PENGARUH FUMIGASI AMONIA TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS DAN KEAWETAN TIGA JENIS KAYU HASIL TANAMAN
ALDIO DWI CAHYO
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Fumigasi Amonia terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Tiga Jenis Kayu Hasil Tanaman adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2013
Aldio Dwi Cahyo NRP. E24080099
ABSTRAK Aldio Dwi Cahyo. Pengaruh Fumigasi Amonia terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Tiga Jenis Kayu Hasil Tanaman. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI. Kayu sengon (Falcataria moluccana), karet (Hevea brasiliensis) dan mangium (Acacia mangium) akhir-akhir ini semakin diminati pihak industri pengolahan kayu akibat terbatasnya ketersediaan kayu-kayu berkualitas. Kayu sengon dijadikan palet dan/atau kotak kemasan (wood packaging), sedangkan kayu karet dan mangium untuk mebel dan furniture. Ketiga jenis kayu tersebut tergolong kayu yang tidak awet karena dihasilkan dari tegakan muda (empat hingga dibawah 10 tahun untuk sengon dan mangium) serta mudah diserang blue stain dan faktor perusak biologis lainnya meskipun berumur 25 tahun (untuk kayu karet). Oleh karena itu perlu dilakukan proses peningkatan mutu kayu, yang salah satunya adalah dengan fumigasi amonia yang telah terbukti mampu meningkatkan umur pakai kayu dan sekaligus membunuh hama yang ada. Karena pengaruh perlakuan fumigasi menggunakan amonia terhadap sifat fisis, mekanis dan keawetan kayu belum banyak diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hal tersebut khususnya pada kayu sengon, karet dan mangium hasil tanaman. Jangan sampai perlakuan fumigasi yang diterapkan malah berdampak pada penurunan kualitas kayu. Bahan utama yang digunakan adalah kayu teras dari bagian tengah batang pohon sengon, karet dan mangium yang diperoleh dari hutan rakyat sekitar Kampus IPB Darmaga. Umur pohon tidak diketahui dengan pasti, namun diameter batang kayu-kayu yang diteliti berkisar antara 20-25 cm. Parameter yang diteliti terdiri dari kadar air (KA), berat jenis (BJ), keteguhan lentur (MOE), keteguhan patah (MOR), keteguhan tekan maksimum sejajar serat (σtk//), kekerasan sisi radial dan tangensial serta kehilangan berat kayu. Ukuran dan bentuk contoh-contoh uji serta prosedur pengujiannya mengikuti ASTM D143-94 tahun 2007, dengan empat ulangan. Data yang dihasilkan selanjutnya dianalisis dengan rancangan acak faktorial dua faktor menggunakan SAS 9.1.3 dan Microsoft Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fumigasi amonia mempengaruhi nilai KA dan kehilangan berat kayu. KA kayu dan kehilangan berat juga dipengaruhi oleh jenis kayu, sedangkan interaksi antara jenis kayu dan fumigasi amonia tidak. Setelah difumigasi, KA kayu cenderung meningkat sebesar 8,40-22,80%, sedangkan kehilangan berat cenderung berkurang (27,2656,48%). Peningkatan KA yang tertinggi terdapat pada kayu mangium, sedangkan yang terendah pada kayu karet. Setelah difumigasi, kayu karet lebih awet dibandingkan kayu sengon. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa perlakuan fumigasi dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai-nilai BJ, MOE, MOR, σtk//, kekerasan sisi radial maupun kekerasan sisi tangensialnya. BJ dan beberapa sifat mekanis yang diteliti tersebut hanya dipengaruhi dan bergantung pada jenis kayu. Kata kunci: Sengon, karet, mangium, amonia, fumigasi
ABSTRACT Aldio Dwi Cahyo. Effect of ammonia fumigation on physical-mechanical properties and natural durability of three wood species from plantation. Undersupervision of IMAM WAHYUDI. Recently, sengon (Falcataria moluccana), karet (Hevea brasiliensis) and mangium (Acacia mangium) woods became popular for many wood industries in Indonesia due to the lack of better quality of wood. Sengon wood is for pallet and/or packaging material, while karet- and mangium woods are for meubel and furniture manufacturing. These three wood species belong to non durable wood: sengon and mangium woods are commonly obtained from the younger trees (four to less than 10 year-old), while karet wood even though it is around 25 year-old, it is attacked easily by blue-stain and other destroying fungus. In order to improve the quality of these three woods, fumigation technique using ammonia was performed. Since effect of ammonia fumigation on physical-mechanical properties and natural durability of wood, especially the wood from plantation, was not study well, therefore, the aim of this study was focussing on the above aspect. It is hope that fumigation process applied has no negative effect on wood quality. The main material used was heartwood portion from the middle part of tree stem of sengon, karet and mangium. All tree species were obtained from rural forest of surrounding areas of IPB Darmaga Campus. There was no information about tree age, but their diameters were around 20-25 cm. The parameters studied consist of wood moisture content (MC), specific gravity (BJ), modulus of elasticity (MOE), modulus of rupture (MOR), maximum compression strength parallel to the grain (σtk//), hardness in radial and tangential surfaces and also the weight loss. All sample size and shape and also the testing procedure were carried out following the ASTM-D143 94 in 2007, with four replications. Data were then analyzed with a random two-factor factorial design using SAS 9.1.3 and Microsoft Excel 2010. The result showed that ammonia fumigation is significantly affects wood MC and weight loss. Wood MC and weight loss were also influenced by wood species, while interaction between wood species and ammonia fumigation was not. After fumigation, wood MC tended to increase (8.40-22.80%), while the weight loss tended to decrease (27.26-56.48%). The highest increasing of MC was found on mangium wood, while the lowest on rubber wood. After fumigation, karet wood was more durable compared to sengon wood. The research also showed that ammonia fumigation and the interaction between wood species and fumigation treatment have no significant effect on SG, MOE, MOR, σtk// and wood hardness. SG and all mechanical properties studied were influenced only by wood species. Keywords: Sengon, karet, mangium, ammonia, fumigation
PENGARUH FUMIGASI AMONIA TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS DAN KEAWETAN TIGA JENIS KAYU HASIL TANAMAN
ALDIO DWI CAHYO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Pengaruh Fumigasi Amonia terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Tiga Jenis Kayu Hasil Tanaman : Aldio Dwi Cahyo : E24080099
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS NIP. 19630106 198703 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. NIP. 19660212 199103 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Fumigasi Amonia terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Tiga Jenis Kayu Hasil Tanaman. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Alasan dilakukannya penelitian ini karena pengaruh fumigasi amonia terhadap ketiga sifat kayu tersebut apalagi terhadap kayu-kayu hasil tanaman masih sangat terbatas. Jangan sampai fumigasi amonia yang diterapkan malah mengurangi sifat dan karakteristik kayu. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan..
