PENGARUH INTENSITAS MOTIVASI BERAGAMA TERHADAP SIKAP TOLERAN (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013)
SKRIPSI
Oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH 111 08 160 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
1
2
PENGARUH INTENSITAS MOTIVASI BERAGAMA TERHADAP SIKAP TOLERAN (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013)
SKRIPSI
Oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH 111 08 160 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
3
4
5
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan: 1. Bapak dan Ibu terkasih yang telah memberikan motivasi dan doanya dengan rasa keiklasan. 2. Bapak K.H. Mahfud Ridwan, Lc. beserta Ibu Nyai Nafisah beserta keluarga besar Ndalem selaku Guru spiritual dalam proses pencerahan hati. 3. Seseorang dari Alloh yang akan di pertemukan denganku dalam anugerah-Nya, semoga kita dapat bersama-sama menggapai cinta dan ridlo-Nya. 4. Teman-teman Pondok Pesantren Edi Mancoro yang seperti keluargaku sendiri. 5. Semua teman-temanku seperjuangan angkatan 2008 PAI.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur, kepasrahan, kepatuhan tetap di sisi Allah SWT yang selalu hadir dan memberikan rahmat, taufik dan hidayah didalam ruh kita, Amin. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kami nanti-nantikan syafaatnya di akhir zaman, amin. Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban penulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Jurusan Tarbiyah (PAI), maka penulis membuat karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul PENGARUH INTENSITAS MOTIVASI BERAGAMA TERHADAP SIKAP TOLERAN (Studi kasus pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013). Akhirnya dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan yang setinggitingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bapak Wakil Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan, petunjuk, serta sarannya sampai terwujudnya skripsi ini. 8
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 5. Bapak KH, Mahfud Ridwan Lc. Selaku Pengasuh Pondok pesantren Edi Mancoro yang senantiasa memberikan penyegaran rohani bagi penulis. 6. Seluruh teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu penulis baik yang berupa moral maupun materiil. Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali doa kepada Allah SWT, semoga amal solih Bapak, Ibu dan teman-teman dan semua pihak di terima Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang mulia di sisi-Nya. Amin. Penulis berkeyakinan, bahwa para pembaca yang budiman tentu akan mengadakan evaluasi-evaluasi dan kritikan seperlunya, di mana penulis sendiri berkeyakinan dan menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap tulisan ini dapat menjadikan sumbangsih yang sangat berguna, walaupun sangat sederhana, dan akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal hamba ini menjadi amal solih yang sangat berguna dan bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa, Amin. Salatiga, 06 maret 2014 Penulis
9
ABSTRAK
Hidayatullah, syarif. 2013. Pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran (studi kasus pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pembimbing Drs. Abdul Syukur, M.Si Kata kunci: Intensitas Motivasi Beragama dan Sikap Toleran Penelitian ini berjudul Pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran (studi kasus pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013). Pertanyaan utama yang ingin di jawab melalui penelitian adalah: (1) Bagaimana Pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran (studi kasus pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013). (2) Bagaimana pengaruh sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan metode penelitian lapangan, metode kuantitatif dengan analisis statistik menggunakan technic sampling! Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner untuk menjaring data X dan Y. hal itu di buktikan dengan hasil penghitungan statistik yaitu : 0,520>0,459. Dengan demikian maka ada pengaruh yang signifikan antara intensitas motivasi beragama dengan sikap toleran.
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i LEMBAR LOGO………………………………………………………………….ii HALAMAN PNGESAHAN PEMBIMBING……………………………………iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS…………………………...v HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….vi HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………vii KATA PENGANTAR…………………………………………………………..viii ABSTRAK………………………………………………………………………...x DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah……………………………………………………1 B. Rumusan masalah………………………………………………………….4 C. Tujuan penelitian…………………………………………………………..4 D. Hipotesis penelitian………………………………………………………..5 E. Kegunaan penelitian……………………………………………………….5 F. Definisi operasional……………………………………………………….6 G. Metode penelitian………………………………………………………….8 H. Sistematika penulisan skripsi.……………………………………………15 BAB II LANDASAN TEORI A. Intensitas motivasi beragama…………………………………………….16 B. Sikap toleran………………………………………………………….......30 C. Pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran………….45
11
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi penelitian……………………………………….56 1. Letak geografis……………………………………………………….57 2. Keadaan sosial ekonomi……………………………………………...58 3. Keadaan sosial keagamaan…………………………………………...58 B. Data keadaan responden………………………………………………….62 1. Data nama responden………………………………………………...64 C. Data tentang intensitas motivasi beragama pengaruhnya terhadap sikap toleran……………………………………………………………………65 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis pendahuluan…………………………………………………….70 1. Analisis data intensitas motivasi beragama…………………………..71 2. Analisis data sikap toleran…………………………………………...76 B. Analisis hipotesis………………………………………………………...83 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan………………………………………………………………84 2. Saran-saran……………………………………………………………….84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL TABEL
HALAMAN
3.I
Jenis pekerjaan penduduk
58
3.II
Keadaan agama
59
3.III
Sarana peribadatan
59
3.IV
Susunan pengurus dusun
60
3.V
Pengurus karang taruna
61
3.VI
Pengurus kelurahan
61-62
3.VII
Struktur kelurahan
62
3.VIII
Nama responden
64-65
3.IX
Data niali intensitas motivasi beragama
66-67
3.X
Data nilai sikap toleran
68
4.XI
Interval nilai jawaban angket intensitas motivasi beragama
72
4.XII
Kategori intensitas motivasi beragama
73-74
4.XIII
Komparasi intensitas motivasi beragama
75
4.XIV
Interval nilai jawaban angket sikap toleran
77
4.XV
Kategori sikap toleran
4.XVI
Komparasi sikap toleran
4.XVII
Tabel kerja pengruh intensitas motivasi beragama dan sikap toleran
78-79 80
13
81-82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam di yakini sebagai agama yang sempurna yang mengatur berbagai perkara yang mengandung kebaikan dan kemaslahatan bagi penganutnya. Diantaranya Islam mengajarkan ikhwal sunah-sunah fitrah yakni amalan-amalan atau prilaku-prilaku yang menjadi kebiasaan Nabi. Kebajikan
yang
memiliki
manfaat
bagi
orang
lain
(Shihab,
1996:281).SabdaRasulullah “sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi manusia”. Dalam Perkembangan zaman yang pesat menjadi pengaruh besar terhadap prilaku masyarakat Indonesia yaitu lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada ukhrowi, salah satunya perkembangan teknologi, misalnya handphone,televisi,internet dan sebagainya yang menimbulkan masyarakat terhipnotis dan akhirnya lupa akan kebutuhan akhirat, oleh karena itu kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara benar dan profesional tanpa meninggalkan hal yang berkaitan dengan agama yang menghubungkan kita dengan tuhan dan posisi kita sebagai
mahluk
ciptaannya
walaupun
dalam
proses
sangat
berat.(Darajadt,1996:133). Rangkaian ibadah,merupakan spiritual yang semestinya ketika diamalkan akan membuat pelakunya memperoleh kesalihan individu
14
sekaligus intensitas motivasi beragama. Artinyaketika rangkaian ibadah tersebut dilaksanakan dan dipahami secara kontekstual oleh setiap individu muslim, maka tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan tetapi akan memiliki dampak sosial yang positif bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Karena selain memperoleh pahala sebagaimana Allah janjikan, didalam rangkaian ibadah tersebut juga terkandung pesan moral luar biasa yang ketika diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari dapat membawa manusia pada derajat kemuliaan yang tinggi, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatullah fil ardhi). Islam mengajarkan dua hubungan ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lainnya saling menopang dan saling menguatkan. Hubungan dengan Allah (hablun minallah) wajib ditegakkan melalui ibadah-ibadah mahdhah seperti shalat dan puasa sehingga seseorang memperoleh tingkat kesalihan individual, sebaliknya hubungan dengan alam dan lingkungan sosial (hablun minannas) juga wajib dipelihara sehingga ia memperoleh tingkat intensitas motivasi beragama yang memadai. Allah mengingatkan dalamAlquran surat Al Imron: 112 bahwa:
15
Artinya:“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Al Imran : 112). Toleransi sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia adalah simbol kompromi beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling berkonfrontasi untuk kemudian bahu-membahu membela kepentingan bersama, menjaganya dan memperjuangkannya. Demikianlah yang bisa kita simpulkan dari celotehan para tokoh budaya, tokoh sosial politik dan tokoh agama diberbagai negeri, khususnya di Indonesia. Maka toleransi itu adalah kerukunan sesama warga negara dengan saling menenggang berbagai perbedaan yang ada diantara mereka.Sampai batas ini, toleransi masih bisa dibawa kepada pengertian syariah Islamiyah. Tetapi setelah itu berkembanglah pengertian toleransi bergeser semakin menjauh dari batasan-batasan Islam, sehingga cenderung mengarah kepada sinkretisme agama-agama berpijak dengan prinsip yang berbunyi “semua agama sama baiknya”. Prinsip ini menolak kemutlakan doktrin agama yang menyatakan bahwa kebenaran hanya ada didalam Islam. Maka dari itu bentuk dari toleransi adalah upaya meningkaatkan kerukunan antar sesama manusia berbeda agama, jadi ketika dikaitkan dengan intensitas motivasi beragama merupakan peranan penting untuk
16
membentuk suatu solidaritas sosial dalam hal kegiatan di dalam masyarakat. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanaintensitas motivasi beragama masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana sikap toleran masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui intensitas motivasi beragama pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur KecamatanGetasanKabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahuisikap toleran pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui pengaruh intensitas motivasi beragamaterhadap sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
D. Hipotesis penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah penelitan, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, di katakan sementara karena jawaban
17
baru di dasarkan pada teori yang relevan (Sugiyono,2009:96). Dari pengertian tersebut, maka saya (penulis) merumuskan hipotesis sebagai berikut: ada pengaruh yang signifikan antara intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran pada masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. E. Kegunaan penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi Masyarakat Hasil ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan agar masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat untuk senantiasa meningkatkan ibadah agar intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran yang baik. b. Bagi Mahasiswa Hasil masukan
penelitian bagi
meningkatkan
diharapkan
para
ibadah
dapat
mahasiswa agar
tercipta
memberikan
agar
senantiasa
tingkat
intensitas
motivasi beragama yang baik. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi pendidikan akhlak dan intensitas
18
motivasi
beragama
serta
memperkaya
hasanah
ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan Islam. F. Definisi Operasional 1. Motivasiberagama Motivasi merupakan penyebab psikologis yang merupakan sumber berupa tujuan dari tindakan dan perbuatan seorang manusia (Dister, 1988: 71). Motivasi beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam watak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan sang pencipta diriya dan pencipta alam semesta, dorongan untuk menyembahnya, serta dorongan untuk meminta pertolongan kepadaNya setiap kali ia ditimpa mala petaka. (http://Fuad Hasyim.wordpress.com/2008/11/21/motivasi-beragama) Beragama adalah sekumpulan jawaban yang didasarkan atas ilmu ketuhanan atau penafsiran atas kekuatan-kekuatan ghaib terhadap berbagai pertanyaan mendasar yang di timbulkan akal oleh akal pikiran manusia (Fauzi, 2007:5). Agama merupakan perasaan dan pengalaman bani insani secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan. (Darajat, 1970: 18).
19
2. Sikap Toleran Sikapmerupakan
organisasi
pendapat,
keyakinan
sesorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaaan tertentu, dan memeberikan dasar pada orang tersebut untuk berperilaku dalam acara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 1998: 109). Toleransiberarti
sifat
atau
sikapmenenggang
(menghargai,membiarkan,membolehkan).Sedangkan pengertiantoleransi adalah koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaanperbedaan dan karakteristik masing-masing(Malik,2005:12). Istilah toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu: „tolerance’ berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam bahasa arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling memudahkan. Jadi toleransi mengandung konsensi. Artinya konsensi yaitu pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri(Aqil, 2003:13).
20
Jadi sabar
dan
sikap
toleran
menghormati
adalah
sikap
keyakinan
menghargai
agama
atau
dengan
kepercayaan
kelompok lain. G. Metode penelitian Metode
penelitian adalah ajaran mengenai metode ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2009:3). Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metodologi yang akan penulis jabarkan seperti di bawah ini: 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan di mana peneliti hadir secara langsung di tempat penelitian.Jenis penelitian disini adalah penelitian kuantitatif dengan statistik diskriptif menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan(Sugiyono,2011:147). 2. Lokasi dan waktu penelitian Adapun lokasi penelitian ini bertempat berada di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Kabupaten Semarang. 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi obyek/subyek
adalah yang
keseluruhan mempunyai
yang
kualitas
terdiri dan
atas:
karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:11).
21
Berdasarkan pendapat di atas, populasi adalah seluruh masyarakat
di
Dusun
Nglelo
Desa
Batur
Kecamatan
GetasanKabupaten Semarang, dalam wilayah penelitian yang nantinya
akan
terjadi
obyek
penelitian.
Adapun
jumlah
seluruh masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Kabupaten Semarang adalah 150 orang. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh
populasi
tersebut
(Sugiyono,
2009:118).
Pengambilan sampel jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil
semua
sehingga
penelitiannya
merupakan
populasi, selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100 maka diambil salah satunya antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan petunjuk tersebut, dalam penelitian ini saya (penulis) mengambil sampel sebagai berikut: 150x20 : 100 =30 Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. 4. Metode pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah suatu yang sangat penting di dalam pelaksanaan suatu pendidikan. Teknik pengumpulan data adalah yang dipakai untuk mengungkapkan data yang diperlukan dalam penelitian agar mendapat data yang relevan dan sesuai kebutuhan.
