PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007 TESIS
Oleh
BASARIA HUTABARAT 057023003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi administrasi kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
BASARIA HUTABARAT 057023003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007 : Basaria Hutabarat : 057023003 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr.Drs.R. Kintoko Rochadi, MKM)
(Dra. Syarifah, MS )
Ketua
Anggota
Ketua Program Studi,
( Dr.Drs. Surya Utama, MS)
Tanggal Lulus
Direktur,
(Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B., MSc)
: 29 April 2008
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada Pada tanggal : 29 April 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Dr.Drs.R. Kintoko Rochadi, MKM
Anggota
: 1. Dra. Syarifah, MS 2. dr. Yosri Azwar, M.Kes 3. drh. Hiswani, M.Kes
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan,
April 2008
(Basaria Hutabarat)
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang menimbulkan dampak bukan hanya dari segi medis, tetapi dari segi sosial, ekonomi dan psikologis. Peningkatan angka kesembuhan masih sangat sulit dilakukan karena ketakutan, ketidakpatuhan minum obat, ketiadaan dukungan keluarga dan petugas kesehatan. Pada tahun 2006 di Kabupaten Asahan ditemukan penderita kusta 56 orang, dengan angka kesembuhan sebesar 7,14%. Angka tersebut belum memenuhi standar pelayanan minimal sebesar lebih dari 90% pada tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian di Kabupaten Asahan tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta tahun 2007. Penelitian ini menggunakan desain cross – sectional dengan jumlah populasi 56 penderita kusta, dan jumlah sampel total populasi sebanyak 56 penderita kusta. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh yang dominan dari faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta. Uji statistik yang digunakan adalah chis – quare dan regresi logistik. Dari 13 variabel independen yang diteliti, terdapat 10 variabel yang signifikan secara statistik dengan nilai p < 0,05, yaitu variabel umur p = 0,013, jenis kelamin p = 0,036, pendidikan p = 0,019, pengetahuan p = 0,049, peran keluarga p = 0,031, peran petugas p = 0,003, lama minum obat p = 0,036, reaksi kusta p = 0,019, cacat kusta p = 0,016. Berdasarkan uji regresi logistik diketahui bahwa variabel jenis kelamin p = 0,048, pendidikan p = 0,011, peran petugas p = 0,024 , reaksi kusta p = 0,015 sangat besar pengaruhnya terhadap kepatuhan minum obat dan variabel pendidikan lebih dominan pengaruhnya karena nilai p value lebih kecil dari lainnya. Disarankan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan untuk memberi kesempatan petugas kusta mengikuti pelatihan. Petugas kusta disarankan untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit kusta dan akibat bila tidak patuh minum obat kepada penderita kusta dan kepada keluarga diharapkan menjadi pengawas minum obat bagi penderita kusta. Kata kunci : kepatuhan minum obat, penyakit kusta, penderita kusta
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Leprosy is a health problem in Indonesia that has an brings impact only medically, but also socially, economically, and psychologically. The increase in recovery rate is still difficult to reach due to fear of compliance to take drugs, absence of support of family and healthcare providers. In 2006, in Asahan Regency, there were 56 cases of leprosy found with the recovery rate of 7.14 %. The rate still not met the minimal standard of health service more than 90% in 2010. Based on the fact, a research was carried out in Asahan Regency about the effect of internal and external effects on compliance to take drugs by the patients with leprosy in 2007. The research used a cross-sectional design with the total population of 56 patiens with leprosy, and the total samples of 56 patiens with leprosy. The goal of the research is to find know the predominant effect of internal and external factors on the compliance to take drugs by the patiens with leprosy. The statistical test used chisquare and logistic regression. Of the 13 independent variables, there were 9 variables satistically significant with p<0.05, such as age p = 0.034, sex with p = 0.036, education p = 0.019, knowledge p = 0.049, role of family p = 0.031, role of health worker p = 0.003, duration of taking drugs p = 0.036, leprosy reaction p = 0.019 and disability due to leprosy p = 0.016. Based on the logistic regression , it was found that the variables of sex p = 0,048, education p = 0,011, the role of healthcare providers with p = 0.024, leprosy reaction with p = 0.015 have significant effect on the compliance with taking drugs and the variable education has more dominant effect, due to the p value was less than others. It is suggested that the Head of Regencial Health Departement Asahan allow the healthcare providers to take training. The healthcare providers are suggested to give guidance about leprosy and the consequences of incompliance with drugs to the patiens with leprosy and their families are expected to be controllers on the compliance with drugs by the patients with leprosy. Keywords : Compliance with drugs, leprosy, patiens with leprosy
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat serta karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penulisan tesis ini sudah tentu banyak pihak yang telah ikut memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk semua itu penulis menyampaikan terimakasih kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, DSAK atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan progran Magister. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS yang telah membimbing kami dan memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian tesis. Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Dr. Dra. Ida Yustina, MSi yang telah memberikan masukan dan saran penulisan tesis. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada Dr.Drs.R. Kintoko Rochadi, MKM
dan Dra. Syarifah, MS sebagai komisi
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
pembimbing atas segala ketulusan dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses penyelesaian tesis. Terimakasih kami juga kepada dr. Yosri Aswar,M.Kes dan drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen penguji telah memberikan bimbingan, masukan dan saran untuk perbaikan tesis. Kepala Dinas Kabupaten Asahan, dr. H. Armansyah yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian ini. Wasor Kusta dan Petugas Kusta Kabupaten Asahan yang telah membantu kelancaran pengumpulan data untuk penelitian ini. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan. Seluruh teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini Akhirnya, kepada suami tercinta Ir. O. Pangaribuan, MSc, ananda tersayang : Rugun Pangaribuan, Reguel Pangaribuan, Regina Pangaribuan dan seluruh keluarga Mama, Kakak, Abang
serta Delpi Pangaribuan yang senantiasa menghibur,
mendampingi serta memberikan dorongan moril maupun materil yang sangat berarti selama penulis pendidikan dan menyelesaikan tesis ini.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Penulis yakin dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Atas saran dan masukan yang diberikan , penulis ucapkan terimakasih.
Medan,
April 2008
Penulis
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Basaria Hutabarat dilahirkan di Bahjambi pada tanggal 12 September 1968 anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Oberlin Hutabarat dengan Ibunda Renia Silitonga. Telah menikah dengan Omry Pangaribuan dan dikaruniai tiga anak Sekarang menetap di jalan Vanili 12 no. 23 Perumnas Simalingkar, Medan. Menamatkan Sekolah Dasar Negeri No.4 Bahjambi tahun 1982, SMP YPU PNP VII Bahjambi tahun 1985, SMA Negeri 3 Pematang Siantar tahun 1988, dan FKM USU Medan tahun 1992. Pengalaman bekerja, tahun 1993 sampai dengan
tahun 1999
sebagai staf
Puskesmas PTC. Indrapura di Kabupaten Asahan dan tahun 1999 sampai dengan sekarang staf Balai Teknik Kesehatan Lingkungan – Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL - PPM) Medan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK………………………………………………………………............ v ABSTRACT…………………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………….……
vii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………..………………..
x
DAFTAR ISI........................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….......
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4. Hipotesis ........................................................................................ 1.5. Manfaat Penelitian ..........................................................................
1 7 7 8 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
10
2.1. Definisi Penyakit Kusta ................................................................. 2.2. Sejarah Pemberantasan Penyakit Kusta………………………….. 2.3. Epidemiologi Penyakit Kusta……………………………………. 2.3.1. Distribusi Penyakit Kusta menurut Tempat……………… 2.3.2. Distribusi Penyakit Kusta menurut Waktu………………. . 2.3.3. Distribusi Penyakit Kusta menurut Orang………………… 2.3.4. Faktor-faktor yang Menentukan Terjadinya Sakit Kusta…. 2.4. Diagnosis dan Klasifikasi .............................................................. 2.5. Pencegahan Penyakit Kusta……………………………………… 2.5.1. Pencegahan Primer………………………………………… 2.5.2. Pencegahan Sekunder……………………………………… 2.5.3. Pencegahan Tertier………………………………………… 2.6. Pengobatan Penderita…………………………………………….. 2.6.1. Release From Treatment……………………….…………. 2.7. Program Pemberantasan Penyakit Kusta………………………… 2.8. Konsep Perilaku…………………………………………………..
10 10 12 12 13 14 15 18 22 22 23 23 25 27 28 29
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.8.1. Persepsi Masyarakat Tentang Sehat dan Sakit..................... 2.8.2. Perilaku Kesehatan................................................................. 2.8.3. Domain Perilaku.................................................................... 2.9. Landasan Teori.............................................................................. 2.10. Kerangka Konsep........................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN ...............................................................
30 32 35 46 48 50
3.1. Jenis Penelitian.............................................................. .................. 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian.......................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian.................................................................... 3.2.1. Waktu Penelitian.................................................................... 3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. ......... 3.3.1. Populasi.................................................................................. 3.3.2. Sampel................................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data........................................................ ..... 3.4.1. Alat Pengumpul Data............................................................. 3.4.2. Pelaksanaan Pengumpul Data................................................ 3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner................................ 3.4.4. Pengolahan Data..................................................................... 3.5. Variabel dan Definisi Operasional............................................... .... 3.5.1. Variabel.................................................................................. 3.5.2. Definisi Operasional............................................................... 3.6. Metode Pengukuran.......................................................................... 3.6.1. Pengukuran Variabel Independent........................................... 3.6.2. Pengukuran Variabel Dependent............................................. 3.7. Metode Analisa Data.........................................................................
50 50 50 50 51 51 51 51 51 51 52 54 55 55 55 57 57 63 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN.........................................................................
65
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................. 4.1.1. Keadaan Geografi………………………………………….. 4.1.2. Keadaan Penduduk……………………………………..…. 4.1.3. Sumber Daya Kesehatan………………………………..…. 4.1.4. Penderita Kusta……………………………………………. 4.2. Analisis Univariat……………………………………………….… 4.2.1. Faktor Internal……………………………………………... 4.2.2. Faktor Eksternal……………………………………………. 4.2.3. Kepatuhan Minum Obat……………………………………. 4.3. Analisis Bivariat…………………………………………………... 4.3.1. Faktor Internal……………………………………………... 4.3.2. Faktor Eksternal……………………………………………. 4.4. Analisis Multivariat……………………………………………….
65 65 65 66 67 68 69 71 72 72 72 76 79
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.4.1. Pemilihan Variabel Multivariat…………………………… 4.4.2. Penentuan Variabel Yang Dominan…………….………… BAB V. PEMBAHASAN……………………………………………………..
79 81 86
5.1. Faktor Internal……………………………………………………. 86 5.1.1. Karakteristik Penderita……………………………………. 86 5.1.2. Pengetahuan………………………………………………. 90 5.1.3. Sikap……………………………………………………… 92 5.1.4. Kepercayaan……………………………………………… 93 5.2. Faktor Eksternal…………………………………………………. 94 5.2.1. Peran Keluarga……………………………………………. 94 5.2.2. Peran Petugas…………………………………………….. 95 5.2.3. Lama Minum Obat……………………………………….. 96 5.2.4. Reaksi Kusta……………………………………………… 97 5.2.5. Cacat Kusta………………………………………………. 98 5.2.6. Efek Samping Obat………………………………………. 99 5.3. Keterbatasan Penelitian…………………………………………. 100 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 101 6.1. Kesimpulan…………………………………………………….. 101 6.2. Saran……………………………………………………………. 102 DAFTAR PUSTAKA……...………………………………………………….
103
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1
Situasi Kusta Menurut Regional WHO Tahun 2006……………….
12
2.
Penemuan Kasus Baru di 17 Negara yang Melaporkan 1000 atau Lebih Tahun 2002 sampai dengan 20………………….………..…
13
3.
Dosis Obat Tipe PB 1 : Lesi 1……………….……..………..…….
26
4.
Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesionar……….…..
53
5.
Distribusi Sarana Kesehatan di Kabupaten Asahan Tahun 2007….
66
6.
Distribusi Puskesmas, Tenaga Kesehatan dan Petugas Kusta di Kabupaten Asahan Tahun 2007………………..… ……………….
67
Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………………………………………………………
68
Distribusi Frekuensi menurut Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Penderita di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………………………….…………………..……
69
Distribusi Frekuensi menurut Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan Penderita di Kabupaten Asahan Tahun 2007………………..………
70
Distribusi Frekuensi menurut Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta, Cacat Kusta, dan Efek Samping Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007….…………………………
71
Distribusi Frekuensi menurut Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007………..………………..…..…….
72
Distribusi Responden menurut Umur dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………….………… ……
72
7. 8.
9. 10.
11. 12. 13.
Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kepatuhan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
14. 15. 16 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26.
Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……..…..………… Distribusi Responden menurut Pendidikan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………….
73 73
Distribusi Responden menurut Pekerjaan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007………………
74
Distribusi Responden menurut Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…..…………..
74
Distribusi Responden menurut Sikap dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………………….
75
Distribusi Responden menurut Kepercayaan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………….
76
Distribusi Responden menurut Peran Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………….…
76
Distribusi Responden menurut Peran Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………….…
77
Distribusi Responden menurut Lama Minum Obat dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……
77
Distribusi Responden menurut Reaksi Kusta dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 …….…….…
78
Distribusi Responden menurut Cacat Kusta dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………..…..
78
Distribusi Responden menurut Efek Samping Obat dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…
79
Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta, Cacat Kusta, dan Efek Samping Obat dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007..……
80
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta, dan Cacat Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun……….……….……………….…
81
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas,Lama Minum Obat dan Reaksi Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007………………………………….……………….…
82
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, dan Reaksi Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007…………..……………………………….
82
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, dan Reaksi Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……
83
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, dan Reaksi Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007………….…………….
84
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Petugas, Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………………………….…………...
84
Hasil Akhir Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Peran Petugas dan Reaksi Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007……………………………………………………..
85
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
Mata Rantai Penularan Penyakit Kusta …………………………
25
2.
Landasan Teori………………………………………………..…
48
2.
Kerangka Konsep…………………………………………...……
49
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Jadwal Pelaksanaan penelitian………………………...............
107
2.
Kuesioner Penelitian…………………………………………..
108
3.
Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………
112
4.
Hasil Univariat dari Variabel Independent dan Dependent…..
117
5.
Hasil Bivariat dengan Uji Chisquare………………………….
120
6.
Hasil Bivariat untuk Penentuan Multivariat…………............
133
7.
Hasil Multivariat dengan uji Regresi Logistik ………………
146
8.
Master Data Uji Validitas dan Reliabilitas..............................
153
9.
Master Data Penelitian……………………………………….
155
10.
Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………..
158
11.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian…………………….
159
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan masyarakat (Rachmat 2004). Salah satu program yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang masih menimbulkan masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit kusta. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) dan menyerang saraf tepi, kulit maupun jaringan tubuh lainnya (Haeria, 2006). Dalam situs http://www.kbi.gemari.or.id/berita detail, Dirjen P2M PL Depkes RI I Nyoman Kandun mengatakan masalah kusta bukan hanya masalah kesehatan (medis) saja, tetapi juga masalah sosial ekonomi dan psikologis. Secara sosial ekonomi penderita kusta sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah, dengan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
adanya cacat akibat penyakit kusta akan memperburuk kondisi ekonominya karena kehilangan lapangan pekerjaan dan kehilangan kesempatan untuk bekerja. Secara psikologis bercak dan benjolan-benjolan pada kulit penderita kusta membentuk paras yang menakutkan. Hal ini menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri, depresi, menyendiri bahkan sering dikucilkan oleh keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Menghadapi masalah penyakit kusta tersebut, tahun 1991 organisasi kesehatan dunia yaitu World Health Organitation (WHO) mengeluarkan resolusi program eliminasi kusta untuk menurunkan angka kesakitan atau angka prevalens kurang dari 1 per 10.000 penduduk, sehingga penularan penyakit ini menjadi sangat rendah dan tidak akan menjadi masalah kesehatan masyarakat (Finea, 2007). Menurut Amiruddin dalam Harahap (2000) penderita kusta tersebar di seluruh dunia, tetapi sejarah timbulnya penyakit kusta dan penyebarannya di dunia tidak diketahui secara pasti, ada yang berpendapat penyakit kusta berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir, Eropah, Afrika dan Amerika. Wilayah endemis utama penyakit kusta di dunia adalah Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika Tropis dan Amerika Latin. Di Asia Tenggara terdiri dari negara Filipina, Papua Nugini, Banglades, Myammar dan Indonesia (Chin, 2000). Tahun 2005, negara - negara yang memiliki prevalens rate di atas 1 per 10.000 penduduk yaitu negara Afrika, Brazil dan Amerika Latin. Dan prevalens penyakit kusta di Asia Tenggara berkurang dari 4,6 per 10.000 penduduk tahun 1996 menjadi 1,03 per 10.000 penduduk per Agustus 2005. Tahun 2003 jumlah penderita baru kusta di Asia
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tenggara sebanyak 514.718 kasus baru (33,28 per 100.000 penduduk) dan prevalensi rate 2,46 per 10.000 penduduk, tahun 2004 menurun menjadi 407.791 kasus baru (25,45 per 100.000 penduduk) dan prevalensi rate 1,90 per 10.000 penduduk dan tahun 2005 jumlah penderita baru kusta menurun menjadi 201.635 (17,94 per 100.000 penduduk) dan prevalensi rate 1,13 per 10.000 penduduk. Di awal periode tahun 2006-2010 diharapkan tiap tahunnya 100.000-200.000 kasus baru dan tahun 2010 diharapkan hanya sekitar 100.000 kasus baru (WHO, 2005). WHO (2005) menjelaskan bahwa penurunan jumlah penderita kusta baru di wilayah daerah endemis terjadi sebagian besar adalah akibat meminimalisir atau berkurangnya faktor-faktor operasional seperti diagnosa yang salah, pendaftaran kasus yang tidak teratur, penundaan pelaksanaan pengobatan, dan overtreatment, selain maminimalisir faktor-faktor operasional juga disebabkan tingkat kepatuhan pengobatan yang lebih baik, teratur dan memperbaharui register penderita kusta. Tahun 2002, Indonesia telah mencapai eliminasi kusta dengan jumlah penderita yang terdaftar sebanyak 19.805 kasus dan jumlah penderita yang baru 16.253 kasus baru ( 6,75 per 100.000 penduduk) dengan angka prevalens rate 0,95 per 10.000 penduduk (Haeria, 2006). Tahun 2003 menurun jumlah penderita yang terdaftar 18.337 kasus dan 15.549 kasus baru (5,96 per 100.000 penduduk) dengan angka prevalensi 0,81 per 10.000 (WHO, 2003). Jumlah kasus baru 15.549 orang tersebut terdiri dari penderita kusta jenis Pauci Baciler (PB) 3.593 orang dan jenis Multi Baciler (MB) 11.956 orang. Akhir tahun 2003 lebih dari 60% wilayah (17 propinsi
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dan 315 kabupaten/kota ) sudah mencapai eliminasi, hal ini bukan suatu kebetulan akan tetapi didapatkan melalui usaha yang keras untuk menemukan, mengobati dan memantau
pengobatan penderita sampai dapat dinyatakan sembuh atau selesai