Bogor, Februari 2013
Aldio Dwi Cahyo
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sengon (Falcataria moluccana) Karet (Hevea brasiliensis) Mangium (Acacia mangium Willd.) Fumigasi Amonia Keawetan Alami Kayu METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian Persiapan contoh uji Proses fumigasi Pengujian sifat fisis Pengujian sifat mekanis Keteguhan lentur statis (MOE dan MOR) Keteguhan tekan maksimum sejajar serat Kekerasan sisi Pengujian keawetan Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Kadar air (KA) Berat jenis (BJ) Sifat mekanis Keteguhan lentur statis (MOE dan MOR) Keteguhan tekan maksimum sejajar serat Kekerasan radial dan tangensial Keawetan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ix ix 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 9 10 10 10 10 11 11 13 14 15 16 16 16 17 18 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ruang fumigasi Sampel contoh uji Pengujian keteguhan lentur statis Pengujian keteguhan tekan maksimum sejajar serat Pengujian kekerasan sisi Pola susunan contoh uji kubur di lapangan Rata-rata nilai KA kayu sebelum dan sesudah difumigasi Rata-rata nilai BJ kayu sebelum dan sesudah difumigasi Rata-rata nilai MOE sebelum dan sesudah difumigasi Rata-rata nilai MOR sebelum dan sesudah difumigasi Rata-rata keteguhan tekan maksimum sejajar serat sebelum dan sesudah difumigasi 12 Rata-rata nilai kekerasan radial sebelum dan sesudah difumigasi 13 Rata-rata nilai kekerasan tangensial sebelum dan sesudah difumigasi 14 Rata-rata nilai kehilangan berat sebelum dan sesudah difumigasi
5 6 7 8 8 9 10 11 12 12 13 14 15 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Anova KA Hasil uji Duncan KA Anova BJ Anova MOE Anova MOR Anova keteguhan tekan maksimum sejajar serat Anova kekerasan radial Anova kekerasan tangensial Anova kehilangan berat Hasil perhitungan KA dan BJ Hasil perhitungan MOE dan MOR Hasil perhitungan keteguhan tekan maksimum sejajar serat Hasil perhitungan kekerasan sisi radial dan tangensial Hasil perhitungan kehilangan berat melalui uji kubur
18 18 18 18 18 19 19 19 19 20 21 22 23 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan jenis-jenis kayu hasil tanaman seperti sengon (Falcataria moluccana), karet (Hevea brasiliensis) dan mangium (Acacia mangium) untuk berbagai keperluan industri di Indonesia semakin populer akhir-akhir ini akibat terbatasnya ketersediaan kayu berkualitas di pasaran kayu. Kayu sengon banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan palet atau kemasan (wood packaging), sedangkan kayu karet dan mangium untuk bahan baku mebel dan furniture. Kelas kuat dan kelas awet ketiga jenis kayu hasil tanaman tersebut pada umumnya tergolong rendah karena berasal dari pohon yang dipanen saat tegakan masih muda (4 hingga dibawah 10 tahun untuk sengon dan mangium), serta mudah diserang oleh jamur pewarna (blue stain) atau faktor perusak biologis lainnya meski dari tegakan tua (minimal 25 tahun untuk karet). Permintaan akan kayu yang terus meningkat untuk berbagai keperluan di satu sisi dan terbatasnya pasokan kayu berkualitas disisi yang lain, mengakibatkan terbukanya peluang pemanfaatan kayu-kayu hasil tanaman. Khusus untuk bahan baku peti kemas serta mebel dan furniture, penggunaan kayu-kayu hasil tanaman sangat prospektif karena ringan dan lebih murah. Kelemahan yang ada khususnya dari segi kekuatan dan keawetan dapat diatasi dengan berbagai perlakuan atau metode peningkatan kualitas yang teknologinya sudah dikuasai. Pemilihan metode yang tepat diyakini dapat mengatasi kedua kelemahan yang ada. Pengawetan kayu termasuk salah satu metode peningkatan kualitas karena memperpanjang umur pakai (life service) kayu. Kayu-kayu yang sudah diawetkan pada umumnya lebih awet sehingga tahan atau tidak mudah diserang oleh berbagai faktor perusak kayu. Fumigasi yang pada awalnya diperuntukan bagi pengendalian hama dapat dikategorikan sebagai salah satu teknik mengawetkan kayu karena juga berdampak pada peningkatan umur pakai kayu. Selain mampu membasmi hama yang ada, fumigan yang ada di dalam kayu mengakibatkan kayu tidak lagi disukai oleh serangga dan mikroorganisme perusak kayu lainnya. Perlakuan fumigasi menjadi semakin populer dengan diberlakukannya ISPM (International Standard for Phytosanitary Measure) # 15 secara internasional terhadap seluruh bahan pembungkus yang terbuat dari kayu (wood packaging) untuk mengantisipasi penyebaran hama. Fumigan yang selama ini dipakai adalah metil bromida. Di beberapa negara termasuk Indonesia penggunaan metil bromida sangat dibatasi karena selain mahal juga tidak ramah lingkungan. Akhir-akhir ini penggunaan amonia sebagai fumigan pengganti mulai marak karena terbukti mampu berperan sebagaimana layaknya metil bromida. Pengaruh perlakuan fumigasi amonia terhadap sifat fisis, mekanis dan keawetan kayu apalagi pada kayu-kayu hasil tanaman masih sangat terbatas. Hal inilah yang melatar-belakangi dilakukannya penelitian ini.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fumigasi amonia terhadap sifat fisis, mekanis dan keawetan kayu dari tiga jenis kayu hasil tanaman, yaitu sengon, karet dan mangium. Proses fumigasi yang dilakukan adalah proses standar tetapi tanpa menggunakan bantuan sinar lampu.
Manfaat Penelitian Mampu mengungkapkan pengaruh perlakuan fumigasi amonia terhadap sifat fisis, mekanis dan keawetan ketiga jenis kayu yang diteliti. Dapat diterapkan di lapangan khususnya di sentra-sentra industri palet maupun furniture sehingga turut serta membantu perkembangan industri kemasan kayu dan furniture di tanah air.
TINJAUAN PUSTAKA Sengon (Falcataria moluccana) Sengon merupakan salah satu jenis pohon anggota famili Mimosaceae. Penyebaran alaminya mulai dari Pulau Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan hingga Papua. Tumbuhan ini banyak ditanam di luar daerah aslinya karena cepat tumbuh dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tinggi pohon mencapai 40 m dengan panjang batang bebas cabang 10-30 m. Diameter batang mencapai 80 cm, dengan kulit berwarna putih atau kelabu, tidak beralur, tidak mengelupas dan tidak berbanir (Martawijaya et al. 2005). Kayu sengon memiliki ciri umum sebagai berikut: pada pohon muda teras gubal sukar dibedakan, sedangkan pada pohon tua warna teras putih sampai coklat kemerahan atau kuning muda sampai coklat kemerahan, merah coklat keputihan. Memiliki sedikit corak dengan tekstur agak kasar sampai kasar. Arah seratnya berpadu dan kadang-kadang lurus. Kayu agak lunak dengan warna kayu putih sampai coklat muda kemerahan. Porinya soliter dan berganda radial, parenkim baur, kayunya lunak. Menurut Pandit dan Kurniawan (2008), ciri anatomi kayu sengon adalah: sel pembuluh (pori-pori)nya tata baur, bundar sampai bulat telur, soliter dan berganda radial 2-3 sel, 4-7 sel per mm², diameter tangensial 160-340 mikron, dengan bidang perforasi sederhana. Parenkimnya menyinggung sebagian pori (scanty) sampai selubung (concentris), kebanyakan bertipe apotrakeal baur yang terdiri dari 1-3 sel membentuk garis tangensial dengan jari-jari. Jari-jari kayu umumnya sempit, terdiri atas 1-2 seri, jumlahnya 6-12 per mm, dengan komposisi homoseluler (hanya terdiri atas sel-sel baring). BJ rata-rata kayu sengon 0,33 (0,24-0,49), Kelas Awet IV-V dan Kelas Kuat IV-V.