22
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat maka akan mendapatkan data yang relevan dan akan menghasilkan penelitian yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan data yang paling akurat, maka dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: a. Metode angket Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2009:198). Teknik ini juga sering disebut interview tidak secara langsung, karena tidak mengharuskan peneliti berhadapan langsung dengan responden. Teknik angket ini penulis gunakan untuk mengetahui data awal tentang tingkat intensitas motivasi beragamaterhadap sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur KecamatanGetasan Kabupaten Semarang. b. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai halhal/variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1992:236). Metode ini digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh. (Rating scale) serta untuk memperoleh data mengenai gambaran umum dariintensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur KecamatanGetasan Kabupaten Semarang.
23
c. Metode observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematisdari tingkat data awal terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki, maka observasi itu tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain(Sugiyono, 2009:203). Untuk
memperoleh
data
mengenai
gambaran
umum
dariintensitas motivasi beragama terhadap sikap tolerandi Dusun Nglelo Desa Batur KecamatanGetasan Kabupaten Semarang. 5. Variabel penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan di tarik kesimpulannya. Variabel yang penulis tetapkan adalah sebagai berikut : a. Varibel bebas ( x ) Dalam penelitian ini dalam variabel bebas ( x ) adalah intensitas motivasi beragama, yaitu yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
sebab
variabel
terikat.
Adapun
indikator
variabelintensitas motivasi beragamasebagai berikut: 1) Mengembangkan pemahaman agama 2) Perilakunya mencerminkan keyakinannya 3) Merasakan kehadiran Tuhan 4) Meyakini bahwa semua yang terjadi atas kehendak Tuhan 5) Giat menjalankan ritual agama
24
dari
b. Variabel terikat (y) Sebagai variable terikat (y) adalah toleransi beragama, yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun indikator dari sikap toleran adalah sebagai berikut: 1) Menunjukkan sikap kesopanan yang tinggi dan tidak terlalu merendahkan diri ketika berada di suatu majelis dimana orangorang tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang dan beda agama. 2) Berhati-hati ketika memberi keputusan terhadap suatu masalah ketika menjadi pemimpin dalam suatu kegiatan di masyarakat. 3) Bersikap tetap hormat, toleran tidak menunjukkan sikap bermusuhan apabila ada orang yang yang tidak suka (memusuhi). 4) Mengajak orang untuk bersosialisasi dalam suatu pergaulan dimasyarakat yang beda agama . 5) Menasehati
dengan
menjelaskan
bahwa
manusia
selalu
membutuhkan orang lain sehingga selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan orang-orang disekitarnya. 6) Memberitahu orang lain bahwasanya setiap agama itu mempunyai peraturan-peraturan
yang
mempercayainya.
25
harus
ditaati
dan
wajib
kita
6. Analisis data Untuk menganalisis data yang telah di peroleh, penulis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanyatanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono, 2009:207). Pada analisis selanjutnya, penulis gunakan tehnik statistik untuk mencari ada tidaknya pengaruh tingkat intensitas motivasi beragama terhadap tingkat sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur
KecamatanGetasan
Kabupaten
Semarang.
Maka
penulis
melakukan analisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100% Keterangan: P : presentasi F : Frekuensi N: jumlah subjek Dan selajutnya untuk megetahui adanya pengaruh antara intensitas
motivasi
beragama
terhadap
sikap
toleran
pada
masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan KabupatenSemarang.Maka
menggunakan
dengan rumus product moment sebagai berikut:
26
analisa
statistik
∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : r xy : koefisien korelasi antara variable x dan y xy : produk dari x dan y x
:variabel skorI (intensitas motivasi beragama)
y : variabel skor II (sikap toleran) N : jumlah sampel H. Sistematika Penulis Skripsi Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini meliputi: Bab Ipendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan pelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan skripsi. Bab IIlandasan teori berisi tentang teori-teori yang membahas intensitas motivasi beragama, sikap toleran dan pengaruh intensitas motivasi beragama terhadap sikap toleran. Bab III laporan hasil penelitian berisi tentang pemaparan data intensitas motivasi beragama dan pemaparan data sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur KecamatanGetasan Kabupaten Semarang. Bab IVanalisis hasil penelitian berisi tentang analisis data dan interpretasi data hasil penelitian. Bab V penutup, berisi tentang kesimpulan, kritik dan saran.
27
BAB II LANDASAN TEORI
A. IntensitasMotivasiBeragama 1. Pengertian Motivasi merupakan penyebab psikologis yang merupakan sumber berupa tujuan dari tindakan dan perbuatan seorang manusia (Dister, 1998: 71). Motivasi adalah sebuah argumen yang di ucapakan dengan jelas oleh orang dalam suatu konteks tertentu, bisa jadi dikatakan sebagai argumen agama dalam konteks itu disediakan bagian penting dari motivasi seseorang untuk mempresentasikan bahwa ini untuk menyempurnakan tujuan agama (Audi, 2002: 108). Agama merupakan perasaan dan pengalaman bani insani secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai tuhan (Darajat, 1970: 18). KH. Mustofa Bisri (Sobari, 2007: 133) dalam memberikan pengertian tersebut berpijak pada beberapa ayat Alquran diantaranya surat at-Taghaabun ayat 16 dan 17 sebagai berikut:
28
Artinya:” Maka bertakwalah kamu kepada allah menurut kesanggupan dan dengarkanlah serta taatlah dan nafkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barang siapa yang di pelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (16) Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu dan alloh maha pembalas jasa lagi penyayanng (17). Kedekatan hubungan dengan tuhan tidak hanya di bangun di atas ritus-rituas ibadah yang rutin dan ketat (syariat atau ibadah mahdhoh). Tetapi juga bisa dicapai melalui kerja, berusaha, solidaritas sosial, pembelaan terhadap ketidakadilan ataupun pengentasan sesama manusia dari keterbelakangan. Dengan demikian, seluruh dimensi kehadiran agama senantiasa mengemban misi peningkatan derajat dan penyelematan manusia dalam dunia fisik, sampai kelak menghuni dunia metafisik. Intensitas motivasi keagamaan merupakan semua jenis kebajikan yang ditujukan kepada manusia. 2. Bentuk-bentuk intensitas motivasi beragama a. Pergaulan masyarakat 1) Apabila dalam suatu majlis hendaknya memberi salam terlebih dahulu, memilih tempat yang duduk yang terdekat, tidak
29
melangkahi orang lain, berjabat tangan dengan orang-orang disekitarnya. Jika kebetulan duduk bersama orang yang sedang berbicara hendaknya tidak mencampuri dan tidak berdebat dengan kata-kata tidak baik. 2) Memberi nasehat harus dipastikan bahwa orang tersebut memeng mengharap dan akan menerima nasihat kita, jangan sampai nasehat tersebut di anggap suatu penghinaan. 3) Tingkah laku terhadap sahabat hendaklah selalu senyum bersikap ramah menyongsong bila ia datang, mengantarkan dia pulang, mendengarkan penuh perhatian bila ia berbicara, memanggil depan nama yang ia senangi. b. Adab dalam beramal 1) Apabila dalam bersedekah di anjurkan agar di sediakan dahulu sebelun diminta. 2) Adab orang yang meminta hendaknya menyatakan dengan jujur, mengajukan permintaan dengan sopan, menerima apa adanya dan mengucapkan terima kasih. 3) Sikap orang yang kaya misalnya tidak angkuh, sombong, tinggi hati, namun terus menyatakan rasa syukur yang diwujudkan dengan perbuatan baik. 3. Hakekatintensitas motivasi beragama a. Penyucian diri sebagai pembinaan akhlak
30
Penyucian diri (tazkiyah al-nafs) dalam pembentukan akhlak dsini, di konsepsikan dalam membentuk keindahan akhlak manusia serta kesehatan jiwa (shihiyah al-nafs). Pandangan ini beranjak dari suatu asumsi bahwa jiwa yangsehat bersumber dari akhlak yang terpuji. Begitu juga sebaliknya, jiwa yang sakit bersumber dari akhlak yang tercela. Dengan demikian, dalam konteks ini tazkiyah al-nafs adalah latihan untuk mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan mengisinya dengan akhlak yang terpuji, serta usaha untuk memutuskan segala hubungan yang dapat merugikan kesucian jiwa. Dengan bebasnya jiwa dari akhlak yang tercela dan penuh dengan akhlak yang terpuji, manusia akan memperoleh kemuliaan dan kesehatan mental. Kualitas jiwa seseorang dapat dilihat dari penampilan akhlaknya. Orang yang jiwa dan akhlaknya dekat dengan Allah adalah orang yang paling mulia di sisiNya. Hal ini juga menandakan bahwa orang itu sehat jiwanya. Sebaliknya orang yang buruk akhlaknya adalah orang yang menyimpang dari hakikat kemanusiaannya. Untuk mencapai kebaikan akhlak manusia, menurut AL-Ghazali ada
empat
hal
pokok
yang
mendasarinya,
yaitu
hikmah
(kebijaksanaan), keberanian, penahanan hawa nafsun (iffah), dan keadilan atau keseimbangan, dalam ketiga hal pokok tersebut. Hikmah adalah keadaan jiwa yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah dalam setiap perubahan. Kemudian yang
31
dimaksud dengan keberanian adalah dipatuhinya akal oleh kekuatan nafsu dan amarah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan sedangkan yang dimaksud dengan iffah(penahan hawa nafsu) adalah terdidiknya kekuatan ambisi syahwat akal dan syariat. Selanjutnya, setelah ketiga hal itu terwujud, maka suatu hal lagi yang terpenting adalah keadilan atau keseimbangan, keadaan jiwa yang mampu mengatasi
gerak
kedua
kekuatan(nafsu
dan
amarah),
serta
mengendalikan agar sejalan dengan nilai-nilai hikmah sehingga akal,nafsu, dan amarah dijaga dalam kewajarannya dan dipenuhi haknya masing-masing di bawah kendali akal dan syariat manusia. Keempat sifat utama itu perlu dicari dan diusahakan perwujudannya melalui proses tazkiyah al-nafs, sebab bagaimanapun juga, pangkal kebajukan atau sifat utama itu merupakan substansi dari kesempurnaan jiwa. Dengan demikian, kegiatan tazkiyah al-nafs mutlak di butuhkan(Fauzi,2007:111-112). b. Pentingnya motivasi beragama Kesejahteraan
dimulai
dari
perjuangan
mewujudkan
dan
menumbuh suburkan aspek-aspek akidah dan etika pada diri pribadi. Karena dari diri pribadi yang seimbangakan lahir masyarakat seimbang. Masyarakat Islam pertama lahir nabi muhammad SAW. Melalui kepribadian beliau yang sangat mengagumkan. Pribadi ini melahirkan keluarga seimbang: Khatijah, Ali bin Abi Tholib, Fatimah Az-Zahra, dan lain-lain. Kemudian lahir di luar keluarga itu
32
Abu Bakar Ash Shidiq R.A dan sebagainya, yang juga membentuk keluarga, dan demikian seterusnya. Sehingga pada akhirnya terbentuk
masyarakat
yang
seimbangantara
keadilan
dan
kesejahteraan sosial(Fauzi,2007:125-126). Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan subsistem dari pembangunan nasional. Seperti diketahui bahwa pembangunan nasional
hakikatnya
pembangunan
manusia
seutuhnya
dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti dengan sedirinya pembangunan kesejateraan sosial adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Bila kita hendak mengadakan pembangunan kesejahteraan sosial, maka pertama-tama harus ditunjukkan kepada pembinaan dan kesanggupan
anggota
masyarakat
yang
terbelakang
untuk
mempersiapkan keadaan fisik dan mental mereka sehingga dapat memperdayakan peranan mereka secara positif dalam proses pembangunan. Pencerminan adanya kesejahteraan masyarakat yaitu adanya kesedian mereka dan kemampuan mereka untuk mengamati tata sosial yang ada dan untuk turut serta dalam usaha mengembangkan dan memajukan dan memelihara serta mempertahankan tata susila. Ini berarti tercipta hubungan yang serasi antara orang dan lingkungan hidupnya. 4. Status dan Peranan
33
Dengan adanya prestige dan derajat sosial maka terbentuknya pula apa yang dikenal sebagai status dan peranan (role) status adalah kedudukan seseorang yang dapat ditinjau terlepas dari individunya jadi status adalah kedudukan obyektif yang memberikan hak dan kewajiban kepada orang yang menempati kedudukan tadi. Peranan adalah dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari hak dan kewajiban ataupun bisa juga disebut status subyektif. Peranan dan status kait-mengkait yaitu karena status adalah kedudukan yang saling memberikan hak dan kewajiban sedangkan unsur ini tidak ada artinya kalau tidak dipergunakan. Maka di masyarakat terdapat suatu status karena status
hanya
mempunyai arti dalam masyarakat apabila ditinjau dari status yang lebih tinggi ataupun yang lebih rendah. Karena manusia adalah anggota dari banyak kelompok, maka mudah terjadi pertentangan peranan yaitu apabila seseorang dengan status tertentu dikelompok satu, mengambil peranan lebih tinggi terhadap orang yang sama dalam kelompok yang lain. Sebagai contoh dua orang sebagai hubungan atasan dan bawahan dikantor mempunyai peranan sebagai atasan dan bawahan. Kalau keduanya adalah anggota dari kelompok lain dan kebetulan orang dengan status kantor yang lebih rendah menjadi ketua dari kelompok sport, maka dalam kelompok ini, atasan tidak boleh bertindak sebagai atasan tetapi sebagai anggota biasa, begitu juga sebaliknya. Dalam masyarakat modern konflik peranan adalah keadaan yang banyak sekali
34
terjadi, yaitu karena orang mengalami kesukaran dalam penyusuaian diri setiap saat dengan status dimana ia berada. Status akan tercapai karena adanya kesamaan dalam tingkah laku dan dalam tindakan pada orang-orang yang mempunyai wewenang tertentu. Hal ini mudah sekali terjadi, karena biasanya orang yang merasa mempunyai pengaruh tertentu, akan bertindak sesuai dengan harapannya, peranan yang diharapakan darinya serta akan menyesuaikan tindakannya yang nyata dengan faktor-faktor ini. Walaupun demikian, maka didalam hidup sehari-hari diketemukan pula suatu keadaan, bahwa peranan seseorang tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat dari seseorang. Hal ini diteliti oleh Davis, 1948(Susanto, 1977:95) dan menghasilkan bahwa perbedaan antara peranan daan harapan akan peranan yang tepat dalam menduduki suatu status terjadi karena: a. Harapan masyarakat kurang perhatian tindakan sebenarnya ataupun sebaliknya. b. Apabila harapan masyarakat akan tindakan diketahui, akan tetapi waktu dan situasi tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan c. Apabila pemenuhan harapan masyarakat ada diluar kemampuan individu.
