perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH INTERSEPSI TANAMAN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN THE INTERCEPTION EFFECT OF AVOCADO PLANTS (PERSEA AMERICANA MILL) TOWARDS SURFACE RUNOFF SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
SYAIFUL KHAFIDZ
I 0108231
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit2012 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PENGARUH INTERSEPSI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN THE INTERCEPTION EFFECT OF AVOCADO PLANTS (PERSEA AMERICANA MILL) TOWARDS SURFACE RUNOFF SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
SYAIFUL KHAFIDZ NIM. I 0108231 Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Persetujuan: Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Mamok Suprapto, M.Eng NIP. 19521703 198503 1 001
Ir. Susilowati, MSi NIP. 19480610 198503 2 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH INTERSEPSI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN THE INTERCEPTION EFFECT OF AVOCADO PLANTS (PERSEA AMERICANA MILL) TOWARDS SURFACE RUNOFF
SKRIPSI Disusun Oleh :
SYAIFUL KHAFIDZ NIM. I 0108231 Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari Rabu, 12 Desember 2012 : 1. Dr. Ir. Mamok Suprapto, M.Eng NIP. 19521703 198503 1 001
__________________
2. Ir. Susilowati, MSi NIP. 19480610 198503 2 001
__________________
3. Ir. Siti Qomariyah, Msc NIP. 19580615 198501 2 001
__________________
4. Ir. Solichin, MT NIP. 19600110 198803 1 002
__________________
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS
Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19590823 198601 1 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill)
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapakku Sadali dan Ibuku Suryani, terima kasih atas do’a restu, semangat serta dukungan selama ini 2. Adikku Akmal Fuad, terima kasih atas dukungan dan do’anya 3. Seluruh keluargaku yang selalu memberi semangat 4. Sahabatku Irsandi dan Gea, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya 5. Seluruh keluarga “Kontrakan Gapuk” yang telah berjuang bersama selama ini 6. Seluruh keluarga “Lab Hidro”, terima kasih atas do’a dan dukungannya 7. Teman-teman Teknik Sipil angkatan ’08
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Syaiful Khafidz, 2012. Pengaruh Intersepsi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Limpasan Permukaan. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Intersepsi merupakan kejadian ketika air hujan jatuh dan tertahan oleh tajuk tanaman. Intensitas hujan dan kerapatan kanopi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai intersepsi dan limpasan permukaan. Untuk skala laboratorium Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) memiliki kanopi horisontal atau daun yang berukuran besar. Penelitian ini menggunakan Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) sebagai penutup lahan dengan melakukan pecobaan menggunakan pola agihan hujan seragam, Alternating Block Method (ABM), dan Modified Mononobe serta variasi pola kerapatan kanopi tanaman untuk mengetahui seberapa besar nilai intersepsi dan mengetahui seberapa besar air hujan yang menjadi limpasan permukaan. Penelitian dilakukan di laboratorium menggunakan alat rainfall simulator dengan ketebalan hujan 150 mm dengan variasi kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100%. Tanah digunakan sebagai media tanam, lalu ditutup menggunakan plastik mulsa hitam perak sehingga air hujan yang jatuh tidak meresap ke dalam tanah. Kemiringan lahan mengikuti kemiringan alat rainfall simulator yaitu sebesar 9%. Setiap variasi kerapatan kanopi tanaman dilakukan tiga kali percobaan. Untuk kerapatan kanopi tanaman 0% dilakukan percobaan menggunakan pola agihan hujan seragam, pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM), serta pola agihan hujan Modified Mononobe, dan untuk variasi kerapatan kanopi tanaman yang lainnya sama seperti kerapatan kanopi tanaman 0%. Durasi hujan penelitian ini digunakan waktu selama 4 jam untuk setiap pola agihan hujan dan ditambah waktu selama 2 jam untuk mengetahui seberapa besar air yang masih tertahan di kanopi tanaman maupun pada lahan yang belum melimpas sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap pola agihan hujan serta kerapatan kanopi tanaman menunjukan besaran yang berbeda nilai presentase intersepsinya. Besarnya nilai presentase intersepsi pada pola agihan hujan seragam untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturut-turut adalah 5.32%, 13.78%, dan 16.24%. Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) memiliki nilai persentase intersepsi untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturut-turut adalah 4.86%, 8.38%, dan 13.52%. Pola agihan hujan Modified Mononobe memiliki nilai persentase intersepsi untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturut-turut adalah 4.74%, 14.49%, dan 20.20%. Nilai persentase intersepsi berbanding terbalik dengan nilai persentase besarnya hujan yang menjadi limpasan permukaan. Semakin besar nilai persentase intersepsi maka menghasilkan nilai persentase limpasan permukaan yang semakin kecil.
Kata Kunci: Tanaman Alpukat, Intersepsi, Limpasan Permukaan. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Syaiful Khafidz, 2012. Interception Effect of Avocado Plants (Persea americana Mill) Towards Surface runoff. Thesis, Civil Engineering Department, Engineering Faculty. Sebelas Maret Surakarta University.
Interception is an incident when a few water that come from the raining it self fell down and hold by plant canopy. Rainfall intensity and cannopy density are factors that effect toward interception value and surface runoff. For laboratory scale, avocado plants (Persea americana Mill) have horizontal canopy or large leaves. This research was used avocade plants (Persea americana Mill) as cover of soil and do some experiment with uniform rainfall patterns, Alternating Block Method (ABM) rainfall patterns, and Modified Monobe rainfall patterns and also variations in the pattern of crop canopy density to know how much the interception value and to know how much rainwater that become surface runoff. This research was taken place at laboratory and using rainfall simulator with rain thickness about 150 mm and the variation of crop canopy density are 0%, 50%, and 100%. The soil was used as a growing media and its covered by black and silver plastic mulch so the the rainwater doesn’t seep into the soil. The slope of the land followed by the slope of rainfall simlator tools which the tilt is 9%. Any variation in crop canopy density experiment performed three times. For 0% crop canopy density conducted experiment using uniform rainfall patterns, Alternating Block Method (ABM) rainfall patterns, and also Modified Monobe rainfall patterns, and for another variation of crop canopy density, same as 0% crop canopy density. The rainfall duration on this research was used 4 hours for every rainfall paterns and add 2 hours to know how much the water that hold by canopy and the water on the land. The result of this research is every rainfall patterns and also crop canopy density showed that different value for each of interception percent. The value of intercpetion percent on uniform rainfall patterns for 0%, 50%, and 100% crop canopy density are 5.32%, 13.78%, and 16.24%. Alternating Block Method (ABM) rainfall petterns has interception percent value for 0%, 50%, and 100% crop canopy density are 4.86%, 8.38%, and 13.52%. Modified Mononobe rainfall patterns has interception percent value for 0%, 50%, and 100% crop canopy density are 4.74%, 14.49%, and 20.20%. The value of interception density inversely with the size percent value of rainfall which become surface runoff. Bigger the value of interception percent so will produce surface runoff percent value smaller.
Keywords: Avocado Plants, Interception, Surface Runoff.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyusun tugas akhir dengan judul “Pengaruh Intersepsi Tanaman
Alpukat
(Persea
americana
Mill)
Terhadap
Limpasan
Permukaan”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intersepsi tanaman Alpukat terhadap limpasan permukaan dengan variasi kerapatan kanopi tanaman. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
2.
Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3.
Dr. Ir. Mamok Soeprapto R, M. Eng selaku dosen pembimbing I dan Pembimbing Akademis.
4.
Ir. Susilowati, Msi selaku dosen pembimbing II.
5.
Segenap dosen penguji Skripsi.
6.
Bapak Sunyoto selaku laboran Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7.
Segenap rekan mahasiswa S1 Reguler Angkatan 2008 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Surakarta, Desember 2012
commit to user
vii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv ABSTRAK.................................................................................................................v ABSTRACT .............................................................................................................. vi PRAKATA ............................................................................................................. vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ......................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ...........................................................................xv BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3
Batasan Masalah ..........................................................................................2
1.4
Tujuan Penelitian ..........................................................................................2
1.5
Manfaat Penelitian .......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ........................................4 2.1
2.2
Tinjauan Pustaka .........................................................................................4 2.1.1
Hujan .............................................................................................4
2.1.2
Pola Agihan Hujan ..........................................................................4
2.1.3
Jenis Tanaman ................................................................................5
2.1.4
Intersepsi........................................................................................9
2.1.5
Limpasan Permukaan ....................................................................10
Dasar Teori ...............................................................................................10 2.2.1
Tanaman ......................................................................................10
2.2.2
Pola Agihan Hujan ........................................................................11
2.2.3
Intersepsi......................................................................................12
2.2.4
Limpasan .....................................................................................13
2.2.5
Penentuan Debit Pompa.................................................................14
2.2.6
Kalibrasi Model ............................................................................15
BAB 3 METODE PENELITIAN ..............................................................................16 3.1
Jenis Penelitian ..........................................................................................16
3.2 3.3
Lokasi Penelitian .......................................................................................16 commit to user Peralatan dan Bahan................................................................................... 16
viii
perpustakaan.uns.ac.id
3.4
3.5
digilib.uns.ac.id
3.3.1
Peralatan ......................................................................................16
3.3.2
Bahan ..........................................................................................17
Tahap Penelitian ........................................................................................18 3.4.1
Tahap Persiapan Alat ....................................................................18
3.4.2
Tahap Kalibrasi Alat .....................................................................18
3.4.3
Tahap Persiapan Bahan .................................................................19 3.4.3.1
Pengukuran Luas Kanopi ..................................................19
3.4.3.2
Penanaman Tanaman ........................................................19
3.4.4
Tahap Pemodelan Hujan ................................................................19
3.4.5
Tahap Pengamatan Percobaan ........................................................20
3.4.6
Tahap Pengolahan Data .................................................................21
Tahap Pembahasan ....................................................................................21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................25 4.1
Kalibrasi Alat Rainfall Simulator ................................................................25
4.2
Tutupan Lahan ..........................................................................................27 4.2.1
Persentase Tutupan Lahan 100%....................................................27
4.2.2
Persentase Tutupan Lahan 50% .....................................................27
4.3
Analisis Hujan ...........................................................................................28
4.4
Hasil Analisis dan Pembahasan...................................................................30
4.5
4.6
4.4.1
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 0%..............................................30
4.4.2
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 50% ............................................41
4.4.3
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 100% ..........................................52
4.4.4
Perbandingan Volume Intersepsi pada Setiap Pola Agihan Hujan .....63
Intersepsi ..................................................................................................66 4.5.1
Perubahan Simpanan Intersepsi .....................................................66
4.5.2
Intersepsi Tajuk ............................................................................68
Limpasan ..................................................................................................69 4.6.1
Volume Limpasan.........................................................................69
4.6.2
Debit Limpasan ............................................................................70
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................72 5.1
Kesimpulan ...............................................................................................72
5.2
Saran ........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN A LAMPIRAN B
