Pengaruh Insider Ownership, Resiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Deviden
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Disusun oleh : ARVINDRA BELFA YUDHA NIM. C2C605164
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011 i
Nama Penyusun
: Arvindra Belfa Yudha
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C605164
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi
: PENGARUH
INSIDER
OWNERSHIP,
RESIKO
PASAR, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN Dosen Pembimbing
: Dr. Etna NurAfriYuyetta, S.E., M.Si., Akt
Semarang, 31 Maret 2011 DosenPembimbing,
Dr. Etna NurAfriYuyetta, S.E.,M.Si., Akt NIP : 19720421 200012 2001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa
: Arvindra Belfa Yudha
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C605164
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / Akuntansi
Judul Skripsi
: PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, RESIKO PASAR,
DAN
DEBT
TO
EQUITY
TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 11 April 2011
Tim Penguji 1. Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E, M.Si, Akt
(……………………………)
2. Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si, Ph.D, Akt
(……………………………)
3. Dra. Zulaikha, M.Si, Akt
(……………………………)
iii
RATIO
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertandatangan dibawah ini saya, Arvindra Belfa Yudha, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, RESIKO PASAR, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila say amelakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 31 Maret 2011 Yang membuat pernyataan,
Arvindra Belfa Yudha NIM : C2C605164
iv
ABSTRAKSI Dividen merupakan bagian keuntungan dari sebuah perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham, oleh karena itu diperlukan adanya kebijakan tersendiri yang mengatur masalah dividen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh insider ownership, resiko pasar dan debt to equity ratio terhadap kebijakan deviden. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2008. Metode yang digunakan dalam pemilihan sample ini adalah purposive sampling, yaitu metode pemilihan sample dengan beberapa criteria tertentu. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara insider ownership, resiko pasar dan debt to equity ratio terhadap kebijakan deviden. Sehingga seluruhvhipotesis pada penelitian ini ditolak. Ditolaknya hasil penelitian ini dapat dilihat dalam uji hipotesis. Pada Hipotesis 1 nilai signifikansi untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,055 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. Pada Hipotesis 2 nilai signifikansi untuk variabel risiko pasar adalah sebesar 0,767 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Pada Hipotesis 3 nilai signifikansi untuk variabel DER adalah sebesar 0,018 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara DER terhadap kebijakan dividen.
Kata Kunci: kebijakan dividen, kepemilikan orang dalam, resiko pasar, debt to equity rati
v
ABSTRACT Dividends are part of a company's profits that are given to the shareholders, therefore it is necessary to separate policy governing the issue dividends. This study aimsis to determine how the influence of insiderownership, market risk and debt to equity ratio to dividend policy. This study uses secondary data and the population in this study were manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2004-2008. The method used in the selection of this sample selection was purposive sampling, the method of sample selection with some specific criteria. The results of this study is that there is a positive influence between insider ownership, market risk and debt to equity ratio to dividend policy. So that all hypotheses in this study was rejected. Rejection of the results of this study can be viewed in a hypothesis test. In the first hypothesis significance value for the variable of managerial ownership is at 0.055 which indicates that there is no significant effect between managerial ownership on dividend policy. In Hypothesis 2 values of significance for the market risk variable amounts to 0.767 which indicates that there is no significant effect between market risk on dividend policy. In the third Hipotesis significance value for the variable of DER is 0.018 which indicates that a significant difference between the DER on dividend policy.
Keywords: dividend policy insider ownership, market risk, debt to equity ratio
vi
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikumWr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelars arjana strata satu (S1) pada program sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang tahun 2011. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari telah banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D , selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro 2. Ibu Dr. Etna Nur Afri Yuyetta, S.E., M.Si., Akt, selaku Dosen Pembimbing, atas semua waktu, kesabaran, perhatian, semangat dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 3. Bapak Faisal, SE, M.Si, Akt, selaku DosenWali. 4. Bapak H. Drs. Sudarno, M.Si, Akt, selaku DosenWali Pengganti, yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada penulis. 5. Bapak/Ibu Dosen, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bp Ary Wahyudhi dan Ibu Siti Cholifah (Papa dan Mama tercinta) kemudian Varian Rama Yudhantara (Adik tersayang) serta seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiils ehingga membantu penyelesaian skripsi ini.
vii
7. Keluarga Bp Djoko Susanto yang juga telah banyak mendukung dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. 8. Merlinda Widya Susanti sebagai orang terkasih dan tersayang yang telah memberikan banyak inspirasi serta semangat dan dukungan tanpa henti sehingga skripsi ini dapat selesai. 9. Danang Pamungkas dan Sigit Hendraryadi sebagai 2 orang sahabat masa kecil dan juga Eko Adhy Kurnianto seorang sahabat yang terus member dukungan dan semangat hingga saat ini. 10. Arif Budi Setiyanto, Adhika Wisnu Murti, Danang Haryudanto, Dedi Surya Wardhana, Iman Widodo, Pungky Nurdianto, dan Rangga Rizky Mahardika yang juga turut serta memberikan semangat, masukan, dan pendapat untuk penulis. 11. Teman-teman “Random” yang juga telah ikut memberikan pengertian dan semangat kepada penulis. 12. Rekan-rekan Akuntansi Reguler II kelas B 13. Semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan seluruh namanya dan telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis dengan lapang hati membuka segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan tersebut. Besar harapan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikumWr.Wb Semarang, 31 Maret 2011 Hormat Penulis
Arvindra Belfa Yudha C2C605164
viii
HALAMAN MOTO MOTO Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang – orang yang lengah QS. Al- A’raf : 205
Jangan mencari kawan yang membuat Anda merasa nyaman, tetapi carilah kawan yang memaksa Anda terus berkembang [that’s me…] Thomas J.Watson Bila Anda berpikir Anda bisa, maka Anda benar. Bila Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda pun benar, karena itu ketika seseorang berpikir tidak bisa, maka sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa Henry Ford Jika Anda dapat memimpikannya, Anda dapat melakukannya Walt Disney Dalam setiap kisah sukses, Anda akan menemukan seseorang yang telah mengambil keputusan dengan berani Peter F. Drucker
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ……………………….
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ………………………………....
iv
ABSTRAKSI ………………………………………………………………….
v
ABSTRACT ……………………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
vii
HALAMAN MOTO ………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..
xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….
xiii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ……………………………….
1
1.2
Rumusan Masalah ……………………………………..
4
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………..
4
1.4
Sistematika Penulisan …………………………………
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori …………………………………………
7
2.2
PenelitianTerdahulu ……………………………………
18
2.3
Kerangka Pemikiran ……………………………………
19
2.4
Hipotesis ………………………………………………..
20
METODE PENELITIAN 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel …
22
3.2
Populasi dan Sampel ……………………………………
27
3.3
Jenis dan Sumber Data ………………………………….
28
x
BAB IV
BAB V
3.4
Metode Pengumpulan Data ……………………………..
28
3.5
Metode Analisis …………………………………………
28
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Analisis Data ……………………………………………
32
4.2
Pembahasan …………………………………………….
47
PENUTUP 5.1
Kesimpulan ……………………………………………..
51
5.2
Keterbatasan Penelitian ………………………………...
51
5.3
Saran ……………………………………………………
51
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………
54
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1
Analisis Deskriptif Variabel ……………………………………
32
Tabel 4.2
Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser ……………………….
36
Tabel 4.3
Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser (Transformasi) ………
37
Tabel 4.4
One Sample Kolmogorof ………………………………………
38
Tabel 4.5
Uji Multikolenearitas …………………………………………..
40
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi dengan Run Test …………………………….
41
Tabel 4.7
Nilai Casewise ………………………………………………
42
Tabel 4.8
Parameter Residual ………………………………………………
43
Tabel 4.9
Uji Goodness of Fit ………………………………………………..
44
Tabel 4.10
Uji F ……………………………………………………………….
45
Tabel 4.11
Uji Hipotesis ………………………………………………………
46
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ………………………………………..
19
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas …………………………………
35
Gambar 4.2
Plot Grafik Uji Normalitas ……………………………….
