THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
APLIKASI PEMBERIAN KURMA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA Noor Cholifah, Elva Amalia1 Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
[email protected] [email protected]
Abstrak Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Penelitian – Penelitian Yang Sudah Ada Menyebutkan Bahwa Kurma Dapat Mengatasi Anemia, Dimana Kurma Mengandung Zat Yang Dibutukan Tubuh Untuk pembentukan Dan Maturasi Sel Darah Untuk Mengetahui Pengaruh Aplikasi Pemberian Kurma Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Hb Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Di Smk Raden Umar Said Kudus Tahun 2016. Jenis Penelitian Ini Menggunakan Jenis Penelitian Quasy Eksperimental Dengan Pendekatan Pre-Post Test With Control Grup. Sampel Dalam Penelitian Ini Sebanyak 20 Responden siswi Smk Raden Umar Said Kudus Dengan Menggunakan Teknik Random Samling. Uji Statistic Yang Digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Didapatkan Nilai Ρ Value = 0.005 Sehingga Dapat Disimpulkan Ada Pengaruh Yang Signifikan ( Ρ Value 0.005<0,05 ) Pemberian Kurma Dalam Membantu Menaikan Kadar Zat Besi Dalam Darah Sehingga Membantu Mencegah Anemia. Ada Pengaruh Pemberian Kurma Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Di Smk Raden Umar Said Kudus Tahun 2016 Kata Kunci : Kurma, Peningkatan Kadar Hb, remaja putri PENDAHULUAN Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Zat gizi tersebut adalah zat besi, protein, vitamin B6 yang berperan sebagai katalisator dalam sintetis Hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C, zinc yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi besi. Penyebab dari anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu untuk mensintetis hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya disimpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan terjadinya penuruna
THE 5TH URECOL PROCEEDING
kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan kadar transferin atau peningkatan protoporfirin, jika keadaan ini berlanjut akan terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun dibawah nilai normal (Almaitzer, 2009). Anemia merupakan suatu gejala kekurangan kadar hemoglobin (Hb) darah pada seseorang biasanya ditandai dengan kadar hemoglobin dalam darah rendah, kadar Hb darah untuk wanita dewasa normal 12,00 gr%-14,00 gr% (Arisman, 2009). Penanganan yang biasa dilakukan pada orang dewasa yang mengalami anemia adalah dengan pemberian tablet zat besi (Fe), mulanya program pemberian suplementasi besi direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) kepada ibu hamil, namun seiring berjalannya waktu sasaran program ditambah menjadi balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur (Depkes, 2008).
381
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Masyarakat indonesia terutama wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurangnya konsumsi sumber makanan yang menganung zat besi yang mudah diserap tubuh (hemeiron). Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan baik tunuh maupun sel otak. Kekurangan kadar HB dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, dan cepat lelah saat melakukan aktifitas. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Disamping itu penderita anemia juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan tubuh akan mudah terkena infeksi (Depkes, 2008). Berdasarkan data WHO (2008), prevalensi anemia tahun 1999-2005 pada WUS di Indonesia mencapai 33,1% angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Brunei (20,4%), Malaysia (30,1%), Vietnam (24,3%), dan Thailand (17,8%). Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. World Health Organisation (WHO) Regional Office South East Asia Region Organisation (SEARO) menyatakan bahwa 25-40% remaja putri menjadi penderita anemia. Anemia yang diderita umumnya anemia defisiensi zat besi ringan sampai berat di Asia Tenggara (Depkes, 2008). Pada siklus hidup manusia, remaja wanita (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-19 tahun mencapai 26,5% sekitar 370 juta wanita yang menderita anemia yang diakibatkan karena defisiensi besi (Depkes, 2008). Anemia menyerang lebih dari 57% remaja putri di Indonesia.Sejak tahun 2002 di Jawa Timur terdapat 33%, Jawa Barat 41%, dan Jawa Tengah 22%. Di Jawa Tengah itu sendiri yaitu Solo23%, Purwokerto 31% dan DIY 10% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil penelitian tahun 1990, Kabupaten Kudus merupakan Kabupaten dengan prevalensi anemia pada ibu hamil yang cukup tinggi yaitu sebesar 62,9%. Hampir sama dengan rata-rata propinsi (63,5%). Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus pada bulan September 2006 prevalensi anemia