35
Dengan demikian maka mereka mengatakan, bahwa “harapan akan pelaksanaan peranan tertentu oleh orang lain yang ditentukan oleh faktor sebagai berikut: a. Status dari orang-orang dengan siapa individu mengadakan interaksi b. Sifat dari hubungan individu dengan orang lain c. Individu menduduki lebih dari satu status. Maka jelaslah bahwa peranan seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapinya, artinya sesuai peranan seseorang sebagai atasan terhadap bawahan adalah lain dengan peranan terhadap teman sejawat. Dengan demikian pula, maka faktor yang menentukan bagaimana peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh : a. Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yaitu sesuai dengan norma keseragaman yang berlaku dalam kelompok masyarakat dalam situasi yang sama. b. Apabila norma jelas, maka barulah dapat dikatakan adanya kemungkinana besar untuk menjelaskannya. c. Apabila individu dihadapi dengan situasi dimana lebih dari satu norma yang dikenalnya berlaku, maka ia akan berusaha untuk mengadakan kompromi dan modifikasi diantara norma-norma ini. Dengan
demikian
maka
penataan
kepada
norma-norma
yang berlaku dan diharapkan akan dilaksanakan orang dalam
36
kedudukan social tertentu akan menambah penilaian orang yang bersangkutan terhadap
sebaliknya
harapan
akan
pelanggaran sifat
sesuai
ataupun status
yang
kekecewaan diberikan
masyarakat kepada seseorang, akan dapat menjatuhkannya dari singgasana sosialnya. Status sebagai pemberi hak dan kewajiban diperoleh dari pola sosial masyarakat dan merupakan bagian intregal daripadanya. Keadaan ini diketemukan, apabila kita meninjau status dan peranan dari segi masyarakatnya. Sebaliknya, apabila yang ditinjau adalah status dan peranan dari segi individualnya, maka ternyata bahwa individu justru karena banyaknya statusnya yang dimiliki dan peranan yang harus dimainkannya dalam alam modern mempunyai kemampuan untuk mengadakan kombinasi ini akan memberikan pegangan kepada individu bagaimana mengambil tindakan dan siakpnya yaitu karena dalam setiap kegiatan dalam setiap kelompok, maka tindakan merupakan peneliaian terbuka dari individu terhadap atasan dan bawahannya. Karena manusia mempunyai keinginan untuk menghindari pertentangan peranan dengan sendirinya akan berusaha untuk memperoleh kombinasi sebagai tingkah laku rata-rata dari status satu dengan yang lain (Susanto,1977:97). Seseorang dapat dikatakan berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu harapanharapan baru. Dari harapan seseorang kemudian akan bersikap dan
37
bertindak atau berusaha untuk mencapainya dengan cara dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu peranan dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut ,maka peranan dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status. Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial adalah terletak pada hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat yang menyangkut dinamika dari car-cara bertindak dengan berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaan suatu peranan. Menurut Levinson(2002,94) bahwa dalam peranan mencakup tiga hal, yaitu: pertama; peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua; peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyrakat sebagai organisasi. Ketiga; peranan juga dapat dikatakan sebagai perilakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peranan sesorang lebih banyak menunjukkan suatu proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan sosialnya. Sarjono(Syani,2002:95) mengutip pendapat Marion J Levy bahwa ada
38
beberapa pertimbangan sehubungan dengan fungsi Yaitu sebagai berikut: a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanankan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya. b. Peranan seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat di anggap mampu untuk melaksanakannya mereka harus telah terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya. c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannnya sebagaimana diharapkan
oleh
masyarakat,
oleh
karena
mungkin
pelaksanaannya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan-kepentingan pribadinya. d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut (Syani, 2002:94-95). 5. Ciri-ciri orang yang motivasi agamanya tinggi Dalam hal ini penulis mencoba mengelaborasi dari tulisan Glok dan Stark (Abdullah, 2004:111-112) tentang berbagai dimensi keberagamaan. Berdasarkan bacaan itu secara operasional orang yang motivasi agamanya tinggi dapat diukur dari sikapnya mengenai : a. Giat menjalankan ritual agama
39
Indikator menjadi sangat penting, bukan hanya dalam konteks agama Islam saja akan tetapi dengan ajaran secara universal. Kepercayaan kepada Tuhan dapat diaktualisasikan dengan menjalankan ritual keagamaan sebagaimana yang diajarkan dalam kitab suci masing-masing. Dalam Islam ritual tersebut misalnya menjalankan sholat lima waktu, puasa, haji, dan lain sebagainya. b. Mengembangkan pemahaman agama Orang yang memiliki motivasi tinggi dia akan selalu mencari pemahaman yang baru masalah agama. Hal ini menurut Glok dan Stark disebut dengan dimensi intelektual. Adapun yang dimaksud dimensi intelektual yaitu suatu dimensi yang mengacu pada pengetahuan agama, apa yang tengah atau harus diketahui orang tentang ajaran agama. c. Perilaku yang mencerminkan keyakinannya Ciri yang ketiga dari orang yang memiliki motivasi tinggi adalah seluruh perilakunya mencerminkan dari agama yang diyakini. Terkait hal itu Golck dan Stark menyebut sebagai dimensi konsekuensial maksudnya adalah suatu dimensi yang meliputi segala implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agamaseperti hubungan interpersonal, kepedulian terhadap orang lain, dsb. Dan Allport menyebutnya dengan fungtional
40
autonomi yang intinya agama memiliki kekuatan tersendiri yang dapat memberikan corak bagi seluruh aspek kehidupan. d. Merasakan kehadiran tuhan Adapun ciri yang keempat dapat disaksikan bahwa ciri dari orang yang motivasi agamanya tinggi, dia akan selalu merasakan kehadiran tuhan ataupun dia akan merasa dekat dengan Tuhan disetiap waktunya. Jika dilihat dari prespektif Golck dan Stark ciri yang keempat ini merupakan dimensi exsperensial dalam keberagamaan. Adapun yang dimaksud dengan dimensi exsperensial yaitu bagian keagamaan yang bersifat efek yakni, keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan agama. Inilah perasaan keagamaan (religion feeling) yang dapat bergerak dalam empat tingkat konfirmatif (merasakan kehadiran Tuhan), respontif (merasa bahwa Tuhan menjawab
kehendak
dan
keluhannya),
eskatik(merasakan
hubungan yang akrab dan penuh cinta dengan Tuhan), dan partisipatif (merasakan menjadi kawan setia kekasih atau wali tuhan). e. Memiliki dinamika yang seimbang antara ikhtiar dan tawakal Yang dimaksud dengan ciri yang terahir disini yaitu menyakini bahwa semua yang terjadi atas kehendak Tuhan, akan tetapi juga diimbangi dengan ikhtiar dan tawakal. Dalam hal ini Glock dan Stark menyebutnya dengan istilah dimensi idiologi
41
yang berkenaan dengan seperangkat kepercayaan (beliefs) dapat berupa makna yang menjelaskan Tuhan. Sedangkan menurut prespektif Alport (Abdullah, 2004:114) menyebutnya dengan dynamic on character (menunjukkan kegairahan hidup). Maka ciri dari orang yang memiliki motivasi agama tinggi, agama mempunyai karakter motivasional atau autentik dan merupakan sandaran penting dalam hidupnya. B. Sikap Toleran 1. Pengertian Toleransi berarti sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), (Kamus Besar B.Indonesia Edisi. 2 Cetakan 4 Th.1995). Sedangkan pengertian lain toleransi adalah koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masingmasing (Malik,2005:12). Istilah toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu : „tolerance’ berarti sikap membiarkan‟ mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam bahasa arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling memudahkan. Jadi toleransi mengandung konsensi. Artinya konsensi yaitu pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan
42
prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri(Aqil, 2003:13 ). Eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat terlepas sama sekali dari yang namanya „kepercayaan‟ lebih-lebih dalam hal beragama. Bahkan agama merupakan suatu bentuk corak kepercayaan (dalam arti sesuatu di akui dan dterima sebagia kebenaran)yang tertinggi. Kepercayaan atau keimanan merupakan proses kejiwaan, dengan kepercayaan itu menangguhkan dan mengesampingkan segala sesuatu yang bersifat nonrasional terhadaap pernyataan dasar mengenai kehidupan. Oleh karena itu, kepercayaan merupakan gejala yang mengambil tempat di dalam alam fikiran setiap orang. Bahkan kalau kepercayaan di ungkapkan secara kelompok, intinya masih tetap bersifat perorangan. Untuk memahami ihwal ini, kita harus berurusan dengan fikiran seseorang sebagai individu. Barangkali interpretasi yang paling tepat tentang agama sebagai perasaan adalah apa yang di ungkapakan oleh Schleiermacher, seorang teolog jerman (Karim, 2004:111) baginya agama murni adalah perasaan murni yaitu rasa bersandar secara mutlak kepada tuhan. Unsur emosi dalam beragama sangat menonjol. Emosi dapat menjadi bahaya dan mnyesatkan orang, kecuali jika disertai dipimpin oleh akal logis dan rasional. Dalam bahasa arab ‘tasamuh’ berarti saling mengizinkan, saling memudahkan. Jadi toleransi mengandung konsensi. Artinya konsensi yaitu pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan
43
dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak. Jelas bahwasanya toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri (Aqil, 2003:13). Agama tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang terpisahkan dalam kehidupan manusia, ketika ia dijadikan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia, karena ia memuat berbagai ajaran dan tujuan dalam segala hal untuk kebahagian manusia. Sebaliknya, agama harus dirasakan dan difikirkan, ia harus dihayati, dan dijelmakan dalam tindakan keagamaan inididefinisikan sebagai pencarian akan realitas asli (Fauzi, 2007:5-6). Pada umumnya toleransi beragama di artikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. 2. Segi-Segi Sikap Toleran a. Mengakui hak setiap orang Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap, tingkah laku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang
44
lain, karena kalau demikian, kehidupan didalam masyarakat akan kacau.
b. Menghormati keyakinan orang lain Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ad orang atau golongan yang keras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli kebenaran, dan landasan ini di sertai catatan, bahwa soal keyakinan adalah urusan pribadi masingmasing orang. Orang yang memaksakan keyakinannya, apalagi dengan kekerasan atau teror atau dengan siasat bujuk rayu, baik yang halus atau kasar, akhirnya akan mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik saja. Hal inilah yang menimbulkan sikap manis di luar kecut didalam
atau
bahkan
menimbulkan
bertumpuknya
dendam
kedengkian. Anggukan kepala akhirnya hanya sekedar formalitas dan hanya sekedar memenuhi tentutan sopan santun luar saja. Bila seseorang tidak menghormati keyakinan orang lain, artinya soal perbedaan agama, perbedaan keyakinan dan perbedaan keyakinan dan perbedaan pandangan hidup akan menjadi bahan ejekan atau bahan cemohoan di antara satu orang dengan lainnya. c. Saling mengerti
45
Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Namun bila konkurensi adalah naluri dan watak manusia, hal ini tidak akan bisa melanggar prinsip diatas,asal dilakukan dengan cara yang baik, sehat, sepanjang tidak menjelekkan orang atau golongan lain. Misalnya: para pedagang yang saling banting membanting harga karna persaingan yang tidak sehat, saling mencela dan menjelekkan barang dagangan orang lain, hal ini melanggar prinsip Boleh
mempropagandakan
barang
dagangannya,
toleransi.