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Harga Koefisien Limpasan pada Rumus Rasional....................................... 14 Tabel 4-1. Contoh Trial Hasil Kalibrasi Alat Rainfall Simulator ................................. 25 Tabel 4-2. Hasil Kalibrasi Alat Rainfall Simulator ..................................................... 26 Tabel 4-3. Klasifikasi Percobaan Hujan Seragam ....................................................... 28 Tabel 4-4. Klasifikasi Percobaan Hujan Alternating Block Method (ABM) .................. 28 Tabel 4-5. Klasifikasi Percobaan Hujan Modified Mononobe ...................................... 29 Tabel 4-6. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Seragam .................................. 29 Tabel 4-7. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM)
.............................................................................................................. 29 Tabel 4-8. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Modified Mononobe ................. 29 Tabel 4-9. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% ........................................................................................... 30 Tabel 4-10. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% ........................................... 34 Tabel 4-11. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% ............................................................. 37 Tabel 4-12. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50%....................................................................................... 41 Tabel 4-13. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50% ......................................... 44 Tabel 4-14. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50% ........................................................... 48 Tabel 4-15. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% ..................................................................................... 52 Tabel 4-16. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% ....................................... 55 Tabel 4-17. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% ......................................................... 59 Tabel 4-18. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% ........................................................................................ 67
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4-19. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50%....................................................................................... 67 Tabel 4-20. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% ..................................................................................... 67 Tabel 4-21. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% ..... 68 Tabel 4-22. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% ... 68 Tabel 4-23. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% . 69 Tabel 4-24. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0%
............................................................................................................ 70 Tabel 4-25. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% ..................................................................................................... 70 Tabel 4-26. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% ................................................................................................... 70 Tabel 4-27. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% .. 71 Tabel 4-28. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% 71 Tabel 4-29. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100%71
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Persea americana Mill (alpukat) ............................................................. 8 Gambar 2-2. Intersepsi Vegetasi ............................................................................... 11 Gambar 3.1. Alat Rainfall Simulator ......................................................................... 16 Gambar 3-2. Diagram Alir Kalibrasi Alat Rainfall Simulator ...................................... 22 Gambar 3-3. Diagram Alir Pengukuran Luas Kanopi ................................................. 23 Gambar 3-4. Diagram Alir Running Model ................................................................ 24 Gambar 4-1. Hubungan Antara Volume Air Pompa dengan Volume Tertampung ........ 26 Gambar 4-2. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 0% .................................................................. 32 Gambar 4-3. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 0% .................................................... 33 Gambar 4-4. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 0% .............................. 33 Gambar 4-5. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 0% ............... 36 Gambar 4-6. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 0% ............... 36 Gambar 4-7. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 0%..................................................................................................... 37 Gambar 4-8. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 0% ................................................. 39 Gambar 4-9. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 0% ................................... 40 Gambar 4-10. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 0% ............. 40 Gambar 4-11. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 50% ................................................................ 43 Gambar 4-12. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 50% .................................................. 43
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4-13. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupa Lahan 50% .............................. 44 Gambar 4-14. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% ............. 46 Gambar 4-15. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% ............. 47 Gambar 4-16. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% ................................................................................................... 48 Gambar 4-17. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% ............................................... 50 Gambar 4-18. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% ................................. 51 Gambar 4-19. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% ........... 51 Gambar 4-20. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100% .............................................................. 54 Gambar 4-21. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100% ................................................ 54 Gambar 4-22. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100% ........................... 55 Gambar 4-23. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% ........... 57 Gambar 4-24. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% ........... 58 Gambar 4-25. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% ................................................................................................. 59 Gambar 4-26. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100% ............................................. 61 Gambar 4-27. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100% ............................... 62 Gambar 4-28. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola
commit to user
Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100%.......... 62
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4-29. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Seragam untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ...................................... 63 Gambar 4-30. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ............................. 64 Gambar 4-31. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ..... 64 Gambar 4-32. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ............................................................................. 65 Gambar 4-33. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Modified Mononobe untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ............................ 65 Gambar 4-34. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman ............ 66
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL I R24 t Tc Dc Av Al ∆𝑆𝑖 E I P T s Vlimp C, α A Qp L S Qalat h
= Intensitas hujan = Intensitas hujan harian untuk kala ulang T = Durasi Hujan = Waktu konsentrasi = Kerapatan luas tajuk tanaman = Luas proyeksi vertikal permukaan tajuk tanaman = Luas lahan = Perubahan simpanan intersepsi per satuan luas kanopi = Evapotranspirasi = Intersepsi tajuk = Curah hujan = Air lolos atau throughfall = Aliran batang atau stemflow = Volume limpasan = Koefisien limpasan = Luas daerah hujan = Debit limpasan = Panjang sungai utama = Kemiringan penampang = Besarnya debit yang dikeluarkan pada alat = Ketebalan hujan
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan beriklim tropis yang menyebabkan sebagian besar bagian wilayah Indonesia mengalami hujan dengan intensitas tinggi, sedang, atau rendah. Hujan merupakan salah satu unsur penting dalam siklus hidrologi. Intensitas hujan yang tinggi akan mengakibatkan limpasan permukaan yang tinggi pula, sehingga harus diantisipasi dengan pengelolaan yang baik dan terpadu. Hujan yang jatuh ke bumi tidak langsung jatuh ke permukaan tanah, namun ada sebagian yang tertahan di tanaman (Intersepsi). Perbedaan jenis penutupan lahan menjadi faktor yang sangat penting karena sangat berpengaruh bagi besar kecilnya hujan yang diterima oleh tanah. Karakteristik tanaman meliputi bentuk dan ukuran daun, bentuk dan kerapatan tajuk, kekasaran kulit batang, dan kelurusan batang pohon. Wilayah Indonesia memiliki banyak tanaman. Tanaman sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia mulai dari pemasok oksigen sampai sebagai penyimpan cadangan air. Jenis-jenis tanaman yang hidup diantaranya adalah tanaman dengan jenis daun lebar, kecil, dan runcing. Tanaman berpengaruh terhadap aliran permukaan (surface run off), namun pengaruh tanaman menjadi kurang berarti pada saat terjadi hujan lebat dan intensitas tinggi (Suharto E, 2004). Tanaman alpukat atau dalam bahasa latinnya Persea americana Mill merupakan tanaman yang banyak dijumpai hampir pada seluruh kawasan Indonesia, dengan batang mencapai tinggi 20 m dan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Daunnya yang cukup lebar ini menjadi dasar pemilihan tanaman alpukat sebagai objek penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intersepsi tanaman berdaun lebar terhadap limpasan permukaan dalam penelitian ini. Intersepsi, dalam ilmu hidrologi, merupakan suatu kejadian air hujan yang jatuh commit to user dan tertahan pada permukaan tanaman (vegetasi). Air yang tertahan tersebut 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
beberapa saat kemudian diuapkan kembali ke atmosfer, sehingga hanya sedikit yang sampai di tanah. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya hujan dan setelah hujan berhenti. Selama ini intersepsi dipandang kecil dan terkadang diabaikan. Namun, pada beberapa tanaman ada yang mempunyai efek yang cukup besar yang dapat mengintersepsi mencapai 40% dari hujan bruto (Dingman, 1994). Penelitian yang berhubungan dengan intersepsi ini masih jarang, sehingga menarik untuk diteliti. Besarnya pengaruh intersepsi terhadap limpasan permukaan akan diteliti dengan sebuah simulasi atau pemodelan dengan menggunakan alat rainfall simulator. 1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian latar belakang adalah: 1.
Berapa besar persentase pengaruh variasi tutupan lahan dengan tanaman alpukat (Persea americana Mill) terhadap perubahan limpasan permukaan.
1.3
Batasan Masalah
Untuk membatasi masalah agar penelitian tidak meluas dan lebih terarah maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut: 1.
Kapasitas infiltrasi 0%.
2.
Penguapan dan kehilangan air selain yang terukur pada alat uji diabaikan.
3.
Ketebalan hujan sebesar 150 mm (kapasitas maksimum alat rainfall simulator).
4.
Kemiringan rainfall simulator sebesar 9% (kapasitas maksimum alat rainfall simulator).
5.
Hujan dianggap diwakili oleh alat rainfall simulator.
6.
Media tanam dibuat merata pada alat rainfall simulator.
7.
Waktu setting pergantian debit diabaikan.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui besar persentase pengaruh variasi tutupan lahan dengan tanaman alpukat (Persea americana Mill) terhadap perubahan limpasan permukaan. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.5 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis adalah untuk menambah informasi tentang kemampuan intersepsi tanaman berdaun lebar khususnya tanaman alpukat (Persea americana Mill) dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan.
2. Manfaat praktis adalah menambah informasi mengenai pengaruh tanaman alpukat (Persea americana Mill) sebagai usaha pengendalian banjir terhadap proses_perubahan_hujan_menjadi_aliran_permukaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1
Tinjauan Pustaka Hujan
Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya (http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=114). Hujan merupakan komponen paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah ketebalan hujan (rainfall depth) ini yang dialihragamkan menjadi aliran baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (subsurface flow) atau sebagai aliran air tanah (ground water) (Sri Harto Br, 1993). Bambang Triatmodjo (2008) menyatakan bahwa hujan merupakan sumber air permukaan dan di bawah permukaan tanah. Jumlah dan variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan distribusi hujan. Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan yang jatuh di DAS yang bersangkutan. Apabila data pencatatan debit tidak ada, maka data pencatatan hujan dapat digunakan untuk memperkirakan debit aliran. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya (Suripin, 2004). 2.1.2
Pola Agihan Hujan
Hujan yang jatuh pada suatu wilayah pada umumnya memiliki pola agihan tertentu. Pola agihan ini penting untuk mengetahui agihan hujan jam-jaman untuk setiap kejadian hujan. Umumnya data yang tersedia di lapangan adalah hujan to diperkirakan user harian, maka dengan adanya polacommit ini dapat agihan hujan jam-jaman.
4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemilihan agihan hujan yang kurang sesuai dengan DAS yang ditinjau dapat memberikan bentuk hidrograf yang tidak teratur (Joko Sujono, 1999). Secara empiris, penentuan agihan hujan dapat dilakukan dengan menggunakan pola agihan Alternating Block Method (ABM), Triangular Hyetograph Method (THM), Instantaneous Intensity Method (IIM), seragam, atau Modified Mononobe. Penelitian ini menggunakan pola agihan
Modified Mononobe,
