i
PENGARUH DAUN SELEDRI DAN DAUN BLIMBING WULUH TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA PONDOK KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : HENY BUDI HASTUTI NIM: ST. 13 035
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Heny Budi Hastuti NIM
: ST.13 035
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji. 3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta,
Juli 2015
Yang membuat pernyataan.
Heny Budi Hastuti NIM : ST.13035
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul : ”Pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis. 2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep,Ns,M.Kes., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua mahasiswanya. 3. Ibu bc. Yeti Nurhayati,M.Kes., selaku pembimbing utama, dan Ibu Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep,Ns,M.Kep., selaku pembimbing pendamping, yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. iv
5. Bapak Sadikan, selaku kepala desa Pondok yang telah memberikan ijin waktu dan tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 6. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasehat, kasih sayang dan semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 7. Responden yang telah memberikan peran dalam membantu pengumpulan data untuk penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Teman-teman ST13 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2015
Heny Budi Hastuti NIM. ST. 13 035
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .............................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. .....
iii
SURAT PERNYATAAN ..........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
ABSTRAK ... ............................................................................................
xiii
BAB
BAB
I. PENDAHULUAN ...................................................................
1
2.1 Latar Belakang ................................................................
1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................
4
2.3 Tujuan Penelitian .............................................................
4
2.4 Manfaat Penelitian ..........................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori ..................................................................
7
2.2 Keasalian Penelitian .........................................................
31
2.3 Kerangka Teori .................................................................
33
2.4 Kerangka Konsep .............................................................
34
2.5 Hipotesis ...........................................................................
34
vi
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................
35
3.2 Populasi dan Sampel .........................................................
36
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................
38
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .....
38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................
39
3.6 Instrumen Penelitian .........................................................
41
3.7 Uji Normalitas ..................................................................
41
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data .................................
42
3.9 Etika Penelitian ...............................................................
44
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Univariat .............................................................
45
1. Karakteristik ..................................................................
45
2. Tekanan Darah pada Lansia Sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing .............................................
45
3. Tekanan Darah pada Lansia Sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing .............................................
47
4.2 Analisis Bivariate .............................................................
48
4.2.1 Uji Normalitas .........................................................
48
4.2.2 Tekanan darah sistolik pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ................................................
vii
49
4.2.3 Tekanan darah diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ................................................
50
BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat .............................................................
51
1. Karakteristik ..................................................................
51
2. Tekanan Darah pada Lansia Sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing .............................................
52
3. Tekanan Darah pada Lansia Sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing .............................................
54
5.2 Analisis Bivariat ................................................................
56
5.2.2 Hasil tekanan darah sistolik pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ................................................
56
5.2.3 Hasil tekanan darah diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ................................................
56
BAB VI. PENUTUP 8.1 Simpulan ...........................................................................
59
8.2 Saran ..................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Pengelompokan Resiko dan Terapi .........................................
2.2
Modifikasi Gaya Hidup untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan
25
Hipertensi ................................................................................
26
2.3
Keaslian Penelitian ..................................................................
31
3.1
Desain dan Rancangan .............................................................
38
4.1
Distribusi Frekuensi Umur ......................................................
45
4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ........................................
46
4.3
Distribusi Frekuensi Lama Hipertensi .....................................
46
4.4
Deskripsi tekanan darah pada lansia sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri ................................................................................
4.5
47
Deskripsi tekanan darah pada lansia sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri ................................................................................
48
4.6
Hasil Uji Normalitas ...............................................................
49
4.7
Tekanan darah sistolik pre dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .
4.8
49
Tekanan darah distole pre dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .
ix
50
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Model Sederhana Komunikasi Personal ................................
24
2.2
Kerangka Teori ........................................................................
34
2.3
Kerangka Konsep .....................................................................