39
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dividen merupakan bagian keuntungan dari sebuah perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham, oleh karena itu diperlukan adanya kebijakan tersendiri yang mengatur masalah dividen tersebut. Kebijakan dividen itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan masalah keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan ini nantinya akan berpengaruh terhadap penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan dijadikan laba ditahan yang nantinya akan diinvestasikan kembali kepada perusahaan. Adanya perbedaan kepentingan antara para pemegang saham dan manajer membuat pengambilan kebijakan ini akan menjadi sedikit lebih rumit. Sebagai contoh adalah adanya sebuah kondisi dimana seorang manajer menginginkan pembagian dividen dengan persentase yang kecil dikarenakan perusahaan membutuhkan dana yang lebih besar untuk mengembangkan perusahaan. Pada sisi lain para pemegang saham memiliki keinginan agar dividen dibagikan dengan persentase yang lebih besar, karena pada hakikatnya para investor mengharapkan adanya peningkatan kemakmuran atas investasi yang mereka tanamkan. Brigham dan Gapenski (2001) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Dua dampak ini menggambarkan 2 kepentingan yang berbeda antara para investor dan pihak manajer perusahaan. Apabila perusahaan berencana untuk membayarkan dividen dengan persentase yang besar, maka kepentingan atas cadangan perusahaan akan terabaikan. Sebaliknya bila perusahaan berkeinginan 1
untuk menahan laba di tangan, maka kepentingan para pemegang saham akan uang kas juga menjadi terabaikan. Teori kebijakan dividen yang optimal dapat diartikan sebagai rasio pembayaran
dividen
yang
ditetapkan
dengan
memperhatikan
kesempatan
untuk
menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para investor mengenai dividen daripada capital gain (Husnan, 1988). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah salah satu faktor yang ikut menentukan apakah laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk dividen atau akan berubah menjadi laba ditahan yang nantinya akan digunakan perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menggambarkan persentase laba perusahaan yang dikeluarkan perusahaan untuk para pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah yang besar, maka laba yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba perusahaan dalam bentuk dividen dengan persentase yang besar, maka hal tersebut dapat mengurangi persentase laba ditahan yang akhirnya akan mengurangi proporsi sumber dana intern perusahaan. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen sebuah perusahaan adalah agar dapat mengalokasikan laba perusahaan ke dalam bentuk dividen dan laba ditahan dalam proporsi yang tepat dan sesuai. Pembagian dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan persentase laba ditahan dapat membuat sumber dana internal perusahaan berkurang. Hal ini akan mempersulit sebuah perusahaan saat perusahaan tersebut memiliki keinginan untuk melakukan ekspansi terhadap usahanya sehingga perusahaan harus mencari tambahan dana dari pihak luar. Sebaliknya apabila persentase laba ditahan lebih besar dibandingkan persentase jumlah dividen yang dibagikan maka dana yang dimiliki perusahaan akan meningkat. Kondisi ini akan 2
mempermudah perusahaan ketika perusahaan tersebut ingin melakukan ekspansi usaha karena beban yang ditanggung menjadi lebih kecil dibandingkan jika perusahaan harus memperoleh tambahan dana dari pihak luar, tetapi tentu saja hal ini akan berseberangan dengan prinsip para investor yang menginginkan peningkatan atas kesejahteraan mereka. Berawal dari hal tersebut, manajer biasanya memiliki kecenderungan untuk mencapai tingkat likuiditas pada titik tertentu untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Hal ini sejalan dengan Van Horne (1998; 478) yang menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kondisi tersebut yang menjadikan tingkat likuiditas perusahaan menjadi pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002; 613), menyatakan bahwa insider ownership atau lebih tepatnya managerial ownership memiliki arah positif yang signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian oleh Suhartono (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tingkat kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen tinggi cenderung membagikan dividennya rendah. Selain faktor tingkat insider ownership, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu resiko pasar (market risk). Hal ini dikemukakan Fauzan (2002;132) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara resiko pasar terhadap kebijakan dividen. Menurut Fauzan, kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen belum mempertimbangkan faktor kesempatan berinvestasi dan faktor biaya keagenan melainkan faktor risiko perusahaan yang dijadikan pertimbangan dalam membuat kebijakan dividen.
3
Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan, seperti penambahan variabel serta periode penelitian. Penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh dari insider ownership, resiko pasar, dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen selama masa periode penelitian 20042008. Variabel yang ditambahkan disini adalah debt to equity ratio. Penambahan variabel ini dikarenakan debt to equity ratio ini nantinya akan berkaitan dengan tinggi rendahnya hutang yang dimiliki sebuah perusahaan. Hal tersebut yang juga akan nantinya dapat ikut mempengaruhi kebijakan dividen sebuah perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: •
Apakah pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen?
•
Apakah pengaruh resiko pasar terhadap kebijakan dividen?
•
Apakah pengaruh debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen?
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian Dengan melihat rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen. 2. Mengetahui pengaruh resiko pasar terhadap kebijakan dividen. 3. Mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen.
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya yaitu: 1. Bagi perusahaan terkait mengenai masalah penetapan kebijakan dividen dengan mempertimbangan insider ownership, resiko pasar, dan debt to equity ratio. 2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait, sebagai contoh adalah pihak investor yang akan menanamkan investasi di sebuah perusahaan. 3. Sebagai bahan perbandingan yang telah ada, serta bahan masukan dan rujukan bagi peneliti yang akan melakuan penelitian yang sejenis. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis ke dalam lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN, bab ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi landasan teori yang menguraikan pengertian dan bantuk-bentuk kebijakan dividen. Pembahasan dilanjutkan dengan penjelasan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan dividen oleh sebuah perusahaan. Bab ini juga berisi kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis penelitian yang disajikan dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, menguraikan tentang variable penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, akan menguraikan tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
5
BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian dan pembahasan pada babbab sebelumnya disertai dengan saran-saran perbaikan dalam pengambilan kebijakan dividen, yang diharapkan berguna bagi perusahaan yang bersangkutan. Bab ini juga menguraikan keterbatasan hasil penelitian serta implikasi hasil penelitian terhadap penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada para pemegang saham sebagai bentuk atas penyertaan modal yang mereka berikan kepada sebuah perusahaan. Laba itu sendiri diperoleh dari selisih pendapatan atas biaya-biaya yang menyertainya dalam satu periode tertentu. Berdasarkan hal ini, laba sering digunakan dalam pengambilan keputusan seperti halnya sebagai salah satu pedoman investasi, pengenaan pajak, dan juga kebijakan dividen. Kebijakan dividen dapat diartikan sebagai kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh sebuah perusahaan yang di dalamnya juga terdapat masalah tentang penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan (retained earnings). Manajer memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan atas kebijakan dividen. Pada salah satu sisi, manajer harus ingat bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah rasio antara dividen dan laba bersih. Dari sini, rasio pembayaran yang ditargetkan dapat didefinisikan sebagai persentase laba bersih yang harus dibayarkan sebagai dividen tunai, dimana sebagian besar berdasarkan atas preferensi investor atas dividen. Manajer harus dapat melihat apakah investor lebih suka jika perusahaan membagikan laba dalam bentuk tunai atau dalam bentuk laba ditahan demi keperluan perusahaan di masa yang akan datang.
7
Peningkatan dividen kas sebagai bentuk atas tingginya permintaan pembagian dividen dalam bentuk tunai dapat mengurangi sumber pendanaan perusahaan.
Sumber pendanaan
perusahaan yang berasal dari laba ditahan (internal financing) adalah sumber pendanaan dengan cost of capital yang paling kecil dibandingkan sumber pendanaan yang lain. Apabila kemampuan reinvestasi perusahaan kecil, hal ini dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan yang akhirnya dapat ikut juga dalam menekan harga saham. Terdapat berbagai macam faktor yang ikut mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen, tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai bagaimana bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh sebuah perusahaan. Menurut Awat (1998; 171) terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu: 1. Kebijakan yang stabil (stable dividend- per share policy), yakni jumlah pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun. 2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap sama. 3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
8
4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi. Oleh Awat (1998), masih terdapat beberapa metode lain untuk pembayaran dividen noncash yaitu stock dividend dan stock split. Di samping itu juga masih terdapat repurchase of stock sebagai alternatif lain pembayaran dividen. 1. Stock dividend adalah bentuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk saham (stock dividend) karena pembayaran bisa dilakukan dalam bentuk lain selain dalam bentuk kas (cash dividend). Pembayaran stock dividend dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earning) menjadi modal saham, dimana pada dasarnya hal ini tidak akan merubah jumlah modal sendiri. 2. Stock split atau pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Misalnya jumlah saham yang beredar pada awalnya 1 juta lembar dengan nilai Rp. 1000 per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp. 1000 = Rp. 1 Milyar. Perusahan kemudian memecah satu lembar saham menjadi dua lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah Rp. 500 dan jumlah saham yang beredar menjadi 2 juta lembar saham. 3. Repurchase of stock biasanya diambil sebagai langkah oleh sebuah perusahaan ketika berada dalam kondisi dana tetapi dihadapkan dengan kesempatan investasi yang kurang menguntungkan. Kelebihan dana tersebut dapat didistribusikan dengan membeli kembali saham perusahaan atau meningkatkan pembayaran dividen. Dengan adanya pembelian
9
kembali saham, maka saham yang beredar akan menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya. Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa pendapat mengenai kebijakan dividen, diantaranya adalah: 1. Dividen merupakan informasi yang tidak relevan 2. Bird in Hand Theory 3. Teori preferensi pajak 4. Signaling Hypothesis Theory 5. Clientele Effect Theory
2.1.1.1 Dividen Merupakan Informasi yang Tidak Relevan Beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal utang dimiliki sebuah perusahaan. Apabila kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan. Dalam Suhartono (2004), Merton Miller dan Franco Modigliani atau yang lebih dikenal dengan nama MM, mereka berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham. Dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang saham tidak membedakan antara cash dividend dan retained earning. Inti dari teori yang dikemukakan oleh MM adalah dalam dunia yang sempurna (ada kepastian, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi, dan ada pasar yang sempurna) maka nilai perusahaan tidak dipengaruhi dividen. Hal tersebut dirasakan agak sulit dikarenakan bahwa pada kenyataannya terdapat berbagai macam biaya seperti biaya pajak maupun biaya pialang.
10
Menurut Modigliani Miller (MM), nilai sebuah peruasahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas resiko perusahaan, berdasarakan hal tersebut, MM berpendapat bahwa dividen adalah informasi yang tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi dibawah ini: 1. Pasar modal yang sempurna, dimana para investor mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak. 2. Para investor bersifat rasional. 3. Semua peserta pasar bersifat pricetaker. 4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa depan dan para investor memiliki informasi yang sama. 5. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut. 6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan pengaruh leverage maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama. 7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas resiko yang sama. 8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.
