PENGARUH FAKTOR INTERNAL TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN (Studi Kasus Pada Bank Tabungan Negara)
Abstract: This study aim to determine the effect of internal factors; Capital Adequacy Ratio (CAR), Operating Expense to Operational Income (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) to profitability of state bank (BTN), measured by return on assets (ROA) for the last 10 years. The data used of reseach is the data time series of monthly financial reports of state bank (BTN) since 2004 to 2013. The method of data analysis used is Ordinary Least Square (OLS). Data analysis begins with descriptive statistics of variables, the classic assumption test, and test hypotheses. The results showed that CAR has positive a significant influence to profitability of state bank. BOPO anda LDR showed that negative a significant influence to profitability. Result showed together (simultan) internal factors as well as affecting to profitability (ROA). Keywords: Financial performance, ROA, CAR,BOPO, LDR. Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menguji faktor internal; Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Opersional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), terhadap profitabilitas yang diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA) selama 10 tahun terakhir. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yaitu data akuntansi berupa laporan keuangan bulanan bank BTN periode 2004-2013. Metode analisis data yang digunakan adalah model Ordinary Least Square (OLS). Analisis data diawali dengan statistik deskriptif variabel, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan BOPO dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) faktor internal berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Kata Kunci: Kinerja Keuangan, ROA, CAR, BOPO, LDR.
PENDAHULUAN Kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan (Fabozzi, 1999:98). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen perusahaan seperti kondisi perekonomian dan kondisi perindustrian . Pada perbankan, faktor internal identik dengan rasio keuangan karena setiap bank selalu memperhitungkan rasio tersebut sebagai alat kinerja bank dalam setiap laporan keuangannya. Adapun faktor internal yang mempengaruhi profitabilitas antara lain Capital
Adequacy Ratio (CAR) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposite Ratio (LDR). Selain itu, juga terdapat faktor eksternal yang menarik untuk diteliti pada salah satu bank BUMN karena faktor tersebut bersifat tetap untuk masing-masing bank, namun dapat dilakukan pada salah satu bank dengan runtun waktu panjang atau dikenal dengan times series. Adapun pertimbangan dalam memilih objek penelitian pada bank BTN, dikarenakan BTN memiliki nilai ROA yang jauh lebih kecil dari bank BUMN lainnya dan juga berfluktuasi. Ini merupakan suatu fenomena yang dapat dijadikan sebuah penelitian. KAJIAN KEPUSTAKAAN Kinerja Perbankan Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank (Jumingan, 2008:239). Salah satu faktor penilaian kinerja bank seperti yang diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004 adalah faktor finansial yang digunakan sebagai penilaian kesehatan bank untuk menilai baik buruknya suatu kondisi bank yang terdiri dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivitas terhadap risiko pasar. Faktor-faktor ini dikenal dengan rasio CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk).
Profitabilitas (ROA) Profitabilitas merupakan gambaran kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Horngren, 1993:369). Tingkat efesiensi sebuah perusahaan dapat diketahui jika profit yang dihasilkan pada setiap akhir periode dibandingkan dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. ROA adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank, karena menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang digunakan perusahaan secara keseluruhan. ROA adalah tingkat kemampuan perusahaan yang mencerminkan sejauh mana total investasi perusahaan mampu menghasilkan laba bersih perusahaan (Harmono, 2009:235).
Faktor Internal CAR (Capital Adequance Ratio)
CAR merupakan bahagian dari modal yang dijadikan alat ukur dalam kesanggupan bank membangun kepercayaan masyarakat sehingga bank dapat menarik dana pihak ketiga (DPK). CAR memperlihatkan seberapa besar aktiva bank yang mengandung risiko seperti kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain dapat dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank, (Margareta, 2007:63).
BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional) BOPO merupakan rasio efesiensi yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas pokok, seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Jika bank dapat mengendalikan biaya dengan baik atau semaksimal mungkin maka laba bank meningkat. Semakin kecil biaya operasional yang dikeluarkan bank maka kemungkinan suatu bank dalam keadaan bermasalah (mengalami kerugian) semakin kecil (Hariyani, 2010:54).