Alternating Block Method (ABM), dan agihan seragam. Penentuan agihan hujan diperlukan data lama hujan yang biasanya didekati dengan menghitung waktu konsentrasinya atau dari hasil analisis yang didasarkan pada kejadian hujan. Modified Mononobe adalah cara menghitung agihan hujan yang menggunakan data hujan harian dan memperhitungkan waktu konsentrasi (Tc) (Sri Harto Br, 1993). Alternating Block Method (ABM) adalah cara sederhana untuk membuat hyetograph rencana dari kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) (Chow V.T, 1992). Model distribusi seragam merupakan pola paling sederhana yaitu dengan menganggap hujan rancangan terdistribusi (P) secara merata selama durasi hujan rancangan (Td). Yunie Wiyasri (2010) dalam penelitiannya di Sub DAS Temon dan Wuryantoro menjelaskan durasi hujan dan waktu konsentrasi menunjukan waktu 4 jam. Penelitian Winda Agustin (2010) dan Juwita Ayu (2011) pada Sub DAS Keduang menunjukan durasi hujan dan waktu konsentrasi adalah 4 jam. Ropri Nurhidayah (2010) dalam penelitiannya di Sub DAS Alang menyimpulkan durasi hujan dan waktu konsentrasi menunjukan waktu 3 jam. Penelitian di DAS Temon oleh Rena Yuda (2011) menunjukan hasil durasi hujan dan waktu konsentrasi yaitu 4 jam. 2.1.3
Jenis Tanaman
Pohon dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu pohon berdaun lebar yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, konifer (sejenis cemara) yang daunnya hampir selalu hijau (evergreen), dan pohon palem yang mempunyai tajuk yang khas. Pohon jenis ini tersebar di daerah beriklim tropis dan iklim sedang. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di daerah beriklim sedang, pohon ini menggugurkan daunnya pada musim gugur (http://sakagami.multiply.com/reviews/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Frevi ews%2Fitem). Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan/atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah berperan untuk menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi (Sitanala Arsyad, 2006). Ocshe dkk (1961) menjelaskan tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan menjadi: 1. Tanaman Penutup Tanah Rendah Tanaman penutup tanah rendah terdiri dari jenis rumput-rumputan dan tumbuhan merambat atau menjalar: a. Dipakai dalam pola pertanaman rapat. Contoh: Calopogonium muconoides Desv, Centrosema pubescens Benth, Mimosa invisa Mart. b. Digunakan dalam pola pertanaman barisan. Contoh: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan, godong, prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon, lagetan, randa nunut). c. Digunakan untuk penguat teras dan saluran-saluran air. Contoh: Althenanthera
amoena
Voss
(bayem
kremah,
kremek),
Erechtites
valerianifolia Rasim (sintrong), Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Pennisetum purpureum (rumput gajah). commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tanaman Penutup Tanah Sedang (Perdu) a. Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok. Contoh: Clibadium surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang, Kirinyuh). b. Digunakan dalam pola pertanaman pagar. Contoh: Duranta repens (pangkas kuning), Lantana camara L (tahi ayam, gajahan, seruni), Crotalaria anagyroides HBK, Tephrosia candida DC, Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua, jalakan), Acacia villosa Wild (lamtoro merah). c. Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan sumber pupuk hijau dan mulsa, untuk penghutanan dan perlindungan dinding jurang. Contoh: Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro, kemelandingan), Tithonia tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum), Cordyline fruticosa Backer. 3. Tanaman Penutup Tanah Tinggi atau Tanaman Pelindung a. Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama. Contoh: Albizia falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium saman benth (pohon hujan), Erythrina sp (dadap). b. Dipakai dalam barisan. Contoh: Leucaena glauca atau Leucaena leucocephala. c. Penggunaan untuk melindungi jurang, tebing atau untuk penghutanan kembali. Contoh: Albizia falcata dan Leucaena glauca, Albizia procera Benth, Acacia melanoxylon, Cinchona succirubra, Gigantolochloa apus (bambu apus), Persea americana Mill (alpukat). Tanaman alpukat (Persea americana Mill) sebagai penutup lahan pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2-1. Persea americana Mill (alpukat) 4. Tumbuh-Tumbuhan Bawah (Undergrowth) Alami Pada Perkebunan Banyak usaha telah dilakukan pada beberapa perkebunan, terutama perkebunan karet dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan bawah alami untuk melindungi tanah. 5. Tumbuhan yang tidak disukai Banyak tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan pengganggu atau tidak disukai yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah terhadap ancaman erosi. Tumbuhan ini tidak disukai karena sifatnya yang merugikan tanaman pokok dan sulit dibersihkan dari lahan pertanian. Contoh: Imperata cylindrica, Panicum repens (lampuyangan), Leersia hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah). Alpukat (Persea americana Mill) ini sendiri termasuk dalam kingdom Plantae (tanaman) dan merupakan dari family Lauraceae, serta mempunyai batang bercabang rendah dengan tajuk pohon berdaun rapat. Batangnya bisa mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 sentimeter. Bunganya tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter. Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000 gram, dan biji yang besar, 5 hingga 6.4 sentimeter. Tumbuhan ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah yang berguna sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat). commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.1.4
Intersepsi
Intersepsi adalah proses tertahannya air hujan ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, untuk beberapa saat. Intersepsi terjadi selama berlangsungnya hujan dan setelah hujan berhenti sampai permukaan tajuk vegetasi menjadi kering kembali. Setiap kali hujan jatuh di daerah yang bervegetasi, ada sebagian air yang tidak pernah mencapai permukaan tanah dan dengan demikian tidak berperan dalam membentuk kelembaban tanah, air larian atau air tanah (Asdak, 2004). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan besarnya intersepsi untuk berbagai jenis tajuk tumbuhan berkisar antara 10-40% dari hujan bruto (Dingman, 1994). Angka ini cukup besar untuk diperhitungkan. Seyhan E (1990) mengemukakan bahwa intersepsi beragam dengan sifat dan kerapatan vegetasi, karekteristik presipitasi (bentuk, intensitas, dan lamanya) serta energi yang tersedia untuk evaporasi air yang diintersepsikan selama dan setelah hujan. Salah satu karakteristik hujan yang mempengaruhi besarnya intersepsi adalah intensitas hujan. Gomez dkk (2001) menyatakan bahwa korelasi hubungan antara intensitas hujan berbanding lurus terhadap aliran batang. Intensitas hujan yang tinggi akan mempercepat penjenuhan kapasitas simpan tajuk (Cameron, 2007). Ford dan Deans (1978) menjelaskan bahwa struktur kanopi dan batang pada vegetasi sangat mempengaruhi jatuhan hujan. Lebar tajuk dan kerapatan tajuk tanaman mempengaruhi besarnya air yang sampai ke tanah. Tajuk yang lebar dan panjang akan menahan air lebih banyak dibandingkan tajuk yang sempit. Pengukuran besarnya air intersepsi tidak dapat dilakukan secara langsung. Untuk mengetahui besarnya air yang terintersepsi dapat dilakukan dengan pendekatan neraca air. Dengan mengetahui besarnya hujan bruto dan hujan neto maka dapat diketahui besarnya air yang terintersepsi. Hujan bruto adalah hujan sebelum melewati tajuk tumbuhan, sedangkan hujan neto adalah hujan setelah melewati commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kanopi yang kemudian akan membentuk aliran permukaan. Pada kawasan bervegetasi, hujan neto berasal dari curahan tajuk dan aliran batang. 2.1.5
Limpasan Permukaan
Sri Harto Br (1993) menjelaskan bahwa hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Setelah semua pori-pori tanah terisi oleh air (kondisi jenuh), pergerakan air ke bawah hanya dipengaruhi oleh tarikan gravitasi bumi dan kecepatannya sangat lambat akibatnya air hujan akan mengumpul di permukaan lahan dan akan bergerak menuju titik-titik konsentrasi ke arah hilir. Limpasan permukaan adalah bagian dari hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan. Nilai limpasan permukaan yang penting untuk keperluan evaluasi DAS adalah volume limpasan permukaan yang terjadi sebelum, selama, dan setelah adanya suatu kegiatan/proyek. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah: (1) Curah hujan, meliputi lama waktu hujan, intensitas dan penyebarannya; dan (2) Karakteristik DAS meliputi bentuk dan ukuran DAS, topografi, tanah, geologi dan penggunaan lahan.
Dalam
menentukan
besarnya
debit
sungai
berdasarkan hujan perlu ditinjau hubungan antara hujan dan aliran sungai. Besarnya aliran sungai ditentukan terutama oleh besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah hujan, lama waktu hujan, luas daerah aliran sungai dan ciri-ciri daerah aliran itu (Ugro Hari Murtiono, 2008). 2.2 2.2.1
Dasar Teori Tanaman
Sebagian hujan yang jatuh sebelum mengenai tanah terlebih dulu mengenai vegetasi, bangunan, atau penutup permukaan tanah lainnya. Setiap vegetasi memiliki kemampuan menyimpan air (intersepsi) yang berbeda. Pada saat pertama, air hujan akan tertahan sementara oleh daun karena daun mempunyai zat commit to user asam absisat yang menyebabkan stomata tertutup dan air tertahan pada daun.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, tergantung dari kekasaran daun, semakin kasar maka akan semakin lama air hujan akan tertahan. Setelah itu air hujan akan mengalir melalui batang (stemflow) sampai ke tanah. Hampir sama halnya dengan daun, tekstur pada permukaan batang akan berpengaruh terhadap jumlah air yang sampai ke tanah, semakin halus maka akan semakin banyak air hujan yang sampai pada permukaan tanah. Proses air hujan yang jatuh untuk sampai ke tanah mulai dari air hujan yang langsung ke tanah serta tertahannya air hujan terlebih dahulu oleh vegetasi digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2-2. Intersepsi Vegetasi 2.2.2
Pola Agihan Hujan
Pencatatan hujan dilakukan dalam interval waktu tertentu baik menit, jam-jaman, maupun harian. Pencatatan biasanya dilakukan dengan interval waktu pendek supaya distribusi hujan selama terjadinya hujan dapat diketahui Penelitian ini menggunakan agihan hujan Modified Mononobe, Alternating Block Method (ABM), dan agihan hujan seragam. 1. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Rumus yang digunakan adalah rumus Modified Mononobe. Rumus Modified Mononobe disajikan pada Persamaan 2.1:
R24 t c I 𝐼 t c t =
dengan: I
2 3
2
R t 3 I 24 c t c t
commit to user = intensitas hujan dengan kala ulang T untuk durasi t (mm/jam),
(2.1)
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
R24 tc t
= intensitas hujan harian untuk kala ulang T (mm/hari), = waktu konsentrasi (jam), = durasi hujan (jam).
2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Ketebalan hujan diperoleh dari hasil perkalian intensitas hujan dengan durasi hujan. Perbedaan antara nilai ketebalan hujan yang berurutan merupakan pertambahan hujan dalam interval waktu Δt. Pertambahan hujan tersebut (blok-blok), diurutkan kembali dalam rangkaian waktu dengan intensitas maksimum berada pada tengah-tengah durasi hujan (Td) dan blok-blok sisanya disusun dalam urutan menurun pada bagian kanan dan kiri dari blok tengah. 3.
Pola Agihan Hujan Seragam
Pola agihan hujan seragam adalah pola hujan dianggap turun merata dengan ketebalan konstan dari awal hingga akhir durasi hujan. Pencatatan hujan dilakukan dalam satuan waktu harian, jam-jaman atau menit. Pola agihan hujan seragam ditentukan dengan membagi ketebalan hujan secara sama dalam durasi waktu total selama 4 jam. 2.2.3
Intersepsi
Berdasarkan Fleming (1975), kerapatan luas tajuk tanaman dijelaskan dengan Persamaan 2.2: 𝐷𝑐 =
𝐴𝑣 𝐴𝑙
(2.2)
dengan: Dc Av Al
= kerapatan luas tajuk tanaman, = luas proyeksi vertikal permukaan tajuk tanaman, = luas lahan.
Proses intersepsi dapat digambarkan sebagai kapasitas simpanan yang terbatas, dimana kapasitas simpanan tersebut merupakan fungsi dari kerapatan kanopi vegetasi. Perubahan simpanan intersepsi dijelaskan pada Persamaan 2.3: ∆𝑆𝑖 = 𝑃 × 𝐷𝑐 − 𝐸 dengan:
commit to user
(2.3)
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ΔSi P Dc E
= perubahan simpanan intersepsi per satuan luas kanopi, = presipitasi per satuan luas, = kerapatan kanopi vegetasi per satuan luas, = evapotranspirasi.
Hujan yang tidak tertahan oleh tajuk tanaman akan jatuh langsung ke permukaan tanah yang disebut throughfall dan aliran yang mencapai tanah melalui batang atau ranting tanaman setelah mengalami proses intersepsi disebut aliran batang atau stemflow. Hubungan intersepsi, hujan, dan aliran batang dijelaskan pada Persamaan 2.4: 𝐼 = 𝑃 − (𝑇 + 𝑆)
(2.4)
dengan: I P T S 2.2.4
= intersepsi tajuk (mm), = curah hujan (mm), = air lolos atau throughfall (mm), = aliran batang atau steam flow (mm). Limpasan
Besarnya limpasan yang terjadi akibat hujan dapat dirumuskan dengan Persamaan 2.5: 𝑉𝑙𝑖𝑚𝑝 = 𝛼. 𝐴. 𝐼. 𝑡
(2.5)
dengan: Vlimp α A I t
= volume limpasan (m3/detik), = koefisien limpasan, = luas daerah hujan (ha), = intensitas hujan (mm/jam), = waktu terjadinya hujan (jam).
Perhitungan debit limpasan dapat dilakukan dengan Metode Rasional yang disajikan pada Persamaan 2.6: 𝑄𝑝 = 0,002778. 𝐶. 𝐼. 𝐴 dengan: Qp C I A
= = = =
debit limpasan (m3/detik), koefisien limpasan, intensitas hujan (mm/jam), luas daerah hujan (ha). commit to user
(2.6)
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Koefisien limpasan (c) diartikan sebagai hubungan antara puncak laju aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya koefisien limpasan (c) adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Harga nilai koefisien limpasan dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1. Harga Koefisien Limpasan pada Rumus Rasional Tipe kawasan daerah aliran sungai Halaman rumput tanah berpasir, datar (2%) tanah berpasir, rata-rata (2-7%) tanah berpasir, curam (7%) tanah berat, datar (2%) tanah berat, rata-rata (2-7%) tanah berat, curam (7%) Bisnis kawasan kota kawasan pinggiran Kawasan pemukiman kawasan keluarga-tunggal multi satuan, terpisah multi satuan, berdempetan pinggiran kota kawasan tempat tinggal berupa rumah susun Perindustrian kawasan yang ringan kawasan yang berat Taman dan kuburan Lapangan bermain Kawasan halaman rel kereta api Kawasan yang belum diperbaiki Jalan-jalan beraspal beton batu-bata Jalan raya dan trotoar
Koefisien limpasan 0,05-0,10 0,10-0,15 0,15-0,20 0,13-0,17 0,18-0,22 0,25-0,35 0,70-0,95 0,50-0,70 0,30-0,50 0,40-0,60 0,60-0,75 0,25-0,40 0,50-0,70 0,50-0,80 0,60-0,90 0,10-0,25 0,20-0,35 0,20-0,40 0,10-0,30 0,70-0,95 0,80-0,95 0,70-0,85 0,75-0,85 0,75-0,95
Sumber: Seyhan, 1990
2.2.5
Penentuan Debit Pompa
Hasil keluaran satuan hujan dari pompa alat rainfall simulator berupa debit, sedangkan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ketebalan hujan. Ketebalan hujan dapat dihitung dengan persamaan commit to user berikut:
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rumus debit dapat diperoleh dengan Persamaan 2.7: 𝑄𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐼 × 𝐴
(2.7)
Intensitas hujan dapat diperoleh dari Persamaan 2.8: ℎ
𝐼 = ∆𝑡
(2.8)
Debit rencana pompa dapat diperoleh dengan subtitusi dari Persamaan 2.9: h Qalat xA t
(2.9)
dengan: Qalat I A h ∆t
= Besarnya debit yang dikeluarkan pada alat (l/mnt), = Intensitas hujan rencana (mm/mnt), = Luas cathment area (mm2), = Ketebalan hujan (mm), = Durasi hujan (mnt).
