BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah kecenderungan seorang pemilih pemula terhadap kemungkinan yang dapat terjadi, belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan berupa predisposisi tingkah laku. Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 meliputi tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Setiap komponen sikap dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu negatif, netral dan positif. Tingkatan masing-masing komponen sikap diketahui dengan melakukan statistika deskriptif terhadap skor jawaban responden yang terdapat di kuesioner. Data selengkapnya mengenai tingkatan masing-masing komponen sikap dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Statistika Deskriptif Komponen Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Komponen Sikap Kognisi
90
Afeksi Konasi
N
Mean
Std. Deviasi
Batas atas
Batas bawah
43,5
4,662183507
48,162
38,838
90
54,6888889
7,11801709
61,807
47,571
90
24,1222222
3,492617504
27,615
20,630
Sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, juga dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu responden dengan sikap negatif, netral dan positif. Responden dengan sikap negatif adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi rendah. Responden dengan sikap netral adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi sedang.
Responden R dengan sikaap positif addalah responnden yang m memiliki skoor rata-rata kognisi, k afekksi dan konaasi tinggi. Terdappat 10 respoonden yangg memiliki skor s rata-ratta kognisi, afeksi dan konasi k renddah, 67 respponden denggan skor ratta-rata kognnisi, afeksi dan d konasi sedang dan 14 respondeen dengan skkor rata-rataa kognisi, afe feksi dan kon nasi tinggi. Jika J digamb barkan dalaam bentuk ggrafik (Gam mbar 14), m maka persenntase sikap pemilih p pem mula yang menjadi m respponden dalaam penelitiaan ini, sebaagian besar (74,45 ( perssen), memiliki sikap nnetral terhaddap Pemilu Presiden dan d Wakil Presiden P 2009. Jumlah ini lebih baanyak dibanddingkan respponden yangg memiliki sikap negatiif dan sikapp positif. Haal ini dapat diinterpretassikan, bahw wa sebagian besar b pemiliih pemula di d pedesaan yang menjaadi respondeen dalam pen nelitian ini memiliki m skkor rata-rata kognisi, afeeksi dan konnasi yang seedang terhaddap Pemilu Presiden P dann Wakil Pressiden 2009.
80%
7 74.45% Negatif
60%
Netral
40% 20%
Positif 10%
15.5 55%
0%
Gambar 14. Sikap Respoonden terhaddap Pemilu Presiden P dann Wakil Pressiden 2009 8.1 8
Komp ponen Sikap p Kognisi Peemilih Pemu ula di Pedessaan terhadap Pemilu Presid den dan Wakil Presiden n 2009 Kognissi adalah penngetahuan, ppersepsi, key yakinan dan ketersediaan n informasi
yang y dimilikki pemilih pemula di peedesaan berk kaitan dengan Pemilu Prresiden dan Wakil W Presiiden 2009. Berdasarkann Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga
tingkatan t koognisi, yaitu u respondenn dengan ko ognisi negattif, netral dan d positif. Responden R dengan kognnisi negatif adalah respoonden yang memiliki sk kor kognisi lebih l kecil dari batas bawah b kognnisi. Respond den dengan kognisi netral adalah responden r yang y memilikki skor kognnisi antara batas bawah dan batas attas kognisi. Responden R dengan kognnisi positif aadalah respoonden yang memiliki skkor kognisi lebih l besar dari d batas ataas kognisi. Terdappat 14 respoonden yang memiliki sk kor kognisi rendah, 55 responden memiliki m sko or kognisi seedang dan 21 respondenn memiliki skkor kognisi tinggi. t Jika digambarkan d n dalam benntuk grafik (Gambar 15)), maka perssentase kognnisi pemilih pemula p yanng menjadi responden dalam pen nelitian ini, sebagian besar b (61,1 persen), p meemiliki kognnisi netral teerhadap Pem milu Presiden dan Wakiil Presiden 2009. 2 Jumlaah ini lebih banyak dibbandingkan responden r d dengan kognnisi negatif dan d kognisi positif. Hal ini dapat diiinterpretasik kan, bahwa ssebagian bessar pemilih pemula p yanng menjadi responden dalam peneelitian ini memiliki m peengetahuan, persepsi, p keeyakinan daan ketersediaan informaasi yang neetral berkaittan dengan Pemilu P Presiden dan Waakil Presidenn 2009.