2.1.1.2 Bird in Hand Theory Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) berpendapat bahwa ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan. Para investor kurang yakin terhadap penerimaan
11
keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Investor merasa bahwa pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti jika dibandingkan dengan capital gain, hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip oleh Gordon dan Lintner dari Suhartono (2004;44). Mereka membuat kiasan atas fenomena ini dengan sebutan bird in hand theory. Kiasan tersebut memiliki arti bahwa satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Bertolak belakang dengan apa yang telah diungkapkan oleh Gordon dan Linter, MM berpendapat jika investor memiliki rencana untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham di perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen yang dikeluarkan perusahaan tersebut. 2.1.1.3 Teori Preferensi Pajak Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah sebuah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Selanjutnya menurut Litzenberg dan Ramaswamy dalam Atmaja, L.S (1999) menyatakan bahwa dengan adanya pajak yang dikenai pada keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
12
Ada beberapa alasan yang membuat investor lebih memilih tingkat pembagian dividen yang rendah daripada tingkat pembagian dividen yang tinggi, yaitu: 1. Capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu para investor yang kaya (memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi. 2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu. 3. Jika selembar saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
2.1.1.4 Signaling Hypothesis Theory Dalam teori ini dijelaskan bahwa dengan adanya kenaikan atau penurunan dividen dapat digunakan oleh investor sebagai tanda atas kondisi pertumbuhan perusahaan. Biasanya akan terjadi kecenderungan kenaikan harga saham apabila juga terjadi peningkatan atas dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditujukan oleh meningkat/menurunnya dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi 2004:371).
2.1.1.5 Clientele Effect Theory Clientele Effect ini adalah sebuah kecenderungan sebuah perusahaan untuk menarik jenis investor tertentu yang menyukai kebijakan dividen mereka teori ini menyatakan bahwa 13
pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai tingkat divident payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor dengan preferensi tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. 2.1.2 Teori Keagenan Dalam teori keagenan, dikatakan bahwa manajer (agen) dan pemegang saham/investor (principal) memiliki kepentingan yang berbeda. Kondisi itu muncul dikarenakan adanya keinginan manajer yang menginginkan pembagian dividen yang kecil untuk memperkuat keuangan perusahaan bersangkutan terhadap masalah investasi perusahaan di masa depan. Pada sisi yang berbeda, para pemegang saham biasanya lebih memilih masalah tambahan dana perusahan tersebut diambilkan dari hutang perusahaan, tetapi tentu saja manajer tidak akan bisa sejalan dengan para pemegang saham dikarenakan pengambilan hutang dari luar memiliki resiko yang lebih tinggi. Perbedaan kepentingan seperti inilah yang membuat konflik kepentingan (agency conflict) muncul. Hubungan keagenan didefinisikan sebagai suatu kontrak, yakni salah satu atau beberapa orang (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut. Dalam kerangka kerja manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat diantara pemegang saham dengan manajer, pemegang saham dengan kreditor atau hubungan ketiganya (Suhartono 2004:45). Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham (Jensen et al. 1992). Agency theory muncul setelah fenomena terpisahnya
14
kepemilikan perusahaan dengan pengelolahan terdapat dimana-mana khususnya pada perusahaan-perusahaan besar yang modern, dimana satu atau lebih individu (pemilik) menggaji individu lain (agen) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen (Brigham, 1996). Agency theory menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah hubungan antara pemberi kerja (prinsipal) dan penerima tugas (agen) untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam manajemen keuangan hubungan keagenan muncul antara pemegang saham dengan manajer dan antara pemegang saham dengan kreditor. Masalah keagenan antara pemegang saham dengan manajer, sering terjadi, hal ini dikarenakan manajer tidak ikut memiliki saham perusahaan. Hal ini menyebabkan bahwa tidak semua keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dapat dinikmati oleh manajer, yang berakibat kepada kinerja mereka yang tidak lagi fokus terhadap tujuan utama mereka, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis, begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Dikarenakan pihak manajemen tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal. Jensen et al. (1992) menghubungkan adanya interaksi antara kebijakan dividen dan insider ownership. Untuk menunjukkan ketidaksimetrisan antara pemilik (insiders) dan investor luar. Jensen, menemukan bahwa keputusan finansial perusahaan dan insider ownership memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, menurut agency theory, para
15
manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan ( Jensen dan Meckling, 1976 ). 2.1.3 Insider Ownership Kepemilikan orang dalam (insider ownership) adalah sebuah ukuran persentase saham yang dimiliki oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling, 1976) dalam Agus Sartono (2001). Insider ownership juga dapat digunakan untuk mengukur biaya agen. Dengan semakin meningkatnya kepemilikan manajemen, maka biaya agensinya juga akan ikut turun, dengan asumsi bahwa manajer tersebut tetap mengharapkan peningkatan kesejahteraan yang lebih pada keputusannya. Dengan semakin meningkatnya insider ownership, maka informasi yang dimiliki oleh manajer yang juga sekaligus pemilik tersebut juga akan lebih lengkap. Hal tersebut membuat biaya agen yang dibutuhkan untuk memonitoring semakin kecil sebab pemilik sudah ikut merangkap sebagai manajemen. Untuk itu, apabila insider ownership semakin besar maka biaya agen yang mungkin muncul dapat ditekan serta, manajer memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menentukan kebijakan dividen. Berdasarkan kondisi tersebut, maka biasanya manajer lebih cenderung untuk membatasi dividen dan menggunakan dana yang ada untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan datang.
16
2.1.4 Resiko Pasar (β) Peningkatan beta (β) menggambarkan semakin tingginya resiko pasar. Menurut D’Souza dan Saxena (1999) dalam Suhartono (2004; 42), nilai beta (β) digunakan sebagai indikator pasar. Ketika nilai beta suatu perusahaan meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa resiko pasar yang dimiliki perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Hal itu menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut dapat menyebabkan perusahaan memperoleh kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk membiayai investasi mereka di masa depan. Mengutip dari apa yang dikatakan Jogiyanto (1998; 206) bahwa perusahaan enggan untuk menurunkan dividen, jika perusahaan memotong dividen, maka hal tersebut dianggap sebagai sinyal buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Untuk perusahaan dengan resiko yang tinggi, probabilitas untuk mengalami laba menurun juga akan tinggi. Resiko dalam saham itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Resiko sistematis (systematic risk) Resiko yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti halnya inflasi, resesi, suku bunga yang tinggi, dan keadaan perang. Resiko ini tidak dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab faktor-faktor tersebut mempengaruhi saham secara negatif. 2. Resiko diversifikasi (difersifiable risk) Resiko yang disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses. Resiko ini dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab resiko ini muncul karena kejadian yang bersifat acak.
17
2.1.5 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio adalah sebuah rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajiban yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Begitu juga sebaliknya, rasio yang semakin rendah juga akan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya ikut meningkat. Perusahaan dengan hutang yang tinggi biasanya memiliki kemampuan dalam membagi dividen yang rendah. Dari sini kita bisa melihat bahwa biasanya Debt to Equity Ratio memiliki hubungan negatif dengan kebijakan dividen yang dikeluarkan perusahaan. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai tentang kebijakan dividen telah dilakukan, diantaranya oleh
Suwaldiman dan Ahmad Aziz (2006). Dalam penelitian ini,
dinyatakan bahwa tingginya jumlah kepemilikan Insider Ownership tidak menyebabkan rendahnya rasio pembayaran dividen. Selain itu, penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sebuah perusahaan dengan resiko pasar yang tinggi juga tidak menyebabkan rasio pembayaran dividen menjadi rendah. Penelitian lain juga dilakukan oleh Agus Suhartono (2004; 46) yang membahas mengenai pengaruh insider ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Pada penelitan tersebut, ditunjukkan bahwa tingkat kepemilikan insider ownership memiliki hubungan terbalik dengan dividend payout ratio (DPR), dan tingkat risiko pasar juga memiliki hubungan yang terbalik dengan DPR. 18
Penelitian selanjutnya dilakuan oleh Attika Jauhari Hatta (2002; 9) yang lebih fokus dalam meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen: investigasi pengaruh teori stakeholder. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa variabel Insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap Divident Payout Ratio. Fauzan (2002) juga melakukan penelitian mengenai hubungan biaya keagenan, resiko pasar, dan kesempatan investasi dengan kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan lebih mengarah kepada hasil tertentu, yaitu hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara resiko perusahaan dengan kebijakan dividen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nugrahaini (2002) menyatakan bahwa terdapat hubungan interpendensi antara kebijakan insider ownership, debt, dan dividend. Penelitian tersebut membahas mengenai menguji bagaimana pengaruh insider ownership, debt, business risk, growth, size, dan fixed asset terhadap DPR 2.3 Kerangka Pemikiran Insider Ownership
Kebijakan Dividen
Resiko Pasar
. Debt to Equity Ratio
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
19
2.4 Hipotesis Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang terbentuk diatas, maka terdapat beberapa hipotesis yang dapat dikembangkan, yaitu Agus Sartono (2001) melakukan penelitian yang berfokus pada pengujian empirik teori keagenan (agency theory) di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan orang dalam, utang, dan kebijakan dividen. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa insider ownership berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa dividen akan mengurangi biaya keagenan (agency cost). Dalam penelitian Agus Sartono (2001: 116), disimpulkan bahwa dengan kenaikan tingkat kepemilikan insider mengakibatkan kebijakan pembayaran dividen menurun. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Insider Ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002) mengenai hubungan biaya keagenan, risiko pasar dan kesempatan berinvestasi dengan kebijakan dividen pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut terutama mengenai risiko pasar dan hubungannya dengan kebijakan dividen bahwa terdapat hubungan negatif antara risiko pasar yang diproksikan dengan β (beta) terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002:33), menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen belum mempertimbangkan faktor kesempatan berinvestasi dan faktor biaya keagenan melainkan faktor risiko perusahaan yang dijadikan pertimbangan dalam membuat kebijakan dividen.
