HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MAJELIS DOA ”MAWAR ALLAH” TERHADAP SIKAP TAWAKAL (Studi Pada Peserta Majelis Doa ”Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga) TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: MUHIBATUL WAHYUNI NIM 11107128
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MAJELIS DOA ”MAWAR ALLAH” TERHADAP SIKAP TAWAKAL (Studi Pada Peserta Majelis Doa ”Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga) TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: MUHIBATUL WAHYUNI NIM 11107128
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ POSITIF THINGKING DAN TAWAKAL ADALAH SIKAP TEPAT DALAM MENGATASI MASALAH” ال حول وال قوة اال با اهلل العلي العظيم “Tidak ada daya dan upaya kecuali datngnya dari Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung”
“Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian, tetapi jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan”. Sir Francis Bacon
PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku, Adikku , Semua keluarga besarku, Seseorang yang selalu memotivasiku, Sahabat-sahabat seperjuanganku, dan My family ”kontrakan ceria”.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah wa syukrulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam. Hanya karena-Nyalah penulis berhasil menyelesaikan laporan Penelitian dengan judul “ HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MAJELIS DOA TERHADAP SIKAP TAWAKAL (Studi Terhadap Peserta Majelis Doa ‟Mawar Allah‟ Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Stain Salatiga) TAHUN 2011 “ sebagai tugas akhir dalam studi menempuh gelar Sarjana Strata I Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepangkuan beliau junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberikan
penerangan kehidupan melalui ajaran-ajaran agama islam hingga saat ini dengan kitab suci Al- Qur‟an. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan sebagai balasan kepada mereka yang terhormat : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu, fikiran , dan tenaga, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Ibu Dra. Lilik Sriyanti M.Si selaku direktur biro konsultasi Tazkia beserta pengurus yang telah mengizinkan dan banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.
ABSTRAK
Wahyuni, Muhibatul. 2011. Hubungan intensitas mengikuti majelis doa ”Mawar Allah” Terhadap sikap tawakal (studi pada peserta majelis doa “Mawar Allah” biro konsultasi Tazkia STAIN Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
Kata kunci: Intensitas mengikuti majelis doa terhadap sikap tawakal.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti majelis doa terhadap sikap tawakal pada peserta majelis doa ”mawar Allah” di biro konsultasi psikologi Tazkia STAIN Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah, (1) Bagaimanakah intensitas peserta dalam mengikuti majelis doa ”mawar Allah”?, (2) bagaimana sikap tawakal peserta majelis doa ”Mawar Allah”?, (3) Adakah pengaruh intensitas mengikuti majelis doa terhadap sikap tawakal peserta majelis doa ”Mawar Allah”?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tehnik analisis statistik deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat intensitas peserta mengikuti majelis doa dikategorikan tinggi dengan prosentase 51,492%,untuk kategori sedang dengan prosentase 42,867%, dan pada kategori rendah dengan prosentase 5,714, sedangkan sikap tawakal peserta majelis doa ”Mawar Allah” dikategorikan tinggi dengan prosentase 62,857%, untuk kategori sedang dengan prosentase 34,285%, untuk kategori rendah 2,857%. Dan telah dibuktikan dengan menggunakan rumus product moment bahwa ada pengaruh yang signifikan antara intensitas mengikuti majelis doa terhadap sikap tawakal peserta majelis doa ”Mawar Allah” hal ini dibuktikan dengan hasil r hitung 0,66875 > dari r tabel product moment 0,430.
DAFTAR ISI
HALAMAN LOGO .............................................................................
i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .....................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vii
ABSTRAK ..........................................................................................
ix
DAFTAR ISI ........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................
6
C. Tujuan Penelitian .........................................................
6
D. Hipotesis Penelitian ......................................................
7
E. Kegunaan penelitian ....................................................
8
F. Definisi Operasional ....................................................
8
G. Metodologi Penelitian ..................................................
11
H. Sistematika Penulisan ……………………………………….
16
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Majelis Doa ..................................................................
20
1. Pengertian Majelis Doa..............................................
20
2. Dalil Perintah Untuk Berdoa ......................................
21
3. Keutamaan dalam berdoa .........................................
23
4. Adab berdoa ..............................................................
27
5. Hal-hal yang mempercepat terkabulnya doa ..............
34
6. Hal-hal yang memperlambat terkabulnya doa ………….. .................................................................................. 36 B. Sikap Tawakal ..............................................................
38
1. Pengertian Sikap Tawakal..........................................
38
2. Landasan dan keutamaan tawakal ..............................
39
3. Tingkatan Tawakal ....................................................
42
4. Tata Cara Bertawakal. ...............................................
45
5. Keajaiban Tawakal. ...................................................
46
6. Tanda-tanda Tawakal ................................................
49
BAB III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Biro Konsultasi Psikologi ”Tazkia”
STAIN Salatiga ............................................................
51
B. Gambaran umum majelis doa “Mawar Allah” Biro
Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga ............
55
C. Persiapan penelitian ......................................................
57
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ....................................................
64
B. Analisis Uji Hipotesis ...................................................
79
C. Analisis Lanjut ……………………………………………… 83
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................
85
B. Saran-saran ...................................................................
86
C. Penutup ……………………………………………………..
87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL
TABEL 3.1
Halaman Daftar Nama Responden .................................................... 57
TABEL 3.2
Daftar jawaban angket intensitas mengikuti majelis doa ”Mawar Allah” .................................................................. 59
TABEL 3.3
Daftar jawaban angket sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah”................................................................... 61
TABEL 4.1
Nilai intensitas peserta mengikuti majelis doa ”Mawar Allah”..............................................................
TABEL 4.2
Interval intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” ...........................................................
TABEL 4.3
65
68
Nilai nominasi intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” .................................................................. 69
TABEL 4.4
Tabel frekwensi variabel X ................................................ 72
TABEL 4.5
Nilai Sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” ..... 72
TABEL 4.6
Interval sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah”............................................................... ..... 75
TABEL 4.7
Nilai nominasi sikap tawakal peserta majelis doa
“Mawar Allah”……………………………………… ......... 76 TABEL 4.8
Tabel frekwensi variabel Y……………………………… .. 79
TABEL 4.9
Tabel kerja product moment koefisien korelasi pengaruh intensitas majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah”…….. .... 80
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Instrumen penelitian Lampiran Surat izin penelitian Lampiran Surat keterangan penelitian Lampiran Foto-foto kegiatan majelis doa “Mawar Allah”
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti bermasalah, jika manusia tidak bermasalah maka itu tidak layak disebut sebagai manusia, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna, salah satu kelebihan dari manusia adalah diberikannya manusia itu akal yang dapat di fungsikan sebagai alat untuk berfikir, sehingga mustahil jika manusia yang sudah diberikan akal oleh sang pencipta tidak memilliki masalah. Berbagai masalah yang di hadapi oleh manusia menuntut manusia untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, tak jarang manusia yang putus asa dalam menghadapi masalahnya sendiri, seperti yang dijelaskan dalam dalil Alqur‟an berikut ini:
}۹ عََْٖب ٍِ ُْٔ ج ِأَُّ َى َي ُئْ٘ سٌ مَ ُفْ٘سٌ {ٕ٘د ْ َََٗىئِِ اَرَ ْقَْب اىِْبّْضَبَُ ٍِِْ سَحََْتِ ثٌَُ تَز “Dan jika kami berikan rahmat kami kepada manusia,kemudian rahmat itu kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih” { Q.S Hud: 9}. Dari ayat diatas dapat dijelaskan manusia itu memang sangat rentan untuk memiliki sikap putus asa. ketika Allah memberikan nikmat dan kemudian mengambil kembali nikmat tersebut, maka manusia akan sangat
cepat untuk berputus asa, padahal Allah telah menjelaskan dalam Alqur‟an dalam Surat yusuf ayat 87 sebagai berikut:
يَب َب ِْيَّ ا ْر َٕبُ٘ا َفتَحَضَّضُ٘ا ٍِِْ يُ٘صُفَ َٗأَخِئِ َٗال َتيْأَصُ٘ا ٍِِْ َسْٗحِ اىئَِّ ِإ َُّٔ ال }۷۸ َي ْيئَشُ ٍِِْ َسْٗحِ اىئَِّ إِال اىْ َقًُْ٘ اىْنَبفِشَُُٗ {ي٘صف “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"(QS. Yusuf 87). Namun tampaknya masih banyak manusia yang lupa akan ayat tersebut ketika menghadapi masalah. Banyak manusia yang mudah putus asa dalam menghadapi masalah, seperti banyak kasus yang terjadi belakangan ini, banyak manusia yang bunuh diri hanya karna tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Mereka lupa akan dzat yang maha pengasih yang selalu siap sedia untuk selalu mendengarkan segala keluhan hati dan maha pemberi solusi atas segala permasalahan yang dihadapi, Sehingga tak jarang manusia yang berputus asa karena mereka lupa dengan Allah SWT. Menurut Subarno (2008: 6) beliau menjelaskan bahwa yang perlu diingat oleh setiap mukmin adalah bahwasanya Allah telah menyediakan diri-Nya untuk membantu menyelesaikan permasalahan setiap hamba-Nya. Allah akan menghampiri hamba yang memerlukan dan Dia segan mendekat kepada manusia yang tidak membutuhkan-Nya.
Dari keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa Allah akan selalu siap untuk membantu hamba-Nya ketika dia meminta pertolongan kpada-Nya, dan Allah tidak menyukai manusia yang lupa akan Dia, karena manusia yang lupa akan Allah, maka ia sudah dianggap sebagai makhluk yang sombong akan kekuatannya sendiri. Dalam hal ini Allah juga menjelaskan dalam Al-quran surat Al-Mukmin ayat 60:
َُُ٘صيَذْخُي َ عبَب َدتِي ِ َِْضتَ ْنبِشَُُٗ ع ْ َصتَجِبْ ىَنٌُْ إَُِّ اىَّزِيَِ ي ْ ََٗقَبهَ َسبُّنٌُُ ادْعُِّ٘ي أ َِجَ ٌَََّْٖ دَاخِشِي “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu.
Sesungguhnya
orang-orang
yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina"(QS. Al-Mukmin 60). Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah menyuruh manusia untuk berdoa (memohon) kepada-Nya maka Allah akan mengabulkan do‟anya, oleh karena itu tidak ada alasan untuk manusia berputus asa. Karena Allah siap mendengar segala permohonan, dan Allah siap untuk membantu manusia dalam menyelesaikan setiap perkaranya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa doa adalah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia. Doa tidak semata-mata dimaksudkan untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan tetapi, doa juga dimaksudkan sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan
kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. Untuk mencapai maksud tersebut, manusia tidak mampu bersandar pada kekuatan dirinya atau bantuan sesama manusia, sebab rintangan yang dihadapinya ternyata jauh lebih besar daripada kekuatan yang dimiliki dirinya dan manusia lainnya, namun bukan berarti Allah menguji manusia melebihi dari kemapuan diri manusia tersebut, namun Allah hanya ingin menguji kesetiaan hamba-Nya akan keyakinannya terhadap keesaan yang dimilikiNya,
sehingga
dalam
keadaan
semacam
ini
manusia
mampu
menyandarkan segala permasalahan hidupnya hanya kepada rahmat dan pertolongan Allah. (http://gusmar.multiply.com/journal/item/27/Pentingnya_Doa) Dari keterangan diatas dapat diperoleh keterangan bahwasanya doa adalah sarana manusia untuk menyandarkan diri kepada-Nya, memohon segala apa yang diinginkan kepada-Nya, namun dalam hal ini terkadang keinginan manusia tidak semua dipenuhi oleh Allah, hal ini dikarenakan Allah maha mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, namun kebanyakan manusia tidak mengerti akan hal ini, kebanyakan manusia malah mengumpat Allah, dan bersuudzon kepada-Nya karena doa yang ia panjatkan tak dikabulkan, Padahal inti dari sebuah doa adalah meminta kepada Allah, namun ketika manusia diberikan yang terbaik menurut Allah mereka malah tidak mensyukuri apa yang telah mereka peroleh.
