Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
PENGARUH FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN TERHADAP PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI FASILITAS MINYAK DAN GAS DI PT. PERTAMINA (PERSERO) Ardiansyah1)dan I Putu Artama Wiguna2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1) e-mail:
[email protected] 2) e-mail ;
[email protected] ABSTRAK Proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas di PT. Pertamina (Persero) merupakan proyek vital yang mendukung program kehandalan operasional distribusi BBM, namun tujuan dari proyek belum dapat dipenuhi dikarenakan penyelesaian melebihi waktu pelaksanaannya. Berdasarkan data performanceketepatan waktu penyelesaian, terjadi penurunan waktu penyelesaian proyek setiap tahunnya dari 67% pada 2009 menjadi 42% pada 2010, dan 35% pada 2011. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui penyebab keterlambatan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi indikator penyebab keterlambatan proyek dan menganalisa besarnya probabilitas faktor penyebab keterlambatan proyek yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas di Pertamina pada proyek tahun 2009 - 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada tim proyek Pertamina, sebanyak 39 responden digunakan pada penelitian ini dan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil dari penelitian menemukan 3 faktor paling dominan keterlambatan proyek yang mempengaruhi waktu penyelesaian proyek di Pertamina, berupa peralatan kerja (X3), site related (X7) dan desain (X10). Jika kehandalan dan ketersedian dari peralatan kerja terjadi maka probabilitas terjadinya keterlambatan 91.58%. Apabila terjadi permasalahan di site maka probabilitas terjadinya keterlambatan 88.90%. Apabila terjadi permasalahan pada desain, maka probabilitas terjadinya keterlambatan 87.80%. Kata kunci : konstruksi fasilitas minyak dan gas, keterlambatan
PENDAHULUAN Keterlambatan waktu penyelesaian proyek merupakan suatu permasalahan yang umum terjadi di dunia konstruksi secara global (Ruqaishi dan Bashir, 2013). Di India ditemukan rata–rata penyelesaian sebuah proyek melebihi 55% dari waktu pelaksanaan (Doloi et al, 2012), sementara di Libya ditemukan untuk sebuah proyek konstruksi bangunan proyek diperlukan waktu tambahan selama 40 – 46 hari, dan di Inggris mencapai 34 – 38 hari (Shebob et al, 2012). Sedangkan di Saudi Arabia keterlambatan proyek rata – rata mencapai 10% - 30% dari waktu pelaksanaan (Assaf dan Al Heiji, 2006). Kemudian untuk sebuah proyek konstruksi pada bidang minyak dan gas keterlambatan pelaksanaan dapat mencapai 5% - 20% dari durasi pekerjaan (Salama et al, 2008). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pertamina (Persero) mempunyai tugas utama memenuhi kebutuhan energi nasional hingga ke masing – masing lokasi di wilayah Indonesia, operasional pendistribusian BBM sangat tergantung kepada kehandalan sarana dan fasilitas pada masing–masing lokasi kerja. Melalui program kerja tahunan, ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Pertamina memproyeksikan proyek strategis dalam bentuk penambahan maupun penyempurnaan fasilitas penyimpanan minyak dan gas. Proyek rutin yang umum dikerjakan setiap tahunnya berupa proyek konstruksi pembangunan tanki timbun Bahan Bakar Minyak/BBM maupun Liqufied Petroleum Gas/LPG, konstruksi jalur perpipaan, konstruksi dermaga, fasilitas perpompaan, fasilitas custody&metering system. Namun harapan terhadap dukungan proyek sebagai faktor pendukung kehandalan operasional perusahaan tidak sejalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan kondisi empiris terhadap performance ketepatan waktu penyelesaian proyek di Pertamina, ditemukan terjadinya penurunan kesuksesan ketepatan waktu penyelesaian proyek setiap tahunnya dari 67% pada tahun 2009 menjadi 42% pada tahun 2010, dan turun menjadi 35% pada tahun 2011 (Sumber : Laporan waktu penyelesaian proyek di Pertamina direktorat Pemasaran & Niaga). Berbagai macam teknik analisis telah banyak dikembangkan untuk mengidentifikasi dan merangking penyebab keterlambatan. Salah satu teknik analisis yang digunakan berupa relative importance index, frequency