20
Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Resiko Pasar berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang telah dilakukan oleh Prihantoro (2003) mengenai estimasi pengaruh deviden payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini menyatakan variabel rasio hutang dan modal (DER), secara parsial memiliki hubungan negatif signifikan terhadap DPR. Variabel ini juga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap DPR, setelah posisi kas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat DER yang berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Setiap kenaikan DER akan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan deviden kepada para pemegang saham, sehingga rasio pembayaran deviden akan semakin rendah. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat 2 kelompok variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Di sini yang bertindak sebagai variabel dependen adalah kebijakan dividen. Sedangkan variabel independen yang digunakan disini adalah insider ownership, resiko pasar, dan debt to equity ratio. 3.1.1 Divident Payout Ratio Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya dividen yang dibagikan kepada para investor (divident payout ratio). Dalam hal ini manajemen membuat keputusan berupa berapa besar persentase dividen yang dibagi dari EAT (Earning After Tax). Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur DPR adalah:
3.1.2 Insider Ownership Variabel ini sebagai variabel independen yang menggambarkan besar kepemilikan saham oleh manajemen dalam persentase. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa insider ownership adalah kepemilikan saham oleh directors (direktur/manajemen) dan commossioners (komisaris) dengan rumus matematis:
22
Keterangan: D & C SHRSit : Kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i pada Tahunt. TOTSHRSit
: Jumlah total dari saham biasa perusahan yang beredar.
3.1.3 Resiko Pasar Resiko pasar adalah variabel independen dimana nilai beta (β) menggambarkan kepekaan perubahan return suatu saham terhadap perubahan return pasar. Untuk mengukur nilai beta (β) dapat dilakukan persamaan regresi berdasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar, yaitu: R= α1 + βi.RM + e1 Keterangan: R1
: Return sekuritas ke I.
α1
: Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke I yang independen terhadap kinerja pasar.
β1
: Merupakan koefisien yang mengukur perubahan R akibat dari perubahan RM
RM
: Tingkat return dari indeks pasar.
e1
: Menunjukkan bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung kesalahan atas variabel ini juga sering disebut sebagai variabel pengganggu.
Tingkat keuntungan pasar (RM) dihitung dengan menggunakan data indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan rumus:
23
Dalam hal ini: t
: Hari ke t
t-1
: Hari sebelumnya
Keuntungan saham i (Ri) ditentukan dengan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dengan rumus:
Dalam hal ini: Pt
: Harga saham untuk hari ke t
Pt-1
: Harga saham dari hari sebelumnya
Untuk menghitung beta historis dapat menggunakan rumus:
Sedangkan beta historis untuk sekuritas ke \i di periode kedua dapat dihitung dengan rumus:
Beta sekuritas sendiri memiliki bias yang dapat dikoreksi dengan beberapa metode, yaitu: Metode Scholes dan William
24
Metode Dimson
Metode Fowler dan Rorke
: return sekuritas / perusahaan i pada hari ke t : return pasar pada hari ke t : alfa koreksi sekuritas i : beta hasil regresi return periode t lead dan t lag : kesalahan residu sekuritas i pada hari ke i Data beta koreksi pada penelitian ini diperoleh dari sumber Pojok BEJ di Universitas Gajah Mada (UGM). 3.1.4 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebuah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban perusahaan. Peningkatan DER memiliki arti bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban menjadi semakin menurun, dan begitu juga sebaliknya. Meskipun struktur modal perusahaan ikut meningkat akibat adanya tambahan modal yang berasal dari hutang, pihak perusahaan juga tidak boleh lupa bahwa secara otomatis kewajiban mereka ikut meningkat.
25
Dengan adanya peningkatan hutang dan kewajiban perusahaan, kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen juga akan ikut menurun, sehingga DER memiliki hubungan negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan cara:
Selain dari tiga variabel utama tersebut, dalam penelitian ini juga dimasukkan variabel kontrol. Variabel kontrol adalah variabel tambahan yang dievaluasi secara simultan berdasarkan hubungan aslinya. Variabel ini ditambahkan untuk menguji kemungkinan yang terjadi di luar variabel yang telah ada. Adapun variabel yang ditambahkan yaitu: 1. Market to book value (MTBV), yaitu perbandingan nilai buku ekuitas dengan nilai pasar ekuitas, rasio ini diukur dengan perbandingan nilai buku saham perusahaan. Rasio ini dinotasikan sebagai berikut:
2. Size yang diukur dengan total asset yang dimiliki perusahaan pada tahun tersebut (Suhartono, 2004). Variabel ini dipakai karena diprediksi mempunyai hubungan negatif dalam resiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Size
=
total asset
3. Profitability adalah variabel yang diukur dengan rasio laba operasi terhadap total asset (Jensen, Solberg, dan Zorn, 1992 dalam Agus Sartono, 2001). Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan return on asset (ROA) perusahaan, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan dating berdasarkan tingkat asset terteentu. Profitabilitas dihitung dengan persamaan:
26
4. Tingkat pertumbuhan (Growth) yang diukur dari pertumbuhan total asset (Suhartono, 2004). Variabel growth didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari total aktiva. Variabel ini di prediksi mempunyai hubungan positif dengan beta ( β ). Ynag dihitung dengan rumus :
Keterangan: TAt : Total asset tahun ini TAt-1 : Total asset tahun sebelumnya 5. Earning Variability (EV) adalah variabel keuntungan yang diukur dengan nilai dari price earning ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba perusahaan). Variabel laba ini dianggap sebagai resiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan ( β ) adalah positif. Earning variability dapat dihitung dengan persamaan:
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public dan terdafar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2004-2008. Metode yang digunakan dalam pemilihan pemilihan sample ini adalah purposive sampling, yaitu metode pemilihan sample dengan beberapa kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
27
1. Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2008. 2. Perusahaan tersebut harus tetap ada selama periode penelitian. 3. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan serta membayar dividen secara kontinyu selama periode penlitian. 4. Perusahaan tersebut juga memiliki insider ownership, serta data-data lain yang dibutuhkan selama penelitian ini.
3.3 Jenis dan sumber data Data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan sample dan data lain yang relevan dengan penelitian ini diantaranya diambil dari: 1. Data perusahaan yang go public dapat diperoleh dari Jakarta Stock Exchange (JSX) Fact Book. 2. Indonesian Market Capital Directory selama masa periode penelitian. 3. Jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan annual report dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 3.5 Metode Analisis Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan
28
memindahkan data ke dalam variabel yang digunakan pada penelitian ini. Dari nilai variabelvariabel itulah yang nantinya akan dimasukkan dan diolah melalui program SPSS. Persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara insider ownership, resiko pasar, dan debt to equity ratio perusahaan terkait dengan masalah pembayaran dividen. Selain menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, analisis regresi juga dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Untuk teknis statistik yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: DPRit = β0+ β1Insit+ β2Beta +β3DERit+β4MTBVit+ β5Sizeit + β6EVit + eit Keterangan: DPRit
= Rasio pembayaran dividen dari perusahaan i pada tahun t
Insit
= Insider Ownership dari perusahaan i pada tahun t
DER it
= Debt to Equity Ratio dari perusahaan i pada tahun t
Beta
= Resiko Pasar
MTBVit
= Market to Book Value dari perusahaan i pada tahun t
Sizeit
= Total asset perusahaan i pada tahun t
Evit
= Earning Variability dari perusahaan i pada tahun t
Proit
= Profitability dari perusahaan i pada tahun t
Growit
= Pertumbuhan total asset dari perusahaan i pada tahun t
29
β7Proit+β8Growit+
Untuk menguji pengaruh variabel independen secara individu, maka variabel diuji dengan uji T. Sedangkan untuk pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan diuji dengan uji F. 1. Pengujian Secara Serempak (uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen secara serempak atau gabungan. 2. Pengujian Parsial (uji T) Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji T, dimana tujuan pengujian ini adalah untuk menguji parameter secara parsial atau sendiri-sendiri dengan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, maka akan dilakukan analisa uji asumsi klasik seperti uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikoleniaritas, dan uji heteroskedastisitas. •
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan sebagai syarat sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda. Apabila persyaratan tersebut terpenuhi, maka regresi linier berganda tersebut dapat digunakan dan apabila tidak memenuhi persyaratan, maka regresi linier berganda tersebut tidak dapat digunakan sehingga harus menggunakan alat analisis lain. Uji asumsi klasik terdiri dari 4 pengujian (Ghozali, 2007) , yaitu: a. Uji normalitas Pengujian
ini
bertujuan
untuk
menguji
apakah
pengganggu/residual memiliki distribusi yang normal
30
dalam
model
regresi,
variabel
b. Uji asumsi autokorelasi Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah yang terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson. c. Uji asumsi multikolinearitas Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainnya. Apabila terdapat hubungan antar variabel bebas, maka dapat dinamakan terdapat masalah multikolinearitas. d. Uji asumsi heteroskedestisitas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Gejala heteroskedesitisitas dapat dideteksi dengan grafik scatterplot. Dalam grafik tersebut akan terlihat ada atau tidaknya polapola tertentu yang didapatkan dari penggunaan nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Selain itu, oleh Ghozali (2007) juga menggunakan metode linearitas, yaitu: •
Uji Goodness Of Fit
Pengujian ini adalah sebuah analisis ketepatan model yang digunakan untuk mendeteksi ketepatan yang paling baik dari garis regresi.