Dalam hal ini yang terpenting dari sebuah doa adalah bagaimana kita mengetahui hakikat diri kita, menyerahkan dan menyandarkan segalanya hanya pada-Nya. Menyadari betapa lemahnya kita, tanpa pertolongan-Nya mustahil kita mampu menjalani hidup dan kehidupan ini. Dengan demikian, do'a merupakan sarana penghambaan diri kita padaNya, sarana untuk mendekatkan diri pada Allah swt, bukan ajang untuk menuntut Allah, bahkan merasa berhak memaksa-Nya memenuhi segala keinginan hawa nafsu manusiawi kita. (http://eviandrianimosy.blogspot.com/20/12/antara-terkabulnya-doa-danhikmah.html Dari penjelasan diatas dapat digaris bawahi bahwa do‟a adalah sarana yang digunakan untuk menyelesaikan segala masalah, dengan menyerahkan segala permasalahan yang kita hadapi kepada Allah SWT sebagai wujud sikap tawakal manusia kepada Allah.) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ihsan Yusuf terkait dalam hal ini bahwasanya hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif antara berdoa terhadap sikap optimisme siswa kelas XI SMA N I Boja. Penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kegiatan berdoa semakin tinggi pula sikap optimisme siswa kelas XI SMAN I Boja Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwasanya aktifitas do‟a mempengaruhi sikap optimisme anak. Sejalan dengan hasil penelitian diatas, maka
peneliti ingin mencoba mencari bukti empiris tentang
pengaruh majelis doa terhadap sikap tawakal. Dalam hal ini biro konsultasi
TAZKIA memiliki sebuah kegiatan rutin yakni majelis do‟a “Mawar Allah” yaitu sebuah kegiatan yang tujuannya untuk mendekatkan manusia kepada Allah, dan menjadikan manusia benar-benar mengerti akan arti kita berdoa kepada Allah. Melihat kegiatan itu sangat menarik maka penulis ingin meneliti ada atau tidaknya hubungan intensitas mengikuti kegiatan tersebut terhadap sikap tawakal para peserta majelis tersebut. Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat judul penelitian “HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI MAJELIS DOA „MAWAR ALLAH‟ TERHADAP SIKAP TAWAKAL (Studi Pada Peserta Majelis Doa „Mawar Allah‟ Biro Konsultasi „Tazkia‟ STAIN Salatiga) TAHUN 2011”.
B. Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang masalah diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Kosultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga? 2. Bagaimanakah sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga? 3. Adakah hubungan antara intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga terhadap sikap tawakal yang dimilikinya?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana intensitas peserta dalam mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga. 2. Untuk mengetahui sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi “Tazkia” STAIN Salatiga terhadap Sikap Tawakal yang dimiliki peserta.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Suryabrata; 1995: 69). Sedangkan menurut Arikunto (2005: 44) bahwa yang disebut dengan hipotesis adalah tebakan pemecahan secara ilmiah dan logis atau jawaban diusulkan oleh peneliti tentang pemecahan problem yang dimiliki. Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis penelitian adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang
diusulkan oleh peneliti terhadap masalah yang diteliti dan masih perlu diuji kebenarannya secaran empiris. Dari pengertian
hipotesis
penelitian diatas
maka
peneliti
memberikan hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara variabel X terhadap variabel Y. E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoritik dan manfaat praktis yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat teoritik: a. Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan sumbangan referensi pengetahuan dalam hasanah keilmuan sikap keberagamaan. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah informasi untuk hasanah keilmuan pendidikan agama Islam. 2. Manfaat praktis: a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada
para
guru
Pendidikan
Agama
Islam
untuk
menerapkan majelis do‟a dalam membimbing anak didik menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan motivasi kepada para pendidik dan peserta didik untuk mengadakan majelis do‟a dalam rangka bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT.
F. Definisi Operasional Untuk mendapat pengertian dalam mempermudah pemakaian serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memandang perlu memberikan definisi operasional dalam maksud penulisan judul tersebut: 1. Intensitas mengikuti majelis do‟a Bersama “Mawar Allah” a. Pengertian Intensitas Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya, sedangkan intens, bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobarkobar (KBBI : 2008). Jadi dalam hal ini yang dimaksud dengan intensitas mengikuti dalam penelitian ini yaitu ukuran semangat (motivasi) dalam mengikuti kegiatan do‟a bersama. b. Majelis do‟a bersama “Mawar Allah” Majelis berasal dari bahasa arab " "ٍجيشyang berarti tempat duduk, sedangkan pengertia do‟a menurut Ash shiddieqy terdapat banyak pengrtian tentang do‟a namun peneliti mengambil arti dari doa yang bermakna permintaan atau permohonan.
Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan majalis doa bersama adalah, sebuah tempat untuk meminta atau memohon pertolongan kepada Allah secara bersama. 2. Sikap tawakal Kata “sikap” menurut KBBI bermakna perbuatan yang berdasakan pada pendirian dan keyakinan. Sedang “tawakal” sendiri bermakna pasrah diri kepada Allah SW. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sikap tawakal adalah perbuatan memasrahkan diri kepada Allah dengan berdasarkan pendirian dan keyakinan. Jadi judul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh semangat atau keseriusan peserta majelis do‟a “Mawar Allah” dalam mengikuti majelis tersebut terhadap sikap kepasrahan diri peserta kepada Allah SWT. Dalam penelitian ini peneliti menentukan indikator dari variabelvariabel penelitian yaitu: Variabel Intensitas mengikuti Majelis doa bersama “Mawar Allah” adalah sebagai berikut: a. Kerutinan peserta mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah” b. Semangat peserta dalam mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah”
c. Perhatian peserta ketika mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah” d. Partisipasi peserta dalam mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah” e. Kesungguhan peserta dalam mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah” Variabel sikap tawakal a. Menyerahkan segala keputusan yang akan diperoleh hanya kepada Allah. b. Tidak putus asa dan patah hati dalam semua usaha yang dilakukan hamba dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menyerahkan semua urusannya kepada Allah Selalu berhusnudzon kepada Allah. c. Perasan dan pikiran serta seluruh kekuatan semakin kuat mendorong
melaksanakan semua amalan apa saja
meskipun memiliki resiko besar. d. Berkeyakinan yang kuat bahwa Allah Maha mampu mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hambahamba-Nya dan semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan pengaturan dan kehendak Allah.
G. Metodologi Penelitian Pendekatan dan Rancangan Penelitian Model dari penelitian ini adalah model penelitian kuantitatif maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan non eksperimental. Jenis penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kausal komparatif yakni menurut suryabrata (1995:26) penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Jadi dalam penelitian ini peneliti memiliki dua variabel yakni yang pertama merupakan variabel bebas yakni variabel yang menjadi sebab atau yang mempengaruhi variabel terikat yaitu “ intensitas mengikuti majelis doa „Mawar Allah‟ ”, sedangkan variabel yang kedua merupakan variabel terikat yakni variabel yang menjadi akibat atau yang dipengaruhi oleh veriabel sebab yaitu “ sikap tawakal peserta majelis doa „Mawar Allah‟ “. Jadi arti kedua variabel tersebut peneliti berusaha untuk mencari adanya hubungan sebab akibat (pengaruh) antara variabel pertama dan kedua.
1. Lokasi penelitian dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Biro Konsultasi Psikologi “TAZKIA” STAIN Salatiga, pada bulan Agustus tahun 2011. 2. Populasi penelitian Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuatitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. (Usman dan Akbar; 2003: 181). Karena dalam penelitian ini peserta dari majelis do‟a mawar Allah sangatlah banyak jumlahnya maka perlu diadakannya pengambilan sampel. Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu, yang disebut dengan teknik sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara sederhana yakni anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Karena populasi dalam penelitian ini kurang lebih 140 peserta maka jumlah sampel yang di ambil adalah 25% yakni 35 responden.
3. Pengumpulan data Dalam penelitian ini sangat perlu peneliti menentukan metode pengumpulan data. Yang di maksud metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunaka oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto; 2005: 100). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan: a. Angket Menurut Arikunto (2005:101)
angket
adalah kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden) dan cara menjawab juga dilakukan dengan cara tertulis. Metode ini digunakan untuk mencari data tentang intensitas peserta dalam mengikuti majelis do‟a “Mawar Allah” dan mengetahui data tentang sikap tawakkal peserta majelis do‟a “Mawar Allah” b. Dokumentasi Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda,
dan
sebagainya.
(http://jonikriswanto.blogspot.com/search/label/Met ode%20Penelitian)
Metode ini digunakan untuk mencari datadata administrasi yang mendukung dalam penelitian ini. 4. Instrument Penelitian Menurut arikunto Instrument penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data. Berdasar metode pengumpulan data yang digunakan maka peneliti
menggunakan
instrument
penelitian
berupa
daftar
pertanyaan tertulis pada responden. 5.
Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif Analisis korelasional. 1) analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, menurut Arikunto langkah-langkah dalam analisis data deskriptif kuantitatif adalah sebagai berikut : a. Pengecekan kelengkapan data b. Tabulassi data kedalam tabel c. Mencari prosentase dari distribusi angka disetiap selsel tabel dengan rumus:
P
keterangan: P: Prosentase F: Frekwensi N: Jumlah subjek penelitian d. Dalam rangka pengujian hipotessis atau mencari hubungan antar variabel digunakan rumus product moment, adapun rumusnya adalah sebagi berikut;
rxy = keterangan: rxy
=
Koefisian korelasi yang dicari
N
=
banyaknya subjek yang diteliti
X
=
Nilai variabel 1
Y
=
Nilai varibel 2
H. Sistematika Penulisan
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, merupakan kerangka dasar yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II
Kajian Pustaka, pada bab ini berisi deskripsi variabel-
variabel dan teori mengenai hubungan antarvariabel penelitian. A. Intensitas mengikuti majelis doa 1. Pengertian Intensitas mengikuti majelis doa 2. Dalil yang memerintahkan manusia untuk berdoa 3. Keutamaan dalam berdoa 4. Adab berdoa 5. Hal-hal yang mempercepat terkabunya doa 6. Hal-hal yang memperlambat terkabulnya doa B. Sikap Tawakal 1. Pengertian sikap tawakal 2. Landasan dan keutamaan sikap tawakal 3. Tingkatan tawakal 4. Tata cara tawakal 5. Keajaiban tawakal 6. Tanda-tanda tawakal
Bab III Hasil penelitian, dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian serta berisi penyajian data yang telah diteliti. A. Gambaran umum Biro Konsultasi Psikologi „Tazkia” a. Latar belakang Biro Konsultasi “Tazkia” b. Visi Dan Misi Biro konsultasi “Tazkia” c. Bentuk layanan / program kerja Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” d. Susunan Kepengurusan Biro Konsultasi “Tazkia” B. Gambaran umum Majelis Doa “Mawar Allah” a. Pengertian Majelis Doa „ mawar Allah” b. Tujuan Majelis Doa “Mawar Allah” c. Sifat kegiatan Majelis Doa “Mawar Allah” d. Peserta Majelis Doa “Mawar Allah” e. Acara majelis Doa “Mawar Allah” f. Identifikasi masalah yang dihadapi peserta majelis doa “ Mawar Allah”
C. Persiapan penelitian 1. Data responden 2. Penyajian data penelitian a. Daftar jawaban intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” biro konsultasi Tazkia STAIN Salatiga. b. Daftar jawaban sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” biro konsultasi Tazkia STAIN Salatiga. Bab IV Analisis Data, dalam bab ini berisi tentang Analisis deskriptif tiap-tiap variabel penelitian. A. Analisis terhadap data variabel “Intensitas Mengikuti Majelis Doa „Mawar Allah‟ Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga” B. Analisis terhadap data pada variabel “Sikap Tawakal Peserta Majelis Doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga” C. Pengujian hipotesis pengaruh intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Tazkia STAIN Salatiga.
