungan
Surakarta sebesar 54,5%.
yang signifikan antara pengetahuan
Remaja
putri
termasuk
anemia terhadap kadar hemoglobin
golongan rawan menderita anemia
pada remaja putri. Asmika (2006)
karena remaja putri dalam masa
menyatakan bahwa ada hubungan
pertumbuhan
dan
bulan
yang signifikan antara pengetahuan
mengalami
menstruasi
yang
gizi dengan kejadian anemia pada
setiap
1
remaja
putri.
Herman
(2001)
sampling.
yang
sudah
memenuhi
menyatakan bahwa ada hubungan
kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
antara kejadian anemia pada remaja
a. Kriteria Inklusi
putri dengan kebiasaan makan, yang meliputi
diet,
kebiasaan
1) Remaja putri yang tinggal di
makan
sumber protein hewani dan kebiasaan
Asrama SMA MTA Surakarta. 2) Remaja putri yang bersedia
minum teh. Handayani, dkk (2007)
menjadi
menyatakan bahwa ada hubungan
dengan menandatangani surat
antara pengetahuan tentang anemia
persetujuan.
dan
konsumsi
zat
besi
dengan
kejadian anemia.
subjek
penelitian
b. Kriteria Eksklusi 1) Remaja
Asrama SMA MTA Surakarta
putri
yang
sedang
yang
sedang
menstruasi.
bekerjasama dengan Palang Merah
2) Remaja
Indonesia (PMI) dalam bentuk donor
puasa.
darah yang dilakukan setiap tiga bulan
3) Sampel penelitian yang pindah sekolah.
sekali. Berdasarkan data donor darah Bulan Mei 2012 di peroleh data dari 129 siswi yang tinggal di Asrama yang mengikuti
kegiatan
donor
darah
sebanyak 34,88% menderita anemia. Hal ini yang melatar belakangi untuk melakukan
penelitian
hubungan
antara pengetahuan tentang anemia dan kebiasaan makan terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian observasional
dengan
putri
Sebagai variabel independen dalam
penelitian
pengetahuan
ini
tentang
adalah
anemia dan
kebiasaan makan. Variabel dependen adalah
kadar
pengetahuan
hemoglobin.
tentang
Data
anemia dan
kebiasaan makan diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data
kebiasaan
makan
meliputi
frekuensi makan dan jenis makanan. Data kadar hemoglobin (Hb) diperoleh
ini bersifat
dengan pengambilan darah tepi dari
pendekatan
setiap
subjek
yang
diuji
dengan
Crossectional, dengan besar sampel
metode
75 orang dipilih secara simple random
Penelitian dilakukan bulan Mei 2012 –
cyanmethemoglobin.
2
Januari 2013. Data dianalisi dengan uji statistik Person-Product Moment
B. Pengetahaun Tentang Anemia dan Kadar Hemoglobin
dan Rank-Spearman dengan program
Pengetahuan satu
merupakan
SPSS.
salah
faktor
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
mempengaruhi kejadian anemia.
A. Karakterisitik Responden
Tingkat pengetahuan remaja putri
Responden penelitian ini
tentang anemia yang tinggi dapat
adalah remaja putri yang ditinggal
mempengaruhi kebiasaan makan
di Asrama SMA MTA Surakarta.
yang
Karakteristik
mempengaruhi kadar hemoglobin
umur
responden
pada
akhirnya
bervariasi mulai dari umur 15
(Khomsan,
tahun
hubungan
antara
pengetahuan
tentang
sampai
Karakteristik sebagian
18
tahun.
menurut besar
umur
2003).
akan
Data
hasil tingkat anemia
responden
terhadap kadar hemoglobin pada
berumur 17 tahun yaitu 46,7%.
remaja putri di Asrama SMA MTA
Tingkat
Surakarta dapat dilihat pada Tabel
pengetahuan
tentang
anemia, 76% remaja putri memiliki pengetahuan kurang baik tentang anemia.