asal
hanya
menyanjung miliknya sendiri saja, sesuai dengan kenyataan. Mencegah persaingan tidaklah mungkin, tetapi persaingan yang sehat, hal ini bahkan menjadi sebab kemajuan, artinya berlomba-lomba dalam kebaikan. d. Kesadaran dan kejujuran Di dalam sebuah bus umum, ada seseorang anak yang menangis. Orang yang tidak sadar dan tidak mempunyai rasa toleransi, pastilah ia menggurutu, mengumpat dan bersungut-sungut. Tetapi bagi mereka yang mempunyai sikap jiwa yang toleran, pastilah mereka menekan perasaannya, dan di dalam batin mereka berkata, bahwa dia juga pernah mengalami hal demikian itu, alangkah repotnya atau ia merasa
46
kasihan kepada si Ibu dari si Anak tersebut, ia ikut merasakan betapa sedih dan reportnya si ibu itu. Dengan demikian toleransi menyangkut sikap jiwa dan kesadaran batin seseorang. Kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap laku.Bila telah sampai kepada tingkat yang demikian, maka masyarakat akan tertib dan tenang, hal ini bila toleransi di anggap sebagai salah satu dasarnya. Artinya salah satu sebab yang menjadikan ketertiban hidup bermasyarakat telah di jalankan oleh anggota masyarakat itu. e. Jiwa falsafah pancasila Dari semua segi-segi yang telah di sebutkan di atas itu, falsafah pancasila telah menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup bermasyarakat. Bila falsafah pancasila ini di sebutkan yang terakhir, itu bukannya sebagai urutan yang terakhir dari segi-segi toleransi, tetapi falsafah toleransi merupakan sesuatu landasan yang telah diterima oleh segenap manusia Indonesia, merupakan tata hidup yang pada hakikatnya adalah merupakan konsensus dan diterima praktis oleh bangsa indonesia atau lebih dari itu merupakan dasar negara kita(Hasyim,1991:23-25). f. Tolong-menolong dan bekerja sama Tolong-menolong tersebut berlaku dalam semua ranah kehidupan, kecuali bidang agama. artinya, kaum muslimin diperkenankan bahumembahu
dengan
nonmuslimuntuk
47
mewujudkan
pendidikan,ekonomi,budaya politik dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
kaum
muslimin
dipersilahkan
bergotong-royong
dengan
nonmuslim misalnya membangun jalan,memperbaiki saluran air, kerja bakti dan lain-lain. seluruh kegiatan kemasyarakatan bisa digarap secara bersama-sama sebab, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dibutuhkan persatuan dan kesatuan Allah berfirman: Artinya : Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(Q.S. Assyura‟: 13) Husain haikal menceritakan bahwa ketika Rosululloh SAW hijrah kemadinah(Malik, 2005: 183), ternyata penduduk kota itu sangat plural. Selain para sahabat Ansor yang telah memeluk Islam, disana juga ada sejumlah pemeluk agama lain, seperti Nahudi dan Nasrani. Tetapi di antara non muslim ini yang paling banyak adalah yahudi. Karena kecerdasan dan keluhuran budinya, beliau di jadikankan sebagai pemimin dikota itu. Sebagai pemimpin, kebijakan yang beliau terapkan sangat toleran kepada pemeluk agama lain. beliau tidak
48
pernah memaksa penduduk madinah untuk masuk agama Islam. Meskipun sebenarnya jika beliau menerapkan kebijakn itu. Tetapi dalam faktanya, tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan dalam memeluk agama yang diyakininya. Bahkan beliau mengikat perjanjian dengan para pemeluk agama lain di madinah untuk menciptakan iklim keberagaman yang kondusif dan harmonis. Perjanjian itu di populerkan dengan perjanjian piagam madinah. Di antara poin utama perjanjian itu adalah mempertahankan sikap saling menghormati dan tidak saling mengganggu antara pemeluk agama. g. Senantiasa berbuat adil Keadilan adalah hal yang mutlak, tanpa memandang agama dan ras tertentu. Apabila, ada orang muslim dan non muslim bersengketa misalnya, dan hakimnya adalah muslim, maka sang hakim harus tetap berlaku adil. Apabila memang orang muslim yang salah,ia harus dihukum jangan sampai ada perbedaan agama dapat menggoyahkan keadilan yang semestinya di tegakkan. 3. Pemikiran yang salah tentang sikap toleran: a. Semua agama dianggap sama Semua agama adlah sama, sama benar, sama universal. Maka sama saja anda memeluk agama A atau agama B, walaupun antara kedua agama terdapat hal-hal yang kontradiktif. Pandangan ini sangat berbahaya, sebab akibatnya akan mencampuradukkan antara agama-
49
agama, dan membuat orang hipokrit terhadap agamanya sendiri, dan identitas agamanya hilang. b. Agama campuran Bagaimana andaikata dari bermacam-macam agama itu kemudian dijadikan semacam sintesis saja, yang mana didalamnya tercermin semua dasar-dasar dari semua agama sehingga dengan demikian nantinya dalam agama yang baru itu semua pemeluknya akan menjadi rukun. Biasa dikatakan suatu aliran teosofi, walaupun nama ini pada mulanya digunakan untuk sebutan yang menyatakan bebagai agama yang lebih menitik beratkan pengatuhan tentang tuhan yang merupakan ajaran campuran dari bermacam-macam agama. c. Humanisme universal Yang dimaksudkan humanisme universal adalah dalam ajaran filsafat, tetapi suatu ajaran dimana dasarnya adalah pemikiran untuk meninjau semua agama, diambil yang baik, yang sesuai dengan perkembangan dunia modern sekarang ini. Atau ajaran-ajaran yang di anggap baik oleh semua agama tersebut dan kemudian dijadikan suatu ikatan baru. Namun masing-masing pemeluk dari agamanya masih tetap dalam ikatan agamanya semula. Demikianlah antara lain beberapa pemikiran yang dikira dapat memecahkan masalah yang dihadapi, yakni akibat negatif dari hidup berdampingan antar agama yang dikira dapat menuju kepada kerukunan antara pemeluk agama. Mereka lupa bahwa konsep-konsep
50
diatas bahwa bila dipraktekkan akhirnya berakibat negatif. Begitu sebaliknya ada pemikiran yang mengatakan bahwa sebaliknya masing-masing
pemeluk
agama
memegang
teguh
keyakinan
agamanya sehingga timbullah kesadran untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, mereka saling menghormati identitas masing-masing, karena mereka insaf bahwa masing-masing berjalan pada relnya dankarena di samping adanya perbedaaan juga ada persamaan dalam istilah lain setuju dalam perbedaan.(Hasyim,1991:261-265). 4. Hak- hak kaum minoritas dalam masyarakat Hak- hak minoritas dalam masyarakat Islam, yaitu mereka yang dalam hokum fiqih dikenal dalam “Ahl al-dhimmah” oleh ulama fiqih yang mengartikan (tanggungan) ini ddianggap sebagai bagian dari “Ahl Dar al-Islam” (penduduk Negara Islam). Dengan demikian mereka ini mendapatkan apa yang di zaman sekarang ini disebut dengan status “kewarganegaraan” Sejatinya, ketentuan pola hubungan dengan pemeluk agama lain yang sepakat hidup berdampingan dengan damai, secara umum telah digariskan dalam Al-Quran atas dasar kebebasan bergaul, kebaikan, keadilan, toleransi, menghormati keyakinan dan segala sesuatu yang disakralkan, kebebasan beragama dan tidaknya pemaksaan dalam beragama, serta tiadanya perdebatan dalam masalah agama kecuali dengan cara yang baik.
51
Ketentuan ini berlaku pada para pemeluk agama apapun. Hanya saja para pemeluk agama kitab (Ahl al-kitab), mendapa keistimewaan tersendiri dalam islam, yaitu dihalalkan sembelihan dan makanan mereka serta diperbolehkan menikahi wanita mereka. Dalam mengomentari hal ini, Al-Qordowi menyatakan bahwa sesungguhnya hal ini mencerminkan sikap toleransi yang luar biasa dari fihak Islam, hal mana telah memperbolehkan seorang muslim untuk menjadikan seorang wanita non muslimah (kitabiyyah) sebagai isterinya dan ibu anak-anaknya sert pengasuh dan pengatur rumah tangganya, begitu juga sebagai konsekuensinya, menjadilkan paman anak-anaknya terdiri dari orangorang non muslim. 5. Hak-hak Ahl al-Dhimmah Dalam hal ini Ahl al-Dhimmahjuga menikmati kebasan yang sama dengan penduduk muslim. Kebasan ini hanya dibatasi dengan kebasan orang atau kelompok yang lain, yakni kebasan Ahl alDhimmah hanya berhenti dimana kebebasan penduduk muslim bermula begitu sebaliknya. Kebesan ini, sebagaimana dijelaskan para ulama berdasarkan teks-teks Al-Qur‟an dan Sunnah, mencakup hal-hal berikaut: Pertama,
yaitu
terpenting,
kebebasan
berkeyakinan
dan
beragama serta mengexpresikan jatidiri keagamaan atau menjalankan agama serta keyakinan secara riel dan sosial. Hal ini karena Islam
52
melihat bahwa keyakinan atau Aqidah tidak bisa dipaksakan dan hanya bisa dilandaskan pada keyakinan itu sendiri serta keyakinan. Kedua, kebebasan merayakan hari besar keagamaan. Kaum Nasrani, misalnya, diberi kebabasan untuk menyembunyikan loncenglonceng gereja mereka, kecuali pada waktu-waktu shalat. Mereka juga di izinkan mengusung salib dalam prosesi festival agama mereka, seperti yang dilakukan Khalid ibn al-Walid r.a. terhadap penduduk AlHijrah, Anat Qarqisa dan lainnya. Ketiga,
kebebasan
membangun
tempat-tempatibadah
dan
memperbaiki yang lama seperti gereja,vihara,dll. Sesuai dengan kebutuhan dan selama tidak berada dikawasan kota atau desa yang berpenduduk Islam. Bahkan sebagian ulama fiqh ada yang membolehkan pembangunan dan perbaikan tersebut hanya dikantongkantong Islam dengan syarat mendapatkan ijin dari pemirintah. Sejarah islam banyak memberikan bukti-bukti kongrit betapa besarnya perhatian pemerintah-pemerintah Islam membangun para dhimmi dalam membangun tempat-tempat ibadah mereka. Hanya saja, mereka itu dalam menjalankan hak-hak tersebut harus menjunjung tinggi nilai-nilai kepantasan yang menyangkut kemaslahatan bersama, seperti tidak mengganngu ketertiban umum dan menghormati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama mayoritas. Mereka tidak dibenarkan melakukan secara terang-terangan hal-hal yang menurut agama mereka dibolehkan tapi terlarang bagi masyarakat muslim, karena
53
hal ini bisa mengusik ketentraman masyarakat secara umum, seperti misalnya menjual minuman khomr dan meminumnya ditempat umum atau makan dan minum ditempat umum pada siang hari bulan Ramadhan. Tak pelak lagi, pembatasan–pembatasan seperti ini sering memancing tuduhan dan kritikan yang cerdas dan sangat menggelikan. Di antaranya yang terpenting adalah bahwa Islam tidak menghargai kebebasan beragama, dan bahwa Dhimmi adalah warga Negara kelas dua. Tuduhan dan kritikan semacam ini jika dicermati dengan seksama tidaklah obyektif atau unfire, khususnya bila standar yang dugunakan adalah nilai-nilai demokrasi liberal barat. Sebab standar utama dalam demokrasi liberal barat adalah murni manusia dan kepentingannya. Sudah umum diketahui secara empiris, bahwa standar semacam inilah sangatlah labil. Maka dalam keadaan absennya suatu standar atau tolok ukur yang konsisten, jelas dan balance, maka nilai-nilai yang mulia akan dengan mudah berubah menjadi kenistaan, kebebasan menjadi otoriter, keadilan menjadi kedzaliman, dan toleran menjadi intoleran. Barangkali dengan membuat sedikit perbandingan antara konsep “kebebasan beragama” dalam system islam dan dalam system demokrasi liberal
barat(meskipun
hal
ini
menurut
bahasa
Ahmad
Yusuf(Malik,2005:259), “ibaratnya hampir seperti membandingkan buah apel dengan jeruk”)akan dapat dicapai suatu assessment yang mendekati kebenaran obyektif dan fair terhadap posisi masing-masing. Perlu dicatat bahwa terdapat starting point yang disepakati bersama antara keduanya,
54
bahwasanya setiap Negara wajib melindungi dan mempertahankan ideologinya. Berangkat dari sini, suatu Negara akan member kebebasan beragama kepada penduduknya sampai pada batas dimana tidak akan membahayakan atau mengancam ideologinya, misalkan, Negara sekuler dan liberal tentu berkepentingan memelihara dan melindungi ideologi sekulernya dengan cara meredusir peran agama sedemikian rupa sehingga hanya boleh beroprasi diwilayah kehidupan manusia yang paling pribadi. Oleh karenanya, bagi siapa saja khususnya golongan minoritas yang berpandangan beda dengan konsep agama sekuler ini tidak mau menyelaraskan hidup mereka dengannya. Atau bahkan menentangnya, tentu akan mengalami atau merasakan tekanan-tekanan dari sisi hak kebebasan beragama mereka. Demikian juga bagi Negara Islam yang mana memelihara agama(Islam), sebagaimana ditegaskan al-Mawardi(Malik,2005:259), merupakan salah satu tujuan didirikannya kekhalifahan, yang mana tiada satu sisi kehidupanpun yang dibiarkan tanpa aturan syariat, jelas sangat berbeda dengan Negara sekuler liberal. Oleh karena Islam mengakui perbedaan dan keragaman agama-agama tanpa reduksi sedikitpun, sebagaimana yang telah dibuktikan dimuka, maka kebebasan dibawah system Islam lebih terjamin karena mewujudkannya merupakan kewajiban agama keharusan syariat dan ranahnya atau cakupannya pun lebih luas karena mencakup semua aspek kehidupan individual dan kolektif manusia baik bagi Ahl al-Dhimmah maupun orang Islam.