pengobatan (Depkes RI, 2004). Pada tahun 2004, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa Indonesia memiliki penderita kusta yang terdaftar19.793 orang dengan jumlah penderita baru 16.572 orang. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak ketiga di dunia setelah India (148.910 penderita kusta) dan Brazil (49.384 penderita kusta) (Depkes RI, 2006). Tahun 2005 jumlah penderita kusta yang terdaftar 21.537 penderita yang terdiri dari 18.742 penderita MB dan 2.795 penderita Pauci Baciler (PB) dengan angka prevalens rate 0,98 per10.000 penduduk (Depkes RI, 2006). Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, tahun 2004 jumlah penderita kusta 175 orang yang selesai pengobatan 138 orang, tahun 2005 jumlah penderita kusta 185 orang yang selesai pengobatan 147 dan tahun 2006 jumlah penderita kusta sebanyak 194 orang yang selesai pengobatan 172 orang dan di Sumatera Utara, jumlah penderita kusta yang termasuk 3 (tiga) besar adalah Medan 61 orang, Asahan 56 orang serta Madina 13 orang. Tahun 2006 Standar Pelayanan Minimal Sumatera Utara penderita kusta yang sembuh atau yang teratur minum obat (Release From Treatment ) mencapai 50% dan yang tidak teratur minum obat 50%, sedangkan target Indonesia Sehat tahun 2010, angka kesembuhan lebih dari 90%.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pencapaian target eliminasi kusta dan peningkatan angka kesembuhan untuk semua Propinsi dan Kabupaten masih sangat berat dan sulit dilakukan karena : a. Leprophobia atau ketakutan yang berlebihan pada masyarakat. Dari zaman dulu hingga sekarang penyakit kusta masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya (Depkes RI, 2005a). b. Ketidakpatuhan minum obat pada penderita kusta. Menurut Hardyanto dalam Saranani (2005) pengobatan yang adekuat dan teratur minum obat akan mengurangi infeksiusitas penderita yang menular, dan ketidakteraturan atau ketidaktaatan minum obat pada penderita kusta akan berakibat sangat buruk bagi penderita karena akan menimbulkan resistensi terhadap obatobatan anti kusta. Dalam penelitian Harjo (2000) di Kabupaten Majalengka ketidakteraturan berobat penderita kusta sebesar 32,31% dan teratur berobat hanya sebesar 67,69%, dari jumlah responden yang diteliti sebanyak 208 penderita kusta, terlihat ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap penderita, peran petugas kesehatan, dan ketersediaan obat di puskesmas terhadap ketidakteraturan berobat penderita kusta. Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan Jawa Barat bahwa 83,5% responden ternyata patuh berobat dan 16,56 % tidak patuh berobat. Ada hubungan faktor-faktor pendidikan,
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
pekerjaan, jenis kelamin, pengetahuan, persepsi dan cacat akibat penyakit kusta terhadap kepatuhan berobat. c. Ketiadaan dukungan keluarga dan petugas kesehatan pada penderita kusta. Hal ini terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Fajar (2002) di Kabupaten Gresik terhadap 100 penderita kusta, ada pengaruh sikap keluarga yang tidak mendukung terhadap upaya untuk pengobatan teratur maupun minum obat teratur oleh penderita kusta (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). Dalam penelitian Harjo (2000) ada
hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap
ketidakteraturan berobat penderita kusta. Skiner dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan determinan perilaku terdiri dari faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan, bersifat bawaan seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Berdasarkan teori di atas bahwa angka kesembuhan (yang teratur minum obat) pada penderita kusta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ada yang berasal dari dalam diri sipenderita (faktor internal) seperti jenis kelamin, pengetahuan, kepercayaan dan persepsi dan dari luar diri si penderita (faktor eksternal) seperti kelainan kulit, cara mendapatkan obat, cacat, peran keluarga dan peran petugas. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Asahan tahun 2006 diperoleh bahwa jumlah penderita kusta tahun 2003, sebanyak 18 orang dengan jumlah penderita yang sembuh 16 orang (88,88%), tahun 2004 jumlah penderita kusta meningkat menjadi 26
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
orang dan jumlah penderita yang sembuh 23 orang (88,46%), tahun 2005 jumlah penderita 38 orang dengan jumlah penderita yang sembuh hanya 2 orang (5,26%) dan tahun 2006 jumlah penderita sebanyak 56 orang, yang sembuh atau yang teratur minum obat hanya 4 orang (7,14%).Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penderita kusta namun angka kesembuhan semakin berkurang dari target standar pelayanan minimal untuk Kabupaten pada tahun 2010 yaitu lebih dari 90%. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta di daerah Kabupaten Asahan. Dilakukan penelitian di Kabupaten Asahan karena jumlah penderita kusta di Kabupaten Asahan terbanyak ke dua setelah Kota Medan dan angka kesembuhannya (Release From Treatment) masih rendah dari target standar pelayanan minimal. 1.2. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk : 1. Mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. 2. Mengetahui dominan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
1.4. Hipotesis a. Ada pengaruh umur terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. b. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. c. Ada pengaruh pendidikan terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. d. Ada pengaruh pekerjaan
terhadap kepatuhan
minum
obat
penderita
kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. e. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. f. Ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. g. Ada pengaruh kepercayaan terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. h. Ada pengaruh peran keluarga terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. i. Ada pengaruh peran petugas terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. j. Ada pengaruh lama minum obat terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
k. Ada pengaruh reaksi kusta terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. l. Ada pengaruh cacat kusta terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. m. Ada pengaruh efek samping obat terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Pengambil Keputusan dan Pembuat Kebijaksanaan Pemda Kabupaten Asahan dalam merencanakan program kesehatan . 2. Sebagai masukan dan informasi untuk Petugas Pelaksanan P2 Kusta di Kabupaten Asahan. 3. Manfaat bagi
akademis dan peneliti lainnya yaitu memberikan sumbangan
pemikiran untuk mencari alternatif upaya pemberantasan penyakit kusta yang lebih efektif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyakit Kusta Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah penyakit kronik disebabkan kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Menurut Depkes RI (1996)
penyakit kusta adalah penyakit menular yang
menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Menurut Depkes RI (2006) penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, dan psikologis. 2.2. Sejarah Pemberantasan Penyakit Kusta Penyakit kusta telah dikenal hampir 2000 tahun sebelum Masehi. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 Sebelum Masehi, di Tiongkok 600 Sebelum Masehi dan di Mesopotamia 400 Sebelum Masehi (Depkes RI, 2005a). Pada zaman tersebut pemberantasan penyakit kusta dilakukan dengan mengasingkan penderita kusta secara spontan karena penderita merasa rendah diri, malu disamping itu masyarakat menjauhi karena merasa jijik dan takut. Menurut
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Foster/Anderson (1986) sejak zaman masehi hingga masa modern penyakit kusta masih selalu dianggap penyakit yang dikutuk, harus hidup sendiri di suatu tempat jauh dari masyarakat yang tidak menderita kusta. Pada pertengahan abad ke 13 penderita kusta masih tetap diasingkan serta dipaksakan tinggal di perkampungan khusus penderita kusta seumur hidup. Dengan ditemukan Gerhard Ameur Hansen tahun 1873 kuman kusta, maka dimulai era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya (Depkes RI, 2006). Di Indonesia, Sitanala telah mempelopori perubahan sistem pengobatan tadinya dilakukan secara isolasi dan kemudian secara bertahap dilakukan dengan pengobatan rawat jalan. Perkembangan pengobatan penyakit kusta di Indonesia dilakukan pemerintah untuk mengurangi angka kesakitan penyakit kusta adalah sebagai berikut: tahun 1951 hanya menggunakan Diamino Diphenyl Sulfone (DDS) untuk pengobatan kusta, tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai diintegrasikan di Puskesmas, tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat kombinasi Multi Drug Therapy (MDT) sesuai rekomendasi World Health Organation (WHO) untuk tipe Multi Baciler (MB) 24 dosis dan Pauci Baciler (PB) 6 dosis, tahun 1988 pengobatan Multi Drug Therapy (MDT) dilaksanakan seluruh Indonesia dan tahun 1997 pengobatan Multi Drug Therapy (MDT) diberikan 12 dosis untuk tipe Multi Baciler (MB) dan 6 dosis untuk tipe Pauci Baciler (PB) (Depkes RI, 2006).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.3. Epidemiologi Penyakit Kusta 2.3.1. Distribusi penyakit kusta menurut tempat Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat. Jumlah penderita kusta di dunia pada tahun 1997 sebanyak 888.340 orang. Jumlah penderita baru kusta tahun 2005 adalah sekitar 296.499 orang. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat pada regional Afrika 42.814 orang, Amerika 41.780 orang dan Asia Tenggara 201.635 orang yang di dalamnya sudah termasuk data negara Indonesia (Depkes RI, 2006). Data tersebut dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 1. Situasi Kusta menurut Regional WHO Tahun 2006 Regional WHO Afrika Amerika Asia Tenggara Mediterran Timur Pasifik Barat
Prevalensi awal 2006 40.830 (0.59) 32.904 (0.36) 133.422 (0.81) 4.024 (0.09) 8.646 (0.05)
Kasus baru dilaporkan selama tahun 2005 42.814 (5.92) 41.780 (4.98) 201.635 (12.17) 3.133 (0.67) 7.137 (0.41)
Sumber : Depkes RI (2006)
Pada tahun 2002, di Indonesia, jumlah penderita kusta yang terdaftar 19.805 orang. Masih terdapat di 10 propinsi memiliki penderita kusta terbanyak diantara propinsi lainnya yaitu Jawa Timur 4856 orang, Jawa Barat 1721 orang, Jawa Tengah 2334 orang, Sulawesi Selatan 1779 orang, Papua 1190 orang, Nanggroe Aceh Darusalam 736 orang, Daerah Kota Istimewa Jakarta 1721 orang, Sulawesi Utara 404 orang, Maluku Utara 550 orang dan Kalimantan Selatan 473 orang, Maluku 522, Sulawesi Utara 404 orang (Depkes RI, 2003).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.3.2. Distribusi penyakit kusta menurut waktu Ada 17 negara melaporkan 1000 atau lebih kasus baru selama tahun 2005. Sejak tahun 2002 secara global terjadi penurunan penemuan kasus baru, tetapi ada juga peningkatan penemuan kasus baru, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Penemuan Kasus Baru di 17 Negara yang Melaporkan 1000 atau Lebih Tahun 2002 sampai dengan 2005 Negara Angola Bangladesh Brazil China Demokrasi Kongo Egypt Ethiopia India Indonesia Madagascar Mozambique Myanmar Nepal Nigeria Philippines Sri Lanka United Republik of Tanzania Total Sumber : Depkes RI, 2006
Jumlah kasus baru yang ditemukan 2002 2003 2004 2005 4727 9844 38365 1646 5037 1318 4632 473658 12377 5482 5830 5482 7386 13830 5078 2479 6497 599945
2933 8712 49206 1404 7165 1412 5193 367143 14641 5104 5907 3808 8046 4799 2397 1925 5279 495074
2109 8242 49384 1499 11781 1216 4787 260063 16549 3710 4266 3748 6958 5276 2254 1995 5190 389027
1877 7882 38410 1658 10737 1134 4698 161457 19695 2709 5371 3571 6150 5024 3130 1924 4237 279664
Dari tabel di atas terlihat bahwa secara global terjadi penurunan penemuan kasus baru pada penderita kusta, tetapi sejak tahun 2002 sampai dengan 2005 ada beberapa negara mengalami peningkatan kasus baru yaitu seperti di Indonesia, Demokrasi Kongo dan Philippina. Dan sebagai negara terbanyak penderita kusta adalah negara India, diikuti Brazil dan Indonesia.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.3.3. Distribusi penyakit kusta menurut orang 1. Distribusi menurut umur Penyakit kusta jarang sekali ditemukan pada bayi. Angka kejadian penyakit kusta meningkat sesuai umur dengan puncak kejadian pada umur 10-20 tahun (Depkes RI, 2005b). Penyakit kusta dapat mengenai semua umur dan terbanyak terjadi pada umur 15-29 tahun. Serangan pertama kali pada usia di atas 70 tahun sangat jarang terjadi. Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi pada usia muda, sedangkan pada penduduk imigran prevalensi meningkat di usia lanjut (Harahap, 2000). Menurut Depkes RI (2006) kebanyakan penelitian melaporkan bahwa distribusi penyakit kusta menurut umur berdasarkan prevalensi, hanya sedikit yang berdasarkan insiden karena pada saat timbulnya penyakit sangat sulit diketahui. 2. Distribusi menurut jenis kelamin Kejadian penyakit kusta pada laki-laki lebih banyak terjadi dari pada wanita, kecuali di Afrika, wanita lebih banyak terkena penyakit kusta dari pada laki-laki (Depkes RI, 2005b). Menurut Louhennpessy dalam Buletin Penelitian Kesehatan (1999) bahwa perbandingan penyakit kusta pada penderita laki-laki dan perempuan adalah 2,3 : 1,0, artinya penderita kusta pada laki-laki 2,3 kali lebih banyak dibandingkan penderita kusta pada perempuan. Menurut Noor dalam Buletin Penelitian Kesehatan (1999) penderita pria lebih tinggi dari wanita dengan perbandingannya sekitar 2 : 1.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
3. Distribusi penyakit kusta menurut ras atau etnik Menurut Amiruddin dalam Harahap (2000) bahwa pada ras Cina, Eropa dan Myanmar lebih rentan terhadap bentuk lepromatous dibandingkan dengan ras Afrika, India dan Melanesia, sehingga bangsa Asia dan Bangsa Afrika lebih banyak terjangkit penyakit kusta. Di Malaysia kejadian kusta lepromatosa lebih sering terjadi pada etnik cina dibandingkan etnik melayu dan India, di Indonesia lebih banyak terjadi pada etnik Madura dan Bugis dibandingkan dengan etnik Jawa dan Melayu (Depkes RI, 2006). 2.3.4. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya sakit kusta a. Penyebab Penyebab penyakit kusta adalah kuman Mycobacterium leprae yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (Depkes RI, 1996). Di katakan bersifat tahan asam karena kuman Mycobacterium leprae merupakan kuman erob tidak berbentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai
(Jawetz dkk, 1992). Untuk mengetahui kuman tahan asam atau tidak
dengan pewarnaan teknik Ziehl - Neelsen dengan menggunakan
larutan Karbol
Fuhsin, Asam Alkohol dan Metilen Blue. Cara pewarnaan adalah Karbol Fuhsin diteteskan pada sediaan kemudian dipanaskan selama 5 menit lalu pewarna dibuang dan ditetesi Asam Alkohol selama 1-2 detik sampai warna berubah, kemudian ditambah Metilen Blue, 1 menit kemudian dicuci di kran dan dikeringkan, lalu
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
diperiksa di bawah mikroskop hasil pewarnaan adalah bila kuman tahan asam, akan berwarna merah karena mengikat larutan Karbol Fuhsin dan kuman tidak tahan asam, berwarna biru karena mengikat larutan Metilen Blue (Zaini dan Kurniati, 1995). b. Masa inkubasi Masa inkubasi panyakit kusta dari mulai terpapar hingga menunjukkan gejala klinis berkisar antara 2-5 tahun (Depkes RI, 2006), akan tetapi dapat juga mulai dari 9 bulan sampai dengan 20 tahun. Untuk kusta tuberkoloid masa inkubasinya rata-rata 4 tahun dan dua kali lebih lama untuk kuman lepromatosa (Chin, 2000). c. Sumber penularan Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini dianggap sebagai sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada Armadillo, Simpanse dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar Thymus (Athymic nude mouse) (Chin, 2000). d. Cara penularan Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi Baciler kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Penularan terjadi apabila kuman Mycobacterium leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk kedalam tubuh orang lain.Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan melakukan kontak kulit yang tidak utuh. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan penderita. Seorang penderita yang
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
sudah minum obat sesuai dengan regimen World Health Organization (WHO) tidak akan menjadi sumber penularan kepada orang lain (Depkes RI, 2006). e. Pejamu (tuan rumah/host) Bila kontak dengan penderita kusta hanya sedikit yang terjangkit. Hal ini disebabkan karena adanya imunitas. Menurut Cocrane dalam Zulkifli (1999) secara kontak kulit hanya sedikit orang yang tertular dengan kasus kusta. Menurut Ress dalam Zulkifli (1999) penularan dan perkembangan penyakit kusta tergantung dari jumlah, keganasan Mycobacterium leprae dan daya tahan tubuh penderita. Kira-kira 5-15% penderita kusta
menularkan Mycobacterium leprae, 95% manusia kebal
terhadap kusta dan hanya 5% yang dapat ditulari. Dari sebagian kecil ini 70% dapat sembuh dan hanya 30% yang dapat menjadi sakit. (Depkes RI, 2005a). Misalnya dari 100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat, 2 orang menjadi sakit. Seorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk dalam salah satu dari tiga kelompok berikut (Depkes RI, 2006): 1. Pejamu yang mempunyai kekebalan tubuh tinggi merupakan kelompok terbesar yang telah akan menjadi resisten terhadap kuman kusta. 2. Pejamu yang mempunyai kekebalan rendah terhadap kuman kusta, bila menderita kusta biasanya tipe Pauci Baciler 3. Pejamu yang tidak mempuyai kekebalan terhadap kuman kusta yang merupakan kelompok terkecil bila menderita kusta biasanya tipe Multi Baciler
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.4. Diagnosis dan Klasifikasi Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang jelas pada stadium lanjut dan cukup didiagnosis hanya pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan bakteriologi. Ada 3 tanda – tanda utama yang dapat menetapkan diagnosis penyakit kusta yaitu: Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit. Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Apabila ditemukan pada seseorang salah satu tanda - tanda utama seperti diatas maka orang tersebut dinyatakan menderita kusta (Depkes, 2005a). Apabila petugas kesehatan ragu-ragu untuk menegakkan diagnosis, sebaiknya penderita dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk terapi anti kusta Multi Drug Therapy (MDT) agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari kemungkinan cacat menjadi besar. Namun bila petugas ragu dan sulit merujuk ke rumah sakit karena alasan jauh maka orang tersebut dianggap sebagai suspek. Tanda-tanda tersangka kusta tidak dapat digunakan sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Tanda-tanda pada kulit tersangka penderita kusta adalah sebagai berikut: Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri dan tanda-tanda pada saraf adalah sebagai berikut: rasa kesemutan, tertusuktusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, dan luka yang tidak mau sembuh (Depkes RI, 2005a).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Seseorang yang telah didiagnosis menderita kusta selanjutnya akan ditentukan tipe/klasifikasi penyakit kusta. Tujuan klasifikasi penyakit kusta adalah untuk menentukan jenis, lamanya pengobatan, waktu penderita dinyatakan sembuh dan perencanaan logistik. Menurut Soebono dan Suhariyanto dalam Djuanda dkk (1997) klasifikasi pada penyakit kusta terdiri dari klasifikasi Madrid (klasifikasi Internasional) dibuat tahun 1953 terdiri dari : a. Indeterminate (I) b. Tuberkuloid (T) c. Borderline (B) d. Lepromatosa (L) Klasifikasi Ridley dan Jopling dibuat tahun 1962 terdiri dari : a. Tuberkuloid tuberkuloid (TT) b. Borderline tuberculoid (BT) c. Borderline borderline (BB) d. Borderline lepromatous (BL) e. Lepromatosa lepromatosa (LL) dan tahun 1981 World Health Organization (WHO) mengklasifikasi penyakit kusta yang disebut klasifikasi WHO terdiri dari Pauci Baciler (PB) dan Multi Baciler (MB) Menurut Depkes RI (2005a) pada tahun 1982 jenis klasifikasi World Health Organization (WHO) yang dipakai oleh petugas kesehatan di seluruh Indonesia untuk menentukan penderita kusta tipe Pauci Baciler atau Multi Baciler. Pedoman untuk
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
menentukan penyakit kusta tersebut menurut klasifikasi World Health Organization yaitu : A. Paucibacillary (PB) Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan : 1. Bercak (makula) mati rasa a. Ukuran kecil dan besar b. Distibusi unilateral atau bilateral asimetis c. Konsistensi kering dan kasar d. Batas tegas e. Kehilangan rasa pada bercak : selalu ada dan jelas f. Kehilangan kemampuan berkeringat, bulu rontok, bercak selalu ada dan jelas 2. Infiltrat a. Kulit b.Membrana mukosa (hidung tersumbat, pendarahan di hidung) 3. Ciri-ciri : central healing penyembuhan ditengah 4. Tidak ada Nodulus 5. Deformitas terjadi dini 6. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi (Gangguan fungsi ,mati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan): hanya satu saraf 7. Sediaan apusan : BTA negatif
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
B. Multibacillary (MB) 1. Bercak (makula) mati rasa a. Ukuran kecil - kecil b. Distibusi bilateral asimetis c. Konsistensi haus dan berkeringat d. Batas kurang tegas e. Kehilangan rasa pada bercak : biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi sudah lanjut f. Kehilangan kemampuan berkeringat, bulu rontok pada bercak : Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi yang sudah lanjut 2. Infiltrat a. Kulit : ada, ada kadang-kadang tidak ada b. Membrana mukosa (hidung tersumbat, pendarahan di hidung) : ada, kadangkadang ada 3. Ciri-ciri : Punched out lesion ( lesi bentuk seperti donat), Madarosis, Gine komasti, hidung pelana, suara sengau 4. Kadang-kadang ada Nodulus 5. Deformitas biasanya simetris 6. Penebalan saraf tepi disertai dengan gangguan fungsi (Gangguan fungsi ,mati rasa atau kelemahan otot dipersarafi oleh saraf bersangkutan): lebih dari satu saraf 7. Sediaan apusan : BTA positif
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.5. Pencegahan Penyakit Kusta 2.5.1. Pencegahan primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan : a. Penyuluhan kesehatan Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta
adalah keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat
(Depkes RI, 2005a) b. Pemberian imunisasi Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan hasil berbeda pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2005a).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2.5.2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan : a. Pengobatan pada penderita kusta Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain (Depkes RI, 2006). 2.5.3. Pencegahan tertier a. Pencegahan cacat kusta Pencegahan tertier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada penderita. Upaya pencegahan cacat terdiri atas (Depkes RI, 2006) : i.
Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan secara teratur dan penanganan reaksi untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf.
ii.
Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri untuk mencegah luka dan perawatan mata, tangan
atau kaki yang sudah
mengalami gangguan fungsi saraf. b. Rehabilitasi kusta Rehabilitasi
merupakan
proses
pemulihan
untuk
memperoleh
fungsi
penyesuaian diri secara maksimal atas usaha untuk mempersiapkan penderita cacat
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Tujuan rehabilitasi adalah penyandang cacat secara umum dapat dikondisikan sehingga memperoleh kesetaraan, kesempatan dan integrasi sosial dalam masyarakat yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Depkes RI, 2006) Rehabilitasi terhadap penderita kusta meliputi: i.
Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur
ii.
Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan
iii.
Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi
iv.
Terapi okupsi ( kegiatan hidup sehari-hari ) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan
v.
Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat Tujuan pencegahan penyakit kusta adalah merupakan upaya pemutusan mata
rantai penularan penyakit kusta. Berikut ini adalah mata rantai penularan penyakit kusta (Depkes RI, 2006) :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kuman Penyebab M. leprae
VAKSINASI
Tuan rumah yang kekebalan kurang
Sumber PENGOBATAN penularan penderita kusta MDT
Masih dalam Pengembangan Cara masuk : saluran napas
Cara keluar : saluran napas
Cara penularan utama Saluran Napas (Droplet) ISOLASI
Tidak dianjurkan
Gambar 2.1. Mata Rantai Penularan Penyakit Kusta 2.6. Pengobatan Penderita Setelah menegakkan diagnosa dan ternyata seseorang menderita kusta segera diberikan pengobatan dengan kombinasi Multi Drug Therapy (MDT) secara gratis dan dicatat oleh petugas dalam kartu penderita. Memberikan penderita dosis pertama di puskesmas dan menganjurkan ambil obat secara teratur di puskesmas. Kemasan blister obat kombinasi atau Multi Drug Ttherapy (MDT) adalah gratis, disimpan ditempat yang kering, aman, teduh dan jauh dari jangkauan anak-anak. Selama menjalani pengobatan penderita dapat menjalani kehidupan normal, dapat tinggal
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dirumah, pergi kesekolah, bekerja, bermain, menikah, mempunyai anak serta dalam acara-acara sosial (Depkes RI, 2000). Tujuan pengobatan penderita untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya cacat. Penderita yang sudah cacat permanen, pegobatan yang dilakukan hanya mencegah cacat lebih lanjut. Penderita kusta yang tidak meminum obat secara teratur maka kuman kusta dapat aktif kembali dan menimbulkan gejala-gejala baru yang memperburuk keadaan penderita. Pentingnya pengobatan sedini mungkin dan teratur minum obat agar tidak timbul cacat yang baru. Sejak tahun 1982 Indonesia memberikan pengobatan secara gratis pada penderita kusta dengan kombinasi Multi Drug Therapy (MDT) yaitu kombinasi Dapsone atau DDS (Diamino Diphenyl Sulfone), Lamprene atau Clofazimine dan Rifampisin. Keuntungan Multi Drug Therapy (MDT) adalah: mengubah konsep dari terapi panjang yang hanya mencegah perluasan penyakit ke terapi pendek yang menyembuhkan penyakit, mencegah resistensi obat, meningkatkan ketaatan berobat dari 50% ke 95%, mencegah deformitas secara lebih efisien dan menurunkan jumlah kasus-kasus setiap tahunnya. Pengobatan pada penderita Pauci Baciler (PB) lesi 1 diberikan dosis tunggal ROM ( Rifampisin Ofloxacin Minocylin). Tabel 3. Dosis Obat Tipe PB 1 : Lesi 1 Dewasa 50-70 kg Anak 5-14 tahun
Rifampicin 600mg 300 mg
Ofloxacin 400mg 200mg
Minocyclin 100mg 50mg
Sumber : Depkes RI, 2005 a
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Obat yang diberikan pada penderita Tipe PB 1 Lesi 1 langsung di telan di depan petugas dan apabila obat tersebut tidak ada maka sementara diobati dengan dosis obat Pauci Baciler 2-5. Untuk tipe Pauci Baciler (PB) lesi 2-5, pada dewasa pengobatan bulanan, hari pertama diminum di depan petugas 2 kapsul Rifampisin 600 mg dan 1 tablet Dapsone 100 mg, pengobatan harian hari ke 2- 28, 1 tablet Dapsone 100 mg 1 blister untuk 1 bulan dan diminum sebanyak 6 blister (Depkes RI, 2005a). Untuk tipe Multi Baciler (MB) pada dewasa pengobatan bulanan, hari pertama dosis diminum di depan petugas 2 kapsul Rifampisin 600 mg, 3 tablet Lampren 300 mg dan 1 tablet Dapsone 100 mg, pengobatan harian yang ke 2-28 hari 1 tablet Lamprene 50 mg, 1 tablet dapsone 100 mg. Satu blister untuk 1 bulan dan diminum sebanyak 12 blister.Untuk anak dibawah usia 10 tahun obat diberikan berdasarkan berat badan dengan dosis sebagai berikut : Rifampisin 10-15 mg/kg BB, Dapsone 1-2 mg/Kg BB dan Clofazimin 1 mg/Kg BB (Depkes RI, 2005a). 2.6.1. Release from treatment Penderita Kusta tipe Pauci Baciler (PB) dan Multi Baciler (MB) setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan aturan maka dinyatakan Release From Treatment (RFT) tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium yang artinya dianggap sudah sembuh. Petugas harus memberikan keterangan tentang arti dan maksud Release From Treatment (RFT) kepada penderita bahwa tipe Pauci Baciler (PB) pengobatan 6 dosis selesai dalam waktu 6-9 bulan langsung dinyatakan sembuh untuk tipe Multi Baciler (MB) pengobatan 12 dosis selesai dalam waktu 12-18 bulan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dinyatakan sembuh (Release From Treatment). Walaupun sudah sembuh petugas tetap meyakinkan penderita bahwa bercak yang ada akan berangsur hilang dan menjelaskan cara mencegah terjadinya luka jika terjadi kecacatan yaitu dengan memelihara tangan dan kaki dengan baik dan bila penderita melihat bercak kulit yang baru atau tanda-tanda baru mereka harus datang kembali kontrol atau pemeriksaan ulang ke puskesmas. 2.7. Program Pemberantasan Penyakit Kusta Program penyakit kusta mempunyai tujuan memutuskan rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati, menyembuhkan penderita dan mencegah timbulnya cacat. Program tersebut memiliki tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah untuk menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga tidak menjadi masalah kesehatan, mencegah kecacatan melalui
pengobatan
dan
perawatan
yang
benar,
memberikan
pelayanan
rehabilitasi.Tujuan jangka pendek adalah mengintensifkan penemuan dan diagnosis penderita kusta di daerah endemik tinggi dan endemik rendah, mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat dengan dukungan sistem rujukan ke rumah sakit umum dan rumah sakit khusus yang membutuhkan rehabilitasi medis, melaksanakan pengelolaan program pengendalian kusta sesuai dengan endemisitas daerah, menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru menjadi kurang 5%, mencapai angka kesembuhan lebih dari 90% dan menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata, tangan, kaki setelah RFT kurang dari 5%.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Target yang diharapkan dalam program pemberantasan penyakit menular adalah tercapainya eliminasi kusta (Depkes RI, 2005b). Kebijakan program pemberantasan kusta adalah pemberian obat kusta secara gratis, pengobatan kusta mengikuti rekomendasi Word Health Organization, penderita kusta tidak diisolasi, dan program pemberantasan penyakit kusta diintegrasikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas. Strategi program pemberantasan penyakit kusta ditujukan pada daerah endemik tinggi dengan jumlah prevalensi rate > 1 per 10.000 penduduk dan daerah endemik rendah dengan jumlah prevalens rate < 1 per 10.000 penduduk dengan melakukan kegiatan perencanaan kesehatan terpadu, penyuluhan intensif, penemuan kasus, pengembangan
kemitraan
yang
intensif,
memberikan
pelayanan
rutin dengan perhatian khusus di daerah fokus, merujuk dan mendeteksi suspek penderita kusta (Depkes RI, 2005b). Kegiatan
program
pemberantasan
penyakit
kusta
adalah
penemuan
penderita,diagnosis dan klasifikasi, pengobatan, pencegahan cacat, rehabilitasi, perencanaan,
pelatihan,
penyuluhan,
supervisi,
pencatatan
dan
pelaporan,
pemeriksaan laboratorium, monitoring dan evaluasi serta pengelolaan logistik (Depkes RI, 2005a). 2.8. Konsep Prilaku Prilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi hubungan dengan lingkungannya. Semua makhluk hidup mempunyai prilaku, maka yang dimaksud
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dengan prilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas manusia sendiri seperti berbicara, menangis, tertawa, bekerja dan lain sebagainya (Machfoedz dan Suryani, 2006). Menurut Notoatmodjo (2005) dari aspek biologis prilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahkluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas yang dimaksud terdiri dari dua yaitu aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain yaitu berjalan, bernyanyi, tertawa dan sebagainya. Aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain adalah berpikir, berfantasi, dan bersikap. 2.8.1. Persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit Pendapat masyarakat tentang tubuh sehat dan sakit sifatnya tidak selalu objektif, bahkan selalu dipengaruhi oleh pengalaman terdahulu dan sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria yang objektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seseorang (Sarwono, 1997). Sehat adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaannya, misalnya orang yang tidak mempunyai keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat beranggapan orang gemuk adalah orang yang sehat. Tahun 1947 WHO mendefenisikan sehat yaitu sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Menurut UU No.23,1992, sehat adalah
keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Foster/Anderson (1986) menyatakan bahwa sakit mempunyai peranan sosial seperti memberikan kebebasan dari tekanan hidup yang tidak dapat ditahan, untuk menutupi kegagalan yang telah dilakukan seseorang, mendapatkan perhatian dari orang lain, supaya dapat tinggal di rumahsakit sebagai tempat hiburan maupun istirahat, sebagai alat pengawasan sosial dan sebagai perwujudan untuk menebus dosa. Di dalam hubungannya dengan peranan sakit Talcott dalam Sudarti (1996) menyatakan bahwa pasien mempunyai dua hak yaitu dibebaskan dari tanggung jawab dan memperoleh perawatan sampai sembuh, dan mempunyai 2 kewajiban yaitu berkewajiban berusaha agar cepat sembuh dan mencari pertolongan pada dokter agar segera mengatasi sakitnya. Selama seseorang masih mampu melaksanakan fungsinya seperti biasa maka orang itu masih dikatakan sehat (Sarwono, 1997) Dari hasil penelitian Rachmalina dan Sunanti (1998) di Kabupaten Bangkalan, masyarakat Madura menggolongkan penyakit menjadi dua golongan yaitu penyakit yang disebabkan oleh mahluk halus (sihir) dan penyakit karena kondisi tubuh tidak baik, penyakit yang tidak wajar disebabkan oleh mahluk halus. Menurut mereka penyakit seperti koreng, kudis, batuk bukanlah sakit, karena dapat disembuhkan oleh pengobat formal atau dapat diobati sendiri secara tradisional. Demikian halnya dengan penderita kusta di Banyusangkah pada umumnya seseorang akan marah bila dikatakan menderita kusta, karena mereka menganggap penyakit kusta adalah penyakit kulit, dan sebagian dari mereka percaya penyakit kusta adalah penyakit
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
turunan atau karena sihir, sehingga mereka berobat untuk penyembuhan penyakit kusta kepada dukun. Jika keadaannya sudah parah atau stadium lanjut maka dia akan berobat pada petugas kesehatan. 2.8.2. Prilaku kesehatan Menurut Notoatmodjo (2005) prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktorfaktor yang mempengaruhi sehat-sakit seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Prilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Prilaku orang yang sehat agar tetap sehat 2. Prilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh kesembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Menurut Becker dalam Notoatmodjo (2005) membuat klasifikasi prilaku kesehatan menjadi tiga yaitu : Prilaku sehat, prilaku sakit dan prilaku peran orang sakit. 1. Prilaku sehat Prilaku sehat adalah prilaku – prilaku berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, antara lain : a. Makan dengan menu seimbang. b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. c. Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba. d. Istirahat yang cukup.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
e. Pengendalian atau manajemen stres. f. Prilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan Prilaku sehat
adalah perilaku yang didasarkan
prinsip-prinsip kesehatan.
Terciptanya keadaan sehat sebenarnya termasuk kebutuhan dasar manusia (Machfoedz dan Suryani, 2006). 2. Prilaku sakit Menurut Sarwono (1997) prilaku sakit adalah bentuk tindakan yang dilakukan oleh seseorang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor pencetus prilaku sakit adalah faktor persepsi dipengaruhi oleh medis dan sosial budaya, intensitas gejala (menghilang atau terus menetap gejala), motivasi individu untuk mengatasi gejala dan sosial psikologis yang mempengaruhi respon sakit. Menurut Sucman dalam Sarwoto (1997) terdapat lima macam aksi dalam proses mencari pengobatan untuk penyembuhan dari sakit : 1. Proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan yang sesuai dengan harapan si sakit 2.
Proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, contoh berobat ke dokter sekaligus ke sinse dan dukun.
3.
Proses penundaan mencari pengobatan walau gejala penyakitnya sudah dirasakan
4.
Pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan dinilai tepat baginya.
5. Penghentian proses pengobatan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pemerintah wajib menyediakan sarana pelayanan kesehatan dan ansuransi kesehatan bagi masyarakat. Dalam hal pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah belum tentu akan digunakan oleh si penderita atau masyarakat, karena menurut teori Health Belief model oleh Rosenstock, prilaku seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaan tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk seseorang. Meskipun berbeda dengan realitas menurut Rosenstock pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dilakukannya suartu tindakan kesehatan. Artinya seseorang baru akan melakukan tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika dia benar-benar merasa terancam oleh penyakit itu. Model kepercayaan kesehatan ini memusatkan pada kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan bergantung pada beberapa faktor yaitu (Machfoedz dan Suryani, 2006): 1. Kepekaan seseorang terhadap penyakit. 2. Persepsi seseorang terhadap konsekwensi dari penyakit tertentu 3. Persepsi seseorang keuntungan diperoleh dari penggunaan pelayanan kesehatan. 4. Persepsi seseorang terhadap hambatan – hambatan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan. 3. Perilaku peran orang sakit Orang sakit yang kondisinya lemah perlu bantuan orang lain, keluarga dan lingkungannya. Jika penyakit itu membutuhkan ketrampilan khusus maka bantuan ini
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dapat dimintakan dari dokter, perawat, petugas kesehatan lainnya, dukun dan sinse. Untuk mencapai kesembuhan maka harus melakukan makan obat sesuai dengan anjuran dokter, periksa laboratorium, diet makanan dan lain-lain. Penyebab kegagalan untuk mencapai kesembuhan adalah karena lupa makan obat, jarak pelayanan kesehatan jauh, sulit transport, pengetahuan yang rendah, tidak mengindahkan nasehat dokter, ekonomi keluarga yang sulit, sosial budaya masyarakat dan minimnya informasi kesehatan ( Notoatmodjo, 2005). 2.8.3. Domain prilaku Skiner dalam Notoatmodjo (2005) mengeluarkan suatu teori yang disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respons) yang mengelompokkan prilaku menjadi dua yaitu prilaku tertutup dan prilaku terbuka. Prilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respons tersebut masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap. Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktek dan dapat diamati dari luar. Meskipun prilaku adalah bentuk respon atau reaksi stimulus namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
orang yang bersangkutan, bersifat bawaan. Faktor-faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut diterminan prilaku. Diterminan prilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
1. Faktor internal a. Umur Menurut La Greca dalam Smeat (1994) anak-anak mempunyai tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja, meskipun anak-anak mendapatkan informasi yang kurang. Untuk penderita lanjut usia kepatuhan minum obat dapat dipengaruhi oleh daya ingat yang berkurang, ditambah lagi apabila penderita lanjut usia tinggal sendiri. Menurut Dunbar & Waszak dalam Smeat (1994) ketaatan dalam aturan pengobatan pada anak-anak, remaja dan dewasa adalah sama. Menurut Taylor dalam Smeat (1994) orang tua cenderung patuh minum obat karena mengikuti semua anjuran dokter. b. Jenis kelamin Jenis kelamin dapat mempengaruhi penderita untuk patuh minum obat. Penderita wanita biasanya akan lebih patuh untuk minum obat karena sesuai dengan kodrat wanita yang ingin tampak kelihatan cantik dan tidak ingin ada cacat pada tubuhnya, sehingga dalam penanggulangannya penyakit kusta
akan lebih patuh
minum obat dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Smeat (1994) di Amerika Serikat kaum wanita cenderung mengikuti anjuran dokter, termasuk anjuran teratur minum obat demi kesembuhannya. c. Pendidikan Penderita dengan pendidikan rendah dan kecerdasan yang terbatas perlu penanganan yang lebih teliti dalam instruksi tatacara penggunaan obat yang betul dan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
benar. Karena pendidikan yang rendah akan menganggap aturan minum obat 3x1 sama dan 1x3, sehingga obat untuk satu hari diminum sekaligus. Menurut Langevelt dalam Notoatmodjo (1993) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan yaitu kedewasaan jasmani dan rohani. Menurut Notoatmodjo (1993) pendidikan tersebut menuju kepada suatu perubahan yaitu mengubah perilaku kearah yang diinginkan, maka tujuan pendidikan kesehatan mengubah perilaku dari yang merugikan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang menguntungkan kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan. Menurut penelitian Fajar (2002) di Kabupaten Gresik bahwa pendidikan tidak mempengaruhi keteraturan berobat pada penderita kusta (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). Tetapi menurut penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan pendidikan mempunyai hubungan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta. d. Pekerjaan Penderita penyakit kusta
yang bekerja seperti biasa akan termotivasi untuk
lebih patuh minum obat demi kesembuhannya bila dibandingkan dengan penderita yang tidak bekerja, karena pekerjaannya adalah sumber mata pencahariannya, sumber untuk memberikan nafkah dan berguna bagi keluarganya walaupun kondisi tubuh menderita penyakit kusta, tetap bekerja. Hasil penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat bahwa pekerjaan memberikan kontribusi paling besar terhadap kepatuhan berobat atau minum obat.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
e. Penghasilan Penghasilan keluarga setiap bulannya digunakan untuk membiayai keluarga sehari-hari. Adanya berbagai keresahan dibidang sosio ekonomi keluarga, khususnya masyarakat
yang
pendapatannya
kecil.
Dengan
penghasilan
yang
kecil,
mengeluarkan biaya untuk ongkos terasa berat bagi masyarakat datang ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, dengan tidak datangnya mereka ke puskesmas membuat penderita tidak akan teratur meminum obat. Dari hasil penelitian Fajar (2002) di Kabupaten Gresik terhadap 100 penderita kusta, ada pengaruh penghasilan rendah terhadap pengobatan teratur (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). f. Pengetahuan Definisi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Teori L.W. Green dalam Notoatmojo (1993), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku. Menurut Azwar (2007) fungsi pengetahuan mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan Jawa Barat pengetahuan mempunyai hubungan terhadap kepatuhan berobat
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
pada penderita kusta. Apabila penderita kusta memiliki pengetahuan yang baik dan memadai tentang penyakit kusta, cara pengobatannnya, jenis obat,cara memakan obat tersebut dan akibat bila tidak patuh meminum obat yang akan berakibat buruk terhadap dirinya akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupannya sehari-hari maka diharapkan angka kesembuhan pada penderita kusta meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang kusta dan masih kuatnya stigma terhadap penyakit kusta sangat berpengaruh terhadap ketaatan penderita untuk minum obat. g. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju dan tidak setuju, baik dan tidak baik). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2005) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Thustone dan Likert dalam Azwar (2007) sikap adalah suatu bentuk evalusi, reaksi perasaan yang mendukung, memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Menurut Taylor dalam Azwar (2007) ketaatan penderita minum obat sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya apakah pasien mengikuti apa yang dianjurkan oleh petugas untuk dilaksanakan guna mencapai kesembuhan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar (2002) di Kabupaten Gresik pada penderita kusta, ada pengaruh sikap penderita terhadap pengobatan dini dan upaya pengobatan teratur oleh penderita kusta. (http://digilib.litbang.depkes.go.id/ ).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
h. Kepercayaan Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian, tanpa menunjukkan sikap pro atau anti. Menurut Krech dkk dalam Sarwono (1997) kepercayaan dapat tumbuh jika orang berulang-ulang kali mendapat informasi yang sama. Dari hasil penelitian Oesman (1993) di Tangerang secara statistik bahwa ada pengaruh kepercayaan
penderita
kusta
terhadap keteraturan
minum
obat
(http://digilib.litbang.depkes.go.id/). Dari hasil penelitian kualitatif oleh Rachmalia dan Sunanti (1999) di Kabupaten Bangkalan kepada penderita kusta mengatakan mereka terpaksa berobat ke petugas kesehatan karena malu akan penyakitnya dan keluarga mereka percaya bahwa penyakit kusta itu disebabkan guna-guna, penyakit kutukan dan sihir, sehingga setelah penyakit parah terpaksa mereka berobat kepada petugas kesehatan. 2. Faktor eksternal a. Peran keluarga Keluarga merupakan sebagai lembaga sosial yang mempunyai fungsi tradisional keluarga seperti fungsi sosial ekonomi, karena sebagian hasil kerja yang dilakukan di dalam atau di luar rumah dikelola dalam keluarga, yang ditunjukkan dengan adanya pembentukan kerabat, keturunan dan hubungan sosial melalui keluarga dan fungsi proses pendidikan termasuk di dalamnya penanaman nilai dan ideologi kepada anggota keluarga, oleh karena itu penangan yang baik terhadap persoalan-persoalan keluarga akan memberikan kontribusi yang positif bagi upaya kesehatan para
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
anggotanya (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005). Orang-orang yang mendapat perhatian dan penghiburan maupun pertolongan dari keluarganya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis, karenanya peranan keluarga sangat besar bagi penderita dalam mendukung perilaku atau tindakan dalam memamfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut hasil penelitian Rachmalina dan Sunanti (1999) di Kabupaten Bangkalan peran anggota keluarga membantu penderita kusta teratur minum obat. b. Peran petugas kesehatan Pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dapat menyebabkan berperilaku positip. Perilaku petugas yang ramah dan segera mengobati pasien tanpa menunggu lama-lama
serta dan mengambil obat diperiksa dokter terlebih dahulu, maka
penderita merasa dihargai datang ke puskesmas, penderita diberi penjelasan tentang obat yang diberikan dan pentingnya makan obat yang teratur. Kebanyakan orang hanya kadang-kadang datang ke tenaga kesehatan, karena hampir semua orang mempunyai keluhan yang menakutkan tentang kunjungan pada petugas kesehatan (Smet,1994). Dari hasil penelitian Rachmalina dan Sunanti (1999) di Kabupaten Bangkalan peran petugas kesehatan
sangat berpengaruh terhadap ketaatan penderita untuk
berobat. Menurut Zulaicha dalam Smet (1994) di Indonesia kualitas interaksi antara petugas kesehatan terutama dokter dan penderita berbeda-beda berdasarkan tingkat pendidikannya, karena si petugas harus memberikan informasi dengan kalimat atau kata-kata sesuai dengan tingkat pendidikan pasiennya.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari hasil penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan bahwa peran petugas mempunyai hubungan yang bermakna terhadap ketidakteraturan berobat pada penderita kusta. Menurut Depkes RI (2000) Penderita sering terputus pengobatannya karena keterbatasan obat di puskesmas, pelayanan puskesmas yang buruk dan tidak ada petugas dipuskesmas ketika datang mengambil obat dengan memperhatikan besarnya masalah kusta yang dapat menimbulkan penularan pada masyarakat, perlunya penderita untuk berobat, pencegahan kecacatan dan keteraturan minum obat maka kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas merupakan komponen
sangat penting perlu dilanjutkan, dikembangkan, dan ditingkatkan
perannya dalam pemberantasan penyakit kusta. c. Lama minum obat Pengobatan untuk kusta type Multi Baciler diberikan secara teratur dalam waktu 12-18 bulan dan sedapat mungkin sampai pemeriksaan bakteri negatif. Jika pegobatan tidak teratur maka 12 bulan regimen bulanan Multi Drug Therapy harus diselesaikan dalam waktu maksimal 18 bulan dengan syarat pemeriksaan bakteri negatif. Pengobatan untuk type Paucy Baciler diberikan secara teratur tanpa berhenti dalam waktu 6 bulan. Jika tidak teratur minum obat selama 6 bulan maka harus diselesaikan dalam waktu maksimal 9 bulan (Depkes RI, 2005b). d. Reaksi kusta Reaksi kusta dapat terjadi pada penderita sebelum mendapatkan pengobatan pada saat pengobatan maupun sesudah pengobatan, namun sering terjadi pada 6 bulan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
sampai setahun sesudah mulai pengobatan. Menurut Depkes RI ( 2000) reaksi kusta adalah bukan dari efek samping obat Multi Drug Therapy (MDT). Reaksi adalah respon tubuh terhadap penyakit kusta dan tidak berarti penyakit menjadi bertambah buruk atau bukan berarti pengobatan tidak berhasil. Menurut Depkes RI (2005a) Jenis reaksi kusta menurut proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu reaksi tipe I dan II. Menurut Guinto dkk (2000) gejala-gejala reaksi tipe I adalah perubahan bercak kulit, nyeri tekan pada syaraf tepi, gangguan fungsi syaraf tepi, kadang ada gangguan umum, dan gejala reaksi tipe II adalah nodul yang nyeri tekan dan ada yang sampai pecah, nyeri tekan dan gangguan fungsi syaraf tepi dan bisa terjadi gangguan pada organ tubuh. Reaksi tipe I terjadi pada penderita tipe Pauci Baciler dan Multi Baciler pada 6 bulan pertama pengobatan. Perjalanan reaksi dapat berlangsung selama 6-12 minggu atau lebih. Pada reaksi tipe II terjadi pada penderita Multi Baciler, biasanya berlangsung selama 3 minggu atau lebih, kadang-kadang timbul berulang-ulang dan berlangsung lama. (Menaldi, 2001). Dari hasil penelitian Pagolori (2002) di Kabupaten Gowa ditemukan bahwa tipe kusta dan teratur minum obat adalah faktor resiko kejadian reaksi kusta (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). Disarankannya
disiplin minum obat untuk
mencegah reaksi kusta lebih berat. e. Cacat kusta Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki, dan yang mana semua cacat tersebut dapat
dicegah. Menurut Word Health
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Organization (WHO) dalam Depkes RI (2006) membagi tingkat cacat kusta sebagai berikut : 0 jika mata, tangan atau kaki tetap utuh maka dinyatakan tingkat cacat 0, 1 Jika ada cacat pada mata, tangan atau kaki akibat kerusakan saraf tetapi cacat itu tidak kelihatan maka dinyatakan tingkat cacat 1 dan 2 kalau ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan (borok luka, lunglai, pemendekan, mata tidak dapat menutup erat, luka pada kornea) maka diberi tingkat cacat 2. Dari hasil penelitian Hasnani ( 2002) di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam menunjukan bahwa kejadian tingkat cacat 2 berhubungan dengan umur, lama sakit, status
imunisasi
BCG,
riwayat
(http://digilib.litbang.depkes.go.id/).