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
yang terjadi pada ibu hamil sebesar 60,4%. Diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kudus, Kecamatan Gebog mempunyai prevalensi paling tinggi sebesar 88,0%. Namun saat ini belum ada data prevalensi anemia pada remaja di Kabupaten Kudus (Farida, 2006). Dari hasil survei di SMK Raden Umar Said di Gebog Kudus, dari jumlah semua siswi kelas IX sebanyak 106 didapatkan 71 siswi yang Hb nya kurang dari 12 gr/dl dan tergolong mengalami anemia, sedangkan 35 siswi tergolong Hb nya normal. Dengan perbandingan presentasi 70% dari jumlah siswi kelas IX SMK Raden Umar Said Gebog Kudus. Konsumsi makanan berkaitan dengan status gizi remaja yang memiliki status gizi besi kurang akan beresiko terkena anemia terutama pada remaja putri karena setiap bulannya mengalami menstruasi. Anemia juga dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik maka status gizinya juga baik, tetapi sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi yang kurang cukup maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat menyebabkan anemia (Hapzah, 2012). Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju masyarakat mengerti bahwa kesehatan itu sangat penting, masyarakat pada umumnya telah merubah pola konsumsinya menjadi lebih baik salah satunya yaitu sudah mulai membuka pikiran bahwa khasiat buahbuahan sangatlah membantu dalam gizi tubuh, salah satunya yaitu buah kurma. Kurma yang memiliki nama latin Phoenix dactilifera ini merupakan makanan populer yang seringkali disajikan pada bulan puasa. Kurma memiliki kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh. Kandungan utama dalam kurma adalah glukosa yang kadarnya mencapai 50% dari seluruh kandungan buahnya. Selain itu, kurma mengandung berbagai vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Dalam setiap 100 gram kurma kering terkandung 50 IU vitamin A; 0,4 mg vitamin C; 0,09 mg tiamin; 0,10 mg riboflavin, 2,20 mg niasin, asam nikotinat dan zat besi (Sari, 2013). Kurma mengandung zat besi. Kandungan zat besi yang tinggi dapat digunakan untuk
382
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pengobatan anemia. Anemia adalah keadaan di mana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Adanya zat besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan dibawa oleh darah untuk hemopoiesis (proses pembentukan darah). Zat besi akan berikatan dengan heme dan empat buah globin, yang nantinya membentuk satu kesatuan menjadi hemoglobin. Sehingga, secara tidak langsung kurma dapat membantu menambah hemoglobin sampai ke angka normal bagi penderita anemia. Selain bermanfaat sebagai pengobatan anemia, kurma juga berperan penting dalam pengobatan penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan karena penderita demam berdarah mengalami penurunan jumlah trombosit atau keping darah, dan kurma dapat meningkatkan kadar trombosit darah (Pertiwi, 2012). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ady (2013), membuktikan bahwa pemberian sari kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin pada tikus yang mengalami anemia. Hasil ini menunjukkan bahwa sari kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada sari kurma serta kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P, dan Niasin dengan palmyra yang kaya kandungan Vit A mendukung sintesis hemoglobin, karbohidrat dan lemak pada sari kurma membentuk suksinil CoA yang selanjutnya bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui serangkaian proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin (Ady, 2013). METODE Jenis penelitian Quasy Eksperimental dengan menggunakan bentuk rancangan control group pre test-post test digunakan dalam penelitian ini. Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah melakukan intervensi. Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan berupa pemberian kurma, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