D. Analisa lanjutan dari uji hipotesis Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan yang telah diperoleh dari pembahasan penelitian serta saran-saran dari penulis.
BAB II LANDASAN TEORI A.
Majelis Doa 1. Pengertian Majelis Doa Majelis doa berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan doa. Dalam bahasa Arab kata majelis ( )ٍجيشadalah bentuk isim makan (kata tempat) kata kerja dari ) (جيشyang artinya tempat duduk. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul. Pengertian doa secara etimologi berasal dari kata bahasa arab da‟a, yad‟u, du‟a an, yang artinya yang berarti memohon atau meminta, sedang imam khatabi menjelaskan dalam kitabnya doa adalah permohonan bantuan dari seorang hamba kepada Allah dengan menampakkan kefakiran kepadaNya dan membebaskan diri dari adanya kekuatan lain selain Allah SWT. Ibnu Qayyim dalam kitabnya Baihul Fawaid menjelaskan doa adalah pemohonan untuk segala sesuatu dan tuntutan untuk menjauhkan segala sesuatu yang mendatangkan kemudharatan.
Doa merupakan suatu media komunikasi antara seorang hamba dengan sang khaliq dalam rangka memohon dan meminta hajat
didunia
dan akhirat,
mengeluh dan
mengadu atas
permasalahan hidup yang dihadapi atau memohon perlindungan dari segala macam mara bahaya (Al-mahfani; 2006: 27-30). Sejalan dengan pemikiran diatas penulis menyimpulkan bahwa doa adalah bentuk permohonan atau permintaan dari seoranag hamba kepada Tuhan-Nya dalam segala permintaan yang dia inginkan yang bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan-Nya agar dia mendapatkan apa yang diinginkannya tersebut. Jadi pengertian intensitas mengikuti majelis doa adalah ukuran kehebatan atau semangat
manusia dalam mengikuti
kegiatan disuatu tempat berkumpul untuk memohon atau meminta segala yang dibutuhkan dirinya kepada Tuhan
dengan tujuan
menyerahkan diri dan bergantung kepada-Nya agar memperoleh apa yang di inginkannya. 2. Dalil Perintah Untuk Berdoa Berdoa bukan semata-mata hanya perbuatan meminta saja namun, berdoa juga merupakan salah satu perintah dari Allah yang harus dilaksanakan oleh manusia, sesuai dengan dalil-dalil sebagai berikut:
َُُ٘صيَذْخُي َ عبَب َدتِي ِ َِْضتَ ْنبِشَُُٗ ع ْ َصتَجِبْ ىَنٌُْ إَُِّ اىَّزِيَِ ي ْ ََٗقَبهَ َسبُّنٌُُ ادْعُِّ٘ي أ َِجَ ٌَََّْٖ دَاخِشِي “Dan
Tuhanmu
berfirman:
“Berdoalah
kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”(QS. Al-Mukmin: 60). Selain itu Allah juga memperjelas perintahnya sesuai dengan dalil sebagi berikut:
ُِۖعَ٘ةَ اىذَاعِ اِرَا دَعَب ْ َجيْبُ د ِ ُ قَ ِشيْبٌۖ أِّٚ فَِبِْٚع َ ِٙعبَبد ِ ََٗاِرَاَصَأَىَل )١۸٦( َُْٗ ىَعَيٌَُْٖ يَشْشُ ُذِٚٙ َٗ ْى ُيؤْ ٍِ ُْْ٘ا بِٚج ْي ُبْ٘ا ى ِ َضت ْ َفَ ْيي “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aAku, maka (jawablah) bahwa aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo‟a apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)- Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka beriman dalam kebenaran.”(QS. Al-baqarah:186) Rosulullah juga bersabda dalam sebuah hadis:
ُعِ عبذاهلل بِ عَش اَِّباىذُعَبءَ يَ ْ َفعُ ٍََِب َّزَهَ ٍَََِٗب ىٌَْ يَ ْزِه ِفَعَيَيْنٌُْ عِبَبدَاهللِ بِبىذُعَبء
“Doa itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdoa” (HR. At-tirmidzi ) (Jawas: 43-45). Dari dalil-dalil di atas telah jelas dijelaskan bahwasanya do‟a sangatlah diperintahkan oleh Allah, karena Allah tahu segala kebutuhan manusia, dalam perintah ini di maksudkan Allah agar manusia tidak merasa sombong atas diri manusia itu sendiri, dan dengan perintah ini Allah juga menunjukkan akan kekuatan-Nya untuk mengabulkan segala yang diminta oleh hamba-Nya. Menurut ustadz „Ashim bin Mushof dalam tulisannya beliau mengatakan bahwa, Allah memerintahkan seorang muslim untuk berdoa
karena setiap muslim pasti membutuhkan Allah
setiap saat. Penghambaan dirinya kepada Allah mutlak harus dikerjakan. Berdoa merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk membuktikan kebutuhannya kepada Allah, dan sebagai bukti ketundukannya kepada Allah Dzat yang menguasai alam semesta. Http://WWW.almanhaj.or.id/content/2743/slash/0 Jadi sangat jelas bahwa perintah untuk berdoa bukan hanya menjadi kewajiban bagi umat islam saja, tetapi juga merupakan kebutuhan manusia untuk meminta pertolongan kepada Allah dan sebagai bukti kalau manusia hanya tunduk dan taat kepada-Nya.
3. Keutamaan dalam berdoa Dianjurkannya umat muslim untuk berdoa tentu tidak hanya semata-mata hanya sebuah anjuran untuk dilaksanakan, namun dalam berdoa tentu memiliki banyak keutamaan yang tersimpan didalamnya, adapun keutamaan-keutamaan tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Doa merupakan sebuah ibadah dan sebuah bukti ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini Allah telah menjelaskannya dalam firmannya QS.Al-Mukmin ayat 60:
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina"(QS. Al-Mukmin 60). [1326] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah
berdoa kepada-Ku. b. Do‟a merupakan perbuatan paling mulia dan dicintai Allah. Keutamaan ini sesuai dengan sabda Rosulullah, yakni
ًََعَِْ اَبِيْ ُٕشَيْشَةَ عَِِ اىَْبِيْ صو اهلل عيئ ٗصيٌ ىَيْشَ اَمْش ) اهللِ ٍَِِ اىذُعَبءِ (سٗآ اىتشٍيَٚعَي “Dari Abi Hurairah, tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi Allah selain dari do‟a” (HR. At-tirmidzi). c. Do‟a menghalangi kemurkaan Allah. Karena jika manusia tidak mau berdo‟a kepada Allah, Allah akan marah kepadanya sebagaimana yang disabdakan rosulullah,
ٍَِْ َُِّٔعَِْ اَبِيْ ُٕشَيْشَةَ قَبهَ سص٘ه اهلل صو اهلل عيئ ٗصيٌ ا )ىٌَْ يَضْأَهِ اهللَ يَغْضَبُ عَيَ ْئِ (سٗآ اىتشضي “Dari Abi hurairah rasulullah bersabda: Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah akan marah kepadanya” (HR. At-tirmidzi).
d. Do‟a
menunjukkan
kecerdasan
dan
kekuatan
bathin
seseorang. Dari Abu Huraiarah bahwasanya Rasulullah bersabda:
)عَِْ اََّشْ اَىذُعَبءُ ٍُّخُ اىْعِبَبدَةِ (سٗا اىتشٍضي Dari Anas “Doa adalah otaknya ibadah”(HR. Attirmidzi). Dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa benar kalau doa menunjukkan kecerdasan dan kekuatan bathin seseorang karena semakin kita sering menggunakan otak kita untuk ibadah kita semakin mudah dalam menerima ilmu apapun pada otak kita.
e. Do‟a bisa
mencegah bencana yang belum terjadi, dan
menghilangkanya bila sudah terjadi. Seperti yang di utarakan oleh Mustafa Zahri yakni kehidupan manusia sudah tertulis dalam qadha dan qadar, hanya do‟a sajalah yang dapat mengubah tulisan itu untuk memperbaikinya. Rasulullah bersabda,
ِٔاَُِ اىذُعَبءَ يَ ْ َفعُ ٍََِب ُّزِهَ ٍَََِٗبىٌَْ يَ ْزِهْ فَعَيَيْنٌُْ عِبَبدَاىي ِبِبىذُعَبء “ doa itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah. Hendaklah kalian berdo‟a” (HR. At-tirmidzi). (Zahri,1991: 107) f. Do‟a menjadi perekat
tali cinta kasih sayang sesama
mukmin. Karena seseorang yang mendo‟akan saudaranya yang lain yang jauh maka akan dikabulkan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beramal shalih, Allah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (QS. Maryam 96)
[911] Dalam surat Maryam ini nama Allah Ar Rahmaan banyak disebut, untuk memberi pengertian bahwa, Allah memberi ampun tanpa perantara.
Dalam hal ini sudah jelas bahwa do‟a termasuk dalam iman dan amal shalih. g. Berdo‟a merupakan sifat orang-orang muttaqin, yakni sifat orang-orang yang sealalu takut kepada Allah dan selalu ingin berada dijalan Allah. Allah telah berfirman:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan Ansor) mereka berdo‟a : Ya Tuhan kami, beri ampunan kepada kami dan saudara kami, dan janganlah engkau menjadikan kedengkian dalam hati kami terhadap orangorang yang telah beriman, Ya tuhan kami, sesungguhnya engkau maha penyantun lagi maha penyayang (QS. Al-hasyr: 10).
h. Do‟a menjadikan orang menjadi kokoh (teguh) dalam menghadapi
musuh
dan
sarana
untuk
mendapatakan
pertolongan. Sebagimana kisah thalut mengalahkan jalut dengan bala tentaranya dalam firman Allah:
“ Tatkala jalut dan tentaranya telah Nampak oleh mereka, merkapun berdo‟a, ya Tuhan kami, berilah kesabaran pada kami dan diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir” (QS. Al-baqarah: 250). i. Do‟a sebagai pelarian dan tumpuan harapan orang-orang yang teraniaya. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi-nabi terdahulu ketika dimusuhi oleh kaumnya, bahkan akan dibunuh dan dianiaya. Mereka berdoa kepada Allah . seperti yang diceritakan oleh Allah dalam firmannya sebagai berikut:
“ Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, Maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: Dia seorang gila dan Dia sudah pernah diberi ancaman). Maka Dia mengadu kepada Tuhannya: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)"(QS. Al-Qamar 9-10).