34
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian/Lembar Observasi Lampiran 4. Rekapitulasi Data Penelitian Lampiran 5. Jadwal Penelitian Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Stikes Kusuma Husada Surakarta Lampiran
7. Surat Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas Kabupaten Wonogiri
Lampiran 8. Surat keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Lampiran 9. Surat Ijin Studi Pendahuluan dari Stikes Kusuma Husada Surakarta Lampiran 10. Lembar Konsultasi Lampiran 11. Dokumentasi Lampiran 12. Hasil Data SPSS
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Heny Budi Hastuti Pengaruh Daun Seledri dan Daun Blimbing Wuluh terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Abstrak
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sifatnya asimtomatik sehingga hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Masalah penelitian ini adalah masih tingginya angka penderita hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, oleh karena itu diperlukan tindakan selain farmakologi juga non farmakologi salah satunya adalah pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh agar dapat menekan peningkatan tekanan darah. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi, dan mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimen semu/quasi eksperimen dengan rancangan one group pre and post test design. Sampel yang digunakan sebanyak 34 lansia dengan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan analisis paired-simple t-test. Hasil tekanan darah sistole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg, hasil tekanan darah sistole sesudah perlakuan 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah perlakuan sebesar 89,26 mmHg, dan terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia. Kata kunci: Daun seledri dan daun blimbing wuluh, tekanan darah, lansia hipertensi. Daftar Pustaka: 32 (2003 – 2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Heny Budi Hastuti Effect of Celery and Blimbing Wuluh Leaves on Blood Pressure of the Elderly with Hypertension in Pondok Village of Ngadirojo Sub-district, Wonogiri Regency ABSTRACT Hypertension is often called the silent killer because it is symptomatic. Hypertension occupies the third place as the cause of death after stroke and tuberculosis. The problem of research deals with the high number of patients with hypertension in Pondok village of Ngadirojo Sub-district, Wonogiri. Therefore, in addition to the pharmacological interventions, non-pharmacological ones are also required. One of them is the administration of celery and blimbing wuluh leaves to suppress the increase in the blood pressure. The objective of this research is to investigate the effect of the celery and blimbing wuluh leaves on the blood pressure of the elderly with hypertension in Pondok Village of Ngadirojo Subdistrict, Wonogiri. This research used the quasi experimental method with one group and pre test design. The samples of research consisted of 34 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed by using the paired-simple t-test. The result of this research shows that prior to the treatment the average value of systolic blood pressure was 170.74 mm Hg, and that of diastolic blood pressure was 94.41 mm Hg. Following the treatment, the former became 153.38 mm Hg and the latter became 89.26 mm Hg. Thus, there was a significant effect of the celery and blimbing wuluh leaves on the blood pressure of the elderly with hypertension in Pondok Village of Ngadirojo District, Wonogiri. Celery and blimbing wuluh leaves, blood pressure, hypertension elderly. References: 32 (2003 – 2014) Keywords:
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis dan ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Peningkatan jumlah lansia juga dapat mempengaruhi aspek kehidupan mereka, antara lain perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, sosial, dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut (Azizah, 2011). Depkes 2009 dalam Maryam dkk (2011) menyebutkan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara umum, menjadi tua atau menua (ageing process) ditandai oleh kemundurankemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik dan kemunduran kemampuan kognitif yang seringkali menimbulkan masalah kesehatan. Penduduk lanjut usia beberapa tahun terakhir menglami peningkatan yang signifikan. Tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta
1
2
jiwa dan meningkat menjadi 20,55 pada tahun 2009. Jumlah lansia di Indonesia termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia didominasi oleh perempuan (Badan Pusat Statistik, 2011). Penyakit yang erat hubungannnya dengan proses menua salah satunya yaitu gangguan sirkulasi darah atau kardiovaskuler (Azizah, 2011). Komponenkomponen
utama
pada
sistem
kardiovaskuler
adalah
jantung
dan
vaskularisasinya. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang), pembuluh darah (arteriosklerosis; elastisitas dinding pembuluh darah berkurang) dan kemampuan memompa dari jantung bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi (Maryam, dkk., 2011). Penyakit yang paling sering dialami oleh lansia di Indonesia menurut Dept. of Health Houshold Survey on Health yang dikutip dalam Azizah (2011) yaitu hipertensi dengan prosentase sebesar 15,7% diperingkat pertama dan penyakit muskuloskeletal dengan prosentase sebesar 14,5% diperingkat kedua dan diikuti oleh penyakit lainnya. Menurut Triyanto (2014), bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas. Struktur penduduk dunia termasuk negara Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Jumlah lansia di Indonesia ada 19,3 juta (8,37% dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia,
3