perlakuan. Pada kedua kelompok diawali dengan pre test (pengukuran awal) kadar Hb dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (post test). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kurma. Variabel terikat dalam penelitian ini peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri. Peneliti menentukan sampel yang terdapat dalam populasi yaitu secara random sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel secara acak (random) diantara populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas XI sejumlah 106 siswi Smk Raden Umar Said Kudus. Sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 responden. Terdiri dari 10 orang kelompok intervensi dan 10 orang kelompok kontrol. HASIL PENELITIAN Penelitian ini membuktikan dan menjawab pertanyaan penelitiaan yang diajukan bahwa, Apakah ada pengaruh kadar hemoglobin remaja putri sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan Intervensi. Karakteristik responden brdasarkan umur. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Siswa SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016 (N=20) Umur Jumlah Persentase (%) <15 Tahun 4 20 % 16-17 11 55 % Tahun >17 Tahun 5 25 % Total 20 100.0 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar umur siswa adalah 15-16 tahun dengan jumlah 11 responden (55%) dan sebagian kecil umur siswa adalah 14 tahun dengan jumlah 4 responden (20%) serta >16 tahun sejumlah 5 responden (25%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mean, Median, dan Modus Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Pemberian
383
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Kurma Penderita Anemia Di SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016 Kel Varia Me Medi Mod Mi om Max bel an an uS n pok Pre 0,3 0,25 9 9 12 Ko 5 ntr Post 0,3 0,25 9 9 12 ol 8 Pre 0,5 0,50 10 10 12 Inte 6 rve Post 1,0 0,85 11 11 12 nsi 2 Hasil dari tabel 4.2 menunjukkan kadar Hb pada kelompok kontrol sebelum pemberian makanan dengan gizi seimbang nilai mean 10,35 median 10,25 modus 9 serta nilai minimum 9 dan nilai maksimum 12. Sedangkan kadar Hb pada kelompok kontrol sesudah intervensi nilai mean 10,38 median 10,25 modus 9, serta nilai minimum 9 dan nilai maksimum 12. Kadar Hb pada kelompok intervensi sebelum pemberian kurma nilai mean 10,56 median 10,50 modus 10, serta nilai minimum 10 dan nilai maksimum 12. Sedangkan kadar Hb pada kelompok intervensi sesudah intervensi nilai mean 11,02 median 10,85 modus 11 serta nilai mimimum 11 dan maksimum 12. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Kadar Hb Pre Intervensi Kel.Intervensi Kadar Hb Post Intervensi Kel.Intervensi Kadar Hb Pre Intervensi Kel.Kontrol Kadar Hb Post Intervensi Kel.Kontrol
Shapiro-Wilk Statis Df Sig tic .896
10
.199
.792
10
.012
.969
10
.882
.938
10
.506
Pada tabel 4.3 setelah dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
didapatkan nilai probabilitas (ρ value) pada kadar Hb pre intervensi pada kelompok control sebesar 0,783 dan post intervensi pada kelompok control sebesar 0,680. Pada kadar Hb pre intervensi pada kelompok intervensi didapatkan nilai probabilitas (ρ value) sebesar 0,844 dan post intervensi pada kelompok intervensi sebesar 0,020. Berarti data tersebut berdistribusi normal karena ρ < 0,05, sehingga pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Tabel 4.4 Perbandingan Rata – Rata Kadar Hb Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sebelum Dan Sesudah Pemberian Kuma Pada Penderita Anemia DI SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016 Variabel Kadar Hb kel.kontrol Sebelum terapi Sesudah terapi Kadar Hb kel.intervensi Sebelum intervensi Sesudah intervensi
N
Mean
SD
Value
10 10,35 0,914 10 10,38 0,926 0,083
10 10,56 0,675 10 11,02 0,518 0,008
Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon didapatkan bahwa selisih perbandingan rata-rata kadar Hb pada kelompok kontrol adalah 0,03 dan diperoleh value sebesar 0,083. Sedangkan selisih perbandingan rata-rata kadar Hb pada kelompok intervensi adalah 0,46 diperoleh value sebesar 0,008, hal ini menunjukkan bahwa nilai value <0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh kurma terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia kelas XI SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016. PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kurma Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Remaja yang Mengalami Anemia Di SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016.