4. Adab berdoa Berdo‟a yang disyariatkan tidak sebatas meminta, dalam hal ini ada aturan kita berdo‟a agar do‟a yang kita panjatkan benarbenar diterima dan dikabulkan oleh Allah, menurut imam AlGhozali ada sepuluh adab dalam berdo‟a yaitu adalah sebagai berikut: a. Memilih waktu-waktu mulia Dalam hal ini Al-ghozali menerangkan bahwa dianjurkan untuk memilih waktu yang baik untuk berdo‟a,terutama waktu-waktu yang dimuliakan Allah seperti, pada saat hari arafah, pada bulan ramadhan, pada hari jumat, atau pada waktu sepertiga malam,
anjuran ini sesuai dengan perintah Allah yang tercantum dalam firmannya yakni:
“ Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” (QS.Ad-dzariat 18), selain itu rasulullah juga bersabda:
ٔعَِْ اَبِيْ ُٕشَيْشَةَ قَبهَ سص٘ه اهلل صو اهلل عيي ِٚ اىضَََبءِ اىذُّْيَب حِيَِْ يَبْقٚٗصيٌ يَ ْزِهُ اهللُ مُوَ ىَيَْيتٍ اِىَض ْثُيُثُ اىَيْوِ اىْبَخِيْشِط فَيَقَْ٘هُ عَزَ َٗجَوَ ٍَِْ يَذْعُِّْ٘ي ُٔ فَبغْفِشَْىُِّْٚٗ فَأُعْطِ َئُ ٍَِْ يَضْتَغْفِشُِْٚفَبصْتَجِبْ َىُٔ ٍَِْ يَضْبْى )ٌ ٍضيٙ(سٗآ اىبخبس “Dari Abu Hurairah Allah SWT „turun‟ setiap malamnya, kelangit dunia, ketika tinggal sepertiga terakhir dari malam hari, lalu ia berfirman:‟ adakah seseorang yang berdo‟a kepada-Ku sehingga aku akan mengabulkan
doanya?
adakah
seseorang
yang
meminta kepada-Ku sehingga aku akan memberinya? Adakah seseorang yang memohon ampunan kepadaku sehingga aku akan mengampuninya?”(HR.Bukhari Muslim). Dari dalil-dalil diatas sudah jelas bahwa disebut salah satu waktu yang baik untuk berdo‟a, jadi telah
jelas bahwa kita sangat dianjurkan untuk berdoa pada waktu-waktu yang baik. b. Di saat berlangsungnya peristiwa mulia Yang dimaksud dengan peristiwa mulia disini adalah kondisi-kondisi yang dinyatakan sebagai saat ijabah oleh syariat Islam seperti, ketika sholat, berpuasa, antara adzan dan iqamah, sakit
dan
sebagainya. Anjuran ini sesuai dengan hadits dari Anas
َِْقبه س ص٘ه اهلل صو اهلل عيئ ٗصيٌ اَىذُعَبءُ ىَبيُشَدُ بَي )ٚاْىَبَرَاُِ َٗاىْبِقَب ٍَتِ (سٗآ اىتشٍض “ Doa antara iqamah dan adzan, takkan ditolak” (HR. Tirmidzi). Sehingga jelas sekali bahwa keadaan mulia itu sangat baik dan saat yang ijabah untuk berdo‟a. c. Menghadap kiblat dan mengangkat tangan Dalam berdo‟a sebaiknya kita menghadap kiblat dan mengangkat tangan sehingga tampak lengannya dari bawah, menghadap kinlat dianjurkan karena arah kiblat adalah arah, dan mengangkat tangan adalah sebagai tanda bahwa kita benar-benar meminta kepada Allah, dan sudah menjadi adat bahwa isyarat kita untuk meminta adalah dengan mengangkat kedua tangan kita.
Salman meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
ِِٓ يَضْتَحْيِ ٍِِْ عَبْذ،ٌٌْ حَيِيٌ مَشِيَٚاَُِ سَبَنٌُْ تَبَبسَكَ َٗتَعَبى اِرَا سَ َفعَ يَذَ ْئِ اِىَ ْئِ اَُْ يَشُ َدََُٕب صِفْشًا (سٗآ اب٘ داٗد )ٗاىتشٍضي “Sungguh tuhanMu adalah maha Pemalu lagi Maha
dermawan,
hamban-Nya
karenanya,
mengangkat
manakala
hamba-
tangan-tangan
mereka
(memohon) kepada-Nya, maka ia akan merasa malu untuk mengembalikannya dalam keadaan kosong”(HR. Abu daud dan Tirmidzi) d. Melembutkan suara Dalam berdoa kita hendaknya dengan melambutkan suara, yakni antara berbisik dan ber-jahr (mengeraskan suara). Hal ini menunjukkan bahwa kita sangat hina dihadapanNya dan kita sangat butuh kepadaNya. Allah ta‟ala berfirman dalam surat al-a‟raf: 55
“ berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut”(QS. A‟raf, 55).
Dari ayat jelaslah bahwa dalam berdoa kita harus bersuara lembut agar do‟a kita diijabahi oleh Allah. e. Jangan bersajak ketika berdo‟a Dalam berdo‟a hendaknya tidak memaksakan diri dengan „bersajak‟, maksud dari bersajak disini adalah dimana doa yang dipuisikan sehingga tidak jelas apa yang ia maksudkan dalam do‟anya, dalam berdoa kita harus jelas dengan apa yang kita minta, dan sebaiknya mencukupkan diri dengan do‟a-do‟a yang ma‟tsur saja, tanpa sajak yang dibuat-buat dan dipaksakan, Sebab sikap yang demikian itulah yang disukai Allah. f. Berendah diri dan berkhusyu Dalam berdo‟a haruslah didasari dengan sikap tadharru‟ (berendah diri dan beriba-iba) dan khusyuk terhadap apa yang kita minta, dan juga dalam berdoa haruslah harap-harap cemas. Sikap ini menunjukkan bahwa dalam berdoa kita serius dan sangat mengharap dengan penuh kesungguhan. Firman Allah:
“ sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam menyegerakan perbuatan-perbuatan baik, dan mereka berdoa kepada kami dengan harapharap cemas”(QS. Al-anbiya‟: 90)
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam berdoa harus bersikap berserah diri hanya kepada Allah semata. Rasulullah juga bersabda:
٘ يَضْ ََعَ َتضَشَعَُٔ (سٗآ ابَٚحت َ ُٓعبْذًا َا ْبتَيَب َ ُاِرَا اَحَبَ اهلل )ٍْض٘س اىذييَي ”Apabila Allah mencintai seseorang hamba, ia akan menimpakan
cobaan
atas
dirinya,
sehingga
ia
mendengar suarnya yang beriba-iba” (HR. Abu Manshur Ad-Dailamy hadis dari Anas). (Al-Ghozali, 1994, 54) g. Berdoa seraya yakin akan dikabulkan
Ketika berdoa kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan Allah, dengan hati yang mantap tanpa ada keraguan akan kemampuan Allah untuk mengabulkan do‟a kita, dan hendaknya kita menguatkan harapan doa kita. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya, oleh sebab itu kita harus yakin akan dikabulkannya doa kita. Rasulullah telah bersabda:
َٗاعْيََُْ٘ا اََُ اهللَ ىَب،ِاُدْعُْ٘ا اهللَ َٗاَّْتٌُْ ٍُْ٘قَُُِْْ٘ بِبىْبِجَب َبت )ٙيَضْتَجِيْبُ دُعَبءً ٍِِْ قَيْبٍ غَبفِوٍ ىَبٍٓ (سٗآ اىبخبس “ Berdoalah kepada Allah seraya merasa yakin akan dikabulkannya doamu itu. Dan ketahuilah bahwa Allah SWT tidak akan mengabulkan doa yang keluar dari hati yang lalai” (HR.Tirmidzi dari Abu Hurairah). h. Mendesakkan do‟a Ketika kita berdo‟a hendaknya kita mendesakkan doa kita dengan cara mengulang-ulang tiga kali, hal ini membuktikan bahwa kita benar-benar mnginginkan doa kita cepat dikabulkan. Dalam hal ini do‟a dapat dilakukan secara kontinyu agar Allah dapat selalu mendengar apa yang diminta oleh kita, dan segera mengabulkan doa-doa kita.
i.
Memulai doa dengan membaca dzikir Ketika hendak berdoa hendaknya didahului dengan berdzikir terlebih dahulu, karena rasanya tak sopan bila kita berdoa langsung mengutarakan doa kita tanpa berdzikir dahulu, karena berdzikir merupakan ungkapan dimana kita benar- benar dekat dan cinta kepada Allah dan rasulnya.
j.
Memenuhi adab yang bersifat bathiniah Inilah
adab
yang
paling
penting
untuk
dikabulkannya doa. Adab tersebut meliputi tobat, pengembalian semua hak orang lain (yang diperoleh atau diambil secara zalim) serta menghadap Allah SWT dengan sepenuh hati serta meminta hanya kepada Allah (ikhlas). Itulah sebab paling dekat untuk diterimanya do‟a serta permintaan manusia (Al Ghazali, 1994, 4860). Dalam terkabulnya doa selain memenuhi adab-adab diatas adalah bagaimana kita mengusahakan doa yang kita minta, karena Allah juga tak akan mengabulkan orang yang berdoa tanpa usaha, oleh karena meskipun kita sudah berdoa tetapi kita juga harus berusaha untuk mendapatka apa yang kita inginkan. 5. Hal-Hal yang dapat mempercepat terkabulnya doa.
Selain adab-adab yang telah diuraikan di atas di bawah ini akan dijelasankan hal-hal yang dapat mempercepat terkabulnya doa yang kita inginkan. a.
Perbanyak bershodaqah Salah satu penyebab cepat dikabulkannya doa adalah dengan bersedekah, karena bersedekah dengan berdoa adalah sama-sama hal sangat penting untuk diri kita, dan bersedekah merupakan senjata bagi kita untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita adalah seorang hamba yang selalu mensyukuri nikmat-Nya. Bila kita rajin memberi maka Allah pun tak akan segan untuk memberi apa yang kita minta kepada Allah.
b.
Memperbaiki shalat Memperbaiki shalat kita merupakan sarana agar cepat dikabulkannya do‟a, karena shalat adalah sarana untuk kita berdo‟a, bahkan inti dari shalat sendiri adalah do‟a, oleh sebab itu jika kita ingin do‟a kita terkabul maka perbaikilah shalat kita dahulu. Shalat sunnah adalah shalat penyempurna shalat kita, oleh karena itu memperbaiki sholat dapat kita laksanakan dengan menambah shalat-shalat sunnah kita.
c.
Memperbanyak puasa sunnah
Puasa merupakan amalan yang mulia, oleh sebab itu puasa dapat mempercepat terkabulnya do‟a, Allah akan senang mengabulkan do‟a kepada orangorang yang melaksanakan amalan yang mulia. d.
Meminta doa kepada orang lain Meminta didoakan orang lain akan sangat mempercepat terkabulnya do‟a karena semakin banyak orang yang mendoakan kita, Allah pun akan semakin cepat mengabulkan doa kita, terutama kita dapat meminta doa-doa kepada orang-orang yang mulia di sisi Allah seperti, para alim, ibu kita, guru kita, dan orng- orang mulia lainya
e.
Memperbaiki makanan yang kita makan Makanan yang baik juga sangat mempercepat doa kita untuk dikabulkan, telah dijelaskan oleh ibnu rajab dalam kitabnya Jami‟ul Ulum Wal Hikam bahwa para Rasul dan umatnya diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan menjauhkan yang jelek dan haram.
6. Hal-hal yang memperlambat terkabulnya doa Setelah mengetahui hal-hal yang mempercepat terkabulnya doa di bawah ini akan dijelaskan juga hal-hal yang memperlambat doa.
Salah seorang ulama sufi yang tekemuka yaitu Ibrahim Bin Adham yang hidup pada abad ke delapan, pernah memberikan uraian tentang sebab-sebab doa seseorang tidak diperkenankan oleh Allah. Beliau menjelaskan ada 10 macam sebab-sebab tidak terkabulnya doa yaitu sebagai berikut: 1) Kita kenal Allah tetapi kita tidak memenuhi hak-hak Allah. Hak Allah yang paling utama adalah hak untuk disembah. 2) Kita senantiasa membaca Alqur‟an tetapi kita tidak mengamalkan apa yang ada dalam Alqur‟an. 3) Kita selalu mengatakan cinta kepada Rasulullah tapi kita tinggalkan Sunnah-sunnah beliau. 4) Kita senantiasa mengatakan bahwa syaitan adalah musuh kita tapi dalam pergaulan sehari-hari kita berlutut kepada syaitan dengan memperturutkan hawa nafsu yang buruk. 5) Kita selalu berdoa supaya terhindar dari api neraka tapi kita malah melemparkan diri kita sendiri kedalamnya, yakni kita tidak mau mengerjakan kebaikan tetapi kita malah bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat. 6) Kita selalu ingin masuk syurga tapi kita tidak suka untuk beramal agar kita masuk ke dalamnya.
