Pengaruh Ide-ide Kosmopolitanisme pada Corporate Social Responsibility (CSR) Benetton Group melalui UNHATE Foundation Erryn Mutiara Paramytha ABSTRAK
This paper try to explain how far is the idea of cosmopolitanism that influence programmes from UNHATE Foundation which is a foundation created by Benetton Group, a garment corporation from Italy, as one of the type of their Corporate Social Responsibility (CSR). UNHATE Foundation, unlike the other CSR that focus on popular topics such as protect the environment, reduce the pollution, education, and other popular isssue, is a unique CSR because of the topic that they adopt which is focus on social issues that is close to the ideas of cosmopolitanism especially about human rights, respect the differences and universal community. This case will be explained by the corellation of the strategic CSR by Michael Porter and the ideas of cosmopolitanism by Martha C. Nussbaum. The ideas of cosmopolitanism in the end influencing UNHATE Foundation especially with the idea of human rights, respect the differences and universal community which is can be seen by looking at all the programmes that implemented by UNHATE Foundation which emphasized in creating the culture of unhate, wants to contribute to international community, fight all forms of discrimination with ask all the citizen of the world to participate in UNHATE Foundation projects. Keywords: Benetton Group, UNHATE Foundation, CSR, the ideas of cosmopolitanism Penelitian kali ini mencoba menjelaskan sejauh mana ide-ide dari kosmopolitanisme memengaruhi program-program dari UNHATE Foundation yang merupakan yayasan yang sebagai salah satu bentuk dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dibentuk oleh Benetton Group, yang merupakan sebuah perusahaan garmen dari Italia. UNHATE Foundation tidak seperti CSR lainnya dimana ketika banyak perusahaan yang fokus kepada isu-isu populer seperti isu mengenai lingkungan, pengurangan polusi, pendidikan serta isu populer lainnya, UNHATE Foundation justru membawa isu-isu sosial yang lebih dekat ke masyarakat dan condong ke ide-ide kosmopolitanisme terutama mengenai hak asasi manusia, menghormati perbedaan dan komunitas universal. Permasalahan ini kemudian dianalisis menggunakan hubungan dari bagaimana suatu CSR itu bisa menjadi CSR yang strategis melalui isu-isu sosial yang diutarakan oleh Michael Porter yang ini dihubungkan dengan ide-ide kosmopolitanisme oleh Martha C. Nussbaum. Ide-ide kosmopolitanisme pada akhirnya memang memengaruhi UNHATE Foundation terutama mengenai hak asasi manusia, komunitas universal dan menghormati perbedaan yang dapat dilihat dari program-program yang diimplementasikannya yang terutama menekankan dalam menciptakan the culture of unhate, ingin berkontribusi pada komunitas universal, memerangi segala bentuk diskriminasi dengan mengajak semua warga negara dunia untuk berpartisipasi dalam proyekproyek UNHATE Foundation. Kata Kunci: Benetton Group, UNHATE Foundation, CSR, Ide-ide Kosmopolitanisme 1
Corporate Social Responsibility (CSR) kini tengah menjadi tren di dunia bisnis. Banyak perusahaan yang sudah melakukan program CSR nya. Seperti misalnya Body Shop yang berhasil menerapkan CSR nya dan menjadi ternama dikarenakan program CSR nya tersebut. Isu-isu yang diangkat pun merupakan isu-isu yang populer. Body Shop mengangkat isu mengenai lingkungan dan perlindungan mengenai hewan (www.thebodyshop.co.id, n.d). Lalu juga Marks and Spencer (M&S) yang juga merupakan salah satu perusahaan garmen terbesar di dunia yang berasal dari Inggris, melakukan kegiatan CSR nya yang sudah cukup sukses yang diberi nama Plan A. Plan A ini pada dasarnya merupakan upaya dari M&S dalam melawan perubahan iklim, mengurangi sampah, selalu berupaya untuk menggunakan bahanbahan yang dapat diolah kembali, berdagang secara etis dan juga membantu konsumen agar hidup lebih sehat (www.plana.marksandspencer.com, 2012) Pada dasarnya memang terdapat isu-isu populer yang digunakan perusahaan dalam membuat CSR nya seperti misalnya tema mengenai lingkungan, pendidikan, penghematan energi serta memperlakukan karyawan dengan baik. 1 Namun ternyata hal tersebut tidak berlaku pada salah satu perusahaan garmen terbesar yang berasal dari Italia yakni Benetton Group.2 Benetton Group merupakan perusahaan yang selalu berusaha untuk melihat ke masa depan dengan selalu melakukan inovasi (www.benettongroup.com, n.d) Sejak awal berdirinya, Benetton melihat fashion sebagai global village dimana anak muda dari ras manapun itu hidup yang menimbulkan fenomena sekaligus perdebatan budaya. Benetton juga menampilkan iklan-iklan yang bertema perbedaan budaya yang indah dan damai. Oleh karena itu, produknya ini menyebar dengan cepat dan dapat menanggulangi batasan geografis, politik serta ideologi yang mana ini dapat dikatakan bahwa produk Benetton dapat diterima semua orang tanpa memandang orang tersebut berasal dari latar belakang apa. Benetton menciptakan nilai-nilainya tersendiri dengan tujuan untuk selalu berkembang dan berkontribusi terhadap perkembangan yang ada (www.benettongroup.com, n.d). Seperti yang dijelaskan oleh Nickles & McHugh (2008: 125-126), salah satu bentuk CSR3 adalah tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan dimana bisnis ini 1
menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau sektor kegiatan. Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR yaitu pelayanan sosial, pendidikan dan penelitian, kesehatan, kedaruratan (emergency), lingkungan, ekonomi produktif, seni, olahraga dan pariwisata, pembangunan prasarana dan perumahan serta hukum, advokasi dan politik. Kebanyakan korporasi melakukan CSR yang berkaitan mengenai penghematan energi, pemberian pendidikan gratis, pemberian dana pada bencana alam, memerlakukan karyawan dengan seadil-adilnya dan baik, dan hal-hal sejenis yang mana perusahaan-perusahaan tersebut terdapat pada America’s Top Ten Best Places to Work 2 Perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Luciano Benetton di tahun 1965. Hingga saat ini, perusahaan ini memiliki 4 merk dagang yang sangat terkenal di seluruh dunia, yaitu United Colors of Benetton, Undercolors of Benetton, Sisley, dan Playlife. Produk-produk dari perusahaan ini telah didistribusikan ke lebih dari 6500 toko yang tersebar ke 120 negara di dunia ini. Total penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan yang berpusat di Milan ini mencapai lebih dari 2 milyar Euro di tahun 2010, dengan total laba bersih senilai 102 juta Euro (Benetton Group, Nd, The Group, http://www.benettongroup.com/the-group [diakses pada 8 November 2012]) 3 Lebih jauh lagi, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menyebutkan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya (www.djpp.depkumham.go.id). Dalam tulisan ini, penulis lebih fokus terhadap komitmen perusahaan yang demi untuk meningkatkan kualitas kehidupan serta lingkungan yang bermanfaat bagi perusahaan serta masyarakat secara keseluruhan.