55
Dengan demikian, kritikan dan tuduhan bahwa warga Dhimmi merupakan warga Negara kelas dua tidaklah relevan dengan masalah kebebasan beragama, tapi lebih mengarah pada issue kesetaraan kesempatan untuk mencapai kekuasaan, atau apa yang disebut dengan “hak-hak sipil atau kebebasan politis” dan memegang pos-pos penting pemerintahan yang merupakan tempat pengambilan keputusan umum Negara. Namun jika demikian masalahnya, maka dapat dijelaskan bahwa: Pertama, sebagaimana telah disinggung, Negara berkewajiban memelihara ideologinya. Oleh karena ideologinya Negara Islam adalah Islam, maka sangat tidak masuk akal jika kewajiban ini dipercayakan kepada orang yang tidak beragama Islam dan tidak mengimani agama ini. Begitu juga administrasi dan birokrasinya, sangat tidak masuk akal jika dipercayakan kepada orang atau kelompok yang berlawanan aqidah dan ideologinya dengan Islam. Dalam hal ini Negara manapun didunia, dahulu maupun sekarang,policynya adalah sama dengan demikian. Kedua,pemerintahan atau kekhalifahan mencakup kepemimpinan agama dan dunia yang menggantikan kepemimpinan Nabi SAW. Sebagaimana
yang
dinyatakan
para
ulama.
Maka
dalam
hal
kepemimpinan ini tidak boleh menggantikan Nabi SAW. Kecuali seorang muslim. Memimpin tentara buakanlah tugas sipil murni, melainkan termasuk salah satu cabang ibadah Islam sebab jihad merupakan puncak ibadah. Peradilan adalah menghukumi dengan hukum yang tidak mereka
56
imani. Oleh karena itu, pos-pos penting seperti ini yang menurut bahasa Al-Qordowi (Malik,2005:259)“kental dengan warna agama” dan yang mana ketertiban umum Negara sangatlah tergantung kepadanya, tidak mungkin sama sekali dipegang selain orang muslim. Adapun jabatajabatan selainnya boleh dipercayakan kepada non muslim yang memenag berkompeten bahwa fuqoha‟ sekaliber Al-Mawardi menjelaskan bahwa Dhimmi dibolehkan memegang jabatan eksekutif(tanfidh) dan pada masa kekhalifah-an Abbasiyyah beberapa orang nasrani memegang jabatan setingkat menteri seperti Nasr ibn Harun (369.H) dan Isa ibn Nasturus(380H). C. Pengaruhnyaintensitas motivasi beragamaterhadap sikap toleran. Beberapa aktifitas keagamaan, dapat merefleksi dalam berbagai kearifan hidup dan mendorong lahirnya kesalehan sosial. Tetapi, sayangnya bersamaan dengan merebaknya kesadaran keagamaan tersebut, berbagai praktek kemungkaran dan kedzaliman justru semakin merajalela. Ketidakadilansosial, ketimpangan ekonomi, kejahatan politik, kesenjangan kaum kaya dan kaum miskin, penindasan dan eksploitasi atas kaum lemah, muncul
menjadi
pemandangan
keseharian
di
sekitar
kita.
Kue
pembangunan bangsa hanya dinikmati oleh segelintir orang, terutama orang yang punya kekuasaan politik dan punya kekuasaan ekonomi (modal capital), sementara masyarakat lemah semakin termiskinkan dan termarjinalkan. Lihat saja, orang beragama islam yang punya kuasa politik dan kuasa capital, masih bersenandung dan berpesta makanan lezat, dan
57
sementara masyarakat miskin di sekelilingnya menderita kelaparan, dan sementara mereka yang tergusur rumahnya merasa kedinginan di malam hari dan kepanasan di siang hari. Dalam sejarah bangsa-bangsa memperlihatkan pentingnya agama dalam hidup dalam kehidupan manusia. Tidak seperti mahluk yang lain manusia mesti punya agama sebagai aturan hidupnya. Manusia tidak sama dengan kehidupan binatang. Kucing misalnya, binatang ini ini kalau lapar akan menerkam tikus, tak peduli apakah mangsanya berupa seekor tikus yang sakit, tikus kurus dll. Bila sedang berahi kucing akan menerima kedatangan lawan-lawan jenisnya, tak peduli yang pengkor yang kolot atau yang perkasa. Pokonya kucing tidak ada aturan baik yang buruk yang mengatur kehidupannya. Sedangkan manusia bukan kucing, manusia dibedakan dengan mahluk yang lain. Manusia dalam kehidupan tidak bisa tanpa ada aturan, hidup manusia bagaikan lalu lintas yang memerlukan aturan dan ramburambu dan tidak terjadi tabrakan. Manusia membutuhkan aturan sebagai petunjuk. Dijelaskan oleh Qurais Shihab(Fauzi,2007:20), bahwa dalam hidup manusia mudah terombang-ambing oleh benturan dan arus zaman yang cenderung melanggar aturan tuhan. Perbenturan dan arus zaman itu adalah sebuah metafora dari daya tarik harta, wanita dan tahta dan dalam bahasa agama disebut dengan “tipu daya dunia” yasng membuat orang pada tujuan hidupnya. Tipu daya dunialah yang menyebabkan mabuk harta
58
dan kedudukan, rakus, individualistis, tanpa memperhatikan aturan moral dan etika yang dijunjung tinggi manusia yang beradab. Ketika korupsi dan keserakahan bukan lagi yang di anggap sebagai kesalahan, melainkan dipahami sebagai kiat atau seni meraih sukses. Penderitaan dan keluh kesah orang-orang yang diakibatkanoleh persaingan ekonomi dipandang sebagai resiko persaingan bebas. Inilah faham orangorang yang tertipu oleh gemerlapnya dunia atau yang terseret oleh daya arus zaman. Padahal dalam aturan hidup ada tas dan bawah ada kanan dan kiri. Jika bumi adalah lambang dunia fana maka langit adalah lambang akhirat. Suatu kurun waktu setelah keabadian manusia dibangkitkan dari alam barzah. Disitu janji-janji Allah akan terpenuhi. Janji-janji itu berkaitan dengan aktifitas kehidupan manusia ketika berada didunia. Setiap manusia akan di mintai pertanggung jawaban atas perbuatannya dalam firman allah (QS AL- Baqarah: 281): Artinya :“dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). Dari ayat di atas, bisa dipahami bahwa orang yang masuk neraka sebenarnya
lantaran
mereka
teraniaya melainkan karena
mereka
menganiaya diri sendiri. Sementara itu ada orang yang bersalah, kejam, rakus dan banyak orang yang menderita menukar logika “ keadilan” tentu tidak pas bila di bebaskan. Sebab, mereka melakukannya dalam keadaan
59
sadar, tidak teller, tidak gila. Pandangan seperti ini disebut persepsi eskatologi. Dalam persepsi itulah orang-orang yang beriman membangun harapan masa depan dengan imannya kepada hari akhirat. Dengan kebangkitan kembali seluruh umat manusia dimintai pertanggungjawaban atas kehidupannya kepada Tuhan sang pencipta. (Fauzi, 2007:19-22) Oleh karena itu, agama dalam bentuknya yang bersifat ibadah ritual seperti shalat, puasa dan haji, tidak memberikan pencerahan dan pembebasan dari segala bentuk kemungkaran dan kezaliman sosial. Akibatnya, agama yang dahulu diturunkan sebagai kritik atas sosial dan budaya yang timpang, kini telah bergeser menjadi semacam penjaga kursi kekuasaan yang mungkar dan zalim. Atau semacam alat pembenaran atas tindakkebencian,kekerasan, intoleransi dan penindasan baru terhadap sesama manusia. Dalam hal kembali
wacana
inilah diperlukan suatu ikhtiar untuk menyegarkan agama
yang
mencerahkan
dan
membebaskan,
menciptakan beberapa intensitas motivasi beragama, serta mempersempit ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kemungkaran dan kedzaliman sosial. Padadasarnya merupakan upaya manusia untuk melakukan komunikasi ruhani dengan Tuhan. Lebih dari itu, agama merupakan upaya manusia untuk meneladani sifat atau akhlak Tuhan sesuai kapasitas kemanusiaanya. Konsep agama ini mengandung implikasi ajaran yang lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk beribadah,
60
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah inilah yang menjadi issue utama manusia. Kajian secara psikologis, sebagaimana yang dikemukakan oleh G.W Allport agama merupakan ciri kepribadian yang berfungsi secara otomatis yaitu memiliki motivasi tersendiri “fungtionally autonomus”. Dengan demikian semua sikap dan perilaku seorang idealnya adalah merupakan cerminan dan keyakinan yang bersumber dari motivasi (Islamiah, 1997: 14). Tetapi kemudian konsep agama ini memiliki arus balik kepada manusia. Agama tidak hanya berdimensi ritual-vertikal, melainkan juga mencakup dimensi sosial-horisontal. Agama tidak hanya mengurusi persoalan ibadah-ritual (Iman) untuk pembentukan kesalihan individual, akan tetapi yang terpenting dari itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalihan sosialnya. Sebab, individual tidak akan memiliki makna apapun, jika tidak dapat menciptakan makna hakiki dari kehidupan beragama. Karena itu, bisa disebut bahwa sikap keberagamaan yang tidak melahirkan kesalihan sosial, maka akan kehilangan maknanya yang hakiki. Jika kita meninjau kembali pada perkembangan hubungan antara masyarakat sosial yang berbeda agama bahwa pentingnya menjaga sikap dalam hidup bermasyarakat untuk saling menghormati dan tidak saling mengganggu antara kelompok atau pemeluk agama yang lain. Toleransi
61
dapat diartikan dengan menerima dengan tulus akan keberadaan yang lain dan komunitas yang lain sebagai komunitas yang berbeda. Dan hal ini tidak berkaitan dengan relatifisme agama, dengan tidak menempatkan agama seseorang secara berlebihan. Bukan karna keyakinan agama kita, melainkan karna keyakinan itu kita dapat melihat orang lain secara positif. Di samping itu, agama juga merupakan refleksi imani seseorang yang tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga berimplikasikan dan merefleksi dalam perilaku kehidupan sehari-hari atau apa yang disebut dengan perilaku agama. Karenanya, perwujudan sikap dan perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci dan keramat berasal dari sesuatu yang gaib dapat dipandang sebagai fenomena keagamaan. Pola keyakinan disebut sebagai doktrin yang menentukan hubungan antara manusia dengan tuhannya dan antara manusia dengan sesamanya. Pola ritual melambangkan doktrin yang selalu mengingatkan manusia akan kewajiban melaksanakan doktrin tersebut. Norma perilaku manusia sesuai dan konsisten dengan doktrin tersebut. Hubungan antara kaum muslimin dengan kaum di luar muslimin dalam bentuk saling mengunjungi dan makan minum bersama ini tidak akan dapat kecuali dalam bentuk orang-orang yang bersahabat dan saling mencintai. Semisal dalam hukum Islam tentang orang-orang yang berhak menerima zakat, di antaranya adalah diserahkan kepada mualaf yakni orang yang masih lemah imannya, atau termasuk orang yang masih kafir
62
atau para pemeluk agama lain yang nantinya bisa diharapkan memeluk agama Islam, atau diharapkan dapat berkurang sifatnya yang memesuhi orang Islam. Daging korban juga dapat di berikan kepada orang-orang di luar Islam. Disamping itu memberikan penafsiran realitas yang komprehensip yang menghubungkan kehidupan manusia dengan kosmos sebagai keseluruhan melalui perangkat nilai yang dimilikinya. Secara sosiologis dan sosial psikologis, agama dapat di definisikan sebagai struktur kognitif dan normatif yang memungkinkan manusia untuk merasa eksis di dalam masyarakat Agama terbentuk sebagai institusi yang menyusun pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah. Perilaku keagamaan sebagai realitas sosial ditandai sedikitnya oleh tiga corak pengungkapannya yang universal; pengungkapan teoritik berwujud sistem kepercayaan, pengungkapan praktiknya sebagai sistem persembahan, serta pengungkapanya sosiologika sebagai suatu system hubungan masyarakat, pada kenyataanya merupakan sistem yang memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat. Beberapa peran fungsi agama secara sosiologis sebagai berikut: Pertama, fungsi edukatif, yang terkait dengan upaya pemindahan dan pengalihan nilai norma keagamaan kepada masyrakat. Dalam hal ini, fungsi yang paling penting mendasar dan paling universal dari apa yang
63
diperankan agama, adalah memberi orientasi dan motifasi serta membantu untuk mengenal dan memahami sesuatu hal yang di anggap sakral. Kedua, agama berfungsi sebagai penyelamat. Hal ini di pandang, ketika agama memberikan rasa perdamaian, ketika agama memberikan rasa ketenangan, dan ketika agama memberikanrasa ketabahan dalam menghadapi berbagai persoalan sulit yang menghadapi manusia, maka ketika itu agama berfungsi membimbing dan mengarahkan manusia memperoleh kebahagiaan. Agama juga memberikan harapan ketika manusia berada dalam keberadaan situasi ketidakpastian, ketika manusia berada dalam kekecewaan. Dapat dikatakan juga, agama dalam situasi tertentu memberikan hiburan bagi kaum tertindas. Ketiga, adalah fungsi agama sebagai kontrol sosial yang di maksud adalah seluruh kekuatan yang menjaga terbinanya pola-pola kelakuan dan kaidah-kaidah sosial milik masyarakat. Dalam hal ini, agama memberikan pembatasan dan pengkondisian terhadap tindakan dan perilaku individu atau masyarakat sendiri. Agama diperankan untuk bertanggung jawab atas adanya norma-norma religious yang diberlakukan atas masyarakat manusia pada umumnya. Agama dengan demikian mampu menyelesaikan kaidah-kaidah asusila yang baik dan mengukuhkan sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemeluknya. Sebaliknya agama menolak kaidah asusila yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama dalam hal ini, juga memberikan sangsi-sangsi yang harus dijatuhkan
64
kepada pelanggar sekaligus melakukan pengawasan ketat terhadap proses implementasinya. Bentuk pengawasan sosial agama terhadap masyarakat pada tingkat lebih ketat atau tajam adalah fungsi kritis agama itu sendiri. Agama disini berusaha melakukan kritik-evaluasi terhadap pemegang kekuasaan tentang sejauh mana penguasa menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kaidah-kaidah susila atau agama yang berlaku di masyarakat berupaya menjaga ciptaannya dan tegaknya aturan dan keadilan sosial. Keempat, berfungsi sebagai sitem relasi sosial, artinya agama sebagai sumber utama terbentuknya intregasi masyarakat yang baik. Bahkan dipandang memiliki kemampuan membangun tatanan sosial yang mapan dan kuat atas dasar persamaan dan kesepakatan serta ikatan yang diyakini para penganut agama cenderung berupaya sebaik mungkin untuk mempertahankan serta mengamalkan ajaran agama yang di anutnya dalam perspektif ini sangat jelas bahwa agama memang memiliki fungsi bagi terbentuknya intregitas sosial masyarakat(Fauzi, 2007:77-79). Dengan perbedaaan agama atau pandangan hidup tidak biasa diabaikan begitu saja, sebab struktur sosial masyarakat menjalin kehidupan bersama dalam suatu rajutan yang utuh. Maka pemeluk agama yang satu tidak bias acuh tak acuh terhadap sikap pemeluk agama lain. Disini lah persoalannya. Kalau terjadi ketidaksepahaman
dipaksakan
dengan kekerasan, secara logis hal ini tampak tidak mustahil dengan hasil yang kuat akan menang terhadap yang lemah. Akan tetapi secara moral,
65
hal yang semacam ini tidak bias diterima. Telah lewat masanya ketika manusia
menggunakan
kepentingan
dalam
berinteraksi
untuk
memenangkan kepentingan. Terjalin kerukunan serta terjadinya sikap toleran antar agama akan memiungkinkan dan memudahkan untuk bekerja sama. Dapat dikatakan memuwujudkan kerukunan antar umat Bergama merupakan usaha untuk mendorong sikap penganut konsekuen dengan agama itu, sehingga keberagamannya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau anutan saja, tetapi memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Munawar, 2003: 25). Beragama yang benar adalah sebuah totalitas menyerahkan dirinya secara utuh kepada tuhan agar dirinya selalu berada dalam irama ayat-ayat tuhan. Akhirnya tindhak-tandhuknya akan menjadi bagian dari rahmat bagi seluruh alam semesta. Seperti sekarang banyak dijual baju takwa, artinya ketakwaan seseorang tidak sekedar berupa simbol berupa baju saja, melainkan lebih dari itu benar-benar menjadi ruh atau spirit bagi seluruh perilaku kehidupan. Jika tidak, yang takwa hanya bajunya saja, sedangkan orangnya jauh dari sikap takwa. Dalam pandangan Islam manusia dengan akalnya sebetulnya dapat mendekatkan dirinya kepada tuhan. Yang dimaksud akal disini bukanlah aktifitas mental seperti kecepatan berfikir dan kecerdasan gemilang melainkan suatu anugrah tuhan yang harus digunakan oleh manusia untuk mengenal tuhan dengan lebih baik. Itulah sebabnya maka akal selain
66
berfikir dan intelek juga ada hubungannya dengan iman. Runtuhnya iman seseorang bukanlah berarti bahwa dalam dirinya timbul kehendak yang buruk melainkan berarti bahwa orang tersebut tidak menggunakan akal dan kemampuan untuk berfikir secara lebih baik. (Fauzi,2007:23-24). Maka dari itu kita harus sensitif dengan kelompok lain. Kaum munoritas harus mengetahui apa yang di anggap perilaku provokatif oleh kelompok mayoritas dan mampu lepas dari perilaku tersebut. Kelompok mayoritas sendiri harus belajar untuk membuat kaum minoritas merasa di terima, aman, mudah, dan bebas melakukan ibadah yang bersifat vertical maupun horizontal. Sosiologis-relligiusitas sesungguhnya merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial masyarakat.