7) Kita sadar bahwa kita akan mati tapi kita tidak bersiapsiap untuk menghadapinya. 8) Kita melihat cacat orang lain namun kita tidak mengetahui cacat yang ada pada diri kita. 9) Kita selalu menikmati nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita namun kita tidak pernah bersyukur atas karunia itu. 10) Kita ikut menguburkan jenazah namun kita tidak dapat mengambil ibrah dari peristiwa itu. (http://cahayamukmin.blogspot.com/) Itulah 10 sebab tidak terkabulnya doa-doa kita, jadi ketika kita masih melakukan hal-hal yang tersebut diatas tadi, jangan menuntut Allah untuk segera mengabulkan doa-doa kita, karena kita belum mampu untuk mengimbangi doa-doa kita dengan hal-hal yang mempercepat doa kita terkabul, tetapi kita masih banyak melakukan hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa-doa kita.
B. Sikap Tawakal 1. Pengertian Sikap Tawakal Menurut Zimbardo dan Abbaesen sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, idea aatau obyek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, behavioristik
Menurut john H. Harvey dan William P. Smith pengertian sikap adalah kesiapan merepon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Menurut Gerungan berpendapat
pengertian attitude dapat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Ahmadi dkk, 1999: 163-164). Sejalan dengan pengertian diatas Ahmadi berpendapat bahwa pengertian sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek dan situasi secara konsisten. Dalam hal ini penulis juga menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah bagaimana respon manusia terhadap suatu kondisi atau obyek. Respon tersebut dapat berupa respon positif bisa juga negatif. Sedangkan pengertian tawakal menurut bahasa arti tawakal
adalah
mewakilkan.
berserah
Dalam
diri,
definisi,
mempercayakan tawakal
diri,
dirumuskan
atau dalam
pengertiannya sebagai mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana, bersandar pada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, dan berserah diri dibawah perlindungan-Nya pada waktu menghadapi kesukaran (Sholeh; 2008 : 5-6).
Menurut imam Ahmad bin Hambal tawakal adalah ibadah hati, yakni ibadah yng dilakukan dalam hati, bukan dengan lisan saja. Al husaini menjelaskan bahwa inti dari tawakal adalah kesadaran bahwa baik buruknya segala sesuatu itu ditentukan oleh Allah SWT (Al-husaini; 1999: 207). Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan pengertian dari tawakal adalah sebuah ibadah dalam hati dalam berserah diri pada Allah atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya dan meyakini bahwa segala sesuatu yang diberikan kepadanya itu adalah yang terbaik menurut Allah. Jadi pengertian dari sikap tawakal dalam penelitian ini adalah respon manusia dari suatu kondisi yakni ia mampu melakukan ibadah dalam hati dalam berserah diri kepada Allah atas segala yang telah diberikan kepadanya dan meyakini bahwa itu yang terbaik menurut Allah. 2. Landasan dan keutamaan tawakkal Tawakal sangatlah dianjurkan oleh syariat islam berikut dalil-Dalil mensyariatkan agar kita bersikap tawakal:
“Dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman"(Al maidah ayat 23)
“ Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hambaNya.”(QS. Al-furqan :58)
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”(QS.Al Anfal 2)
[594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya. [595] Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
“Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”(QS. Ali Imran : 160)
Dari
ayat-ayat
diatas
telah
jelas
bahwa
Allah
memerintahkan kita untuk bertawakkal kepadaNya, Karena hanya padaNyalah kita dapat menggantungkan hidup dan segala urusan kita. Sedangkan keutamaan tawakal menurut sholeh yang ditulis dalam bukunya diantaranya: a. Dicukupkan rizkinya, Allah telah berfirman dalam surat Ath-Thalaq: 3
“ Dan Dia memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah
niscaya
Allah
akan
mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya
mengadakan ketentuan bagi
Allah
Telah
tiap-tiap sesuatu.”(Ath-
Thalaq: 3) Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwasanya orang yang bertwakkal itu akan dicukupkan rizkinya oleh Allah dari arah yang tak disangka-sangka. b. Dikuatkan iman dan dijauhkan dari syaitan, Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 99:
“ Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.”(Q.S Ath-Nahl: 99)
c. Termasuk umat Nabi Muhammad yang akan masuk syurga tanpa dihisab. Di dalam hadis diriwayatkan, Nabi Muhammad pernah menyebutkan bahwa diantara umatnya, ada tujuh puluh ribu orang yang akan masuk syurga tanpa hisab. Kemudian belliau bersabda:
ٌَُُُُْٕٗ اَىزِيَِْ ىَب يَشْقَُُْ٘ َٗىَب يَضْتَشْقَُُْ٘ َٗىَب يَتَطَيَش َُُْ٘ سَبٌِِْٖ يَتََ٘مَيََٚٗعَي
“ Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah menjampi, dan mereka tidak pernah meminta dijampi, dan mereka tidak pernah meramal, dan hanya kepada tuhanm mereka sajalah mereka bertawakkal (HR. Bukhari dan Muslim)". (Halim Sholeh,2008 : 15-22)
3. Tingkatan Tawakal Dr. Muhammad bin Hasan Asy-Syarif, menjelaskan dalam Al-ibadat
Al-qalbiyah
tentang
tingkatan-tingkatan
dalam
bertawakal. Beliau menjelaskan bahwa tawakal memiliki tingkatantingkatan menurut kadar keimanan, tekad dan cita orang yang bertawakal tersebut.
Beliau
menjelaskan tingkatan-tingkatan
tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengenal Allah (ma‟rifatullah) dengan segala atributnya. Ini merupakan tangga pertama yang padanya seorang hamba meletakkan telapak kakinya dalam bertawakal. Tingkatan ini adalah tingkatan yang tertinggi yakni dimana kita bisa mengenal Allah secara dekat, jika seorang hamba telah sampai pada tingkatan tawakal ini maka dia akan bisa merasakan kedekatan antara dengan Allah secara nyata, dia senantiasa menggantungkan segala urusan hidupnya kepada Allah semata. b. Menetapkan sebab dan akibat. Maksudnya dalam tingkatan ini seorang hamba dapat menerapkan bahwa sebab-akbat yang ada dalam hukum alam semesta ini yang dia alami itu
semata-mata hanya Allah ynag menjalankan untuk kita capai di alam semesta ini. c. Mengokohkan
hati
pada
pijakan
tauhid
tawakal
(mengesakan Allah dalam bertawakkal). Pada tingkatan ini seorang hamba dapat lebih mengokohkan hatinya dalam mengesakan Allah. d. Bersandarnya hati dan ketentramannya kepada Allah. Tanda-tanda telah mencapainya tingkatan ini ialah ia tidak peduli dengan datang atau perginya kehidupan duniawi dan hatinya tidak bergetar atau berdebar saat meninggalkan apa yang dicintainya. Karena ketergantungan kepada Allah telah membentengi dirinya dari rasa takut dan berharap pada kehidupan duniawi. e. Baik sangka kepada Allah. Sejauh mana kadar sangka baik nya dan pengharapanya kepada Allah, maka sejauh itu pula kadar ketawakalanya kepada-Nya, artinya pada tingkatan ini seorang
yang bertawakal dapat berbaik sangka kepada
Allah atas segala sesuatu yang diharapkannya akan di berikan oleh Allah. f. Menyerahkan
hati
kepada-Nya,
membawa
seluruh
pengaduanya kepada-Nya dan tidak menentangnya.
Jika
seorang hamba bertawakal dengan cara seperti ini, maka tawakal itu akan mewariskan kepadanya suatu pengetahuan bahwa ia tidak memiliki kemampuan sebelum melakukan
usaha, dan ia kembali dalam keadaan aman dari murka Allah. g. Melimpahkan wewenang (perkara) kepada Allah (tafwidh). Ini adalah ruh dan hakekat tawakal, yaitu melimpahkan seluruh urusannya kepada Allah dengan kesadaran, bukan dalam keadaan terpaksa. Orang yang melimpahkan urusan kepada Allah, tidak lain karena ia berkeinginan agar Allah memutuskan apa yang terbaik baginya dalam kehidupannya maupun sesudah matinya kelak. Jika apa yang diputusakan untuknya berbeda dengan apa yang disangkanya sebagi yang terbaik, maka ia tetap ridha kepada-Nya. Karena ia tahu bahwa itu lebih baik baginya, meskipun segi kemaslahatanya tidak tampak dihadapanya. http://santridt.blogspot.com/2010/02/tingkatantawakal.html 4. Tata Cara Bertawakal Tata cara dalam bertawakal secara benar menurut Sholeh yaitu: a. Bersandar pada Allah dengan penyandaran yang jujur dan hakiki. Yakni penyandaran itu tidak hanya karena kita butuh pertolongan dari Allah, tetapi murni dari hati yang tulus untuk menyandarkan segala urusannya kepada
Allah semata dan yakin bahwa hanya Allah yang mampu menolong dan menyelesaikan segala masalahnya. b. Melakukan berbagai usaha yang diperbolehkan syariat untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau dicitacitakan. Pada intinya bertawakkal kepada Allah bukan berarti meninggalkan usaha, Nabi Muhammad sendiri adalah orang yang paling takut dan paling tawakal kepada Allah, tetapi beliau berusaha mencari rizki dengan cara berdagang. Mewujudkan tawakal bukan berarti meniadakan ikhtiar atau mengesampingkan usaha. takdir Allah dan sunnatullah terhadap makhluknya, terkait erat dengan ikhtiar makhluk itu sendiri, sebab Allah yang telah memerintahkan hamba-Nya untuk berikhtiar, dan disaat yang sama dia juga memerintahkan hambanya untuk bertawakal. Ikhtiar adalah perintah terhadap jasad, sedangkan tawakal adalah perintah terhadap hati, oleh sebab itu sudah selayaknya kita memenuhi perintah keduanya. Perintah ini dapat di buktikan pada firman Allah yang berbunyi:
َِٗقُو
“ Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS.At-Taubah,105)
“Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(QS. Ali-Imran 150) (Sholeh; 2008: 17-20). Dari ayat-ayat diatas telah jelas ada perintah untuk berusaha sebelum kita bertawakal kepada Allah, dan berdoa adalah sebuah usaha yang sangat mendukung kita untuk bertawakal kepada Allah karena dengan berdoa kita senantiasa menyerahkan segala urusan kita hanya kepada Allah. 5. Keajaiban Tawakal
Dalam tawakal terdapat sebuah kekuatan yang sangat besar, yakni jika kita sudah mampu bertawakal kepada Allah maka yang menjadi pelaksana untuk memenuhi segala permintaan kita adalah Allah, jika Allah yang telah melaksanakan segala yang manusia inginkan, siapa yang dapat menolaknya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dari sini Sholeh menjelaskan misteri tawakal dari tinjauan agama, medis dan psikologi. a. Tinjauan agama Sesungguhnya kekuatan tawakal yang sebenarnya terletak pada kekuatan tuhan itu sendiri, firman Allah yang berbunyi:
“Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah
(keperluan)nya.