2
perlu membantu dalam membuat lingkungannya menjadi lebih baik lagi. Benetton pun sebagai perusahaan global berusaha menciptakan suatu pengaruh yang kuat terhadap dunia global dimana salah satunya adalah dengan strategi CSR yang dilakukannya. Benetton melakukan kegiatan CSR nya yang mengacu pada United Nations Special Representative’s Guiding Principles for Business and Human Rights of 2011 dan the European Commission’s Communication on CSR yang mana menjadi landasan Benetton dalam menentukan CSRnya (www.benettongroup.com, n.d). Salah satu bentuk CSR dari Benetton Group dalam memerhatikan masyarakat dengan fokus terhadap isu yang lebih bersifat humanis adalah Benetton mempunyai yayasan yang bernama UNHATE Foundation. UNHATE Foundation ini diluncurkan pada 16 November 2011 oleh Alessandro Benetton, Executive Deputy Chairman dari Benetton Group. UNHATE Foundation dibentuk agar dapat berkontribusi terhadap adanya budaya baru yaitu toleransi dan tanpa kebencian (www.unhate.benetton.com, 2011). Isu ini pun menjadi menarik, seperti yang telah penulis ungkapkan sebelumnya, dikarenakan cukup berbeda dengan isu-isu yang diangkat pada CSR yang lainnya. Ini merupakan suatu langkah penting bagi strategi CSR Benetton karena disini Benetton ingin melakukan sesuatu hal yang berkontribusi secara langsung yang mana dapat menghasilkan pengaruh yang kuat pada komunitas internasional terutama dengan menggunakan media komunikasi (www.benettongroup.com, 2011). Hal ini pun serupa seperti yang dikatakan oleh Alessandro Benetton di hari peluncuran UNHATE Foundation, “While global love is still a utopia, albeit a worthy one, the invitation 'not to hate', to combat the 'culture of hatred', is an ambitious but realistic objective. At this moment in history, so full of major upheavals and equally large hopes, we have decided, through this campaign, to give widespread visibility to an ideal notion of tolerance and invite the citizens of every country to reflect on how hatred arises particularly from fear of 'the other’ and of what is unfamiliar to us. Ours is a universal campaign, using instruments such as the internet, the world of social media, and artistic imagination, and it is unique, in that it calls the citizens of the world to action. At the same time, it fits perfectly with the values and history of Benetton, which chooses social issues and actively promotes humanitarian causes that could not otherwise have been communicated on a global scale, and in doing so has given a sense and a value to its brand, building a lasting dialogue with the people of the world.” (www.benettongroup.com, 2011). Kampanye pertamanya yang bersifat global dilakukan dengan fokus pada tema “berciuman” yang merupakan simbol universal dari cinta (www.unhate.benetton.com, 2011). Tema ini pun diwujudkan dalam bentuk foto “berciuman” antara pemimpin politik global dan keagamaan yaitu antara Barack Obama dan pemimpin China Hu Jintao; Angela Merkel dan Nicolas Sarkozy; Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta Paus Benediktus XVI dengan ulama Mesir Ahmed el Tayyeb. Fotofoto tersebut memang menjadi begitu kontroversial dan menarik perhatian dari 3
banyak pihak. Bentuk lain dari ide dari toleransi yang bersatu dengan pesan untuk perdamaian pun telah menjadi nyata dengan adanya UNHATE Dove Project. Proyek tersebut menghasilkan sebuah karya berbentuk burung merpati yang dibuat dari kurang lebih 22.000 peluru yang telah terpakai yang dikumpulkan dari zona-zona perang di seluruh dunia. UNHATE Dove ini merupakan simbol dari perdamaian dan harapan yang resmi didonasikan kepada Tripoli pada 24 Desember 2011 yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Libya yang juga menjadi perayaan kemerdekaan pertama kalinya setelah 42 tahun (www.unhate.benetton.com, 2011). Setelah melakukan proyek-proyek globalnya melalui kampanye-kampanyenya, pada tahun 2012 tepatnya di bulan Mei, UNHATE Foundation melaksanakan proyek lokal yang sekaligus menjadi kegiatan filantropinya yang pertama di India. Proyek yang dijalankannya ini ditujukan untuk anak jalanan di India melalui workshop serta pemberian materi-materi mengenai seni dan juga fotografi (www.unhate.benetton.com, 2012). Selain di India, UNHATE Foundation juga melaksanakan proyek lokalnya di Brazil tepatnya di Sao Paulo. Proyek yang dijalankannya ini juga ditujukkan untuk anak jalanan juga anak remaja dengan memberikan workshop mengenai survival guide yang berdasarkan pengalaman dari anak-anak itu sendiri. Proyek-proyek yang dijalankannya tersebut juga tetap diupayakan agar sesuai dengan value perusahaan yang sekaligus diangkat menjadi isu CSR nya yang lebih mengarah pada isu-isu sosial yang mengenai toleransi antar umat manusia. Melihat pola-pola kegiatan CSR yang dilakukan oleh Benetton Group melalui UNHATE Foundation nya tersebut, maka sebenarnya itu sesuai dengan ide-ide dari kosmopolitanisme. Ide-ide dari kosmopolitanisme ini lebih mengangkat bahwa pada dasarnya manusia itu sama, tidak boleh dibeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, tidak boleh pula membedakan antar manusia berdasarkan etnisnya, kebangsaannya maupun gendernya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki kedudukan yang sama dan perlu untuk saling menghormati satu sama lain (Nussbaum, 2006: 28-29). Inilah yang kemudian diangkat oleh UNHATE Foundation yang mengarah pada bahwa sikap intolerance yang membeda-bedakan manusia antara yang satu dengan yang lainnya harus ditiadakan dari muka bumi ini. Nilai-nilai mengenai hak asasi manusia, keadilan, toleransi satu sama lain, merupakan ide-ide dari kosmopolitanisme (www.plato.stanford.edu, 2007) yang juga diangkat oleh UNHATE Foundation yang memang mengangkat ide-ide tersebut dalam kegiatannya yang mana itu juga merupakan bagian dari nilai-nilai sosial. Ide-ide dari kosmopolitanisme yang mengarah pada hak asasi manusia pun telah banyak diangkat oleh organisasi-organisasi internasional salah satunya oleh United Nations (UN) yang mana mengeluarkan The Universal Declaration of Human Rights. UN menyatakan bahwa deklarasi tersebut merupakan landasan bagi tiap-tiap negara juga tiap-tiap individu agar menerapkannya di kehidupan berbangsa dan bernegara serta di kehidupan sehari-hari (www.un.org, n.d). Pada deklarasinya tepatnya pada artikel 2 terlihat jelas bahwa ide-ide dari kosmopolitanisme dianut oleh UN. Artikel 2 tersebut berbunyi, “Everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth in this Declaration, without distinction of any kind, such as race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or other 4