80.00%
Negatif N N Netral P Positif
6 61.10%
60.00% 40.00% 20.00%
15.60%
23..30%
0.00%
W Gambbar 15. Kognnisi Respondden terhadap Pemilu Pressiden dan Wakil Presidden 2009
8.2 8
Komp ponen Sikap p Afeksi Pem milih Pemulla di Pedesaaan terhadap p Pemilu Presid den dan Wakil Presiden n 2009 Afeksii adalah perrasaan emosional dan suuasana hati yang dimiliiki pemilih
pemula p terhhadap Pemiluu Presiden dan d Wakil Presiden P 20009. Berdasarrkan Tabel 17, respond den dibagi ke k dalam tigga tingkatann afeksi, yaaitu respondden dengan afeksi a negaatif, netral dan positiff. Respondeen dengan afeksi negaatif adalah responden r yang y memiiliki skor aafeksi lebih kecil dari batas baw wah afeksi. Responden R dengan afeksi netral aadalah respoonden yang memiliki skor s afeksi antara a batas atas dan baatas bawah aafeksi. Respoonden dengaan afeksi possitif adalah responden r yang y memilikki skor afekssi lebih besarr dari batas atas a afeksi. Terdappat 11 respo onden yang memiliki skor s afeksi rendah, 67 responden memiliki m skkor afeksi seedang dan 122 respondenn memiliki sskor afeksi tinggi. t Jika digambarkan d n dalam ben ntuk grafik (Gambar16)), maka perrsentase afekksi pemilih pemula p yanng menjadi responden dalam pen nelitian ini, sebagian besar b (74,5 persen), p meemiliki afeksi netral terrhadap Pem milu Presidenn dan Wakiil Presiden 2009. 2 Hal inni dapat diinnterpretasikann, bahwa sebagian besar pemilih peemula yang menjadi m respponden dalam m penelitiann ini memilik ki perasaan emosional e d suasana dan hati h yang neetral terhadapp Pemilu Preesiden dan Wakil W Presideen 2009.
80.00%
7 74.50%
Negatif
60.00%
Netral
40.00% 20.00%
Positif 12.20%
13.30%
0.00%
Gam mbar 16. Afekksi Respondden terhadap Pemilu Pressiden dan Wakil W Presiden 2009
8.3 Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Konasi adalah kecenderungan pemilih pemula untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau meniru. Dalam penelitian ini, konasi responden ditandai dengan pengambilan keputusan untuk ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan pergi ke kelurahan. Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga tingkatan konasi, yaitu responden dengan konasi negatif, netral dan positif. Responden dengan konasi negatif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih kecil dari batas bawah konasi. Responden dengan konasi netral adalah responden yang memiliki skor konasi antara batas bawah dan batas atas konasi. Responden dengan konasi positif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih besar dari batas atas konasi. Terdapat 9 responden yang memiliki skor konasi rendah, 65 responden memiliki skor konasi sedang dan 16 responden memiliki skor konasi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 17), maka persentase konasi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (72,2 persen), memiliki konasi netral terhadap pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki kecenderungan yang netral untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan instruksi pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.