index, dan severity index, (Salama et al, 2008; Fallahnejad, 2013; Doloi et al, 2012 ; Sambasivan dan Soon, 2007; Odeh dan Battaineh, 2002 ; Marzouk dan El Rasas, 2013; Assaf dan Al Heiji, 2006; Le-Hoai et al, 2008; Kaming et al, 1997). Berdasarkan teknik analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu, masih sedikit yang meninjau mengenai teknik pengukuran dengan memprediksi probabilitas waktu penyelesaian proyek yang dipengaruhi oleh faktor penyebab keterlambatan pada proyek. Meninjau terhadap permasalahan yang terjadi pada proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas di PT. Pertamina (Persero) serta peluang dilakukannya penelitian lanjutan, diharapkan pada penelitian ini dapat mengetahui indikator keterlambatan pada proyek serta mengukur seberapa besar persentase probabilitas faktor – faktor dominan penyebab keterlambatan mempengaruhi waktu penyelesaian proyek di PT. Pertamina (Persero). METODE Pada penelitian ini akan mencari pola hubungan pengaruh variable bebas/independent (X) terhadap variable terikat/dependent (Y). Variabel terikat/dependent (Y) merupakan parameter penyelesaian proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas di Pertamina tepat waktu atau terlambat. Sementara variabel bebas/independent (X) dalam penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan keterlambatan suatu proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas di Pertamina. Faktor ini diperoleh serta dikategorikan berdasarkan penelitian terdahulu serta diambil sesuai kebutuhan kondisi dari area penelitian. Terdapat 10 faktor penyebab keterlambatan sebuah proyek dengan 39 indikator yang relevan dengan kondisi dan situasi proyek di Pertamina melalui penelusuran yang dilakukan pada penelitian terdahulu, yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1.Faktor penyebab keterlambatan pada proyek konstruksi
Faktor penyebab keterlambatan X1 X2 X3 X4 X5
Personal/Tenaga Kerja Material Peralatan Kerja Eksternal Project Related
Faktor penyebab keterlambatan X6 X7 X8 X9 X10
ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-2
Kontrak Site Related Komunikasi Keuangan Desain
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Pengukuran variabel X/Independen dalam kuisioner penelitian ini menggunakan likert scale. Penggunaan likert scale untuk menjawab pertanyaan yang mengandung statement ekspresi baik yang bisa dirasakan atau yang tidak bisa dirasakan secara langsung oleh obyek penelitian. Sampel akan ditanya mengenai setuju atau tidak setuju terhadap masing – masing statement dengan pemberian skor 1 = Sangat tidak setuju; 2 = Tidak setuju; 3 = Biasa; 4 = Setuju; 5 = Sangat setuju. Sementara untuk variabel Y, apabila responden menilai proyek terlambat maka diberi nilai 1 dan apabila responden menilai proyek tepat waktu diberi nilai 0. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode statistik deskriptif berupa plotting nilai mean versus standard deviasi untuk mendapatkan indikator keterlambatan proyek serta metode regresi logistik untuk menjelaskan pengaruh dari faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi terhadap waktu penyelesaian proyek di Pertamina. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada tim proyek di Pertamina, sebanyak 39 kuisioner telah dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik. Berdasarkan hasil melalui kuisioner diperoleh profil dari waktu penyelesaian proyek yaitu 67% terlambat (26 proyek terlambat) dan 33% tepat waktu (13 proyek tepat waktu). Selanjutnya untuk mengetahui indikator keterlambatan pada 26 proyek konstruksi di Pertamina, digunakan metode analisis statistik deskriptif dengan menggunakan plotting pada diagram kartesius nilai mean versus standard deviasi. Namun sebelum dilakukan plotting pada diagram kartesius dilakukan uji beda terhadap 39 indikator keterlambatan. Hasil uji beda dengan menggunakan Uji Levene dan One Way Anova, disimpulkan 39 indikator tersebut berbeda. Pada diagram kartesius (gambar 1) digunakan nilai mean tertinggi serta nilai standard deviasi paling kecil dari hasil tanggapan responden. Nilai dari mean yang tertinggi serta standard deviasi paling kecil terletak pada kuadran 1.
