HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI Maria W. I Tilis; Ema Mayasari; Sentot Imam Suprapto STIKes Surya Mitra Husada ABSTRACT
Leprosy was a chronic disease caused by Mycobacterium leprae bacteria in the skin and the peripheral nerves. The leprosy treatment need the family’s participation to motivate and supervise the patients to consume drugs regularly. The objective of this research was to know the relation between the family’s motivation and the leprosy patients’ obedience to consume drugs in Leprosy Hospital of Kediri City. The design of this research was quantitative with correlation design. The approach was cross sectional. The population was all 38 leprosy patients in Leprosy Hospital of Kediri City, and 35 responders were taken as samples by simple random sampling technique. The family’s motivation data were obtained from questionnaires and the drugs consumption obedience data were obtained from the observation sheets. The result data was expressed in ordinal data scale and analyzed with Contingency Coefficient Test. The research resulted that there were only a few patients, or 14 responders (45.2%) who gave motivation to the patients to consume drugs, there were 19 responders (61.3%) who had obedience to consume drugs regularly, and there was a relation between the family’s motivation and the leprosy patients’ obedience to consume drugs in Leprosy Hospital of Kediri City (p = 0,012 < 0.05, then H0 was denied). The relation level was medium and positive (KK : 0.541). It meant that the better the family’s motivation, the patients will be more obedient to consume drugs and vise versa. The family’s support would motivate the patients that their lives were still meaningful; they were still needed, and still loved. It would become the patients’ inner motivation to rise up again. Key words : Leprosy, family, drugs
PENDAHULUAN
tunggal dan jarang, batas lesi tegas, mati rasa (Zulkifli, 2003). Secara nasional prevalensi penyakit kusta sekitar 1,25 kasus per 10.000 penduduk. Jumlah penderita kusta secara nasional pada tahun 2011 adalah 17.021 kasus. Di Provinsi Jawa Timur kusta merupakan penyakit endemis. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2010 - 2011 ini sudah tercatat 6.326 kasus. Dari hasil pengambilan data awal pada tanggal 12 januari 2012, jumlah pasien kusta rawat inap pada tahun 2010 377 orang dan pada tahun 2011
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang terjadi pada kulit dan saraf tepi. Manifestasi klinis dari penyakit ini sangat bervariasi dengan spektrum yang berada diantara dua bentuk klinis yaitu lepromatosa dan tuberkuloid. Pada penderita kusta tipe lepromatosa menyerang saluran pernafasan bagian atas dan kelainan kulit berbentuk nodula, papula, makula dan dalam jumlah banyak. Pada penderita kusta tipe tuberkuloid lesi kulit biasanya
11
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
mengalami peningkatan dengan total pasien rawat inap yang terdaftar 752 orang dan tahun 2012 sebanyak 424 orang. Permasalahan yang sering dijumpai pada proses pengobatan penderita kusta adalah munculnya ketidak patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, hal ini disebabkan karena proses penyembuhan kusta yang sangat panjang yaitu selama 1 tahun penuh itupun jika pasien patuh mengkonsumsi obat, namun sebaliknya jika pasien tidak patuh maka proses pengobatannya akan lebih panjang lagi (Dailimonte. 2008). Pengobatan kusta sangat memerlukan peran keluarga dalam memberikan motivasi dan pengawasan kepada penderita untuk minum obat secara teratur. Hal ini disebabkan karena proses pengobatan kusta adalah 2 tahun dan masa pengawasan sampai dengan 5 tahun. Panjangnya proses pengobatan kusta inilah yang seringkali mendorong pasien untuk tidak patuh minum obat kusta. Program Multi Drug Therapy (MDT) dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika kelompok Studi Kemoterapi WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen MDT-WHO. Regimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofasimin. Selain itu mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat (droout) yang cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. Disamping itu diharapkan juga dengan MDT dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan (WHO, 2008). Menurut Zulkifli (2003), seringkali keluarga bosan dengan upaya pengobatan kusta dan membiarkan keluarganya menderita kusta mengkonsumsi atau tidak obatnya. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan drop out.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan motivasi keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada Penderita Kusta di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri”. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi. Pendekatan yang dipergunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang variabel bebas dan variabelnya terikatnya diukur secara bersamaan dan dilakukan sesaat atau sekali (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini adalah semua penderita kusta di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri berjumlah 38 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sebagian Penderita Kusta Di Rumah Sakit khusus Kusta Kota Kediri yang berjumlah 35 responden dan diambil secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dengan cara diundi atau menggunakan bilangan random (Sugiyono, 2007). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah coefficient contingency yaitu menguji hubungan beberapa variabel secara bersamaan. Dalam proses perhitungannya dibantu dengan menggunakan bantuan Statistic Programe for Social Science (SPSS). HASIL Tabel 1 Motivasi Keluarga Kepada Penderita Kusta untuk Minum Obat di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri Tanggal 8-16 Mei 2013 No. 1 2 3 Total
12
Motivasi Rendah Sedang Tinggi 31
Jumlah 14 8 9
% 45,2 25,8 29,0 100
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
menyebabkan responden jarang sekali mendapatkan penjelasan mengenai penyakit kusta serta pengobatannya. Pada akhirnya menyebabkan rendahnya pengetahuan yang dimiliki tentang pengobatan kusta. Rendahnya pengetahuan akan menyebabkan seseorang tidak memiliki minat untuk melakukan pengobatan sehingga rendah pula untuk memberikan motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita kusta untuk minum obat kusta. Sesuai hasil penelitian diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20 responden (65%). Data tabulasi silang menunjukkan responden paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan motivasi keluarga termasuk kategori rendah yaitu sebanyak 13 responden (41,9%). Hasil analisis juga menunjukkan signifikansi hubungan jenis kelamin dengan motivasi (Spearman rank correlation dengan p = 0,001). Pada umumnya perempuan lebih peduli dengan penampilan diri, dengan kondisi kesehatan dan lebih rajin untuk melaksanakan pengobatan. Pada kenyataannya dengan semakin banyak perempuan ternyata motivasinya untuk mengingatkan anggota keluarganya yang menderita kusta untuk minum obat termasuk kurang. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh suatu kondisi sehingga si perempuan tidak berani mengingatkan anggota keluarganya untuk minum obat atau karena posisinya yang lemah sehingga kurang berani untuk bertindak demikian.
Berdasarkan tabel 1 diketahui responden yang memiliki motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta dengan kategori rendah yaitu sebanyak 14 responden (45,2%). Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden memiliki motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta dengan kategori rendah. Data tabulasi silang menunjukkan responden paling banyak berpendidikan SD dengan motivasi keluarga termasuk kategori rendah yaitu sebanyak 10 responden (32,3%). Hasil analisis juga menunjukkan adanya signifikansi hubungan antara pendidikan dengan motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta (Spearman rank correlation dengan p = 0,000 < 0,05). Sesuai dengan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 13 responden (42%). Jenjang pendidikan ini tergolong rendah sehingga ada hubungannya dengan rendahnya kemampuan responden untuk menerima informasi tentang pengobatan kusta. Hal ini berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang pengobatan kusta sehingga menyebabkan sikapnya yang negatif terhadap anjuran minum obat kusta. Pada akhirnya juga menyebabkan motivasinya untuk mengingatkan anggota keluarganya yang menderita kusta untuk minum obat juga rendah. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi yang rendah adalah latar belakang pekerjaan responden. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui hampir setengah responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 11 responden (36%). Hasil analisis juga menunjukkan adanya signifikansi hubungan antara pekerjaan dengan motivasi (Spearman rank correlation dengan p = 0,000 < 0,05). Pada jenis pekerjaan pegawai swasta maka ada kemungkinan responden jarang kontak dengan petugas kesehatan. Kondisi ini
Tabel 2 Tingkat Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri Bulan Mei 2013 Tanggal 8-16 Mei 2013 No. 1 2
13
Kepatuhan Minum Obat Tidak Patuh Kurang
Jumlah
%
8 4
25,8 12,9
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
3 Total
Patuh Patuh
19 31
kusta termasuk kategori baik yaitu sebanyak 9 responden (29%). Hasil analisis juga menunjukkan signifikansi hubungan antara jenis pekerjaan dengan kepatuhan minum obat kusta (Spearman rank correlation dengan p = 0,004 < 0,05 maka Ho ditolak). Kondisi sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh pekerjaan, semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kondisi sosial ekonomi. Pada responden dengan pekerjaan pegawai swasta maka responden merasa sering kontak atau berhubungan dengan orang lain. Adanya penyakit kusta maka dianggap sebagai sesuatu yang sangat mengganggu penampilan sehingga ada keinginan untuk sembuh dengan sangat kuat. Hal ini akan menimbulkan minat yang sangat kuat kepada penderita untuk patuh minum obat kusta yang didapatkannya. Hasil uji