LDR (Loan to Deposite Ratio) LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan kredit nasabahnya. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu perhitungan LDR digunakan untuk mengetahui serta menilai seberapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan dan likuiditas suatu bank dalam penyaluran kredit. Batas toleransi LDR berkisar antara 85%-100% atau batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%.
Pengaruh CAR terhadap ROA CAR wajib dimiliki oleh setiap perbankan minimum 8% sebagai jaminan bahwa bank mampu menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. CAR yang besar mampu menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko dengan modal
yang dimiliki disamping sumber dana lainnya seperti dana dari masyarakat ataupun pinjamam lainnya. Sebagai contoh paling simpel, pada saat bank memiliki dana sebesar Rp. 100.000.000 maka dana yang tersisa setelah dipotong untuk pemberian kredit, kpr atau lainnya adalah CAR. Dana yang tersisa tersebut dianjurkan oleh BI sebesar 8% dari modal tersebut. Inilah analogi dasar dari CAR, jadi apabila nilai CAR kecil yakni 0% ataupun minus maka bank tidak memiliki modal lagi. Sehingga muncul pertanyaan, bagaimana bank menutupi kerugian aktiva beresiko tanpa modal. Dengan CAR tinggi, bank mampu menutupi penurunan aktiva yang diakibatkan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), otomatis semakin kecil resiko bank menghadapi kebangkrutan dan laba semakin meningkat dan tentunya diikuti naiknya profitabilitas bank (ROA). Hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), Yuliani (2007) dan Ponco (2008), Winarni (2011), menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Pengaruh BOPO terhadap ROA Biaya opersional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan alat ukur kinerja bank dilihat dari segi efesiensi dan efektivitas suatu bank dalam mengelola manajemen laba. Pada umumnya, suatu biaya yang besar yang dikeluarkan bank tanpa diiringi pendapatan yang sebanding atau jauh lebih besar dari pendapatan maka pihak bank akan mengalami resiko kerugian. Hal inilah yang harus diantisipasi pihak bank untuk dapat mengelola aktiva atau semua faktor produksi yang dimiliki menjadi beban dengan sebaik mungkin (efektif dan efesien). Jika bank dapat mengendalikan biaya dengan baik atau semaksimal mungkin maka laba bank meningkat dan diikuti pula tingkat profitabilitas bank. Begitu pula sebaliknya. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), Yuliani (2007), Winarni (2005), Ponco (2009) dan Winarni (2011), yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), artinya semakin kecil rasio BOPO maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
Pengaruh LDR tehadap ROA LDR menunjukkan seberapa besar dana bank disalurkan ke perkreditan. Semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin meningkat, dengan meningkatnya laba bank maka kinerja bank juga meningkat(Dendawijaya, 2005:116). Rendahnya LDR mencerminkan
rendahnya kontribusi perbankan untuk membantu menggerakkan sektor perekonomian. Namun, apabila LDR di atas 110% (maksimum sesuai ketentuan BI) berarti likuiditas bank kurang baik karena jumlah DPK tidak mampu menutupi kredit yang disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutupi kekurangannya atau bahkan modalnya sendiri.Hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2007), Ponco (2008) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan pembahasan di atas maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
LDR
CAR
ROA
BOPO
METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat Hipotesis test yang dilakukan pada Bank BTN dengan runtun waktu selama 10 tahun.. Populasi dalam penelitian ini berupa pengamatan selama 21 tahun yaitu sejak PT. Bank Tabungan Negara didirikan dan disahkan sebagai persero pada tahun 1992. Adapun pengamatannya berupa laporan keuangan bulanan Bank BTN. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria observasinya (laporan keuangan) sebagai sampel adalah: 1.
Data tersedia lengkap (laporan keuangan bulanan bank BTN selama periode pengamatan Januari 1992 - Desember 2013 dan telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
2.