Remaja
putri
memiliki frekuensi makan
yang baik
yaitu memiliki frekuensi makan 3
1. Tabel 1 Distribusi Pengetahuan tentang Anemia terhadap Kadar Hemoglobin Pengetahuan tentang anemia
Kadar Hemoglobin Normal
Tidak Normal n % 13 72,2 34 59,6
kali sehari sebanyak 52%. Jenis makanan yang dikonsumsi yaitu 73,3% remaja putri mengkonsumsi kurang
dari 3
jenis
Baik Kurang
n 5 27
% 27,8 40,4
Total n 18 57
* Uji Pearson Product Moment
makanan
Tabel
1
menunjukkan
dalam sekali makan. Remaja putri
bahwa
yang mempunyai kadar Hb tidak
mempunyai
normal yaitu < 12 gr/dl sebanyak
tentang anemia 72,2% memiliki
62,7%.
kadar hemoglobin tidak normal, sedangkan
responden pengetahuan
yang
p
yang baik
mempunyai
kadar hemoglobin normal 27,8%.
3
% 100 100
0,233
*
Uji statistik dengan menggunakan
dengan kadar hemoglobin di SMK
uji
Muhammadiyah
Pearson
Product
diperoleh nilai
Moment
4
Surakarta.
p=0,233 (≥0,05)
Wetipulinge (2006), menyatakan
menunjukkan bahwa tidak ada
bahwa tidak ada hubungan antara
hubungan
pengetahuan
antara
pengetahuan
anemia
dengan
tentang anemia terhadap kadar
kejadian anemia pada remaja putri
hemoglobin pada remaja putri di
di
Asrama SMA MTA Surakarta.
Yogyakarta.
Hasil penelitian ini tidak ada
hubungan
yang
signifikan
SMU
Muhammadiyah
III
Penelitian ini tidak
sejalan dengan Kuswarini (2012), menunjukkan
bahwa
ada
secara statistik, hal ini disebabkan
hubungan yang signifikan antara
rendahnya
pengetahuan
pengetahuan
dengan
kejadian
responden tentang anemia yang
anemia. Wati (2010), menyatakan
menyebabkan asupan zat besi
bahwa
dalam
bermakna
antara
pengetahuan
dengan
kejadian
Masalah
yang
makanan
karena
tidak
rendanya
cukup
konsumsi
ada
hubungan
yang tingkat
sumber protein hewani. Rendanya
anemia.
kadar hemoglobin pada remaja
menyebabkan kekurangan zat gizi
putri disebabkan oleh beberapa
adalah
faktor antara
pengetahuan
lain adanya
zat
tidak dan
penghambat absorbsi, kebutuhan
pengertian
zat
makan yang baik.
besi
meningkat
karena
cukupnya kurangnya
tentang
kebiasaan
pertumbuhan fisik, dan kehilangan darah
disebabkan
perdarahan
kronis, penyakit parasit dan infeksi (Sumarmi, 2000).
dengan penelitian yang dilakukan Damayanti
menyatakan
Makan
dan
Kadar
Hemoglobin 1. Frekuensi Makan dan Kadar
Hasil penelitian ini sejalan
oleh
C. Kebiasaan
(2012),
bahwa
tidak
yang ada
hubungan pengetahuan anemia
Hemoglobin Frekuensi makan akan menentukan
jumlah
makanan
yang masuk ke dalam tubuh sehingga
akan
menentukan
4
tingkat kecukupan gizi. Data
responden
hasil hubungan antara frekuensi
makan 3 kali sehari namun, dari
makan
kadar
jenis makanan yang dikonsumsi
hemoglobin pada remaja putri di
responden belum sesuai dengan
Asrama SMA MTA Surakarta
kebutuhan
dapat dilihat pada Tabel 2.
sehingga dari frekuensi makan
terhadap
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Makan terhadap Kadar Hemoglobin Frekuensi Makan
Kadar Hemoglobin Normal
Baik Kurang
n 17 11
Tidak Normal n % 22 56,4 25 69,4
% 43,6 30,6
yang
bahwa
2
makan
% 100 100
*
0,502
responden
belum
tentu
Data
kebiasaan
responden
kurang
mengkonsumsi 3 jenis makanan dalam sekali makan yaitu hanya
menunjukkan
responden
baik
dibutuhkan.