keteraturan Disarankannya
berobat agar
dan
tipe
petugas
penyakit
lebih
aktif
meningkatkan penemuan penderita, pendekatan khusus pada tipe Multi Baciler (MB) dengan tingkat cacat 1 dan 2 sehingga dapat memotivasi penderita untuk minum obat teratur. Dari hasil penelitian Gunadi (2000) di Rumah Sakit Tugu, Semarang terdapat hubungan yang bermakna antara kecacatan dengan keteraturan minum obat (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). f. Efek samping obat Efek samping pengobatan kombinasi atau Multi Drug Therapy (MDT) yang umum akan muncul seperti air kemih berwarna merah. Ini disebabkan zat warna dari obat Rifampicin yang diminum sebulan sekali. Dan ini berlangsung hanya beberapa jam setelah minum obat dan tidak menimbulkan bahaya. Kulit menjadi gelap, ini adalah akibat minum obat Lamprene yang diminum setiap hari. Ini tidak berbahaya
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
dan akan hilang beberapa bulan setelah pengobatan lengkap, oleh karena itu penderita harus minum obat secara teratur (Depkes RI, 2000). Alergi muncul pada beberapa penderita kusta dapat terjadi yaitu pada salah satu dari obat kombinasi. Yang paling umum terjadi adalah alergi gatal-gatal yang hebat, bintik-bintik merah/gelap pada kulit penderita. Bila ditemui alergi maka penderita dianjurkan untuk menghentikan sementara minum obat dan dirujuk ke puskemas atau rumah sakit untuk lebih dahulu mengobati alergi yang ada (Depkes RI, 2000). g.Tersedianya obat Kelengkapan fasilitas kesehatan yang di dapat penderita kusta salah satunya adalah tersedianya obat di puskesmas terutama stok obat kombinasi atau Multi Drug Therapy. Menurut Depkes RI (2000) penderita sering terputus pengobatannya karena keterbatasan obat di puskesmas. Penelitian Fajar (2002) di Kabupaten Gresik, menunjukkan tersedianya obat di puskesmas mempengaruhi ketidakteraturan berobat penderita kusta, disarankannya perlu perencanaan tahunan kebutuhan obat sesuai dengan jumlah sasaran (http://digilib.litbang.depkes.go.id/). h. Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan Makin jauh tempat pelayanan kesehatan, masyarakat semakin malas untuk datang ke tempat pelayanan tersebut. Disebabkan bahwa pada batas jarak tertentu orang masih mau berpergian untuk mencari dan memamfaatkan pelayanan kesehatan. Batas jarak ini pun dipengaruhi oleh jenis jalan, jenis kendaraan, waktu tempuh, berat ringannya penyakit dan kemampuan bayar transportasi. Jarak tempat tinggal
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
penderita kusta dengan tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas sering menjadi masalah kelangsungan keteraturan untuk minum obat, karena jarak yang jauh ke tempat pelayanan kesehatan berhubungan dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos. Dari hasil penelitian Oesman (1991) jarak tempat tinggal penderita kusta
ke tempat pelayanan kesehatan atau puskesmas mempunyai hubungan
bermakna terhadap keteraturan berobat. 2.9. Landasan Teori Penyakit kusta yang adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat adalah merupakan tujuan dari pengobatan penyakit kusta. Penderita kusta yang berobat dini dan teratur akan cepat sembuh tanpa menimbulkan cacat, akan tetapi bagi penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen pengobatan hanya dapat mencegah yang lebih lanjut. Bila penderita kusta tidak minum obat secara teratur maka penderita tidak akan sembuh bahkan kuman akan dapat aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan syaraf yang dapat memperburuk keadaan. Kepatuhan penderita minum obat di rumah sangat menentukan keteraturan minum obat dan meningkatkan angka kesembuhan yang diharapkan. Berdasarkan teori Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan penderita kusta minum obat secara teratur adalah merupakan tindakan yang nyata dalam bentuk
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri si penderita (faktor internal) maupun dari luar diri sipenderita (faktor eksternal). Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan sedangkan faktor eksternal yaitu, peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi kusta, cacat kusta, efek samping obat, tersedianya obat dan jarak tempat tinggal. Menurut Joenoes (1998) untuk patuh meminum obat yaitu dari faktor penyakit penderita seperti penyakit yang akut, kronik dan relaps (kambuh), faktor individu penderita seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan dan pengetahuan, faktor sikap dokter, faktor obat yang diberikan seperti efek samping obat dan dosis obat, dan faktor lingkungan pengobatan seperti rawat inap, rawat jalan dan rawat di rumah. Lain halnya menurut menurut Smet (1994) seseorang yang tidak patuh minum obat disebabkan karena faktor ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan, komunikasi antara pasien dan dokter, persepsi dan pengharapan para pasien, dukungan sosial dan ciri-ciri individual. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini yang mendasari dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat di Kabupaten Asahan tahun 2007.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
-Faktor penyakit penderita - Kronik - Akut - relaps (kambuh) - Faktor penderita - Umur - Jenis Kelamin - Kebiasaan - Pendidikan - Pengetahuan - Faktor sikap dokter - Motivasi - Efektivitas Komunikasi - Faktor obat yang diberikan - Efek samping obat - Dosis obat - Faktor lingkungan pengobatan - Rawat inap - Rawat jalan - Rawat di rumah
Faktor Internal Penderita - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan
- Ciri-ciri kesakitan - Ciri-ciri pengobatan -Komunikasi antara pasien dokter - Persepsi - Pengharapan para pasien - Dukungan sosial - Ciri-ciri individual.
Kepatuhan minum obat Penderita kusta -Patuh -Tidak Patuh
dan
Sembuh Tidak sembuh
Faktor Eksternal Penderita -Peran keluarga -Peran petugas -Lama minum obat -Reaksi kusta
- Cacat kusta - Efek samping kusta - Tersedianya obat - Jarak tempat tinggal
Gambar 2.2. Landasan Teori
2.10. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori tersebut di atas maka sebagai kerangka konsep tidak semua variabel dioperasionalkan dalam penelitian ini
mengingat adanya
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, oleh karena itu hanya beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai variabel independent adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi kusta, cacat kusta, dan efek samping obat, sebagai variabel dependent adalah kepatuhan minum obat. Kerangka konsep tersebut dapat kita lihat dalam bagan dibawah ini :
Faktor Internal penderita • Karakteristik penderita - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan • Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan
•
Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta
Faktor Eksternal penderita • • • • • •
Peran keluarga Peran petugas Lama minum obat Reaksi kusta Cacat kusta Efek samping obat
Variabel Independent
Variabel Dependent
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain sekat silang (Cross Sectional Study), yaitu penelusuran sesaat, artinya subyek diamati hanya sesaat atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependent dan variabel independent, maka pengukurannya dilakukan bersama-sama pada saat penelitian dengan menggunakan kuesioner secara kuantitatif (Sugiyono, 2005). 3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan yang terdiri dari 20 Kecamatan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah berdasarkan profil kesehatan dan laporan bulanan dari dinas kesehatan kabupaten tahun 2006 : a. Angka kesembuhan penderita kusta (keteraturan minum obat) sangat rendah b. Memiliki jumlah penderita kusta terbanyak kedua setelah Kota Medan di seluruh Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara. 3.2.2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April tahun 2007 sampai dengan April tahun 2008 (terlampir).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi seluruhnya berjumlah 56 penderita kusta yang ada di Kabupaten Asahan yang tercatat di kartu penderita, berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat kombinasi Multi Drug Therapy (MDT) dari petugas puskesmas. 3.3.2. Sampel Sampel adalah seluruh populasi (total populasi) dengan jumlah 56 penderita kusta yang ada di Kabupaten Asahan yang tercatat di kartu penderita, berobat ke puskesmas dan menerima obat kombinasi Multi Drug Therapy (MDT) dari petugas puskesmas. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Alat pengumpul data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner (terlampir) yang berisi sejumlah pertanyaan dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden yaitu penderita kusta. 3.4.2. Pelaksanaan pengumpulan data Pengumpulan data primer dilakukan peneliti dan dibantu oleh 2 orang pewancara. Sebelum pengumpulan data, peneliti memberikan penjelasan
cara
pengisian kuesioner pada pewancara untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kegagalan dan data bias. Data sekunder diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Asahan. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji terhadap 10 penderita kusta, untuk memperoleh kuesioner valid dan reliability (Danim, 2004). 3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepada 10 penderita kusta di Kecamatan Medan Belawan tahun 2007. Alasan pemilihan responden di Kecamatan Medan Belawan untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner adalah : a. Jumlah sampel pada penelitian di Kabupaten Asahan total populasi sehingga responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner tidak terpenuhi. b. Daerah Kecamatan Medan Belawan mempunyai geografi yang hampir sama dengan daerah di kabupaten Asahan. c. Penderita kusta di Kecamatan Medan Belawan cukup untuk responden uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil. Nilai r tabel dengan tabel r dengan menggunakan df = n-2, pada tingkat kemaknaan 5% maka didapat angka r tabel adalah : Df = n-2
= 10-2 = 8
r tabel = 0,632
Nilai r hasil dari masing-masing pertanyaan dibandingkan dengan r tabel, bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid dan bila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabilitas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 4. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesionar Variabel Pengetahuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 Sikap S1 S2 S3 S4 S5 Kepercayaan Kpc1 Kpc2 Kpc3 Kpc4 Peran Keluarga PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 Peran Petugas PP1 PP2 PP3 PP4 PP5 Lama Minum Obat LMO1 LMO2 Reaksi Kusta RK1 RK2 RK3 Cacat Kusta CK1 CK2 CK3 Efek Samping Obat ESO1 ESO2 ESO3 ESO4 Kepatuhan Kp1 Kp2 Kp3 Kp4 Kp5 Kp6
r tabel
r hasil
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
0,6464 0,6543 0,7417 0,6742 0,6372 0,6993
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
0,7263 0,7308 0,7753 0,8198 0,6728
0,632 0,632 0,632 0,632
0,8285 0,9297 0,7260 0,7798
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
0,8972 0,9751 0,8589 0,8196 0,8867
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
0,6847 0,9751 0,8029 0,9759 0,8520
0,632 0,632
0,8018 0,8018
0,632 0,632 0,632
0,9012 0,7219 0,8257
0,632 0,632 0,632
0,8018 0,8465 0,7199
0,632 0,632 0,632 0,632
0,7385 0,8607 0,6621 0,8607
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
0,7003 0,6459 0,6864 0,8475 0,6864 0,7374
Alpha
0,8691
0,8938
0,9141
Keterangan Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan reliabilitas Valid dan reliabilitas
0,9576
Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas
0,9447
Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas
0,8889
0,8979 0,8699
0,9009
0,8557
Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas Valid dan Reliabilitas
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari tabel 4. diatas terlihat bahwa semua pertanyaan nilai r hasil lebih besar dari pada r tabel demikian juga alpha lebih besar dari r tabel, dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 valid dan reliabilitas. 3.4.4. Pengolahan data Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu : a. Editing (Pemeriksaan data) Data yang sudah terkumpul diperiksa isian kuesioner apakah semua pertanyaan sudah terisi jawabannya, jawaban tersebut apakah tulisannya cukup jelas, jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya dan apakah antara beberapa pertanyaan konsisten dengan jawabannya. b. Coding (Pemberian kode) Data yang telah dikumpulkan dikoreksi kelengkapannya kemudian diberi kode dari bentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan, untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. c. Entry (Pemasukkan data komputer) Setelah data terkumpul semua dan isian kuesioner terisi penuh dan benar maka dilakukan pemasukan data ke komputer. Program yang digunakan untuk entry data adalah program SPSS for windows.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
d. Data Cleaning (Pembersihan data) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan dapat terjadi dimungkinkan pada saat mengentry ke komputer. Cara pembersihan data dengan mengetahui missing data, variasi data dan konsistensi data. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat pada penderita kusta dan variabel independent adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi kusta, cacat kusta dan efek samping obat. Pengukuran variabel independent pengetahuan, sikap, kepercayaan menggunakan skala Likert, peran keluarga, peran petugas menggunakan skala Guttman dan analisis data pada peran keluarga maupun peran petugas dilakukan seperti pada skala Likert (Riduwan,2002) 3.5.2. Definisi operasional a. Kepatuhan minum obat adalah
kepatuhan dalam meminum obat atau teratur
minum obat. b. Umur adalah Usia penderita kusta sesuai yang tertulis di kartu penderita c. Jenis kelamin adalah Ciri-ciri yang dimiliki penderita kusta sesuai dengan yang tertulis di kartu penderita
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
d. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang pernah di tempuh responden atau ditamatkan e. Pekerjaan adalah Kegiatan yang dilakukan oleh penderita dengan tujuan mendapatkan imbalan ekonomi ataupun tidak f.
Pengetahuan
adalah
pengertian
penderita
terhadap
penyakit
kusta
dan pengobatannya yang meliputi penyebab, tanda awal, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan dan bahayanya bila tidak patuh minum obat. g. Sikap adalah pernyataan setuju, kurang setuju dan tidak setuju dari responden terhadap pertanyaan tentang penyakit kusta dan pengobatannya yang meliputi upaya penyembuhan, teratur minum obat dan efek samping obat h. Kepercayaan adalah keyakinan penderita akan penyakit kusta, mencakup tentang penyakit kusta merupakan kutukan Tuhan, karena guna-guna, akan sembuh bila berobat teratur, kepercayaan akan obat yang diberikan oleh puskesmas akan menyembuhkan. i. Peran keluarga adalah pendapat responden tentang ada tidaknya peran petugas yang diberikan selama penderita minum obat atau selama sakit. j.
Peran petugas adalah pendapat responden tentang ada tidaknya dorongan moril dan bantuan untuk minum obat dari keluarga
k. Lama minum obat adalah lamanya minum obat sesuai dengan persepsi lamanya waktu berobat yang dirasakan oleh penderita sejak mulai berobat sampai dinyatakan selesai atau sampai penelitian dilaksanakan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
l.
Reaksi kusta adalah timbulnya gejala-gejala badan lemah, suhu badan naik atau timbulnya bintil bintil merah di badan penderita selama pengobatan.
m. Cacat kusta adalah kecacatan akibat penyakit kusta diklasifikasikan menurut tingkat kecacatan dari WHO. n. Efek samping obat adalah efek yang timbul dan tidak diinginkan setelah minum obat. Keluhan yang ditanyakan berdasarkan apa yang dirasakan sipenderita. 3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Pengukuran variabel independent a. Faktor internal 1. Variabel umur Untuk mengetahui umur penderita yaitu jawaban yang diberikan penderita disesuaikan dengan kartu penderita, kemudian variabel umur dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Usia tidak produktif jika berumur < 20 tahun Usia produktif jika berumur ≥ 20 tahun (Hurlock, 1980)
Cara ukur
: Wawancara disesuaikan dengan melihat kartu penderita
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
2. Variabel jenis kelamin Variabel jenis kelamin dilihat dari ciri-ciri penderita yang disesuaikan dengan kartu penderita, dikategorikan menjadi 2 yaitu :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kategori
: Laki-laki dan perempuan
Cara ukur
: Wawancara disesuaikan dengan melihat kartu penderita
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
3. Variabel pendidikan Variabel pendidikan penderita berdasarkan pendidikan formal pernah ditempuh atau sudah tamat, kemudian variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Pendidikan rendah bila penderita pernah menempuh atau tamat SD s/d SLTP Pendidikan tinggi bila penderita pernah menempuh atau tamat SMA s/d Perguruan Tinggi
Cara ukur
: Wawancara disesuaikan dengan melihat kartu penderita
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Ordinal
4. Variabel pekerjaan Variabel pekerjaan penderita
berdasarkan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan imbalan. Variabel pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Bekerja dan tidak bekerja.
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
5. Variabel pengetahuan Pengukuran pengetahuan penderita tentang penyakit kusta dan pengobatannya yakni dengan memberikan 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan jika menjawab a nilai 4, b nilai 3, c nilai 2, d nilai 1 dan e nilai 0,
kemudian variabel pengetahuan
dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Pengetahuan baik : nilai score 15-24 (≥ 61%) Pengetahuan kurang : nilai score 0-14 (< 61%)
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
6. Variabel sikap Untuk mengetahui sikap penderita terhadap penyakit kusta dan pengobatannya yakni dengan memberikan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan jika menjawab setuju mendapat nilai 2, kurang setuju mendapat nilai 1 dan tidak setuju mendapat nilai 0, kemudian variabel sikap dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Sikap baik : nilai score 7-10 (≥ 61%) Sikap kurang baik : nilai score 0-6 (< 61%)
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Ordinal
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
7. Variabel kepercayaan Untuk mengetahui kepercayaan penderita terhadap penyakit kusta dan pengobatannya yakni dengan memberikan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan jika menjawab percaya mendapat nilai 2, kurang percaya dapat nilai 1 dan tidak percaya dapat nilai 0, kemudian variabel kepercayaan dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Kepercayaan benar : nilai score 5-8 (≥ 61%) Kepercayaan kurang benar : nilai score 0-4 (< 61%)
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Ordinal
b. Faktor eksternal 1. Variabel peran keluarga Untuk mengetahui peran keluarga penderita terhadap dorongan moril dan bantuan untuk minum obat
penderita dengan memberikan 5 pertanyaan. Setiap
pertanyaan jika menjawab pernah mendapat nilai 1, tidak pernah diberi nilai 0, kemudian variabel peran keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Peran keluarga berperan : nilai score 4-5 (≥ 61%) Peran keluarga kurang berperan : nilai score 0-3 (< 61%)
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Ordinal
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
2. Variabel peran petugas Untuk mengetahui peran petugas terhadap penderita selama minum obat dengan memberikan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan jika menjawab pernah dapat nilai 1, tidak pernah mendapat nilai 0, kemudian variabel peran petugas dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Peran petugas berperan : nilai score 4-5 (≥ 61%) Peran petugas kurang berperan : nilai score 0-3 (< 61%)
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Ordinal
3. Variabel lama minum obat Lama minum obat penderita kusta diketahui dari persepsi penderita yang dirasakan sejak dimulai berobat. Variabel lama minum obat dikategorikan yaitu : Kategori
: Lama dan tidak lama.
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
4. Variabel reaksi kusta Variabel reaksi kusta
pada penderita dilihat gejala-gejala menurut Depkes
(2006) yaitu mengalami demam, lesu, benjolan kemerahan yang nyeri dan bintilbintil merah di badan penderita. Variabel reaksi kusta dikategorikan menjadi 2 yaitu :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kategori
: Ada reaksi kusta bila di badan penderita mengalami gejala demam , lesu, benjolan kemerahan yang nyeri dan bintil- bintil merah Tidak ada reaksi kusta bila tidak ada gejala.
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
:
Nominal
5. Variabel cacat kusta Tingkat cacat kusta pada penderita mengacu pada klasifikasi tingkat kecacatan menurut WHO. Penilaian variabel cacat kusta dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
: Ada cacat kusta bila tingkat cacat grade 1 dan 2 Tidak ada cacat kusta bila tingkat cacat grade 0
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
6. Variabel efek samping kusta Untuk mengetahui efek samping obat
penderita selama minum obat dengan
memberikan 4 pertanyaan dan variabel efek samping obat di kategorikan yaitu : Kategori
: Ada efek samping obat jika penderita menjawab dari semua pertanyaan atau hanya salah satu jawabannya ya. Tidak ada efek samping obat jika penderita menjawab tidak pada ke empat pertanyaan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
3.6.2 Pengukuran variabel dependent Untuk mengetahui variabel dependent yaitu variabel kepatuhan minum obat adalah bila jawaban ya minum obat setiap hari akan disesuaikan dengan melihat kartu penderita dan blister obat, kemudian variabel kepatuhan minum obat dikategorikan menjadi 2 yaitu : Kategori
:
Patuh minum obat : bila jawaban ya minum obat setiap hari atau dalam takaran minimal 2/3 dari jadwal minum obat sesuai dengan tipe penyakitnya yang disesuaikan dengan melihat kartu penderita dan blister obat. Tidak patuh minum obat : bila minum obat tidak sesuai dengan jadwal/takaran dan disesuaikan dengan melihat kartu dan blister obat.
Cara ukur
: Wawancara disesuaikan dengan melihat kartu penderita
Alat ukur
: Kuesioner
Skala Ukur
: Nominal
3.7. Metode Analisa Data
Analisis untuk mengetahui gambaran deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi disebut analisis univariat, analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Dan akan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
diketahui variabel mana yang berhubungan dengan variabel dependent bermakna secara statistik. Jenis data adalah kategori maka analisis yang digunakan adalah chisquare. Analisis multivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependent dengan melakukan uji regresi logistik yang didapatkan dari uji bivariat dimana variabel yang mempunyai nilai p< 0,25 dapat dijadikan variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepatuhan minum obat. Analisis ini akan menggunakan komputer dengan program SPSS for windows.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan geografi Kabupaten Asahan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografi berada pada 20- 30 Lintang Utara dan 990- 1000 Bujur Timur dengan ketinggian 0-2.121 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Asahan keseluruhannya 4.624,41 Km2 terdiri dari 20 kecamatan, 237 desa dan 34 kelurahan yang berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Toba Samosir dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 4.1.2. Keadaan penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Asahan hasil registrasi penduduk tahun 2006 adalah 1.024.369 jiwa terdiri dari 515.048
laki-laki dan 509.321
perempuan,
sedangkan kepadatan penduduk sebesar 222 jiwa /km2. Pada umumnya (47,39%) penduduk bekerja sebagai petani, 3,05 % sebagai PNS/TNI/Polri selebihnya adalah pedagang dan nelayan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.1.3. Sumber daya kesehatan Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Asahan terdiri dari rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, puskesmas, polindes, praktek dokter dan lain-lain dapat dilihat pada tabel 5 berikut di bawah ini : Tabel 5. Distribusi Sarana Kesehatan di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Sarana Kesehatan Pemerintah Rumah sakit
Jumlah 6
Puskesmas
24
Puskesmas Pembantu
168
Puskesmas Keliling
19
Pondok Bersalin
39
Balai Pengobatan
114
Rumah Bersalin
1
Praktek dr dan drg
65
Praktek Bidan
139
Apotik/Toko Obat
60
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan memiliki 24 unit puskesmas yang tersebar di 20 kecamatan dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 874 orang dimana di dalamnya sudah terdapat 30 orang petugas kusta. Terlihat dalam tabel bahwa petugas kesehatan terbanyak termasuk petugas kusta
terdapat di puskesmas Kisaran Timur. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Distribusi Puskesmas, Tenaga Kesehatan dan Petugas Kusta di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Kecamatan BP. Mandoge Bandar Pulau Pulau Rakyat Aek Kuasan Sei Kepayang Tanjung Balai Simpang Empat Air Batu Buntu Pane Meranti Air Joman Tanjung Tiram Sei Balai Talawi Lima puluh Air Putih Sei Suka Medang Deras Kisaran Barat Kisaran Timur Jumlah
Puskesmas
Petugas Kusta
1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 24
1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 30
Tenaga Kesehatan 29 28 35 36 35 31 35 68 41 56 39 36 27 44 69 37 60 40 49 79 874
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan
4.1.4. Penderita kusta Jumlah penderita kusta di Kabupaten Asahan sebanyak 56 orang dan jumlah yang selesai berobat (Reliase From Ttreatment) 4 orang. Terlihat dalam tabel 7 penderita kusta terbanyak berada pada wilayah kerja puskesmas Sei Balai yaitu sebanyak 20 penderita kusta. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 7. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Kecamatan
Puskesmas
BP. Mandoge Bandar Pulau Pulau Rakyat Aek Kuasan Sei Kepayang Tanjung Balai Simpang Empat Air Batu
BP Mandoge Aek songsongan Pulau Rakyat Aek Loba Sei Kepayang Sei Apung Simpang Empat Air Batu Hessa Air Genting Tinggi Raja Meranti Rawang Pasar IV B.Serbangan Tanjung Tiram Sei Balai Labuhan Ruku Lima Puluh Kedai Sianam Indrapura Pematang Panjang Pagurawan Sidodadi Gambir Baru Mutiara
Buntu Pane Meranti Air Joman Tanjung Tiram Sei Balai Talawi Lima puluh Air Putih Sei Suka Medang Deras Kisaran Barat Kisaran Timur
Jumlah
Penderita Kusta RFT %RFT Tipe MB PB 1 3 2 2(MB) 100% 4 1 2 1 1(MB) 100% 3 1 3 19 1 2 9 2 1 1 1(PB) 50% 1 1 53 3 4 7,14%
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat melihat distribusi frekuensi dari variabel independent dan dependent terhadap kepatuhan minum obat penderita kusta di Kabupaten Asahan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.2.1 Faktor internal 1. Karakteristik penderita Tabel 8.Distribusi Frekuensi menurut Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Penderita di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Umur 2 -13 (anak-anak) 14 -18 (remaja) 19 -59 (dewasa) 60 ke atas (usia lanjut/tua) Jumlah Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Jumlah Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Nelayan Petani Tidak Bekerja PNS Pegawai Swasta Jumlah Penggolongan
umur
Frekuensi
Persentase
6 6 40 4 56
10,7 10,7 71,4 7,1 100,0
18 38
32,1 67,9
56
pada
tabel
8
27 17 12 56
48,2 30,4 21,4 100,0
5 20 31 56
8,9 35,7 55,4 100,0
adalah
menurut
Hurlock
(1980)
memperlihatkan bahwa dari 56 penderita kusta 40 (71,4%) dewasa dan hanya 4 (7,1%) penderita tua, 37 (66,1%) penderita adalah laki-laki, pendidikan penderita kusta 27 (48,2%) adalah pendidikan SD, dan 12 (21,4%) pendidikan SLTA, dan 20
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
(35,7%) bekerja sebagai petani, 5 (8,9%) bekerja sebagai nelayan dan 31 (55,4%) penderita tidak bekerja. 2. Pengetahuan, sikap dan kepercayaan Tabel 9.Distribusi Frekuensi menurut Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan Penderita di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Frekuensi
Persentase
23 33 56
41,1 58,9 100,0
33 23 56
58,9 41,1 100,0
38 18 56
67,9 32,1 100,0
Variabel Pengetahuan Baik Kurang Baik Jumlah Sikap Baik Kurang Baik Jumlah Kepercayaan Benar Kurang Benar Jumlah
Dari tabel 9 di atas menunjukkan bahwa dari 56 penderita kusta, yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 23 (41,1%), dan 33 (58,9%) memiliki pengetahuan kurang baik, yang bersikap baik sebanyak 33 (58,9%), dan 23 (41,1%) bersikap kurang baik, penderita kusta yang kepercayaan benar 38 (67,9%) dan kepercayaan kurang benar sebanyak 18 (32,1%).