3 Karet (Hevea brasiliensis) Tumbuhan karet pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amazon, Brazil. Pada akhir abad 18 mulai ditanam di daerah India, lalu di Singapura dan negaranegara Asia Tenggara lainnya termasuk Jawa. Pohon karet dibudidayakan dengan tujuan utama untuk diambil getahnya. Pohon karet yang tinggi rata-ratanya dapat mencapai 20 meter baru akan diambil getahnya (disadap) pada umur 5-6 tahun. Secara ekonomis tanaman karet menjanjikan karena ketika sudah tidak produktif menghasilkan getah (25 tahun) dapat ditebang dan dijadikan bahan baku industri. Kayu karet berwarna putih kekuningan sedikit krem ketika baru ditebang dan akan berubah sedikit kecoklatan saat mengering. Tidak terdapat perbedaan warna yang mencolok antara kayu gubal dengan kayu terasnya. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada kayu karet. Menurut pengalaman sifat pemesinan kayu karet tergolong baik hingga sedang karena tidak menimbulkan banyak cacat saat diproses, sementara proses assemblingnya mudah. Pemotongan dengan sudut pisau hingga 30° pun tetap menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Kayu karet banyak digunakan sebagai bahan baku furniture untuk tujuan di bawah atap (interior) seperti top table kitchen set, kursi dan meja serta tatakan pisau dan gagang peralatan dapur. Kerapatan kayu karet antara 435- 625 kg/m³ pada kadar air 12%, sedangkan BJ rata-ratanya 0,61 (0,55-0,70). Kayu ini termasuk kedalam Kelas Awet V dan Kelas Kuat II-III (Pandit dan Kurniawan 2008). Mangium (Acacia mangium Willd.) Mangium juga merupakan anggota famili Mimosaceae. Penyebaran alami dimulai dari Kepulauan Maluku, Papua, Papua New Guinea hingga Queensland (Australia). Tumbuhan ini pertama kali ditanam di Sabah pada pertengahan tahun 1960 dengan bibit dari Australia. Sejak akhir 1970 hingga awal 1980, mangium banyak ditanam di negara-negara Asia Tenggara khususnya Malaysia dan Indonesia karena cepat tumbuh (Ogata et al. 2008). Kayu mangium memiliki ciri umum: terasnya berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Corak kayu polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Bertekstur halus sampai agak kasar dan merata. Arah serat biasanya lurus, kadang-kadang berpadu. Permukaannya agak mengkilap dan licin (Pandit dan Kurniawan 2008). Ciri anatomi kayunya adalah pori soliter dan berganda radial 2-3 sel, diameter agak kecil, jarang sampai agak jarang, bidang perforasi sederhana. Parenkimnya selubung, kadang-kadang bentuk sayap pada pori yang berukuran kecil. Sel jari-jarinya sempit, jarang sampai agak jarang, ukurannya agak pendek sampai pendek. Kayu ini memiliki BJ rata-rata 0,69 (0,49-0,84), Kelas Awet III dan Kelas Kuat II-III (Pandit dan Kurniawan 2008).
4 Fumigasi Fumigasi adalah salah satu cara untuk mengendalikan hama (rayap, kutu buku, tikus, kecoa, kumbang, ngengat dan lain-lain) dengan menggunakan gas beracun, biasanya methyl bromide (CH3Br). Dengan fumigasi, semua stadia hama yang ada dalam kayu dapat dibasmi tanpa mengotori bahan yang difumigasi (Hendrawan 2007). Menurut Anonim (2010), fumigasi adalah proses di mana serangga dikeluarkan dari struktur kayu dengan menggunakan gas yang mematikan. Giler (2006) menyatakan bahwa fumigan adalah zat kimia baik tunggal maupun campuran yang meliputi semua bahan aktif dan tidak aktif (jika ada) yang diramu menjadi satu. Formulasi fumigan dapat berada dalam tiga bentuk zat yaitu padat, cair dan gas. Fumigan yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sangat beracun terhadap hama yang menjadi target, namun tidak terhadap tumbuhan, manusia dan organisme lain yang bukan menjadi sasaran. 2. Tersedia di pasaran dan hemat dalam penggunaan. 3. Tidak memberikan bahaya kepada komoditas. 4. Tidak terbakar, tidak merusak dan tidak meledak dalam keadaan penggunaan normal. 5. Mudah menguap dengan penetrasi yang baik. 6. Tidak berakibat buruk terhadap lingkungan. Pada September 2000, the California Department of Pesticide Regulation mengeluarkan peraturan prosedural baru yang membuat penggunaan fumigan metil bromida sangat tidak praktis dan mahal. Peraturan ini pada dasarnya adalah untuk menghentikan penggunaan senyawa tersebut sebagai fumigan dikarenakan dapat merusak lapisan ozon (Anonim 2010). Amonia Amonia (NH3) memiliki bau khas yang menyengat. NH3 yang larut dalam air disebut amonium hidroksida. Amonia umumnya bersifat basa, namun dapat pula bertindak sebagai asam yang sangat lemah. Titik didih amonia -33°C dan titik lelehnya -77,7°C sehingga amonia harus disimpan dalam suhu yang sangat rendah atau dalam ruang bertekanan tinggi. Berat molekul amonia 17,03, tekanan uap 400 mmHg (-45.4°C), kelarutan dalam air 31g/100g (25°C), berat jenis 0,682 (-33,4°C), berat jenis uap 0,6 dan suhu kritis 133°C. Sifat fisik dari amonia adalah berupa gas tidak berwarna, berbau khas, bersifat iritan dan mudah larut dalam air (Anonim 2009). Amonia dapat berfungsi sebagai pupuk karena dapat diubah menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri yang ada dalam tanah. Amonia juga dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk urea, bahan peledak dan digunakan pula dalam bidang farmasi (Harwood et al. 2007). Amonia pada kadar tertentu dapat menyerang eksoskeleton serangga dan dapat menimbulkan kematian (Anonim 2009). Keawetan Alami Kayu Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap berbagai faktor perusak kayu, baik faktor biologis seperti jamur, serangga (terutama rayap dan bubuk kayu
5 kering) dan binatang laut maupun faktor non biologis (cuaca dan lingkungan). Keawetan kayu dinilai melalui uji lapangan (biasanya dikubur atau uji kubur) atau uji laboratorium. Tingkat keawetan kayu ditentukan berdasarkan persentase penurunan berat kayu akibat serangan faktor perusak atau persentase kematian organisme perusak. Keterawetan adalah kemampuan (mudah-tidaknya) kayu ditembus oleh bahan pengawet (Martawijaya & Barly 2000). Nandika et al. (1996) menyatakan bahwa keawetan kayu adalah daya tahan suatu kayu terhadap serangan organisme perusak kayu seperti serangga dan jamur. Keawetan alami kayu ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu yang tentu saja bervariasi menurut jenis kayu, umur pohon, lokasi dalam batang dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan keawetan alami berbagai jenis kayu berbeda-beda. Bahkan pada jenis kayu yang sama dan pada pohon yang sama pun keawetan kayu bisa berbeda.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei hingga Oktober 2012 di laboratorium/workshop di lingkungan Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan di Laboratorium Sifat Mekanis Kayu, Bagian Rekayasa Disain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan serta di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang fumigasi (Gambar 1), stiker untuk mengatur jarak antar kayu, wadah plastik untuk tempat amonia, kamera dan peralatan kesehatan (masker, sarung tangan, google). Peralatan untuk pengujian sifat fisis meliputi timbangan elektrik, oven, moisture meter, desikator, kaliper, parafin dan alat tulis, sedangkan peralatan untuk pengujian sifat mekanis terdiri dari universal testing machine (UTM) merek Amsler dan Instron. Bahan yang digunakan adalah kayu sengon (Falcataria moluccana), karet (Hevea brasiliensis), mangium (Acacia mangium), larutan amonia dan air. Kayu yang diteliti berasal dari hutan atau tanaman rakyat di sekitar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Umur pohon tidak diketahui dengan pasti. Diameter batang pohon berkisar 20-25 cm.