2.2.6
Kalibrasi Model
Fleming (1975) menyatakan bahwa suatu proses kalibrasi yang menghasilkan keluaran simulasi yang persis sama dengan pengamatan tentunya tidak mungkin akan tercapai. Permasalahan yang biasa timbul dalam proses kalibrasi adalah tingkat kesesuaian antara keluaran model dengan hasil pengamatan. Tingkat kesesuaian ini ditinjau dari persentase kesalahan yang terjadi dan disarankan sekecil mungkin tanpa menyebutkan suatu nilai. Regresi linear sederhana, yaitu regresi linier yang hanya melibatkan dua variabel (variabel x dan variabel y), persamaan garis regresinya dapat dituliskan dalam bentuk Persamaan 2.10: 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 dengan: y x a b
= variabel terikat, = variabel bebas, = intersep, = koefisien regresi.
commit to user
(2.10)
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hujan dimodelkan dengan alat rainfall simulator dan tanaman alpukat (Persea americana Mill) sebagai vegetasi tutupan lahan. 3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian pengaruh hujan dan intersepsi tanaman alpukat (Persea americana Mill) terhadap limpasan permukaan dilakukan di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.3
Peralatan dan Bahan
3.3.1
Peralatan
1. Rainfall Simulator dengan dimensi 100 cm x 200 cm Rainfall Simulator adalah alat simulasi hujan diproduksi oleh Armfield Wordwide tipe S12-MKII. Skema rainfall simulator ditunjukan pada Gambar 3.1.
b a c
e
d f Gambar 3.1. Alat Rainfall Simulator
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komponen dari Rainfall simulator adalah sebagai berikut: a. Bak penampung tanah (sand tank) dengan dimensi 100 x 200 cm dan ketebalan maksimum model tanah 20 cm agar air melimpas. b. Pipa penyemprot (sprayer nozzel) yang berfungsi untuk menyemprotkan air sebagai hujan buatan. Pipa penyemprot ini terdiri dari 8 nozzele yang dapat menyemprotkan air secara bersamaan dengan debit besarnya sama. c. Dongkrak vertikal yang berfungsi untuk mengatur kemiringan model. Kemiringan yang digunakan pada alat rainfall simulator adalah 9% (kapasitas maksimum alat rainfall simulator). d. Bak penampung air berfungsi untuk menampung air yang akan di semprotkan oleh pompa. e. Pipa ukur debit, berfungsi mengukur debit yang digunakan dalam percobaan dengan skala pembacaan debit 0,5-3 liter/menit. f. Pompa air, berfungsi untuk memompa air agar bisa didistribusikan sepanjang talang air. Kapasitas debit pompa adalah 5 liter/menit. Pompa dilengkapi dengan tombol on/off otomatis untuk supply listrik 220/240 V, 50 Hz. 2. Stopwatch untuk mengukur waktu pada perhitungan debit aliran. 3. Gelas ukur untuk mengukur volume hujan. 4. Mistar ukur atau meteran untuk mengukur ketebalan tanah dan kemiringan lahan. 5. Ember untuk menampung air yang keluar pada outlet. 6. Baskom untuk kalibrasi hujan. 3.3.2
Bahan
Bahan yang di gunakan dalam penelitian sebagai berikut. 1. Tanah. 2. Air. 3. Plastisin. 4. Tanaman alpukat (Persea americana Mill). 5. Plastik Mulsa Hitam Perak. 6. Lakban.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.4
Tahap Penelitian
3.4.1
Tahap Persiapan Alat
Tahap persiapan alat sebagai berikut: 1.
Bak penampung air dibersihkan dari bekas endapan tanah. Hal ini bertujuan agar pompa tidak tersumbat oleh kotoran.
2.
Kemiringan alat diatur pada posisi kemiringan 0%.
3.
Selang dan pipa yang ada pada alat dibersihkan.
4.
Lubang infiltrasi ditutup agar tanah tidak ikut masuk ke dalam selang dan pompa.
5.
Katup saluran drainase dan sumur ditutup, sehingga air yang keluar hanya menuju outlet.
6.
Bak penampung air diisi dengan air bersih.
3.4.2
Tahap Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat bertujuan agar hasil penelitian akan menjadi lebih akurat. Kalibrasi yaitu langkah awal sebelum penelitian untuk mengetahui nilai sesungguhnya yang terjadi jika dibandingkan dengan nilai rencana pada alat. Tahapan kalibrasi debit pompa hujan sebagai berikut: 1. Pompa dihidupkan, debit inflow dimatikan dan debit hujan dihidupkan. 2. Debit pompa diatur misalkan Q = 1 l/menit. 3. Aliran hujan buatan ditunggu hingga stabil. Setelah stabil stopwatch dihidupkan bersamaan dengan menampung air hujan buatan dengan baskom pada 8 titik sprayer selama 1 menit. 4. Setelah 1 menit, stopwatch dimatikan dan secara bersamaan kedelapan baskom diambil volume air diukur. 5. Volume air yang tertampung dihitung dengan gelas ukur. 6. Didapatkan volume air hujan buatan yang digunakan. 7. Debit pompa dicari dengan cara membagi volume air yang tertampung dibagi dengan waktu penampungan hujan. 8. Percobaan diulang dengan debit yang berbeda dengan debit diatasnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
9. Hasil kalibrasi ini kemudian di buat grafik dengan software MS Excel sehingga didapat persamaan linear. 3.4.3
Tahap Persiapan Bahan
3.4.3.1 Pengukuran Luas Kanopi Tahapan pengukuran luas kanopi sebagai berikut: 1. Menyiapkan tanaman dan memberi label identifikasi pada setiap tanaman. 2. Mengambil gambar tanaman tampak atas dengan menggunakan kamera digital. 3. Melakukan plotting area luas kanopi dengan menggunakan tool inquiry pada program AutoCad 2007. 4. Menghitung luasan tutupan kanopi dengan menggunakan tool inquiry pada program AutoCad 2007. 5. Mencatat dan mengolah data hasil penghitungan luasan kanopi. 3.4.3.2 Penanaman Tanaman Tahapan penanaman tanaman sebagai berikut: 1. Menyiapkan tanaman alpukat (Persea americana Mill) yang sudah diberi label. 2. Menyiapkan tanah sebagai media tanam. 3. Menyiapkan plastik mulsa hitam perak dan plastisin. 4. Memasukan tanah ke dalam alat Rainfall Simulator dengan ketebalan ±20 cm. 5. Menutup seluruh permukaan tanah dengan plastik mulsa hitam perak. Plastik
dilubangi sesuai pola pada plotting area untuk variasi tutupan lahan. 6. Menanam tanaman sesuai pola yang disiapkan.
7. Menutup celah lubang plastik yang masih terbuka dengan menggunakan plastisin agar air tidak meresap ke dalam tanah. 3.4.4
Tahap Pemodelan Hujan
Lahan tanam dimodelkan dengan alat rainfall simulator dengan ukuran panjang kali lebar, yaitu 200 cm × 100 cm yang diharapkan dapat mewakili data yang dibutuhkan di lapangan. Ketebalan hujan yang digunakan dalam penelitian adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
150 mm. Pemodelan hujan dilakukan dengan mengatur debit pompa alat rainfall simulator sesuai dengan intensitas hujan pada setiap variasi pola agihan hujan 1. Pola Agihan Hujan Seragam Pola agihan hujan seragam ditentukan dengan cara membagi ketebalan hujan dengan durasi hujan 4 jam. Durasi hujan dipilih berdasarkan pada hasil penelitian Winda Agustin (2010) yang menyatakan bahwa kejadian hujan paling tinggi pada tahun 2007 sebesar 186 mm dengan perhitungan durasi hujan yaitu 4 jam. 2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) dengan puncak hujan terjadi pada separuh lama hujan. 3. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Pola agihan hujan Modified Mononobe yaitu pola hujan dengan puncak hujan terjadi pada awal durasi hujan. Data yang diambil dalam percobaan rainfall simulator ini berupa limpasan yang terbaca pada outlet yang terjadi tiap 10 menit. Percobaan dilakukan tiga variasi persentase tutupan lahan. 3.4.5 1.
Tahap Pengamatan Percobaan
Data yang diambil dari proses penelitian ini meliputi: a. Luas permukaan, data ini diperoleh dengan cara mengukur bak penampung tanah pada alat rainfall simulator meggunakan mistar ukur. b. Kemiringan alat, data diperoleh dengan cara mengukur beda tinggi alat dibagi dengan panjang alat dikalikan 100%. c. Debit Pompa, data ini diperoleh dari pembacaan knop pada alat dengan satuan liter/menit.
2.
Data limpasan
Proses pengukuran limpasan pengukurannya sebagai berikut: a. Debit disesuaikan dengan membuka spray nozzle untuk mengatur intensitas hujan yang diberikan pada model daerah tangkapan tersebut commit to user sesuai dengan jenis hujan yang direncanakan.
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
b. Stopwatch dihidupkan sepanjang durasi hujan dengan intensitas hujan tertentu. c. Hasil limpasan ditampung dengan gelas ukur. d. Hasil limpasan yang terjadi dicatat. e. Mengulangi poin a hingga d untuk variasi tutupan lahan yang lain. 3.4.6
Tahap Pengolahan Data
Data yang didapat dari percobaan dianalisis sebagai berikut: 1. Ketebalan hujan dengan pola agihan hujan seragam diperoleh dari perkalian antara intensitas hujan dan durasi waktu. Intensitas hujan yang diperoleh akan memiliki nilai yang sama setiap jamnya dan hujan terbagi secara merata. 2. Ketebalan hujan dengan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) diperoleh dari persamaan intensitas hujan dan waktu konsentrasi. Pertambahan hujan tersebut diurutkan dengan intensitas hujan maksimal berada pada separuh durasi hujan. 3. Ketebalan hujan dengan pola agihan hujan Modified Mononobe juga diperoleh dari persamaan intensitas hujan dan waktu konsentrasi. Perbedaan antara nilai ketebalan hujan yang berurutan merupakan pertambahan hujan dalam interval waktu (∆t). Pertambahan hujan tersebut diurutkan kembali ke dalam rangkaian waktu dengan intensitas maksimum berada di awal dan intensitas terkecil berada pada akhir durasi hujan (Td). 4. Debit pompa didapat dari ketebalan hujan dikonversi menjadi debit pompa terukur kemudian dikalikan dengan faktor koreksi hasil kalibrasi. 5. Limpasan dihitung dari jumlah volume tertampung dalam durasi waktu tertentu. 3.5
Tahap Pembahasan
Tahap ini membahas data-data yang sudah diolah dan disajikan dalam grafik dengan menggunakan bantuan program MS Excel 2007. Hasil dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan yang disajikan dalam grafik. Grafik yang dimaksud meliputi: 1. Hubungan antara pola agihan hujan terhadap besarnya limpasan permukaan. commit to user 2. Hubungan antara pola agihan hujan terhadap besarnya intersepsi.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan alat rainfall simulator, dilakukan kalibrasi alat rainfall simulator. Langkah kalibrasi alat ditampilkan pada Gambar 3-2.