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data 4.1.1
Deskriptif Variabel Penelitian Penelitian menggunakan 1 buah variabel terikat, 3 buah variabel bebas dan 5 buah variabel
kontrol. Berikut adalah statistik deskriptif terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini: Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Variabel
Descriptive Statistics N Kebijakan Dividen Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity Market Value Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Earnings Variability Valid N (listwise)
35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Minimum .20 .00 .06 .15 .30 82470.00 1.20 -10.56 1.57
Maximum 142.17 25.60 .95 2.14 6.36 2.4E+07 30.61 54.49 47.72
Mean 43.0609 3.1760 .1121 .8014 2.2723 3939050 10.8526 14.8900 14.3026
Std. Deviation 32.70686 7.22178 .14553 .53882 1.83570 7715713.011 8.38204 16.13440 11.12836
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran C) Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Kebijakan Dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) adalah antara 0,20 sampai dengan 142,17 dengan rata-rata sebesar 43,061 dan standar deviasi sebesar 32,707. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang mempunyai kebijakan sebesar 142,17% dari laba per lembar sahamnya (earning per share).
32
Nilai kepemilikan manajerial adalah antara 0,00 sampai dengan 25,60 dengan rata-rata sebesar 3,176 dan standar deviasi sebesar 7,222. Tampak bahwa terdapat perusahaan di mana tidak ada kepemilikan oleh manajerial dan kepemilikan manajerial tertinggi pada perusahaan sampel hanya sebesar 25,60% saja.
Nilai Risiko pasar yang diukur dengan beta koreksi adalah antara 0,06 sampai dengan 0,95 dengan rata-rata sebesar 0,112 dan standar deviasi 0,146. Tampak bahwa terdapat perusahaan sampel yang mempunyai beta koreksi sampai dengan 0,95 di mana tingkat itu sangat tinggi risikonya karena hampir mendekati 1.
Nilai DER adalah antara 0,15 sampai dengan 2,14 dengan rata-rata sebesar 0,801 dan standar deviasi sebesar 0,539. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang mempunyai hutang sebesar 2,14 kali dibandingkan total modal perusahaan, di mana hal tersebut kurang baik karena mempunyai tingkat risiko kegagalan yang tinggi.
Nilai market value berkisar antara 0,3 sampai dengan 6,36 dengan rata-rata sebesar 2,272 dan standar deviasi sebesar 1,836. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang mempunyai nilai buku hanya 30% dari nilai pasar, akan tetapi ada juga perusahaan yang mempunyai nilai buku sampai dengan 6,36 kali dibandingkan nilai pasarnya.
Ukuran perusahaan adalah berkisar antara Rp. 82,470 M sampai dengan Rp. 24,073 T dengan rata-rata ukuran perusahaan adalah Rp. 3,939 T dan standar deviasi sebesar Rp. 7,715 T.
33
Tampak bahwa fluktuasi total asset perusahaan relatif tinggi karena ada perusahaan dengan asset di bawah Rp. 100 M tetapi ada juga perusahaan dengan total asset sampai dengan Rp. 24 T. Profitabilitas perusahaan berkisar antara 1,20 sampai dengan 30,61 dengan rata-rata sebesar 10,853 dan standar deviasi sebesar 8,382. Tampak bahwa tidak ada perusahaan yang mengalami kerugian yang ditunjukkan dengan ROA yang bernilai positif. Hal ini selaras dengan adanya kebijakan dividen, di mana perusahaan yang mengalami kerugian kecil sekali kemungkinan membagikan dividen. Pertumbuhan perusahaan berkisar antara -10,56 sampai dengan 54,49 dengan rata-rata pertumbuhan perusahaan sebesar 14,890 dan standar deviasi sebesar 16,134. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang mengalami penurunan total asset yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang bernilai negatif. Meskipun demikian, rata-rata perusahaan sampel bertumbuh sebesar 14,890 atau mengalami kenaikan total asset sebesar 14,890% dibandingkan tahun sebelumnya. Earnings Variability (EV) berkisar antara 1,57 sampai dengan 47,72 dengan rata-rata sebesar 14,3026 dan standar deviasi sebesar 11,12836. EV diukur dengan Price Earnings Ratio (PER) yang menggambarkan risiko perusahaan, di mana semakin tinggi PER berarti semakin tinggi pula tingkat risiko perusahaan. 4.1.2
Uji Asumsi Klasik Analisis regresi linear berganda memerlukan beberapa asumsi agar model tersebut layak
dipergunakan. Asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normalitas, uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Autokorelasi.
34
4.1.2.1 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilihat plot grafik antara ZPRED dengan SRESID yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot Dependent Variable: Kebijakan Dividen Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) Tampak bahwa titik-titik pada grafik telah relatif menyebar secara merata baik di atas 0 maupun di bawah nol yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model penelitian. Untuk memperkuat hasil pengujian tersebut maka dipergunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat signifikansi antara variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Berikut adalah uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser:
35
Tabel 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity Market Value Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Earnings Variability
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.488 8.084 .527 .280 -18.524 11.694 8.545 5.917 -6.116 2.442 -2.80E-07 .000 1.271 .420 .233 .118 .356 .276
Standardized Coefficients Beta .314 -.222 .380 -.926 -.178 .879 .310 .327
t .308 1.879 -1.584 1.444 -2.504 -1.211 3.023 1.970 1.292
Sig. .761 .072 .125 .161 .019 .237 .006 .060 .208
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran G) Tampak bahwa terdapat dua variabel bebas yang mempunyai signifikansi di bawah 0,05 yaitu variabel market value (0,019) dan profitabilitas (0,006). Berarti kedua variabel tersebut mengalami
gangguan
heteroskedastisitas.
Untuk
mengatasinya
dilakukan
dengan
mentransformasikan kedua variabel tersebut ke dalam bentuk logaritma natural. Dengan demikian akan memberikan hasil uji Glejser sebagai beriku
36
Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser (Transformasi)
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity LN_PBV Ukuran Perusahaan LN_ROA Pertumbuhan Earnings Variability
Unstandardized Coefficients B Std. Error 12.908 30.020 .217 .498 -20.397 21.047 .071 7.607 -3.258 9.071 -4.84E-07 .000 1.966 10.002 .325 .208 -.005 .616
Standardized Coefficients Beta .095 -.180 .002 -.176 -.226 .095 .318 -.003
t .430 .434 -.969 .009 -.359 -1.199 .197 1.560 -.007
Sig. .671 .668 .341 .993 .722 .241 .846 .131 .994
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran H) Tampak bahwa dengan mentransformasikan variabel market value dan profitabilitas maka gangguan heteroskedastisitas telah diatasi yang ditunjukkan dengan tidak adanya variabel bebas yang mempunyai signifikansi di bawah 0,05 terhadap absolut residualnya. 4.1.2.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dipergunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Penentuan nomal atau tidaknya suatu distribusi data ditentukan berdasarkan taraf signifikansi hasil hitung. Jika taraf signifikansi di atas 0,05 maka data diinterpretasikan terdistribusi normal, dan sebaliknya, jika taraf signifikansi hasil hitung di bawah 0,05 maka diinterpretasikan bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
37
Tabel 4.4 One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 35 .0000000 23.74335780 .154 .154 -.077 .911 .378
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran D) Tabel di atas menunjukkan bahwa taraf signifikansi adalah sebesar 0,378 > 0,05 yang menunjukkan bahwa nilai residualnya terdistribusi secara normal. Sedangkan plot grafiknya adalah sebagai berikut:
38
Gambar 4.2 Plot Grafik Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: Kebijakan Divide 1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 Tampak bahwa distribusi titik-titik pada grafik telah mendekati sumbu diagonalnya yang menunjukkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal. Dengan demikian, uji normalitas dengan plot grafik memperkuat hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov. 4.1.2.3 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF di bawah 10 atau tolerance di atas 0,1. Berikut adalah uji Multikolinearitas dalam penelitian ini:
39
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity LN_PBV Ukuran Perusahaan LN_ROA Pertumbuhan Earnings Variability
Unstandardized Coefficients B Std. Error -39.034 48.517 1.796 .806 -1.469 34.014 14.651 12.294 4.941 14.660 4.995E-07 .000 28.501 16.165 -.120 .337 .181 .996
Standardized Coefficients Beta .397 -.007 .241 .135 .118 .698 -.059 .062
t -.805 2.229 -.043 1.192 .337 .765 1.763 -.358 .182
Sig. .428 .035 .966 .244 .739 .451 .090 .723 .857
Collinearity Statistics Tolerance VIF .641 .885 .494 .127 .855 .129 .735 .177
1.561 1.130 2.024 7.860 1.169 7.733 1.360 5.664
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) Tabel di atas memberikan semua nilai VIF di bawah 10 atau nilai tolerance di atas 0,1 dengan nilai VIF tertinggi adalah sebesar 7,860 untuk variabel Market Value. Berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas pada model dalam penelitian ini. 4.1.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi menggunakan Run Test memberikan hasil output sebagai berikut:
40
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual -4.13030 17 18 35 19 .005 .996
a. Median
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 Tampak bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,996 > 0,05 yang memperkuat hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson. Dengan demikian, dinyatakan bahwa tidak terdapat gangguan autokorelasi pada model penelitian. 4.1.2.5 Identifikasi Data Outliers Langkah berikutnya adalah dengan mengidentifikasi data outlier yaitu dengan casewise diagnostics dan dengan mahalanobis. Berikut adalah nilai casewise pada penelitian ini:
41
Tabel 4.7 Nilai Casewise
Casewise Diagnosticsa Case Number 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Std. Residual -.152 .133 -.233 -.894 -.501 .436 1.792 -.661 .028 -1.593 -.060 -.337 .237 .787 -.661 .491 .471 -.877 -.535 .082 -.047 -.491 -.225 1.144 -1.095 -.273 .446 .048 -.836 -.179 -.162 -1.037 2.241 2.404 .109
Kebijakan Dividen 28.19 53.74 26.52 .23 54.79 73.25 29.19 14.80 50.91 15.06 .42 54.35 76.64 27.06 19.97 47.73 29.49 .29 51.77 75.60 24.14 31.39 33.32 72.42 .22 57.57 89.89 39.50 30.47 35.81 59.35 .20 121.52 142.17 39.16
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E)
42
Predicted Value 32.3203 50.1377 32.8549 24.5077 68.3973 61.4195 -19.4545 32.7477 50.1531 58.3012 2.0491 63.4896 70.1970 5.6794 37.9205 34.3852 16.7025 24.1123 66.3065 73.3821 25.4176 44.7145 39.4324 41.3541 29.9567 64.9781 77.7725 38.1840 53.1592 40.6684 63.7604 28.3513 60.6685 76.8997 36.2034
Residual -4.1303 3.6023 -6.3349 -24.2777 -13.6073 11.8305 48.6445 -17.9477 .7569 -43.2412 -1.6291 -9.1396 6.4430 21.3806 -17.9505 13.3448 12.7875 -23.8223 -14.5365 2.2179 -1.2776 -13.3245 -6.1124 31.0659 -29.7367 -7.4081 12.1175 1.3160 -22.6892 -4.8584 -4.4104 -28.1513 60.8515 65.2703 2.9566
Pada kolom standard residual tampak bahwa nilai tertinggi adalah sebesar 2,404 untuk data ke-34. Nilai tersebut masih di bawah 3 atau 2,5 sehingga diinterpretasikan bahwa tidak terdapat data outliers pada model penelitian ini. Untuk memperkuat hasil pengujian tersebut, dipergunakan uji mahalanobis di mana data outliers terjadi jika nilainya di atas nilai Chi Square. Berikut adalah nilai parameter residual dalam penelitian ini: Tabel 4.8 Parameter Residual
Residuals Statisticsa Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Minimum -19.4545 -2.779
Maximum 77.7725 1.543
Mean 43.0609 .000
Std. Deviation 22.49425 1.000
N
7.14267
27.06286
13.24157
3.82713
35
-162.2163 -43.2412 -1.593 -1.846 -58.1005 -1.942 1.382 .000 .041
73.1605 65.2703 2.404 2.904 201.7163 3.464 32.807 6.093 .965
36.5765 .0000 .000 .028 6.4843 .055 7.771 .212 .229
42.42875 23.74336 .874 1.012 46.46156 1.097 5.715 1.027 .168
35 35 35 35 35 35 35 35 35
35 35
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai mahalonobis distance yang tertinggi adalah sebesar 32,807. Adapun nilai Chi Square untuk N = 35 pada tingkat signifikansi 0,001 adalah sebesar 66,6188. Tampak bahwa nilai mahalanobis distance yang tertinggi masih di bawah nilai Chi Square tabel (32,807 < 66,6188) yang memperkuat hasil pengujian dengan casewise yaitu tidak terdapat data outliers dalam penelitian ini
43
4.1.3
Uji Goodness of Fit Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa besar
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini: Tabel 4.9 Uji Goodness of Fit
Model Summaryb Model 1
R R Square .688a .473
Adjusted R Square .311
Std. Error of the Estimate 27.15157
a. Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,688 dan koefisien determinasi dengan Adjusted R Square sebesar 0,311. Tampak bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikat adalah relatif tinggi yaitu sebesar 31,1% atau hampir setengah dari variasi kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh keenam variabel dalam penelitian ini. Selebihnya, yaitu sebesar 100% - 31,1% = 68,9% dijelaskan oleh faktor selain variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
44
4.1.4
Uji F Uji F (uji simultan) adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikatnya yaitu Kebijakan dividen. Berikut adalah nilai F hitung dalam penelitian ini: Tabel 4.10 Uji F
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 17203.706 19167.399 36371.105
df 8 26 34
Mean Square 2150.463 737.208
F 2.917
Sig. .018a
a. Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV b. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) Tampak bahwa nilai F hitung adalah sebesar 2,917 dengan taraf signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi adalah di bawah 0,05 menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 4.1.5
Uji Hipotesis Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai t hitung dan taraf signifikansinya dalam penelitian ini:
45
Tabel 4.11 Uji Hipotesis Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity LN_PBV Ukuran Perusahaan LN_ROA Pertumbuhan Earnings Variability
Unstandardized Coefficients B Std. Error -39.034 48.517 1.796 .806 -1.469 34.014 14.651 12.294 4.941 14.660 4.995E-07 .000 28.501 16.165 -.120 .337 .181 .996
Standardized Coefficients Beta .397 -.007 .241 .135 .118 .698 -.059 .062
t -.805 2.229 -.043 1.192 .337 .765 1.763 -.358 .182
Sig. .428 .035 .966 .244 .739 .451 .090 .723 .857
Collinearity Statistics Tolerance VIF .641 .885 .494 .127 .855 .129 .735 .177
1.561 1.130 2.024 7.860 1.169 7.733 1.360 5.664
a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Sumber: Data sekunder diolah, 2011 (Lampiran E) 1. Hipotesis 1 Nilai signifikansi untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,035. Tampak bahwa 0,035 < 0,05 yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh ini berkebalikan arahnya dengan hipotesis yang dirumuskan. Dengan demikian hipotesis 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Insider Ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak. 2. Hipotesis 2 Nilai signifikansi untuk variabel risiko pasar adalah sebesar 0,966. Tampak bahwa 0,966 > 0,05 yang menunjukkan bahwa risiko pasar tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Risiko pasar berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak.
46
3. Hipotesis 3 Nilai signifikansi untuk variabel DER adalah sebesar 0,244. Tampak bahwa 0,244 > 0,05 yang menunjukkan bahwa DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak. 4.2 Pembahasan 1. Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. Akan tetapi arahnya berkebalikan, sehingga hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suwaldman dan Azis (2006) yang juga tidak menemukan adanya pengaruh negatif antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen.
Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan yang ia pimpin mempunyai peran ganda, yaitu sebagai manajer sekaligus sebagai investor. Secara teoritik ia sebagai manajer akan termotivasi untuk memperoleh return yang tinggi, misalnya dengan menekan jumlah pembayaran dividen agar ia punya jumlah kas yang cukup untuk pembayaran bonusnya sebagai manajemen. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori tersebut, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya: dividen tidak memberi kontribusi maksimum terhadap return saham; tidak dianutnya imputation tax system di Indonesia.
47
Dividen adalah salah satu sumber aliran kas bagi para investor, akan tetapi dividen bukan merupakan motivator utama bagi investor untuk membeli atau tidak membeli saham tertentu. Capital gain yang didapat dari fluktuasi harga saham justru merupakan motivator terbesar bagi investor untuk berinvestasi. Sementara itu, sebuah negara yang tidak menerapkan imputation tax system maka akan menerapkan penarikan pajak berganda terhadap dividend yang Pertama, laba perusahaan sudah terkena pajak pendapatan, kedua ketika laba tersebut dibagikan dalam bentuk dividend dikenakan lagi pajak penghasilan perseorangan. Dalam sebuah negara yang tidak menerapkan imputation tax system, misalnya Indonesia maka kebijakan pembayaran dividen yang tinggi tidak akan memotivasi investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut karena investor tidak akan mendapatkan keuntungan pajak dari dividend yang mereka terima. 2. Market Value terhadap Kebijakan Dividen Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara market value terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwaldman dan Azis (2006) yang juga tidak menemukan adanya pengaruh antara market value terhadap kebijakan dividen. Menurut penelitian yang dilakukan Achmad Friady Dhailami (2006) ditolaknya hipotesis 2 ini dikarenakan : 1. Perusahaan beranggapan dengan membayar dividen maka resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan manahannya dalam bentuk laba ditahan.
48
2. Sesuai dengan bird in the hand theory yang dikemukan oleh Gordon dan Lintner, yang menyatakan bahwa investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen.
Ditolaknya hipotesis ke dua dalam penelitian ini menguatkan teori Modigliani dan Miller tentang tidak relevannya kebijakan dividen dengan return saham. Risiko sistematis (beta) adalah risiko yang berkaitan dengan faktor pasar dan ekonomi yang luas, bukan faktor-faktor individual perusahaan. Dengan demikian kebijakan-kebijakan internal perusahaan (seperti jumlah pembayaran dividen) tidak berkorelasi dengan faktor risiko sistematis. Besar kecilnya jumlah dividen yang akan dibagi adalah merupakan discretionary policy yang ada di tangan manajemen, sehingga faktor beta bukan merupakan faktor penentu terhadap jumlah dividen yang akan dibagikan oleh manajemen.
3. DER terhadap Kebijakan Dividen Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak. Semakin tinggi DER berarti semakin tinggi hutang perusahaan dan juga semakin tinggi tingkat risiko kegagalan perusahaan. Kondisi ini akan membuat para manajer mengurangi besarnya dividen, karena dana yang tersedia akan digunakan untuk melunasi kewajiban jangka panjang perusahaan yang relatif tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
49
DER maka semakin tinggi pula kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan. Ditolaknya hipotesis 3 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa para manajer mempunyai kebijakan memberikan dividen yang tinggi karena untuk menciptakan isu positif di mata investor. Meskipun tingkat hutang tinggi, akan tetapi manajer tetap mempunyai cash flow dari adanya hutang tersebut yang dipergunakan untuk membayar dividen kepada investor. Hal ini dilakukan agar tidak kehilangan kepercayaan dari investor akibat adanya hutang yang tinggi pada perusahaan.