384
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Pada penelitian ini jumlah responden yaitu 20 responden diperoleh hasil mayoritas responden memiliki usia 15-16 tahun yaitu sebanyak 11 orang (55%) dan kelompok minoritas memiliki usia <15 tahun sebanyak 4 orang (20%). Lebih dari 50% penderita anemia berada di kisaran usia 15-16 tahun. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan siswi usia tersebut mengalami risiko anemia lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Pada kisaran usia 15-16 tahun, seorang remaja sudah mengalami menstruasi sehingga kecenderungan anemia lebih besar akibat kehilangan darah pada saat menstruasi (Briawan, 2008). Karakteristik usia responden ini sesuai dengan teori tersebut, yaitu penderita anemia paling banyak terjadi pada kisaran umur 15-16 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut remaja mengalami menstruasi setiap bulannya yang akan berpengaruh kehilangan zat besi pada saat menstruasi, sedangkan remaja pada usia ini tidak memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi untuk mengembalikan zat besi yang hilang karena menstruasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20 responden di SMK Raden Umar Said Kudus menunjukkan bahwa 10 responden dilakukan pemberian kurma sebagai kelompok intervensi yang dilakukan pemberian kurma (50%) dan 10 responden tidak diberi perlakuan kurma sebagai kelompok control yang tidak diberi perlakuan (50%). Hasil analisa menunjukkan peningkatan kadar Hb dari 10,56 gr/dl menjadi 11,02 gr/dl. Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon didapatkan bahwa selisih perbandingan rata-rata kadar Hb pada kelompok kontrol adalah 0,03. Sedangkan selisih perbandingan rata-rata kadar Hb pada kelompok intervensi adalah 0,46 diperoleh value sebesar 0,008 hal ini menunjukkan bahwa nilai value <0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh kurma terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia kelas XI SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Hal ini sesuai dengan Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anita (2013), membuktikan bahwa pemberian sari kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Hasil ini menunjukkan bahwa sari kurma yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada sari kurma serta kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Cu, P, dan Niasin dengan palmyra yang kaya kandungan Vit A mendukung sintesis hemoglobin, Kandungan sari kurma yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan jumlah trombosit yaitu zat mineral seperti zat besi yang essensial bagi pembentukan hemoglobin. Besi yang segera dibutuhkan untuk produksi sel darah merah diserap ke dalam darah untuk disalurkan ke sumsum tulang dan akan digunakan untuk membentuk hemoglobin bagi sel darah merah baru yang akan mengikat oksigen untuk kebutuhan metabolisme sel terutama ke hati sehingga hati dapat melaksanakan fungsinya dengan baik termasuk menghasilkan hormon trombopoietin (Anita ,2013). Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Zat gizi tersebut adalah zat besi, protein, vitamin B6 yang berperan sebagai katalisator dalam sintetis Hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C, zinc yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi besi. Penyebab dari anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu untuk mensintetis hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, sumsum tulang belakang, dan selebihnya disimpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan terjadinya penuruna kadar feritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan kadar transferin atau peningkatan protoporfirin, jika keadaan ini berlanjut akan terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar hemoglobin turun dibawah nilai normal (Almaitzer, 2009).