niscaya
Allah
Sesungguhnya
akan
mencukupkan
Allah
melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. AtTholaq 3) Dari surat Ath-Thalaq ayat 3 dapat di jelaskan bahwa Allahlah yang akan menjalankan segala apa yang kita inginkan sehingga tidak ada yang bisa melawan Allah untuk mewujudkan keinginan kita. Itulah mengapa orang bertawakal senantiasa memperoleh segala jalan keluar dari segala masalah yang dihadapinya. Jika Allah menjadi backingnya,
tiada
seorangpun
yang
dapat
menyusahkannya. b. Tinjauan medis Seseorang yang terlalu berlarut memikirkan segala permasalahan hidupnya sendiri tanpa menyandarkan segala urusan kepada Allah maka akan sangat rentan sekali untuk stress akibat tertekan dengan segala permasalahan yang menimpanya, dan kondisi tensi darahpun menerus
akan semakin naik, jika kondisi ini terus berlangsung,
maka
dapat
mengakibatkan
berbagai gangguan kesehatan, antara lain gangguan jantung. Dalam hal ini ternyata tawakal dapat membawa manfaat positif dari sisi medis bagi kesehatan seseoarang, yakni manfaat tawakal adalah dapat mendatangkan rasa
damai dan ketengangan ke dalam jiwa orang yang bertawakal, Inilah kunci kekuatan tawakal. c. Tinjauan psikologi Sikap manusia yang terkadang berburuk sangka kepada Allah dapat mengakibatkan manusia mengalami berbagai penyakit psikologi seperti tekanan perasaan, bimbang, sedih, hasad, atau dengki, serta putus asa. Sikap manusia yang suudhon kepada Allah karena sesuatu
yang
diusahakannya
berujung
kegagalan
menjadikan kita lupa akan hakikat Allah dan jauhnya kita dari-Nya. Disinilah konsep tawakal serta kepercayaan pada qada dan qadar perlu ditekankan, orang yang mengalami kegagalan dalam suatu urusan, seharusnya sadar bahwa kegagalan merupakan suatu keberhasialan yang tertunda, dan segala keputusan ada di tangan Allah. Dan kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada kita baik itu baik atau buruk menurut kita yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik buat kita, dan akan ada hikmah di balik itu. Di sinilah kekuatan tawakal itu dapat terwujud. (Sholeh, 2008: 28-38)
Dari sini dapat kita ketahui bahawa ada banyak manfaat jika kita mampu bertawakal kepada Allah, baik di tinjau dari sisi medis maupun dari sisi biologis, di sinilah istimewanya sikap tawakal, Allah memberikan manfaat yang begitu besar dari sikap tawakal, sehingga kita dapat hidup lebih tenang dan damai dalam berbagai cobaan hidup yang kita alami. 6. Tanda-tanda tawakal Menurut Al-husaini dalam bukunya disebutkan beberapa tanda-tanda Tawakal yaitu sebagai berikut: a. Tidak berharap dan tidak merasa takut, kecuali hanya kepada Allah. Cirinya orang tersebut berjuang mati-matian membela kebenaran dan ia pun biasanya ditakuti oleh para penguasa. b. Tidak pernah mencemaskan rizki karena percaya akan jaminan Allah. Cirinya, orang yang bersangkutan merasa tenang tatkala tidak memiliki apa-apa sebagaimana tatkala ia memilikinya. c. Hatinya tidak cemas ketika menyampaikan kebenaran. Diceritakan bahwa ketika Sayyid Abdul Qadir Al-jaelani, berbicara tentang persoalan qadar, tiba-tiba jatuhlah seekor ular. Sebagian hadirin lari pontang-panting. Ular itu lalu merayap ke pundak al-jaelani lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar dari lengan baju yang lainnya. Al-jaelani tidak
bergeming sedikitpun dan tidak pula menghentikan pembicaraan. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung kita yang paling dapat di percaya (Alhusaini, 1999: 208). Dari
tanda-tanda
tawakal
tersebut,
kita
dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ciri-ciri tersebut dapat benar-benar melekat pada diri kita, dan sikap tawakal tingkatan tertinggi pun dapat kita raih.
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga 1. Sejarah berdirinya biro Konsultasi “Tazkia” STAIN Salatiga Biro konsultasi psikologi “Tazkia” merupakan lembaga semi otonom berdiri dalam naungan sekolah Tinggi Agama Isalam Negaeri Salatiga. Lembaga ini didirikan pada tanggal 22 maret 2008 sebagai bentuk pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi yakni pengabdian bagi masyarakat Kota Salatiga dan Sekitarnya. Awal berdirinya didorong oleh kepedulian terhadap berbagai problem yang dialami mahasiswa, sehingga nama Biro Konsultasi saat itu adalah Biro Konsultasi Mahasiswa yang khusus ditujukanuntuk
melayani
konseling
bagi
mahasiswa
yang
mempunyai masalah. Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat, Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” memberikan berbagai layanan meliputi: konseling, psikotes dan pelatihan. Berbagai layanan tesebut ditujukan untuk mahasiswa maupun masyarakat diluar STAIN Salatiga. Berbagai layanan disiapkan oleh Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” dan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang kompeten dibidangnya. Karena itu Biro Konsultasi “TAZKIA”.
mahasiswa
berubah
menjadi
Biro
Konsultasi
2. Visi dan Misi Biro Konsultasi Psikologi TAZKIA Visi: Menjadi lembaga yang melayani kebutuhan mahasiswa dan masyarakat luas dalam mengoptimalkan potensi agar menjadi pribadi yang berkepribadian sehat, berkualitas dan berprestasi melalui pendekatan psikologis dan religius. Misi:
Memberikan layanan pada seluruh civitas akademika STAIN
Salatiga
dan
masyarakat
umum
dalam
menyelesaikan problematika psikologis-religius.
Memberikan pendampingan pada seluruh civitas akademika STAIN Salatiga dan masyarakat umum dalam menumbuhkembangkan potensi diri.
Membantu instansi-instansi pemerintah dan swasta untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Membantu
perusahaan
maupun
organisasi
untuk
meningkatkan produktifitas kerja. 3. Program kerja/ Bentuk layanan. Bentuk layanan yang menjadi program kerja Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” antara lain: a. KONSELING dan KONSULTASI: bertujuan membantu mengatasi berbagai masalah seperti problem studi, problem
keluarga, problem social/pergaulan, problem kepribadian, gangguan perilaku/emosi, gangguan belajar,pengembangan karir. b. TERAPI: adalah bantuan untuk penyembuhan ganngguan perilaku dan gangguan emosi seperti stress, depresi, phobia, trauma, gagap, dan sebagainya. c. PSIKOTES: bertujuan mengungkap kapasitas mental seseorang dan menempatkannya sesuai dengan potensi diri yang dimiliki. Jenis psikotes yang diberikan antara lain: test intelegensi, test bakat
minat, test kepribadian, test
rekruitmen, test promosi jabatan, test multiple intelegensi. d. TRAINING/PELATIHAN: yaitu memberikan kegiatan pelatihan sebagai pengembangan kepribadian bagi siswa, guru, orang tua, karyawan, dan masyarakat umum dalam berbagai tema, separti: Training peningkatan motivasi, persiapan ujian, peningkatan semangat kerja, team building, hipnotis/NLP for teaching/student, law of attraction berbasis doa dan sedekah. e. METODE: dianatara metode yang diterapkan sebagai problem solving yaitu hipnoterapi, outbond, solusi qur‟ani, emotional freedom technique, workshop/seminar/pelatihan. 4. Susunan kepengurusan Biro Konsultasi “Tazkia” STAIN Salatiga tahun 2011
Direktur :
: Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
Konseling:
: Muna Erawati, S. Psi, M.Si. Dra. Siti Asdiqoh, M Si. Dra. Maryatin
Psikotes:
: Eva Palupi, Psi.
Hipnoterapi:
: Savitri Dewi, Psi.MCH
Psychoteraphy religious
: Ahmad sulthoni, M. Pd.
Training Pengembangan SDM
: Achmad Maemun, M. Ag. H.Yusuf Kumaeni, S.HI, M.H
5. Karya Ilmiah Biro Konsultasi “Tazkia” STAIN Salatiga Karya Ilmiah yang sudah di hasilkan oleh biro konsultasi psikologi “Tazkia” adalah sebagai berikut: a. Efektifitas pelatihan communication Skill bagi dosen PA terhadap kemampuan berkomunikasi. (2008) b. Need Assesment Mahasiswa Baru Angkatan 2010. (2010) c. Efektifitas AMT (Achievment Motivation Training) Bagi Mahasiswa Ber-IP Rendah. (2010) Selain karya ilmiah biro konsultasi psikologi juga menuis beberapa buku yang telah dterbitkan antara lain sebagai berikut:
“Buku saku Mahasiswa (Student‟s Guiding Book), Strategi Menjadi Mahasiswa Sukses”.
B. Gambaran Umum tentang majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” 1. Pengertian majelis do‟a “Mawar Allah” Majelis Doa “Mawar Allah” adalah sebuah wadah kegiatan social keagamaan yang berada di bawah Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga, yang berdiri sejak tahun 2010. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat tempat yang kondusif untuk berdoa bersama. 2. Tujuan majelis do‟a “Mawar Allah” Adapun tujuan adanya kegiatan majelis doa ini adalah: a. Memberi wadah berdoa bersama bagi umat islam, khususnya yang sedang menghadapi masalah berat. Dalam wadah ini jamaah berdoa bersama-sama dengan berharap hajatnya dikabulkan Allah SWT. b.
Memberikan santunan/sedekah kepada anak yatim piatu di lingkungan kota salatiga dan sekitarnya.
c.
Memberikan forum silaturrahmi umat islam agar dapat saling berbagi.
3. Sifat Kegiatan Kegiatan ini bersifat sosial keagamaan dan terbuka untuk umum. 4. Peserta majelis do‟a “Mawar Allah” 1. Jamaah pengajian kota Salatiga 2. Dosen, karyawan, Mahasiswa STAIN Salatiga 3. Umat Muslim di Kota Salatiga dan Sekitarnya 5. Susunan Acara majelis doa “ Mawar Allah” 1. 09.00-09.10
:
Pembukaan
2. 09.10-09.30
:
Pengajian
dan
testimoni
dari
yang
telah
orang-orang
merasakan „keajaiban‟ berdoa dan bersedekah 3. 09.40-10.00
:
dialog jamaah dan nara sumber
4. 10.00-10.20
:
Sholat Taubat, sholat Hajat dan Zikir
5. 10.20-10.30
:
pembacaan
kertas
doa
yang
dikumpulkan jamaah oleh tim majelis doa 6. 10.30-10.50
:
penyantunan anak yatim
7. 10.50-11.00
:
Asmaul Husna dan Doa
6. Identifikasi masalah yang dialami peserta majelis doa “Mawar Allah”
a. Masalah ekonomi Masalah ekonomi ini meliputi berbagai hal yang bersangkutan dengan keinginan peserta majelis doa terhadap sesuatu yang mereka butuhkan, seperti keinginan untuk membeli sepeda motor, laptop, rumah, dan lain sebagainya. b. Masalah mencari pasangan hidup Masalah
mencari
pasangan
hidup
ini
yakni
keinginan para peserta yang belum memiliki pasangan hidup,
terutama
yang
sudah
terlalu
lama
belum
mendapatkan jodoh. c. Masalah kesehatan Masalah
ini yakni menyangkut dengan
kondisi yang kesehatan para peserta, mereka banyak meminta agar mereka selalu diberikan kesehatan dalam hidupnya, terutama bagi mereka yang sedang sakit, mereka meminta untuk dapat sembuh dari sakitnya. d. Masalah pendidikan Masalah ini menyangkut dengan keinginan peserta dalam pendidikannya mereka banyak meminta agar diberikan kelancaran dalam studinya, diberikan kelulusan, diberikan nilai yang baik, dan diberikan kesuksesan dalam pendidikannya.