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.2.2. Faktor eksternal Tabel 10. Distribusi Frekuensi menurut Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta, Cacat Kusta dan Efek Samping Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Peran Keluarga Berperan Kurang Berperan Jumlah Peran Petugas Berperan Kurang Berperan Jumlah Lama Minum Obat Tidak Lama Minum Obat Lama Minum Obat Jumlah Reaksi kusta Ada Reaksi Tidak Ada Reaksi Jumlah Cacat Kusta Cacat Tidak Cacat Jumlah Efek Samping Obat Tidak Ada Efek Ada Efek Jumlah
Frekuensi
Persentase
34 22 56
60,7 39,3 100,0
25 31 56
44,6 55,4 100,0
18 38 56
32,1 67,9 100,0
43 13 56
76,8 23,2 100,0
35 21 56
62,5 37,5 100,0
13 43 56
23,2 76,8 100,0
Pada tabel 10 menunjukkan dari 56 penderita kusta 34 (60,7%) menyatakan keluarga berperan dan 25 (44,6%) menyatakan petugas berperan. Yang menyatakan lama minum obat sebanyak 16 (28,6%), menyatakan ada reaksi
35 ( 62,5%),
menyatakan ada cacat 34 (60,75) dan 42 (75,0%) menyatakan ada efek samping.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.2.3. Kepatuhan minum Tabel 11.Distribusi Frekuensi menurut Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Kepatuhan
Frekuensi
Persentase
Patuh
34
60,7
Tidak patuh
22
39,3
Jumlah
56
100,0
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa dari 56 penderita kusta, sebanyak 34 (60,7%) patuh minum obat dan 22 (39,3%) tidak patuh minum obat. 4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan variabel independent dengan variable dependent. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05 4.3.1. Faktor internal 1. Hubungan umur dengan kepatuhan minum obat Tabel 12. Distribusi Responden menurut Umur dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Umur
N
%
Tidak produktif (<20 thn)
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 17 81,0 4 19,0
21
100,0
Produktif (≥20 thn)
17
35
100,0
48,6
18
51,4
Total
P value 0,034
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari tabel di atas terlihat sebanyak 20 responden berumur < 20 tahun usia tidak produktif dan 36 responden berumur ≥ 20 tahun usia produktif. Hasil uji chi-square pada tabel 12 menunjukkan 20 penderita kusta berumur < 20 tahun sebanyak 17 (85,0%) penderita patuh minum obat. Dan 36 penderita kusta berumur ≥ 20 tahun 7 (47,2%) patuh minum obat. Hasil uji statistik nilai p = 0,013 < 0,05 berarti ada hubungan umur dengan kepatuhan minum obat 2. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat Tabel 13. Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007
N
%
Perempuan
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 15 83,3 3 16,7
18
100,0
Laki-laki
19
38
100,0
Jenis Kelamin
50,0
19
50,0
Total
P value 0,036
Pada tabel 13 di atas hasil uji chi-square menunjukkan 18 penderita kusta perempuan 15 (83,3%) patuh minum obat sedangkan dari 38 penderita laki-laki 19 orang (50,0%) patuh minum obat, dan secara statistik nilai p = 0,036 < 0,05 berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
3. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum obat Tabel 14. Distribusi Responden menurut Pendidikan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007
N
%
Tinggi
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 12 92,3 1 7,7
13
100,0
Rendah
22
43
100,0
Pendidikan
51,2
21
48,8
Total
P value 0,019
Pada tabel 14 hasil uji chi-square menunjukkan bahwa 13 penderita kusta berpendidikan tinggi sebanyak 12 (92,3%) patuh minum obat dan 43 penderita kusta pendidikan rendah 22 (51,2%) patuh minum obat. Secara statistik ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum obat terlihat dari p = 0,019 < 0,05. 4. Hubungan pekerjaan dengan kepatuhan minum obat Tabel 15. Distribusi Responden menurut Pekerjaan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 Pekerjaan
N
%
Tidak Bekerja
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 17 54,8 14 45,2
31
100,0
Bekerja
17
25
100,0
68,0
8
32,0
Total
P value 0,467
Pada tabel 15 di atas hasil uji chi-square menunjukkan bahwa 31 penderita yang tidak bekerja 17 (54,8%) patuh minum obat dan dari 25 penderita kusta yang bekerja
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
17 (68,0%) penderita yang patuh minum obat. Secara statistik nilai p = 0,467 > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan minum obat 5. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat Tabel 16. Distribusi Responden menurut Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 Pengetahuan
N
%
Baik
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 18 78,3 5 21,7
23
100,0
Kurang Baik
16
33
100,0
48,5
17
51,5
Total
P value 0,049
Pada tabel 16 di atas hasil uji chi-square menunjukkan bahwa 23 penderita kusta pengetahuan baik 18 (78,3%) patuh minum obat dan 33 penderita kusta pengetahuan kurang baik 16
(48,5%) patuh minum obat. Secara statistik ada
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat karena nilai p value 0,049 < 0,05 6. Hubungan sikap dengan kepatuhan minum obat Tabel 17. Distribusi Responden menurut Sikap dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 Sikap
N
%
Baik
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 22 66,7 11 33,3
33
100,0
Kurang Baik
12
23
100,0
52,2
11
47,8
Total
P value 0,415
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada tabel 17 di atas hasil uji chi-square menunjukkan bahwa penderita kusta mempunyai sikap baik patuh minum obat sebesar 22 (66,7%), sedangkan yang mempunyai sikap kurang baik sebanyak 12 (52,2%) patuh minum obat. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,415 > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat. 7. Hubungan kepercayaan dengan kepatuhan minum obat Tabel 18. Distribusi Responden menurut Kepercayaan dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007
N
%
Benar
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 21 55,3 17 44,7
38
100,0
Kurang Benar
13
18
100,0
Kepercayaan
Pada tabel 18 di atas kepercayaan benar 21
72,2
5
27,8
Total
P value 0,357
hasil uji chi-square terlihat 38 penderita kusta
(55,3%) patuh minum obat dan 18 penderita kusta
kepercayaan kurang baik 13 (72,2%) patuh minum obat. Secara statistik nilai p = 0,357 > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan kepatuhan minum obat.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.3.2. Faktor eksternal 1. Hubungan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat Tabel 19. Distribusi Responden menurut Peran Keluarga dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007
N
%
Berperan
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 25 73,5 9 26,5
34
100,0
Kurang berperan
9
22
100,0
Peran Keluarga
40,9
13
59,1
Total
P value 0,031
Pada tabel 19. di atas hasil uji chi-square 34 penderita menyatakan peran keluarga berperan 25 (73,5%) patuh minum obat dan 22 penderita
menyatakan
peran keluarga kurang berperan 9 (40,9%) patuh minum obat. Ada hubungan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat terlihat nilai p value 0,031< 0,05. 2. Hubungan peran petugas dengan kepatuhan minum obat Tabel 20. Distribusi Responden menurut Peran Petugas dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 Peran Petugas
N
%
Berperan
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 21 84,0 4 16,8
25
100,0
Kurang Berperan
13
31
100,0
41,9
18
58,1
Total
P value 0,003
Pada tabel 20 di atas terlihat bahwa hasil uji chi-square menunjukkan dari 25 penderita kusta menyatakan peran petugas berperan 21 (84,0%) patuh minum obat, dan dari 31 penderita kusta menyatakan peran petugas kurang berperan berperan 13
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
orang (41,9%) patuh minum obat. Secara statistik ada hubungan peran petugas dengan kepatuhan minum obat karena nilai p value 0,003 < 0,05. 3. Hubungan lama minum obat dengan kepatuhan minum obat Tabel 21. Distribusi Responden menurut Lama Minum Obat dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007
N
%
Tidak Lama
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 15 83,3 3 16,7
18
100,0
Lama
19
38
100,0
Lama Minum Obat
50,0
19
50,0
Total
P value 0,036
Dari tabel 21 di atas hasil analisa chi- square menunjukkan dari 18 penderita kusta menyatakan tidak lama minum obat 15 (83,3%) patuh minum obat dan dari 38 penderita kusta yang menyatakan lama minum obat 19 (50,0%) patuh minum obat. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara lama minum obat dengan kepatuhan minum obat terlihat dari p value 0,036 > 0,05. 4. Hubungan reaksi kusta dengan kepatuhan minum obat Tabel 22. Distribusi Responden menurut Reaksi Kusta dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Reaksi Kusta
N
%
Ada Reaksi
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 22 51,2 21 48,8
43
100,0
Tidak Ada Reaksi
12
13
100,0
92,3
1
7,7
Total
P value 0,019
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada tabel 22 menunjukkan dari 43 penderita kusta yang ternyata ada reaksi 22 (51,2%) patuh minum obat dan 13 penderita yang menyatakan tidak ada reaksi 12 (92,3%) patuh minum obat. Nilai p value sebesar 0,019 < 0,05 artinya ada hubungan reaksi kusta dengan kepatuhan minum obat. 5. Hubungan cacat kusta dengan kepatuhan minum obat Tabel 23. Distribusi Responden menurut Penderita Cacat dan Tidak Cacat Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007
N
%
Cacat
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 26 74,3 9 25,7
35
100,0
Tidak Cacat
8
21
100,0
Cacat Kusta
38,1
13
61,9
Total
P value 0,016
Pada tabel 23 hasil analisa uji chi-square memperlihatkan dari 35 penderita kusta yang
cacat, 26 (74,3%) patuh minum obat dan dari 21 penderita yang tidak
ada cacat 8 (38,1%) patuh minum obat. Secara statistik ada hubungan antara cacat kusta dengan kepatuhan minum obat, terlihat dari p value 0,016< 0,05. 6. Hubungan efek samping obat dengan kepatuhan minum obat Tabel 24. Distribusi Responden menurut Efek Samping Obat dan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan tahun 2007 Efek Samping Obat
N
%
Tidak ada Efek
Kepatuhan Minum Obat Patuh Tidak patuh n % n % 9 69,2 4 30,8
13
100,0
Ada Efek
25
43
100,0
58,1
18
41,9
Total
P value 0,694
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada tabel 24 dari uji chi-square terlihat 13 penderita menyatakan tidak ada efek samping obat 9 (69,2%) patuh minum obat dan 43 penderita menyatakan ada efek samping obat 25 (58,1%) patuh minum obat. Tidak ada hubungan efek samping obat dengan kepatuhan minum obat karena nilai p value 0,694 > 0,05. 4.4 Analisis Multivariat 4.4.1. Pemilihan variabel multivariat Dalam penelitian ini terdapat tiga belas variabel independent yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi kusta, cacat kusta dan efek samping obat. Untuk menjadikan variabel multivariat terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan uji regresi logistik dan sebagai variabel dependen adalah kepatuhan minum obat. Dari analisis bila variabel memiliki p < 0,25 maka variabel tersebut masuk dalam analisis multivariat. Setelah dilakukan analisis bivariat, secara bersama-sama dilakukan analisis multivariat, kemudian variabel
memiliki nilai p>0,05 akan
dikeluarkan secara berurutan dimulai dari nilai p value terbesar. Dari tabel 25 ternyata ada sepuluh variabel yang p value < 0,25 yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, kepercayaan, peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi dan cacat kusta ikut dalam analisis multivariat sedangkan variabel pekerjaan, sikap dan efek samping obat nilai p value > 0,25 maka tidak dilakukan analisis multivariat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 25. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta, Cacat Kusta dan Efek Samping Obat dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Independen
Log-likelihood
G
P value
Umur
68,942
06,099
0,014*
Jenis kelamin
67,840
07,201
0,013*
Pendidikan
66,638
08,403
0,004*
Pekerjaan
74,028
01,013
0,314
Pengetahuan
69,802
05,239
0,022*
Sikap
73,851
01,190
0,275
Kepercayaan
73,528
01,513
0,219*
Peran keluarga
69,066
05,975
0,015*
Peran petugas
64,149
10,892
0,001*
Lama minum obat
68,899
06,142
0,013*
Reaksi kusta
66,638
08,403
0,004*
Cacat kusta
67,813
07,228
0,007*
Efek samping obat
74,514
00,527
0,468
* = variabel sebagai kandidat multivariate
4.4.2. Penentuan variabel yang dominan Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling ber pengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Dalam analisis ini semua variabel dicobakan bersama-sama, kemudian variabel yang p valuenya > 0,05 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari nilai p value yang terbesar. Hasil analisis dapat kita lihat tabel 26 berikut ini :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 26. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, Reaksi Kusta dan Cacat Kusta, dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel
Umur Jenis kelamin Pendidikan Pengetahuan Kepercayaan Peran keluarga Peran petugas Lama minum obat Reaksi kusta Cacat kusta Constant
B
P value
1,162 1,733 1,790 1,293 -1,501 1,965 1,785 1,522 -1,956 ,0,113 -7,224
0,426 0,196 0,271 0,260 0,182 0,100 0,069 0,173 0,216 0,910* 0,003
* = variabel yang akan dikeluarkan
Tabel 26 terlihat semua variabel p value > 0,05, maka dilakukan pengeluaran variabel. Pengeluaran dilakukan dari variabel p valuenya terbesar yaitu variabel cacat (p value 0,910), sehingga proses selanjutnya variabel tersebut tidak diikutkan. Tabel 27. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat, dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel
Umur Jenis kelamin Pendidikan Pengetahuan Kepercayaan Peran keluarga Peran petugas Lama minum obat Reaksi kusta Constant
B
P value
1,167 1,757 1,823 1,277 -1,559 1,988 1,819 1,523 -1,980 -7,232
0,424* 0,186 0,258 0,261 0,122 0,092 0,052 0,173 0,206 0,003
* = variabel yang akan dikeluarkan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada tabel 27 terlihat
variabel umur mempunyai p value terbesar diantara
variabel yang lain yaitu sebesar 0,424 > 0,05 . Dengan demikian variabel umur dikeluarkan, kemudian dilakukan analisis berikutnya tanpa mengikutkan variabel umur dan hasilnya seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 28. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas,Lama Minum Obat dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel
B
P Value
Jenis kelamin
1,912
0,132
Pendidikan
2,595
0,064
Pengetahuan
0,909
0,363*
Kepercayaan
-1,643
0,101
Peran keluarga
1,662
0,099
Peran petugas
1,816
0,051
Lama minum obat
1,481
0,175
Reaksi kusta
-2,592
0,068
Constant
-6,597
0,002
* = variabel yang akan dikeluarkan
Dari tabel 28
terlihat variabel peran keluarga mempunyai p value terbesar
diantara variabel lainnya sebesar 0,137 > 0,05. Dengan demikian variabel peran keluarga dikeluarkan. Kemudian dilakukan lagi analisis berikutnya
tanpa
mengikutkan variabel peran keluarga dan hasilnya seperti dalam tabel dibawah ini :
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 29. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, Lama Minum Obat dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Jenis kelamin Pendidikan Kepercayaan Peran keluarga Peran petugas Lama minum obat Reaksi kusta Constant
B 2,343 2,986 -1,735 1,492 1,743 1,295 -2,747 -6,379
P value 0,050 0,028 0,085 0,128 0,059 0,223* 0,054 0,002
* = variabel yang akan dikeluarkan
Dari tabel 29 di atas terlihat variabel yang p valuenya terbesar adalah variabel lama minum obat di mana nilai p value = 0,223 > 0,05 karena itu dilakukan pengeluaran variabel dan analisis selanjutnya lama minum obat tidak diikutkan lagi, hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 30. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Keluarga, Peran Petugas, dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Jenis kelamin
B 2,595
P Value 0,018
Pendidikan
3,253
0,017
Kepercayaan
-1,720
0,075
Peran keluarga
1,187
0,190*
Peran petugas
1,543
0,087
Reaksi kusta
-3,382
0,015
Constant
-5,543
0,002
* = variabel yang akan dikeluarkan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari tabel 30 di atas terlihat bahwa variabel peran keluarga mempunyai p value terbesar diantara variabel lainnya sebesar 0,190 > 0,05. Dengan demikian variabel peran keluarga dikeluarkan. Kemudian dilakukan lagi analisis berikutnya
tanpa
mengikutkan variabel peran keluarga dan hasilnya seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 31. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Kepercayaan, Peran Petugas, dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Jenis kelamin Pendidikan Kepercayaan Peran petugas Reaksi kusta Constant
B
P Value
2,083 3,368 -1,561 1,937 -3,538 -5,030
0,029 0,010 0,101* 0,028 0,010 0,002
* = variabel yang akan dikeluarkan
Dari tabel 31 di atas terlihat bahwa variabel kepercayaan mempunyai p value terbesar diantara variabel lainnya sebesar 0,101 > 0,05. Dengan demikian variabel kepercayaan
dikeluarkan. Kemudian dilakukan lagi analisis berikutnya
tanpa
mengikutkan variabel kepercayaan dan hasilnya seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 32. Hasil Akhir Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Peran Petugas, dan Reaksi Kusta dengan Kepatuhan Minum Obat di Kabupaten Asahan Tahun 2007 Variabel Jenis kelamin Pendidikan Peran petugas Reaksi kusta Constant
B
P Value
1,722 3,063 1,809 -2,982 -4,922
0,048 0,011 0,024 0,015 0,001
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pada tabel 32 di atas adalah merupakan
hasil akhir analisis multivariat regresi
logistik karena variabel jenis kelamin, pendidikan, peran petugas dan reaksi kusta mempunyai p value < 0,05, berarti variabel-variabel tersebut tidak dikeluarkan, dengan demikian ke empat variabel mempunyai pengaruh
terhadap kepatuhan
minum obat dan variabel yang paling berpegaruh terhadap kepatuhan minum obat adalah pendidikan dengan nilai p value 0,011, karena nilai p value terkecil dari variabel lainnya.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Faktor Internal 5.1.1. Karakteristik penderita a. Umur Hasil uji chi-square menunjukkan persentase responden dari 21 usia tidak produktif (< 20 tahun) 17 ( 81,0%) patuh minum obat dan dari 35 yang berumur ≥ 20 tahun (produktif) 17 (48,6%) patuh minum obat, terlihat persentase umur < 20 tahun lebih besar patuh minum obat dibanding dengan umur
≥ 20 tahun, dan secara
statistik ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepatuhan minum obat karena p value (0,034) < α (0,05). Sama halnya dengan penelitian Djaiman dkk (1996) bahwa lebih banyak dijumpai penderita pada kelompok usia produktif sebanyak 84,1%, dikatannya bahwa titik berat pembangunan salah satunya pembangunan sumber daya manusia, maka penanganan penyakit kusta terutama pada usia produktif perlu mendapat penaganan yang serius. Hasil uji chi-square penelitian di atas sama dengan penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepatuhan minum obat. Sama halnya dengan pendapat Joenoes untuk patuh minum obat berhubungan dengan faktor individu penderita antara lain umur penderita.Hal ini sesuai juga dengan pendapat La Greca dalam Smet (1994) bahwa anak-anak dan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
remaja lebih patuh minum obat dibandingkan dengan lanjut usia, karena pada usia lanjut dipengaruhi daya ingat yang berkurang dan sering tinggal dirumah hanya sendiri, sehingga tidak teratur minum obat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, ternyata tidak ada pengaruh umur terhadap kepatuhan minum obat karena nilai p value = 0,424 < 0,05.