Gambar 1 Ruang Fumigasi
6 Prosedur Penelitian Persiapan contoh uji Bentuk dan ukuran contoh uji yang digunakan (Gambar 2) serta tahapan pengujian sifat fisis, mekanis dan keawetan kayu dilakukan mengikuti standar American Society for Testing and Materials (ASTM)-D143-94 2007. Contoh uji masing-masing pengujian dibuat 2 set: untuk kontrol (tanpa fumigasi) dan untuk perlakuan (fumigasi), semuanya disiapkan dalam kondisi kering udara (kadar air < 18%).
A
Tanpa Fumigasi
Fumigasi
D
D
1
2
C B
C
1
B
1
2
2 E
E
2
1 F1 Keterangan: A B1 dan B2 C1 dan C2 D1 dan D2 E1 dan E2 F1 dan F2
Gambar 2 Sampel contoh uji
F2
: Balok kayu : Contoh uji kubur (2 cm x 2 cm x 45 cm) : Contoh uji keteguhan lentur statis (MOE dan MOR): 30 cm x 2 cm x 2 cm : Contoh uji keteguhan tekan maksimum sejajar serat (2 cm x 2 cm x 6 cm) : Contoh uji KA dan BJ kayu (2 cm x 2 cm x 2 cm) : Contoh uji kekerasan sisi (5 cm x 2 cm x 2 cm)
Proses fumigasi Proses fumigasi dilakukan di ruang fumigasi berukuran (100 cm x 100 cm x 100 cm) yang terbuat dari plastik transparan berkerangka kayu yang berada di Laboratorium Pengeringan Kayu/Workshop dekat Asrama Putra IPB. Di dalam ruang fumigasi diletakkan tumpukan kayu yang akan difumigasi bersebelahan
7 dengan wadah berisi larutan amonia teknis sebanyak 6 liter, lalu ditutup rapat. Contoh uji dibiarkan terpapar gas amonia selama 4 hari tanpa bantuan sinar lampu. Setelah 4 hari contoh uji diangin-anginkan kembali untuk menghilangkan bau amonia yang ada dan siap untuk diuji. Pengujian sifat fisis Contoh uji kontrol dan yang sudah difumigasi diukur dimensinya untuk memperoleh volume awal (VA), lalu ditimbang berat awal (BA)-nya. Contoh uji selanjutnya dikeringkan dalam oven (103 ± 2ºC) sampai beratnya konstan dan ditimbang kembali untuk memperoleh berat kering tanur (BKT)-nya. Nilai kadar air (KA) dan berat jenis (BJ) kayu kondisi kering udara dihitung dengan rumus:
KA = (BA-BKT) / BKT x 100% BJ kayu = (BKT / VA) / kerapatan air Pengujian sifat mekanis Keteguhan lentur statis (MOE dan MOR) Pengujian dilakukan dengan UTM merek Instron dimana pembebanan dilakukan secara terpusat dengan arah tegak lurus permukaan contoh uji. Kedudukan contoh uji saat pengujian dalam posisi horizontal (Gambar 3). Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan dengan kecepatan pembebanan 2,5 mm/menit sampai contoh uji mengalami kerusakan. 2cm 2cm
30cm Gambar 3 Pengujian keteguhan lentur statis Nilai MOE dan MOR dihitung dengan rumus:
MOE = (∆P L3) / 4 ∆y b h3 MOR = (3Pmaks L) / 2 b h2 Keterangan: MOE = Modulus of elasticity (kg/cm2) ∆P = Perubahan beban yang terjadi di bawah batas proporsi (kg) L = Jarak sangga (cm) ∆y = Perubahan defleksi akibat beban (cm) b = Lebar contoh uji (cm) h = Tebal contoh uji (cm) MOR = Modulus of rupture (kg/cm2) Pmaks = Beban maksimum (kg)
8 Keteguhan tekan maksimum sejajar serat Pengujian juga dilakukan dengan UTM merek Instron. Pembebanan dilakukan dengan arah sejajar permukaan contoh uji dimana kedudukan contoh uji adalah vertikal (Gambar 4). Beban diberikan secara perlahan-lahan (6 mm/menit) sampai contoh uji mengalami kerusakan. Nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat (σtk//) dihitung dengan rumus:
σtk// = Pmaks / A
Keterangan: Pmaks = beban maksimum (kg) dan A = luas permukaan contoh uji (cm2).
2,5 cm
10 cm
2,5 cm Gambar 4 Pengujian keteguhan tekan maksimum sejajar serat Kekerasan sisi Pengujian kekerasan sisi (tangensial dan radial) dilakukan menggunakan UTM merek Amsler. Kekerasan sisi diukur dengan cara memasukkan setengah bola baja berdiameter 0,44 inci ke dalam permukaan kayu. Saat pengujian, posisi contoh uji mendatar sesuai bidang yang akan diuji (Gambar 5).
2 cm 2 cm
5 cm Gambar 5 Pengujian kekerasan sisi Nilai kekerasan kayu (hardness atau H) dihitung dengan rumus:
H = Pmaks / A
Keterangan: A = luas permukaan bola baja = 1 cm2. Pengujian keawetan Pengujian keawetan kayu dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB. Penguburan contoh uji dilakukan secara vertikal sedalam 25 cm sampai 30 cm secara acak. Jarak antar contoh uji dalam satu baris (antar kolom) sebesar 30
9 cm, sedangkan jarak antar baris sebesar 60 cm. Penguburan dilakukan selama tiga bulan. Gambar 6 memuat pola penguburan contoh uji di lapangan. Sebelum dikubur, masing-masing contoh uji ditimbang berat awal (BA) dan diukur KAnya dengan moisture meter. Nilai BA dan KA digunakan untuk memperoleh nilai BKTEst (BKT estimasi)-nya. Setelah 3 bulan, contoh uji diangkat, lalu dibersihkan dari tanah yang menempel, kemudian dikeringkan dalam oven sampai konstan dan ditimbang (BKT). Kehilangan berat (weight loss atau WL) dihitung dengan rumus:
WL = (BKTEst – BKT) / BKTEst dimana BKTEst = BA / (1 + KA/100).