Mulai
Menghidupkan Pompa Air Q = Q + 0.5 liter/menit
Mengatur Debit Pompa Air (Q)
Menampung Air Hujan Buatan dengan Baskom pada 8 Ttitik Sprayer Selama 1 Menit Mengukur Air yang Tertampung dengan Menggunakan Gelas Ukur
Menghitung Debit Air Pompa yang Akan Digunakan
Tidak
Q Maksimum
Ya Analisis Data
Selesai
Gambar 3-2. Diagram Alir Kalibrasi Alat Rainfall Simulator
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah alat rainfall simulator sudah siap untuk digunakan, lalu dilakukan pengukuran luasan kanopi tanaman alpukat. Langkah pengukuran luas kanopi ditampilkan pada Gambar 3-3.
Mulai
Menyiapkan Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)
Memberi Label Identifikasi
Plotting Area Luas Kanopi Menggunakan Software Auto Cad 2007
Menghitung Luasan Tutupan Kanopi Menggunakan Software Auto Cad 2007
Mencatat dan Mengolah Hasil
Selesai
Gambar 3-3. Diagram Alir Pengukuran Luas Kanopi
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap pengujian dilakukan dengan variasi pola agihan hujan dan kerapatan kanopi tanaman. Langkah pengujian ditampilkan pada Gambar 3-4. Mulai
Kalibrasi Alat Input Data: 1. Ketebalan Hujan 2. Jenis Tanaman 3. Pola Agihan Hujan 4. Durasi Hujan 5. Persentase Variasi Tutupan Kanopi 6. Dimensi Daerah Tangkapan (100 x 200cm)
Tutupan Lahan + 50% Tutupan Lahan 0% Hujan Seragam Mencatat Hasil Hujan Modified Mononobe Mencatat Hasil Hujan Alternating Block Method Mencatat Hasil
Tutupan Lahan <100%
Ya
Tidak Analisis Data Pembahasan Penarikan Kesimpulan
Selesai
commit to user Gambar 3-4. Diagram Alir Running Model
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Kalibrasi Alat Rainfall Simulator
Ketelitian dan ketepatan hasil suatu penelitian ilmiah, terutama penelitian yang menggunakan model laboratorium, dipengaruhi oleh baik tidaknya kondisi alat pengujian atau model. Mengacu pada kondisi tersebut, dilakukan kalibrasi alat rainfall simulator dengan cara mengukur debit yang keluar dari pompa yang disesuaikan dengan bacaan debit pada alat ukur. Hasil kalibrasi debit dianalisis dengan analisis regresi lewat titik 0,0. Contoh trial kalibrasi ditampilkan pada Tabel 4-1. Tabel 4-1. Contoh Trial Hasil Kalibrasi Alat Rainfall Simulator Debit (liter/menit)
Nomor Sprayer
Waktu (menit)
1
Volume (ml) 2
3
1
1
70
65
70
2
1
60
65
65
3
1
70
80
75
4
1
65
60
60
5
1
60
65
55
6
1
50
60
55
7
1
60
60
65
8
1
60
55
55
Volume total (ml)
495
510
500
Volume total (liter)
0.50
0.50
0.50
0.50
Volume rerata (liter)
0.50
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan kalibrasi dengan debit yang lebih besar. Hasil kalibrasi alat rainfall simulator dengan debit pompa yang lain disajikan dalam Tabel 4-2. Tabel 4-2. Hasil Kalibrasi Alat Rainfall Simulator Debit Pompa (liter/menit)
Volume Air Pompa (liter)
Volume Tertampung (liter)
1
0.00
0.00
0.00
2
0.50
0.50
0.50
3
1.00
1.00
1.00
4
1.50
1.50
1.50
5
2.00
2.00
2.00
6
2.50
2.50
2.50
7
3.00
3.00
3.00
No.
Perbandingan volume air pompa dengan volume tertampung ditampilkan dalam bentuk grafik berupa garis linear. Hubungan linier ditunjukkan dengan regresi (R2). Apabila nilai regresi mendekati angka 1, maka hubungan dua variabel yang dibandingkan mendekati sama atau baik. Hasil kalibrasi alat rainfall simulator menghasilkan persamaan y = 1.0071x – 0.0005 dengan nilai R2 = 0.9998. Hasil kalibrasi debit alat rainfall simulator disajikan pada Gambar 4-1.
Volume Tertampung (liter)
3,5 3 2,5 y = 1.0071x - 0.0005 R² = 0.9998
2 1,5 1 0,5 0 0
0,5
1
1,5 2 Volume Air Pompa (liter)
2,5
3
3,5
commit Air to user Gambar 4-1. Hubungan Antara Volume Pompa dengan Volume Tertampung
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-1 menunjukkan hubungan antara volume air pompa dengan volume tertampung pada alat ukur yang memiliki nilai korelasi R2 = 0,9998, sehingga alat ukur debit pada rainfall simulator dinyatakan baik. 4.2
Tutupan Lahan
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) merupakan vegetasi penutup lahan yang digunakan pada penelitian ini. Proyeksi horizontal dilakukan untuk mengetahui luasan kanopi sesuai dengan variasi persentase tutupan lahan yaitu 50% dan 100%. 4.2.1
Persentase Tutupan Lahan 100%
Perhitungan luasan kanopi diperoleh dengan proyeksi horizontal untuk selanjutnya dilakukan plotting dan perhitungan kerapatan kanopi tanaman. Hasil perhitungan kerapatan kanopi 100% ditampilkan pada Lampiran A. Dari hasil perhitungan luasan kanopi diperoleh bahwa jumlah luasan kanopi menunjukan angka 19856.85 cm2 dari luas area tanam yaitu 20000 cm2. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan menggunakan Persamaan 2.2 sebagai berikut: Dc = Dc = 4.2.2
𝛴𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
𝐴𝑣 𝐴𝑙
=
19856 .85 20000
= 0.99
Persentase Tutupan Lahan 50%
Perhitungan luasan kanopi diperoleh dengan proyeksi horizontal untuk selanjutnya dilakukan plotting dan perhitungan kerapatan kanopi tanaman. Hasil perhitungan kerapatan kanopi 50% ditampilkan pada Lampiran A. Dari hasil perhitungan luasan kanopi diperoleh bahwa jumlah luasan kanopi menunjukan angka 10438.82 cm2 dari luas area tanam yaitu 20000 cm2. Sama seperti pada persentase tutupan lahan 100%, hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis menggunakan Persamaan 2.2 sebagai berikut: 𝐴
𝑣 commit Dc =to user
𝐴𝑙
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dc = 4.3
𝛴𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
10438 .82
=
20000
= 0.52
Analisis Hujan
Kalibrasi pola agihan hujan dilakukan agar debit hujan sesuai dengan debit pada rainfall simulator. Percobaan dilakukan selama 4 jam dengan ketebalan hujan bervariasi sesuai dengan pola agihan hujan. Hasil perhitungan pola agihan hujan seragam pada Tabel 4-3. Hasil perhitungan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) ditampilkan pada Tabel 4-4. Hasil perhitungan pola agihan hujan Modified Mononobe ditampilkan pada Tabel 4-5. Tabel 4-3. Klasifikasi Percobaan Hujan Seragam Percobaan
Waktu (jam) 0-1 1-2 2-3 3-4 0-1 1-2 2-3 3-4 0-1 1-2 2-3 3-4
I
II
III
Persentase tutupan lahan 0% 0% 0% 0% 50% 50% 50% 50% 100% 100% 100% 100%
Ketebalan Hujan (mm) 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50 37.50
Intensitas Hujan (mm/menit) 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62
Debit Pompa (ltr/menit) 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
Tabel 4-4. Klasifikasi Percobaan Hujan Alternating Block Method (ABM)
94.49
Intensitas hujan (mm/menit) 1.58
Debit Pompa (l/menit) 3.15
Ketebalan hujan (mm) 94,50
63.51
ΔP Aktual (mm) 94,49
119.06
24.57
0.50
0.99
296
20.01
24,57
94,49
45.43
136.29
17.23
0.25
0.50
15.14
10.18
17,23
29,76
37.50
150.00
13.71
1.58
3.15
94.50
63.51
94,49
15,14
150.00
100.00
T (jam)
I (mm/jam)
P (mm)
ΔP (mm)
1
94.49
94.49
2
59.53
3 4
Jumlah
commit to user
%
ABM 15,14
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4-5. Klasifikasi Percobaan Hujan Modified Mononobe T 1 2 3 4
I P(mm) Delta(mm) (mm/jam) 94.49 59.53 45.43 37.50
94.49 119.06 136.29 150.00
94.49 24.57 17.23 13.71 Jumlah
Intensitas hujan (mm/menit) 1.58 0.50 0.25 0.16
Debit Pompa (l/menit) 3,15 0.99 0.50 0.31
Ketebalan hujan (mm) 94,50 29.76 15.14 9.38 150.00
% 63.51 20.01 10.18 6.30 100.00
Hasil kalibrasi debit pompa untuk pola agihan hujan seragam, Alternating Block Method (ABM), dan Modified Mononobe secara berurutan disajikan pada Tabel 46, Tabel 4-7, dan Tabel 4-8. Tabel 4-6. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Seragam No.
Jam ke-
1 2 3 4
1 2 3 4
Debit Pompa (liter/menit) 1.25 1.25 1.25 1.25
Debit Kalibrasi (liter/menit) 1.26 1.26 1.26 1.26
Tabel 4-7. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) No.
Jam ke-
1 2 3 4
1 2 3 4
Debit Pompa (liter/menit) 0.50 3.15 0.99 0.31
Debit Kalibrasi (liter/menit) 0.51 3.17 1.00 0.31
Tabel 4-8. Kalibrasi Debit Pompa Pola Agihan Hujan Modified Mononobe No.
Jam ke-
1 2 3 4
1 2 3 4
Debit Pompa (liter/menit) 3.15 0.99 0.50 0.31
Debit Kalibrasi (liter/menit) 3.17 1.00 0.51 0.31
Debit pompa kalibrasi dipilih sebagai debit yang digunakan dalam tahap commit to user pengujian sesuai dengan pola agihan hujan pada masing-masing variasi pengujian.
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4
Hasil Analisis dan Pembahasan
Hasil pengujian diklasifikasikan berdasarkan kerapatan kanopi tanaman. Setiap variasi kerapatan kanopi tanaman terdapat tiga variasi pola agihan hujan yaitu pola agihan hujan seragam, Alternating Block Method (ABM), dan Modified Mononobe. Debit pompa yang digunakan merupakan debit kalibrasi. Variasi hujan diatur dengan mengatur debit pada alat rainfall simulator. Volume tertampung adalah volume air melimpas yang tidak tertahan oleh kanopi dan terukur pada gelas ukur dibagian outlet alat rainfall simulator. 4.4.1
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 0%
1. Pola Agihan Hujan Seragam Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan seragam ditampilkan pada Tabel 4-9. Tabel 4-9. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% No. Jam Menit
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
Volume Air Pompa (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
12080
12080
1258
12580
12580
3
20
11480
23560
1258
12580
25160
4
30
11580
35140
1258
12580
37740
5
40
11610
46750
1258
12580
50320
6
50
12280
59030
1258
12580
62900
0
11920
70950
1258
12580
75480
8
10
12030
82980
1258
12580
88060
9
20
11030
94010
1258
12580
100640
10
30
11960
105970
1258
12580
113220
11
40
11800
117770
1258
12580
125800
12
50
12240
130010
1258
12580
138380
0
12090
142100
1258
12580
150960
14
10
12060
154160
1258
12580
163540
15
20
11800
165960 commit to user
1258
12580
176120
ke-
1
7
13
1
2
3
ke-
Volume
Volume
Tertampung Tertampung
Debit Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
16
30
11900
177860
1258
12580
188700
17
40
12320
190180
1258
12580
201280
18
50
12100
202280
1258
12580
213860
0
12100
214380
1258
12580
226440
20
10
12000
226380
1258
12580
239020
21
20
12040
238420
1258
12580
251600
22
30
11580
250000
1258
12580
264180
23
40
11720
261720
1258
12580
276760
24
50
11720
273440
1258
12580
289340
0
12100
285540
1258
12580
301920
26
10
160
285700
0
0
301920
27
20
65
285765
0
0
301920
28
30
40
285805
0
0
301920
29
40
20
285825
0
0
301920
30
50
15
285840
0
0
301920
0
10
285850
0
0
301920
32
10
5
285855
0
0
301920
33
20
5
285860
0
0
301920
34
30
0
285860
0
0
301920
35
40
0
285860
0
0
301920
36
50
0
285860
0
0
301920
37
60
0
285860
0
0
301920
19
25
31
4
5
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif
285860 301920
x 100%
= 94.68 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 94.6807 % commit to user = 5.32 %
x 100%
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pola agihan hujan seragam menghasilkan nilai intersepsi yang berbeda pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang terjadi tidak terlalu besar karena intensitas hujan turun merata tiap jamnya sehingga fluktuasi yang terjadi tidak terlalu tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-2.