C. Persiapan Penelitian 1. Data Responden Adapun data responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. 1 Daftar Nama Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Siti cholfiyati Intan Purwasih Muqodimah Nur Indah rahmawati Eka Anisa wati Wahyuning Fitriyah Darti Luthfi w Ahmad Dwi Bayu S Siwi handayani Untoro Eva Palupi Fitriyani Ayu Purwanti Ibu suprihati Ika Yulia lestari Endang Wahyuningsih Darsih Esti Ananingsih Ep Mira Ihwana Kurnia Amalya Mardianti Umi Khamidah Ibu Sutopo Ibu Sumiati Lidia purnamasari Joko Istiawan Ida Khaizah Titin Syaifah Munawar Said Rizki Apri rakasiwi Asri D.W Suni Nurul Afifah
Alamat Ma‟had STAIN Salatiga Ampel, Boyolali Magelang Kendel. Kemusu, Boyolali Banyu putih,Sidorejo Lor Guwo, Tegal Rejo, Salatiga Cukilan, Suruh B.gunung, Cukilan, Suruh Batang Kembang Arum, Salatiga Karang Nongko, tanjung,Klego, Boyolali Pondok Telaga mukktiII, Salatiga Jl. Sumantri raya, No 20 Nyamat,Salatiga Krajan Kesongo,tuntang, Semarang Blondo-celong, Kutowinangun,Salatiga Nyamat, Salatiga Ngablak,magelang Perum Sehati, Blotongan Banyu biru Warak,salatiga Bawen Ngemplak, Bawen Bandongan, Magelang Blondo celong, Kutowinangun Blondo celong, Kutowinangun, Salatiaga Magelang Jl. Mawar no 9, Salatiga Salatiga Banjar negara Ma‟had STAIN,Salatiga Tangsi besar Jl. Jensud 239, Salatiga Ponpes An-Nida, Salatiga Grabag, magelang
2. Penyajian data penelitian a. Daftar jawaban angket Intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Hasil penyebaran angket dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Dafter jawaban Angket Intensitas mengikuti majelis doa ”Mawar Allah
b. .Daftar jawaban angket sikap tawakal peserta majelis doa “mawar allah” Tabel 3.3 Daftar jawaban angket sikap tawakal peserta majelis doa ”Mawar Allah” No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
A 6 7 8 9 8 8 9 8 7 10 7 10 9 8 8 5 7 9 7 10 9 8 8 10 6 6 8 4 7 7 9 8 10 9 7
Jawaban B 4 2 2 1 2 2 1 2 3 0 2 0 1 2 2 5 3 1 3 0 1 1 2 0 3 3 2 4 3 3 1 2 0 1 2
C 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 2 1 0 0 0 0 0 1
3 18 21 24 27 24 24 27 24 21 30 21 30 27 24 24 15 21 27 21 30 27 24 24 30 18 18 24 12 21 21 27 24 30 27 21
Skor 2 8 4 4 2 4 4 2 4 6 0 4 0 2 4 4 10 6 2 6 0 2 2 4 0 6 6 4 8 6 6 2 4 0 2 4
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 2 1 0 0 0 0 0 1
Demikian data yang telah diperoleh dari penelitian ini untuk selanjutnya di lakukan analisis pada bab selanjutnya.
BAB IV ANALISIS DATA Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Dalam
menganalisa data ini penulis
menggunakan statistik untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang pertanyakan, yaitu: 1. Bagaimanakah intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Kosultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga? 2. Bagaimanakah sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” STAIN Salatiga? 3. Adakah pengaruh antara intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi“Tazkia” STAIN Salatiga terhadap sikap tawakal yang dimilikinya? Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa ini disusun berdasarkan data hasil penelitian yang telah terkumpul. Berikut adalah uraian tentang analisis terhadap kumpulan data.
A. Analisis Pendahuluan 1. Analisis data tentang intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” berdasarkan skor atau nilai, untuk mengetahui intensitas peserta
mengikuti
majelis
doa
“Mawar
Allah”
penulis
menggunakan instrument berupa angket yang terdiri dari 10 item
pertanyaan. Sedangkan untuk mengetahui sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” penulis menggunakan angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang di sebar pada 35 responden dari peserta majelis doa “Mawar Allah”. Dari masing-masing pertanyaan dalam angket, tersedia 3 alternatif jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika responden menjawab A maka skore yang diperoleh adalah 3 2. Jika responden menjawab B maka skore yang diperoleh adalah 2 3. Jika responden menjawab C maka skore yang diperoleh adalah 1
Tabel 4.1 Nilai intensitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah”
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
A 8 4 7 6 9 8 10 8 3 10 6 10 7 7 6 8 5 9 4 6 8 7 6 7 6 6 6 4 7 8 6 7 8 8 7
Jawaban B 2 4 2 4 1 2 0 2 5 0 3 0 3 3 4 2 4 1 5 3 2 2 3 3 3 4 4 5 3 2 2 2 1 2 3
C 0 2 1 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 2 1 1 0 0
3 24 12 21 18 27 24 30 24 6 30 18 30 21 21 18 24 15 27 12 18 24 21 18 21 18 18 18 12 21 24 18 21 24 24 21
skor 2 4 8 4 8 2 4 0 4 10 0 6 0 6 6 8 4 8 2 10 6 4 4 6 6 6 8 8 10 6 4 4 4 2 4 6
1 0 2 1 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 2 1 1 0 0
Jumlah skor 28 22 26 26 29 28 30 28 19 30 25 30 27 27 26 28 24 29 23 25 28 26 25 27 25 26 26 23 27 28 24 26 27 28 27
Untuk mengetahui tinggi rendahnya intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” pada peserta majelis doa “Mawar Allah” penulis perlu mencari interval dari data yang diperoleh yaitu dengan rumus sebagai berikut:
I= Keterangan: I
= Interval
Xt = Nilai X tertinggi Xr = Nilai X terendah Ki = Kelas interval ( Tinggi, Sedang, Rendah) Dari data yang diperoleh diketahui nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 19. Dengan memasukkan angka tersebut daslam rumus maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut
i=
i=
i= i
4
Tabel 4.2 Interval intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah”
N o
Interval
Jumlah responden
Nilai nominasi
1
27-30
18
A
2
23-26
15
B
3
19-22
2
C
Setelah mengetahui interval dari nilai yang diperoleh maka dapat diketahui: 1. Nominasi antara 27-30 berarti nilai intensitas peserta mengikuti majelis doa “ Mawar Allah” dikatakan tinggi (A) sebanyak 18 responden. 2. Nominasi antara 23-26 berarti nilai intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” dikatakan sedang (B) sebanyak 15 responden 3. Nominasi antara 19-22 berati nilai intesitas peserta mengikuti majelis doa “Mawar Allah” dikatakan rendah sebanyak 2 responden 4. Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), C (rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah”.
Tabel 4.3 Nilai Nominasi intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Skor 28 22 26 26 29 28 30 28 25 30 25 30 27 27 26 28 24 29 23 25 28 26 25 27 25 26 26 19 27 28 24 26 27 28 27
Nilai nomonasi A C B B A A A A B A B A A A B A B A B B A B B A B B B C A A B B A A A
Keterangan Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Setelah diketahui berapa banyak peserta majelis doa yang berada pada kategori tinggi, sedang, rendah, kemudian dicari prosentase masingmasing kategori, yaitu untuk langkah pertama dalam analisa ini penulis menggunakan rumus prosentase yaitu:
P= Keterangan: P = Prosentase F = Frekwensi N = jumlah responden Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: a. Prosentase dari kategori tinggi (A) ada 18 responden maka dapat diicari dengan rumus diatas yakni sebagai berikut: P= P = 51,492% Artinya, ada sebanyak 51,492% peserta yang ada pada kategori tinggi. b. Prosentase dari kategori sedang (B) ada 15 responden maka dapat dicari dengan rumus prosentasi yakni sebagai berikut: P=
P = 42,85714% Artinya, ada sebanyak 42,86714% peserta yang ada pada kategori sedang. c. Prosentase dari kategori rendah (C) ada 2 responden maka dapat dicari prosentasenya sebagai berikut: P= P = 5,71429% Artinya, ada sebanyak 5,71429% peserta yang ada pada kategori rendah. Tabel 4.4 Tabel frekwensi Variabel X No
Nominasi variabel X
interval
frekwensi
Prosentase (%)
1
Tinggi
27-30
18
51,492%
2
Sedang
23-26
15
42,86714%
3
rendah
19-22
2
5,71429%
2. Analisis data tentang sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah”
Tabel. 4.5 Nilai Sikap Tawakal peserta majelis Doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi “Tazkia” No
Jawaban
Skor
A
B
C
3
2
1
Jumlah Nilai
1
6
4
0
18
8
0
26
2
7
2
1
21
4
1
26
3
8
2
0
24
4
0
28
4
9
1
0
27
2
0
29
5
8
2
0
24
4
0
28
6
8
2
0
24
4
0
28
7
9
1
0
27
2
0
29
8
8
2
0
24
4
0
28
9
7
3
0
21
6
0
27
10
10
0
0
30
0
0
30
11
7
2
1
21
4
1
26
12
10
0
0
30
0
0
30
13
9
1
0
27
2
0
29
14
8
2
0
24
4
0
28
15
8
2
0
24
4
0
28
16
5
5
0
15
10
0
25
17
7
3
0
21
6
0
27
18
9
1
0
27
2
0
29
19
7
3
0
21
6
0
27
20
10
0
0
30
0
0
30
21
9
1
0
27
2
0
29
22
8
1
1
24
2
1
27
23
8
2
0
24
4
0
28
24
10
0
0
30
0
0
30
25
6
3
1
18
6
1
25
26
6
3
1
18
6
1
25
27
8
2
0
24
4
0
28
28
4
4
2
12
8
2
22
29
7
3
1
21
6
1
28
30
7
3
0
21
6
0
27
31
9
1
0
27
2
0
29
32
8
2
0
24
4
0
28
33
10
0
0
30
0
0
30
34
9
1
0
27
2
0
29
35
7
2
1
21
4
1
26
Untuk mengetahui tinggi rendahnya sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” penulis perlu mencari interval dari data yang diperoleh yaitu dengan rumus sebagai berikut:
I= Keterangan: I
= Interval
Xt = Nilai X tertinggi Xr = Nilai X terendah Ki = Kelas interval ( Tinggi, Sedang, Rendah) Dari data yang diperoleh diketahui nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 19, dengan memasukkan angka tersebut dalam rumus maka dapat dicari lebar interval sebagai berikut
i=
i=
i= i
3 Tabel 4.6 Interval Sikap Tawakal Peserta Majelis Doa “Mawar Allah”
N o
Interval
Jumlah responden
Nilai nominasi
1
28-30
22
A
2
25-27
12
B
3
22-24
1
C
Setelah mengetahui interval dari nilai yang diperoleh maka dapat diketahui: 1. Nominasi antara 28-30 yang berarti nilai sikap tawakal peserta majelis doa “ Mawar Allah” dikategorikan tinggi (A) sebanyak 22 responden. 2. Nominasi antara 25-27 yang berarti sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” dikatakan sedang (B) sebanyak 12 responden 3. Nominasi antara 22-24 yang berati nilai sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” dikatakan rendah sebanyak 1 responden
4. Kemudian dibuat tabel nominasi A (tinggi), B (sedang), C (rendah) untuk mengetahui masing-masing nominasi intensitas mengikuti majelis doa (Mawar Allah). Tabel 4.7 Nilai Nominasi Sikap Tawakal Peserta Majelis Doa “Mawar Allah”
no
skor
Nilai nomonasi
keterangan
1
26
B
Sedang
2
26
B
Sedang
3
28
A
Tinggi
4
29
A
Tinggi
5
28
A
Tinggi
6
28
A
Tinggi
7
29
A
Tinggi
8
28
A
Tinggi
9
27
B
Sedang
10
30
A
Tinggi
11
26
B
Sedang
12
30
A
Tinggi
13
29
A
Tinggi
14
28
A
Tinggi
15
28
A
Tinggi
16
25
B
Sedang
17
27
B
Sedang
18
29
A
Tinggi
19
27
B
Sedang
20
30
A
Tinggi
21
29
A
Tinggi
22
27
B
Sedang
23
28
A
Tinggi
24
30
A
Tinggi
25
25
B
Sedang
26
25
B
Sedang
27
28
A
Tinggi
28
22
C
Rendah
29
28
A
Tinggi
30
27
B
Sedang
31
29
A
Tinggi
32
28
A
Tinggi
33
30
A
Tinggi
34
29
A
Tinggi
35
26
B
Sedang
Setelah diketahui berapa banyak peserta yang berada pada kategori tinggi, sedang, rendah, kemudian dicari prosentase masing-masing kategori, yaitu untuk langkah pertama dalam analisa ini penulis menggunakan rumus prosentase yaitu:
P= Keterangan: P = Prosentase F = Frekwensi N = jumlah responden
Sehingga diketahui hasilnya sebagai berikut: d. Prosentase dari kategori tinggi (A) ada 22 responden maka dapat dicari dengan rumus diatas yakni sebagai berikut: P= P = 62.85714% Artinya, ada sebanyak 62.85714% peserta yang ada pada kategori tinggi. e. Prosentase dari kategori sedang (B) ada 15 responden maka dapat dicari dengan rumus prosentase yakni sebagai berikut: P= P = 34.28571% Artinya, ada sebanyak 34.28571% peserta yang ada pada kategori sedang. f. Prosentase dari kategori rendah (C) ada 1 responden maka dapat dicari prosentasenya sbagai berikut: P= P = 2.85714% Artinya, ada sebanyak 2.85714%peserta yang ada pada kategori rendah.