80%
7 72.20% Negatif Netral Positif
60% 40% 20%
10%
80% 17.8
0%
Gambbar 17. Konasi Respondden terhadap Pemilu Pressiden dan Wakil W Presiden 2009 8.4 8
Sikap Pemilih Pem mula di Ped desaan terhaadap Pemilu Presiden dan Wakill Presiden 2009 Berdasarkan Karaakteristik In ndividu
8.4.1 8 Sikap Pemilih Pem mula di Ped desaan terhaadap Pemilu Presiden dan Wakill Presiden 2009 Berdasarkan Usia Sebany yak 48,8 perrsen respondden yang beerada dalam rentang usiaa antara 18 sampai 21 tahun, t mem miliki kognisii netral terhhadap Pemillu Presiden dan Wakil Presiden P 20009. Sebanyaak 61,2 persen respondeen yang beraada dalam reentang usia antara a 18 saampai 21 tahhun, memilikki afeksi neetral terhadapp Pemilu Prresiden dan Wakil W Presid den 2009. Sebanyak S 61 persen respponden yangg berada dalaam rentang usia u 18 sam mpai 21 tahu un, memilikii konasi nettral terhadapp Pemilu Prresiden dan Wakil W Presiiden 2009. Hal ini dappat diinterprretasikan, bahwa responden yang berada b dalaam rentang usia 18 saampai 21 taahun memilliki sikap yang y netral terhadap t Pem milu Presideen dan Wakil Presiden 20009. Hasil tabulasi silaang antara sikap pemillih pemula di pedesaann terhadap Pemilu P Pressiden dan Wakil W Presideen 2009 denngan usia daapat dilihat pada p Tabel 18. Terlihat bahwa perseentase sikap responden yang y beradaa dalam rentaang usia 18 sampai 21 taahun terhadap Pemilu P Presiden dann Wakil Pressiden 2009 lebih l netral dibandingka d an respondenn yang berussia 17 tahun.
Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki pengetahuan atau ketersediaan informasi yang lebih banyak, berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dibandingkan responden yang berusia 17 tahun. Berdasarkan keadaan di lapangan, sebagian besar responden yang berusia 17 tahun, masih duduk di bangku kelas 3 SMA, sehingga mereka lebih konsentrasi kepada hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Secara emosional, responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun lebih stabil dibandingkan responden yang berusia 17 tahun, sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih rasional. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,027 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan antara usia responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden yang berusia 17 tahun.
Tabel 18. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia
Kognisi Usia (Tahun)
Negatif Netral n
%
n
%
Afeksi
Positif
Total
n
n
%
%
Konasi
Negatif Netral Positif Total n
%
n
%
n % n
%
Negatif Netral n
%
n
%
Positif n
%
Total n
%
17
1 1,2 11 12,3 6 6,5 17 20
1 1,1 12 13,3 4 5,6 17 20
2 3,2 10 11,2 5 5,6 17
20
18-21
13 14,4 44 48,8 16 16,8 73 80 10 11,1 55 61,2 18 7,7 73 80
7 6,8 55 61 11 12,2 73
80
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100 9 10 65 72,2 16 17,8 90 100
Tabel 19. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Kognisi Jenis Kelamin
Negatif Netral n
%
n
%
Afeksi
Positif
Total
n
n
%
%
Konasi
Negatif Netral Positif Total n
%
n
%
Laki-Laki 11 12,2 34 37,8 8 8,9 53 58,9 10 11,1 36 40
n % n
%
Negatif Netral n
%
n
%
Positif n
7 7,8 53 58,9 8 8,9 36 40 9
%
Total n
%
10 53 58,9
Perempuan 3 3,4 21 23,3 13 14,4 37 41,1 1 1,1 31 34,5 5 5,5 37 41,1 1 1,1 29 32,2 7 7,8 37 41,1 Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100
9 10 65 72,2 16 17,8 90 100
Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa khalayak pemilih yang berusia lebih tua, memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan khalayak pemilih yang berusia lebih muda
8.4.2 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Sebanyak 37,8 persen responden laki-laki, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 40 persen responden lakilaki, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 40 persen responden laki-laki, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden laki-laki memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 19. Terlihat bahwa persentase sikap responden laki-laki lebih netral dibandingkan dengan responden perempuan. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,229 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Responden laki-laki dan responden perempuan memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi pengetahuan responden berkaitan
dengan
Pemilu.
Pengetahuan
khalayak
pemilih
laki-laki
sama
dengan
pengetahuan khalayak pemilih perempuan.
8.4.3 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebanyak 57,8 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 73,4 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 72,2 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki konasi netral terhadap
Pemilu
Presiden
dan
Wakil
Presiden
2009.
Hal
ini
dapat
diinterpretasikan, bahwa responden dengan tingkat pendidikan sedang memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 20. Terlihat bahwa persentase sikap reponden dengan tingkat pendidikan sedang lebih netral dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,084 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Koefisien korelasi sebesar -0,151, sehingga korelasi yang terjadi bersifat berlawanan arah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin negatif sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.