67
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terletak sekitar 2 KM sebelum desa vokasi Kopengbelok kiri terus lurus jalannya naik ke lereng gunung merbabu. Merupakan kampung yang sudah lama berdiri namun dulu sedikit masyarakatnya konon dari cerita dari sesepuh turun-temurun erat kaitannya dengan kerajaan Islamdi jawa tengah mataram, walisongo dan gunung merbabu. Cerita ini bermula ketika ada seseorang utusan dari kerajaan yang sedang melakukan perjalanan ke gunung merbabu yang bersama pengikutnya untuk bertapa dan melakukan ritual kebatinan. Setelah berapa bulan kemudian turun dari gunung dan singgahdi Dusun Nglelo yang sekarang ini, sesepuh itu meninggalkan petilasan berupa sendang yang tidak pernah habis airnya sampai sekarang.
68
Kampung yang masih kental dengan Islam Kejawen, Hindu, Cina keturunan Belanda hingga sekarang. Namun sering waktu terjadinya perubahan mental dan proses keturunan yang terus berkembang maka budaya asli Dusun Nglelo yang semula banyak melakukan ritual sekarang sudah jarang orang yang melakukannya ada tetapi hanya beberapa orang saja, adat yang masih dilakukan warga kampung Nglelo ini adalah seperti saparan, merti Desa. Dimana setiap keluarga melakukan hajatan di bulan sapar yaitu bulan jawa, yaitu mengundang sanak saudara untuk berkunjung kerumah.Adat seperti ini dilakukan setiap dusun yang berada disekitarnya tetapi dilaksanakan beda waktu sehingga antara warga di Dusun sekitarnya itu bisa saling mengundang datang untuk mengunjungi. Kemudian ada lagi adat kepercayaan ngruwat anak dimana anak yang semata wayang istilahnya untuk keslametan, kemudian ada juga istilah nyadran, ritual kirim sesajen disumber mata air, pohon besar, petilasan candi,sendang dsb. Guna menghormati mahluk penunggu tempat seperti itu agar selalu memberi kemakmuran di kampung situ ada juga yang sering ngirim bunga di makam ketika menjelang hari raya idul fitri seperti Desa-desadi Jawa lainnya. Keyakinan sebuah agama didusun ini masih banyak yang berbedabeda seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu tapi yang banyak mendominasi orang yang beragama Islam. Namun meskipun mereka beda agama sikap rasa sosial dan tolerannya masih sangat erat mereka tidak mempersoalkan hubungan dan konsep agama masing-masing bahkan setiap ada orang yang
69
meninggal beda agama dan agama lainnya selalu bersilaturahmi, saling membantu satu sama lain. 1. Letak geografisnya Adapun batas wilayah Dusun NgleloDesa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah : -
Sebelah timur : dibatasi oleh Dusun Krajan
-
Sebelah selatan
-
Sebelah barat : dibatasi oleh Dusun Tekelan
-
Sebelah utara : dibatasi oleh Dusun Batur
: dibatasi oleh Dusun Gendong
Luas wilayah keseluruhan Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah 3850m. 2. Keadaan sosial ekonomi Sebagian besar penduduk Dusun Nglelo mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani ada juga sebagian penduduk pegawai negeri, pengajar, pengusaha. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan penduduk Dusun Nglelo dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel I Jenis Pekerjaan Penduduk Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013. No
Jenis pekerjaan
Jumlah
1
Petani
51Orang
2
Buruh tani
40 Orang
3
Pns
12 Orang
70
4
Pengajar
8 Orang
5
Pengusaha
5 Orang
6
Pelajar
34 Orang Jumlah
150 Orang
Sumber: Dokumen data Desa Batur 3. Keadaan sosial keagamaan Sebagian warga Dusun Nglelo bermacam-macam agama tetapi dalam segi sosial sangat erat dan saling gotong royong dan agama tidak dijadikan masalah status untuk saling bersilaturahmi. Demikian table pemeluk agama warga Dusun NgleloDesaBatur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. TabelII Keadaan Kagamaan Masyarakat Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013. No
Agama
Jumlah pemeluk
1
Islam
101 Orang
2
Katolik
12 Orang
3
Kristen
19 Orang
4
Hindu
10 Orang
5
Budha
8 Orang
Jumlah
150 orang
Sumber: Dokumen data Desa Batur Tabel III Sarana Peribadatan Masyarakat Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013. No 1
Sarana peribadatan Musholla
Jumlah 3
71
2
Gereja
1
3
Pura
1 Jumlah
5 buah
Sumber: Dokumen data Desa Batur
Tabel IV Susunan Pengurus Di Dusun Nglelo Desa BaturKecamatanGetasan Kabupaten Semarang Tahun 2013.
No
Nama
Jabatan
Pekerjaan
Alamat
1
Sutimin
Kadus
Petani
Nglelo
2
Rohmat
Wakil
Wira Swasta
Nglelo
3
Yanto
Sekretaris I
Wiraswasta
Nglelo
4
Moh. Damuri
Sekretaris II
Guru
Nglelo
5
Yustina
Bendahara I
Wiraswasta
Nglelo
6
Suraji
Bendahara II
Petani
Nglelo
Pembantu umum 1
Kris wahyudi
Ket RT OI
Pengusaha
Nglelo
2
Subandi
Bendahara
Wiraswasta
Nglelo
3
Sekretaris
Sekretaris
Guru
Nglelo
4
Yakuba juned
Ket RT 02
Wiraswasta
Nglelo
5
Munjirin
Bendahara
Petani
Nglelo
6
Subiyanto
Ket RT 03
Petani
Nglelo
72
7
Suroso
Bendahara
Wiraswasta
Nglelo
8
Muslih
Sekretaris
Petani
Nglelo
Sumber: Dokumen data Desa Batur
73
Tabel V Pengurus Karangtaruna Dusun NgleloDesa BaturKecamatan GetasanKabupaten SemarangTahun 2013. No
Nama
Jabatan
Pekerjaan
Alamat
1
Wahyudi
Ketua
Wiraswasta
Nglelo
2
Rohmad
Wakil
Petani
Nglelo
3
Sujarwo
Sekretaris
Wiraswasta
Nglelo
4
Emelia
Bendahara
Guru
Nglelo
5
Agus eko
Bid. Perlengkapan
Wiraswasta
Nglelo
6
Mulyono
Bid. Perlengkapan
Wiraswasta
Nglelo
7
Dwi supoyo
Bid. Humas
Wiraswasta
Nglelo
8
Enggar dewi
Bid. Humas
Wiraswasta
Nglelo
9
Pangestu
Bid. Kepemudaan
Wiraswasta
Nglelo
Sumber: Dokumen data Desa Batur
Tabel VI Struktur DesaBatur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013. No 1
Nama
Jabatan
Bpk. Radik Wahyu Kades Dwi YA
2
Bpk. Djasman
Sekdes
3
Bpk. Mudi
Kasi keuangan
74
4
Bpk sujan
Kasi umum
5
Bpk. Yanto
Kaur pemerintahan
6
Bpk. Triyono
Kaur pembangunan
7
Bpk. Subejo
Kaur kemasyarakatan
Sumber: Dokumen data Desa Batur Tabel VII Struktur DesaBatur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013. Kades
Sekdes
Kaur Pemb
Kaur Kesra
Kaur Ekbang
Kaur Umum
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kadus
Kaur Keu
Sumber: Dokumen data Desa Batur B. Data keadaan responden Sebelum penulis melaporkan hasil penelitian dan nama-nama responden, akan dijelaskan bahwa untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik angket dan cara untuk menyebarkan angket guna mendapatkan responden sebagai berikut:
75
1. Pembagian angket dengan cara mendatangi langsung kepada calon responden dan menjelaskan maksud diadakan penelitian dan cara mengisi angket untuk menghindari dari segala kekeliruan yangbisa menghambat penelitian. 2. Pengumpulan angket yang telah disebarkan menggunakan cara-cara sebagai berikut: a. Bagi responden yang telah diberikan angket dan diisi, kemudian penulis memberikan jatuh tempo apabila belum mengembalikan angket tersebut, maka penulis berinisiatif untuk mengambilnya di tempat responden. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketepatan responden yang sudah terpilih. b. Bagi responden yang kebetulan jauh dengan penulis maka pengambialan atau pengumpulan angket tersebut diusahakan secara kolektif pada salah satu seorang responden(penduduk sekitar) dan yang sudah ditunjuk, kemudian penulis mengambilnya. c. Menentukan penelitian pada jawaban responden, nilai pada setiap item jawaban adalah: 1) Jawaban A diberi nilai 3 2) Jawaban B diberi nilai 2 3) Jawaban C diberi nilai 1 Untuk selanjutnya penulis akan memaparkan nama-nama responden yang disusun dalam sebuah tabel sebagai berikut:
76
Tabel VIII Data Nama Responden Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013. NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA Sukardi Sutarsih Sumarmo Yumi Susdoyo daniel Darsono Emelia estema Rena indah Yustina Andreanus Mangku raharjo Satro minangun Dwi supoyo Enggar dewi Jumini Budianto Dwi prasetio Yohana subandrio Heni prastiwi Mulyono Agus eko Samidi Sunyoto Suparjono Emanuel Sri dewi Mahmud Pangestu aji Dwipangga Sulimah
ALAMAT Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 01 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 02 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03 Dusun nglelo rt 03
77
UMUR 48 42 44 32 28 33 27 25 30 31 45 47 39 25 40 32 30 29 26 36 38 46 50 47 32 27 26 30 41 48
AGAMA Islam Islam Islam Islam Kristen Islam Kristen Kristen Katolik Kristen Budha Budha Hindu Hindu Islam Hindu Budha Katolik Katolik Islam Islam Islam Kristen Islam Katolik Budha Islam Hindu Budha Islam
C. Data tentangintensitas motivasi beragama pengaruhnya terhadap sikap toleran Untuk mengetahui tentang intensitas motivasi beragamapengaruhnya terhadap sikap toleran, maka penulis memberikan daftar angket kepada masyarakat
DusunNgleloDesa
Batur
KecamatanGetasan
Kabupaten
Semarang, kemudian responden menjawab. Data yang telah penulis sajikan sebagai berikut: 1. Data intensitas motivasi beragama Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan intensitas motivasi keagamaanyang peneliti ajukan terdiri dari 15 item soal, bersifat tertutup dengan 3 alternatif jawaban. Setelah dilakukan penelitian dengan cara membagikan daftar angket tentang bagaiamana tentang intensitas motivasi beragama, maka hasilnya kemudian dimasukkan kedalam tabel frekuensi distribusi sebagai berikut: TabelIX Data Nilai Intensitas Motivasi Beragama Masyarakat Dusun NgleloDesa BaturKecamatanGetasanKabupaten Semarang Tahun 2013 JAWABAN
NO.