status. Furthermore, no distinction shall be made on the basis of the political, jurisdictional or international status of the country or territory to which a person belongs, whether it be independent, trust, non-self-governing or under any other limitation of sovereignty.” (www.un.org, n.d). UNHATE Foundation memang merupakan salah satu bentuk dari CSR perusahaan yang dilakukan oleh Benetton Group. Bentuk CSR ini sangatlah unik karena konsepnya yang lebih mengarah pada isu yang humanis yang mana isu tersebut merupakan isu yang cukup berbeda dan bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar manusia tanpa harus memerdulikan ras, agama dan lainnya yang ini juga merupakan value dari perusahaan serta juga yayasan UNHATE itu sendiri yang mana merupakan penerapan dari ide-ide kosmopolitanisme. Pada awalnya UNHATE Foundation melakukan kegiatan CSR nya dengan berbagai kampanye globalnya. Namun kemudian di tahun 2012, UNHATE mulai melakukan kegiatan CSRnya di negara-negara secara spesifik seperti di India dan Brazil. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya CSR yang dilakukan oleh perusahaan bersifat voluntary (Husted & Allen, 2006: 838). Namun kemudian kini di era globalisasi dan liberalisasi perdagangan terdapat berbagai perubahan yang membuat lingkup kompetisi sangatlah kompetitif dan luas dimana pesaing yang dihadapi tidak hanya berdasarkan wilayah tempat dimana perusahaan itu berasal tetapi raksasa global dari mancanegara hadir untuk bersaing saling berebut pasar. Adanya peningkatan level perdagangan dunia secara terus-menerus, jumlah perusahaan yang semakin bertambah banyak, revolusi teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang signifikan dalam dunia bisnis dimana pasar global semakin kompetitif dan menawarkan berbagai tantangan sekaligus peluang yang besar sehingga tiap-tiap perusahaan membutuhkan strategi dan program pemasaran yang benar-benar bagus (Chandra et.al, 2004: 1-8). Oleh karenanya, kini para pemimpin bisnis perlu untuk mempertimbangkan hubungan antara bisnis dan masyarakat sehingga nantinya akan dicapai pendekatan yang strategis terhadap CSR (Husted & Allen, 2006: 838-849). CSR kini merepresentasikan suatu kesempatan yang strategis sekaligus pula memang suatu kewajiban dimana korporasi perlu menganalisa isu-isu CSR sama halnya dengan analisis yang dilakukan terhadap strategi pasarnya. Ini berarti bahwa CSR telah menjadi bagian yang begitu penting dalam bisnis. Kanter pun mengatakan bahwa CSR merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam melakukan inovasi yang berbeda sementara Porter dan Kramer lebih menjelaskan bahwa filantropi dapat mengarahkan pada competitive advantage (Husted & Allen, 2006: 839). Menurut Porter dan Kramer, kebanyakan CSR tidak menawarkan framework komprehensif yang saling berkaitan dan CSRnya hanyalah menunjukkan rasa simpati perusahaan sehingga perusahaan tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya. Seperti misalnya mengurangi polusi, concern terhadap emisi karbon atau penggunaan energi, memberikan sumbangan dana, memberikan dana untuk pendidikan gratis dan sebagainya. Perusahaan hanya melakukan CSR pada area yang spesifik namun tidak dilakukan untuk perusahaan secara keseluruhan. Sehingga 5
hasilnya adalah tidak banyak perusahaan yang cukup membantu perusahaan dalam mengidentifikasi, memprioritaskan serta menuju kepada isu-isu sosial yang justru menjadi hal yang sangat berpengaruh atau yang dapat membuat dampak yang sangatlah besar. Pendekatan baru pun diperlukan dalam mengintegrasikan pertimbangan sosial yang lebih efektif untuk dijadikan sebagai strategi bisnis. Menurut Porter & Kramer (2006: 2-8), suatu CSR akan berhasil ketika perusahaan dapat mengerti hubungan antara korporasi dan masyarakat yang juga diiringi dengan mengarahkan strategi dan aktivitas dari perusahaan. UNHATE Foundation yang merupakan salah satu bentuk CSR dari Benetton Group yang dilihat dari visi dan misinya begitu fokus terhadap permasalahan sosial terutama mengenai hak asasi manusia, toleransi antara satu sama lain, yang mana ini lebih mengarah pada penerapan ide-ide dari kosmopolitanisme. Pada dasarnya, kata kosmopolitan itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani yakni ‘kosmopolites’ yang berarti citizen of the world. Ini kemudian diartikan bahwa tiap-tiap manusia itu tidaklah dilihat berdasarkan darimana dia berasal namun bahwa kesemuanya ini termasuk pada satu komunitas dan komunitas ini perlu untuk diperkuat. Selain itu juga, kosmopolitanisme dapat dilihat dari berbagai pandangan, ada yang melihat dari segi politiknya, norma-normanya, atau budayanya (www.plato.stanford.edu, 2007). Dalam tulisan ini, penulis lebih memandang kosmopolitanisme dari normanormanya, ide-idenya yang cenderung bersifat sosial. Kosmopolitanisme merupakan ide dimana terdapat keterbukaan terhadap perbedaan yang ada yang juga menjadikan perbedaan tersebut menjadi suatu jembatan penghubung antara yang satu dan yang lainnya dan bukan menjadikannya sebagai jurang pemisah dan mengharapkan dari adanya dunia yang jauh lebih baik lagi (Skrbis & Woodward, 2013: 1-2). Marcus sebagai salah satu tokoh kosmopolitanisme pun menyampaikan pemikirannya bahwa, “It makes no difference whether a person lives here or there, provided that, wherever he lives, he lives as a citizen of the world. Recognizing this, we should not allow differences of nationality or class or ethnic membership or even gender to erect barriers between us and our fellow human beings. We should recognize humanity where it occurs, and give its fundamental ingredients, reason and moral capacity, our first allegiance and respect.” (Nussbaum, 2006: 31). Kata-kata dari Marcus tersebut pun kemudian bermakna bahwa kemanusiaan, kesetaraan merupakan hal yang begitu penting di muka bumi ini. Tiap-tiap individu semestinya selalu berperilaku dengan baik yang mana mereka harus memperlakukan tiap-tiap individu dengan hormat dan sama, tidak membeda-bedakan dari segi apapun juga. Ini kemudian dapat dikatakan bahwa moral yang baik haruslah selalu diperhatikan yang mana ini adalah ide dalam kosmopolitanisme. Lebih jauh lagi, Marcus pun berpendapat bahwa dengan menerapkan nilai-nilai dari kosmopolitanisme yang merupakan nilai-nilai sosial akan mempermudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dimana ketika tiap-tiap individu ini menghormati yang satu dengan yang lainnya, maka perdamaian akan lebih mudah untuk diraih (Nussbaum, 2006: 31). Inilah kemudian yang juga diterapkan oleh UNHATE Foundation yakni bahwa dengan menerapkan nilai-nilai sosial yakni yang 6