Gambar 1. Diagram Kartesius terhadap indikator 26 proyek yang mengalami keterlambatan di Pertamina (Sumber : Data Olahan)
Melalui diagram kartesius yang tersaji pada gambar 1 diperoleh sebanyak 8 indikator keterlambatan proyek di Pertamina yang berada pada kuadran 1 antara lain : 1. Keterbatasan jumlah material di pasaran. Pada proyek di Pertamina, spesifikasi material konstruksi ditentukan pada aturan desain dengan mengacu kepada code dan standard tertentu. Seperti API/American Petroleum Institute, ASME/American Society of Mechanical Engineers. Hasil indikator ini sejalan dengan hasil yang ditemukan pada penelitian Sweis et al, 2008 dan Odeh et al, 2002 yang ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengemukanan kekurangan terhadap material sebagai penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek konstruksi di Jordan. Keterbatasan jumlah peralatan kerja. Proyek konstruksi di Pertamina menggunakan peralatan kerja khusus yang tidak sama dengan pekerjaan konstruksi umum misalnya pada mesin pengelasan pipa minyak yang membutuhkan persyaratan teknis tertentu sesuai ketentuan API/American Petroleum Institute. Hasil indikator ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kaming et al, 1997 pada proyek konstruksi di Indonesia dan Sambasivan et al, 2007 pada proyek konstruksi di Malaysia, dimana terjadi keterlambatan dikarenakan ketersedian alat bantu kerja. Pemberiaan gambar kerja yang tidak tepat waktu. Keterlambatan dalam pemberian gambar kerja akan menyebabkan keterlambatan dalam memulai pekerjaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Doloi et al, 2012 pada proyek konstruksi di India, dimana ketidaktepatan pengajuan gambar menjadi indikator utama terjadinya keterlambatan. Change order dan variation Order. Perubahan dalam bentuk Change Order maupun Variation Order ini akan berdampak kepada kebutuhan material. Hasil penelitian ini telah sejalan dengan penenlitian yang dilakukan oleh Odeh eta al 2002, Sambasivan et al , 2007 dan Marzouk et al, 2013 yang menyatakan adanya change order dan variation order sebagai bagian dari penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek yang mereka teliti. Adanya pemberhentian pekerjaan oleh pemilik proyek. Penghentian ini proyek sering terjadi dikarenakan proyek konstruksi yang dilakukan pada area depot minyak/gas Pertamina, dimana serangkaian aktifitas operasional yang tidak boleh berhenti beririsan dengan aktifitas proyek.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Sweis et al, 2008 yang mengemukan hasil terjadinya keterlambatan pada proyek di Jordan akibat adanya penghentian proyek sementara oleh owner. Penelitian oleh Marzouk et al, 2013 pada proyek di Mesir menguatkan hasil penelitian ini, dimana adanya penghentian juga merupakan bagian dari terjadinya keterlambatan. Buruknya interaksi antar vendor pada tahap engineering dan procurement. Keterbatasan dan kekurangan informasi yang diberikan vendor dikarenakan keterbatasan jumlah tim dari vendor dalam menjelaskan kebutuhan pengguna jasa yang ada di Indonesia.Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dibuat oleh Ruqaishi et al, 2013 yang menyatakan hal tersebut terjadi pada proyek minyak dan gas di Oman dan merupakan bagian penyebab utama terjadinya keterlambatan. Pengambilan keputusan yang lama Adanya sistem manajemen yang birokratis pada perusahaan negara mengakibatkan sulitnya pengambilan keputusan secara cepat. Hasil dari penelitian ini didukung dengan hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Marzouk et al, 2013 pada proyek konstruksi di Mesir. Gambar desain tidak tepat dan tidak jelas. Sebahagian besar gambar desain yang diajukan oleh penyedia jasa kurang jelas sehingga dibutuhkan beberapa revisi revisi. Hasil dari penelitian ini telah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Assaf et al, 2006 terhadap keterlambatan pada proyek konstruksi di Saudi Arabia.