2010). Jawa Tengah 11,16% menduduki peringkat ke 2 setelah Yogyakarta yaitu 14,04% (BPS, 2011). Kabupaten Wonogiri, penderita hipertensi tahun 2012 sebanyak 37.865 kasus, dengan lansia hipertensi sebanyak 15.250 orang (Dinkes Wonogiri, 2013). Hasil penelitian Muzakar dan Nuryanto (2012), bahwa air daun seledri dapat menurunkan tekanan /darah dan ada pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah. Adanya pengaruh tersebut karena daun seledri banyak mengandung apiin. Di samping seledri, daun belimbing wuluh juga dimungkinkan dapat menurunkan tekanan darah. Telah dibuktikan oleh Bipat et al., (2008) bahwa daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui stimulasi diuretik. Daun blimbing wuluh dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh, melancarkan proses pencernaan karena belimbing memiliki kandungan serat yang baik (Hernani, 2009). Berdasarkan survey pendahuluan pada tanggal 2 November 2014 di Puskesmas Ngadirojo diperoleh data bahwa pada Oktober 2014 terdapat lansia hipertensi 257 lansia dari 11 desa yang ada, Desa Pondok merupakan urutan pertama kasus hipertensi yaitu sebanyak 68 lansia yang terdiri dari 6 (enam) Posyandu. Pada saat mengikuti posyandu pada bulan November 2014, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat spigmomanometer terdapat 68 lansia yang mengalami hipertensi. Selain itu, berdasarkan data dari Puskesmas Ngadirojo, hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomor satu dan berikutnya ISPA dan penyakit otot. Masalah tingginya penderita hipertensi diantaranya lansia tidak rutin kontrol dan mahalnya obat hipertensi.
4
Berdasarkan beberapa hal pada latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti tentang pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.
1.2. Rumusan Masalah Data dari Puskesmas Ngadirojo diketahui bahwa hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomor 1 dan berikutnya baru ISPA dan penyakit otot, tingginya penderita hipertensi tersebut disebabkan karena lansia tidak rutin kontrol dan mahalnya obat hipertensi, oleh karena diperlukan obat non kimia yaitu herbal untuk menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah : “Apakah ada pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada Lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri?”. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada Lansia Hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteriktik responden terhadap daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.
5
2. Mendeskripsikan tekanan darah sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. 3. Mendeskripsikan tekanan darah sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. 4. Mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti Mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan dalam kegiatan nyata di lapangan, khususnya mengenai pengaruh daun seledri dan blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. b. Bagi peneliti berikutnya Diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian tentang pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. c. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian
ini
memperkaya
ilmu
pengetahuan
dalam
bidang
keperawatan khususnya terapi non farmakologi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Posyandu Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan kesehatan seperti di posyandu lansia untuk menginformasikan manfaat dari mengkonsumsi daun seledri dan daun blimbing wuluh sebagai terapi untuk mengintervensi kualitas tekanan darah. b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi wawasan yang ilmiah mengenai manfaat mengkonsumsi daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi sebagai pengobatan non farmakologi berupa herbal.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Lansia (Lanjut Usia) 2.1.1.1. Pengertian Lansia Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Azizah, 2011). Lanjut usia menurut Hardywinoto (2005) terdiri dari 3 kategori, yaitu young old (70 – 75 tahun), old (75 – 80 tahun) dan very old (di atas 80 tahun). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan batasan lanjut usia sebagai berikut: 1) Usia pertengahan (middle age) yaitu antara usia 45 – 59 tahun; 2) Lanjut usia (elderly) yaitu antara usia 60 – 74 tahun; 3) Lanjut usia tua (old) yaitu antara usia 75 – 90 tahun; 4) Usia sangat tua (very old) yaitu di atas usia 90 tahun. 2.1.1.2. Proses Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Padila, 2013).
7
8
Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008). 2.1.1.3. Perubahan yang Terjadi pada Lansia Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan psikososial. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Perubahan Fisik Menurut Padila (2013), perubahan kondisi fisik pada lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis
berganda
(multiple
pathology),
misalnya
tenaga
berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
9
Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia adalah : a) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit. b) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh. c) Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. d) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. e) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan lemak. f)
Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.
g) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.
10
h) Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian. 2) Perubahan Mental Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008). 3) Perubahan Psikososial Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008). 4) Perubahan Kardiovaskular Perubahan kardiovaskular yang sering terjadi pada lansia yaitu : (Padila, 2013). a. Hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya
11
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah, serangan/gagal jantung dan gagal ginjal. b. Penyakit Jantung Koroner Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan. c. Disritmia Insidensi distrimia atrial dan ventrikuler meningkat pada lansia karena perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan dan jatuh. d. Penyakit Vaskular Perifer Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. e. Penyakit Katup Jantung Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul.