mengarah pada nilai-nilai kosmopolitanisme, diharapkan akan dapat membuat suatu budaya baru yaitu the culture of unhate sehingga kebencian akan dapat diminimalisir dan tiap individu akan lebih menghargai satu sama lain tanpa membeda-bedakan status yang dimiliki dari masing-masing individu. Kosmopolitanisme pada dasarnya mengedepankan mengenai kerjasama dunia dan rasa hormat terhadap sesama manusia. Selain itu juga kosmopolitanisme itu fokus pada bagaimana mencintai antara umat manusia tanpa harus membeda-bedakan satu sama lain berdasarkan dari etnis atau negara mana dia berasal (Nussbaum, 2006: 35). Ini kemudian dapat dikatakan pula bahwa kosmopolitanisme begitu peduli terhadap adanya rasa hormat sesama manusia terhadap perbedaan yang ada. Ketika ada toleransi antar satu sama lain, tidak membeda-bedakan satu sama lain, maka nantinya diharapkan dapat terbentuk satu komunitas, komunitas yang bersifat universal (Nussbaum, 2006: 37). CSR memang menjadi program yang cukup dipertimbangkan di dalam suatu perusahaan. Ini juga yang menjadi pertimbangan bagi Benetton Group yang mana salah satu bentuk CSR nya diwujudkan dalam membentuk yayasan yang bernama UNHATE Foundation. Program yang dilaksanakan oleh UNHATE Foundation pun menjadi cukup berbeda dengan yang lainnya dikarenakan isu yang diangkatnya bukanlah mengenai isu-isu yang populer. UNHATE disini justru lebih mengangkat isu yang lebih dekat ke masyarakat, yakni isu-isu sosial terutama mengenai hak asasi manusia, menghormati perbedaan, komunitas universal. Isu-isu sosial yang diangkat inilah yang kemudian menjadi sesuai dengan ide-ide kosmopolitanisme dimana ideide kosmopolitanisme juga mengedepankan mengenai hak asasi manusia dimana tiap-tiap manusia tidak semestinya dibeda-bedakan berdasarkan rasnya, etnisnya, warna kulitnya, kewarganegaraannya dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan semua manusia itu pada dasarnya terlahir sama dan setara. Selain itu juga dengan perbedaan yang ada bukan berarti harus terjadi kebencian antar sesama manusia, namun yang semestinya terjadi justru adalah rasa saling menghormati terhadap perbedaan yang ada yang akan membuat seluruh umat manusia di dunia menjadi damai dan tercipta komunitas yang universal. Ide-ide Kosmopolitanisme dan Kaitannya dengan Profil dan Proyekproyek dari UNHATE Foundation Hak asasi manusia merupakan salah satu dari ide-ide kosmopolitanisme. Dalam mengembangkan hak asasi manusia yang mana nantinya akan dapat melindungi rasa hormat dari masyarakat di seluruh dunia, maka, kesadaran global atau cosmopolitan will formation haruslah lebih diperkuat lagi (Cheah, 2006: 53). Rasa hormat secara universal terhadap hak asasi manusia merupakan sebuah tujuan yang perlu untuk diperjuangkan dikarenakan berdampak positif pada martabat serta kebebasan dari manusia (Coicaud et.al, 2003: 102). Menciptakan suatu kesadaran mengenai pentingnya hak asasi manusia terutama dengan perspektif global menjadi begitu penting walaupun memang merupakan sesuatu yang juga menantang dan tidak mudah untuk diraih. Kosmopolitanisme pun menaungi itu semua. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maka dalam menarik perhatian mengenai hak asasi manusia secara global yang dihubungkan dengan konsep kesadaran kosmopolitan dimana setiap manusia dimanapun berada akan dapat turut serta dalam proyek global ini. Kosmopolitan yang begitu terbuka dapat memastikan bahwa segala perbedaan yang ada perlu untuk dihormati. 7
Ide dari kosmopolitanisme yang juga menjadi salah satu yang diterapkan oleh UNHATE Foundation adalah ide mengenai komunitas universal yang ini berkaitan dengan citizen of the world yang berarti bahwa seorang individu tidaklah berasal dari satu negara tertentu melainkan secara universal sebagai warga negara dari dunia. Itu juga berarti bahwa individu itu tidak ingin dilihat berdasarkan negara asalnya ataupun keanggotaannya pada daerah tertentu dan lebih mengidentifikasikan dirinya lebih secara universal. Kelas, pangkat, status, asal negara dan lokasi bahkan hingga gender pun bukanlah menjadi hal yang utama untuk dilihat. Semua manusia dipandang sama, sama hebatnya dan bahwa batasbatas bangsa itu diukur melalui matahari. Ini kemudian berarti bahwa tiap-tiap manusia itu terlahir sama dan tidak perlu dibeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya karena tiap manusia berada pada satu komunitas yang sama yakni komunitas universal. Ide-ide dari kosmopolitanisme terutama hak asasi manusia dan komunitas universal terlihat diterapkan oleh UNHATE yang dapat dilihat dari proyek-proyek yang dilakukannya. UNHATE pada dasarnya lebih fokus pada kampanye-kampanyenya yang bersifat lebih global. Tujuan utama dari dibentuknya UNHATE adalah untuk melawan the culture of hatred dan mengupayakan dalam menciptakan the culture of unhate. Unhate itu sendiri memiliki arti yakni,“What does UNHATE mean? UNhate. Stop hating, if you were hating. Unhate is a message that invites us to consider that hate and love are not as far away from each other as we think. Actually, the two opposing sentiments are often in a delicate and unstable balance. Our campaign promotes a shift in the balance: don’t hate, Unhate.”(www.unhate.benetton.com, 2011). Dengan mengangkat tema yang demikian, maka, hal tersebut sebenarnya sejalan dengan nilai penyokong dari Benetton Group sekaligus juga penerapan dari ide-ide kosmopolitanisme sehingga kemudian UNHATE Foundation diharapkan dapat memberikan dampak positif yang kuat serta konkrit pada komunitas internasional terutama melalui seni yang juga melibatkan generasi muda, organisasi internasional, institusi-institusi, NonGovernmental Organizations (NGOs) juga perwakilan dari masyarakat sipil (www.unhate.benetton.com, 2011). Selain itu, salah satu hal yang utama dari UNHATE Foundation ini adalah bahwa mereka ingin lebih meningkatkan partisipasi dari anak-anak muda. Ini pun dinyatakan pada Annual Report 2011 dari Benetton Group. “The new campaign, the establishment of the Foundation and other initiatives of the UNHATE project bear witness to Benetton’s desire to be a driver of the desire for participation and change that animates citizens of the world, and young people in particular, by inviting them to become active participants in its initiatives, especially through internet, social media and other digital applications. This is another step forward in Benetton communication, which aims to get everyone involved and act in the name of an “augmented, open democracy with no physical, political, social or ideological boundaries.”” (Benetton Group, Annual Report 2011). Konsep utama dari segala kegiatan yang dilakukan oleh yayasan ini yakni melalui kampanye-kampanye dan juga proyek-proyek ini adalah bahwa kebencian 8