Gambar 4-2. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 0% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Selisih ini terjadi karena kontur dasar dan kemiringan alat sehingga air yang jatuh tidak langsung melimpas secara utuh. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-3. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 0% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-4.
Gambar 4-4. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif commit to user Tutupan Lahan 0% Pola Agihan Hujan Seragam dengan
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) ditampilkan pada Tabel 4-10. Tabel 4-10. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% No. Jam
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
Volume Air Pompa (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
4740
4740
507
5070
5070
3
20
4500
9240
507
5070
10140
4
30
4820
14060
507
5070
15210
5
40
4880
18940
507
5070
20280
6
50
4840
23780
507
5070
25350
0
4870
28650
507
5070
30420
8
10
31440
60090
3172
31720
62140
9
20
30240
90330
3172
31720
93860
10
30
30280
120610
3172
31720
125580
11
40
30180
150790
3172
31720
157300
12
50
29960
180750
3172
31720
189020
0
30140
210890
3172
31720
220740
14
10
9660
220550
999
9990
230730
15
20
9220
229770
999
9990
240720
16
30
9120
238890
999
9990
250710
17
40
9780
248670
999
9990
260700
18
50
9430
258100
999
9990
270690
0
9220
267320
999
9990
280680
20
10
3110
270430
314
3140
283820
21
20
2840
273270
314
3140
286960
22
30
2890
276160
314
3140
290100
23
40
2920
279080
314
3140
293240
24
50
2620
281700
314
3140
296380
0
2980
284680
314
3140
299520
10
105
0
0
299520
ke-
1
7
13
19
25 26
1
2
3
4
5
Menit ke-
Volume
Volume
Tertampung Tertampung
commit to user 284785
Debit Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
27
20
70
284855
0
0
299520
28
30
50
284905
0
0
299520
29
40
35
284940
0
0
299520
30
50
10
284950
0
0
299520
0
5
284955
0
0
299520
32
10
5
284960
0
0
299520
33
20
0
284960
0
0
299520
34
30
0
284960
0
0
299520
35
40
0
284960
0
0
299520
36
50
0
284960
0
0
299520
37
60
0
284960
0
0
299520
31
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 284960 299520
x 100%
x 100%
= 95.12 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 95.12 % = 4.88% Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang cukup besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang cukup besar terjadi karena variasi intensitas hujan sehingga fluktuasi yang terjadi cukup tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-5. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 0% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-6.
Gambar 4-6. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method commit(ABM) to userdengan Tutupan Lahan 0%
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-7.
Gambar 4-7. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 0% 3. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Modified Mononobe ditampilkan pada Tabel 4-11. Tabel 4-11. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 0% No. Jam Menit
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
Volume Air Pompa (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
30260
30260
3172
31720
31720
3
20
30800
61060
3172
31720
63440
4
30
30740
91800
3172
31720
95160
5
40
30680
122480
3172
31720
126880
6
50
30570
153050
3172
31720
158600
0
30460
3172
31720
190320
ke-
1
7
1
2
ke-
Volume
Volume
Tertampung Tertampung
commit to user 183510
Debit Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8
10
9320
192830
999
9990
200310
9
20
8780
201610
999
9990
210300
10
30
9280
210890
999
9990
220290
11
40
9340
220230
999
9990
230280
12
50
9690
229920
999
9990
240270
0
9180
239100
999
9990
250260
14
10
4970
244070
507
5070
255330
15
20
4950
249020
507
5070
260400
16
30
5010
254030
507
5070
265470
17
40
4930
258960
507
5070
270540
18
50
4880
263840
507
5070
275610
0
4580
268420
507
5070
280680
20
10
2880
271300
314
3140
283820
21
20
2870
274170
314
3140
286960
22
30
2610
276780
314
3140
290100
23
40
2620
279400
314
3140
293240
24
50
2820
282220
314
3140
296380
0
2830
285050
314
3140
299520
26
10
90
285140
0
0
299520
27
20
70
285210
0
0
299520
28
30
45
285255
0
0
299520
29
40
25
285280
0
0
299520
30
50
15
285295
0
0
299520
0
5
285300
0
0
299520
32
10
5
285305
0
0
299520
33
20
5
285310
0
0
299520
34
30
0
285310
0
0
299520
35
40
0
285310
0
0
299520
36
50
0
285310
0
0
299520
37
60
0
285310
0
0
299520
13
19
25
31
3
4
5
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 285310 299520
x 100%
x 100%
= 95.26 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 95.26 % = 4.74 % Pola agihan hujan Modified Mononobe menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang cukup besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang cukup besar terjadi karena variasi intensitas hujan sehingga fluktuasi yang terjadi cukup tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-8.
Gambar 4-8. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 0% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-9. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-9. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 0% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-10.
Gambar 4-10. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif commit to userdengan Tutupan Lahan 0% Pola Agihan Hujan Modified Mononobe
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.2
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 50%
1. Pola Agihan Hujan Seragam Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan seragam ditampilkan pada Tabel 4-12. Tabel 4-12. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50% No.
Jam
Menit
Volume
Volume
Debit
(ml/menit)
Volume Air Pompa (ml)
Volume Air Pompa Kum. (ml)
ke-
ke-
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
3580
3580
1258
12580
12580
3
20
5300
8880
1258
12580
25160
4
30
5800
14680
1258
12580
37740
5
40
6780
21460
1258
12580
50320
6
50
7300
28760
1258
12580
62900
0
8360
37120
1258
12580
75480
8
10
10680
47800
1258
12580
88060
9
20
11030
58830
1258
12580
100640
10
30
11860
70690
1258
12580
113220
11
40
11810
82500
1258
12580
125800
12
50
11930
94430
1258
12580
138380
0
11790
106220
1258
12580
150960
14
10
12340
118560
1258
12580
163540
15
20
12130
130690
1258
12580
176120
16
30
11920
142610
1258
12580
188700
17
40
11980
154590
1258
12580
201280
18
50
11600
166190
1258
12580
213860
0
11840
178030
1258
12580
226440
20
10
12380
190410
1258
12580
239020
21
20
12430
202840
1258
12580
251600
22
30
12410
215250
1258
12580
264180
23
40
12300
227550
1258
12580
276760
24
50
12420
239970
1258
12580
289340
0
12360
252330 commit to user 1258
12580
301920
1
7
13
19
25
1
2
3
4
5
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
26
10
2860
255190
0
0
301920
27
20
1260
256450
0
0
301920
28
30
880
257330
0
0
301920
29
40
760
258090
0
0
301920
30
50
680
258770
0
0
301920
0
560
259330
0
0
301920
32
10
480
259810
0
0
301920
33
20
220
260030
0
0
301920
34
30
160
260190
0
0
301920
35
40
80
260270
0
0
301920
36
50
40
260310
0
0
301920
37
60
20
260330
0
0
301920
31
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Ai r Pompa Kumulatif 260330 301920
x 100%
x 100 %
= 86.22 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 86.2248 % = 13.78 % Pola agihan hujan seragam menghasilkan nilai intersepsi yang berbeda pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang terjadi cukup besar. Hal ini dikarenakan tutupan kanopi yang mencapai 50%. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-11. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 50% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Selisih ini terjadi karena adanya tutupan kanopi sebesar 50% sehingga air yang jatuh tertahan pada kanopi dan tidak langsung melimpas secara utuh seperti apa yang keluar dari alat. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-12.
Gambar 4-12. Selisih Volume Air Pompatodan commit userVolume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 50%
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-13.
Gambar 4-13. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupa Lahan 50% 2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) ditampilkan pada Tabel 4-13. Tabel 4-13. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50% No. Jam Menit
Volume
Volume
Debit
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
(ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
1820
1820
507
5070
5070
3
20
2970
4790
507
5070
10140
4
30
3460
8250
507
5070
15210
5
40
4160
507
5070
20280
ke-
1
1
ke-
commit to user 12410
Volume Air Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6
50
4330
16740
507
5070
25350
0
4620
21360
507
5070
30420
8
10
24460
45820
3172
31720
62140
9
20
29320
75140
3172
31720
93860
10
30
30140
105280
3172
31720
125580
11
40
30760
136040
3172
31720
157300
12
50
31020
167060
3172
31720
189020
0
30840
197900
3172
31720
220740
14
10
9910
207810
999
9990
230730
15
20
9860
217670
999
9990
240720
16
30
9420
227090
999
9990
250710
17
40
9380
236470
999
9990
260700
18
50
9420
245890
999
9990
270690
0
9390
255280
999
9990
280680
20
10
3130
258410
314
3140
283820
21
20
2980
261390
314
3140
286960
22
30
2720
264110
314
3140
290100
23
40
2610
266720
314
3140
293240
24
50
2780
269500
314
3140
296380
0
2720
272220
314
3140
299520
26
10
980
273200
0
0
299520
27
20
380
273580
0
0
299520
28
30
240
273820
0
0
299520
29
40
160
273980
0
0
299520
30
50
130
274110
0
0
299520
0
100
274210
0
0
299520
32
10
80
274290
0
0
299520
33
20
50
274340
0
0
299520
34
30
40
274380
0
0
299520
35
40
20
274400
0
0
299520
36
50
10
274410
0
0
299520
37
60
10
274420
0
0
299520
7
13
19
25
31
2
3
4
5
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 274420 299520
x 100%
x 100%
= 91.62 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 91.6199 % = 8.38 % Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang cukup besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang cukup besar terjadi karena variasi intensitas hujan dan tutupan kanopi sebesar 50% sehingga menyebabkan kemampuan intersepsi kanopi terjadi fluktuasi yang cukup tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-14.
Gambar 4-14. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Nilai selisih tersebut diakibatkan oleh perubahan intensitas hujan yang terjadi serta tutupan kanopi yang mencapai 50%. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-15.
Gambar 4-15. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-16.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-16. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 50% 3. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Modified Mononobe ditampilkan pada Tabel 4-14. Tabel 4-14. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 50% No. Jam
Menit
Volume
Volume
Debit
Air Pompa
(ml/menit)
Volume Air Pompa (ml)
ke-
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
15280
15280
3172
31720
31720
3
20
21620
36900
3172
31720
63440
4
30
24400
61300
3172
31720
95160
5
40
26180
87480
3172
31720
126880
6
50
31080
118560
3172
31720
158600
0
29460
148020
3172
31720
190320
8
10
9920
157940
999
9990
200310
9
20
9720
167660
999
9990
210300
10
30
9460
177120
999
9990
220290
11
40
9280
999
9990
230280
ke-
1
7
1
2
commit to user 186400
Volume
Kum. (ml)
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12
50
9160
195560
999
9990
240270
0
9000
204560
999
9990
250260
14
10
5040
209600
507
5070
255330
15
20
4920
214520
507
5070
260400
16
30
4860
219380
507
5070
265470
17
40
4690
224070
507
5070
270540
18
50
4880
228950
507
5070
275610
0
4820
233770
507
5070
280680
20
10
3120
236890
314
3140
283820
21
20
3060
239950
314
3140
286960
22
30
2960
242910
314
3140
290100
23
40
2920
245830
314
3140
293240
24
50
3080
248910
314
3140
296380
0
3120
252030
314
3140
299520
26
10
1820
253850
0
0
299520
27
20
1250
255100
0
0
299520
28
30
380
255480
0
0
299520
29
40
130
255610
0
0
299520
30
50
110
255720
0
0
299520
0
100
255820
0
0
299520
32
10
80
255900
0
0
299520
33
20
60
255960
0
0
299520
34
30
50
256010
0
0
299520
35
40
50
256060
0
0
299520
36
50
40
256100
0
0
299520
37
60
20
256120
0
0
299520
13
19
25
31
3
4
5
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 256120
= 299520 100% commitx to user
x 100%
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 85.51 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 85.5101 % = 14.49 % Pola agihan hujan Modified Mononobe menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang cukup besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang besar terjadi karena variasi intensitas hujan yang terjadi serta tutupan kanopi sebesar 50% sehingga menyebabkan kemampuan intersepsi kanopi memiliki fluktuasi nilai yang tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-17.