Tabel 4.8 Tabel frekwensi Variabel Y
No
Nominasi variabel Y
Interval
Frekwensi
Prosentase (%)
1
Tinggi
28-30
22
62.85714%
2
Sedang
25-27
12
34.28571%
3
rendah
22-24
1
2.85714%
B. Analisa Uji Hipotesis Setelah dilakukan analisis terhadap kedua variabel berdasarkan nilai atau skor dan berdasarkan item-item pertanyaan angket, langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis untuk menguji kebenarannya. Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” biro konsultasi psikologi terhadap sikap tawakal (studi terhadap peserta majelis doa “Mawar Allah” biro konsultasi psikologi Tazkia STAIN Salatiga) ditempuh analisa menggunakan rumus product moment yang kemudian peneliti selanjutnya menganalisis diterima atau tidaknya hipotesis yang sudah di ungkapkan, adapun rumus product moment tersebut adalah sebagai berikut:
rxy = keterangan: rxy =
Koefisian korelasi yang dicari
N = banyaknya subjek yang diteliti X = Nilai variabel 1 Y
= Nilai varibel 2
Sebelum menyelesaikan rumus tersebut di perlukan membuat tabel kerja Product moment sebagai berikut: Tabel 4.9 Tabel kerja product moment koefisian korelasi pengaruh intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “ MAwar Allah”
No
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
28
26
784
676
726
2
22
26
484
676
572
3
26
28
676
784
728
4
26
29
676
841
754
5
29
28
841
784
812
6
28
28
784
784
784
7
30
29
900
841
870
8
28
28
784
784
784
9
25
27
625
729
675
10
30
30
900
900
900
11
25
26
625
676
650
12
30
30
900
900
900
13
27
29
729
841
783
14
27
28
729
784
756
15
26
28
676
784
728
16
28
25
784
625
700
17
24
27
576
729
648
18
29
29
841
841
841
19
23
27
529
729
621
20
25
30
625
900
750
21
28
29
784
841
812
22
26
27
676
729
702
23
25
28
625
784
700
24
27
30
729
900
810
25
25
25
625
625
625
26
26
25
676
625
650
27
26
28
676
784
728
28
19
22
361
484
418
29
27
28
729
784
756
30
28
27
729
729
756
31
24
29
576
841
696
32
26
28
676
784
728
33
27
30
729
900
810
34
28
29
784
841
812
35
27
26
729
676
702
925
969
24572
26935
25687
Jumlah
Dari tabel diatas diketahui: X
= 925
Ʃ Y
= 969
Ʃ X2
= 24572
Ʃ Y2
= 26935
Ʃ XY = 25687 Kemudian hasil yang telah diketahui tersebut dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy =
rxy =
r xy =
r xy =
r xy =
r xy = r xy =
C. Analisa lanjut Untuk membuktikan signifikansi penelitian tersebut penulis menggunakan kaidah sebagi berikut:
a. Bila rxy > dari r tabel product moment dengan taraf signifikan 1% maka hasilnya adalah sangat signifikan. b. Bila rxy > dari r tabel product moment dengan taraf signifikan 5% maka hasilnya adalah signifikan. c. Bila rxy < dari r tabel product moment dengan taraf signifikan 5% maka hasilnya tidak signifikan. Dari hasil perhitungan diperoleh rxy 0,66875, ini berarti rxy lebih tinggi dari pada r tabel product moment yakni 0,430 pada taraf
signifikan 1%, maka dapat diambil
kesimpulan hipotesis nihil (Ho) ditolak, dengan kata lain hipotesis (Ho) diterima. Dalam hal ini berarti taraf signifikasi yang diperoleh tinggi, ini berarti ada hubungan yang tinggi antara intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga tahun 2011.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Setelah menguraikan tentang hubungan intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah”, maka penulis dapat menyimpulkan: 1. Bahwa tingkat intensitas mengikuti majelis doa “ Mawar Allah” ada pada kategori tinggi, ini terbukti dari hasil analisis yang penulis lakukan ada sebanyak 18 responden dengan prosentase 51,492%, sedangkan pada kategori sedang
ada 15 responden
dengan prosentase 42,86714%, dan juga pada kategoi rendah hanya ada 2 responden dengan prosentase 5,71429%. 2. Bahwa tingkat sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” ada pada kategori tinggi, ini terbukti dari hasil analisis yang penulis lakukan ada sebanyak 22 reponden dengan prosentase 62.85714%, sedangkan pada kategori sedang ada 12 responden dengan prosentase 34.28571%, dan juga pada kategori rendah hanya ada 1 responden dengan prosentase 2.85714%. 3. Pada hasil uji hipotesis telah di peroleh r xy 0,66875, ini berarti rxy lebih tinggi dari pada r tabel product moment yakni 0,430 pada taraf
signifikan 1%, maka dapat diambil kesimpulan hipotesis
nihil (Ho) ditolak, dengan kata lain hipotesis (Ho) diterima. Dalam hal ini berarti taraf signifikan yang diperoleh tinggi. Ini berarti ada
pengaruh yang tinggi antara intensitas mengikuti majelis doa “Mawar Allah” terhadap sikap tawakal peserta majelis doa “Mawar Allah” Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga tahun 2011.
B. Saran -Saran 1. Biro Konsultasi Psikologi Tazkia a. Biro konsultasi Tazkia STAIN Salatiga diharapkan mampu bekerja optimal dalam melaksanakan program kerja agar visi dan misi dari biro konsultasi dapat terselenggara dengan baik. b. Biro
konsultasi
Tazkia
harapannya
dapat
tetap
mengutamakan pelayanan yang baik pada klien, dan dapat selalu menjadi solusi terbaik bagi mahasiswa STAIN Salatiga khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. 2. Seluruh pengurus majelis doa “Mawar Allah” a. Seluruh pengurus majelis doa diharapkan dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyelenggarakan kegiatan majelis doa, agar peserta lebih semangat dalam mengikuti kegiatan majelis doa ini. b. Seluruh pengurus majelis doa diharapkan dapat selalu semangat dalam menyelenggarakan kegiatan majelis doa,
dan diharapkan pengurus dapat selalu memberikan yang terbaik untuk kegiatan majelis doa ini. c. Seluruh pengurus majelis doa di harapkan mampu menjadi team yang kompak dalam menyelenggarakan majelis doa ini, agar hasil yang dicapai dapat maksimal, dan peserta dapat merasa puas dalam mengikuti majelis doa “Mawar Allah”. 3. Masyarakat a. Kepada masyarakat disarankan untuk jangan berputus asa dengan berbagai macam masalah yang dihadapi, peserta majelis doa dapat mengadukan segala permasalhannya kepada Biro Konsultasi Psikologi Tazkia agar mendapat bimbingan dan arahan dalam mengatasi permasalahannya. b. Kepada peserta diharapkan serius dan khusyuk dalam mengikuti kegiatan majelis doa, dan selalu berkontribusi di dalamnya. 4. STAIN Salatiga a. Kepada
STAIN
Salatiga
diharapkan
dapat
tetap
mendukung kegiatan majelis doa ini. b. Kepada
STAIN
menghimbau
salatiga
kepada
warga
diharapkan STAIN
mengikuti “Majelis doa Mawar Allah"
jugaa
dapat
Salatiga
untuk
C. penutup Alhamdulillahi robbal a‟lamin puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala akhirnya penulisan skripsi telah selesai dengan baik, ucapan terima kasih untuk semua yang mendukung penulisan skripsi ini, terutama pada Biro Konsultasi Psikologi yang telah mengizinkan saya untuk mengadakan penelitian ini. Kritik dan saran selalu di harapkan oleh penulis untuk menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Subarno, Imam. 2008. Doa Sebagai Solusi Hidup. jakarta: PT. Buku Kita Hasbi ash shiddieqy , Tengku Muhammad. 2003. Dzikir dan Doa Aspek Hukum dan Adab. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara Surya Brata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN- Maliki Press Yusuf, Ihsan. 2006. Pengaruh Berdoa Terhadap Sikap Optimisme Siswa Kelas 11 SMAN 1 Boja Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi tidak diterbitkan .Salatiga: Jurusan Tarabiyah STAIN Salatiga http://gusmar.multiply.com/journal/item/27/Pentingnya_Doa (http://eviandrianimosy.blogspot.com/20/12/antara-terkabulnya-doadan-hikmah.html http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php http://psychomap.blogspot.com/2009/07/teori-teori-motivasi-danmenggali.html?zx=4bcf9087da697784 http://jonikriswanto.blogspot.com/search/label/Metode%20Penelitian Hadist Web ,Kumpulan Dan Referensi Belajat Hadist, Alquran dan terjemahnya Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14, h. 202 http://santridt.blogspot.com/2010/02/tingkatan-tawakal.html http://cahayamukmin.blogspot.com/ Al-ghozali. 1994. Rahasia Dzikir dan Doa. Bandung: Karisma Ahmad, Abu. 1991. Psikologi social. Jakarta: PT Rineka Cipta
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 2009. Doa Dan Wirid Mengobati GunaGuna Dan Sihir Menurut Al-Quran Dan As-Sunnah. Zahri, Mustaf., 1991. Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf. Surabaya: PT Bina Ilmu Halim sholeh, Abdul. 2008. The Power Of Serangkai
Tawakal.Solo: Tiga
Abdullah bin Alawy Alhaddad Al Husaini. 1999. Sentuhan-Sentuhan Sufistik Penuntun Jalan Akhirat.Bandung: CV. Pustaka Setia Al mahfani, khalilurrahman. 2006. Keutamaan doa dan dzikir untuk hidup bahagia sejahtera. Jakarta selatan: PT. Wahyu Media