Laporan laba rugi mengalami laba bersih selama periode pengamatan. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah data yang lengkap dan dipubilasikan oleh BI
adalah terhitung dari tahun 2004 sampai 2013 (10 tahun), untuk tahun 2002 dan 2003 tersedia data tidak lengkap dan dibawah tahun 2002 data tidak tersedia. Jadi jumlah sampel yang terbentuk dalam penelitian ini adalah 120 observasi atau n = 120.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (archival) yaitu laporan keuangan bulanan bank BTN. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.
Operasionalisasi Variabel Untuk nilai CAR, BOPO, dan LDR dilakukan perhitungan terlebih dahulu dengan menggunakan formulasi berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004). 1. Profitabilitas (ROA) Profitabilitas adalah gambaran kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Horngren, 1993:369). Perhitungan rasio ROA berdasarkan SE BI No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004 :
Untuk perhitungan laba sebelum pajak (EBIT) disetahunkan kemudian dibagi dengan bulan yang bersangkutan. Dalam hal ini, data berupa laporan keuangan bulanan, maka untuk EBIT bulan 1 disetahunkan dibagi 1, bulan 2 dibagi 2 dan seterusnya. Baru kemudian dibagi dengan rata-rata aktiva bulan tersebut. 2. CAR CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber diluar bank, (Margareta, 2007:63). Perhitungan rasio ROA berdasarkan SE BI No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004 :
Perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut resiko dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku. Modal meliputi modal inti (tier 1) dan modal pelengkap (tier 2). 3. BOPO BOPO adalah rasio efesiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional.Taswan (2008: 60). Perhitungan rasio ROA berdasarkan SE BI No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004 :
4. LDR Rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan( Kasmir, 2011:290). rasio ROA berdasarkan SE BI No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004 :
Metode Analisis Analisis data diawali dengan statistik deskriptif variabel, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Untuk menguji kekuatan variabel-variabel penentu CAR,BOPO, LDR, Inflasi, SBI dan kurs terhadap ROA, maka dalam penelitian ini digunakan Ordinary Least Square (OLS) guna mengetahui arah, pengaruh, dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen., dengan formulasi ekonometrika (Widarjono, 2007: 156), (Lind, et al 2008: 254), Y = a + b1 LDR + b2 CAR + b3 BOPO + et Dimana: LDR
: Loan Deposite Ratio
CAR
: Capital Adequancy Ratio
BOPO
: Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
a
: Konstanta
b1, b2, b3,... bi : Koefisien regresi et : error term
HASIL PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif
Variabel
Tabel 1.1 Statistik Deskriptif Variabel Tahun 2004 - 2013 Std. Minimum Maximum Mean Deviation
N
ROA 0,71 CAR 12,33 BOPO 64,97 LDR 60,32 Sumber: BI, diolah (2014)
3,26 22,01 94,41 119,70
1,79 18,26 85,21 94,99
0,37 1,94 3,97 15,55
120 120 120 120
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa nilai standar deviasi (σ) dari semua variabel lebih kecil dari nilai rata-rata (mean). Artinya semua variabel tersebut memiliki sebaran data yang cukup baik, sehingga tidak terjadi outlier data yang mengakibatkan tidak normalnya distribusi data.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Gambar 1.1 Normalitas Data 30
Series: Residuals Sample 2004M01 2013M12 Observations 120
25
20
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.92e-16 -0.004862 1.096750 -0.970027 0.255392 0.418313 6.699872
Jarque-Bera Probability
71.94499 0.000000
0 -1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2015) Berdasarkan
Gambar 1.1 uji
normalitas data ditunjukkan pada tampilan
statistik Jarque-Bera sebesar 71,94499 dengan nilai probabilitas
nilai
0,00000 dimana nilai
tersebut lebih kecil dari nilai aplha 5% (0,00 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah normalitas data.
b. Uji Autokorelasi Tabel 1.3 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan pendekatan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Tabel 1.2 Uji Autokorelasi Keterangan Durbin-Watson stat
Nilai 2,02743
Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2015)
Uji autokorelasi menggunakan
pendekatan Durbin-Watson statistik yaitu sebesar
2,02743 yang berada pada daerah penerimaan hipotesis null (1,780<2,011867<2,199) artinya tidak adanya autokorelasi.