merupakan salah satu alasan dari munculnya kesenjangan sosial serta kesenjangan perkembangan ekonomi dari generasi baru. Dengan adanya UNHATE communication campaign, dengan pesan didalamnya yang begitu kuat terutama pada dukungannya terhadap hak asasi manusia, bertujuan untuk menarik perhatian dari publik sekaligus juga mempromosikan aksi-aksi positif yang dilakukannya dimana siapapun dapat turut serta dalam upaya UNHATE untuk melawan kebencian yang mana dari skenario global dapat dijadikan sebagai panutan sehari-hari (www.unhate.benetton.com, 2011). UNHATE melakukan kampanyenya yang pertama dengan tema “berciuman” yang dianggap sebagai simbol yang paling dikenal untuk cinta dan UNHATE memasang foto pemimpin-pemimpin negara yang berseteru tengah “berciuman” dan itu ditampilkan di berbagai media seperti di koran, majalah serta website (www.unhate.benetton.com, 2011). Tujuan kampanye tersebut adalah semata-mata untuk memerangi budaya kebencian dalam segala bentuknya (www.bbc.co.uk, 2011). Ini berarti pula bahwa UNHATE menerapkan ide dari kosmopolitanisme mengenai hak asasi manusia dimana tiap-tiap manusia itu tidak boleh dibeda-bedakan satu sama lainnya dan perbedaan bukanlah menjadi alasan untuk saling membenci. Lalu kampanye yang selanjutnya adalah dengan memberikan UNHATE Dove yang merupakan sebuah karya berbentuk burung merpati yang menjadi simbol perdamaian yang dibuat dengan peluru-peluru bekas perang dunia dan disumbangkan ke Libya sesuai pada tanggal kemerdekaannya (www.unhate.benetton.com, 2011). Lalu kampaye selanjutnya yang dirilis pada September 2012 adalah UNEMPLOYEE OF THE YEAR yang bertujuan untuk membantu generasi muda yang tidak memiliki pekerjaan yang terkadang diperlakukan tidak adil. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para peserta agar menjadi yang terpilih ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh UNHATE Foundation, seperti misalnya proyek yang diajukannya haruslah ditujukkan untuk generasi yang harus mendukung hak asasi manusia dengan tidak melakukan adanya diskriminasi, mengembangkan dampak sosial dari seni melalui program-program yang secara spesifik yang kegiatannya mencerminkan perlawanan terhadap kebencian dan terakhir bahwa proyek yang diajukan tersebut haruslah berkontribusi dalam misi yang dijalankan oleh yayasan (www.unhate.benetton.com, 2012). Dengan mengedepankan dukungan terhadap hak asasi manusia serta memerangi diskriminasi, semakin jelas bahwa UNHATE menerapkan ide-ide dari kosmopolitanisme. Kegiatan yang paling baru yang dilaksanakan oleh UNHATE Foundation adalah dengan bekerjasama dengan Benetton Group dengan mengajak 10 artis-artis yang menginspirasi dari berbagai negara. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan kesemua artis tersebut berfoto dengan gayanya masing-masing seraya menggunakan pakaian yang dijual secara limited edition yang mana hasil penjualannya nanti akan disumbangkan seluruhnya untuk UNHATE Foundation. Artis-artis tersebut mencerminkan koleksi Spring/Summer 2013 untuk United Colors of Benetton dan mulai diluncurkan sejak 23 Januari 2013 yang pada intinya kampanye ini berpegang teguh bahwa perbedaan sebagai sebuah nilai dan bersatu dalam perbedaan yang ada merupakan suatu kekayaan yang begitu patut untuk dihargai (www.benettongroup.com, 2013). 9
Selain melalui kampanye-kampanyenya yang bersifat global, UNHATE Foundation juga melakukan kegiatan secara spesifik di berbagai negara. Dimulai pada tahun 2012, UNHATE membiayai proyek-proyek yang terkait dengan isu-isu tertentu di berbagai wilayah (www.unhate.benetton.com, 2013). Negara-negara tersebut diantaranya adalah negara-negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Brazil, India, Bangladesh, Kamboja, Palestina, Israel dan Libanon. Proyek-proyek yang dicanangkan oleh UNHATE Foundation ini sebenarnya bertujuan untuk lebih mendukung lagi komunitas-komunitas lokal di berbagai negara terutama yang berkaitan dengan anak muda yang pada intinya berharap agar dapat terciptanya dialog dan adanya penerimaan atas perbedaan yang terjadi (www.unhate.benetton.com, 2013). Proyek-proyek yang dilakukan pun diharapkan dapat memberikan dampak sosial yang positif juga bisa bertahan lama untuk kedepannya. Proyek-proyek tersebut juga diharapkan dapat meredam kebencian serta kurangnya penerimaan atas perbedaan di tiap-tiap negara yang dituju. Melihat proyek-proyek yang dilakukan oleh UNHATE ini maka dapat dikatakan bahwa UNHATE memang menerapkan ide-ide kosmopolitanisme yang disini lebih ke hak asasi manusia dan membentuk komunitas universal yang membudayakan budaya tanpa kebencian. Ide-ide Kosmopolitanisme dan Kaitannya dengan Proyek dari UNHATE Foundation di India dan Brazil. Pada dasarnya, kosmopolitanisme berupaya untuk mewujudkan adanya kesadaran kosmopolitan yang mengarah pada kepedulian universal terhadap hak asasi manusia. Namun, untuk mewujudkannya bukan berarti akan dibuat suatu keseragaman. Melainkan, yang dibutuhkan adalah standar secara universal yang akan membuat dunia ini aman terhadap adanya perbedaan. Menurut Falk, perlu adanya dengan ini maka yang dibutuhkan adalah toleransi dan bahkan perayaan terhadap perbedaan yang ada yang digabungkan juga dengan rekonstruksi dari orde sosial dan budaya. Dunia ini tidaklah butuh suatu penggabungan dari perbedaan budaya ataupun peradaban melainkan yang dibutuhkan adalah saling menghormati serta saling damai terhadap perbedaan yang ada pada tiap manusia dan bangsa (Falk, 2000: 93). Lalu, kehidupan yang dijalani oleh manusia pun perlu untuk dihargai. Ini dapat dilakukan dengan cara mempelajari hal-hal apa saja yang dipercayai dan dilakukan oleh orang lain sehingga membuatnya berbeda (Appiah, 2006: xv). Meskipun demikian, terkadang upaya dalam mewujudkan rasa hormat terhadap perbedaan yang ada ini tidak begitu berhasil. Oleh karenanya, kosmopolitanisme ini dapat dilihat sebagai proyek global dan bukanlah suatu solusi global yang instan. Di masa depan, populasi manusia di dunia ini akan mencapai 9 milyar dan pada masa itu pula, komunikasi dan transportasi akan semakin berkembang pula dan akan terjadi peningkatan pada penggunaannya. Dengan mengadopsi kesadaran kosmopolitanisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai manusia serta begitu menghormati perbedaan yang ada, maka perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia akan lebih mendominasi dibandingkan perpecahan (Appiah, 2000: xxi). Ide mengenai menghormati perbedaan inilah yang kemudian juga diangkat oleh UNHATE dan diterapkan pada proyek-proyeknya. Ide mengenai menghormati perbedaan ini diterapkan oleh UNHATE Foundation terutama pada dua proyeknya yang telah dilakukan secara nyata di India dan Brazil. 10