KK 1
SF 3
MK 1
SK 1
SK 2
MF 2
KK 2
KF 4
SF 4
MF 3
KF 2
MK 2
MK 3
KK 3
KF 3
SF 1
SF 2
MF 1
MF 4
MK 4
SK 3
KK 4
KF 1
SK 4
Gambar 6 Pola susunan contoh uji kubur di lapangan Keterangan: SK = Sengon kontrol, SF = Sengon difumigasi, KK = Karet kontrol, KF = Karet difumigasi, MK = Mangium kontrol, MF= Mangium difumigasi; 1 s/d 4 = ulangan
Analisis data Data sifat fisis dan mekanis yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan SAS 9.1.3. dan Microsoft Excel 2010. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan Faktorial Acak Lengkap (RAL) dua faktor, yaitu jenis kayu sebagai faktor A dan pengaruh fumigasi sebagai faktor B, dengan empat ulangan. Model persamaan yang digunakan adalah:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan: Yijk = Respon dari faktor jenis ke-i, pengaruh fumigasi ke-j, dan ulangan ke-k μ = Rataan umum αi = Pengaruh jenis kayu ke-i βj = Pengaruh perlakuan fumigasi ke-j (αβ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis kayu ke-i dengan perlakuan fumigasi ke-j εijk = Galat (kesalahan) percobaan
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Kadar air (KA) Hasil pengukuran rata-rata nilai KA kayu kondisi kering udara sebelum dan sesudah difumigasi disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa perlakuan fumigasi cenderung meningkatkan nilai KA kayu dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,40-22,80%. Peningkatan tertinggi (22,80%) terdapat pada kayu mangium, sedangkan peningkatan terendah (8,40%) terdapat pada kayu karet. Peningkatan nilai KA pada kayu sengon sebesar 9,42%. Hasil penelitian ini bertolak-belakang dengan Asikin (2010) yang menyatakan bahwa KA kayu sesudah difumigasi lebih rendah dibandingkan dengan KA kayu sebelum difumigasi dengan rata-rata pengurangan nilai KA kayu sebesar 1% hingga 5%. Perbedaan perlakuan fumigasi yang diterapkan diduga merupakan faktor penyebabnya: Asikin (2010) menggunakan metoda perendaman, sedangkan penelitian ini menggunakan metode pemaparan.
Gambar 7 Rata-rata nilai KA kayu sebelum dan sesudah difumigasi Berdasarkan hasil analisis keragaman (Lampiran 1) diketahui bahwa jenis kayu dan perlakuan fumigasi berpengaruh terhadap nilai KA kayu, tetapi tidak ada interaksi antara keduanya. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa KA kayu karet sesudah difumigasi sebanding dengan KA kayu mangium yang sudah difumigasi. Keduanya berbeda dibandingkan dengan KA kayu sengon yang sudah difumigasi. Hal ini sesuai dengan Asikin (2010) yang menyatakan bahwa perubahan nilai KA kayu sesudah difumigasi bergantung pada jenis kayu. Berat jenis (BJ) Hasil pengukuran rata-rata nilai BJ kayu sebelum dan sesudah difumigasi disajikan pada Gambar 8. Tampak bahwa BJ kayu sengon yang sudah difumigasi relatif tetap, BJ kayu karet yang sudah difumigasi meningkat sebesar 1,96%,
11 sedangkan BJ kayu mangium yang sudah difumigasi berkurang sebesar 3,33% dibandingkan dengan BJ kayu sejenis yang tidak difumigasi.
Gambar 8 Rata-rata nilai BJ kayu sebelum dan sesudah difumigasi Hal ini sesuai dengan hasil analisis keragamannya (Lampiran 3) dimana hanya faktor jenis kayu yang berpengaruh terhadap nilai BJ kayu, sedangkan perlakuan fumigasi dan interaksi antara jenis kayu dan perlakuan fumigasi tidak. Ini berarti bahwa kayu yang difumigasi maupun yang tidak akan memiliki nilai BJ kayu yang sama. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Asikin (2010) dimana perubahan nilai BJ kayu akibat difumigasi bergantung pada jenis kayu. Secara umum dapat dikatakan bahwa perlakuan fumigasi tidak mempengaruhi nilai BJ kayu. Sifat Mekanis Keteguhan lentur statis (MOE dan MOR) Hasil pengukuran rata-rata nilai MOE (keteguhan lentur) dan MOR (keteguhan patah) pada kayu sebelum dan sesudah difumigasi disajikan pada Gambar 9 dan 10. Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa rata-rata MOE pada ketiga jenis kayu sebelum difumigasi berkisar antara 56.690,40-73.082,01 kg/cm2, sedangkan setelah difumigasi antara 56.955,97-77.101,52 kg/cm2. MOE kayu yang difumigasi sebanding dengan MOE kayu tanpa fumigasi. Rata-rata nilai MOR pada ketiga jenis kayu sebelum difumigasi berkisar antara 541,05-843,50 kg/cm2, sedangkan setelah difumigasi berkisar antara 540,88-890,70 kg/cm2 (Gambar 10). Sama halnya dengan MOE, MOR kayu-kayu yang difumigasi relatif sebanding dengan MOR kayu-kayu kontrolnya. Secara umum diketahui bahwa nilai MOE dan MOR pada kayu sengon, karet dan mangium yang difumigasi cenderung meningkat, kecuali MOR pada kayu sengon yang sedikit berkurang (0,03%). Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa peningkatan nilai MOE kayu sengon, karet dan mangium setelah difumigasi masing-masingnya sebesar 0,23%, 1,00% dan 2,75%; sedangkan
12 Gambar 10 memperlihatkan peningkatan MOR kayu karet dan mangium masingmasingnya sebesar 3,25% dan 2,80%. Pengurangan MOR kayu sengon sangat kecil (0,01%) sehingga dapat diabaikan.
Gambar 9 Rata-rata nilai MOE sebelum dan sesudah difumigasi
Gambar 10 Rata-rata nilai MOR sebelum dan sesudah difumigasi Hasil analisis keragamannya (Lampiran 4 dan 5) memperlihatkan bahwa MOE tidak dipengaruhi oleh jenis kayu, perlakuan fumigasi serta interaksi keduanya, sedangkan MOR hanya dipengaruhi oleh jenis kayu. Ini berarti bahwa MOE dan MOR kayu-kayu yang difumigasi tidak berbeda dibandingkan dengan MOE dan MOR kayu sejenis yang tidak difumigasi. MOE kayu sengon yang sudah difumigasi relatif sama dengan MOE kayu karet yang sudah difumigasi, sedangkan MOE kayu karet yang sudah difumigasi sama dengan MOE kayu mangium yang sudah difumigasi. MOE kayu sengon yang sudah difumigasi berbeda bila dibandingkan dengan MOE kayu mangium yang sudah difumigasi. Rata-rata nilai MOE kayu sengon, karet dan mangium
13 yang sudah difumigasi masing-masing sebesar 56.823 kg/cm2, 59.028 kg/cm2 dan 75.092 kg/cm2 (Lampiran 4). Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara MOE kayu sengon dengan MOE kayu karet yang difumigasi padahal kedua jenis kayu tersebut memiliki nilai BJ yang berbeda mengindikasikan adanya faktor lain yang berpengaruh terhadap MOE. Reaksi kimia antara amonia dengan komponen kimiawi kayu diduga memainkan peranan penting dalam hal ini. Berdasarkan Lampiran 5 diketahui bahwa MOR kayu sengon yang sudah difumigasi sama dengan MOR kayu karet yang sudah difumigasi. Keduanya berbeda dibandingkan dengan MOR kayu mangium yang sudah difumigasi. Ratarata nilai MOR kayu sengon, karet dan mangium yang sudah difumigasi masingmasing sebesar 540,97 kg/cm2, 600,38 kg/cm2 dan 867,10 kg/cm2. Sama halnya dengan KA dan BJ kayu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Asikin (2010) dimana kayu-kayu yang difumigasi tidak mengalami perubahan nilai MOE dan MOR yang nyata. Keteguhan tekan maksimum sejajar serat Hasil perhitungan rata-rata nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat untuk ketiga jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 11. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa perlakuan fumigasi memberikan pengaruh yang bervariasi. Pada kayu sengon dan kayu karet, fumigasi mengakibatkan berkurangnya nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat, masing-masing sebesar 1,41% dan 8,42%, sedangkan pada kayu mangium terjadi peningkatan sebesar 2,98%.