c. Uji Multikolenearitas Uji multikolinearitas dalam penelitian ini akan menggunakan nilai korelasi untuk melihat ada tidaknya multiko antar variabel bebas. Berdasarkan hasil multikolenearitas untuk 6 variabel, terdapat multiko antara variabel inflasi dan SBI. Oleh karena itu, dalam penelitian ini salah satu dari faktor tersebut akan dihilangkan untuk menghindari terjadinya multokolenearitas. Adapun variabel yang dihilangkan adalah inflasi, dianggap ada hubungan antara variabel
sehingga mengganggu variabel yang lain. Tabel 1.4 menunjukkan uji
multikolinearitas untuk 5 variabel. Tabel 1.3 Uji Multikolinieritas Variabel CAR BOPO CAR BOPO 0.00511 LDR 0.28877 0.26102 Berdasarkan Tabel
1.3 diperoleh nilai secara keseluruhan pada semua variabel
independen memiliki korelasi antar variabel yang rendah dengan nilai korelasi di bawah 0.80 (Gujarati, 2003:359). Oleh karena itu di dalam
model dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat indikasi masalah multikolinear. Sebuah model diduga memiliki masalah multikolinear jika korelasi antar variabel melebihi 0.80.
d. Uji Heterokedastisitas Tabel 1.4 Uji Heteroskedastisitas Keterangan Nilai
F-statistic 0.783494
Probabilitas 0.5055 Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2015)
Obs*Rsquared 2.383242 0.4968
Berdasarkan Tabel 1.4 membuktikan bahwa dalam data penelitian ini tidak lagi menggandung heteroskedastisitas. Ini dibuktikan dengan nilai Probabilitas F-statistik tidak signifikan yaitu sebesar 0,5055 (50,55%) atau lebih besar dari nilai alpha (α) sebesar 5%. Hal ini juga didukung oleh nilai probabilitas chisquare sebesar 0,4968 (49,68%) lebih besar dari nilai aplha (α) sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari hasil regresi Ordinary Least Square berikut: Tabel 1.5 Hasil Regresi Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob, LDR -0,011760 0,001655 -7,107,761 0,0000 CAR 0,045366 0,012785 3,548,405 0,0006 BOPO -0,039080 0,006200 -6,302,677 0,0000 C 5,413,612 0,557487 9,710,737 0,0000 R-squared 0,520144 F-statistic 4,191,314 Adjusted R-squared 0,507734 Prob(F-statistic) 0,000000 Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2015) Berdasarkan
tabel 1.5 nilai koefisien masing-masing variabel dapat dilihat pada
persamaan di bawah ini: ROA = 5,413612 - 0,011760*LDR + 0,045366*CAR – 0,039080*BOPO Nilai konstanta menunjukkan nilai sebesar 5,413612 yang artinya jika faktor (CAR, BOPO, dan LDR) tidak mengalami perubahan naik turun (konstan) maka profitabilitas (ROA) adalah sebesar 5,413612 persen.
Hasil Pengujian secara Simultan (Uji F) Berdasarkan Tabel 1.5 nilai F stastistik menunjukkan variabel independen (CAR, BOPO, dan LDR) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (ROA). Ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,00 > 0,05). Artinya Ha diterima, dimana tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, paling tidak ada salah satu dari variabel independen (Ha : paling tidak ada salah satu dari bk ≠ 0) Kemudian hasil output diperoleh nilai koefesien determinasi (Adjusted
), yaitu
sebesar 0,507734 atau 50,734%. Artinya faktor eksternal dan internal (variabel independen) hanya mampu menjelaskan profitabilitas bank sebesar 50,734%.. Sisanya sebesar 49,266% dijelaskan faktor lain diluar model.
Hasil Pengujian secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Untuk melihat ada tidaknya pengaruh, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi (p_value atau probabilitinya) yakni lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (p_value < 0,05). Jika signifikansi p_value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti suatu variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 1.5 maka hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada pembahasan.