NILAI
JUMLAH
RES
A
B
C
A
B
C
1
12
2
1
36
4
1
41
2
9
5
1
27
10
1
38
3
10
5
-
30
10
-
40
4
11
4
-
33
8
-
41
78
5
8
6
1
24
12
1
37
6
11
4
-
33
8
-
41
7
11
3
1
33
6
1
40
8
12
3
-
36
6
-
42
9
8
6
1
24
12
-
37
10
10
5
-
30
10
-
40
11
7
8
-
21
16
-
37
12
14
1
-
42
1
-
43
13
9
5
1
27
10
1
38
14
15
-
-
45
-
-
45
15
12
2
1
36
4
1
41
16
7
7
1
21
14
1
36
17
11
3
1
33
6
1
40
18
11
4
-
33
8
-
41
19
11
2
2
33
4
2
39
20
9
6
-
27
12
-
39
21
8
6
1
24
12
1
31
22
7
8
21
16
23
8
3
4
24
6
4
34
24
11
4
-
33
8
-
41
25
8
5
2
24
10
2
36
26
8
7
-
24
14
-
38
79
37
27
12
2
1
36
4
1
41
28
9
6
-
27
12
-
39
29
8
6
1
24
12
1
37
30
8
4
1
24
8
1
33
Adapun standar atau atau kriteria penilaian angket sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A nilainya 3 b. Alternatif jawaban B nilainya 2 c. Alternatif jawaban C nilainya 1 2. Data tentang sikap toleran Setelah penelitian tentang intensitas motivasi beragamaselesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan penelitian tentang toleransi beragama dengan mengajukan daftar pertanyaan yang berkaitan tentang toleransi beragama. Daftar yang peneliti ajukan juga terdiri dari 15 item soal, bersifat tertutup dengan 3 alternatif jawaban. Setelah dilakukan penelitian dengan cara membagikan daftar angket tentang sikap toleran, maka hasilnya kemudian dimasukkan kedalam tabel frekuensi distribusi sebagai berikut dengan standar penelitian sama dengan data tentang intensitas motivasi beragama di atas.
80
TabelX Data Nilai Sikap Toleran Masyarakat Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan GetasanKabupaten Semarang Tahun 2013. JAWABAN
NO.
NILAI
JUMLAH
RES
A
B
C
A
B
C
1
12
2
1
36
4
1
41
2
11
3
1
33
6
1
40
3
13
1
1
39
2
1
42
4
11
2
2
33
4
2
39
5
9
4
2
27
8
2
37
6
12
3
-
36
6
-
42
7
10
4
1
30
8
1
39
4
-
33
8
-
41
8
11
9
8
7
-
24
14
-
38
10
12
3
-
36
6
-
42
11
4
10
1
12
20
1
33
12
12
2
1
36
4
1
41
13
10
2
3
30
4
3
37
14
10
4
1
30
8
1
39
15
11
4
-
33
8
-
41
16
6
7
2
18
14
2
34
17
6
8
1
18
16
1
35
18
8
6
1
24
12
1
37
19
12
2
1
36
4
1
41
20
10
5
-
30
10
-
40
21
10
4
1
30
8
1
39
22
10
3
2
30
6
2
38
23
6
8
1
18
16
1
35
24
9
5
1
27
10
1
38
81
25
4
8
3
12
16
3
31
26
6
8
1
18
16
1
35
27
7
8
-
21
16
-
37
28
12
2
1
36
4
1
41
29
11
2
1
33
4
1
40
30
5
7
3
15
14
3
32
Adapun standar atau kriteria penilaian angket sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A nilainya 3 b. Alternatif jawaban B nilainya 2 c. Alternatif jawaban C nilainya 1
82
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pendahuluan Dengan adanya beberapa teori-teori dan data-data yang telah penulis kumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kemudian membuktikan apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas motivasi beragamaterhadap sikap toleran di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Adapun dalam menganalisis data tersebut, menggunakan teknik korelasi pruduct moment, yang rumusnya sebagai berikut: ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : r xy : koefisien korelasi antara variable x dan y xy : product dari x dan y x
: variabel skor I (intensitas motivasi beragama)
y
: variabel skor II (sikap toleran)
N : jumlah sampel
Langkah
selanjutnya
adalah
menyiapkan
tabel
nilai
intensitas motivasi beragama, tabel nilai sikap tolerandan tabel
83
kerja untuk koefisien korelasi atau untuk mencari pengaruh antara variabel intensitas motivasi beragama dan sikap toleran. 1. Analisis data intensitas motivasi beragama Pada data-data jawaban
tahapan yang
analisis
telah
diperoleh
tentang
Mengawalianalisis tentangintensitas
pertama
ini,
untuk
intensitas
ini,
penulis
motivasi
penulis
memperoleh motivasi
menyajikan
beragama,
menganalisa jawabanberagama.
analisis
penulis
data
menganalisis
jawaban dengan memberi 3 patokan berdasarkan table dibawah ini: Data tentang intensitas motivasi beragama diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dua puluh pertanyaan. Masingmasing
pertanyaan
terdapat
tiga
alternatif
jawaban,
dengan
bobot sebagai berikut: Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Dari nilai intensitas motivasi beragamadengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 45, nilai terendah 31 dan kelas interval 3, maka kemudian di intervalkan dengan rumus sebagai berikut:
84
i
( Xt Xr ) 1 3
i
( 45 31) 1 3
i
14 1 3
i
15 3
i 5
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui beberapa frekuensi dari tiap kategori (A) tinggi, (B) sedang ataupun (C) rendah. Tabel XI Interval Nilai jawaban angket tentangIntensitas Motivasi BeragamaDusun Nglelo Desa Batur Kecamatan GetasanKabupaten Semarang Tahun 2013 Nilai Interval
Jumlah Responden
Nilai Nominasi
Kategori
45– 41
10
A
Tinggi
40 – 36
17
B
Sedang
35– 31
3
C
Rendah
Jumlah
30
Dengan demikian dapat diketahui:
85
a. Untuk kategori intensitas motivasi beragamayang tinggi, yaitu dengan nilai antara 45-41 sebanyak 10 responden b. Untuk kategori intensitas motivasi beragamayang sedang, yaitu dengan nilai antara 40- 36 sebanyak 17 responden c. Untuk kategori intensitas motivasi beragamayang rendah, yaitu dengan nilai antara 35- 31 sebanyak 3 responden Kemudian dibuat tabel nominasi A (Tinggi), B (Sedang) dan C (Rendah) untuk mengetahui ketagori intensitas motivasi bergamayang sangat baik dan buruk. TabelXII Kategori Intensitas Motivasi Bergama Dusun NgleloDesaBatur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013. No Resp
Skor
Nominasi
Kategori
1
41
A
Tinggi
2
38
B
Sedang
3
40
B
Sedang
4
41
A
Tinggi
5
37
B
Sedang
6
41
A
Tinggi
7
40
A
Tinggi
8
42
B
Sedang
9
37
B
Sedang
10
40
B
Sedang
11
37
B
Sedang
12
43
A
Tinggi
86
13
38
B
Sedang
14
45
A
Tinggi
15
41
A
Tinggi
16
36
B
Sedang
17
40
B
Sedang
18
41
A
Tinggi
19
39
B
Sedang
20
39
B
Sedang
21
31
C
Rendah
22
37
B
Sedang
23
34
C
Rendah
24
41
A
Tinggi
25
36
B
Sedang
26
38
B
Sedang
27
41
A
Tinggi
28
39
A
Tinggi
29
37
B
Sedang
30
33
C
Rendah
Setelah diketahui beberapa banyak responden yang memiliki tingkat persepsi Tinggi, Sedang dan Rendah kemudian masing–masing kategori diprosentasikan dengan rumus sebagai berikut: P Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden
87
Untuk tingkat intensitas motivasi beragamatinggi, sebanyak 10responden
P
10 x 100 % 30
P 33,33
Untuk tingkat intensitas motivasi beragamasedang, sebanyak 17responden P
17 x 100 % 30
P 56,66%
Untuk tingkat intensitas motivasi beragamarendah, sebanyak 3responden P
3 x 100 % 30
P 10%
TabelXIII Komparasi Intensitas Motivasi Beragama Dusun NgleloDesa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013. No
Nilai intensitas motivasi beragama
Interval
Frekuensi
Prosentasi
1
Tinggi (A)
45 – 41
10
33,33%
2
Sedang(B)
40 – 36
17
56,66%
3
Rendah(C)
35 – 31
3
10%
88
Jumah
30
100%
2. Analisis Data Sikap Toleran Pada tahapan analisis kedua ini, penulis menganalisa data-data yang telah diperoleh untuk memperoleh jawaban-jawaban tentang sikap toleran. Mengawali analisis ini, penulis menyajikan analisis data tentang sikap toleran, penulis menganalisis jawaban dengan memberi 3 patokan berdasarkan tabel dibawah ini: Data tentang sikap toleran diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dua puluh pertanyaan. Masing-masing pertanyaan terdapat tiga alternatif jawaban, dengan bobot sebagai berikut: Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Dari
nilai
toleransi
beragama
dengan
jumlah
15
item
diketahui nilai tertinggi 42, nilai terendah 31 dan kelas interval 3, maka kemudian di intervalkan dengan rumus sebagai berikut:
i
( Xt Xr ) 1 3
i
( 42 31) 1 3
i
12 1 3
89
i
12 3
i 4
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui beberapa frekuensi dari tiap kategori (A) tinggi, (B) sedang ataupun (C) rendah.
Tabel XIV Interval Nilai Jawaban Angket Tentang Sikap Toleran Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan GetasanKabupaten Semarang. Tahun 2013 Nilai Interval
Jumlah Responden
Nilai Nominasi
Kategori
42 – 39
16
A
Tinggi
38 – 35
10
B
Sedang
34 – 31
4
C
Rendah
Jumlah
30
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk kategori sikap toleran yang tinggi, yaitu dengan nilai antara 4239 sebanyak16 responden. b. Untuk kategori sikap toleran yang sedang, yaitu dengan nilai antara 3835 sebanyak 10 responden. c. Untuk kategori sikap toleran yang rendah, yaitu dengan nilai antara 3431 sebanyak 4 responden.
90
Kemudian dibuat tabel nominasi (A)Tinggi, (B)Sedang dan (C)Rendah untuk mengetahui ketagori sikap toleran yang sangat baik dan buruk.
Tabel XV Kategori Sikap Toleran Dusun NgleloDesa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten SemarangTahun 2013 No Respond
Skor
Nominasi
Kategori
1
41
A
Tinggi
2
40
A
Tinggi
3
42
A
Tinggi
4
39
A
Tinggi
5
37
B
Sedang
6
42
A
Tinggi
7
39
A
Tinggi
8
41
A
Tinggi
9
38
B
Sedang
10
42
A
Tinggi
11
33
C
Rendah
12
41
A
Tinggi
13
37
B
Sedang
14
39
A
Tinggi
15
41
A
Tinggi
16
34
C
Rendah
17
35
B
Sedang
18
37
B
Sedang
91
19
41
A
Tinggi
20
40
A
Tinggi
21
39
A
Tinggi
22
38
B
Sedang
23
35
B
Sedang
24
38
B
Sedang
25
31
C
Rendah
26
35
B
Sedang
27
37
B
Sedang
28
41
A
Tinggi
29
40
A
Tinggi
30
32
C
Rendah
setelah diketahui beberapa banyak responden yang memiliki tingkat persepsitinggi,sedang
dan
rendah
kemudian
masing–masing
diprosentasikan dengan rumus sebagai berikut:
P Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden Untuk tingkat sikap toleran yang tinggi, sebanyak 14 responden P
16 x 100 % 30
P 53,33%
92
kategori
Untuk tingkat sikap toleran yang sedang, 12 sebanyak responden P
10 x 100 % 30
P 33,33%
Untuk tingkat sikap toleran yang rendah, 7 sebanyak responden P
4 x 100 % 30
P 13,33%
Tabel XVI Komparasi Sikap ToleranDusun Nglelo Desa Batur Kecamatan GetasanKabupaten Semarang Tahun 2013
No
Nilai sikap toleran
Interval
Frekuensi
Prosentasi
1
Tinggi (A)
42 – 39
16
53,33%
2
Sedang(B)
38 – 35
10
33,33%
3
Rendah (C)
34 – 31
4
13.33%
30
100%
Jumlah
Tabel XVII Tabel Kerja Penghitungan Pengaruh Antara Intensitas Motivasi Beragamadan Sikap Toleran Masyarakat Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2013.