Gambar 11 Rata-rata keteguhan tekan maksimum sejajar serat sebelum dan sesudah difumigasi Hasil analisis keragamannya (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat hanya dipengaruhi oleh jenis kayu. Perlakuan fumigasi dan interaksi antara jenis kayu dan perlakuan fumigasi tidak berpengaruh nyata. Hal ini menandakan bahwa kayu-kayu yang difumigasi maupun yang tidak difumigasi memiliki nilai keteguhan tekan maksimum sejajar
14 serat yang sama. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Asikin (2010) dimana secara umum perlakuan fumigasi tidak mempengaruhi nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat kayu. Lampiran 6 memperlihatkan bahwa nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat kayu sengon yang sudah difumigasi sebanding dengan nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat kayu karet yang sudah difumigasi, masing-masing sebesar 329,54 kg/cm2 dan 360,46 kg/cm2. Keduanya lebih rendah dibandingkan dengan nilai keteguhan tekan maksimum sejajar serat kayu mangium yang sudah difumigasi (466,14 kg/cm2). Kekerasan radial dan tangensial Hasil perhitungan rata-rata nilai kekerasan radial dan tangensial ketiga jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 12 dan 13. Dari kedua gambar tersebut diketahui bahwa perlakuan fumigasi memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap kekerasan kayu. Pada kayu sengon dan mangium, fumigasi mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan radial dan tangensial, sedangkan pada kayu karet terjadi pengurangan. Rata-rata peningkatan nilai kekerasan radial pada kayu sengon dan mangium masing-masing sebesar 22,57% dan 1,52%, sedangkan pengurangan nilai pada kayu karet sebesar 2,42% (Gambar 12). Rata-rata peningkatan nilai kekerasan tangensial pada kayu sengon dan mangium masingmasing sebesar 25,31% dan 8,41%, sedangkan pengurangan nilai kekerasan tangensial pada kayu karet sebesar 4,75% (Gambar 13).
Gambar 12 Rata-rata nilai kekerasan radial sebelum dan sesudah difumigasi Berdasarkan hasil analisis keragamannya (Lampiran 7 dan 8) diketahui bahwa kekerasan kayu baik sisi radial maupun sisi tangensialnya hanya dipengaruhi oleh jenis kayu, sedangkan perlakuan fumigasi serta interaksi antara jenis kayu dan perlakuan fumigasi tidak. Ini berarti bahwa kayu yang difumigasi maupun yang tidak difumigasi tidak mengalami perubahan nilai kekerasan permukaan kayu yang signifikan. Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Asikin (2010) dimana kayu-kayu sebelum dan sesudah difumigasi tidak berbeda nyata dalam hal kekerasan permukaannya.
15
Gambar 13 Rata-rata nilai kekerasan tangensial sebelum dan sesudah difumigasi Lampiran 7 menyajikan nilai rata-rata kekerasan sisi radial kayu sengon, karet dan mangium yang sudah difumigasi masing-masing sebesar 182,63 kg/cm2, 297,38 kg/cm2 dan 366,25 kg/cm2; sedangkan rata-rata kekerasan sisi tangensialnya (Lampiran 8) masing-masing sebesar 204,25 kg/cm2 (sengon), 333,38 kg/cm2 (karet) dan 412,50 kg/cm2 (mangium). Keawetan Rata-rata kehilangan berat setelah uji kubur untuk ketiga jenis kayu, baik sebelum maupun sesudah difumigasi disajikan pada Gambar 14. Dari gambar tersebut diketahui bahwa perlakuan fumigasi cenderung meningkatkan keawetan kayu. Hal ini tercermin dari semakin berkurangnya kehilangan berat kayu. Ratarata kehilangan berat pada kayu-kayu yang sudah difumigasi sebesar 1,07-8.30%, sedangkan pada kayu-kayu yang tidak difumigasi sebesar 1,69-12,20%.
Gambar 14 Rata-rata nilai kehilangan berat sebelum dan sesudah difumigasi
16 Berdasarkan hasil analisis keragamannya (Lampiran 9) diketahui bahwa kehilangan berat dipengaruhi oleh jenis kayu dan perlakuan fumigasi, sedangkan interaksi antara jenis kayu dan perlakuan fumigasi tidak. Kehilangan berat pada kayu-kayu yang difumigasi lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu-kayu yang tidak difumigasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Azhim (2011) dengan kayu yang sama. Menurut Azhim (2011), rata-rata mortalitas rayap pada kayu-kayu yang difumigasi lebih tinggi dibandingkan dengan mortalitas rayap pada kayu-kayu yang tidak difumigasi. Dengan mortalitas rayap sebesar 100% (pada kayu yang difumigasi), maka kehilangan beratnya lebih rendah dibandingkan dengan mortalitas rayap sebesar 22,77% (pada kayu yang tidak difumigasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan berat bergantung pada jenis kayu. Sebelum difumigasi, kehilangan berat tertinggi terdapat pada kayu sengon (12,20%), diikuti oleh kayu karet (11,41%) dan yang terkecil pada kayu mangium (1,69%). Sesudah difumigasi, kehilangan berat tertinggi terdapat pada kayu karet (8,30%), diikuti oleh kayu sengon (5,31%) dan yang terkecil pada kayu mangium (1,07%). Secara umum rata-rata kehilangan berat pada masing-masing jenis kayu sebelum dan sesudah difumigasi sebesar 6,89% (sengon), 3,11% (karet) dan 0,62% (mangium). Dengan kehilangan berat yang paling rendah (1,07%), maka fumigasi amonia meningkatkan keawetan kayu mangium.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlakuan fumigasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap BJ, MOE, MOR, kekuatan tekan maksimum sejajar serat dan kekerasan kayu, namun berpengaruh nyata terhadap nilai KA dan kehilangan berat kayu. 2. Perlakuan fumigasi mengakibatkan kayu menjadi lebih basah dengan rata-rata peningkatan KA sebesar 8,40-22,80%. 3. Perlakuan fumigasi berpotensi meningkatkan keawetan kayu. Kehilangan berat pada kayu yang difumigasi lebih rendah dibandingkan dengan kontrolnya dengan nilai rata-rata kehilangan berat sebesar 1,07-8.30%. 4. Keawetan kayu mangium yang difumigasi lebih tinggi dibandingkan dengan keawetan kayu sengon dan karet yang difumigasi. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian sejenis yang melibatkan jenis-jenis kayu lain untuk memperkuat hasil penelitian dengan memperoleh data yang lebih banyak.