Pembahasan Pengaruh LDR terhadap ROA Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 1.5 nilai signifikansi untuk variabel LDR sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih kecil dari alpha 0,05 (0,0000<0,05). Artinya LDR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Jadi, rancangan pengujian hipotesis untuk Ha3 diterima. Nilai koefesien untuk variabel LDR sebesar 0,011760 bertanda negatif. Ini membuktikan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). Jika variabel LDR berubah atau mengalami penurunan 1 (satu) persen, maka akan mengakibatkan
kenaikan profitabilitas sebesar 0,011760. Artinya LDR turun maka profitabilitas (ROA) bank tertambah. LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100% (Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010). Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank tersebut. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan LDR, dimana semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin meningkat dan kinerja bank juga ikut meningkat (Dendawijaya, 2005:116). Namun, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilias (ROA). Biasanya LDR naik profitabilitas naik, ini malah berkebalikan LDR naik profitabilitas turun. Hal ini bisa saja terjadi, LDR di atas 110% (maksimum sesuai ketentuan BI) berarti likuiditas bank kurang baik karena jumlah DPK tidak mampu menutupi kredit yang disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antarbank (call money) untuk menutupi kekurangannya atau bahkan modalnya sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa anjloknya dana pihak ketiga dan tingkat bunga yang relatif kecil memicu menurunya profitabilitas karena membuat masyarakat tertarik untuk meminjam dana ke bank. Kemudian, bisa juga dikarenakan feedback yang diperoleh bank tidak sebanding atau jauh lebih kecil pendapatan yang diharapkan dari landing, sehingga menurunkan profitabilitas bank. Kemudian, kalau berpegang pada peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010 batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100 %, maka data bank BTN terhitung Juli 2008 – Desember 2013 menunjukkan LDR diatas batas maksimum. Artinya tidak hanya DPK saja yang diikutsertakan dalam ekpansi kredit namun juga modal sendiri atau call money antar bank. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2007), Ponco (2008) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Pengaruh CAR terhadap ROA Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 1.5 nilai signifikansi untuk variabel CAR sebesar 0,0006. Nilai tersebut lebih kecil dari alpha 0,05 (0,0006<0,05). Artinya CAR berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Jadi, rancangan pengujian hipotesis untuk Ha1 diterima. Nilai koefesien untuk variabel CAR sebesar
0,045366 bertanda positif. Ini
membuktikan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap prifitabilitas (ROA). Jika variabel CAR berubah atau mengalami kenaikan 1 (satu) persen, maka akan mengakibatkan kenaikan profitabilitas sebesar 0,045366. Artinya CAR bertambah maka profitabilitas (ROA) bank tertambah. CAR merupakan bahagian dari modal yang dijadikan alat ukur dalam kesanggupan bank membangun kepercayaan masyarakat sehingga bank dapat menarik dana pihak ketiga (DPK). Pada CAR tersebut terdapat modal dasar bank yang bisa digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi. Selain itu, CAR wajib dimiliki oleh setiap perbankan minimum 8% sebagai jaminan bahwa bank mampu menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Artinya semakin tinggi nilai CAR maka bank memiliki modal yang cukup baik dalam menanggung resko kredit (Prayudi, 2010). Hasil penelitian ini konsisten dengan teori dan didukung oleh hasil penelitian Sukarno dan Syaichu (2006), Ponco (2008), dan Winarni (2011) bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA).