Gambar 4-17. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Nilai selisih tersebut diakibatkan oleh perubahan intensitas hujan yang terjadi serta tutupan kanopi yang mencapai 50%. Besarnya perbedaan volume intersepsi ditampilkan pada Gambar 4-18.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-18. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-19.
Gambar 4-19. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 50% commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.3
Hasil Analisis Kerapatan Kanopi 100%
1. Pola Agihan Hujan Seragam Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan seragam ditampilkan pada Tabel 4-15. Tabel 4-15. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Seragam dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% No. Jam
Menit
Volume
Volume
Debit
ke-
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
(ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
2680
2680
1258
12580
12580
3
20
4480
7160
1258
12580
25160
4
30
7240
14400
1258
12580
37740
5
40
8980
23380
1258
12580
50320
6
50
10440
33820
1258
12580
62900
0
10680
44500
1258
12580
75480
8
10
10960
55460
1258
12580
88060
9
20
10320
65780
1258
12580
100640
10
30
11020
76800
1258
12580
113220
11
40
11360
88160
1258
12580
125800
12
50
11680
99840
1258
12580
138380
0
11160
111000
1258
12580
150960
14
10
11420
122420
1258
12580
163540
15
20
11060
133480
1258
12580
176120
16
30
10640
144120
1258
12580
188700
17
40
11440
155560
1258
12580
201280
18
50
11280
166840
1258
12580
213860
0
11760
178600
1258
12580
226440
20
10
11980
190580
1258
12580
239020
21
20
12120
202700
1258
12580
251600
22
30
11120
213820
1258
12580
264180
23
40
11360
225180
1258
12580
276760
24
50
11960
237140
1258
12580
289340
0
11620
248760
1258
12580
301920
ke-
1
7
13
19
25
1
2
3
4
5
commit to user
Volume Air Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
26
10
1860
250620
0
0
301920
27
20
560
251180
0
0
301920
28
30
350
251530
0
0
301920
29
40
330
251860
0
0
301920
30
50
310
252170
0
0
301920
0
260
252430
0
0
301920
32
10
170
252600
0
0
301920
33
20
100
252700
0
0
301920
34
30
80
252780
0
0
301920
35
40
50
252830
0
0
301920
36
50
30
252860
0
0
301920
37
60
20
252880
0
0
301920
31
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 252880 301920
x 100%
x 100%
= 83.76 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 83.7573 % = 16.24 % Pola agihan hujan seragam menghasilkan nilai intersepsi yang berbeda pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang terjadi besar. Hal ini dikarenakan tutupan kanopi yang mencapai 100%. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-20. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Selisih ini terjadi karena adanya tutupan kanopi sebesar 100% sehingga air yang jatuh tertahan pada kanopi dan tidak langsung melimpas. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-21.
Gambar 4-21. Selisih Volume Air Pompatodan commit userVolume Tertampung Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100%
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-22.
Gambar 4-22. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam dengan Tutupan Lahan 100% 2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) ditampilkan pada Tabel 4-16. Tabel 4-16. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% No. Jam
Menit
Volume
Volume
Debit
ke-
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
(ml/menit)
(ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
1140
1140
507
5070
5070
3
20
1520
2660
507
5070
10140
4
30
2500
5160
507
5070
15210
5
40
3360
8520
507
5070
20280
ke-
1
1
commit to user
Volume Air Pompa
Volume Air Pompa Kum. (ml)
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6
50
4260
12780
507
5070
25350
0
4420
17200
507
5070
30420
8
10
16620
33820
3172
31720
62140
9
20
26980
60800
3172
31720
93860
10
30
27740
88540
3172
31720
125580
11
40
29920
118460
3172
31720
157300
12
50
31080
149540
3172
31720
189020
0
31260
180800
3172
31720
220740
14
10
9780
190580
999
9990
230730
15
20
9680
200260
999
9990
240720
16
30
9180
209440
999
9990
250710
17
40
9420
218860
999
9990
260700
18
50
9480
228340
999
9990
270690
0
9620
237960
999
9990
280680
20
10
3100
241060
314
3140
283820
21
20
2860
243920
314
3140
286960
22
30
2840
246760
314
3140
290100
23
40
2760
249520
314
3140
293240
24
50
2940
252460
314
3140
296380
0
2980
255440
314
3140
299520
26
10
1680
257120
0
0
299520
27
20
670
257790
0
0
299520
28
30
400
258190
0
0
299520
29
40
240
258430
0
0
299520
30
50
170
258600
0
0
299520
0
120
258720
0
0
299520
32
10
110
258830
0
0
299520
33
20
100
258930
0
0
299520
34
30
40
258970
0
0
299520
35
40
20
258990
0
0
299520
36
50
20
259010
0
0
299520
37
60
10
259020
0
0
299520
7
13
19
25
31
2
3
4
5
6
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 259020 299520
x 100%
x 100%
= 86.48 % Persentase air yang tertahan = 100 % - 86.4784 % = 13.52 % Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang besar terjadi karena variasi intensitas hujan dan tutupan kanopi sebesar 100% sehingga menyebabkan kemampuan intersepsi kanopi memiliki fluktuasi yang cukup tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-23.
Gambar 4-23. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Nilai selisih tersebut diakibatkan oleh perubahan intensitas hujan yang ada serta tutupan kanopi yang mencapai 100%. Selisih nilai tersebut ditampilkan pada Gambar 4-24.
Gambar 4-24. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-25.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-25. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) dengan Tutupan Lahan 100% 3. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Hasil pengujian dan analisis intersepsi dengan pola agihan hujan Modified Mononobe ditampilkan pada Tabel 4-17. Tabel 4-17. Hasil Pengujian dengan Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dan Kerapatan Kanopi Tanaman 100% No. Jam
Menit
Volume
Volume
Debit
Air Pompa
(l/menit)
Volume Air Pompa (ml)
ke-
Tertampung
Tertampung
Pompa
(ml)
Kum. (ml)
0
0
0
0
0
0
2
10
12400
12400
3172
31720
31720
3
20
15920
28320
3172
31720
63440
4
30
24100
52420
3172
31720
95160
5
40
25800
78220
3172
31720
126880
6
50
26960
105180
3172
31720
158600
0
28800
133980
3172
31720
190320
8
10
9860
143840
999
9990
200310
9
20
9280
153120
999
9990
210300
10
30
8920
162040
999
9990
220290
11
40
9280
171320
999
9990
230280
12
50
9360
999
9990
240270
ke-
1
7
1
2
commit to user 180680
Volume
Kum. (ml)
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
13
0
9240
189920
999
9990
250260
14
10
5030
194950
507
5070
255330
15
20
4880
199830
507
5070
260400
16
30
4820
204650
507
5070
265470
17
40
4640
209290
507
5070
270540
18
50
4860
214150
507
5070
275610
0
4740
218890
507
5070
280680
20
10
3100
221990
314
3140
283820
21
20
2860
224850
314
3140
286960
22
30
2640
227490
314
3140
290100
23
40
2820
230310
314
3140
293240
24
50
2960
233270
314
3140
296380
0
2980
236250
314
3140
299520
26
10
1180
237430
0
0
299520
27
20
460
237890
0
0
299520
28
30
210
238100
0
0
299520
29
40
200
238300
0
0
299520
30
50
150
238450
0
0
299520
0
140
238590
0
0
299520
32
10
110
238700
0
0
299520
33
20
100
238800
0
0
299520
34
30
80
238880
0
0
299520
35
40
48
238928
0
0
299520
36
50
42
238970
0
0
299520
37
60
38
239008
0
0
299520
19
25
31
3
4
5
6
Tabel diatas menunjukan waktu pengamatan penelitian adalah 6 jam, dengan 4 jam adalah durasi hujan dan 2 jam sebagai waktu tunggu air yang mungkin belum melimpas karena masih tertahan pada kanopi maupun lahan tanam, sehingga pada jam ke-5 debit adalah 0. Hasil perhitungan diatas kemudian dianalisis dengan persamaan berikut: Persentase air yang melimpas = =
Volume Tertampung Kumulatif Volume Air Pompa Kumulatif 239008 299520
x 100%
commit to user = 79.80 %
x 100%
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persentase air yang tertahan = 100 % - 79.7970 % = 20.20 % Pola agihan hujan Modified Mononobe menghasilkan perbedaan nilai intersepsi yang cukup besar pada tiap jamnya. Perbedaan nilai yang besar terjadi karena variasi intensitas hujan dan tutupan kanopi sebesar 100% sehingga menyebabkan kemampuan intersepsi kanopi memiliki fluktuasi nilai yang tinggi. Grafik antara volume air pompa dengan volume tertampung dapat dilihat pada Gambar 4-26.
Gambar 4-26. Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100% Volume yang tertampung pada alat pengukur memiliki selisih dengan volume air yang keluar dari pompa yang mewakili hujan. Nilai selisih tersebut diakibatkan oleh perubahan intensitas hujan yang ada serta tutupan kanopi yang mencapai 100%. Besarnya perbedaan volume intersepsi ditampilkan pada Gambar 4-27.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-27. Selisih Volume Air Pompa dan Volume Tertampung Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100% Semakin lama durasi hujan maka volume yang tertampung akan semakin besar. Volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif akan memiliki nilai yang berbeda dan semakin besar sesuai dengan air pompa yang keluar serta kerapatan kanopi tanamannya. Grafik antara volume air pompa komulatif dengan volume tertampung komulatif dapat dilihat pada Gambar 4-28.
Gambar 4-28. Volume Air Pompa Komulatif dan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe dengan Tutupan Lahan 100% commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.4
Perbandingan Volume Intersepsi pada Setiap Pola Agihan Hujan
Besarnya nilai intersepsi dipengaruhi oleh pola agihan hujannya. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, variasi pola agihan hujan menghasilkan nilai intersepsi yang berbeda untuk tiap kerapatan kanopi tanaman yang sama, dikarenakan besarnya intensitas hujan pada durasi hujan tertentu mempengaruhi kapasitas intersepsi kanopi. Semakin besar intensitas hujan menghasilkan kemampuan intersepsi kanopi yang semakin kecil. Begitu juga dengan fungsi waktu, semakin lama durasi hujan akan mengurangi kemampuan intersepsi suatu kanopi. Berikut disajikan grafik perbandingan volume intersepsi untuk masingmasing pola agihan hujan. 1. Pola Agihan Hujan Seragam Perbandingan volume intersepsi dan volume komulatif tertampung dengan pola agihan hujan seragam untuk berbagai variasi kerapatan kanopi tanaman ditampilkan pada Gambar 4-29 dan Gambar 4-30.
Gambar 4-29. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Seragam untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-30. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Seragam untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman 2. Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) Perbandingan volume intersepsi dan volume komulatif tertampung dengan pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) untuk berbagai variasi kerapatan kanopi tanaman ditampilkan pada Gambar 4-31 dan Gambar 4-32.
Gambar 4-31. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Alternating commit to user Block Method (ABM) untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
Gambar 4-32. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman 3. Pola Agihan Hujan Modified Mononobe Perbandingan volume intersepsi dan volume komulatif tertampung dengan pola agihan hujan Modified Mononobe untuk berbagai variasi kerapatan kanopi tanaman ditampilkan pada Gambar 4-33 dan Gambar 4-34.
