Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Pemilih Pemula Dalam Partisipasi Pemilu (Studi Kasus : Pemilu Presiden RI 2014)
Makalah Non Seminar
Oleh Febry Puja Kesuma 1106085730
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok, 2014
PERNYATAAN ORISINALITAS
Jumal ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Febry Puja Kesuma
NPM
: 1106085730
Tanggal
Penulis
Febry Puja Kesuma
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
HALAMANPENGESAHAN
Karya ilmiah ini diajukan oleh Nama
: Febry Puja Kesuma
NPM
: 1106085730
Program Studi
: Ilmu Komunikasi - Hubungan Masyarakat
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya
: Makalah Non Seminar
Nama Mata Kuliah
: Psikologi Komunikasi
Judul Karya Ilmiah
Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Pemilih Pemula Dalam Partisipasi Pemilu (Studi Kasus : Pemilu Presiden RI 2014)
Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk diunggah di lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika Universitas Indonesia
Dosen Mata Kuliah
: Psikologi Komunikasi
(Dra. Askariani Kartono M.Si) Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 5 Desember 2014
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
I-IALAMAN PERNYATAAN P E R S ET U.J UA N P UBLIKAS I T UGAS AKHIR U NTUK KEPE NTINGA N AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia , saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Febry Puja Kesuma
NPM
: 1106085730
Program Studi
: Hubungan Masyarakat
Departem en
: IImu Komunikasi
Fakultas
: llmu Sosial dan Ilmu Pol itik
Jenis Karya
: Makalah Non Seminar
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Pemilih Pemula dalam Partisipasi Pemilu (Studi Kasus : Pemilu Presiden RI 2014) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Ro yalti No nekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/fonnatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama I
tetap menc antumkan nama saya sebag ai penuli s/pencipta dan se bagai pemilik Hak C ip ta, Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 5 Desember 2014
Yang menyatakan
(Fe bry Puja Ke su m a)
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
~
FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS
-:co~
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Dra. Askariani Kartono M.Si : 195011281976032001 NlP/NUP Pembimbing dari mahasiswa SI: Nama : Febry Puja Kesuma NPM : 1106085730 Fakultas : Ilmu Sosial dan IImu Politik Program Studi : IImu Komunikasi ludul Naskah Ringkas : Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Pemilih Pemula dalam Partisipasi Pemilu (Studi Kasus : Pemilu Presiden RI 2014) menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda silang):
V Dapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja.
Tidak dapat diakses di UIANA karena: Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial. Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak PateniHak Cipta hingga tahun . o Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu: ..................................... : yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan tahun .. o Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Internasional yaitu: . yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ............................. tahun .. Akan diterbitkan pada lurnal Program Studi/DepartemeniFakultas di VI yaitu: .. yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan tahun . [J Akan diterbitkan pada Jumal Nasional yaitu: . yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan . tahun . IJ Akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada lumal Internasional yaitu: yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan tahun .
Depok,5 Desember Tahun 2014, Dra. Askariani Kartono M.si (
Pembimbing Karya IImiah
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
1
Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Pemilih Pemula dalam Partisipasi Pemilu (Studi Kasus : Pemilu Presiden RI 2014) Febry Puja Kesuma, Askariani Kartono Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email :
[email protected] Email :
[email protected] Abstrak Menurut hasil data Badan Pusat Statistik bahwa presentase pemlih pemula pemilu 2014, hanya mencakup 20 persen dari seluuh pemilih. Namun, kasus mengenai pemilih pemula menjadi orientasi studi yang menarik. Hal ini disebabkan karena pengalaman dan pengetahuan yang minim tentang proses politik yang mereka miliki itu sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai sumber yang tidak resmi (kampanye hitam). Hal ini memunculkan pertanyaan penulis sejauh mana kampanye hitam mempengaruhi pemilih pemula dalam pemilu 2014. dari hasil wawancara dua informan dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber informasi mengenai kandidat yang diperoleh masih memiliki tingkat ketidakbenaran informasi yang sangat tinggi. hal ini kemudian memberikan dampak pada beralihnya pilihan terhadap kandidat, dari kandidat yang mereka pilih berdasakan hati nurani menjadi kandidat yang dikonstrusikan media. Kata Kunci : Pemilu, Pemilih Pemula, Kampanye Hitam Black Campaign influence on Beginner Voters in General Election (Case Study: Presidential Election 2014) Abstract According to the Central Bureau of Statistics, only 20 percent of voters in 2014 election are first-time voters. It is interesting to explore this case further. Due to lack of experience and knowledge of the political process, they were easily influenced by various unofficial sources (Black Campaigns). This circumtance intrigued the author to understand how Black Campaigns influenced first voters. From two interviews it can be concluded that Black Campaigns produced inaccurate information. In the end, it has an impact in voters’ decision, from choice based on heart into choice made by media construction. keywords : elections, first-time voters, black campaign