Hal yang sama juga pada hasil penelitian Oesman (1993) di Kabupaten
Tangerang bahwa tidak ada pengaruh umur terhadap keteraturan berobat. b. Jenis kelamin Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa persentase responden
dari 18
perempuan 15 (83,3%) patuh minum obat, sedangkan 38 laki-laki 19 (50,0%) patuh minum obat, terlihat presentase perempuan lebih banyak patuh minum obat dibanding dengan laki-laki, dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kepatuhan minum obat karena p value (0,036) lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian Djaiman dkk (1996) penderita kusta lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 70,5%
sedangkan
perempuan 29,5%. Sama halnya menurut Depkes RI (2006) distribusi epidemiologi kusta menurut jenis kelamin, penderita kusta lebih banyak menyerang laki-laki dari pada perempuan. Sama juga dengan pendapat Joenoes
patuh minum obat
berhubungan dengan faktor individu penderita antara lain jenis kelamin penderita. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, ada pengaruh jenis kelamin terhadap kepatuhan minum obat karena nilai p value = 0,048 < 0,05.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Hal ini sejalan dengan teori Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan minum obat dipengaruhi faktor dari dalam penderita antara lain jenis kelamin. Menurut pendapat Smet (1994) kaum perempuan cenderung lebih patuh minum obat untuk kesembuhannya dibanding dengan laki-laki, karena sesuai dengan kodrat wanita untuk dapat berpenampilan menarik, karena setiap penyakit yang berakibat buruk terhadap penampilannya diupayakan untuk tidak terjadi dengan mematuhi segala anjuran teratur minum obat. c. Pendidikan Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa proporsi responden dari 13 yang
pendidikan tinggi 12 (92,3%) patuh minum obat sedangkan dari 43 responden pendidikan rendah 22 (51,2%) patuh minum obat, terlihat
pendidikan tinggi
persentase patuh minum obat lebih besar dibanding dengan responden yang pendidikan rendah dan
secara statistik
ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kepatuhan minum obat karena p value 0,019 < 0,05 Hasil penelitian di atas sama dengan hasil penelitian Masduki di Kabupaten Kuningan (1993) bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta. Sama juga pendapat Joenoes bahwa patuh minum obat berhubungan dengan faktor individu antara lain pendidikan. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, ternyata pendidikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan minum obat karena nilai p value terendah dari variabel lain yakni 0,011 > 0,05.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Hal ini dapat terjadi karena pendidikan adalah suatu proses belajar artinya di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat terjadi dimana , kapan dan oleh siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Sama halnya dengan pendapat Notoatmodjo (1993) bahwa pendidikan akan membuat individu menuju kepada suatu perubahan yang diinginkan. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan dimana pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan suatu objek tertentu, dan bila penderita tahu minum obat dengan teratur akan memperoleh kesembuhan, maka penderita akan patuh. Hal ini sama dengan teori Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan minum obat adalah tindakan nyata yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri antara lain pendidikan penderita. Pendapat Smet (1994) mengatakan bahwa pendidikan yang kurang akan menyebabkan penderita tidak patuh minum obat, apalagi kalau penderita buta huruf, perlu penanganan lebih teliti untuk mengartikan instruksi tatacara penggunaan obat. d. Pekerjaan Hasil uji bivariat, menunjukkan bahwa dari 31 penderita kusta yang tidak bekerja 17 ( 54,8% ) patuh minum obat sedangkan dari 25 penderita yang bekerja 17
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
(68,0%) patuh minum obat. Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kepatuhan minum obat, karena nilai p value (0,467) > 0,05. Secara persentase penderita yang bekerja lebih banyak patuh minum obat, hal ini disebabkan karena
ternyata
penyakitnya mempunyai pengaruh timbal balik dengan pekerjaannya tersebut maka penderita akan lebih termotivasi untuk lebih patuh berobat dibandingkan mereka yang tidak bekerja, karena pekerjaan adalah sumber mata pencahariannya. Hasil penelitian di atas sama dengan penelitian Komariah (1998) bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna
antara pekerjaan dengan ketaatan berobat pada
penderita kusta dan selanjutnya, hasil analisis multivariat variabel pekerjaan tidak termasuk dalam analisis multivariat dengan demikian tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kepatuhan minum obat. 5.1.2. Pengetahuan Proporsi pengetahuan responden dari 23 yang pengetahuan baik patuh minum obat 18 (78,3%) sedangkan 33 responden yang pengetahuan kurang baik sebanyak 16 (48,5%) patuh minum obat, terlihat bahwa persentase penderita kusta yang pengetahuan baik lebih patuh minum obat dibanding dengan pederita yang pengetahuan kurang dan secara statistik
ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat karena p value 0,049 < 0,05 Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Masduki (1993) bahwa pengetahuan mempunyai hubungan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta. Hasil
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
yang sama juga ditunjukkan oleh Harjo (2000) dalam penelitiannya terhadap penderita kusta, bahwa secara statistik ada hubungan antara pengetahuan penderita kusta dengan keteraturan berobat. Hasil penelitian yang sama juga diperlihatkan oleh Nazar (1997) ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat. Pengetahuan responden adalah pengetahuan mengenai penyakit kusta yang diterima secara langsung dari petugas kesehatan sewaktu mendapat pengobatan maupun melalui media lainnya sebelum dan sewaktu berobat sehingga diharapkan dapat merubah perilaku untuk teratur berobat maupun minum obat untuk mencapai kesembuhan. Penyuluhan secara intensif secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan pengetahuan yang akhirnya akan mendorong meningkatkan keteraturan berobat maupun minum obat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ternyata tidak ada pengaruh pengetahuan
terhadap
kepatuhan minum obat ditunjukkan dengan nilai p value = 0,363 > 0,05 . Hal ini tdak sama dengan
teori L.Green dalam Notoatmojo (2005) yang menyatakan perilaku
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan persepsi), faktor pendukung dan faktor penguat. Dan tidak sama juga dengan pendapat Notoatmodjo pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bias informasi dari responden dalam memberikan jawaban tentang pengetahuan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
5.1.3. Sikap Dari hasil bivariat ditemukan bahwa 33 penderita kusta yang bersikap baik ternyata 22 (66,7%) yang patuh minum obat dan dari penderita yang bersikap kurang baik patuh minum obat sebanyak 12 (52,2%) dan secara statistik nilai p valuenya 0,415>0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum obat. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harjo (2000) di Kabupaten Majalengka bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketidakteraturan berobat penderita kusta. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, variabel sikap tidak termasuk dalam analisis multivariat dengan demikian tidak ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan minum obat. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Fajar (2002) di Kabupaten Gresik pada penderita kusta hasilnya berbeda, dimana pada penelitian tersebut
ada pengaruh sikap penderita terhadap pengobatan dini dan
pengobatan teratur, karena dengan pengobatan yang teratur dan patuh minum obat si penderita akan mengalami kesembuhan. Sementara menurut Taylor dalam Azwar (2007) ketaatan penderita minum obat sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilaku atau sikapnya apakah pasien mengikuti apa yang dianjurkan oleh petugas untuk dilaksanakan guna mencapai kesembuhan. Perbedaan ini terjadi seperti yang diungkapkan Thustone dan Likert bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi, reaksi yang mendukung, memihak atau tidak memihak pada objek tertentu.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
5.1.4. Kepercayaan Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa dari 38 penderita yang kepercayaan benar 21 (55,3%) patuh minum obat sedangkan responden yang kepercayaan kurang benar 13 (72,2 %), dan secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan dengan kepatuhan minum obat karena p value 0,357 > 0,05. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian kualitatif Racmalia dan Sunanti (1999) di Kabupaten Bangkalan mereka percaya penyakit kusta disebabkan guna-guna, penyakit kutukan dan sihir, namun rasa ketakutan akan penyakit kusta yang mendorong mereka untuk berobat ke puskesmas agar lekas sembuh sehingga mematuhi anjuran minum obat. Setelah dilakukan analisis multivariate dengan uji regresi logistik, kepercayaan variabel yang nilai p value = 0,101 > 0,05 artinya tidak ada pengaruh kepercayaan terhadap kepatuhan minum obat. Hasil penelitian Oesman (1993) di Tangerang memperlihatkan hasil yang berbeda, dimana kepercayaan mempengaruhi keteraturan minum obat. Adanya perbedaan hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas, dapat dijelaskan bahwa menurut Krech dkk dalam Sarwono (1997) kepercayaan dapat tumbuh jika orang berulang-ulang kali mendapat informasi, kemungkinan masyarakat di daerah penelitian Oesman, Racmalia dan Sunanti berulang-ulang kali memperoleh informasi tentang pentingnya minum obat kusta menyebabkan mereka percaya dan teratur minum obat dan berobat ke puskesmas agar memperoleh kesembuhan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
5.2. Faktor Eksternal 5.2.1. Peran keluarga Proporsi responden dari 34 yang menyatakan peran keluarga berperan 25 (73,5%) patuh minum obat dan dari 22 yang menyatakan peran keluarga kurang berperan 9 (40,9%) patuh minum obat terlihat bahwa persentase responden yang menyatakan keluarga
berperan lebih banyak patuh minum obat dibandingkan
responden yang menyatakan peran keluarga kurang berperan. Secara statistik dengan uji chi-square ada hubungan yang bermakna dengan kepatuhan minum obat karena p value (0,031) yang lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Racmalina dan Sunanti (1999) bahwa peran anggota keluarga membantu penderita kusta minum obat. Dan hasil penelitian Komaria (2000) juga menyatakan mereka yang sakit dalam mencari pelayanan kesehatan terlebih dahulu mendiskusikan sakitnya kepada seseorang terutama keluarga dan saudaranya, hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmojo (1985)
menyatakan
sebelum
individu
mencari
pelayanan
kesehatan
yang
professional, biasanya lebih dahulu meminta nasehat dari keluarga dan teman. Orang yang didukung keluarga dalam melakukan sesuatu hal, cenderung akan melakukan peraturan yang telah ditentukan, begitu juga dengan pengobatan, bila di dukung keluarga akan teratur minum obat, karena selalu diingatkan untuk minum obat. Setelah dilakukan
analisis multivariat, ternyata tidak ada pengaruh peran
keluarga terhadap kepatuhan minum obat karena nilai p value = 0,190 > 0,05, hal ini
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
tidak sama dengan penelitian Fajar (2002) bahwa peran keluarga mempengaruhi pengobatan teratur pada penderita kusta dan berbeda juga dengan teori Skiner bahwa kepatuhan penderita untuk minum obat dipengaruhi peran keluarga 5.2.2. Peran Petugas Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa dari 25 responden yang menyatakan peran petugas kurang berperan patuh minum obat 21 (84,0%) sedangkan dari 31 responden yang menyatakan peran petugas berperan patuh minum obat 13 (41,9%) dan secara statistik
ada hubungan yang bermakna antara peran petugas dengan
kepatuhan minum obat karena p value (0,003) < α (0,05). Terlihat dari data di atas 25 responden menyatakan petugas kesehatan kurang berperan, hal ini dapat saja terjadi karena di Kabupaten Asahan pembagian petugas kusta kurang merata di beberapa puskesmas, karena ada puskesmas yang penderita kustanya hanya satu orang namun petugas kustanya tiga orang sementara puskesmas yang memiliki 20 penderita kusta, petugas kusta hanya satu orang, karena menurut Depkes RI (2000) penderita terputus pengobatannya disamping karena keterbatasan obat di puskesmas juga pelayanan puskesmas atau tidak ada petugas dipuskemas ketika datang mengambil obat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, ternyata ada pengaruh peran petugas terhadap kepatuhan minum obat, karena nilai p value = 0,024 < 0,05. Hasil penelitian yang sama diperlihatkan oleh Rachmalina dan Sunanti (1999) bahwa ada pengaruh peran petugas kesehatan terhadap ketaatan penderita berobat.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut Joenoes (1998) seorang petugas kesehatan yang tidak komunikatif terhadap penderita akan menyebabkan penderita tidak mematuhi atau tidak menggunakan obat yang diberikan padanya. Penyuluhan yang efektif diberikan petugas kesehatan akan memberikan motivasi untuk patuh oleh penderita. Efektivitas komunikasi petugas dengan penderita akan membuat penderita patuh menggunakan obat, dengan jelas mengutarakan berapa jumlah obat sekali pakai, berapa kali sehari dan harus diteruskan berapa hari. Joenoes juga menyatakan apabila penderita tidak dapat baca tulis maka petugas kesehatan memberikan keterangan secara lisan dan berulang-ulang sehingga penderita merasa yakin atau mengerti keterangan yang diberikan. 5.2.3. Lama minum obat Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan dari 18 penderita yang mengatakan tidak lama minum obat ternyata 15 (83,3%) patuh minum obat 3 (16,7%) tidak patuh minum obat sedangkan 38 penderita kusta yang mengatakan tidak lama minum obat hanya 19 (50,0%) patuh minum obat dan 19 (50,0%) tidak patuh minum obat. Secara statistik penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara lama minum obat dengan kepatuhan minum obat, karena nilai p value 0,036 > 0,05. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan pendapat
Joenes (1998) yakni
penyakit kronis membuat penderita lebih sering tidak patuh untuk minum obat karena penyakit terlalu lama untuk sembuh. Menurut Depkes RI (2006) pengobatan untuk kusta tipe Multi Baciller diberikan secara teratur dalam waktu 12-18 bulan dan pada
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
tipe Pauce Bacciler selama 6-9 bulan, dengan jangka waktu tersebut
penderita
merasa bosan sehingga penderita kusta kemungkinan tidak patuh minum obat. Setelah dilakukan analisis multivariat, ternyata tidak ada pengaruh lama minum obat
terhadap kepatuhan minum obat karena nilai p value 0,223 > 0,05 hal ini
berbeda dengan pendapat Sarafino dalam Smet (1994) tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan penyakit kronis dengan cara pengobatan jangka panjang sekitar 54% sedangkan ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan penyakit akut dengan
pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78 %. Artinya
penderita patuh minum obat bila jangka waktu pendek untuk minum obat. 5.2.4. Reaksi kusta Dari analisis bivariat didapat bahwa reaksi kusta mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p = 0,019 < 0,05. Persentase responden yang menyatakan ada reaksi
patuh minum obat sebesar 22 (51,2%) sedangkan responden
yang
menyatakan ada reaksi patuh minum obat 12 (92,3%) terlihat persentase responden yang menyatakan tidak ada reaksi lebih besar patuh minum obat
dibanding dengan
responden yang menyatakan ada reaksi dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara reaksi kusta dengan kepatuhan minum obat karena p value (0,019) lebih kecil dari α (0,05). Dari hasil penelitian Pagolori (2002) menunjukkan hasil yang sama ada hubungan antara teratur minum obat dengan kejadian reaksi kusta. Setelah dilakukan analisis multivariat
ada pengaruh reaksi kusta terhadap
kepatuhan minum obat, karena nilai p value = 0,15 < 0,05. Hal ini sama dengan hasil
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
penelitian Oesman (1993) ada pengaruh reaksi kusta terhadap keteraturan berobat. Menurut Depkes RI (2006) reaksi kusta terjadi sebelum pengobatan terutama selama atau setelah pengobatan. Untuk mengurangi reaksi kusta setiap penderita diberikan obat penanganan reaksi dan tetap mengkomsumsi obat kusta. 5.2.5. Cacat kusta Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa proporsi responden
yang
menyatakan ada cacat patuh minum obat 26 (74,3%) sedangkan responden yang menyatakan tidak ada cacat patuh minum obat 8 (38,1%), dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara cacat kusta dengan kepatuhan minum obat karena p value (0,016) lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Gunadi (2000) di rumah sakit Tugu Semarang, terdapat hubungan yang bermakna antara kecacatan dengan keteraturan minum obat. Penelitian Hasnani (2002) menunjukkan riwayat keteraturan berobat ada hubungannya dengan kejadian cacat tingkat II. Adanya kecacatan yang disebabkan oleh penyakit kusta, menyebabkan betapa takutnya seseorang kehilangan anggota geraknya, sehingga akan menyebabkan seseorang untuk patuh minum obat agar tidak terjadi cacat bertambah berat. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik tidak ada pengaruh cacat kusta terhadap kepatuhan minum obat karena nilai p value = 0,910 < 0,05, hal ini sama dengan hasil penelitian Masduki (1993) di Kabupaten Kuningan bahwa tidak ada pengaruh cacat terhadap kepatuhan berobat penderita kusta. Menurut Depkes RI
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
(2006) penyakit kusta dapat menyebabkan kecacatan, namun kerusakan pada mata, tangan maupun kaki dapat dicegah dan diobati secara dini, dan pengobatan Multi Drug Therapy dapat membunuh kuman kusta tetapi cacat yang terlanjur terjadi tetap ada seumur hidup dengan perawatan diri dengan rajin, cacat tidak bertambah berat. 5.2.6. Efek samping obat Dari hasil bivariat ditemukan bahwa 13 penderita kusta yang menyatakan tidak ada efek samping obat ternyata 9 (69,20%) patuh minum obat dan dari 43 penderita yang menyatakan ada efek samping obat, 25 (58,1%) patuh minum obat Terlihat bahwa persentase yang menyatakan tidak ada efek samping obat lebih banyak patuh minum obat dibanding dengan panderita yang menyatakan ada efek samping obat, namun perbedaan ini tidak bermakna karena secara statistik tidak ada hubungan efek samping obat dengan kepatuhan minum obat karena nilai p value 0,694 > 0,05. Menurut Depkes RI (2006) pengobatan kusta menimbulkan efek samping antara lain air seni berwarna merah, perubahan warna kulit menjadi coklat ruam kulit yang gatal dan alergi. Dan akan membuat penderita kemungkinan tidak patuh minum obat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik variabel efek samping obat tidak termasuk dalam analisis multivariat dengan demikian tidak ada pengaruh efek samping obat terhadap kepatuhan minum obat. Hal ini
berbeda
menurut Joenoes (1998) bahwa kepatuhan penderita minum obat antara lain dari faktor obat itu sendiri yakni obat yang dapat memberikan efek samping tertentu menimbulkan keragu-raguan untuk meminum obat sehingga tidak teratur minum obat
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
5.3. Keterbatasan Penelitian Penguasaan ilmu dan pengetahuan peneliti tentang penyakit kusta terasa masih banyak kekurangan, namun peneliti berusaha membaca pustaka yang berhubungan dengan penelitian tersebut sebelum dimulai, disamping kekurangan dana, sarana dan pengalaman yang kurang dimiliki peneliti menyebabkan kurang sempurnanya penelitian ini. Pada saat wawancara kemungkinan adanya bias yang bersumber dari pewancara maupun dari responden dapat terjadi. Hal ini diakibatkan pemahaman seseorang pewancara berbeda dengan pewancara lain, sehingga pemahaman tentang satu pertanyaan di kuesioner mungkin saja berbeda. Untuk mengatasi hal ini peneliti sudah melakukan penjelasan dengan pewancara, dengan maksud ada kesamaan pemahaman terhadap pertanyaan. Keterbatasan pada desain yang digunakan pada penelitian ini dapat terjadi karena desain penelitian ini adalah desain cross sectional yang tidak dapat meneliti sebab akibat dan penelitian ini tidak perlu mengikuti perrkembangan penyakit pada subjek secara bertahun-tahun, melainkan cukup sesaat atau satu kali.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab terdahulu maka dapat disimpulkan : 1.
Berdasarkan uji chis–quare variabel
faktor internal yang
berhubungan
dengan kepatuhan minum obat di kabupaten Asahan tahun 2007 adalah variabel umur, jenis kelamin, pendidikan dan pengetahuan, variabel yang tidak berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah pekerjaan, kepercayaan dan sikap. 2. Berdasarkan uji chis–quare variabel faktor eksternal yang
berhubungan
dengan kepatuhan minum obat di kabupaten Asahan tahun 2007 adalah variabel peran keluarga, peran petugas, lama minum obat, reaksi kusta dan cacat kusta, yang tidak berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah variabel lama minum obat. 3. Berdasarkan uji regresi logistik variabel faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan minum obat di kabupaten Asahan tahun 2007 adalah jenis kelamin dan pendidikan, yang tidak mempengaruhi kepatuhan minum obat adalah variabel umur, pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan dan sikap.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
4. Berdasarkan uji regresi logistik variabel faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan minum obat di kabupaten Asahan tahun 2007 adalah peran petugas dan reaksi kusta, yang tidak mempengaruhi kepatuhan minum obat adalah variabel peran keluarga, cacat kusta ,lama minum obat dan efek samping obat, dengan demikian variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan minum obat yaitu variabel pendidikan penderita kusta di Kabupaten Asahan tahun 2007. 6.2. Saran 1. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan agar memberikan kesempatan kepada petugas kusta mengikuti pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan. 2. Kepada petugas kusta agar tetap memberikan penyuluhan tentang penyakit kusta dan akibat bila tidak patuh minum obat penderita
kepada penderita
agar
patuh minum obat dan memperoleh kesembuhan. Bahasa
penyuluhan hendaknya disesuikan dengan tingkat pendidikan penderita yang umumnya relatif rendah.. 3. Kepada keluarga penderita selaku orang yang terdekat, dipercaya penderita diharapkan tetap mengawasi minum obat penderita agar teratur minum obat, memberikan dukungan, perhatian dan jangan mengucilkan penderita.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,S., 2007.Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya, Edisi Ke 2, Jakarta: Pustaka Pelajar Chin, J., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular (Terjemahan I Nyoman Kandun ), Jakarta : Ditjen PPM & PLP. Departemen Kesehatan R.I., 1996. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta,Jakarta: Ditjen PPM & PLP. _____________________., 2000. Pedoman Eliminasi Kusta, Mengatasi Masalah Kesehatan Masyarakat, Jakarta: World Health Organization, Ditjen PP & PL. _____________________., 2003. Profil Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Tahun 2004, Jakarta : Ditjen PP&PL. _____________________., 2004. Profil Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Tahun 2004, Jakarta : Ditjen PP&PL. _____________________., 2005a. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta: Ditjen PP & PL. _____________________., 2005b. Pedoman Kusta Nasional Untuk Pelaksanaan Pemberantasan Kusta di Daerah Endemik Rendah, Jakarta: Ditjen PP & PL. _____________________., 2006. Pedoman Kusta Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta: Ditjen PP & PL. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara., 2006. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005, Medan. Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan., 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Asahan Tahun 2005, Kisaran. Fajar.N.A., 2002. Analisis Faktor Sosial Budaya dalam keluarga Yang mempengaruhi Pengobatan Dini Dan Keteraturan Berobat Pada penderita Kusta (Studi Pada keluarga Penderita Di Kabupaten Gresik) Tahun 2002, Jakarta : (http://digilib.litbang.depkes.go.id/)
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Djuanda, A., Menaldi, S.L., Wisesa.T.W., Ashadi.L.N.S., 1997. Kusta Diagnosis dan Penatalaksanaan, Jakarta. Danim, Sudarman., 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, :Bumi Aksara
Jakarta
Djaiman, S. P.H., Tjahjadi, W., Sihadi., 1996. Profil Penderita Kusta di Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang, Buletin Penelitian Kesehatan 26 (1) 1998/1999 : Jakarta. Foster, M.G., 1986. Antropologi Kesehatan, Jakarta : UI Press. Guinto,S.R., Abalas, M.R., Cellona, V.R., Fajardo,T.T., 2000. Atlas Kusta, Sasakawa memorial Health Foundation, Jakarta : Ditjen PPM & PL. Gunadi, Adi., 2000. Kajian Tentang Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Kecacatan Pada lepra di Rumah Sakit Tugu Semarang Tahun 2000, Semarang : (http://digilib.litbang.depkes.go.id/ ) Haeria., 2005. Pengembangan Sistem Informasi program Kusta Berbasis Geografis Di Kabupaten Cirebon Tahun 2005, Jakarta : Jurnal Kesehatan Masyarakat nasional, Volume 1,No.2, 2006. Harahap, M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta : Hipokrates Harjo., 2002. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Ketidakteraturan Berobat penderita Kusta di kabupaten Majalengka Tahun 1998-2000, Jakarta: Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat,UI . Hasnani., 2002. Kejadian Cacat Tingkat II Pada Penderita Kusta Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002, Jakarta : (http://digilib.litbang.depkes.go.id/ Hurlock, B.E., 1980. Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima, Jakarta : Penerbit Erlangga. Joenoes, Nanizar., 1998. Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Surabaya: Airlangga University Press. Jawetz,E.,Melnikck, J.L., Adelberg, E.A., Editor Boning Gerard., Mikrobiologi, Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16, Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kandun, N.I., 2005. Penderita Kusta Jangan Disembunyikan, Penderita Dikucilkan, Eliminasi, Jakarta: Kantor Berita Indonesia Gemari, (http://www.kbi.gemari.or.id/berita detail) Komariah., 1998. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Kepatuhan Berobat Penderita Kusta di kabupaten Aceh Besar tahun 1996-1998, Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, UI. Jakarta Masduki, A., 1993. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Berobat Penderita Kusta Di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Machfoedz, I., Suryani, E.,2006. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Fitramaya Menaldi,S.S.L., 2001. Indikasi Merujuk Penderita Kusta, Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 51, Nomor 5, 2001. Notoatmodjo, S., 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset. _________________., 2003. Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT.Rineka Cipta. _________________., 2005. Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi,Jakarta: PT.Rineka Cipta. Notosoedirdjo, L., 2005. Kesehatan Mental, Konsep Dan Penerapan, Universitas Muhammadiah Malang: UMM Press. Oesman,B.H., 1991. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keteraturan Berobat Penderita Kusta Di Kabupaten Tangerang Tahun 1989-1991, Jakarta: Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, UI. Pagolori., 2002. Analisis Faktor Risiko reaksi sesudah Pengobatan MDT pada Penderita Kusta di Kabupaten Gowa Tahun 2002, Makasar: (http://digilib.litbang.depkes.go.id/ Rachmalina,S.P., Sunanti.Z.S.,1999. Penanggulangan Penyakit Kusta Pada daerah Endemis Dengan Pendekatan Sosial Budaya Di Kabupaten Bangkalan (Suatau Tinjauan Kualitatif), Jakarta: Media Penelitian Dan pengembangan Kesehatan Volume IX, Nomor 3 Tahun 1999.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Rachmat,H.H.R., 2004. Pembangunan Kesehatan Di Indonesia, Prinsip Dasar, Kebijakan, Perencanaan Dan Kajian Masa Depannya,Yoyakarta: Gadjah Mada University Press. Riduwan., 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung : Alfabeta. Saisohar,A.W., 1994. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Dalam Pemberantasan Penyakit Kusta Di Indonesia, Jakarta : Berita Epidemiologi RI 1994. Sarwoto,S.,1997. Sosiologi Kesehatan,Beberapa Konsep Aplikasinya,Yoyakarta: Gadjah Mada University Press.