Tabel 20. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kognisi Tingkat Negatif Netral Positif Pendidikan n % n % n %
Afeksi Total
Konasi
Negatif Netral Positif Total
Negatif Netral
Positif
Total
n
%
n
%
n
%
n % n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Rendah
0
Sedang
14 15,6 52 57,8 21 23,3 87 96,7 10 11,1 66 73,4 11 12,2 87 96,7 8 8,9 65 72,2 14 15,6 87 96,7
Tinggi
0
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100 9 10 65 72,2 16 17,8 90 100
0
0
0
0
0
0
0
0
3 3,3 0
0
3 3,3 1 1,1 1 1,1 1 1,1 3 3,3
1 1,1 0
0
2 2,2 3
3,3
Tabel 21. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Kognisi Status Negatif Netral Positif Pekerjaan n % n % n %
Afeksi Total n
%
Konasi
Negatif Netral Positif Total n
%
n
%
n % n
%
Negatif Netral n
%
n
%
Positif n
%
Total n
%
Bekerja
5 6,7 18 20
3 3,3 26 30
4 4,4 19 22,3 3 3,3 26 30
1 1,1 22 25,6 3 3,3 26
30
Tidak Bekerja
9 8,9 37 41,1 18 20 64 70
7 7,8 48 52,2 9 10 64 70
8 8,9 43 46,6 13 14,5 64
70
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100 9 10 65 72,2 16 17,8 90 100
Responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang netral berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, namun mereka memiliki kecenderungan untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya, sehingga membuat mereka memiliki perasaan emosional yang negatif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan yang dimiliki khalayak pemilih juga akan semakin tinggi, dan sebaliknya.
8.4.4 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Sebanyak 41,1 persen responden yang tidak bekerja, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 52,2 persen responden yang bekerja, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 46,6 persen responden yang tidak bekerja, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasi, bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 21. Terlihat bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan dengan responden yang bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan dengan responden yang bekerja. Waktu luang tersebut dapat digunakan responden yang tidak bekerja
untuk mencari informasi berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square,diperoleh nilai Pvalue = 0,087 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan antara status pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Responden yang tidak bekerja, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi curahan waktu bekerja khalayak pemilih, maka tingkat pengetahuan mengenai Pemilu akan semakin rendah. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja akan menyebabkan kesempatan khalayak untuk memperoleh informasi menjadi semakin kecil.
8.5 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Karakteristik Sosiologis 8.5.1 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Sebanyak 37,81 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 44,45 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 39,97 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki konasi netral terhadap
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 22. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, lebih netral dibandingkan responden yang jarang dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,482 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan keluarga responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Responden yang tidak pernah, jarang maupun sering membicarakan tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 memiliki sikap sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Menurut hipotesis, seharusnya terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini juga berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang menggunakan saluran interpersonal lebih banyak,
memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayak yang menggunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh kebiasaan pemilih pemula di Desa Rancabungur yang jarang menggunakan waktunya untuk berada di rumah. Kesempatan untuk berkumpul dan membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 bersama keluarga menjadi terbatas, sehingga tidak mempengaruhi sikap pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.
8.5.2 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Sebanyak 39,94 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 51,1 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 55,54 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.