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
2
I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Pemilihan umum ( Pemilu ) adalah salah satu bentuk kegiatan politik yang juga dijalankan di Indonesia. Pemilihan Umum di Indonesia dianggap sebagai pesta demokrasi setiap warga . Di Indonesia setiap warga negara yang telah berusia 17 tahun atau sebelum usia tujuh belas tahun sudah menikah berhak untuk menjadi pemilih dalam pemilu. Indonesia sendiri menjalankan pemilihan umum dalam jangka waktu lima tahun sekali, dan dengan demikian setiap pemilihan umum yang terjadi di Indonesia akan selalu dihiasi dengan pemilih pemula. Pemilih pemula adalah peserta pemilihan umum yang baru pertama kali mengikuti dan berpartisipasi dalam pemilu. Pemilih pemula terdiri dari warga negara yang baru memasuki usia 17 tahun di tahun 2014; warga negara yang baru bertemu pemilu setelah melewati usianya yang ke- 17; dan warga negara yang belum berusia 17 tahun namun telah menikah. Pada dasarnya para pemilih pemula ini kurang memiliki pengetahuan politik dibandingkan dengan pemilih yang telah mengikuti pemilu sebelumnya. Para pemilih pemula ini masih meraba bagaimana memposisikan dirinya dalam pemilu. Para pemilih pemula ini melakukan berbagai hal untuk memposisikan dirinya dalam pemilu, mulai dari mencari informasi-informasi tentang kandidat pemilu, hingga mencari pengetahuan politik mengenai pemilu. Namun, meskipun begitu tetap saja diantara mereka ada yang memiliki antusias yang tinggi dan ada juga yang merasa tidak peduli. Terlebih, pemilu presiden tahun 2014 membuat keadaan politik di Indonesia menjadi bergejolak, terbaginya
dua kubu yang sama-sama kuat dan mampu memecah belah masyarakat
Indonesia membuat para pemilih pemula ini semakin bingung untuk memposisikan diri mereka. Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2014 menurut data BPS menyebutkan, tidak kurang
dari
15-20%
pemilih
pada
Pemilu
2014
adalah
pemilih
pemula.BPS
(sensuspenduduk2010) penduduk usia produktif 26% atau 64 juta penduduk usia15-19 tahun berjumlah 20.871.086 jiwa. Usia 20-24 tahun berjumlah 19.878.417 orang. Jumlah total pemilih pemula 40.749.503 orang1
1
Diah Setiawaty, “PemilihPemuda, SudahCerdas?” (www.rumahpemilu.org/ diakses tgl. 2 Desember 2014, pkl. 01.13)
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
3
Pemilihan umum presiden 2014 diwarnai berbagai hal yang membuat suasana politik di Indonesia semakin panas. Kedua kandidat memiliki kekuatan dari berbagai lini seperti melakukan pemetaan suara di berbagai wilayah indonesia, membentuk koalisi partai politik, mendapat dukungan dari para pengusaha, hingga penguasaan media-media yang merupakan senjata politik paling hebat. Media yang merupakan alat yang paling dekat dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi dapat dengan mudah mempengaruhi pemikiran masyarakat , hal itulah yang dijadikan senjata oleh kedua kandidat calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) dalam kampanye untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Arena perseteruan politik antara Prabowo dan Jokowi dalam perebutan kursi Presiden semakin menarik dengan beragam kampanye-kampanye yang mereka lakukan. Kampanyelah pihak menkampanye yang dilakukannya pun melibatkan semua kalangan, mulai dari kalangan berpendidikan hingga kalangan yang putus sekolah. Namun, dalam kegiatan berkampanye kedua kandidat tidak luput dari isu melakukan kampanye hitam. Disetiap pemilu tidak pernah luput dari berbagai macam kegiatan kampanye hitam para peserta pemilu. Termasuk pemilu presiden 2014 dimana Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa berseteru dengan Koalisi Indonesia Hebat yang mendukung Joko Widodo dan Jusuf Kalla, tidak luput dari kegiatan kampanye hitam. Meskipun, kedua belah pihak mengaku tidak melakukan kampanye hitam namun tetap saja gerak-gerik kampanye hitam terasa dalam perseteruan mereka. Kampanye hitam seakan-akan telah menjadi sesuatu yang tidak pernah lepas dari kegiatan politik di Indonesia. Terutama pada saat pemilu, kampanye hitam merupakan salah satu senjata ampuh untuk menjatuhkan lawan politiknya, karena kehadiran kampanye hitam memang memiliki tujuan untuk menjatuhkan reputasi lawan politik tanpa meningkatkan reputasi diri sendiri. Kampanye hitam sendiri pun mampu mempengaruhi berbagai kalangan pemilih terutama pemilih utama. Kebingungan para pemilih pemula menjadi sasaran empuk para pelaku kampanye hitam untuk meluncurkan kampanye-kampanye yang dapat mempengaruhi pemikiran para pemilih pemula yang pengetahuan politik dan pengetahuan pemilunya masih kurang. Kurangnya pengetahuan itulah yang membuat pemilih pemula mudah di‟racuni‟ oleh kampanye hitam. Sosialisasi pemerintah mengenai politik dan pemilu masih dirasa kurang oleh para pemilih mulai dari sosialisasi tata tertib dan aturan menggunakan hak milih serta