50
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka berikut adalah kesimpulan yang
dapat diberikan: 1. Tidak terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Insider Ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak. 2. Tidak terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Risiko pasar berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak. 3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara DER terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian, hipotesis 3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen’ ditolak. 5.2
Keterbatasan Penelitian Hanya sedikit perusahaan yang konsisten membagikan dividen selama 5 tahun dalam
periode penelitian sehingga sampel penelitian juga relatif sedikit. 5.3
Saran Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan menggunakan sampel perusahaan
yang lebih banyak, sehingga lebih mampu mewakili kondisi BEI secara general, misalnya dengan menambahkan kategori non keuangan.
51
DAFTAR PUSTAKA Atmaja, L.S, 1999, Manajemen Keuangan, edisi 2, Andi Offset, Yogyakarta. Awat, N.J, 1999, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Brigham, E.F dan Houston, J.F, 2001, Fundamentals of Financial Management, USA : Thomson. Dhailami, Achmad Friady, 2006, Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003, Yogyakarta. Fauzan. 2002, “Hubungan biaya Keagenan, Risiko Pasar dan Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Deviden”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No.2, September, hal : 114-138. Ghozali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang. Jauhari, A.H, 2002, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.6, No.2, Desember, hal : 1-22. Jensen et al, 1992, “Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt, and Dividend Policies”, Journal of Financial and Quantitative Analiysis, Vol 27, No.2, hal : 247-263 Jogiyanto, H.M, 2000, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga Mulyono, Budi, 2009, Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size dan Investment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden (Studi pada Industri Manufaktur yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2007), Semarang.
52
Sartono, Agus, 2001. Kepemilikan Orang Dalam (Insider Ownership), Utang dan Kebijakan Deviden : Pengujian empiric Teori Keagenan (Agency Theory), Jurnal Siasat Bisnis (JSB), Vol 2, No.6, hal : 107-119. Husnan, Suad, 1989, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Suhartono, 2004, Pengaruh Insider Ownership, Net Organizational Capital, dan Resiko Pasar Terhadap Kebijakan Deviden, KAJIAN BISNIS, Vol.12, No.1, 2004, 41-56, Januari, hal 41-55. Suwaldiman dan Ahmad Aziz, 2006, Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Deviden, SINERGI, vol. 8, No.1, Januari, hal : 53-64. Van Horne, J.C, 1998, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jakarta : Salemba Empat. Wahidahwati, 2002, “Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts : Analisis Persamaan Simultan Non Linear dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Deviden”, Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, September, hal : 601-625.
53
LAMPIRAN - LAMPIRAN
54
LAMPIRAN A SAMPEL PENELITIAN No
KODE
Emiten
1 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 2 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 3 BRAM MULIA Tbk 4 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 5 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 6 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 7 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk.
DPR 2004 2005 2006 2007 28.19 14.80 19.97 31.39 53.74 50.91 47.73 33.32 26.52 0.23 54.79 73.25 29.19
15.06 0.42 54.35 76.64 27.06
55
29.49 0.29 51.77 75.60 24.14
2008 30.47 35.81
2004 0.00 1.74
Insider 2005 2006 2007 0.00 0.00 0.00 1.74 2.06 2.06
2008 0.00 2.06
72.42 59.35 17.31 17.31 17.31 23.52 25.60 0.22 0.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 57.57 121.52 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 89.89 142.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 39.50 39.16 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
No 1 2 3 4 5 6 7
2004 0.0981 0.0718 0.0918 0.0803 0.0841 0.0973 0.0705
Risiko Pasar 2005 2006 2007 0.0848 0.0822 0.0819 0.0846 0.0735 0.0813 0.0629 0.0780 0.0918 0.0977 0.0945 0.0976 0.0903 0.0945 0.1117 0.0830 0.0954 0.1224 0.0930 0.0848 0.9450
2008 2004 2005 0.0770 0.57 0.84 0.1098 0.69 0.69 0.0658 1.18 0.87 0.1093 0.46 0.61 0.0694 0.30 0.21 0.0893 1.11 1.52 0.0794 0.41 0.62
DER 2006 2007 2008 1.05 1.29 1.86 0.65 0.68 0.55 0.61 0.52 0.48 0.58 0.73 1.32 0.20 0.18 0.15 2.08 2.14 1.73 0.58 0.34 0.25
56
2004 2.78 2.14 0.51 1.06 3.32 3.39 0.56
2005 2.12 1.71 0.51 0.70 3.02 4.62 0.39
PBV 2006 4.62 1.49 1.03 1.28 3.8 5.84 0.67
2007 6.36 1.16 0.96 1.24 4.2 5.86 0.8
2008 5.59 0.53 0.81 0.7 2.43 3.03 0.3
No 1 2 3 4 5 6 7
2003 2004 59004 82470 17338899 20591389 1543441 1710352 1284779 1280645 200328 200466 483004 558388 369799 445145
Size ROA 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 107668 133360 167583 258898 7.86 7.30 5.75 5.82 7.77 22128851 21733034 23779951 24072959 8.69 8.54 4.64 6.07 7.81 1709355 1528904 1554863 1672766 2.48 6.99 1.2 2.52 5.67 1459969 1553377 1893175 2922998 6.65 3.13 6.02 7.48 6.71 218034 282699 331062 375064 28.55 26.46 30.61 27.03 26.29 575385 610437 621835 941389 15.45 15.12 12.05 13.57 23.61 548245 590296 589322 636409 1.65 4.33 7.52 13.15 15.35
57
2004 22.55 14.56 8.49 10.81 8.92 10.38 23.97
2005 15.78 11.86 3.54 13.75 9.43 12.11 5.54
EV 2006 39.14 19.47 46.69 13.27 10.35 15.75 5.65
2007 47.72 11.33 21.84 9.47 13.14 13.73 4.54
2008 25.14 4.35 8.55 4.45 8.06 4.69 1.57
LAMPIRAN B DATA REGRESI
No KODE Emiten 1 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 2 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 3 BRAM MULIA Tbk 4 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 5 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 6 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 7 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 8 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 9 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 10 BRAM MULIA Tbk 11 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 12 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 13 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 14 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 15 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 16 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 17 BRAM MULIA Tbk 18 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 19 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 20 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
Tahun 2004 2004
Risiko DPR Insider Pasar DER PBV Size 28.19 0.00 0.0981 0.57 2.78 82470 53.74 1.74 0.0718 0.69 2.14 20591389
ROA Pertumbuhan 7.86 39.77 8.69 18.76
EV 22.55 14.56
2004 2004 2004 2004 2004 2005 2005
26.52 0.23 54.79 73.25 29.19 14.80 50.91
17.31 0.00 0.00 0.00 0.09 0.00 1.74
0.0918 0.0803 0.0841 0.0973 0.0705 0.0848 0.0846
1.18 0.46 0.30 1.11 0.41 0.84 0.69
0.51 1710352 2.48 1.06 1280645 6.65 3.32 200466 28.55 3.39 558388 15.45 0.56 445145 1.65 2.12 107668 7.30 1.71 22128851 8.54
10.81 -0.32 0.07 15.61 20.37 30.55 7.47
8.49 10.81 8.92 10.38 23.97 15.78 11.86
2005 2005 2005 2005 2005 2006 2006
15.06 0.42 54.35 76.64 27.06 19.97 47.73
17.31 0.00 0.00 0.00 0.09 0.00 2.06
0.0629 0.0977 0.0903 0.0830 0.0930 0.0822 0.0735
0.87 0.61 0.21 1.52 0.62 1.05 0.65
0.51 1709355 6.99 0.70 1459969 3.13 3.02 218034 26.46 4.62 575385 15.12 0.39 548245 4.33 4.62 133360 5.75 1.49 21733034 4.64
-0.06 14.00 8.76 3.04 23.16 23.86 -1.79
3.54 13.75 9.43 12.11 5.54 39.14 19.47
2006 2006 2006 2006
29.49 0.29 51.77 75.60
17.31 0.00 0.00 0.00
0.0780 0.0945 0.0945 0.0954
0.61 0.58 0.20 2.08
1.03 1.28 3.80 5.84
-10.56 6.40 29.66 6.09
46.69 13.27 10.35 15.75
58
1528904 1.2 1553377 6.02 282699 30.61 610437 12.05
21 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 22 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 23 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 24 BRAM MULIA Tbk 25 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 26 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 27 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 28 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk. 29 CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk. 30 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. PT. INDO KORDSA Tbk. dahulu PT. BRANTA 31 BRAM MULIA Tbk 32 MYOR PT. Mayora Indah Tbk. 33 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 34 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 35 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk.