93
NO
X
Y
X2
Y2
XY
1
41
41
1681
1681
1681
2
38
40
1444
1600
1520
3
40
42
1600
1764
1680
4
41
39
1681
1521
1599
5
37
37
1369
1369
1369
6
41
42
1681
1764
1722
7
40
39
1600
1521
1560
8
42
41
1764
1681
1722
9
37
38
1369
1444
1406
10
40
42
1600
1764
1680
11
37
33
1369
1089
1221
12
43
41
1849
1681
1763
13
38
37
1444
1369
1406
14
45
39
2025
1521
1755
15
41
41
1681
1681
1681
16
36
34
1296
1156
1224
17
40
35
1600
1225
1400
18
41
37
1681
1369
1517
19
39
41
1521
1681
1599
20
39
40
1521
1600
1560
21
31
39
961
1521
1209
22
37
38
1369
1444
1406
23
34
35
1156
1225
1190
24
41
38
1681
1444
1558
25
36
31
1296
961
1116
26
38
35
1444
1225
1330
27
41
37
1681
1369
1517
28
39
41
1521
1681
1599
94
29
37
40
1369
1600
1480
30
33
32
1089
1024
1056
Jumlah
1163
1145
45343
43975
44526
Diketahui: X: 1163
X2 : 45343
Y : 1145
Y2 : 43975
Kemudian
dimasukkan
kedalam
XY : 44526
rumus
berikut :
∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
√
rxy
√
√
95
Product
Moment
sebagai
rxy
√
rxy rxy
B. Analisis Hipotesis Berdasarkan penghitungan di atas, dimana harga koefisien korelasi product moment XY (rxy) adalah 0,520 dan untuk langkah selanjutnya dikonsultasikan dengan table nilai r product moment pada N = 30 dengan taraf signifikansi 1% dan taraf signifikansi 5% sebagai berikut: 1. Taraf signifikansi 1% sebesar 0,463 2. Taraf signifikansi 5% sebesar 0,361 Oleh karena harga rxy hitung lebih besar dari harga rxy tabel 0,520>0,463 pada taraf signifikansi 1% dan 5%, maka hipotesis nihil ditolak. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara intensitas motivasi beragamaterhadap sikap toleran yaitu semakin baik intensitas motivasi beragamamaka akan semakin tinggi pula sikap toleran Di masyarakat Desa Batur Dusun Nglelo Kecamatan GetasanKabupaten Semarang tahun.
96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari variableintensitas motivasi beragamamasyarakat Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan GetasanKabupaten Semarang Tahun 2013, dapat diketahui: a. Untuk intensitas motivasi beragamakategori tertinggi, sebanyak 10 responden dan prosentase 33,33%. b. Untuk kategori intensitas motivasi beragamakategori yang sedang, sebanyak 17 responden dan prosentase 56,66%. c. Untuk kategori intensitas motivasi beragamakategori yang rendah, sebanyak 3 responden dan prosentase 10%. 2. Dari variablesikap toleran masyarakat di Dusun Nglelo Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. a. Sikap Toleran kategori tinggi, sebanyak 16 responden dan prosentase 53,33%. b. Sikap Toleran kategori sedang, sebanyak 10responden dan prosentase 33,33%. c. Sikap Toleran kategori rendah, sebanyak 4 responden dan prosentase 13,33%.
97
3. Setelah data dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment, dan diperoleh nilai r xy = 0,520, kemudian dikonsultasikan dengan table product moment dengan N=30 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,361 dan 1% diperoleh nilai 0,463. Jadi nilai r xylebih besar dari nilai r tabel, atau 0,520> 0,361dan 0,463. B. Saran Setelah penulis mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh intensitas motivasi beragamadan terhadap sikap toleran, maka penulis dapat mengajukan saran yang berkaitan dengan hal di atas: 1. Bagi Pemuka agama agar senantiasa meningkatkan pendidikan bimbingan agar dapat meningkatkan akhlak dan sikap toleransi kepada beda agama sehingga dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan kemaslahatan masyarakat. 2. Bagi masyarakat agar senantisa meningkatkan dan menjaga kerukunan dan bersosial yang tinggi sehingga tercipta masyarakat yang makmur dan sejahtera. 3. Bagi mahasiswa agar senantiasa mengerti apa makna sikap sosial dan toleransi di lingkungan jadi ketika nanti terjun di masyarakat menjadikan bahan pelajaran dan pengalamn serta amalan yang harus diterapkan bagi kehidupan sehari-hari.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Taufik, Karim dan Rusli. 2004. Metodologi Agama,Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.
Pelitian
Agus, Bustanudin. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perada. Arikunto, Suharsimi. 2006 Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: PT. Rieneka cipta. Audi, Robert. 2002. Agama dan Nalar Sekuler. Yogyakarta: Diva Press. Departemen, Agama. 1970. Alquran dan Terjemahan. Jakarta: DEPAG. DEPDIKNAS, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. DEPDIKNAS, 2007. Pendidikan Masyarakat. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Darajadt, Zakiyyah. 1996. Perbandingan Agama. Jakarta : PT Bumi Aksara. Djami‟atul, islamiyah. 19997. Jurnal Attarbiyah. no 23 TH VII. Jurusan. Fauzi, Muhammad. 2007. Agama dan Realitassosial Renungan dan Jalan Menuju Kebahagiaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hassyim, Umar. 1994. Toleransi Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Dialog dan Kerukunan. Bandung: PT. Bina Cipta. Hussaen, Sayyed. 1994. Tiga Agama Satu Tuhan. Yogyakarta: PT. Gramedia. Kurniawan, Dwi Adi. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulia. Shihab Quraish. 1999. Wawasan Al-Quran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Sobary, Mohammad. 2007. Kesalehan Sosial. Yogyakarta: Diva Press. Sugiyono, 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta. Susanto, Astrid. 1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: PT Bina Cipta.
99
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Penerapan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
100
ANGKET PENELITIAN PENGARUH INTENSITAS MOTIVASI BERAGAMA TERHADAP SIKAP TOLERAN (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGLELO DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013). Petunjuk pertanyaan : 1. Isilah data pribadi anda dengan benar! 2. Bacalah dengan teliti pertanyaan-pertanyaan berikut ini kemudian pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c! 3. Pilihlah jawaban dibawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan yang anda alami dan rasakan, guna diperoleh keterangan yang sesuai dan benar! Datapribadi: 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Agama : A. Angket tentang intensitas motivasi beragama 1. Suatu ketika di lingkungan ada pameran buku agama, apa yang anda lakukan? A. Saya akan membeli B. saya akan membeli jika kelebihan uang C. saya kurang tertarik 2. Bagaimana motivasi anda dalam bersedekah di masyarakat? A. Menyediakan sedekah tanpa diminta terlebih dahulu B. Memberi sedekah ketika di minta C. Memberi sedekah hanya sekedarnya 3. Jika ada pengajian keagamaan apa yang anda lakukan? A. Saya akan berusaha menghadiri B. Saya akan mengahadiri C. Kurang tertarik 4. Mengapa anda mengikuti pengajian? A. Untuk menambah ilmu B. Untuk memenuhi kewajiban C. Karena ikut-ikutan
101
5. Suatu ketika anda kehabisan uang, dan tanpa sengaja anda menemukan uang seratus ribu, apa yang anda lakukan? A. Menyerahkan kepada pihak yang bewajib untuk di umumkan B. Saya akan menggunakan uang itu, jika tidak ada yang menyarinya C. Saya akan langsung menggunakan uang tersebut, mungkin itu rejeki saya 6. Saat anda berdo‟a kepada tuhan, apakah anda yakin bahwa Tuhan mendengar do‟a anda? A. Saya yakin Tuhan mendengar setiap do‟a saya B. Terkadang saya yakin saat saya sedang membutuhkan C. Saya ragu 7. Saat ketika anda diberi cobaan Tuhan, apa yang anda lakukan? A. Saya menerima dengan sabar dan ikhtiar B. Saya menerima karena itu merupakan takdir C. Saya menerima bila kuat menanggungnya 8. Apa yang menggerakkan hati anda giat menjalankan ritual agama? A. Karena tujuan manusia hidup hanya untuk beribadah kepada Tuhan B. Karena untuk memenuhi kewajiban C. Karena takut dosa 9. Dalam kehidupan tentunya manusia memiliki keinginan ataupun cita-cita, bagaimana anda menggapai cita-cita tersebut? A. Saya akan berusaha dan bertawakal B. Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin C. Saya akan bertawakal saja karena apa yang terjadi sudah menjadi takdir Tuhan 10. Bagaimana anda memberi nasehat kepada orang lain? A. Memberi nasehat hanya ketika diberi bantuan B. Memberi nasehat dengan baik meskipun tanpa di minta C. Memberi nasehat seperlunya saja 11. Apa yang anda lakukan ketika ada orang yang meminta bantuannya sedangkan anda tidak mampu memenuhinya? A. Memberi tahu dengan baik B. Membantu dengan terpaksa C. Menolak dengan perkataan yang kasar 12. Saat anda mengikuti majelis keagamaan apa yang anda lakukan? A. Mengikuti dengan khidmat B. Membuat gaduh C. Berbicara sendiri tiduk mempedulikan majelis 13. Apa motivasi anda ketika ada ceramah keagamaan? A. Karena untuk Menambah wawasan
102
B. Karena merasa sudah lebih pintar C. Karena pengen kenal dengan penceramahnya 14. Apa yang anda rasakan ketika melaksanakan ibadah kepada Tuhan? A. Merasa dekat dengan Tuhan B. Merasa paling benar sendiri C. Biasa-biasa saja 15. Apakah anda pernah menasehati orang lain tentang agama? A. Sering sekali memberi tahu dan mengingatkannya B. Kadang-kadang mengingatkan C. Tidak pernah sama sekali
103
B. Angket sikap toleran 1. Bagaimana sikap anda ketika anda menjadi pemimpin, di situ ada yang membuat gaduh kebetulan beda agama? A. Melerai dan menasehati dengan kata-kata yang sopan B. Membiarkan saja karena takut menyinggung perasaannya C. Membentak-bentak dan menyuruh keluar dari forum 2. Jika ada kerja bakti dikampung salah satu dari tetangga kita yang bberbeda agama member makanan atau minman bagaimana sikap kita? A. Menerimanya dengan baik dan berterima kasih kemudian menanyakan makanan dan minuman itu layak untuk kita B. Membuang begitu saja apayang orang berikan pada kita C. Menolak dengan mengolok-ngolok 3. Bagaimana sikap anda menjadi seorang pemimpin dalam suatu majelis kebetulan ada yang berbeda agama? A. Berhati-hati dalam memutuskan masalah B. Member kesempatan kesempatan berbicara yang luas kepada orang yang dirasa mengerti yang dibahas C. Mengambil sikap dan memutuskan masalah berdasarkan mayoritas 4. Bagaimana sikap anda ketika ada orang yang beda agama mengajak bersilaturahim? A. Menerima dan menghormati dengan tulus hati B. Tidak menghiraukannya C. Menolak dengan kata-kata 5. Bagaiamana sikap anda apabila ada tetangga yang beda agama tidak suka (memusuhi) apa yang anda lakukan? A. Bersikap tetap hormat dan toleran B. Anda tidak menghiraukan dan tetap diam pura-pura tidak tau C. Kembali memusuhinya 6. Bagaimana sikap anda ketika mengetahui keluarga anda menjelek-jelekkan tetangga yang berbeda agama? A. Menasehati dan membimbingnya B. Merasa tidak tahu dengan keadaan yang terjadi C. Membantu menjelek-jelekkan dan memusuhi 7. Apa yang anda lakuakan ketika mempunyai tetangga baru kebetulan bebrbeda agama? A. Bersilaturohim dan mengajak bersosialisasi B. Mengunjngi rumahnya C. Tidak peduli dan memusuhi
104
8. Bagaimana sikap anda ketika tetangga anda yang berbeda agama memperingati hari besarnya? A. Ikut mengunjunginya dan beramah tamah B. Member ucapan selamat C. Memusuhi dan menjauhi, tidak peduli apa yang dilakukannya 9. Apabila terjadi permusuhan antar umat beragama yang terjadi di sekitar anda, apa yang anda lakukan? A. Menasehatinya dengan baik-baik dan mengingatkan B. Hanya melihat saja pura-pura tidak mengerti apa yang di lakukannya C. Membela yang sesuai dengan agamanya 10. Bagaimana sikap anda ketika mempunyai keluarga atau tetangga yang sedang sengggang hubungannya? A. Mengingatkan bahwa kita sedang membutuhkan orang lain B. Bersikap biasa-biasa saja C. Memecah atau menghancurkan hubungan antara keduanya 11. Bagaimana sikap anda ketika tetangga anda sedang menjalankan ibadah? A. Saling menghormati bahwa syariat kita masing-masing B. Membiarkan tanpa adanya rasa menghormati C. Menggangu jalannya ibadah 12. Apakah anda pernah menasehati orang lain tentang agama-agama mempunyai aturan-aturan sendiri? A. Sering sekali memberi tahu dan menasehatiya B. Kadang-kadang mengingatkan C. Tidak pernah sama sekali 13. Apa yang anda lakukan ketika mendapatkan pertolongan atau bantuan dari orang lain yang berbeda agama? A. Bersyukur dan mengucapakan terima kasih bahwa sudah di beri pertolongan B. Bersikap diam dan biasa saja C. Tidak mau di beri pertolongan atau bantuan karena beda agama 14. Bagaimana sikap anda meminta bantuan kepada orang lain yang beda agama? A. Meminta bantuan dengan kata-kata yang baik B. Meminta bantuan dengan mengharapkan imbalan C. Meminta bantuan dengan memaksa 15. Apa yang anda rasakan ketika berkumpul dengan golongan atau kelompok yang berbeda agama? A. Merasa aman, nyaman dan senang B. Merasa acuh tak acuh bahwa dia beda agama dengan kita C. Biasa-biasa saja
105