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
4
kurangnya sosialisasi untuk memberikan pengetahuan tentang politik kepada masyarakat. Pengawasan terhadap kampanye-kampanye nakal di setiap pemilu pun masih dirasakan kurang, karena setiap tahun kampanye hitam selalu ditemukan. 1.2. Perumusan Masalah Ikut serta dalam pemilu dan menggunakan hak pilih adalah hak demokrasi setiap warga negara bagi mereka yang sudah sesuai dengan persyaratan untuk bisa memilih. Bagi mereka yang sudah memiliki pengalaman dalam keikutsertaan pemilu, mereka akan lebih paham untuk bagaimana mereka memposisikan diri dan sikap mereka terhadap apa yang akan mereka pilih. Mereka akan mempelajari dan menambah wawasan politik mereka dari pengalaman mereka pada pemilu-pemilu sebelumnya. Namun, yang menjadi menarik adalah bagaimana dengan para pemilih pemula yang notabene adalah mereka yang memiliki pengalaman minim terhadap politik dan pemilu. Para pemilih pemula pasti membutuhkan informasi dan pengetahuan akan politik untuk mempersiapkan sikap mereka terhadap pemilu. Kebimbangan serta kebingungan mewarnai sejumlah pemilih pemula. Kebutuhan akan pengetahuan politik para pemilih pemula inilah yang akan menjadi lahan bagi para pelaku politik untuk memasukan pandangan politik mereka kepada para pemilih pemula. Biar bagiamana pun para pemilih pemula ini tetap merupakan bagian dari pemilu dan mereka berhak untuk berpartisipasi dalam pemilu. Setiap pelaku politik berlomba-lomba untuk menarik perhatian pemilih-pemilih pemula, berbagai cara pun dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan kampanye politik. Dalam setiap pemilu, kampanye merupakan bagian yang menyatu dengan kegiatan politik pada saat pemilu. Bahkan pelaksanaan kampanye politik itu sendiri telah diatur dalam tata tertib pemilu. Fungsi kampanye dalam penyampaian pesan pandangan politik dan penarikan suara pemilih sangat efektif, banyak masyarakat yang tertarik untuk bergabung dan memberikan hak pilihnya dengan suatu elit politik karena telah mengikuti kampanye yang diadakannya. Namun, kampanye yang dilakukan terkadang tak luput dengan kampanye hitam. Pemilih pemula yang dalam keadaan butuh informasi dan pengetahuan terkadang lebih mudah untuk tertarik dan menerima informasi dari kampanye hitam tersebut. Meskipun banyak sosialisasi yang menginformasikan masyarakat agar lebih berhati-hati dan menyeleksi setiap kampanye dengan bijak agar tidak mentah-mentah menerima informasi yang belum
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
5
tentu kebenarannya dari kampanye hitam namun, para pemilih pemula ini masih belum dapat menentukan sikap apa yang perlu mereka ambil untuk menghadapi kampanye hitam. Dari permasalahan diatas maka timbul sebuah pertanyaan permasalahan yaitu : Sejauh mana Kampanye Hitam dapat mempengaruhi para pemilih pemula dalam pemilu Presiden RI 2014? 1.3. Tujuan Dalam penulisan jurnal ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana suatu fenomena kampanye hitam dapat mempengaruhi para pemilih pemula. Sehingga, kita bisa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi para pemilih pemula dalam pemilu. Dari hal itu maka kita dapat mengetahui bagaimana pemilih pemula harus mengambil sikap untuk menyikapi kampanye hitam. 1.4. Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan data primer dengan melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang informan yang merupakan Pemilih Pemula dalam Pilpres 2014.
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
6
II.
Kerangka Pemikiran
2.1. Pemilih Pemula. Pemilih pemula menurut Undang-undang Pemilu adalah pemilih yang telah berusia 17-21 tahun, yang telah memiliki hak suara dalam pemilu. Pemilih pemula terdiri atas pelajar, mahasiswa, pemilih dengan rentang usia 17-21 tahun pada pemilu, atau yang belum berusia 17 tahun namun telah menikah. 2 Menilik dari segi kuantitas, suara pemilih pemula cukup menjajikan. Dalam pemilu 2014 jumlah pemilih pemula mencapai 15-20% dari total jumlah pemilih. Para pemilih pemula ini relatif kurang mempunyai literasi politik memadai sehingga mereka memiliki kecenderungan ikut-ikutan tren di lingkungan mereka tinggal (Musa, 2008). Pemilih pemula merupakan kelompok pemilih yang memiliki antusiasme tinggi, relatif lebih irasional, haus akan perubahan, dan tipis akan kadar polusi pragmatisme.3 Pemilih pemula merupakan kelompok pemilih yang paling lemah apabila diterpa oleh kampanye-kampanye politik dari para pelaku politik. Hal ini dikarenakan kelompok pemilih ini belum memiliki pijakan politik yang cukup kuat sehingga membuka peluang besar untuk dirangkul calon legislatif, calon presiden, maupun partai politik manapun melalui iklan.4 Secara psikologis atau dari segi psikologi pun, pemilih pemula disebut dengan remaja akhir, menurut Blos (1962) dalam Sarwono (2001) adalah kelompok yang berada pada masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian minat yang semakin mantap terhadap fungsifungsi intelek, serta egonya dalam mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.5 2.2. Karakteristik Remaja Menurut Stanley Hall ( dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Sementara menurut Monks, dkk (2000) batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Hurlock (1981) mengatakan bahwa remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. 6 Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan oleh para ahli, dapat dilihat bahwa 2