2006 2007 2007
24.14 31.39 33.32
2007 2007 2007 2007 2007 2008 2008
72.42 0.22 57.57 89.89 39.50 30.47 35.81
23.52 0.00 0.00 0.00 0.09 0.00 2.06
0.0918 0.0976 0.1117 0.1224 0.9450 0.0770 0.1098
2008 59.35 2008 0.20 2008 121.52 2008 142.17 2008 39.16
25.60 0.00 0.00 0.00 0.09
0.0658 0.1093 0.0694 0.0893 0.0794
59
0.09 0.0848 0.58 0.67 590296 0.00 0.0819 1.29 6.36 167583 2.06 0.0813 0.68 1.16 23779951
7.52 5.82 6.07
7.67 25.66 9.42
5.65 47.72 11.33
0.52 0.73 0.18 2.14 0.34 1.86 0.55
0.96 1554863 2.52 1.24 1893175 7.48 4.20 331062 27.03 5.86 621835 13.57 0.80 589322 13.15 5.59 258898 7.77 0.53 24072959 7.81
1.70 21.87 17.11 1.87 -0.17 54.49 1.23
21.84 9.47 13.14 13.73 4.54 25.14 4.35
0.48 1.32 0.15 1.73 0.25
0.81 0.70 2.43 3.03 0.30
7.58 54.40 13.29 51.39 7.99
8.55 4.45 8.06 4.69 1.57
1672766 5.67 2922998 6.71 375064 26.29 941389 23.61 636409 15.35
LAMPIRAN C STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics Kebijakan Dividen
N 35
Minimum .20
Maximum 142.17
Mean 43.0609
Std. Deviation 32.70686
Kepemilikan Manajerial
35
.00
25.60
3.1760
7.22178
Risiko Pasar
35
.06
.95
.1121
.14553
Debt to Equity
35
.15
2.14
.8014
.53882
Market Value
35
.30
35
82470.00
Profitabilitas
35
1.20
6.36 24072959. 00 30.61
2.2723 3939049.8 000 10.8526
1.83570 7715713.0105 2 8.38204
Pertumbuhan
35
-10.56
54.49
14.8900
16.13440
Earnings Variability
35
1.57
47.72
14.3026
11.12836
Valid N (listwise)
35
Ukuran Perusahaan
60
LAMPIRAN D UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 35
N Normal Parameters(a,b) Most Differences
Extreme
Mean
.0000000
Std. Deviation
23.74335780
Absolute
.154
Positive
.154
Negative
-.077
Kolmogorov-Smirnov Z
.911
Asymp. Sig. (2-tailed)
.378
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
61
LAMPIRAN E ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Descriptive Statistics
Kebijakan Dividen
Mean 43.0609
Std. Deviation 32.70686
N 35
Kepemilikan Manajerial
3.1760
7.22178
35
Risiko Pasar
.1121
.14553
35
Debt to Equity
.8014
.53882
35
LN_PBV
.89052 7715713.0105 2 .80104
35
LN_ROA
.4666 3939049.8 000 2.0963
Pertumbuhan
14.8900
16.13440
35
Earnings Variability
14.3026
11.12836
35
Ukuran Perusahaan
35 35
Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV(a)
Variables Removed
Method
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Model Summary(b)
Model 1
R .688(a)
R Square .473
Adjusted R Square .311
Std. Error of the Estimate 27.15157
a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV b Dependent Variable: Kebijakan Dividen
ANOVA(b)
Model 1
Regressio n Residual Total
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
17203.706
8
2150.463
2.917
.018(a)
19167.399
26
737.208
36371.105
34
a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV b Dependent Variable: Kebijakan Dividen Coefficients(a)
62
Coefficients(a)
Model 1
Unstandardized Coefficients Std. B Error -39.034 48.517
(Constant) Kepemilikan 1.796 Manajerial Risiko Pasar -1.469 Debt to Equity 14.651 LN_PBV 4.941 Ukuran 4.995EPerusahaan 07 LN_ROA 28.501 Pertumbuhan -.120 Earnings .181 Variability a Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-.805
.428
Collinearity Statistics Toleranc e VIF
.806
.397
2.229
.035
.641
1.561
34.014 12.294 14.660
-.007 .241 .135
-.043 1.192 .337
.966 .244 .739
.885 .494 .127
1.130 2.024 7.860
.000
.118
.765
.451
.855
1.169
16.165 .337
.698 -.059
1.763 -.358
.090 .723
.129 .735
7.733 1.360
.996
.062
.182
.857
.177
5.664
63
Casewise Diagnostics(a)
Case Number 1
Std. Residual -.152
Kebijakan Dividen 28.19
Predicted Value 32.3203
Residual -4.1303
2
.133
53.74
50.1377
3.6023
3
-.233
26.52
32.8549
-6.3349
4
-.894
.23
24.5077
-24.2777
5
-.501
54.79
68.3973
-13.6073
6
.436
73.25
61.4195
11.8305
7
1.792
29.19
-19.4545
48.6445
8
-.661
14.80
32.7477
-17.9477
9
.028
50.91
50.1531
.7569
10
-1.593
15.06
58.3012
-43.2412
11
-.060
.42
2.0491
-1.6291
12
-.337
54.35
63.4896
-9.1396
13
.237
76.64
70.1970
6.4430
14
.787
27.06
5.6794
21.3806
15
-.661
19.97
37.9205
-17.9505
16
.491
47.73
34.3852
13.3448
17
.471
29.49
16.7025
12.7875
18
-.877
.29
24.1123
-23.8223
19
-.535
51.77
66.3065
-14.5365
20
.082
75.60
73.3821
2.2179
21
-.047
24.14
25.4176
-1.2776
22
-.491
31.39
44.7145
-13.3245
23
-.225
33.32
39.4324
-6.1124
24
1.144
72.42
41.3541
31.0659
25
-1.095
.22
29.9567
-29.7367
26
-.273
57.57
64.9781
-7.4081
27
.446
89.89
77.7725
12.1175
28
.048
39.50
38.1840
1.3160
29
-.836
30.47
53.1592
-22.6892
30
-.179
35.81
40.6684
-4.8584
31
-.162
59.35
63.7604
-4.4104
32
-1.037
.20
28.3513
-28.1513
33
2.241
121.52
60.6685
60.8515
34
2.404
142.17
76.8997
65.2703
36.2034
2.9566
35
.109 39.16 a Dependent Variable: Kebijakan Dividen
64
Residuals Statistics(a) Minimum -19.4545
Maximum 77.7725
Mean 43.0609
Std. Deviation 22.49425
N 35
-2.779
1.543
.000
1.000
35
7.14267
27.06286
13.24157
3.82713
35
Adjusted Predicted Value
-162.2163
73.1605
36.5765
42.42875
35
Residual
-43.2412
65.2703
.0000
23.74336
35
Std. Residual
-1.593
2.404
.000
.874
35
Stud. Residual
-1.846
2.904
.028
1.012
35
Deleted Residual
-58.1005
201.7163
6.4843
46.46156
35
Stud. Deleted Residual
-1.942
3.464
.055
1.097
35
Mahal. Distance
1.382
32.807
7.771
5.715
35
Cook's Distance
.000
6.093
.212
1.027
35
Centered Leverage Value
.041
.965
.229
.168
35
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error Predicted Value
of
a Dependent Variable: Kebijakan Dividen
Charts
Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: Kebijakan Divide 1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
Observed Cum Prob
65
.75
1.00
LAMPIRAN F UJ AUTOKORELASI Runs Test
Unstandardized Residual Test Value(a)
-4.13030
Cases < Test Value
17
Cases >= Test Value
18
Total Cases
35
Number of Runs
19
Z
.005
Asymp. Sig. (2-tailed)
.996
a Median
66
LAMPIRAN G UJI HETEROSKEDASTISITAS DENGAN GLEJSER Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Market Value(a)
Variables Removed
Method
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: ABS_RES Model Summary
Model 1
R .735(a)
R Square .541
Adjusted R Square .400
Std. Error of the Estimate 9.39159
a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Market Value ANOVA(b)
Model 1
Regressio n Residual
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
2702.390
8
337.799
3.830
.004(a)
2293.252
26
88.202
Total
4995.641 34 a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Market Value b Dependent Variable: ABS_RES Coefficients(a)
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity Market Value Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Earnings Variability a Dependent Variable: ABS_RES
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B 2.488
Std. Error 8.084
Beta
.527
.280
-18.524 8.545 -6.116
t
Sig.
.308
.761
.314
1.879
.072
11.694 5.917 2.442
-.222 .380 -.926
-1.584 1.444 -2.504
.125 .161 .019
-2.801E-07
.000
-.178
-1.211
.237
1.271 .233
.420 .118
.879 .310
3.023 1.970
.006 .060
.356
.276
.327
1.292
.208
67
LAMPIRAN H UJI GLEJSER TRANSFORMASI Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV(a)
Method
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: ABS_RES
Model Summary Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R R Square .455(a) .207 -.038 16.80044 a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV Model 1
ANOVA(b) Sum of df Mean Square F Sig. Squares Regression 1910.982 8 238.873 .846 .572(a) Residual 7338.625 26 282.255 Total 9249.607 34 a Predictors: (Constant), Earnings Variability, Pertumbuhan, Risiko Pasar, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity, Kepemilikan Manajerial, LN_ROA, LN_PBV b Dependent Variable: ABS_RES Model 1
Coefficients(a)
Model 1
(Constant) Kepemilikan Manajerial Risiko Pasar Debt to Equity LN_PBV Ukuran Perusahaan LN_ROA Pertumbuhan Earnings Variability a Dependent Variable: ABS_RES
Unstandardized Coefficients B Std. Error 12.908 30.020
Standardized Coefficients Beta
t .430
Sig. .671
.217
.498
.095
.434
.668
-20.397 .071 -3.258
21.047 7.607 9.071
-.180 .002 -.176
-.969 .009 -.359
.341 .993 .722
-4.841E-07
.000
-.226
-1.199
.241
1.966 .325
10.002 .208
.095 .318
.197 1.560
.846 .131
-.005
.616
-.003
-.007
.994
68