12
2.1.2. Hipertensi 2.1.2.1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/ mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014). Menurut Rudianto (2013), hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systole (bagian atas) dan angka bawah (diastole) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa ataupun alat digital lainnya. Hipertensi pada lansia dibedakan menjadi dua macam yaitu hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan dan hipertensi sistolik pada usia di atas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat pada usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun. Tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Kuswardhani, 2006). Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
13
serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi dua macam yaitu hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih 90 mmHg serta hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho, 2008). 2.1.2.2. Kategori Hipertensi Angka pengukuran tekanan darah hanya menunjukkan besarnya tekanan arah pada saat diulakukan pengukuran (Djunaedi, dkk, 2013). Kategori hipertensi dapat dibagi seperti tampak pada tabel berikut : Tabel 2.1. Kategori Hipertensi Kategori
Sistolik
Diastolik
Normal 120 mmHg < 80 mmHg Pre Hipertensi 120 mmHg – 139 mmHg 80 mmHg – 90 mmHg Hipertensi derajat 1 140 mmHg – 159 mmHg 90 – 99 mmHg > 160 mmHg > 100 mmHg Hipertensi derajat 2 Sumber: WHO-JNC (2005) dalam Triyanto (2014). 2.1.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi Menurut Babatsikou dan Assimina (2010) hipertensi dari penyebabnya dibedakan menjadi 2 macam: 2.1.2.3.1 Hipertensi esensial atau hipertensi primer (idiopatik). Jenis hipertensi ini masih belum diketahui penyebabnya, meskipun begitu kasus hipertensi esensial ini memiliki beberapa faktorfaktor resiko tertentu, seperti faktor keturunan, usia, ras, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya asupan kalium, magnesium, dan kalsium, komsumsi alkohol yang berlebihan, dan kejadian ini terjadi lebih banyak pada lelaki. Gaya hidup
14
yang tidak sehat dengan banyak mengkomsumsi garam juga menjadi salah satu pemicu timbulnya hipertensi. 2.1.2.3.2 Hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder dikenal juga dengan hipertensi renal. Berikut ini adalah beberapa faktor pemicu timbulnya hipertensi sekunder, antara lain penggunaan estrogen, penyakit ginjal, tumor kelenjar hipofisis, produksi hormon yang berlebihan, seperti hormon adrenal dan tiroid, tumor otak atau gangguan yang melibatkan tekanan intra kranial meningkat. 2.1.2.4. Faktor Resiko Hipertensi Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (2006) faktor risiko hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat kontrol dan faktor risiko yang dapat dikontrol. Lewa, dkk (2010) menjelaskan, faktor penyebab yang mempengaruhi hipertensi pada lansia yang dapat atau tidak dapat dikontrol antara lain: a) Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol 1) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada laki-laki sama dengan perempuan. Namun perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Perempuan yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki bila terjadi pada
15
usia dewasa muda. Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pria dan 10,9 pada wanita (Triyanto, 2014). Di antara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki lenbih banyak yang menderita hipertensi. Namun, hal ini makan terjadi sebaliknya setelah berumur 55 tahun
ketika
sebagian
wanita
mengalami
menopause,
hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita (Djunaedi, dkk, 2013). 2) Usia Semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada lansia harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. 3) Keturunan (Genetik) Adanya
faktor
genetik
pada
keluarga
tertentu
akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
16
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempnyai keluarga riwayat dengan hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Kuswardhani, 2006). b) Faktor resiko yang dapat dikontrol Faktor resiko yang dapat dikontrol ini menurut Triyanto (2014), yaitu : 1) Rokok. Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler
telah
didokumentasikan
secara
nyata.
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna. 2) Alkohol. Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan
tekanan
darah,
meningkatkan
katekolamin
mungkin
plasma.
dengan
Kebiasaan
cara
minum
alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi. 3) Kurang Aktivitas Olahraga. Kurang aktifitas fisik dapat mengakibatkan berbagai macam keluhan. Salah satunya pada
17
sistem kardiovaskular yaitu ditandai dengan menurunnya denyut nadi maksimal serta menurunnya jumlah darah yang dipompa dalam tiap denyutan. Kurang aktifitas fisik juga dapat meningkatkan tekanan darah, dengan latihan olahraga yang rutin diharapkan akan menurunkan tekanan darah dengan sendirinya. 4) Obesitas. Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan
dengan
peningkatan
volume
intravaskuler dan curah jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti atritis, jantung, dan hipertensi. 5) Stress. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. 2.1.2.5. Penanganan Hipertensi Upaya penanganan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan terapi farmakologi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006).