Alkhazar,2008. h.1 Alkhazar,2008. h.1 4 Firmansyah, 2009. h. 1 5 Andreas Christian Siahaan, “Pengaruh tingkat terpan iklan politik terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilih pemula (studi kuantitatif terhadap iklan Gerindra versi "Lima" pada pemilu 2009)” 6 http://netsains.com/2009/04/psikologi-remajakarakteristik-dan-permasalahannya/ diakses tgl.2 desember 2014 pkl.02.23 3
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
7
mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Menurut Erickson, masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas dan pencarian identitas diri.7 2.3. Komunikasi Politik Dari perspektif komunikasi, cara untuk mencapai tujuan-tujuan politik adalah melalui komunikasi politik. Definisi komunikasi politik menurut Sumarno dan Didi Suhandi dalam Erwantoro (1996, h.33) ialah suatu proses, prosedur, dan kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi dalam suatu sistem politik. Pengertian ini menunjuk kepada sikap dan perilaku seluruh individu yang berada dalam lingkup sistem politik, baik sebagai penyelenggara pemerintah maupun sebagai warga negara, sehingga terwujud jalinan komunikasi antara suasana kehidupan politik pemerintah dengan suasana kehidupan politik masyarakat. Dengan demikian, secara prinsip komunikasi politik adalah proses meneruskan informasi politik yang relevan dari satu bagian sistem politik kepadabagian lainnya, juga diantara sistem-sistem sosial dengan sistem politik. Proses itu merupakan proses yang berkesinambungan yang melibatkan pertukaran informasi diantara individu-individu yang satu dengan kelompok–kelompoknya pada semua tingkat masyarakat. Adapun sifat informasi tersebut tidak hanya mencakup perwujudan pandangan-pandangan serta harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana bagi para komunikator politik untuk menyampaikan, usulan, dan anjuran kepada anggota masyarakat. Dalam konteks ini, komunikasi politik digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuantujuan politik. Sebagai alat, komunikasi politik bekerja dalam sebuah proses yang memadukan antara komunikator politik, pesn politik, saluran komunikasi politik, dan khalayak politik untuk menghasilkan efek komunikasi politik yakni tujuan politik.8 Untuk melancarkan Komunikasi politik dapat digunakan ragam saluran komunikasi politik yang secara umum terbagi atas enam kelompok,9 yakni saluran komunikasi politik lini atas (Above the line), saluran komunikasi politik melalui special event dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dirancang khusu untuk tujuan politik, saluran komunikasi politik melalui media baru (new media), saluran komunikasi politik dengan komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), dan media tradisional (folk art). 7
Andreas Christian Siahaan, “Pengaruh tingkat terpan iklan politik terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilih pemula (studi kuantitatif terhadap iklan Gerindra versi "Lima" pada pemilu 2009)” 8 Hamad,2007. h.603 9 Hamad,2007. h.603
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
8
Salah satu cara untuk melakukan komunikasi politik dan menyampaikan pesan politik adalah dengan melakukan kampanye politik. Riswhanda Imawan (1998) menyatakan bahwa kampanye politik adalah kegiatan individual ataupun kelompok yang mempengaruhi orang lain, agar mau memberikan dukungan ( dalam bentuk suara) kepada mereka dalam suatu pemilihan umum. Kampanye berusaha membentuk tingkah laku kolektif (collective behavior) agar masyarakat lebih mudah digerakkan untuk mencapai satu tujuan yakni memenangkan pemilu. 2.4. Kampanye Politik Pada saat ini, marketing politik semakin memegang peranan penting dalam pemilihan umum (pemilu). Akibatnya yang lebih menonjol saat ini yaitu politik „kemasan‟. Sistem dan budaya politik seperti ini akan menguntungkan bagi pihak-pihak yang memiliki kemampuan besar, terutama biaya dalam membangun pencitraan. Dari jauh hari, banyak calon kontestan Pemilu membayar konsultan atau merekrut orang-orang yang ahli dalam politik untuk menyusun strategi dan skenario yang efektif memenangkan pemilu. Kampanye politik merupakan bagian penting dalam marketing politik. Disamping kampanye resmi yang diatur undang-undang, sebelum pemilu bahkan sudah ada pemasangan atribut-atribut partai atau gambar-gambar perorangan yang bisa dianggap sebagai kampanye terselubung. Jika merujuk pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kampanye yaitu kegiatan-kegiatan penyampaian visi, misi, dan program pada waktu tahapan kampanye Pemilu. Dalam Undang-undang ini, selain waktu, diatur juga soal materi kampanye, metode kampanye, larangan dalam kampanye dan sanksi atas pelanggaran kampanye, yang semua itu nantinya akan diatur secara lebih teknis dalam peraturan-peraturan KPU. Permasalahannya, untuk kegiatan-kegiatan di luar tahapan, penyelenggara Pemilu biasanya tidak bisa mengambil tindakan atau memberikan sanksi terhadap pihak-pihak, baik partai politik maupun orang-per-orang yang melakukan kampanye di luar yang telah diatur dalam Undang-undang. Dalam pasal 77, UU No. 8 Tahun 2012 dinyatakan kampanye pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggungjawab. Makna dari bertanggungjawab berarti kampanye dilaksanakan sesuai dengan undang-undang atau