Total
* Uji Rank-sperman
Tabel
gizi
frekuensi
mencukupi jumlah zat gizi yang p
n 39 36
memiliki
yang
mengkonsumsi makanan pokok dan lauk atau makan pokok dan
makan
sayur
dalam
baik 56,4% memiliki kadar Hb
selain
itu
tidak normal, sedangkan yang
khusunya
mempunyai kadar Hb normal
dikonsumsi belum mencukupi
43,6%.
dengan
kebutuhan
gizi
karena
menggunakan uji Rank-sperman
pemberian
lauk
hewani
diperoleh nilai p = 0,502 (≥0,05)
diberikan
sebagai
campuran
menunjukkan bahwa tidak ada
dalam sayur.
mempunyai
frekuensi
Uji
hubungan makan
statistik
antara
kadar
jumlah lauk
baik
Asrama SMA MTA Surakarta.
seseorang
akan
keadaan
sehingga
gizi perlu
data
ditinjau dari jumlah kecukupan
menurut
gizi individu (Baliwati, 2004).
dari
makan
yang
tentu
mempengaruhi
kebiasaan
makanan
hewani
belum
hemoglobin pada remaja putri di
Ditinjau
makan,
Frekuensi makan yang
frekuensi
terhadap
sekali
frekuensi makan menunjukkan
Hasil
tidak ada hubungan terhadap
dengan
kadar
(2006), menyatakan bahwa tidak
Hb.
Meskipun
52%
penelitian penelitian
ini
sejalan Nurhayati
5
ada hubungan frekuensi makan
mempengaruhi kesehatan tubuh
dengan kadar hemoglobin pada
yang
optimal
remaja
2010).
Data
putri
Semarang.
di
SMUN
Andriana
9
(Soediatama, hasil
hubungan
(2010),
antara jenis makanan terhadap
menyatakan bahwa tidak ada
kadar hemoglobin pada remaja
hubungan
putri
antara
frekuensi
di
Asrama
SMA
MTA
makan dengan kejadian anemia
Surakarta dapat dilihat pada
remaja putri di Madrasah Aliyah
Tabel 3.
N 2 Bogor. Penelitian ini tidak sejalan
dengan
Wetipulinge
(2006), menyatakan bahwa ada hubungan
antara
remaja
putri
Jenis Makanan
Normal
di
SMU
Frekuensi makan baik adalah 3 kali sehari untuk menghindari kekosongan lambung, selain itu mempunyai peluang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan gizi dibandingkan hanya makan 1-2 kali sehari (Khomsan, 2003). Makanan
dan
Kadar
Hemoglobin
kesehatan
tubuh
melalui manfaat zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Kualitas susunan makanan yang baik dan
jumlah
seharusnya
Tidak Normal n % 8 40 39 70,9
% 60 29,1
p Total
n 20 55
% 100 100
* Uji Pearson Product Moment
Tabel bahwa
3
menunjukkan
responden
yang
mengkonsumsi jenis makanan kurang
baik
70,9%
memiliki
kadar
Hb
tidak
normal,
sedangkan yang memiliki kadar Hb normal 29,1%. Uji statistik dengan Pearson
menggunakan Product
uji
Moment
diperoleh nilai p = 0,048 (<0,05)
Makanan berfungsi untuk memelihara
n 12 16
Baik Kurang
Muhammadiyah III Yogyakarta.