18
a. Pengendalian Faktor Risiko 1) Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan. 2) Mengurangi asupan garam di dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak. 3) Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. 4) Melakukan olah raga teratur Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
19
5) Berhenti merokok Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada
penderita
tekanan
darah
tinggi
semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok. b. Terapi Farmakologis Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :
20
1) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi. 2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. 3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. 4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur hidup. c. Jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (OAH) 1) Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya. 2) Penghambat Simpatis Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi hati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.
21
3) Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui
mengidap
gangguan
pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi
sangat
rendah
sehingga
dapat
membahayakan
penderitanya). Pada orang dengan penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. 4) Vasodilatator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala. 5) Penghambat enzim konversi angiotensin Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
22
6) Antagonis kalsium Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. 7) Penghambat reseptor angiotensin II Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan : a) Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 - 50 mg/hari b) Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 - 100 mmHg c) Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 - 60 mg/hari d) Penghambat reseptor beta: propanolol 40 - 160 mg/hari e) Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): reserpin 0,05 - 0,25 mg/hari. Tatalaksana pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
23
a) Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi. b) Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi (kambuh) faktor risiko. c) Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan kegawatdaruratan melibatkan
manajemen di
organisasi
semua profesi,
kasus
dan
tingkat
pelayanan
pengelola
penanganan dengan
program
dan
pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi. d) Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi. Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.
24
d. Terapi Non Farmakologis Pada hipertensi esensial ringan, penggunaan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Anjuran pengurangan asupan garam sebanyak 60 mmol/hari, berarti tidak ada penambahan asupan garam waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari penggunaan makanan yang sudah diasinkan, menggunakan mentega yang bebas garam, merupakan pengurangan garam dengan ketat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan penderita secara drastis, sehingga hal ini akan sulit dilaksanakan (Djunaedi, dkk, 2013). Pengobatan non farmakologis yang lain, yaitu menghindarkan faktor risiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, dan stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, walaupun pada beberapa survei didapat pada kelompok perokok, tekanan darahnya lebih rendah daripada kelompok yang tidak merokok. Alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer, sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Dengan olahraga, akan timbul perasaan santai, dapat menurunkan berat badan, sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Rudianto, 2013). Terapi non farmakologis harus selalu digunakan pada pasien dengan hipertensi perbatasan dan tanpa kerusakan organ, terutama pada orang yang kegemukan (obesitas).
Terapi non farmakologis
25
mencakup penurunan berat badan, pembatasan garam, latihan fisik, dan pengubahan pola hidup mengurangi asupan lemak, menghentikan kebasaan merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol sampai kurang dari 2 gelas bir per hari (Nugroho, 2007). Mekanisme obesitas dapat dilakukan dengan: Penurunan BB (Berat Badan) akan menurunkan TD (tekanan darah) melalui penurunan tonus simpatis. Pada percobaan binatang yang dilakukan, dimana binatang tersebut diberikan makanan yang sangat banyak ternyata mengakibatkan naiknya TD. Itulah yang mendasari bahwa ada hubungan obesitas dengan hipertensi. Modifikasi gaya hidup dapat mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap morbiditas dan mortalitas. Diet yang kaya buahbuahan, sayuran dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Terapi tambahan dapat mencegah atau mengurangi hipertensi akibat kardiovaskuler (Gofir, 2004). Pengelompokan resiko dan terapi non farmakologi dapat dilakukan seperti tampak pada tabel 2.2. berikut. Tabel 2.2. Pengelompokan Resiko dan Terapi Kelompok Kelompok resiko Derajat resiko A B (paling sedikit tekanan darah (tidak ada 1 faktor resiko, (mmHg) faktor resiko) tidak termasuk diabetes) Normal tinggi Modifikasi Modifikasi gaya hidup (130-139/85gaya hidup 89) Derajat 1 Modifikasi Modifikasi gaya (140-159/80gaya hidup hidup 99)