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
9
ketentuan yang berlaku. Atau bisa juga bermakna setiap janji dalam kampanye benar-benar harus dapat dipertanggungjawabkan nantinya setelah memperoleh jabatan atau kekuasaan. Sebagaimana pengertian dari kampanye yang merupakan tahapan penyampaian visi, misi dan program-program kontestan pemilu, pada masa kampanyelah kontestan pemilu berkomunikasi dengan masyarakat atau calon pemilih. Namun, apakah kampanye dengan berbagai janji yang disampaikan pada pemilu dan pemilihan kepala daerah kini sudah benarbenar dilakukan dengan jujur? Walaupun para kontestan pemilu sedang berlomba menduduki jabatan, sudah seharusnya tetap benar-benar tulus untuk membuat perbaikan di masa datang. Persoalan kejujuran adalah permasalahan integ-ritas dari para kontestan itu sendiri. Tak jarang kontestan Pemilu yang dulu telah dipilih oleh masyarakat akhirnya dihujat akibat janji tak sesuai dengan kenyataan setelah menjabat. Kenyataan ini, lama-kelamaan akan memperdalam jurang ketidakpercayaan antara masyarakat pada elit politik di negara kita. Menurut Firmanzah dalam buku Persaingan, Legi-timasi Kekuasaan, dan Marketing Politik: Pembelajaran Politik 2009 (2010), kepentingan kampanye politik para kontestan baik parpol ataupun perorangan masih sebatas “yang penting terpilih, soal bagaimana caranya itu belakangan”. Kampanye politik yang dipahami demikian pada akhirnya tidak diikuti dengan konsistensi para politisi untuk menjaga kontinuitas.10 2.4.1. Kampanye Hitam dalam Kampanye Politik Pemilihan umum dianggap penting karena membuka kesempatan bagi setiap warga masyarakat bebas berpartisipasi secara aktif dalam memilih calon pimpinan sehingga pemilu merupakan inti dari demokrasi (Trent dan Friedenberg, 2000). Dalam pemilu tentunya ada tindakan kampanye yang digunakan sebagai upaya untuk memperkenalkan calon atau kandididat yang nantinya akan dipilih oleh masyarakat sesuai nuraninya. Kampanye bersangkut paut dengan perilaku yang cukup dilembagakan (Yanti Setiani, 2007). Oleh karena itu dampak atau perubahan besar secara intrinsik seringkali terbatas dan media dimanfaatkan untuk membantu kekuatan lembaga lainnya. Tentunya hampir seluruh penelitian dan teori tentang kampanye yang tersedia bagi kita telah dilaksanakan dalam lingkungan seperti itu dan secara relatif sedikit banyaknya kita sudah mengetahui hal ikhwal
10
Sondri DT Kayo, “Arti Penting Kampanye Politik” (http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=17549:arti-pentingkampanye-politik&catid=11:opini&Itemid=83/ diakses tgl 4 Desember 2014 pkl.02.29)
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
10
kampanye, sepanjang keberadaannya, untuk mempromosikan tujuan yang tidak biasa atau baru. Menurut Rice dan Paisley kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, kepercayaan, tingkah laku, minat, serta keinginan audiensi dengan daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif. Sedangkan (Yanti Setiani, 2007). Namun, dalam tindakan kampanye pasti terdapat fenomena kampanye hitam yang menjadi senjata pemusnah para tim sukses dan konsultan politik. Istilah kampanye hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggris black campaign yang bermakna berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Secara umum bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau kejelekan seorang politikus dengan tujuan menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya dan masyarakat umum. Kampanye hitam bukanlah sebuah pilihan dalam berpolitik. Selain mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama, kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang jelek bagi masyarakat. Upaya menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye hitam menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang melakukan hal tersebut. Sehingga dengan adanya kampanye hitam dapat mempengaruhi pencitraan terhadap kandidat calon dari partai politik tertentu. Padahal politik pencintraan intinya ingin membuat orang lain (pemilih) terpesona, kagum, memunculkan rasa ingin tau, memunculkan kedekatan yang memang sengaja dibangun demi popularitas. Selama ini apabila berbicara tentang pencitraan mau tidak mau selalu kita identikkan dengan media, iklan televisi, radio.11 Kampanye hitam merupakan salah satu penyebab ketegangan yang ada pada saat penyelenggaraan pemilu. Pelanggaran terhadapnya tentu merugikan masyarakat, terutama kandidat atau calon peserta pemilu yang menjadi sasaran dari kampanye hitam yang dipublikasikan oleh pihak tertentu. Padahal dalam berpolitik harus berdasarkan etika, moral yang baik, tentunya dengan menghindari kampanye hitam agar pemimpin yang terpilih benarbenar memiliki pencitraan kepribadian yang positif sehingga berorientasi pada kepentingan rakyat. Dimana pencitraan politik telah menjadi sesuatu hal yang penting dalam pesta 11