Beserta
Saranani, S.M., 2005. Pelaksanaan Proyek Netherland Leprosy Relief (NLR) Dan Cakupan Program Pemberantasan Penyakit Kusta Di Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2004,Yogyakarta : Tesis progran Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat ,UGM. Smet,Bart., 1994. Psikologi Kesehatan, Jakarta : Grasindo. Sudarti., 1996. Pengantar Antropologi Medis, Jakarta: UI. Sugiyono., 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, CV.Alfabeta World Health Organization., 2005. Regional Health Forum, WHO-South-East Asia Region, Volume 9, Number 2, 2005. Zaini,W.S., Kurniati, I., 1995. Penuntun Praktikum Bakteriologi Klinik, Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan,Bandung. Zulkifli., 1999. Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Ditimbulkannya, FKM, USU Medan.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dari Bulan April Tahun 2007 Sampai Dengan April Tahun 2008 N0.
Kegiatan April
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11. 12.
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
WAKTU PELAKSANAAN Oktober Nopember Desember
Penelusuran Pustaka Konsultasi Pembimbing Penyusunan Proposal Kolokium Perbaikan & Persiapan Penelitian Penelitian Penyusunan Laporan Penelitian/Pen golahan & Analisa Data Penulisan Tesis Seminar Hasil Perbaikan Ujian Komprehensif Perbaikan
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Januari
P
Lampiran 2 KUESIONER PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2007 KETERANGAN WAWANCARA 1. No. Urut Kuesioner :....................................... 2. Nama Pewancara :....................................... 3. Tanggal wawancara :....................................... IDENTITAS RESPONDEN 4. Nama :........................................ 5. Umur (Thn) :....................................... Tahun 6. Jenis Kelamin :...................................... 7. Pekerjaan : 1. PNS 2. Pegawai swasta 3. Nelayan 4. Petani 5. Tidak bekerja 8. Pendidikan :1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Tamat Perguruan Tinggi 9. Alamat :....................................................................... PENGETAHUAN NILAI 10.Menurut bapak/ibu, apakah penyebab penyakit kusta ? a. Disebabkan oleh kuman kusta b. Disebabkan oleh setan c. Penyakit turunan d. Merupakan penyakit karena kutukan Tuhan e. Tidak tahu 11. Menurut bapak/ibu, bagaimana tanda awal dari penyakit kusta ? a. Bercak putih atau kemerahan dikulit dan hilang rasa b. Bercak hitam c. Benjol-benjol d. Ada pembengkakan e. Tidak tahu 12. Menurut bapak/ibu, bagaimana cara penularannya? a. Kontak langsung dan lama b. Melalui udara c. Melalui luka e. Melalui binatang d. Tidak tahu 13. Menurut bapak/ibu, bagaimana jika penderita teratur minum obat ? a. Akan sembuh dan tidak menular lagi b. Tidak menular lagi c. Dapat menular lagi d. Dapat kambuh lagi
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
(4) (3) (2) (1) (0) (4) (3) (2) (1) (0) (4) (3) (2) (1) (0) (4) (3) (2) (1) (0) (4) (3) (2) (1) (0)
e. Tidak Tahu 14. Menurut bapak/ibu apa akibat bila tidak selesai pengobatan penyakit kusta ? a. Sumber penularan b. Bertambah parah c. Kuman penyakit sudah mati d. Kuman penyakit tidak menular lagi e. Tidak Tahu 15. Menurut bapak/ibu setelah minum obat apakah hal dibawah ini terjadi? a. Warna kulit hitam, buang air kecil warna merah b. Gatal-gatal dan kemerah-merahan pada kulit c. Pusing d. Muntah e. Tidak tahu SIKAP 16. Penderita kusta harus minum obat setiap hari a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 17.Salah satu upaya sembuh dari penyakit kusta adalah kontrol berobat sesuai dengan anjuran a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 18. Bila minum obat teratur penderita akan sembuh tanpa cacat a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 19. Penderita kusta harus diobati dan tidak perlu dirawat di rumah sakit a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju 20. Bila terjadi efek samping maka minum obat harus dihentikan a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju KEPERCAYAAN 21. Apakah bapak/ibu percaya penyakit kusta adalah penyakit kutukan Tuhan a. Percaya b. Kurang percaya c Tidak percaya 22. Apakah bapak/ibu percaya penyakit kusta akibat guna-guna
(4) (3) (2) (1) (0) (2) (1) (0)
17.
(2) (1) (0) (2) (1) (0) (2) (1) (0) (2) (1) (0)
(2) (1) (0) (2) (1) (0)
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., (2) 2008 USU e-Repository © 2008
(1) (0)
a. Percaya b. Kurang percaya c. Tidak percaya 23. Apakah bapak/ibu percaya bila penderita minum obat teratur akan sembuh ? a. Percaya b. Kurang Percaya c. Tidak percaya 24. Apakah bapak/ ibu percaya obat yang diberikan dari puskesmas akan menyembuhkan ? a. Percaya b. Kurang percaya c. Tidak percaya
PERAN KELUARGA 25. Selama bapak/ibu menderita kusta apakah pernah dikucilkan oleh keluarga? a.Pernah (1) b.Tidak pernah (0) 26. Selama bapak/ibu menjalankan pengobatan apakah keluarga pernah memberikan saran agar minum obat teratur? a.Pernah (1) b.Tidak pernah (0) 27. Selama pengobatan apakah keluarga pernah memberikan bantuan biaya transport? a. Pernah (1) b.Tidak pernah (0) 28. Selama minum obat, apakah bapak/ibu pernah diawasi oleh keluarga? a.Pernah (1) b.Tidak Pernah (0) 29. Selama minum obat apakah anggota keluarga pernah menggantikan untuk mengambilkan obat ke puskesmas ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0) PERAN PETUGAS KESEHATAN 30. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan /memberikan penyuluhan tentang penyakit yang bapak/ibu derita ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0) 31. Apakah petugas kesehatan pernah menganjurkan minum obat secara teratur sesuai takaran ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0) 32. Apakah petugas kesehatan pernah menyampaikan bahayanya apabila tidak minum obat secara teratur ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0)
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
33. Kalau bapak/ibu ke puskesmas/fasilitas kesehatan, apakah petugas kesehatan pernah memberikan pesan kepada bapak/ibu ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0) 34. Selama bapak/ibu sakit, apakah pernah didatangi oleh petugas kesehatan ? a. Pernah (1) b. Tidak pernah (0) LAMA MINUM OBAT 35. Apakah menurut bapak/ibu minum obat kusta waktu selesainya sangat lama ? a. Ya b. Tidak 36. Apakah bapak/ibu bosan minum obat kusta ? a. Ya b. Tidak REAKSI KUSTA 37. Apakah selama pengobatan timbul gejala-gejala demam, lesu dan timbul benjolan kemerahan yang nyeri atau bintil-bintil merah di badan penderita ? a. Ada reaksi b. Tidak ada reaksi .............................Lanjutkan ke Nomor 39 38. Bila bapak/ibu selama pengobatan ada reaksi, apa yang ibu/bapak lakukan ? a. Ke Puskesmas untuk diobati dan tetap minum obat kusta b. Tidak ke puskesmas dan tetap minum obat kusta c. Tidak ke puskesmas dan menghentikan minum obat kusta 39. Apa alasan bapak/Ibu mengatakan tidak ada reaksi selama minum obat kusta a. Tidak timbul gejala demam, lesu dan benjolan kemerahan atau bintil merah di badan b. Hanya demam dan lesu c. Tidak tahu gejala-gejala reaksi kusta CACAT KUSTA 40. Apakah bapak/ ibu ada cacat kusta ? a. Ada (Grade 1 & 2) b. Tidak ada (Grade 0 ).......................Lanjutkan ke No 42 41. Jika bapak/ibu ada cacat kusta, apa yang bapak/ibu lakukan? a.Tetap meminum obat kusta dan melakukan perawatan diri dengan rajin agar cacat tidak bertambah berat dengan melakukan 3M (Memeriksa mata, tangan damn kaki secara teratur,Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik, dan Merawat diri) b. Tetap meminum obat dan tidak melakukan perawatan diri c. Menghentikan sementara minum obat kusta hingga cacat hilang sendiri 42. Apa alasan Ibu mengatakan tidak ada cacat a..Karena tidak ada kelainan pada mata,tangan dan kaki akibat kusta b. Karena hanya kelainan hilangnya rasa raba pada tangan c. Tidak tahu sama sekali bahwa ada cacat pada mata,tangan dan kaki EFEK SAMPING OBAT 43. Apakah bapak/ibu pernah buang air kecil berwarna merah selama minum obat ? a. Ya b. Tidak 44. Apakah bapak/ibu pernah buang air besar berwarna merah selama minum obat ?
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
a. Ya b. Tidak 45. Apakah bapak/ibu pernah menderita gatal-gatal yang hebat/bintik-bintik merah atau gelap pada kulit selama minum obat ? a. Ya b. Tidak 46. Apakah pernah mengalami warna kulit menjadi hitam/gelap selama minum obat ? a. Ya b. Tidak KEPATUHAN MINUM OBAT 47. Apakah bapak/ibu memeriksakan penyakit atau mengambil obat setiap bulannya ke puskesmas (lihat cacatan kartu berobatnya) ? a. Ya.......................................Lanjut ke no. 49 b. Tidak 48. Bila tidak kemana a. Dokter b. Rumah Sakit c. Perawat/Bidan d. Dukun e. Tidak kemana-mana 49. Apakah bapak/ibu minum obat setiap hari ? a. Ya........................................Lanjut ke no. 51 b. Tidak 50. Bila tidak mengapa a. Merasa sudah sembuh b. Tidak ada perubahan pada penyakitnya c. Tidak diberi obat lagi d. Kalau minum obat timbul gatal-gatal e. Kalau minum obat menjadi mual 51. Apakah bekas bungkus obat yang telah habis bapak/ibu simpan ? a. Ya b. Tidak 51. Kapan terakhir bapak/ibu berobat ke puskesmas ? Jawab...................................... Tanggal............................................. Tanda Tangan....................................
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 3
Uji Validitas dan Reliabiliti
Reliability Pengetahuan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. P1 1.8500 1.6944 20.0 2. P2 2.1000 1.5183 20.0 3. P3 2.1000 1.6190 20.0 4. P4 2.3500 1.6944 20.0 5. P5 2.7500 1.5174 20.0 6. P6 2.4000 1.3917 20.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 13.5500 47.5237 6.8937 6 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance ItemAlpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted P1 11.7000 31.5895 .6858 .7737 P2 11.4500 36.5763 .4706 .8193 P3 11.4500 33.7342 .5939 .7947 P4 11.2000 35.3263 .4630 .8241 P5 10.8000 31.6421 .7954 .7520 P6 11.1500 36.1342 .5650 .8013 Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 N of Items = 6 Alpha = .8236
Reliability Sikap ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. S1 1.2500 .8507 20.0 2. S2 .9500 .9445 20.0 3. S3 1.4500 .6863 20.0 4. S4 1.1000 .9119 20.0 5. S5 1.1000 .9679 20.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 5.8500 10.4500 3.2326 5 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance ItemAlpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted S1 4.6000 6.8842 .6367 .7268 S2 4.9000 6.6211 .6042 .7366
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
S3 4.4000 S4 4.7500 S5 4.7500 Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .7888
7.4105 7.3553 6.9342
.6873 .4575 .5059
.7244 .7852 .7722
N of Items =
5
Reliability Kepercayaan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. KPC1 1.1000 .7881 20.0 2. KPC2 1.0500 .9445 20.0 3. KPC3 .7500 .9105 20.0 4. KPC4 .9500 .9445 20.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 3.8500 7.5026 2.7391 4 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance ItemAlpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted KPC1 2.7500 5.2500 .4518 .7534 KPC2 2.8000 3.9579 .7058 .6124 KPC3 3.1000 4.8316 .4602 .7533 KPC4 2.9000 4.2000 .6227 .6635 Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 N of Items = 4 Alpha = .7586
Reliability Peran Keluarga ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A)
1. 2. 3. 4. 5.
Mean .6500 .5000 .6000 .4500 .5000
PK1 PK2 PK3 PK4 PK5
Statistics for SCALE
Mean 2.7000
Variance 6.2211
Std Dev .6708 .6882 .5982 .6048 .6070 Std Dev 2.4942
Cases 20.0 20.0 20.0 20.0 20.0 N of Variables 5
Item-total Statistics Scale
Scale
Corrected
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Mean if Item Deleted
Variance if Item Deleted
2.0500 2.2000 2.1000 2.2500 2.2000
3.8395 3.6421 4.3053 4.3026 4.5895
PK1 PK2 PK3 PK4 PK5
Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .8450
ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
.7348 .8014 .6275 .6188 .4857
N of Items =
.7896 .7688 .8199 .8220 .8547
5
Reliability Peran Petugas ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. PP1 .6000 .5982 20.0 2. PP2 .6500 .5871 20.0 3. PP3 .5000 .5130 20.0 4. PP4 .5500 .5104 20.0 5. PP5 .5000 .5130 20.0
Statistics for SCALE
Mean 2.8000
Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted PP1 2.2000 PP2 2.1500 PP3 2.3000 PP4 2.2500 PP5 2.3000
N of Variables 5
Variance 4.3789
Std Dev 2.0926
Scale Variance if Item Deleted 2.9053 2.6605 2.7474 3.0395 3.2737
Corrected ItemTotal Correlation .5471 .7172 .8047 .6062 .4536
Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .8248
N of Items =
Alpha if Item Deleted .8140 .7596 .7382 .7942 .8339
5
Reliability Lama Minum Obat ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A)
A N A L Y S I S Mean
-
S C A L E
Std Dev
(A L P H
Cases
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
1. 2.
LMO1 LMO2
.6000 .7500
Statistics for Mean SCALE 1.3500 Item-total Statistics
LMO1 LMO2
.5026 .4443
20.0 20.0 N of Variables 2
Variance .6605
Std Dev .8127
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
.7500 .6000
.1974 .2526
Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .6375
Alpha if Item Deleted
.4714 .4714
N of Items =
. .
2
Reliability Reaksi Kusta ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A)
1. 2. 3.
RK1 RK2 RK3
Statistics for Mean SCALE 2.7500 Item-total Statistics
RK1 RK2 RK3
Mean
Std Dev
Cases
.6500 .8500 1.2500
.4894 .7452 .6387
20.0 20.0 20.0 N of Variables 3
Variance 2.3026
Std Dev 1.5174
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
2.1000 1.9000 1.5000
1.4632 .8316 1.2105
Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .7166
Alpha if Item Deleted
.5068 .6739 .4869
N of Items =
.6835 .4430 .6870
3
Reliability Cacat Kusta ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
R E L I A B I L I T Y A)
1. 2. 3.
CK1 CK2 CK3
Statistics for SCALE
Mean 2.8500
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H
Mean
Std Dev
Cases
.6000 1.2500 1.0000
.5026 .7164 .7947
20.0 20.0 20.0 N of Variables 3
Variance 2.6605
Std Dev 1.6311
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
2.2500 1.6000 1.8500
1.7763 1.3053 .9763
Item-total Statistics
CK1 CK2 CK3
Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 Alpha = .7122
Alpha if Item Deleted
.4714 .5145 .6703
N of Items =
.7111 .6452 .4313
3
Reliability Efek Samping Obat ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. ESO1 .6000 .5026 20.0 2. ESO2 .5500 .5104 20.0 3. ESO3 .6500 .4894 20.0 4. ESO4 .6500 .4894 20.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 2.4500 2.3658 1.5381 4 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance ItemAlpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted ESO1 ESO2 ESO3 ESO4
1.8500 1.9000 1.8000 1.8000
1.2921 1.4632 1.4316 1.5368
.7185 .5200 .5933 .4858
.6415 .7500 .7114 .7654
Reliability Coefficients
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
N of Cases = 20.0 Alpha = .7742
N of Items =
4
Reliability Kepatuhan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ***** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. KP1 .4000 .6806 20.0 2. KP2 2.1000 1.0712 20.0 3. KP3 .6000 .5026 20.0 4. KP4 2.5000 1.3955 20.0 5. KP5 .5500 .5104 20.0 6. KP6 .9000 .7881 20.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 7.0500 13.8395 3.7201 6 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance ItemAlpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted KP1 6.6500 10.5553 .6379 .7492 KP2 4.9500 9.5237 .4792 .7847 KP3 6.4500 11.6289 .5711 .7728 KP4 4.5500 5.8395 .8974 .6625 KP5 6.5000 11.8421 .4944 .7822 KP6 6.1500 10.6605 .4970 .7726 Reliability Coefficients N of Cases = 20.0 N of Items = 6 Alpha = .7932
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 4
Hasil Univariat dari variabel Independen dan Dependen
Frequencies Statistics umur N Valid Missing
56 0 umur
Valid
2-13 thn (anak-anak) 14-18 thn (remaja) 19-59 thn (dewasa) 60 thn ke atas (usia lanjut/tua) Total
Frequency 6 6 40
Percent 10.7 10.7 71.4
Valid Percent 10.7 10.7 71.4
Cumulative Percent 10.7 21.4 92.9
4
7.1
7.1
100.0
56
100.0
100.0
jenis kelamin
Valid
perempuan laki-laki Total
Frequency 19 37 56
Percent 33.9 66.1 100.0
Valid Percent 33.9 66.1 100.0
Cumulative Percent 33.9 100.0
Pendidikan responden
Valid
SD SLTP SLTA Total
Frequency 27 16 13 56
Percent 48.2 28.6 23.2 100.0
Valid Percent 48.2 28.6 23.2 100.0
Cumulative Percent 48.2 76.8 100.0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pekerjaan responden
Valid
Frequency 5 20 31 56
Nelayan Petani Tidak bekerja Total
Percent 8.9 35.7 55.4 100.0
Valid Percent 8.9 35.7 55.4 100.0
Cumulative Percent 8.9 44.6 100.0
Pengetahuan
Valid
baik kurang baik Total
Frequency 23 33 56
Percent 41.1 58.9 100.0
Valid Percent 41.1 58.9 100.0
Cumulative Percent 41.1 100.0
sikap
Valid
baik kurang baik Total
Frequency 33 23 56
Percent 58.9 41.1 100.0
Valid Percent 58.9 41.1 100.0
Cumulative Percent 58.9 100.0
kepercayaan
Valid
benar kurang benar Total
Frequency 38 18 56
Percent 67.9 32.1 100.0
Valid Percent 67.9 32.1 100.0
Cumulative Percent 67.9 100.0
peran keluarga
Valid
berperan kurang berperan Total
Frequency 34 22 56
Percent 60.7 39.3 100.0
Valid Percent 60.7 39.3 100.0
Cumulative Percent 60.7 100.0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
peran petugas
Valid
berperan kurang berperan Total
Frequency 25 31 56
Percent 44.6 55.4 100.0
Valid Percent 44.6 55.4 100.0
Cumulative Percent 44.6 100.0
Lama minum obat
Valid
Frequency 18 38 56
tidak lama minum obat lama minum obat Total
Percent 32.1 67.9 100.0
Valid Percent 32.1 67.9 100.0
Cumulative Percent 32.1 100.0
bosan minum obat kusta
Valid
tidak ya Total
Frequency 16 40 56
Percent 28.6 71.4 100.0
Cumulative Percent 28.6 100.0
Valid Percent 28.6 71.4 100.0
Reaksi kusta
Valid
ada reaksi tidak ada reaksi Total
Frequency 43 13 56
Percent 76.8 23.2 100.0
Valid Percent 76.8 23.2 100.0
Cumulative Percent 76.8 100.0
Cacat kusta
Valid
cacat tidak cacat Total
Frequency 35 21 56
Percent 62.5 37.5 100.0
Valid Percent 62.5 37.5 100.0
Cumulative Percent 62.5 100.0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Efek samping obat
Valid
tidak ada efek ada efek Total
Frequency 13 43 56
Percent 23.2 76.8 100.0
Valid Percent 23.2 76.8 100.0
Cumulative Percent 23.2 100.0
kepatuhan
Valid
patuh tidak patuh Total
Frequency 34 22 56
Percent 60.7 39.3 100.0
Valid Percent 60.7 39.3 100.0
Cumulative Percent 60.7 100.0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 5
Hasil Bivariat dengan Uji Chi Square
Crosstabs Case Processing Summary
N Umur * kepatuhan
Valid Percent 56 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
N
Total Percent 56 100.0%
Umur * kepatuhan Crosstabulation
Umur
< 20 thn (tidak produktif) >= 20 thn (produktif)
Total
Count % within Umur Count % within Umur Count % within Umur
kepatuhan patuh tidak patuh 17 4 81.0% 19.0% 17 18 48.6% 51.4% 34 22 60.7% 39.3%
Total 21 100.0% 35 100.0% 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Value 5.770b 4.492 6.099
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
5.667
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .016 .034 .014
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.024
.016
.017
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.25.