Tabel 22. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga
Kognisi Lingkungan Keluarga
Afeksi
Konasi
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
n
n
n
n %
n
n
n %
n %
n
n
n %
%
%
%
%
%
%
%
Total n
%
Tidak Pernah
5 5,56 34 37,81 11 12,19 50 55,56
3 3,33 40 44,45 7 7,78 50 55,56
5 5,57 36 39,97 9 10,02 50 55,56
Jarang
8 8,93 17 18,85 9
10 34 37,78
8 8,89 23 25,56 3 3,33 34 37,78
4 4,43 23 25,57 7 7,78 34 37,78
Sering
1 1,11 4 4,44 1 1,11 6 6,66
0
2 2,22 6 6,66
0
0
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100
9
10
0
4 4,44
6 6,66 0
0
6
6,66
65 72,2 16 17,8 90
100
Tabel 23. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Tempat Tinggal
Kognisi
Afeksi
Konasi
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
n
n
n
%
n
n
n
n %
n
n
n
n
5,54 9 10,02 0
0
%
%
%
%
%
%
Tidak Pernah
5
Jarang
9 10,02 36 39,94 18 20,04 63 70
Sering
0
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100
0
14 15,56 2 8
2,2 12 13,36 0
0
10
%
%
n
%
14 15,56 3 3,33 9 10,01 2 2,22 14 15,56
8,9 46 51,1 9 10 63 70
10 11,14 3 3,26 13 14,44 1 1,11 9
%
Total
4 4,45 50 55,54 9 10,01 63
70
3 3,33 13 14,44 2 2,22 6 6,65 5 5,57 13 14,44 9
10
65 72,2 16 17,8 90 100
Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 23. Terlihat bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat di lingungan tempat tinggal memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan responden yang tidak pernah membicarakan dan sering membicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun sebagian besar waktu yang dimiliki responden, digunakan untuk berkumpul bersama dengan temanteman di lingkungan tempat tinggalnya, pembicaraan yang mereka lakukan tidak selalu mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,050 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan antara lingkungan tempat tinggal responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Semakin sering responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, semakin tinggi pula sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal.
8.5.3 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki kognisi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki afeksi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Sebanyak 14,44 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki konasi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 24. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, lebih positif dibandingkan responden yang tidak pernah dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.
Tabel 24. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Lingkungan Pekerjaan
Kognisi
Afeksi
Konasi
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
Total
Negatif
Netral
Positif
n
%
n
n
%
n
%
n
n
n %
n
%
n
n
n
n
%
Tidak Bekerja
9
10
18 20
63
70
7 7,75 47 52,25 9 10 63
70
8 8,85 43 47,8 12 13,35 63
70
Tidak Pernah
1
1,15 4 4,45 0
5
5,6
1 1,15 4 4,45 0
5,6
0
4 4,45 1 1,15 5
5,6
Jarang
4
4,45 10 11,05 3
Sering
0
5,6
0
0
Total
14 15,6 55 61,1 21 23,3 90 100 11 12,2 67 74,5 22 13,3 90 100
9
10
0
%
36 40
5
5,6
0
0
3,3 17 18,8 3 0
5
5,6
0
%
%
0
5
%
0
%
3,3 11 12,2 3 3,3 17 18,8 1 1,15 13 14,35 3 0
5,6
5
0
0
5
5
5,6
0
%
Total
3,3 17 18,8 0
5
5,6
65 72,2 16 17,8 90
100
Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,481 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh keadaan di lingkungan pekerjaan pemilih pemula Desa Rancabungur, yang sebagian besar hanya dilakukan sendiri, sehingga tidak memungkinkan pemilih pemula untuk membicarakan iklan di lingkungan pekerjaan mereka. Responden yang memiliki kesempatan untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, adalah responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan pelanggan.
BAB IX HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilih pemula yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan berbeda, serta memiliki sikap yang berbeda pula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dan sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 25. Terlihat bahwa persentase jumlah responden terbanyak adalah responden dengan tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sedang yang memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yaitu sebanyak 58,89 persen. Tabel 25. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Keterdedahan Sikap
Rendah
Sedang
Total
Tinggi
n
%
n
%
n
%
n
%
Negatif
1
1,11
6
6,67
2
2,22
9
10
Netral
8
8,89
53
58,89
6
6,67
67
74,45
Positif
2
2,22
9
10
3
3,33
14
15,55
Total
11
12,22
68
75,56
11
12,22
90
100
Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,435 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa tidak terdapat perbedaan antara responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi dengan sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Koefisien korelasi sebesar 0,022 berarti bahwa jika terdapat korelasi, maka sifat korelasi tersebut bersifat searah. Berbeda dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa pendedahan khalayak terhadap informasi di televisi secara terus menerus, dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang semakin positif. Hubungan terjadi jika komponen sikap dan komponen keterdedahan diuji secara terpisah.