E T, “Pengaruh Kampanye Hitam dan Pencitraan Politik Dalam Pemilu di Indonesia” (http://www.satuislam.org/opini/pengaruh-kampanye-hitam-dan-pencitraan-politik-dalam-pemilu-diindonesia/ diakses tgl 4 Desember 2014 pkl.02.46)
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
11
demokrasi karena melalui aneka kepentingan, ideologi, dan pesan politik dapat dikomunikasikan. Sehingga, butuh penyikapan khusus dari penyelenggara pemilu dan juga pengawas pemilu, tidak sekadar regulasi yang dibutuhkan tapi juga load kerja yang khusus untuk menjaga agar kampanye yang dilakukan tetap berada para koridor prinsipil penyelenggaraan kampanye.12 2.5. Agenda Setting Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik. McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting untuk dibicarakan.13
12
E T, “Pengaruh Kampanye Hitam dan Pencitraan Politik Dalam Pemilu di Indonesia” (http://www.satuislam.org/opini/pengaruh-kampanye-hitam-dan-pencitraan-politik-dalam-pemilu-diindonesia/ diakses tgl 4 Desember 2014 pkl.02.46) 13 HIMIKOM Universitas Bengkulu, “Teori Agenda Setting” (http://www.himikomunib.org/2012/12/teoriagenda-setting.html/ diakses tgl 2 Desember pkl.03.16)
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
12
III.
Analisis dan Pembahasan
3.1. Analisis Berikut ini adalah hasil wawancara dengan dua Informan yang merupakan pemilih pemula terkait Kampanye Hitam : 3.1.1. Informan 1 a. Profil Informan Informan pertama berinisial UKA merupakan seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yang berdomisili di daerah Ciputat, Tanggerang Selatan-Banten. Informan berusia 21 tahun dan merupakan pemilih pemula. Berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga sangat mudah untuk bisa mengakses informasi mengenai pemilu presiden. Pada awal keikutsertaannya dalam pemilu Informan merasa belum cukup informasi mengenai keadaan politik. Informan 1 mengatakan, “ Pada awalnya gue sih ngerasa bingung sama gejolak pilpres 2014, dua kandidat yang awalnya gak gue percaya. Tapi karena ini pengalaman pertama gue dalam pemilu gue akhirnya coba cari informasi tentang dua kandidat ini dan akhirnya gue milih Jokowi” b. Cara Informan Mencari Informasi Informan mencari informasi melalui media internet dan juga media massa. Antusias informan dalam mencari informasi ditunjukan dengan mencari informasi melalui internetm kemudian menambah wawasannya lagi dengan menggunakan media massa seperti tv, media cetak. Informan mengatakan, “ Gue antusias banget sama pemilu gue yang pertama tapi gue bingung sama kedua calon, akhirnya gue coba cari informasi melalui internet dulu. Gue jadi ke-asyikan akhirnya gue jadi suka banget nonton berita-berita pemilu di Tv, mulai dari isu kandidatnya sampai ke permasalahan pemilunya.”
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
13
c. Alasan Informan Memilih Kandidat Informan pertama memiliki alasan terhadap pilihan kandidatnya berdasarkan informasi yang telah ditemukan. Berdasarkan informasi-informasi yang ditemukan ( di internet dan War of mouth), informan memutuskan untuk memilih Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dengan nomor urut 2 yaitu Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan berdasarkan isu-isu yang berkembang di lingkungannya. Informan 1 mengatakan, “ Gue akhirnya milih Jokowi, soalnya berdasarkan track record dia selama menjabat sebagai Walikota Solo terus menjabat jadi Gubernur DKI Jakarta tuh dia bagus-bagus aja.” d. Pengaruh Kampanye Hitam terhadap Informan Setelah pertimbangan Informan dalam mencari informasi mengenai siapa kandidat yang harus dipilih melalui Internet dan media massa, pilihan Informan juga diperkuat dengan adanya isu-isu negatif yang belum terbukti atau kamapnye hitam dari kandidat nomor urut 1 yaitu Prabowo Subianto. Informan mengatakan, “Gue juga jadi gak suka sama Prabowo soalnya dia itu penjahat HAM, habis itu dia itu kan purnawirawan TNI yang pada umumnya mempunyai penghasilan biasa-biasa aja tapi dia punya perusahaan yang besar, gue sih dapat informasi kalo dia main belakang atau korupsi lah paling.” (tambahin penjelasaan gw : informan pertama mengungkapkan bahwa dia mendapatkan informasi identik dengan korupsi)
Informan mendapatkan isu-isu negatif mengenai Prabowo, meskipun isu itu belum terbukti namun, dukungan dari kelompok terdekat dari informan seperti keluarga juga menerima isu tersebut sehingga membuat Informan semakin yakin untuk tidak memberi dukungan terhadap Prabowo. Informan mengatakan, “Gue dapat isu-isu itu juga dari keluarga gue, kelurga gue soalnya dukung Jokowi semua jadi gue yakin aja buat tetap milih Jokowi.” Setelah mengumpulkan informasi-informasi dari berbagai sumber seperti internet, media massa dan juga informasi dari anggota kelompok lingkungan hidupnya termasuk dukungan
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
14
dari adanya kampanye hitam terhadap kandidat yang tidak dipilihnya Prabowo Subanto, sehingga, informan akhirnya memilih Joko widodo. 3.1.2.