Crosstabs Case Processing Summary
N Jenis kelamin * Kepatuhan
Valid Percent 56
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
N
Total Percent 56
100.0%
Kepatuhan patuh tidak patuh 15 3 83.3% 16.7% 19 19 50.0% 50.0% 34 22 60.7% 39.3%
Total 18 100.0% 38 100.0% 56 100.0%
Jenis kelamin * Kepatuhan Crosstabulation
Jenis kelamin
perempuan laki-laki
Total
Count % within Jenis kelamin Count % within Jenis kelamin Count % within Jenis kelamin
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.690b 4.378 6.142
df
5.588
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .017 .036 .013
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.021
.016
.018
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.07.
Crosstabs Case Processing Summary
N Pendidikan * kepatuha
Valid Percent 56 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
N
Total Percent 56 100.0%
Pendidikan * kepatuhan Crosstabulation
Pendidikan
tinggi rendah
Total
Count % within Pendidikan Count % within Pendidikan Count % within Pendidikan
kepatuhan patuh tidak patuh 12 1 92.3% 7.7% 22 21 51.2% 48.8% 34 22 60.7% 39.3%
Total 13 100.0% 43 100.0% 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 7.085b 5.465 8.403
df
6.958
1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .008 .019 .004
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.009
.007
.008
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.11.
Crosstabs Case Processing Summary
N Pekerjaan * kepatuha
Valid Percent 56 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
N
Total Percent 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pekerjaan * kepatuhan Crosstabulation
Pekerjaan
tidak bekerja
kepatuhan patuh tidak patuh 17 14 54.8% 45.2% 17 8 68.0% 32.0% 34 22 60.7% 39.3%
Count % within Pekerjaan Count % within Pekerjaan Count % within Pekerjaan
bekerja Total
Total 31 100.0% 25 100.0% 56 100.0%
Chi-Square Tests
Value 1.005b .529 1.013
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df 1 1 1
.987
Asymp. Sig. (2-sided) .316 .467 .314
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.412
.234
.320
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N Pengetahuan * kepatuhan
Percent 56
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N
Percent 56
100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pengetahuan * kepatuhan Crosstabulation
Pengetahuan
baik kurang baik
Total
Count % within Pengetahuan Count % within Pengetahuan Count % within Pengetahuan
kepatuhan patuh tidak patuh 18 5 78.3% 21.7% 16 17 48.5% 51.5% 34 22 60.7% 39.3%
Total 23 100.0% 33 100.0% 56 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.038b 3.867 5.239
4.948
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .025 .049 .022
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.030
.023
.026
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.04.
Crosstabs
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Case Processing Summary
N sikap * kepatuhan
Cases Missing N Percent 0 .0%
Valid Percent 56 100.0%
N
Total Percent 56 100.0%
sikap * kepatuhan Crosstabulation kepatuhan tidak patuh 22 11 66.7% 33.3% 12 11 52.2% 47.8% 34 22 60.7% 39.3%
patuh sikap
baik kurang baik
Total
Count % within sikap Count % within sikap Count % within sikap
Total 33 100.0% 23 100.0% 56 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1.194b .663 1.190
1.172
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .275 .415 .275
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.405
.208
.279
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.04.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Crosstabs Case Processing Summary
N kepercayaan * kepatuhan
Valid Percent 56 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
N
Total Percent 56 100.0%
kepercayaan * kepatuhan Crosstabulation
kepercayaan
benar kurang benar
Total
Count % within kepercayaan Count % within kepercayaan Count % within kepercayaan
kepatuhan patuh tidak patuh 21 17 55.3% 44.7% 13 5 72.2% 27.8% 34 22 60.7% 39.3%
Total 38 100.0% 18 100.0% 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Value 1.473b .848 1.513
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
1.447
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .225 .357 .219
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.257
.179
.229
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.07.
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N peran keluarga * kepatuhan
Percent 56
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N
Percent 56
100.0%
peran keluarga * kepatuhan Crosstabulation
peran keluarga berperan
Total
Count % within peran keluarga kurang berperan Count % within peran keluarga Count % within peran keluarga
kepatuhan patuh tidak patuh 25 9 73.5% 26.5% 9 13 40.9% 59.1% 34 22 60.7% 39.3%
Total 34 100.0% 22 100.0% 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Value 5.959b 4.670 5.975
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
5.852
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .015 .031 .015
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.024
.015
.016
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64.
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N peran petugas * kepatuhan
Percent 56
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N
Percent 56
100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
peran petugas * kepatuhan Crosstabulation
peran petugas
Total
berperan
Count % within peran petugas kurang berperan Count % within peran petugas Count % within peran petugas
kepatuhan patuh tidak patuh 21 4 84.0% 16.0% 13 18 41.9% 58.1% 34 22 60.7% 39.3%
Total 25 100.0% 31 100.0% 56 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 10.266b 8.579 10.892
10.083
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .001 .003 .001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.002
.001
.001
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.
Crosstabs
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Case Processing Summary Cases Missing N Percent
Valid N Lama minum obat * Kepatuhan
Percent 56
100.0%
0
Total N
.0%
Percent 56
100.0%
Lama minum obat * Kepatuhan Crosstabulation
Lama minum obat
tidak lama minum obat
Kepatuhan patuh tidak patuh 15 3
Count % within Lama minum obat Count % within Lama minum obat Count % within Lama minum obat
lama minum obat
Total
Total 18
83.3%
16.7%
100.0%
19
19
38
50.0%
50.0%
100.0%
34
22
56
60.7%
39.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.690b 4.378 6.142
5.588
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .017 .036 .013
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.021
.016
.018
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.07.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent
Valid N Reaksi kusta * Kepatuhan
Percent 56
100.0%
0
Total N
.0%
Percent 56
100.0%
Kepatuhan patuh tidak patuh 22 21 51.2% 48.8% 12 1 92.3% 7.7% 34 22 60.7% 39.3%
Total 43 100.0% 13 100.0% 56 100.0%
Reaksi kusta * Kepatuhan Crosstabulation
Reaksi kusta
ada reaksi tidak ada reaksi
Total
Count % within Reaksi kusta Count % within Reaksi kusta Count % within Reaksi kusta
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 7.085b 5.465 8.403
6.958
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .008 .019 .004
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.009
.007
.008
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.11.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Crosstabs Case Processing Summary
N Cacat kusta * Kepatuhan
Valid Percent 56 100.0%
Cases Missing N Percent 0 .0%
N
Total Percent 56 100.0%
Cacat kusta * Kepatuhan Crosstabulation
Cacat kusta
cacat tidak cacat
Total
Count % within Cacat kusta Count % within Cacat kusta Count % within Cacat kusta
Kepatuhan patuh tidak patuh 26 9 74.3% 25.7% 8 13 38.1% 61.9% 34 22 60.7% 39.3%
Total 35 100.0% 21 100.0% 56 100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 7.207b 5.770 7.228
df 1 1 1
7.078
Asymp. Sig. (2-sided) .007 .016 .007
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.011
.008
.008
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.25.
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N Efek samping obat * Kepatuhan
Percent 56
100.0%
N
Cases Missing Percent 0
.0%
Total N
Percent 56
100.0%
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Efek samping obat * Kepatuhan Crosstabulation
Efek samping obat
tidak ada efek
ada efek
Total
Kepatuhan patuh tidak patuh 9 4
Count % within Efek samping obat Count % within Efek samping obat Count % within Efek samping obat
Total 13
69.2%
30.8%
100.0%
25
18
43
58.1%
41.9%
100.0%
34
22
56
60.7%
39.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .515b .155 .527
.506
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .473 .694 .468
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.535
.352
.477
56
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.11.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 7
Analisis Multivariat dengan uji Regresi Logistik
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
56 0 56 0 56
Unselected Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square 37.622 37.622 37.622
Step Block Model
df 10 10 10
Sig. .000 .000 .000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 37.419
Cox & Snell R Square .489
Nagelkerke R Square .663
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Variables in the Equation
Step a 1
B 1.162 1.733 1.790 1.293 -1.501 1.965 1.785 1.522 -1.956 .113 -7.224
UMUR JK DIDIK PTAHUAN PERCAYA PERKEL PERPE LAMA REAKSI CACAT Constant
S.E. 1.459 1.339 1.625 1.147 1.125 1.193 .982 1.116 1.580 .998 2.441
Wald .634 1.675 1.214 1.271 1.781 2.713 3.305 1.860 1.531 .013 8.761
df
Sig. .426 .196 .271 .260 .182 .100 .069 .173 .216 .910 .003
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Exp(B) 3.196 5.656 5.988 3.643 .223 7.135 5.961 4.581 .141 1.120 .001
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .183 55.758 .410 78.005 .248 144.609 .385 34.472 .025 2.021 .688 73.957 .870 40.857 .514 40.813 .006 3.132 .158 7.920
a. Variable(s) entered on step 1: UMUR, JK, DIDIK, PTAHUAN, PERCAYA, PERKEL, PERPE, LAMA, REAKSI, CA
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
56 0 56 0 56
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 37.609 37.609 37.609
df 9 9 9
Sig. .000 .000 .000
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 37.432
Cox & Snell R Square .489
Nagelkerke R Square .663
Variables in the Equation
Step a 1
B 1.167 1.757 1.823 1.277 -1.559 1.988 1.819 1.523 -1.980 -7.232
UMUR JK DIDIK PTAHUAN PERCAYA PERKEL PERPE LAMA REAKSI Constant
S.E. 1.459 1.328 1.613 1.135 1.008 1.179 .934 1.118 1.564 2.444
Wald .640 1.749 1.278 1.265 2.393 2.844 3.790 1.858 1.601 8.756
df
Sig. .424 .186 .258 .261 .122 .092 .052 .173 .206 .003
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Exp(B) 3.211 5.792 6.191 3.585 .210 7.303 6.167 4.588 .138 .001
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .184 56.044 .429 78.209 .262 146.042 .387 33.178 .029 1.516 .724 73.638 .988 38.504 .513 41.008 .006 2.964
a. Variable(s) entered on step 1: UMUR, JK, DIDIK, PTAHUAN, PERCAYA, PERKEL, PERPE, LAMA, REAKSI
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
56 0 56 0 56
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square 36.889 36.889 36.889
Step Block Model
df 8 8 8
Sig. .000 .000 .000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 38.152
Cox & Snell R Square .482
Nagelkerke R Square .654
Variables in the Equation
Step a 1
B JK 1.912 DIDIK 2.595 PTAHUAN .909 PERCAYA -1.643 PERKEL 1.662 PERPE 1.816 LAMA 1.481 REAKSI -2.592 Constant -6.597
S.E. 1.268 1.402 .999 1.004 1.006 .932 1.091 1.419 2.082
Wald 2.273 3.426 .828 2.682 2.729 3.799 1.843 3.334 10.042
df
Sig. .132 .064 .363 .101 .099 .051 .175 .068 .002
1 1 1 1 1 1 1 1 1
Exp(B) 6.767 13.393 2.481 .193 5.272 6.149 4.398 .075 .001
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper .564 81.265 .858 208.980 .350 17.564 .027 1.382 .734 37.895 .990 38.197 .518 37.327 .005 1.209
a. Variable(s) entered on step 1: JK, DIDIK, PTAHUAN, PERCAYA, PERKEL, PERPE, LAMA, REAK
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
Unselected Cases Total
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
56 0 56 0 56
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 36.040 36.040 36.040
df 7 7 7
Sig. .000 .000 .000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 39.001
Cox & Snell R Square .475
Nagelkerke R Square .643
Variables in the Equation
Step a 1
JK DIDIK PERCAYA PERKEL PERPE LAMA REAKSI Constant
B 2.343 2.986 -1.735 1.492 1.743 1.295 -2.747 -6.379
S.E. 1.193 1.357 1.007 .980 .921 1.063 1.423 2.048
Wald 3.855 4.842 2.972 2.318 3.577 1.486 3.726 9.704
df 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .050 .028 .085 .128 .059 .223 .054 .002
Exp(B) 10.411 19.815 .176 4.445 5.712 3.652 .064 .002
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.004 107.938 1.386 283.308 .025 1.268 .651 30.335 .939 34.762 .455 29.312 .004 1.043
a. Variable(s) entered on step 1: JK, DIDIK, PERCAYA, PERKEL, PERPE, LAMA, REAKSI.
Logistic Regression
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
56 0 56 0 56
Unselected Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 34.516 34.516 34.516
df 6 6 6
Sig. .000 .000 .000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 40.525
Cox & Snell R Square .460
Nagelkerke R Square .623
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Variables in the Equation
Step a 1
B JK 2.595 DIDIK 3.253 PERCAYA -1.720 PERKEL 1.187 PERPE 1.543 REAKSI -3.382 Constant -5.543
S.E. 1.101 1.367 .965 .906 .902 1.397 1.793
Wald 5.551 5.665 3.179 1.718 2.927 5.863 9.560
df
Sig. .018 .017 .075 .190 .087 .015 .002
1 1 1 1 1 1 1
Exp(B) 13.396 25.877 .179 3.277 4.678 .034 .004
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.547 116.005 1.776 377.080 .027 1.186 .555 19.329 .799 27.405 .002 .525
a. Variable(s) entered on step 1: JK, DIDIK, PERCAYA, PERKEL, PERPE, REAKSI.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
56 0 56 0 56
Unselected Cases Total
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 32.745 32.745 32.745
df 5 5 5
Sig. .000 .000 .000
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 42.296
Cox & Snell R Square .443
Nagelkerke R Square .600
Variables in the Equation
Step a 1
B JK 2.083 DIDIK 3.368 PERCAYA -1.561 PERPE 1.937 REAKSI -3.538 Constant -5.030
S.E. .952 1.316 .953 .883 1.365 1.615
Wald 4.792 6.550 2.685 4.813 6.719 9.705
df
Sig. .029 .010 .101 .028 .010 .002
1 1 1 1 1 1
Exp(B) 8.029 29.026 .210 6.940 .029 .007
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.244 51.839 2.201 382.861 .032 1.358 1.229 39.176 .002 .422
a. Variable(s) entered on step 1: JK, DIDIK, PERCAYA, PERPE, REAKSI.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
56 0 56 0 56
Percent 100.0 .0 100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value patuh tidak patuh
Internal Value 0 1
Block 1: Method = Enter
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Step Block Model
Chi-square 29.714 29.714 29.714
df 4 4 4
Sig. .000 .000 .000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 45.327
Cox & Snell R Square .412
Nagelkerke R Square .558
Variables in the Equation
Step a 1
JK DIDIK PERPE REAKSI Constant
B 1.722 3.063 1.809 -2.982 -4.922
S.E. .871 1.210 .800 1.226 1.503
Wald 3.906 6.404 5.110 5.911 10.724
df 1 1 1 1 1
Sig. .048 .011 .024 .015 .001
Exp(B) 5.597 21.391 6.105 .051 .007
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1.014 30.882 1.995 229.337 1.272 29.307 .005 .561
a. Variable(s) entered on step 1: JK, DIDIK, PERPE, REAKSI.
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 8 No p1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
p2 2 0 0 4 0 3 1 1 1 4
p3 3 1 3 4 3 4 1 3 1 4
4 1 4 3 1 2 3 3 0 4
p4 3 0 4 4 0 0 3 2 0 4
p5 4 0 3 4 0 3 2 1 4 4
master data : uji valid dan reliability p6 s1 s2 s3 s4 s5 kpc1 kpc2 3 2 2 2 2 2 2 1 0 2 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 0 0 1 2 2 2 2 4 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 1 0 0 1 0
Keterangan : p1 : pertanyaan pengetahuan no 1
p1 : pertanyaan pengetahuan no 1 p2 : pertanyaan pengetahuan no 2 p3 : pertanyaan pengetahuan no 3 p4 : pertanyaan pengetahuan no 4 p5 : pertanyaan pengetahuan no 5 p6 : pertanyaan pengetahuan no 6 s1 : s2 : s3 : s4 : s5 :
pertanyaan sikap no 1 pertanyaan sikap no 2 pertanyaan sikap no 3 pertanyaan sikap no 4 pertanyaan sikap no 5
kpc1 : kpc2 : kpc3 : kpc4 :
pertanyaan kepercayaan no 1 pertanyaan kepercayaan no 2 pertanyaan kepercayaan no 3 pertanyaan kepercayaan no 4
pk1 :
pertanyaan peran keluarga no 1
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
kpc
pp2 2 0 1 1 1 0 0 1 1 1
pp3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1
pp4 2 0 1 1 1 0 0 1 1 1
pp5 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1
lm01 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
lmo2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
rk1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
rk2 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0
rk3 1 1 1 2 1 0 0 0 0 0
pk2 : pk3 : pk4 : pk5 :
pertanyaan peran keluarga no 2 pertanyaan peran keluarga no 3 pertanyaan peran keluarga no 4 pertanyaan peran keluarga no 5
pp1 : pp2 : pp3 : pp4 : pp5 :
pertanyaan peran petugas no 1 pertanyaan peran petugas no 2 pertanyaan peran petugas no 3 pertanyaan peran petugas no 4 pertanyaan peran petugas no 5
ck1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
ck2 1 2 0 2 1 0 1 2 0 0
ck3 1 2 0 0 1 0 1 2 0 0
eso1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
eso2 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
eso3 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0
Keterangan : lmo1 : pertanyaan lama minum obat no 1 lmo2 : pertanyaan lama minum obat no 2 rk1 : pertanyaan reaksi kusta no 1 rk2 : pertanyaan reaksi kusta no 2 rk3 : pertanyaan reaksi kusta no 3 ck1 : pertanyaan cacat kusta no 1 ck2 : pertanyaan cacat kusta no 2 ck3 : pertanyaan cacat kusta no 3
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
eso4 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
kp1 1 1 0 0 2 2 0 0 0 0
kp
eso1 :pertanyaan efek samping obat no 1 eso2 :pertanyaan efek samping obat no 2 eso3 :pertanyaan efek samping obat no 3 eso4 :pertanyaan efek samping obat no 4 kp1 : pertanyaan kepatuhan no 1 kp2 : pertanyaan kepatuhan no 2 kp3 : pertanyaan kepatuhan no3 kp4 : pertanyaan kepatuhan no 4 kp5 : pertanyaan kepatuhan no 5 kp6 : pertanyaan kepatuhan no 6
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 9 No Umr 1 3 2 3 3 3 4 3 5 3 6 3 7 3 8 3 9 1 10 3 11 3 12 3 13 2 14 3 15 3 16 3 17 1 18 3 19 3 20 3 21 1 22 2 23 2 24 4 25 2 26 3 27 4 28 3 29 3 30 3 31 2 32 1 33 3 34 3 35 3 36 3 37 3 38 3 39 2 40 3 41 3 42 3 43 3 44 3 45 3 46 3 47 1 48 4 49 3
Master data penelitian Umur 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
JK 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Pekerja 3 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 5 5 5
Kerja 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0
Pendidik 1 1 1 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 1 1 2 3 1 3 3 3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 1
Didik 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P1 1 0 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 1 0 0 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 1 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 1 1 4 4 1 1 4 1 4 3 1
P2 1 1 0 2 4 4 4 2 4 4 4 1 2 0 0 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
P3 1 0 2 2 4 0 4 4 4 4 4 4 2 0 1 4 3 2 4 4 4 4 2 1 3 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 2 2 1 1 1 3 4 4 4
P4 0 0 0 1 4 4 4 2 4 4 4 1 2 2 4 4 2 2 4 4 4 4 1 1 1 4 2 3 4 2 4 2 1 4 4 4 4 4 2 2 2 2 1 1 3 2 2 4 4
P5 0 1 2 0 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 1 4 2 2 1 2 4 1 1 2 4 4 3 2 2 3 4 2 4 1 4 4
P6 0 1 0 0 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 1 4 1 4 1 4 4 2 3 4 1 4 1 4 4 4 4 1 1 4 4 2 4 0 4 4
Ptot 3 23 6 7 21 20 24 14 24 24 24 15 15 10 13 23 15 18 24 24 24 23 15 10 14 16 15 13 13 16 19 18 19 21 21 12 22 22 15 14 15 14 12 13 14 15 15 23 21
Ptahuan 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
S1 2 2 2 2 1 1 0 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 0
S2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 1 1 2 2 1 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 0
S3 2 2 2 2 2 2 2 1 0 1 0 0 2 0 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 0 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 0 1 1 2 0
50 51 52 53 54 55 56
4 3 3 3 3 3 1
1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0
3 4 5 5 5 3 4
0 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
4 0 1 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 2 2 4 2
4 2 1 1 0 1 1
4 4 3 0 4 0 4
2 1 4 1 4 0 0
22 15 15 12 14 13 11
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
0 1 1 1 1 1 1
0 0 2 2 0 2 2
0 2 2 0 2 0 2
2 2 0 2 2 2 0
Stot 10 10 10 10 9 8 6 4 0 8 2 7 8 4 5 6 4 6 10 8 10 10 6 10 10 9 9 9 5 7 7 7 7 6 7 7 7 7 6 10 7 6 10 10 6 5 5 10 4 6 8
Sikap 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0
Kpc1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 2 1 1 2 2 2 0 1 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2
Kpc2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 2 2 2 2 2
Kpc3 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
Kpc4 2 1 1 1 2 2 0 2 0 0 2 0 0 1 2 2 1 1 2 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
Kpctot 8 7 7 7 8 8 0 8 2 2 8 4 2 7 7 7 7 7 7 0 4 4 3 4 7 8 8 8 8 8 8 8 3 4 3 4 7 7 7 4 3 7 4 3 7 7 8 8 8 8 8
Percaya 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
Pk1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
Pk2 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
Pk3 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
Pk4 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
Pk5 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
Pktot 2 2 3 2 4 4 2 2 1 3 1 2 2 5 4 4 4 4 5 5 5 4 2 2 2 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 5 5 5 5 2 2 3 3 3 2 5
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
Perkel 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
PP1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
PP2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0
PP
8 4 4 4 4
0 1 1 1 1
1 1 2 2 2
Perpe 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
lama 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
bosan 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
2 2 2 1 2
reaksi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2 2 2 2 2
selama 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 0 1 1 1 1 0 0 0 2 2 2 1 2 2 1 1
2 2 2 2 1
7 7 8 7 7
alasan 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 2 2
0 0 0 0 0
cacat 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
ada 1 2 0 2 1 0 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 0 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1
1 1 1 1 1
bapak 1 2 0 0 1 0 1 2 1 0 2 1 2 2 0 0 0 1 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2
1 1 1 1 1
1 1 0 1 1
airbesar 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 1 1 1 1
airkecil 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1
5 4 4 5 5
gatal 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
hitam 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
0 0 0 0 0
1 1 0 1 1
efek 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1
patuh 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 1 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 1 2 1 2 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 1 2 1 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
1 2 2 2 2 1 1 1 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 0 2 1 1 2 2 2 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Basaria Hutabarat : Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita..., 2008 USU e-Repository © 2008