2. Jenis
Kadar Hemoglobin
kejadian
anemia dengan frekuensi makan pada
Tabel 3 Distribusi Jenis Makanan terhadap Kadar Hemoglobin
makanan
yang
dimakan
akan
menunjukkan
bahwa
ada
hubungan antara jenis makanan terhadap
kadar
hemoglobin
pada remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta. Hal
ini
disebabkan
anggaran makan untuk putra-
6
0,048
*
putri
di
Asrama
SMA
MTA
Bahan makanan sumber
Surakarta masih sangat kurang
energi
ditunjukkan dalam sekali makan
karbohidrat. Energi merupakan
responden
hanya
sumber pembentukkan eritrosit,
mengkonsumsi nasi dan lauk
sedangkan hemoglobin adalah
atau nasi dan sayur sehingga
bagian dari eritrosit sehingga
belum memenuhi kebutuhan gizi
apabila asupan energi kurang
responden. Selain itu, jenis lauk
akan menyebabkan penurunan
hewani
pembentukkan
eritrosit
dan
mengakibatkan
kadar
Hb
yang
responden
dikonsumsi
jumlahnya
memenuhi
belum
kebutuhan
responden
karena
gizi
pemberian
diperoleh
dari
menurun (Soediatama, 2010). Sumber
protein
lauk hewani diberikan sebagai
merupakan
sumber
campuran dalam sayur.
heme. Sumber zat besi heme
Penyebab utama anemia
lebih
mudah
hewani zat
besi
penyerapannya
disebabkan karena konsumsi zat
dibandingkan dengan sumber
besi
zat besi non heme. (Khomsan
yang
tidak
cukup
dan
absorbsi zat besi yang rendah
dan Anwar, 2009).
dari kebiasaan makanan yang
Tingkat konsumsi protein
sebagian besar terdiri dari nasi,
perlu
dan
semakin
menu
yang
kurang
diperhatikan
karena
rendah
tingkat
beraneka ragam. Konsumsi zat
konsumsi protein maka semakin
besi dari makanan sering lebih
cenderung
rendah
anemia.
dari
dua
pertiga
untuk
menderita
Hemoglobin
pigmen
kecukupan konsumsi zat besi
darah yang berwarna merah dan
yang dianjurkan, dan susunan
berfungsi sebagai pengangkut
menu
yang
oksigen dan karbon dioksida
dikonsumsi tergolong pada tipe
adalah ikatan protein. Protein
makanan yang rendah absorbsi
juga berperan dalam proses
zat besinya (Michael, 2008).
pengangkutan
makanan
zat-zat
gizi
termasuk besi dari saluran cerna
7
ke dalam darah, dari darah ke
kebiasaan
jaringan dan melalui membran
protein hewani dan kebiasaan
sel ke dalam sel-sel. Sehingga
minum teh.
apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi
dan
transportasi
(Linder, 1992).
yang
mengandung
vitamin C tinggi sangat baik sebagai
sumber
zat
besi.
Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali lipat. Vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi sehingga lebih mudah
diserap
oleh
usus
(Khomsan dan Anwar, 2009). Hasil
penelitian
dengan
ini
sejalan
penelitian
yang
dilakukan oleh Yenni (2004), menyatakan hubungan anemia makan
bahwa antara
dengan yang
ada kejadian
kebiasaan
meliputi
jenis
makanan yang paling sering dikonsumsi.
Herman
menyatakan hubungan
(2001),
bahwa kejadian
ada anemia
remaja putri dengan kebiasaan makan
yang
sumber
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta
Sayuran hijau dan buahbuahan
makan
meliputi
mempunyai kadar hemoglobin tidak normal (62,7%). 2. Sebagian besar remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta memiliki
pengetahuan
kurang
baik (76%). 3. Sebagian besar remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta memiliki frekuensi makan baik (52%) dan yang mengkonsumsi jenis
makanan
kurang
baik
sebesar (73,3%). 4. Tidak
ada
pengetahuan terhadap
hubungan
antara
tentang
anemia
kadar
hemoglobin
pada remaja putri di Asrama SMA
MTA
Surakarta
(p
=
ada
hubungan
antara
0,233). 5. Tidak
frekuensi makan terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di Asrama SMA MTA Surakarta (p = 0,502).