Informan 2
a. Profil Informan Informan kedua dalam penulisan ini memiliki insial YGW, Informan berdomisili di Purwokerto, Jawa Tengah. Usia Informan adalah 20 tahun dan merupakan pemilih pemula pada saat pemilu presiden 2014. Informan mengatakan, “Sebagai pemilih pemula gue belum punya wawasan yang cukup buat ikut pemilu. Karena itu gue agak bingung buat menentukan pilihan gue pada saat pemilu." Informan 1 mengakui dirinya merupakan pemilih pemula, informan 1 juga sadar bahwa pada awalnya dirinya masih merasa bingung untuk menentukan pilihannya dalam pemilu prsiden 2014. b. Cara Informan Mencari Informasi Kurangnya wawasan dari Informan terhadap pemilu disadari betul oleh Informan. Karena Informan adalah pemilih pemula yang memiliki antusias keikutsertaan pemilunya tinggi, Informan mencari wawasannya dengan berbagai sumber seperti pengetahuan orang-orang yang sudah berpengalaman dan juga Internet. Informan Mengatakan, “Gue banyak nanya-nanya sama senior-senior yang udah berpengalaman pilpres, sama orang tua juga. Terus gue juga caricari informasi dari internet kayak berita-berita dari twitter atau media sosial lainnya. Terus gue ngikutin kampanye-kampanye mereka yang ke daerah-daerah sama pemberitaan-pemberitaan di tv” c. Alasan Informan Memilih Kandidat. Informan 2 ini memilih Prabowo Subianto pada saat pilpres 2014. Alasan Informan 2 memilih Prabowo Subianto adalah karena Prabowo memiliki nasionalis yang tinggi dan juga berdasarkan karena ketidaksukaan Informan terhadap Joko Widodo. Informan Mengatakan,
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
15
“Gue gak suka Jokowi karena banyak pencitraannya, sama gue pikir Jokowi tuh masih belum berpengalaman karena baru bentar jadi Gubernur Jakarta udah mau maju aja jadi presiden.”
d. Informan Menerima Kampanye Hitam. Informan Mengatakan telah banyak mendengar isu-isu negatif dari Joko Widodo sebagai Calon Presiden, meskipun Informan berdalih bahwa sebenarnya Informan tidak terpengaruh akan kampanye hitam, tapi berdasarkan analisis saya kampanye hitam itu tetap mempengaruhi pilihan Informan meskipun hanya sebagian kecil. Informan Mengatakan, “Banyak banget juga gue denger isu-isu negatif tentang Jokowi dari tv, internet, banyak deh kayak misalnya dia itu bonekanya Amerika buat ngehancurin Indonesia. Tapi gue sih gak milih dia bukan karena kampanye-kampanye hitam kayak gitu.” e. Kampanye Hitam Mempengaruhi Informan. Dengan banyaknya informasi-informasi yang didaptakan Informan dapat memutuskan pilihannya dengan memilih Prabowo Subianto. Isu mengenai Joko Widodo didukung partai non muslim membuat Informan semakin kuat untuk memilih Prabowo Subianto. 3.2. Pembahasan. Pemilihan umum Presiden RI 2014 mengisahkan banyak sekali hal-hal yang menarik untuk diperbincangkan. Gejolak politik di Indonesia menjadi panas karena adanya perseteruan politik yang panas antara Prabowo dengan Joko Widodo. Perseteruan politik yang panas ini mampu membuat gairah politik masyarakat Indonesia menjadi meningkat, masyarakat Indonesia terpecah menjadi dua kubu yang hampir sama-sama kuat antara pendukung Prabowo Subianto dengan kubu pendukung Joko Widodo. Masyarakat dibuat bimbang mau kemana mereka menjatuhkan pilihannya. Kebimbangan lebih terlihat pada para pemilih pemula yang belum pernah sama kali mempunyai pengalaman pada pemilihan umum dan juga kurangnya wawasan politik. Seperti kedua informan dari penulisan jurnal ini yaitu UKA dan YGW yang mengaku sebagai pemilih pemula. Sebagai pemilih pemula mereka pun menyadari begitu bingungnya mereka ketika dihadapkan pada situasi harus memilih kedua calon Presiden yang bisa dibilang sama-sama kuat. Mereka mengaku bahwa mereka membutuhkan banyak wawasan dan pengetahuan untuk menentukan sikap mereka terhadap pemilu Presiden 2014. Realitas
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
16
bahwa informan sebagai pemilih pemula kurang memiliki literasi politik namun, disisi lain mereka memiliki antusiasme yang tinggai terhadap kegiatan pemilu itu sendiri. Hal ini disebabkan mengingat Pemilu tahun 2014 merupakan pengalamn pertama mereka sebagai pemilih aktif. Pemilih pemula yang rentang usianya antara 17-21 tahun, masih masuk dalam kategori remaja, yang mana mereka masih dalam peroses pencarian identitas diri. Kategori remaja ini yang terutama menjadi sasaran para pelaku politik untuk menarik suara-suara terbanyak dari kategori kelompok tersebut. Dengan kurangnya pemahaman tentang politik para pemilih pemula ini
menjadi peluang bagi pelaku politik untuk menjalankan kampanye hitam.