385
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Konsumsi makanan berkaitan dengan status gizi remaja yang memiliki status gizi besi kurang akan beresiko terkena anemia terutama pada remaja putri karena setiap bulannya mengalami menstruasi. Anemia juga dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat besi, untuk meningkatkan kadar hb maka diperlukan konsumsi makanan yang mengandung zat besi salah satunya dengan mengkonsumsi kurma. Kurma dapat digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu manfaat kurma adalah sebagai bahan pengobatan pada anemia dan penyakit demam berdarah. Kandungan zat besi dalam kurma dapat digunakan untuk pengobatan anemia. Adanya zat besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan dibawa oleh darah untuk hemopoiesis (proses pembentukan darah). Zat besi akan berikatan dengan heme dan globin, yang nantinya membentuk satu kesatuan menjadi hemoglobin. Sehingga, secara tidak langsung kurma dapat membantu menambah hemoglobin sampai ke angka normal bagi penderita anemia (Sari, 2013). Hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian saat ini, yaitu yang dilakukan oleh Anita dengan judul Pengaruh Pemberian Sari Kurma Terhadap Perubahan Kadar Haemoglobin pada Pasien Anemia di BRSD Luwuk. Data penelitian diambil dengan lembar observasi dan hal ini dibuktikan dengan uji T-berpasangan yang menunjukkan p-value = 0.000 (p < 0,05), hasil penelitian ini sesuai dengan Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa “ada pengaruh pemberian sari kurma terhadap kadar haemoglobin pada pasien anak dengan anemia di BRSD Luwuk”. Berdasarkan penelitian dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kurma terhadap kadar hb pada remaja putri yang mengalami anemia di SMK Raden Umar Said Kudus tahun 2016. KESIMPULAN 1. Karakteristik kadar Hb remaja putri yang mengalami anemia berdasarkan umur dari jumlah responden yaitu 20 responden diperoleh hasil mayoritas responden memiliki usia 15-16 tahun yaitu sebanyak 11
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
orang (55%) dan kelompok minoritas memiliki usia <15 tahun sebanyak 4 orang (20%). 2. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20 responden kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia sebelum dilakukan pemberian kurma pada kelompok intervensi didapatkan hasil rata-rat sebesar 10,56 gr/dl sedangkan setelah dilakukan pemberian kurma didapatkan hasil rata-rat sebesar 11,02 gr/dl. 3. Hasil uji wilcoxon didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian kurma terhadap kadar haemoglobin penderita anemia di SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016 dengan hasil value sebesar 0,008, hal ini menunjukkan bahwa nilai value <0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh kurma terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia SMK Raden Umar Said Kudus Tahun 2016. REFERENSI Adriani, M., & Wirjatmadi, b. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana. Ady, T. H. (2013). Pengaruh Pemberian Sari Kurma (Phoenix Dactylifera) terhadap Kadar Hemoglobin pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Kesehatan. Ali, & Asrori. (2009). Psikologi Remaja Perkemmbangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Akasara. Almaitzer, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anita, P. (2014). Pengaruh Pemberian Sari Kurma Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Pasien Anemia di BRSD Luwuk. Jurnal Kesehatan. Arisman, M. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Asmadi. (2008). Teknik Prosedur Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Assirey, & Rahman, E. A. (2015). Nutritional Composition of Fruit of 10 Date Palm (Phoenix Dactylifera) Cultifars Grownin
386
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Saudi Arabia. Journal of Taibah University for science 9. Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jawa Tengah: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Eny, K. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Evelyn. (2009). Anatomi dan Fisioligi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. Hammad, P. D. (2014). Buku Kedokteran Nabi. Solo: Aqwamedika. Hapzah, Y. R. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri pada Siswi SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kee, L. J. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Edisi 6. Kementrian Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jawa Tengah: Kemenkes. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Pertiwi. (2012). Sari Kurma Untuk Menaikkan Trombosit. Jakarta: Medika. Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Purnomo. (2006). Analisis Data Penelitian. Yogyakarta: CV. Andy Offset. Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sari. (2013). Manfaat Buah Kurma. Yogyakarta: Home Health. Sarwono, & Sarlito, W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers cetakan 14. Saryono. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika. Soebroto. (2011). Anemia dan Problemnya. Yogyakarta: Media Books. Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Ceto. Sopny. (2010). Kadar Hemoglobin. yogyakarta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta. Susiloningtyas, I. (2004). Pemberian Zat Besi (fe) dalam Kehamilan. Jurnal Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung. Tarwoto, N., & Dkk. (2009). Kesehatan Remaja Proble dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Widayanti. (2008). Hemoprotein dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan, Jurnal. fk. Unand. ac. id.
387
ISBN 978-979-3812-42-7