diet,
8
6. Ada
hubungan
makanan
antara
terhadap
jenis kadar
hemoglobin pada remaja putri di
membantu dalam penyerapan zat besi. 4. Pihak
asrama
sebaiknya
Asrama SMA MTA Surakarta (p
menambah
= 0,048).
biaya makan bagi remaja putri
B. Saran
anggaran
untuk
yang tinggal diasrama untuk
1. Asrama SMA MTA Surakarta
melengkapi
menu
sebaiknya bekerja sama dengan
sehingga
Dinas Kesehatan Surakarta dan
remaja putri dapat terpenuhi.
puskesmas
setempat
kebutuhan
makan, zat
gizi
untuk
memberikan penyuluhan tentang
DAFTAR PUSTAKA
anemia
Agus, S. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Agromedia pustaka. Jakarta.
untuk
mengurangi
prevalensi anemia pada remaja putri. 2. Pihak pengelola Asrama SMA MTA
Surakarta
perlu
memperhatikan jenis makanan khususnya
lauk
hewani,
pemberiannya
dapat
ditingkatkan lagi dan jumlahnya di sesuaikan dengan kebutuhan remaja
putri sehingga
meningkatkan
asupan
dapat protein
hewani remaja putri. 3. Pihak asrama sebaiknya dalam penyedian buah ditambah lagi pemberiannya
dan
pemberiannya
diberikan
bersamaan dengan pemberian makan utama sehingga dapat
Andriana. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja putri di Madrasah Aliyah N 2 Bogor. Skripsi. UIN Syahid. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Arisman, M.B. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta. Asmika,
S.
2006. Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Makan Remaja Putri Dengan Kejadian Anemia Defisiensi Besi Studi Kasus Pada Siswi SMP Negeri 13 Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
9
Baliwati,
Damayanti,
Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. A.R. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Anemia, Kesakitan Diare, dan Kesakitan ISPA dengan Kadar Hb pada Remaja Putri di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. UMS. Surakarta.
DepKes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Medika. Jakarta. Handayani, L., Yuliasih, R., Jamil, M.D. 2007. Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia, Lama Menstruasi, Konsumsi Zat Besi dengan Anemia pada Remaja Putri SMK N I Metro Lampung. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UAD. Yogyakarta. Herman, I. 2001. Hubungan Anemia Dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri Di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Jakarta.
Khomsan, A dan Anwar, F. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Hikmah. Jakarta. . 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kuswarini, Fitria ID. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Angka Kejadian Anemia Gizi Besi pada Mahasiswi STIKES AL Qodiri Jember. Program Pascasarjana. Tesis. UNS. Surakarta. Linder, M.C. 1992. Biokimia, Nutrisi & Metabolisme. UI Press. Jakarta. Michael J.G. 2008. Public Health Nutrition. EGC. Jakarta. Nurhayati, A. 2006. Hubungan Pola Makan, Tingkat Kecukupan Protein, Besi, dan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMUN 9 Semarang. Tesis. FKM. UNDIP. Semarang. Soediatama, A.D. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta. Soetjiningsih.
2007. Tumbuh Remaja
Buku Ajar Kembang dan
10
Permasalahannya. Sagung ceto. Jakarta.
Makan Terhadap Kadar Hb pada Remaja Putri SMA MUhammadiyah III Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. UGM. Yogyakarta.
Sumarmi, S. 2000. Masalah Gizi Di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi Nasional. Jakarta. Yenni, Wati, Y. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Siswi SMA N 1 Pundong. Thesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UAD. Yogyakarta. Wetipulinge.
Afrida. 2004. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan dan Pola Haid dengan Kejadian Anemia pada Remaja putri di SMA Budisatrya Medan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. USU. Sumatra Utara.
2006. Pengetahuan Anemia dan Kebiasaan
11