9.1 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 48,9 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 36,69 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 44,5 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 26. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden dengan kognisi negatif dan positif. Tabel 26. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Frekuensi
Durasi
Isi Pesan
Kognisi Jarang
Sering
n
n
%
4
4,5 14 15,6
%
Total n
%
Pendek
Panjang
Total
n
%
n
%
n
6
6,7
8
8,9
14 15,6
%
Tidak Lengkap
Lengkap
Total
n
%
n
%
n
%
5
5,6
9
10
14 15,6
Negatif
10 11,1
Netral
44 48,9 11 12,2 55 61,1 22 24,41 33 36,69 55 61,1 15 16,6 40 44,5 55 61,1
Positif
11 12,2 10 11,1 21 23,3
Total
65 72,2
9
10
12 13,3
21 23,3
7
7,8
14 15,5 21 23,3
25 27,8 90 100 37 41,11 53 58,89 90 100 27
30
63
70
90 100
Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,446 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang
nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, tidak mempengaruhi kognisi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan pengetahuan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula pengetahuan khalayak pemilih. Bila kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diuji menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,110 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dengan kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Koefisien korelasi sebesar 0,170 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering responden melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, maka akan semakin positif kognisi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, tidak membuat pengetahuan responden
mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi bertambah. Pengetahuan responden mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 akan bertambah jika mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Andika (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi melihat iklan di televisi, semakin tinggi pula pengetahuan mahasiswa mengenai kebijakan pemerintah tentang flu burung.
9.2 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 53,3 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 45,59 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 53,4 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dan afeksi pemilih
pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 27. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden dengan afeksi negatif dan positif. Tabel 27. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Frekuensi
Durasi
Isi Pesan
Afeksi Jarang
Sering
n
n
%
Pendek
Panjang
n
%
n
%
1,1 11 12,2 4
4,4
7
7,8
%
Total n
%
Total N
%
Tidak Lengkap
Lengkap
Total
n
%
n
%
n
%
3
3,4
8
8,8 11 12,2
Negatif
10 11,1 1
Netral
48 53,3 19 21,2 67 74,5 26 28,91 41 45,59 67 74,5 19 21,1 48 53,4 67 74,5
Positif
7 7,8
Total
5
5,5 12 13,3 7
7,8
5
5,5
11 12,2 12 13,3
5
5,5
7
7,8 12 13,3
65 72,2 25 27,8 90 100 37 41,11 53 58,89 90 100 27
30
63
70
90
100
Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,166 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan. Koefisien korelasi sebesar 0,115 berarti bahwa hubungan yang terjadi bersifat searah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, semakin positif afeksi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, membuat perasaan emosional responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi positif. Responden yang menyukai tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden 2009, juga akan menyukai kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan sikap khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula perasaan suka khalayak pemilih terhadap Pemilu.
9.3 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 54,4 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 42,18 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 50 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan konasi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada
Tabel 28. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki konasi negatif dan positif. Tabel 28. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Frekuensi
Durasi
Isi Pesan
Konasi Sering
n
%
n
%
n
Negatif
7 7,8
2
2,2
9
Netral
49 54,4 16 17,8 65 72,2 27 30,01 38 42,19 65 72,2 20 22,2 45
Positif
9
Total
10
7
Total
Pendek
Panjang
%
n
%
n
%
n
%
N
%
n
%
n
%
10
3
3,3
6
6,7
9
10
2
2,2
7
7,8
9
10
7,8 16 17,8 7
7,8
9
10
Total
Tidak
Jarang
16 17,8
Lengkap
5
65 72,2 25 27,8 90 100 37 41,11 53 58,89 90 100 27
Lengkap
Total
50 65 72,2
5,6 11 12,2 16 17,8 30
63
70
90
100
Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,554 > taraf nyata = 0,2 maka terima H0. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan konasi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, tidak mempengaruhi konasi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan penerapan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, penerapan khalayak pemilih semakin tepat. Bila konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diuji dengan menggunakan Rank Spearman,
diperoleh nilai Pvalue = 0,148 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi dengan konasi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Koefisien korelasi sebesar 0,163 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering frekuensi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi, maka akan semakin tinggi konasi mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ia miliki, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang dilihat oleh responden, tidak membuat mereka memiliki keinginan untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Keinginan responden untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 muncul pada saat mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Surjadi (2002) sebagaimana dikutip Andika (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi penayangan iklan produk teh di televisi, semakin tinggi pula perilaku pembelian yang dilakukan oleh masyarakat.