Pencarian identitas diri inilah yang menjadi sasaran oleh para pelaku politik untuk menarik suara-suara dari para pemilih pemula. Para pelaku politik ini mulai melakukan apa yang disebut dengan komunikasi politik. Dari perspektif komunikasi, cara untuk mencapai tujuantujuan politik adalah melalui komunikasi politik, sebagaimana yang dilakukan baik oleh pelaku politik dalam kampanye resmi maupun kampanye-kampanye no resmi (Kampanye Hitam). Seperti yang dilakukan oleh kedua informan dalam mencari informasi politik, mereka juga mengandalkan media-media seperti media sosial dan juga media massa seperti tv. Hal ini dilakukan oleh pihak media mengingat kampanye politik yang dilakukan melalui media akan semakin besar pengaruhnya pada pembentukan opini publik. Besarnya pengaruh media atas publik merupakan sebuah kekuatan dalam mempengaruhi khalayak sesuai dengan asumsi teori agenda seting. Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Hal ini kemudian yang dimanfaatkan oleh media untuk sebesar-besarnya mempengaruhi pemilih pemula. Yang kemudian menjadi permasalahan adalah ketika isu-isu politk yg diagendakan media itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini mengakibatkan para pemilih pemula menjadi bingung, mana informasi yang benar yg bisa dijadikan pedoman bagi mereka dalam menentukan pilihan.
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
17
IV.
Kesimpulan
Dari keseluruhan analisis dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam setiap pemilu, pemilih pemula merupakan salah satu kelompok yanng ikut serta dalam pemilu disamping kelompok-kelompok lainnya. Pemilih pemula menjadi orientasi dalam studi ini, karena keterlibatan mereka dalam proses kegiatan politik baru pertama kali, sehingga wajar pemahaman mereka akan kandidat menjadi sangat minim. Dari hasil wawancara pada dua informan pemlih pemula terungkap bahwa minimnya pengetahuan mereka akan informasi-informasi terkait dengan kandidat pemilu dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh media sosial maupun media massa. 2. Dari hasil wawancara juga ditemukan bahwa sebagian besar informasi yang informan peroleh mengenai kandidat itu sebagian besar mereka peroleh selain dari word of mouth mereka juga peroleh dari media sosial dan media massa. Kesimpang siuran informasi yang mereka peroleh tersebut menjadikan mereka bingung karena ketidakpastian akan kebenaran informasi tersebut menjadi tinggi. 3. Ditengah ketidakpastiaan informasi tersebut akhirnya mereka akan memilih dari sumber manapun yang dirasa lebih besar mempengaruhi pemikiran mereka. 4. Seringkali informasi yang mereka peroleh mengenai kandidat-kandidat tersebut berbanding terbalik dengan pilihan hati nurani mereka yang pada awalnya mereka putuskan. Dari keseluruhan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peran media, baik media sosial atau media masa dalam meng-agendakan kandidat mana yang dominan harus diprioritaskan, sangat tergantung kepada siapa yang ada dibalik media-media tersebut. 5. Hal inilah yang menyebabkan mengapa dampak dari banyaknya kampanye hitam seringkali membuat kegiatan pemilu jadi tidak adil.
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia
18
V.
Kepustakaan
Buku Mujani, Saiful. William Liddle dan Kuskridho Ambardi. (2012). "Kuasa Rakyat: Analisis
Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatifdan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. " Jakarta: Mizan Publika (Anggota IKAPI). Jurnal dan Skripsi Putri, Dian Kirana. (2014). "Analisis Framing Teks pada Artikel Opini 'Arena Pertarungan Prabowo-Jokowi' dalam Situs sinarharapan.co Tanggal 10 April 2014." Depok: Universitas Indonesia.
Siahaan, Andreas Christian. (2009). "Pengaruh tingkat terpan iklan politik terhadap tingkat partisipasi politik pada pemilih pemula (studi kuantitatif terhadap iklan Gerindra versi "Lima" pada pemilu 2009). "Depok: Universitas Indonesia. Website www.rumahpemilu.org/ http://netsains.com/2009/04/psikologi-remajakarakteristik-dan-permasalahannya! http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=17549:al1ip enting-kampanye-politik&catid=11:opini&Itemid=83/ http://www.satuislam.org/opini/pengaruh-kampanye-hitam-dan-pencitraan-politikdalampemiludi-indonesia/ http://www.himikomunib.org/2012/12/teori-agenda-setting.html/
Pengaruh kampanye…, Febry Puja Kesuma, FISIP UI, 2014
Universitas Indonesia