17 2. Penelitian tentang pengaruh fumigasi amonia terhadap kandungan kimia dan sifat akustik kayu perlu pula dilakukan. 3. Penelitian yang memfokuskan pada peranan faktor lain terhadap nilai MOE kayu-kayu yang difumigasi perlu segera dilakukan untuk menemukan jawaban yang ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Amonia. http://id.Wapedia.org. [Diakses tanggal 6 Agustus 2010]. Anonim. 2010. Termite and Fumigation. http://www.EWCN.org [Diakses pada 6 Agustus 2010]. Asikin PP. 2010. Pengaruh Fumigasi terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Beberapa Jenis Kayu Rakyat. [Skripsi]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. [ASTM]. American Society for Testing and Materials. 2007. Annual Books of ASTM Standarts. Volume 04.10. Wood. D 143-94. Section Four. USA. Azhim AAA. 2011. Efektifitas Fumigasi Berbahan Aktif Amonia pada Tiga Jenis Kayu Kelas Awet Rendah terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holm.). [Skripsi]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Boerhandy I, DS Agustina. 2006. Potensi Pemanfaatan Kayu Karet untuk Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat. Palembang. Balai Penelitian Sembawa. Giler J. 2006. Fumigation Handbook. Washington, DC. United States Departement of Agriculture. Harwood WS, FG Herring, JD Madura, RH Petrucci. 2007. General Chemistry Principles and Modern Applications, Ninth edition. Pearson Education International. Hendrawan. 2007. Memberantas Hama pada Data Arsip/Buku dengan Fumigasi. Http://www.gratisiklan.com [Diakses pada 5 Agustus 2012]. Martawijaya A, Barly. 2000. Keterawetan 95 Jenis Kayu terhadap Impregnasi dengan Pengawet CCA. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol. 14 No. 7, hal: 264-273. Nandika D, Soenaryo, A Saragih. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Jakarta. Nandika D, Y Rismayadi, F Diba. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta. Muhammadiyah University Press. Ogata K, T Fujii, H Abe and P Baas. 2008. Identification of the timbers of Southeast Asia and Western Pacific. PP. 180. T Fujii, K Ogata, H Abe, S Noshiro and A Kagawa (Editors). Kaiseisha Press. Japan. Pandit IKN dan D Kurniawan. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu Sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
18
LAMPIRAN Lampiran 1 Anova KA Source Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2 1 2
66.30340833 19.42200417 2.88290833
33.15170417 19.42200417 1.44145417
80.48 47.15 3.50
<.0001 <.0001 0.0520
Lampiran 2 Hasil uji Duncan KA Duncan Grouping
Mean
N
Jenis Kayu
A B B
17.1125 13.7625 13.4338
8 8 8
A1 A2 A3
Lampiran 3 Anova BJ Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
0.22115833 0.00010417 0.00075833
0.11057917 0.00010417 0.00037917
137.51 0.13 0.47
<.0001 0.7231 0.6316
Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
1591089204 19833217 15355040
795544602 19833217 7677520
2.94 0.07 0.03
0.0787 0.7898 0.9721
Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
482755.2549 4799.9645 2517.9916
241377.6275 4799.9645 1258.9958
6.28 0.12 0.03
0.0085 0.7279 0.9678
Lampiran 4 Anova MOE
Lampiran 5 Anova MOR
19
Lampiran 6 Anova keteguhan tekan maksimum sejajar serat Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
82088.08323 1576.09834 8839.55830
41044.04162 1576.09834 4419.77915
10.38 0.40 1.12
0.0010 0.5358 0.3488
Lampiran 7 Anova kekerasan radial Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
137678.5833 2688.1667 7034.0833
68839.2917 2688.1667 3517.0417
35.79 1.40 1.83
<.0001 0.2525 0.1893
Lampiran 8Anova kekerasan tangensial Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
176805.5833 8550.3750 15465.2500
88402.7917 8550.3750 7732.6250
34.01 3.29 2.98
<.0001 0.0864 0.0765
Lampiran 9 Anova kehilangan berat Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Jenis kayu Teknik fumigasi Jenis kayu*teknik fumigasi
2 1 2
209.3163715 53.3359358 21.5833065
104.6581858 53.3359358 10.7916532
9.00 4.59 0.93
0.0022 0.0470 0.4144
20 Lampiran 10 Hasil perhitungan KA dan BJ Jenis Kayu SKo 1 SKo 2 SKo 3 SKo 4
P (cm) 2.28 2.16 2.29 2.3
L (cm) 2.29 2.27 2.29 2.29
T (cm) 2.16 2.16 2.2 2.16
4.76 4.73 4.71 4.751
BKT (g) 4.09 4.11 4.05 4.04
Volume (cm3) 11.28 10.59 11.54 11.38
KA (%) 16.39 15.09 16.30 17.60
0.36 0.39 0.35 0.36
KKo 1 KKo 2 KKo 3 KKo 4
2.16 2.15 2.15 2.17
2.15 2.16 2.15 2.16
2.15 2.17 2.18 2.2
5.65 5.74 5.82 6.11
4.97 5.09 5.14 5.4
9.98 10.08 10.08 10.31
13.68 12.77 13.23 13.15
0.5 0.51 0.51 0.52
MKo 1 MKo 2 MKo 3 MKo 4
2.24 2.16 2.16 2.19
2.24 2.16 2.16 2.16
2.24 2.16 2.18 2.19
6.74 7.05 7.06 7.26
5.98 6.25 6.28 6.58
11.24 10.08 10.17 10.36
12.71 12.80 12.42 10.30
0.53 0.62 0.62 0.64
SFu 1 SFu 2 SFu 3 SFu 4
2.27 2.24 2.22 2.22
2.27 2.26 2.22 2.24
2.16 2.2 2.25 2.21
5.04 4.55 4.51 4.71
4.06 3.96 3.9 4.03
11.13 11.14 11.09 10.99
24.14 14.90 15.59 16.87
0.36 0.36 0.35 0.37
KFu 1 KFu 2 KFu 3 KFu 4
2.2 2.15 2.21 2.14
2.21 2.15 2.25 2.14
2.23 2.19 2.24 2
6.29 5.95 6.19 6.04
5.56 5.25 5.46 5.14
10.84 10.12 11.14 9.16
13.13 13.33 13.37 17.45
0.51 0.52 0.49 0.56
MFu 1 MFu 2 MFu 3 MFu 4
2.23 2.17 2.16 2.19
2.23 2.17 2.17 2.18
2.26 2.19 2.18 2.23
7.29 7.09 7.08 6.9
6.02 6.26 6.26 6.17
11.24 10.31 10.22 10.65
21.05 13.26 13.10 11.83
0.54 0.61 0.61 0.58
BB (g)
BJ
Keterangan: S = sengon, K = karet, M = mangium, Ko = kontrol, Fu = fumigasi; 1-4 = ulangan
21 Lampiran 11 Hasil perhitungan MOE dan MOR Kode Sampel
dp/dy
L (cm)
b (cm)
h (cm)
MOE (kg/cm2)
Pmax (kg)