Pertama yakni di India, proyek yang dilakukan ini berjudul “Look on the Bright Side” (Unhate Foundation’s Press Release, 2012). UNHATE dalam proyeknya tersebut fokus terhadap anak-anak juga anak muda dengan mengadakan workshop mengenai seni juga fotografi. UNHATE disini tidak bekerja sendirian namun bekerjasama dengan NGO lokal yang berada di India yakni dengan Salaam Baalak Trust (SBT). Anak-anak yang ditargetkan pun yang berasal dari perkampungan miskin yang berada di India dengan tujuan agar anak-anak tersebut dapat lebih memiliki pengetahuan yang cukup juga integrasi sosial yang tinggi. Proyek yang dilakukan oleh UNHATE Foundation pada bulan Mei 2012 ini melalui photography workshop yang diikuti oleh 12 anak di bawah naungan dari Salaam Baalak Trust. Workshop yang dilakukan ini dibantu oleh Fabrica, communication research centre yang dimiliki oleh Benetton Group. Tema yang diusung oleh proyek ini adalah ‘home’ dimana pada awalnya ‘home’ yang dimiliki oleh anak-anak tersebut adalah di jalanan, hingga sampai pada ‘home’ yang mereka tempati yang dinaungi oleh Salaam Baalak Trust (Unhate Foundation’s Press Release, 2012). Mengenai kerjasama yang dilakukan ini, Chairman dari Benetton Group, Alessandro Benetton menyatakan bahwa, “With the UNHATE Foundation and its projects, we want to practise the art of a better future for the new generations, especially for young people who are excluded and marginalised by society. I really think we've achieved that goal with this project: alongside Salaam Baalak Trust we have initiated a virtuous cycle for Delhi's street kids. Introducing them to art for the first time was an opportunity, albeit a temporary one, to access their emotions, helping them to distance themselves from the street, or to find a creative way to handle difficult circumstances.” (Unhate Foundation’s Press Release, 2012). Proyek lainnya yang telah dilakukan oleh UNHATE Foundation adalah proyeknya di Brazil yang diangkat dengan tema ‘Survival Guides’. Kali ini, UNHATE juga melakukan kerjasama dengan NGO lokal di Brazil yakni dengan Projeto Quixote. Target yang dituju pun sebenarnya serupa dengan target yang dituju oleh UNHATE ketika berada di India yakni anak-anak jalanan. Oleh karenanya proyek ini pun mengenai ‘Survival Guides’. Dalam pelaksanan proyek ini, Patrick Waterhouse dari Colours Magazine, majalah yang dimiliki oleh Benetton Group, serta Auro Lescher yang merupakan seniman dari Projeto Quixote pun turut membantu dimana keduanya bertindak sebagai pengajar dari anak-anak yang berpartisipasi dalam proyek ini yang berjumlah 25 anak (www.unhate.benetton.com, 2012). Mengenai kerjasama UNHATE Foundation dengan Projeto Quixote ini, pihak dari UNHATE mengatakan bahwa, “The Foundation takes great pride in having been able to establish this partnership with Projeto Quixote. This organisation is deeply-rooted within the community in Sao Paulo, and it has demonstrated over the years that it can offer real opportunities for the kids it works with to recover and redeem their lives, through positive, sustainable programmes. Dance, art, photography and painting, as a way out of situations of hatred: this is the spirit that drives this organisation, in 11
perfect and remarkable harmony with the values of the UNHATE Foundation.” (Unhate Foundation Report, 2012). Kegiatan yang dibuat pada proyek kali ini juga dengan workshop yang dilakukan pada tanggal 18 hingga 23 Oktober 2012 yang fokus pada tema-tema ilustrasi fotografi, storytelling dan interviewing, sehingga dengan cara yang demikian anakanak yang berpartisipasi ini dapat lebih membagi pengetahuan mereka tentang halhal yang dialami ketika hidup di jalanan, hal-hal yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan ketika di jalanan, juga tantangan-tantangan yang dihadapi serta cara-cara yang ditempuh dalam mengatasinya. Kesempatan untuk bercerita tentang kehidupan mereka di jalanan ini, dengan menjadikan anak-anak itu sendiri sebagai penulis dari survival guides yang ditulisnya yang mana ini akan menjadi panutan bagi orang lain, maka, ini membuat mereka dapat menyuarakan isi hatinya juga sebagai perkenalan terhadap diri mereka kepada dunia (www.docgaleria.com.br, 2012). Di akhir proyek, ‘Survival Guides’ yang dibuat oleh anak-anak yang terlibat dalam proyek ini membuat pameran yang dilaksakan di DOC Galeria, suatu galeri seni yang berada di sekitar Vila Madalena. Pameran ini pun membuat karya yang telah diciptakan oleh anak-anak jalanan menjadi semakin bernilai dan berharga. Selain dibuatkan pameran, karya mereka juga dipamerkan melalui intinerant projection di Paulista Avenue yang merupakan salah satu jalan yang paling penting di Sao Paulo. Apresiasi yang dilakukan ini tentu membuat anak-anak yang berpartisipasi ini akan dapat lebih merasa bahwa karyanya dihargai dan juga dapat merasakan menjadi seorang pekerja seni yang telah menghasilkan karya dan karya tersebut dipamerkan di tempat-tempat yang cukup ternama di Sao Paulo (Unhate Foundation Report, 2012). Mengenai proyek yang dijalankan ini, pendiri dari Projeto Quixote pun, Auro Lescher mengatakan bahwa, "A single, fundamental objective binds us all together, Projeto Quixote, UNHATE Foundation, children, teachers, artists, coordinators: the desire to try to understand our own story, our own identity, and at the same time, to transform it, creating new stories, stories about meeting ourselves, our bodies, our homes, our origins and our dreams…" (Unhate Foundation Report, 2012).
Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa ide-ide dari kosmopolitanisme begitu memengaruhi CSR yang dilakukan oleh Benetton Group melalui UNHATE Foundation terutama mengenai hak asasi manusia, menghormati perbedaan dan komunitas universal yang dapat terlihat dari proyek-proyek yang dilakukannya. Pengaruh dari ide-ide kosmopolitanisme terhadap kampanye-kampanye serta proyek-proyek dari UNHATE ini dapat terlihat cukup jelas. Misalnya saja, dilihat dari kampanye pertamanya yang memperkenalkan visi dan misi dari UNHATE Foundation yakni mempromosikan budaya tanpa kebencian. Poster dari gambar pemimpin-pemimpin dunia yang tengah berkonflik yang sedang “berciuman” pun 12
beredar. Kampanye ini pun bertujuan untuk memperkenalkan upaya UNHATE dalam mengupayakan hadirnya budaya universal yakni budaya tanpa kebencian. UNHATE Foundation yang dibentuk oleh Benetton Group pada visi dan misinya sebenarnya tidak jauh berbeda dari Benetton Group itu sendiri dimana UNHATE juga peduli terhadap hak asasi manusia, toleransi serta selalu berpandangan global. Benetton Group sejak awal berdirinya telah menerapkan konsep-konsep akan toleransi dimana pada iklannya tidaklah menonjolkan produknya melainkan lebih menonjolkan isu-isu sosial terutama mengenai toleransi, rasa hormat terhadap perbedaan. Dengan begitu berbeda dan inovatifnya Benetton Group ini, itu pun kembali diperlihatkan pada dibentuknya UNHATE Foundation yang merupakan salah satu bentuk CSR dari Benetton Group. Konsep yang ditawarkan oleh Benetton pun menjadi berbeda dari perusahaan-perusahaan yang lainnya. Konsep yang dibawa oleh Benetton pada UNHATE Foundation adalah lebih kepada yang bersifat sosial dan membawa ide-ide dari kosmopolitanisme. Sementara kebanyakan perusahan lebih ke isu-isu yang memang populer seperti isu mengenai lingkungan, pengurangan polusi, upaya dalam melawan perubahan iklim, pendidikan, penghematan energi, pemberian dana pada bencana alam dan isu-isu populer lainnya. Namun kemudian, Benetton Group melakukan program CSR nya tidak hanya itu saja. Salah satunya pun diwujudkan dalam pembuatan yayasan yang diberi nama UNHATE Foundation tersebut. Yayasan ini lebih melihat isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat dimana ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Porter dan Kramer bahwa CSR yang strategis adalah CSR yang dapat menghubungkan antara korporasi dengan masyarakat dan membawa isu-isu sosial sehingga akan lebih dekat dengan masyarakat. Inilah yang kemudian dilakukan oleh Benetton Group melalui UNHATE Foundation. Selain kampanye berupa poster “berciuman” yang telah disebutkan sebelumnya, UNHATE juga membuat suatu karya berupa UNHATE Dove yang dibuat dari pelurupeluru sisa Perang Dunia. Karya tersebut pun menunjukkan bahwa sebenarnya perang itu tidak menghasilkan sesuatu yang baik dan perdamaian tidak perlu ditempuh dengan cara berperang. Dove merupakan burung merpati yang menjadi simbol dalam perdamaian. Oleh karenanya, UNHATE pun kemudian membuat prakarya ini yang lalu disumbangkan ke Libya. Lalu kampanye selanjutnya adalah Unemployee of the year yang ini bertujuan agar demi untuk membantu generasi muda yang tidak memiliki pekerjaan yang terkadang diperlakukan tidak adil. Kontes yang diadakan dalam kampanye ini pun juga disesuaikan dengan visi dan misi dari yayasan dimana hak asasi manusia harus dijunjung tinggi, mengedepankan dalam tidak membeda-bedakan siapapun, kegiatannya juga harus mencerminkan perlawanan terhadap kebencian. Dari sini terlihat bahwa apapun kegiatan yang dilakukan, UNHATE selalu mengedepankan visi dan misinya dan ini merupakan salah satu penerapan dari ide-ide kosmopolitanisme. Dalam kampanye ini juga, kepedulian pada hak asasi manusia serta komunitas universal juga begitu kental terlihat. Hal ini dikarenakan, UNHATE peduli bahwa tiap-tiap manusia terutama generasi muda berhak atas pekerjaan yang layak. Kemudian juga siapapun individu yang mau berpartisipasi diperbolehkan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada yang tentunya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh UNHATE Foundation. 13
Dalam proyek-proyeknya pun terlihat juga bahwa UNHATE ingin menekankan dalam penciptaan budaya baru yakni budaya tanpa kebencian, yang mana ingin diwujudkannya secara global. Dengan visi misi yang dibawanya dan diwujudkan dalam kampanye-kampanye serta proyek-proyeknya, secara tidak langsung UNHATE Foundation telah berupaya dalam mewujudkan kesadaran kosmopolitanisme dan menimbulkan rasa hormat secara universal atas hak asasi manusia. Lalu juga mengedepankan bahwa begitu pentingnya agar tidak membedabedakan antara yang satu dan yang lainnya karena sesungguhnya seluruh umat manusia itu merupakan satu komunitas yakni komunitas yang universal. Kemudian, ide-ide kosmopolitanisme juga begitu terlihat pada proyek UNHATE yang ada di India dan Brazil terutama mengenai menghormati perbedaan. UNHATE pada proyek ini memilih untuk membantu anak jalanan yang seringkali diperlakukan berbeda dikarenakan status sosialnya. Namun disini UNHATE berusaha menunjukkan bahwa anak jalanan tersebut patut untuk dihormati karena bagaimanapun kesemuanya merupakan manusia dan seluruh umat manusia itu harus saling menghormati. Selain itu juga UNHATE memberikan berbagai ilmu-ilmu terutama mengenai seni dan fotografi yang menunjukkan bahwa setiap manusia itu berhak mendapatkan pendidikan yang layak, bahkan anak jalanan sekalipun. Dari proyek yang dilakukan di India dan Brazil ini ide-ide dari kosmopolitanisme yang begitu menonjol adalah ide dimana tiap-tiap individu, darimanapun dia berasal, apapun kebangsaannya, kelasnya, etnisnya, gendernya tidak boleh ada yang dibedabedakan. Tiap-tiap manusia harus saling menghormati meskipun terhadap perbedaan dalam individu masing-masing. Adanya rasa hormat terhadap perbedaan yang tercipta diantara anak-anak yang mengikuti proyek UNHATE di India dan Brazil ini pun akan membuat mereka sadar bahwa meskipun berasal dari tempat yang berbeda namun itu bukan berarti harus ada kebencian. Kesadaran kosmopolitanisme pun kemudian sedikit demi sedikit dapat terbentuk melalui hal-hal yang seperti ini. Kosmopolitanisme memang bukanlah cara yang instan dalam mengatasi permasalah sosial yang ada namun setidaknya dengan menerapkan ide-idenya terutama disini mengenai menghormati perbedaan yang ada, maka perdamaian pun akan dapat diraih meskipun secara perlahan-lahan. Menanamkan ide-ide kosmopolitanisme sebagai way of thinking menjadi begitu penting ketika ingin membuat suatu dunia yang bebas dari kebencian dan mewujudkan perdamaian yang abadi. Ide-ide kosmopolitanisme pada akhirnya dapat terlihat begitu memengaruhi kampanye-kampanye serta proyek-proyek yang dilakukan oleh UNHATE Foundation. Ide-ide yang begitu terlihat adalah terutama ide mengenai hak asasi manusia, komunitas universal serta menghormati perbedaan. Referensi: Buku Chandra, Gregorious, Fandy Tjiptono & Yanto Chandra, Pemasaran Global: Internasionalisasi dan Internetisasi (Yogyakarta: Andi, 2004) Nickles, W. G., McHugh, J. M., & M, M. S. Understanding Business (2006) Website 14