Pengaruh BOPO terhadap ROA Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 1.5 nilai signifikansi untuk variabel BOPO sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih kecil dari alpha 0,05 (0,0000<0,05). Artinya BOPO berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Jadi, rancangan pengujian hipotesis untuk Ha2 diterima. Nilai koefesien untuk variabel BOPO sebesar 0,039080 bertanda negatif. Ini membuktikan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). Jika variabel BOPO berubah atau mengalami penurunan 1 (satu) persen, maka akan
mengakibatkan
kenaikan profitabilitas sebesar 0,039080. Artinya BOPO turun maka profitabilitas (ROA) bank tertambah. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan alat ukur kinerja bank dilihat dari segi efesiensi dan efektivitas suatu bank dalam mengelola manajemen laba. Pada umumnya, suatu biaya yang besar yang dikeluarkan bank tanpa diiringi pendapatan yang sebanding atau jauh lebih besar dari pendapatan maka pihak bank akan mengalami resiko kerugian. Sebaliknya, akan menambah laba sehingga profitabilitas ikut naik. Jadi semakin kecil rasio ini maka semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan bank dan kemungkinan suatu bank dalam keadaan bermasalah semakin kecil (Hariyani, 2010:54). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sukarno dan
Syaichu (2006), Yuliani (2007), Winarni (2005), Ponco (2009) dan Winarni (2011), yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap ROA.
2.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif ROA.
3.
Loan Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif ROA.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini jauh memiliki keterbatasan antara lain sebagai berikut: 1.
Penelitian hanya menggunakan sebagian faktor internal sehingga masih memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang keterkaitan faktor internal dan eksternal lain yang tidak diuji dalam penelitian ini.
2.
Penelitian ini hanya dilakukan pada satu objek penelitian yakni bank BTN, jadi penelitian ini terlalu sempit.
3.
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan data yang tersedia lengkap. Metode ini merupakan non probability sampling, kemungkinan besar menghasilkan sampel tidak representatif, sehingga sampel bias dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Saran-saran 1.
Penelitian selanjutnya hendaknya memasukkan faktor internal dan eksternal lainnya sehingga memiliki cakupan luas bagi pihak-pihak lainnya. Selain itu juga dapat dimasukkan variabel interveting atau moderating untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung sehingga menghindari asumsi-asumsi tertentu dan terjadinya multikolinearitas.
2.
Karena penelitian ini bersifat time series, maka sebaiknya dilakukan dalam rentan waktu yang jauh lebih panjang lagi dan menggunakan lebih dari satu objek penelitian sehingga dapat diperbandingkan.
3.
Untuk menghasilkan Return On Assets (ROA) yang besar, maka bank perlu meningkatkan juga aktiva produktif. Untuk menambah aktiva produktif BTN harus dapat
menghimpun sumber dana sebanyak mungkin baik dengan menambah modal sendiri, pinjaman ke pihak lain atau menarik minat masyarakat atau nasabah untuk menyimpan dananya di bank BTN, yang dapat menghasilkan pendapatan opersional bank dan laba yang besar lagi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Alper, Deger dan Adem Anbar. 2011. Bank Specific and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence from Turkey. Business and Economics Research Journal. Vol. 2, No 2 : 139-152. Case,
Karl E dan Ray C.Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Kelima.Terjemahan Benyamin Molan. Jakarta: Indeks.
Ekonomi
Makro.Edisi
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Fabozzi, Frank. J. 1999. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition. International Edition. McGraw Hill. Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard. Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara. Horngren, T Charles. 1993. Pengantar Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Jakarta: Grasindo Oktavia, Linda Dwi. 2009. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk). Jurnal Online. Depok: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma.http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Arti kel_20205729.pdf Peraturan Bank Indonesia. 2004. PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia. 2010. PBI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta Asing. Jakarta: Bank Indonesia. Ponco, Budi. 2008. Analisis Pengaruh Car, NPl, BOPO, NIM Dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Prayudi, Arditya. 2010. Pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA, dan NIM terhadap LDR. papers.gunadarma.ac.id/index.php/mmanagement/article/.../14225 Puspitasari, Diana. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi pada Bank Devisa di Indonesia perioda 2003-2007). Tesis. Program Magister Manajemen.Universitas Diponegoro Semarang. Sukarno, Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. Vol. 3 No. 2:46. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan. Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakara: YKPN Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Depok: EKONISIA Winarni. 2011. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, SBI dan Kurs terhadap return on asset (Studi Komparasi antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa Dan Bank Asing). Jurnal Online. http://eprints.undip.ac.id/36901/2/jurnal_mm_B_winarni_34_pagi.pdf Yuliani, 2007.Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5. No 10: 15-43.