MOR (kg/cm2)
SKo 1 SKo 2 SKo 3 SKo 4 SFu 1 SFu 2 SFu 3 SFu 4
211.08 286.96 221.37 233.98 206.77 204.97 296.59 253.47
25 25 25 25 25 25 25 25
2.01 2.03 2.00 2.02 2.02 2.03 2.02 2.01
2.00 2.01 2.04 2.00 2.03 2.01 2.00 2.02
51276.82 67998.16 50928.20 56558.44 47797.82 48569.78 71692.74 59763.56
106.36 135.20 108.41 120.99 106.11 96.12 144.87 125.47
496.09 618.19 488.42 561.51 478.01 439.48 672.35 573.67
KKo 1 KKo 2 KKo 3 KKo 4 KFu 1 KFu 2 KFu 3 KFu 4
342.18 357.66 95.57 186.68 266.07 291.50 216.86 238.53
25 25 25 25 25 25 25 25
2.00 2.03 2.03 2.01 2.03 2.01 2.00 2.02
2.02 2.00 2.03 2.01 2.00 2.02 2.02 2.04
81083.14 86028.90 21983.76 44675.93 63998.52 68730.33 51387.25 54332.69
176.35 197.80 16.54 114.32 150.30 133.60 126.94 132.01
810.36 913.47 74.15 527.91 694.12 610.86 583.30 588.88
MKo 1 MKo 2 MKo 3 MKo 4 MFu 1 MFu 2 MFu 3 MFu 4
359.48 216.44 342.67 322.66 398.71 362.07 292.37 264.18
25 25 25 25 25 25 25 25
2.02 2.00 2.01 2.03 2.05 2.00 2.03 2.01
2.00 2.03 2.04 2.01 2.02 2.03 2.00 2.03
86894.72 50533.51 78442.16 76457.65 92174.16 84534.59 70324.53 61372.78
221.52 126.62 210.46 180.70 228.66 232.93 174.35 148.59
1028.09 576.12 943.52 826.25 1025.12 1059.82 805.17 672.71
Keterangan:
S = sengon, K = karet, M = mangium, Ko = kontrol, Fu = fumigasi; 1-4 = ulangan, L = jarak sangga, b = lebar contoh uji, h = tebal contoh uji
22 Lampiran 12 Hasil perhitungan keteguhan tekan maksimum sejajar serat Kode Sampel
Pmax (kg)
b (cm)
h (cm)
A (cm2)
Keteguhan Tekan (kg/cm2)
SKo 1 SKo 2 SKo 3 SKo 4 SFu 1 SFu 2 SFu 3 SFu 4
1307.62447 1863.71988 1273.08733 981.21281 1515.83235 1326.02065 1177.96349 1271.46653
2.01 2.03 2.00 2.02 2.02 2.03 2.02 2.01
2.00 2.01 2.04 2.00 2.03 2.01 2.00 2.02
4.02 4.08 4.08 4.04 4.10 4.08 4.04 4.06
325.28 456.76 312.03 242.87 369.66 324.98 291.58 313.15
KKo 1 KKo 2 KKo 3 KKo 4 KFu 1 KFu 2 KFu 3 KFu 4
1627.11707 1589.86779 1734.85258 1450.39799 1155.67467 1321.93378 1539.77042 1310.23484
2.00 2.03 2.03 2.01 2.03 2.01 2.00 2.02
2.02 2.00 2.03 2.01 2.00 2.02 2.02 2.04
4.04 4.06 4.12 4.04 4.06 4.06 4.04 4.12
402.75 391.59 420.99 359.00 284.65 325.58 381.13 317.96
MKo 1 MKo 2 MKo 3 MKo 4 MFu 1 MFu 2 MFu 3 MFu 4
1760.08432 1989.38203 1563.99464 2054.09292 1659.90651 2500.0079 1721.59884 1950.10132
2.02 2.00 2.01 2.03 2.05 2.00 2.03 2.01
2.00 2.03 2.04 2.01 2.02 2.03 2.00 2.03
4.04 4.06 4.10 4.08 4.14 4.06 4.06 4.08
435.66 490.00 381.42 503.42 400.85 615.77 424.04 477.93
Keterangan:
S = sengon, K = karet, M = mangium, Ko = kontrol, Fu = fumigasi; 1-4 = ulangan, b = lebar contoh uji, h = tebal contoh uji, A = luas penampang
23 Lampiran 13 Hasil perhitungan kekerasan sisi radial dan tangensial Kode Sampel
Radial (kg)
Tangensial (kg)
Kode Sampel
Radial (kg)
Tangensial (kg)
SKo 1 SKo 2 SKo 3 SKo 4
102 153 125 216
107 161 130 254
SFu 1 SFu 2 SFu 3 SFu 4
222 220 212 211
260 246 223 253
KKo 1 KKo 2 KKo 3 KKo 4
272 278 297 372
339 313 348 400
KFu 1 KFu 2 KFu 3 KFu 4
302 244 277 337
317 291 279 380
MKo 1 MKo 2 MKo 3 MKo 4 Keterangan:
344 357 MFu 1 345 435 408 421 MFu 2 394 478 330 332 MFu 3 298 342 361 412 MFu 4 450 523 S = sengon, K = karet, M = mangium, Ko = kontrol, Fu = fumigasi; 1-4 = ulangan
24 Lampiran 14 Hasil perhitungan kehilangan berat melalui uji kubur Selisih BKTEst dengan BKT Stlh Difumigasi (g)
WL (%)
Kode Sampel
BB (g)
KA (%)
BKTEst (g)
BKT Stlh Difumigasi (g)
SKo 1 SKo 2 SKo 3 SKo 4
83.34 91.30 78.11 76.52
0.13 0.16 0.14 0.14
73.75 78.71 68.76 67.12
65.00 73.23 59.19 56.35
8.75 5.48 9.57 10.77
11.87 6.96 13.92 16.05
KKo 1 KKo 2 KKo 3 KKo 4
117.47 120.06 113.37 120.35
0.12 0.13 0.12 0.12
104.70 105.97 101.31 107.94
93.74 100.44 89.70 87.98
10.96 5.53 11.61 19.96
10.47 5.22 11.46 18.49
MKo 1 MKo 2 MKo 3 MKo 4
132.61 169.63 136.53 131.75
0.11 0.12 0.11 0.11
119.04 152.00 123.56 118.80
117.95 150.23 119.58 117.07
1.09 1.77 3.98 1.73
0.92 1.16 3.22 1.46
SFu 1 SFu 2 SFu 3 SFu 4
73.79 75.33 111.61 74.64
0.20 0.20 0.20 0.20
61.75 62.67 93.01 62.25
59.79 60.20 84.34 59.27
1.96 2.47 8.67 2.98
3.17 3.94 9.32 4.79
KFu 1 KFu 2 KFu 3 KFu 4
115.95 112.08 114.23 113.85
0.17 0.18 0.17 0.18
99.36 95.39 97.47 96.73
87.28 89.94 90.60 88.71
12.08 5.45 6.87 8.02
12.16 5.71 7.04 8.29
MFu 1 MFu 2 MFu 3 MFu 4 Keterangan:
160.94 0.18 136.16 135.07 1.09 0.80 140.41 0.15 122.20 120.50 1.70 1.39 159.82 0.18 134.98 133.21 1.77 1.31 162.66 0.15 140.95 139.87 1.08 0.77 S = sengon, K = karet, M = mangium, Ko = kontrol, Fu = fumigasi; 1-4 = ulangan, WL = kehilangan berat
25
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 15 Juni 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Darsono (bapak) dan Surandaniwati (ibu). Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMUN 12 Jakarta Timur dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2011 penulis memilih Teknologi Peningkatan Mutu Kayu (TPMK) sebagai bidang keahlian. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan yakni menjadi staf bidang Eksternal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) 2009-2011 dan Music Agriculture X-Pression (MAX). Penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap dan Baturaden tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi tahun 2011 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu Brumbung, Semarang tahun 2012. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Fumigasi Amonia terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Tiga Jenis Kayu Hasil Tanaman” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.