Indonesia. 2011. Benetton cabut iklan Paus berciuman, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2011/11/111117_benettonpope.sht ml [diakses pada 23 April 2012] Benetton Group. Nd. Company Vision, dalam http://www.benettongroup.com/group/profile/company-vision [diakses pada 27 Maret 2012] BBC
Benetton Group. Nd. Company Approach, dalam http://www.benettongroup.com/sustainability/company-approach [diakses pada 4 Juli 2012] Benetton Group. 2011. UNHATE Project, dalam http://www.benettongroup.com/archive/press-release/unhate-project [diakses pada 8 November 2012] Benetton Group. 2011. UNHATE worldwide campaign, dalam http://www.benettongroup.com/archive/press-release/unhate-worldwidecampaign [diakses pada 1 April 2013] Benetton Group. 2011. UNHATE: A Campaign to Combat The Culture of Hate, dalam http://unhate.benetton.com/a-campaign-to-combat-the-culture-ofhate/ [diakses pada 27 Maret 2012] Benetton Group. 2011. UNHATE Project, dalam http://www.benettongroup.com/archive/press-release/unhate-project [diakses pada 8 November 2012] Benetton Group. 2011. UNHATE worldwide campaign, dalam http://www.benettongroup.com/archive/press-release/unhate-worldwidecampaign [diakses pada 1 April 2013] Benetton Group. 2013. Press Release dalam http://www.benettongroup.com/archive/press-release/united-colorsbenetton%E2%80%99s-new-fashion-campaign-centers-iconic-value-colorceleb [diakses pada 15 April 2013] Doc Galeria. 2012. Experience “Survival Guides”, dalam http://docgaleria.com.br/2012/10/22/a-experiencia-survival-guides/ [diakses pada 27 April 2013] Marks
and Spencer. 2012. About Plan A, dalam http://plana.marksandspencer.com/about [diakses pada 8 November 2012]
Stanford Encyclopedia of Philosophy. 2007. Cosmopolitanism, dalam http://plato.stanford.edu/entries/cosmopolitanism/ [diakses pada 1 April 2013] The Body Shop. Nd. We’re Different Because of Our Values, dalam http://www.thebodyshop.co.id/values/ [diakses pada 7 November 2012] Unhate Foundation. 2011. About, dalam http://unhate.benetton.com/foundation/ [diakses pada 15 April 2013] Unhate Foundation. 2011. Foundation, dalam http://unhate.benetton.com/foundation/ [diakses pada 27 Maret 2012] Unhate Foundation. 2011. Project, dalam http://unhate.benetton.com/unhatedove/project/ [diakses pada 30 Maret 2012] Unhate Foundation. 2012. Art and Photography for the Street Children in New Delhi, dalam http://unhate.benetton.com/supported-projects/art-and15
photography-for-the-street-children-of-new-delhi/ [diakses pada 19 Maret 2013] Unhate Foundation. 2012. Fighting Against Hate in Sao Paulo: Creating A Survival Guide for Street Children and Adolescents, dalam http://unhate.benetton.com/supported-projects/fighting-against-hate-insao-paulo-creating-a-survival-guide-for-street-children-and-adolescents/ [diakses pada 19 Maret 2013] Unhate Foundation. 2011. Image Gallery, dalam http://unhate.benetton.com/gallery/china_usa/ [diakses pada 15 April 2013] Unhate Foundation. 2011. Communication, dalam http://unhate.benetton.com/foundation/communication-for-a-culture-ofunhate/ [diakses pada 15 April 2013] Unhate Foundation. 2012. Image Gallery, dalam http://unhate.benetton.com/unemployee-of-the-year/imagegallery/unemployee_of_the_year_01/ [diakses pada 15 April 2013] Unhate Foundation. 2013. About, dalam http://unhate.benetton.com/unhateconcrete-projects/ [diakses pada 15 April 2013] Unhate Foundation. 2011. New Generations, dalam http://unhate.benetton.com/foundation/unhate-foundation-for-newgeneration/ [diakses pada 15 April 2013] United Nations. Nd. The Universal Declaration of Human Rights, dalam http://www.un.org/en/documents/udhr/ [diakses pada 2 April 2013] United Nation Human Rights. Nd. What are human rights, dalam http://www.ohchr.org/en/issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx [diakses pada 1 Mei 2013] Urban Times. 2011. Unhate: Benetton’s Return to Form, dalam http://urbantimes.co/2011/11/unhate-benettons-return-to-form/ [diakses pada 16 April 2013] Zaman, Rana Siddiqui. 2012. Chasing shutterbug dreams, dalam http://www.thehindu.com/news/cities/Delhi/chasing-shutterbugdreams/article4222134.ece [diakses pada 20 April 2013] PDF Appiah, Kwame Anthony. “Cosmopolitanism: Ethics in a World of Strangers” New York: W.W. Norton & Company (2006) Benetton Group’s Press Release, Annual Report, 2011 Cheah, Pheng. “On Cosmopolitanism and Human Rights; Inhuman Conditions” Cambridge: Harvard University Press (2006) Falk, Richard A. “Human Rights Horizons; The Pursuit of Justice in a Globalizing World” New York: Routledge (2000) Husted, Bryan W. & David B. Allen, “Corporate Social Responsibility in the Multinational Enterprise: Strategic and Institutional Approaches” Journal of International Business Studies, Vol. 37 ( November 2006): 838-849 Nussbaum, Martha C. “Kant and Cosmopolitanism” dalam Perpetual Peace, The MIT Press. Porter, Michael E. & Mark R. Kramer. (2006). Strategy and Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility. Harvard Business Review, 1-15 16
Skrbis, Z., and Woodward, I. 2013. Cosmopolitanism. Uses of the Idea, London: Sage, Theory, Culture and Society Book Series. Unhate Foundation’s Press Release, UNHATE Foundation Presents Look on the Bright Side, 2012 Unhate Foundation Report, Survival Guides Projeto Quixote, October 2012 Unhate Foundation’s Press Release, A creative workshop with the kids from Projeto Quixote, 2012 Unhate Foundation’s Press Release, Complete Press Kit, 2012
17