Gambar 4-33. Perbandingan Volume Intersepsi Pola Agihan Hujan Modified Mononobe untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4-34. Perbandingan Volume Tertampung Komulatif Pola Agihan Hujan Modified Mononobe untuk Berbagai Variasi Kerapatan Kanopi Tanaman 4.5
Intersepsi
Nilai intersepsi (I) diperoleh dengan terlebih dahulu mengetahui besar nilai parameternya, yaitu kerapatan kanopi (Dc) dan perubahan kapasitas simpanan intersepsi (ΔSi). Nilai evapotranspirasi (E) pada penelitian ini diabaikan karena penelitian berskala laboratorium yang dilakukan di dalam ruangan sehingga tanaman tidak terkena sinar matahari. Parameter lain, yaitu throughfall (T) dan stemflow (S) tidak diperhitungkan karena keterbatasan alat dan sebagai penggantinya dilakukan pengamatan volume air lolos atau volume air yang tidak tertahan oleh kanopi. 4.5.1
Perubahan Simpanan Intersepsi
Perhitungan perubahan simpanan intersepsi memerlukan nilai kerapatan luas tajuk tanaman (Dc) yang disajikan pada sub-bab 4.1. Nilai evapotranspirasi (E) tidak diperhitungkan sebagaimana telah dijelaskan diatas, sehingga Persamaan 2.3 menjadi: ∆𝑆𝑖 = 𝑃 × 𝐷𝑐 commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut adalah perhitungan nilai perubahan simpanan intersepsi untuk kerapatan kanopi 50% pada jam ke-1. ∆𝑆𝑖 = P x Dc ∆𝑆𝑖 = 37.50 mm x 0.52 ∆𝑆𝑖 = 19.57 mm Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4-18, 4-19, dan 4-20. Tabel 4-18. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% Jam ke-
Seragam
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P (mm) Dc ΔSi (mm)
P (mm)
Dc
ΔSi (mm)
1
37.50
0.00
0.00
15.14
0.00
2
37.50
0.00
0.00
94.50
3
37.50
0.00
0.00
4
37.50
0.00
0.00
Modified Mononobe P (mm)
Dc
ΔSi (mm)
0.00
94.50
0.00
0.00
0.00
0.00
29.76
0.00
0.00
29.76
0.00
0.00
15.14
0.00
0.00
9.38
0.00
0.00
9.38
0.00
0.00
Tabel 4-19. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% Jam ke-
Seragam
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P ΔSi Dc (mm) (mm) 15.14 0.52 7.90
P (mm) 94.50
Modified Mononobe
1
P (mm) 37.50
0.52
ΔSi (mm) 19.57
0.52
ΔSi (mm) 49.32
2
37.50
0.52
19.57
94.50
0.52
49.32
29.76
0.52
15.53
3
37.50
0.52
19.57
29.76
0.52
15.53
15.14
0.52
7.90
4
37.50
0.52
19.57
9.38
0.52
4.89
9.38
0.52
4.89
Dc
Dc
Tabel 4-20. Perhitungan Perubahan Simpanan Intersepsi (∆𝑆𝑖) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% Jam ke-
Seragam
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P ΔSi Dc (mm) (mm) 15.14 0.99 15.03 94.50 0.99 93.82
P (mm) 94.50 29.76
0.99 0.99
ΔSi (mm) 93.82 29.55
Modified Mononobe
1 2
P (mm) 37.50 37.50
0.99 0.99
ΔSi (mm) 37.23 37.23
3
37.50
0.99
37.23
29.76
0.99
29.55
15.14
0.99
15.03
4
37.50
0.99
37.23
9.38
0.99
9.31
9.38
0.99
9.31
Dc
commit to user
Dc
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.5.2
Intersepsi Tajuk
Nilai ketebalan hujan (P), throughfall (T) dan stemflow (S) dibutuhkan dalam perhitungan intersepsi tajuk. Nilai throughfall (T) dan stemflow (S) tidak diperhitungkan pada penelitian ini. Kedua nilai tersebut didekati dengan analisis jumlah air lolos yang tidak tertahan kanopi. Air lolos dapat diketahui dengan mengukur volume air tertampung per luas area, sehingga Persamaan 2.4 menjadi: I = P (mm) – Air Lolos (mm) Berikut adalah contoh perhitungan intersepsi tajuk untuk kerapatan kanopi tanaman 0% pada jam ke-1. P
= 37.50 mm
Luas
= 2 m2 = 2000000 mm2
Vtertampung = 70950 ml Air Lolos =
V tertampung
=
Luas
70950 x 1000000 2000000
= 35.48 mm
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4-21, Tabel 4-22, dan Tabel 4-23. Tabel 4-21. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% Jam
1
P (mm) 37.50
Air Lolos (mm) 35.48
I (mm) 2.02
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P Air Lolos I (mm) (mm) (mm) 15.14 14.32 0.82
2
37.50
35.58
1.92
94.50
91.12
3.38
29.76
27.80
1.96
3
37.50
36.14
1.36
29.76
28.22
1.66
15.14
14.66
0.48
4
37.50
35.58
1.92
9.38
8.68
0.70
9.38
8.32
1.06
ke-
Seragam
Modified Mononobe P (mm) 94.50
Air Lolos (mm) 91.76
I (mm) 2.74
Tabel 4-22. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% Jam
1
P (mm) 37.50
Air Lolos (mm) 18.56
I (mm) 18.94
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P Air Lolos I (mm) (mm) (mm) 15.14 10.68 4.46
2
37.50
34.55
2.95
94.50
88.27
6.23
29.76
28.27
1.49
3
37.50
35.90
1.60
29.76
28.69
1.07
15.14
14.60
0.54
4
37.50
37.15
0.35
9.38
8.47
0.90
9.38
9.13
0.24
ke-
Seragam
commit to user
Modified Mononobe P (mm) 94.50
Air Lolos (mm) 74.01
I (mm) 20.49
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4-23. Perhitungan Intersepsi Tajuk (I) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% Jam
1
P (mm) 37.50
Air Lolos (mm) 22.25
I (mm) 15.25
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) P Air Lolos I (mm) (mm) (mm) 15.14 8.60 6.54
2
37.50
33.25
4.25
94.50
81.80
12.70
29.76
29.97
1.79
3
37.50
33.80
3.70
29.76
28.58
1.18
15.14
14.49
0.66
4
37.50
35.08
2.42
9.38
8.74
0.64
9.38
8.68
0.70
ke-
Seragam
4.6
Modified Mononobe P (mm) 94.50
Air Lolos (mm) 66.99
I (mm) 27.51
Limpasan
Besarnya limpasan dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti koefisien limpasan, luas daerah hujan (A), intensitas hujan (I), dan waktu (t). Nilai koefisien limpasan pada penelitian ini diambil dari nilai persentase air yang tertampung pada alat ukur hasil pengujian laboratorium. Koefisien limpasan mempunyai nilai yang berbeda pada setiap variasi tutupan kanopi. 4.6.1
Volume Limpasan
Volume limpasan dihitung dengan menggunakan parameter yaitu koefisien limpasan, luas daerah hujan, intensitas hujan, dan waktu terjadinya hujan. Berikut adalah contoh perhitungan volume limpasan untuk kerapatan kanopi tanaman 0% pada jam ke-1 dengan menggunakan Persamaan 2.5. 𝑉𝑙𝑖𝑚𝑝 = 𝛼. 𝐴. 𝐼. 𝑡 α
= 0.95
A
= 2.00 m2
I
= 37.50 mm/jam
t
= 1.00 jam
Vlimp
= 0.95 x 2 x 37.50 x 1.00 = 71.01 liter
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4-24, Tabel 4-25, dan Tabel 4-26. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4-24. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% Jam
Seragam α
ke-
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) α I Vlimp. (mm/jam)
(liter)
Modified Mononobe α
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
1
0.95
37.50
71.01
0.95
15.14
28.81
0.95
94.49
180.02
2
0.95
37.50
71.01
0.95
94.49
179.80
0.95
29.76
56.70
3
0.95
37.50
71.01
0.95
29.76
56.63
0.95
15.14
28.85
4
0.95
37.50
71.01
0.95
9.38
17.84
0.95
9.38
17.86
Tabel 4-25. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% Jam
Seragam Α
ke-
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) α I Vlimp. (mm/jam)
(liter)
Modified Mononobe α
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
1
0.86
37.50
64.67
0.92
15.14
27.75
0.86
94.49
161.60
2
0.86
37.50
64.67
0.92
94.49
173.15
0.86
29.76
50.90
3
0.86
37.50
64.67
0.92
29.76
54.54
0.86
15.14
25.90
4
0.86
37.50
64.67
0.92
9.38
17.18
0.86
9.38
16.03
Tabel 4-26. Perhitungan Volume Limpasan (Vlimp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% Jam
Seragam α
ke-
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) α I Vlimp. (mm/jam)
(liter)
Modified Mononobe α
I
Vlimp.
(mm/jam)
(liter)
1
0.84
37.50
62.82
0.86
15.14
26.19
0.80
94.49
150.81
2
0.84
37.50
62.82
0.86
94.49
163.13
0.80
29.76
47.50
3
0.84
37.50
62.82
0.86
29.76
51.48
0.80
15.14
24.17
4
0.84
37.50
62.82
0.86
9.38
16.21
0.80
9.38
14.96
4.6.2
Debit Limpasan
Volume limpasan dihitung dengan parameter koefisien limpasan, luas daerah hujan, dan intensitas hujan. Berikut adalah contoh perhitungan debit limpasan untuk kerapatan kanopi tanaman 0% pada jam ke-1. Qp = 0,002778 C. I. A C
= 0.95
I
= 37.50 mm/jam
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A
= 2 m2 = 0.0002 ha
Qp
= 0.002778 x 0.95 x 37.5 x 0.0002 = 0.02 liter/dtk
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan pada Tabel 4-27, Tabel 4-28, dan Tabel 4-29. Tabel 4-27. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 0% Jam ke-
Seragam C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) C I Q (mm/jam)
(liter/dtk)
Modified Mononobe C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
1
0.95
37.50
0.02
0.95
15.14
0.01
0.95
94.49
0.01
2
0.95
37.50
0.02
0.95
94.49
0.05
0.95
29.76
0.02
3
0.95
37.50
0.02
0.95
29.76
0.02
0.95
15.14
0.01
4
0.95
37.50
0.02
0.95
9.38
0.01
0.95
9.38
0.01
Tabel 4-28. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 50% Jam ke-
Seragam C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) C I Q (mm/jam)
(liter/dtk)
Modified Mononobe C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
1
0.86
37.50
0.02
0.92
15.14
0.01
0.86
94.49
0.04
2
0.86
37.50
0.02
0.92
94.49
0.05
0.86
29.76
0.01
3
0.86
37.50
0.02
0.92
29.76
0.02
0.86
15.14
0.01
4
0.86
37.50
0.02
0.92
9.38
0.01
0.86
9.38
0.01
Tabel 4-29. Perhitungan Debit Limpasan (Qp) untuk Kerapatan Kanopi Tanaman 100% Jam ke-
Seragam C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
Pola Agihan Hujan Alternating Block Method (ABM) C I Q (mm/jam)
(liter/dtk)
Modified Mononobe C
I
Q
(mm/jam)
(liter/dtk)
1
0.84
37.50
0.02
0.86
15.14
0.01
0.80
94.49
0.04
2
0.84
37.50
0.02
0.86
94.49
0.04
0.80
29.76
0.01
3
0.84
37.50
0.02
0.86
29.76
0.01
0.80
15.14
0.01
4
0.84
37.50
0.02
0.86
9.38
0.01
0.80
9.38
0.01
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.a.
Besarnya nilai persentase intersepsi pada pola agihan hujan seragam untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturut-turut adalah 5.32%, 13.78%, dan 16.24%. Pola agihan hujan Alternating Block Method (ABM) memiliki nilai persentase intersepsi untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturut-turut adalah 4.86%, 8.38%, dan 13.52%. Pola agihan hujan Modified Mononobe memiliki nilai persentase intersepsi untuk kerapatan kanopi tanaman 0%, 50%, dan 100% berturutturut adalah 4.74%, 14.49%, dan 20.20%.
1.b
Kerapatan kanopi tanaman berbanding lurus dengan intersepsi. Semakin rapat tutupan kanopi akan menghasilkan nilai intersepsi yang semakin besar.
1.c.
Besarnya intersepsi berbanding terbalik terhadap besarnya limpasan permukaan. Semakin besar nilai intersepsi akan menghasilkan limpasan permukaan yang semakin kecil.
5.2
Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat disampaikan: 1. Pada saat penelitian dilakukan, sebaiknya selalu mengecek debit air karena terkadang debit turun menjadi lebih kecil daripada yang di atur pada saat pertama menyalakan alat rainfall simulator. 2. Tanaman yang dipilih sebaiknya memiliki daya tahan yang kuat karena tanaman akan dipindah media tanamnya dari polibek ke tanah pada alat rainfall simulator. 3. Nozzle sprayer pada alat rainfall simulator yang digunakan sebaiknya lebih besar agar sebaran hujan yang dihasilkan lebih merata. commit to user