Setelah dilakukan analisis deskriptif, selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek di PT. Pertamina (Persero), digunakan metode analisis regresi logistik backward wald. Faktor – faktor yang diprediksikan akan mempengaruhi adalah personal (X1), material (X2), peralatan kerja(X3), eksternal (X4), ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
project related (X5), kontrak (X6), site related (X7), komunikasi (X8), finance (X9) dan desain (X10). Melalui hasil analisis regresi ditemukan faktor yang mempunyai pengaruh sesuai dengan model pada persamaan 1, dengan (t) = terlambat dan (1-t) = tepat waktu. t = Exp (-18,891 + 2,386X3 + 2,081 X7 + 1,973 X10) (1) 1 t Ketiga faktor yang memiliki pengaruh tersebut terdiri dari : Peralatan kerja (X3) Hasil dari regresi logistik dengan memunculkan X3 sebagai faktor yang signifikan berkaitan dengan hasil deskriptif pada tabel 2 Yaitu PK1 atau jumlah peralatan kerja yang tidak cukup pada proyek sebagai indikator dominan keterlambatan proyek.Dikaitkan kepada hasil penelitian ini berupa hasil deskriptif dan hasil regresi logistik serta hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaming et al, 1997 pada keterlambatan proyek konstruksi bangunan tinggi di Indonesia menempatkan kekurangan tersediaan peralatan kerja pada peringkat keempat sebagai penyebab terjadinya keterlambatan. Selain itu juga terdapat penelitian lainnya yang mendukung hasil yang ditemukan, yaitu pada penelitian yang dilakukan Ruqaishi dan Bashir, 2013 pada proyek minyak dan gas di Oman mendukung hasil penelitian ini dimana terdapat kekurangan peralatan sebagai penyebab keterlambatan yang moderat terjadi. Situasi dan karekteristik dari proyek yang mirip pada penelitian Ruqaisihi dan Bashir, 2013 menguatkan hasil penelitian bahwasannya faktor peralatan kerja menjadi bagian keterlambatan pada pekerjaan konstruksi di industri minyak dan gas, seperti halnya pada area penelitian ini di Pertamina. Penelitian yang dilakukan Sambasivan dan Soon, 2007 sebagai faktor keterlambatan dominan pada peringkat kedelapan dari sepuluh faktor yang menyebab keterlambatan pada proyek konstruksi di Malaysia.Terkait penelitian ini besarnya peluang terjadi keterlambatan atau tidak terhadap faktor dominan pada peralatan kerja 10.872 kali, dengan mengambil data jumlah proyek pada tahun 2009 – 2011 sebanyak 74 proyek diketahui besarnya peluang untuk terlambat sebesar 91.5% dan 8.5% tepat waktu. Site Related Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik yang dihasilkan nilai koefisien dari variabel X7 atau Site Related pada penelitian ini bernilai positif, yang bermakna bahwa apabila terjadi maka akan menyebabkan proyek konstruksi di Pertamina menjadi terlambat. Hasil deskripsi statistik pada tabel 2 berkaitan dengan hasil yang diperoleh pada regresi logistik pada penelitian ini, yaitu dengan munculnya indikator dominan keterlambatan proyek berupa SR2 atau terjadinya penghentian kegiatan proyek akibat adanya aktivitas operasional depot Pertamina.Dengan mengkaitkan dan menghubungan hasil penelitian berupa hasil deskriptif dan hasil regresi logistik serta hasil peneilitan terdahulu yang dilakukan oleh Sweis et al, 2008 pada keterlambatan proyek konstruksi di Jordan.Terkait penelitian ini besarnya peluang terjadi keterlambatan atau tidak terhadap faktor dominan pada site related 8,011 kali, dengan mengambil data jumlah proyek pada tahun 2009 – 2011 sebanyak 74 proyek diketahui besarnya peluang untuk terlambat sebesar 88.9% dan 11.1% tepat waktu. Desain Berdasarkan hasil persamaan regresi logistik yang dihasilkan nilai koefisien dari variabel X10 atau Desain pada penelitian ini bernilai positif, yang bermakna bahwa apabila terjadi maka akan menyebabkan proyek konstruksi di Pertamina menjadi terlambat. Besarnya peluang terjadi keterlambatan atau tidak terhadap faktor dominan pada site related 7.194 kali, dengan mengambil data jumlah proyek pada tahun 2009 – 2011 sebanyak 74 proyek diketahui besarnya peluang untuk terlambat sebesar 87.8% dan 12.2% tepat waktu. ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan 3 faktor keterlambatan yang mempunyai pengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek konstruksi di Pertamina, yaitu faktor peralatan kerja (X3), faktor site related (X7), faktor desain (X10). Jika kehandalan dan ketersedian dari peralatan kerja (X3) terjadi maka probabilitas terjadinya keterlambatan 91.58%. Apabila terjadi permasalahan di site (X7) maka probabilitas terjadinya keterlambatan 88.90%. Apabila terjadi permasalahan pada desain (X10), maka probabilitas terjadinya keterlambatan 87.80%. Penelitian ini masih memerlukan pengembangan, sehingga diperlukan beberapa saran untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. : 1. Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan mengukur persepsi melalui sudut pandang penyedia jasa, karena pada penelitian ini yang dilakukan melalui sudut pandang pengguna jasa. 2. Penelitian dapat dikembangkan dengan area penelitian pada proyek konstruksi fasilitas minyak dan gas sektor hulu (Exploration&Production/EP) karena pada penelitian ini dilakukan pada sektor hilir (Marketing &Trading/M&T). 3. Penelitian dapat dikembangkan dengan area penelitian pada perusahaan minyak dan gas milik swasta nasional maupun multinasional dikarenakan pada penelitian ini dilakukan pada perusahaan minyak dan gas milik negara. DAFTAR PUSTAKA Assaf, S.A. dan Al Heiji, S. (2006), “Causes of Delay in Large Construction Projects”, International Journal of Project Management, Vol. 24, hal. 349-357. Doloi, H., Sawhney, A., Iyer, K.C., Rentala, S. (2012), “Analysing factors affecting delays in Indian construction projects”, International Journal of Project Management, Vol. 30, hal. 479-489. Fallahnejad, M.H. (2013), “Delay causes in Iran gas pipeline projects”, International Journal of Project Management, Vol. 31, hal. 136-146. Kaming, P.F., Olomolaiye, P.O., Holt, G.D., Harris, F.C. (1997). “Factors influencing construction time and cost overruns on high-rise projects in Indonesia”. Journal of Construction Management and Economics, Vol. 15, hal. 83 – 94. Marzouk, M.M. dan El Rasas, T. (2013), “Analysing Delay Causes in Egyptian Construction Projects”, Journal of Advanced Research, Structural Engineering Department, Cairo University. Odeh, M.A. dan Battaineh, H.T. (2002), “Causes of construction delay: traditional contract.”, International Journal of Project Management, Vol. 20, hal. 67-73. Ruqaishi, M. dan Bashir, A.H. (2013), “Causes of Delay in Construction Projects in the Oil and Gas Industry in the Gulf”, Journal of Construction Engineering Management– ASCE. Salama, M., El-Hamid, M.A., Keogh, B. (2008), “Investigating the causesof delay within oil and gas projects in the U.A.E.”, Procs 24th Annual ARCOM Conference, hal. 819 - 827 Sambasivan, M. dan Soon, Y.W. (2007), “Causes and Effects of Delays in Malaysian Construction Industry”, International Journal of Project Management. Vol. 25, hal. 517526. Sweis, G., Sweis, R., Hammad, A.A., Shboul, A. (2008), “Delays in Construction Projects: The Case of Jordan”, International Journal of Project Management. Vol. 26, hal. 665-674. ISBN : 978-602-97491-9-9 B-2-6