statistik diketahui ada hubungan motivasi keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri (p = 0,012 < 0,05, maka Ho ditolak). Di dapatkannya ada hubungan motivasi keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita kusta disebabkan dengan adanya dukungan dari anggota keluarga maka seseorang merasa bahwa hidupnya masih memiliki arti, masih dibutuhkan, masih disayangi. Hal ini akan menjadi sumber motivasi internal dari diri pasien untuk bangkit lagi. Adanya motivasi ini pada akhirnya akan timbul dorongan dari dalam diri penderita kusta bahwa saya harus sembuh dari penyakit yang dideritanya. Oleh karenanya akan timbul pola pikir yang positif yang akhirnya menggerakkan dirinya untuk selalu minum obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Disisi lain penderita sendiri juga memiliki sumber motivasi lain disamping dukungan keluarga seperti informasi yang didapat dari teman atau orang lain berkaitan dengan prinsip pengobatan kusta. Adanya rasa takut jika penyakitnya berlanjut sehingga
61,3 100
Berdasarkan table 2 diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan minum obat kusta dengan kategori patuh yaitu sebanyak 19 responden (61,3%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan minum obat kusta dengan kategori patuh. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 13 responden (42%). Hasil analisis silang menunjukkan responden paling banyak berpendidikan SD dengan kepatuhan minum obat kusta termasuk kategori baik yaitu sebanyak 6 responden (19,4%). Hasil analisis juga menunjukkan adanya signifikansi hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan (Spearman rank correlation dengan p = 0,048 < 0,05 maka Ho ditolak). Salah satu unsur demografi adalah faktor latar belakang pendidikan responden. Hal ini bisa disebabkan responden patuh minum obat karena faktor takut akan anjuran dokter atau petugas kesehatan jika obat yang diberikan tidak diminum. Orang yang berpendidikan rendah ada kemungkinan juga lebih mudah mengikuti perintah karena adanya rasa takut jika tidak mengikuti anjuran. Sebaliknya dengan jenjang pendidikan lebih tinggi, maka orang mulai mampu menganalisis meskipun dasar analisisnya belum tentu benar sehingga terkadang malas untuk mengikuti perintah termasuk anjuran minum obat kusta yang pada akhirnya tidak patuh. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui hampir setengah responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 11 responden (36%). Hasil analisis silang juga menunjukkan responden paling banyak pegawai swasta dengan kepatuhan minum obat
14
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
menimbulkan cacat fisik dan sebagainya juga akan meningkatkan kepatuhannya dalam minum obat kusta. Latar belakang pekerjaan yang menuntut penampilan fisik juga menyebabkan kepatuhannya untuk minum obat. Namun yang terpenting lagi adalah adanya motivasi dari anggota keluarganya yang selalu memberikan motivasi dalam pengobatan kusta.
patuh dalam mengkonsumsi obat kusta. DAFTAR PUSTAKA Achmad S. Ruky. 2003. Sumber Daya Manusia Berkualitas Mengubah. Visi Menjadi Realitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Darwis, S.D. 2003. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
KESIMPULAN Kesimpulan 1. Responden memiliki motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta dengan kategori rendah yaitu sebanyak 14 responden (45,2%). 2. Responden memiliki tingkat kepatuhan minum obat kusta dengan kategori patuh yaitu sebanyak 19 responden (61,3%). 3. Ada hubungan motivasi keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri (p = 0,012 < 0,05, maka Ho ditolak).
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.
Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan agar institusi pendidikan mensosialisasikan hasil penelitian ini melalui media internet agar dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya atau mahasiswa yang sedang menyusun penelitian. 2. Bagi Profesi Diharapkan profesi ikut mensosialisasikan dan mengaplikasikan kepada keluarga penderita kusta agar memberikan motivasi minum obat kusta. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan agar masyarakat peduli dengan penderita kusta dan ikut memberikan motivasi dalam minum obat kusta agar penderita
Kaplan, Sadock, dkk. 2007. Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC.
Efendi, Nasrul. 2002. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Hastomo, W. 2007. Kesehatan. Jakarta : Cipta.
Statistik Rinneka
Martin Handoko.2008. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.
Letnan Dailimonte. 2008. Gambaran Persepsi Penderita Tentang Penyakit Kusta Dan Dukungan Keluarga Pada Penderita Kusta Di Kota Manado. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rinneka Cipta Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta Bandung
15
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA
Zulkifli, 2003, Penyakit Kusta dan Masalah Yang Ditimbulkan http://library.usu.ac.id/download/fk m/fkm-zulkifli2.pdf di akses tanggal 22 November 2012 jam 12:30 WIB
16