Kelompok resiko C (TOD/CCD dan/atau diabetes dengan ada faktor resikolainnya) Terapi obat
Terapi obat
26
Derajat 2 dan 3 Terap obat (≥160 / ≥100) Sumber : Gofir (2004)
Terapi obat
Terapi obat
Tabel 2.3. Modifikasi Gaya Hidup Untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi Modifikasi Gaya Hidup 1. Kurangi berat badan jika berlebih 2. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1oz (30ml), bir misal 24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang lebih ringan 3. Tingkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit hampir tiap hari dalam satu minggu) 4. Kurangi asupan natrium tidak berlebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida) 5. Pertahankan asupan kalium adekuat dalam diet (kira-kira 90 mmol/hari) 6. Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk kesehatan secara umum 7. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolestrol untuk keseharan kardiovaskuler secara keseluruhan Sumber: Lawrance M. Tierney (2004) e. Terapi Hipertensi dengan Herbal Penggunaan herbal dan bahan alami sudah banyak dilakukan oleh masyarakat dunia untuk mengontrol dan mengobati penyakit. Begitu pula dengan hipertensi. Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat antihipertensi. Beberapa tanaman baik secara tradisional ataupun yang telah didukung dengan pembuktian secara preklinis (pengujian terhadap hewan coba) maupun secara klinis (pengujian terhadap manusia) dapat mengontrol atau mengendalikan tekanan darah (Djunaedi, dkk, 2013). Mekanisme secara umum tanaman obat dalam mengontrol tekanan darah, antara lain memberikan efek dilatasi pada pembuluh
27
darah dan menghambat efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE). Selain itu, sediaan herbal dapat pula berupa kombinasi antara efek diuretik (peluruh air seni), efek penenang atau obat tidur, dan efek terapi yang lebih baik (Mun’im dan Hanani, 2011). Pengurangan volume cairan dalam darah dengan diuretik, dapat menstimulasi penurunan jumlah natrium pada ginjal sehingga tekanan darah menurun. Ginjal dapat menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-angiotensin. Ginjal akan mengekskresikan renin dalam responnya untuk menurunkan natrium atau sinyal dari susunan saraf simpatik. Renin akan membantu menghasilkan komponen angotensin,
suatu
Penghambatan
pegkonstriksi
sistem
pembuluh
renin-angiotensin
darah
yang
memungkinkan
kuat. dapat
menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan tekanan darah (Mun’im dan Hanani, 2011). Beberapa tanaman yang dapat dijadikan pengobatan secara herbal meliputi : 1) Daun Seledri Seledri (Apium graveolens, Linn.)
merupakan tanaman
terna tegak dengan ketinggian lebih kurang dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentuk batangnya bersegi, bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut. Bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai
28
payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop (Djunaedi, dkk, 2013). Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut : (Djunaedi, dkk, 2013) Bahan :
1) 15 batang seledri utuh, cuci bersih 2) 3 gelas air
Cara membuat dan aturan pemakaian : 1) Potong seledri secara kasar 2) Rebus seledri hingga mendidik dan tinggal setengahnya, minum air rebusan sehari 2 kali setelah makan. Hubungan dengan hipertensi, seledri berkhasiat menurunkan tekanan darah (hipotensif atau antihipertensi). Sebuah percobaan perfusi pembuluh darah menunjukkan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lainnya menunjukkan efek hipotensif herba seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan Hanani, 2011). Penelitian terbaru mengenai efek ekstrak etanol seledri untuk menurunkan tekanan darah pada laki-laki dewasa dilakukan
29
oleh Oddy Litanto (2010) dari Universitas Maranatha, Bandung, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sukarelawan sebelum dan setelah meminum ekstrak etanol seledri. Nilai rata-rata tekanan darah sukarelawan setelah minum ekstrak etanol seledri, yaitu tekanan darah sistole 109,40 dan tekanan darah diastole 70,20 mmHg sedangkan nilai rata-rata tekanan darah sebelum minum ekstrak etanol seledri adalah tekanan darah sistole 116,02 dan tekanan darah diastole 74,79 mmHg, dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak etanol seledri dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. 2) Daun Blimbing Wuluh Pohon blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) tergolong kecil dengan tinggi tanaman mencapai 10 m. Batangnya kasar, tidak terlalu besar, dan memiliki banyak tonjolan. Percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Daun tersusun majemuk yang terdri dari 21-45 pasang daun. Permukaan daun bagian atas merambat jarang, sedangkan bagian bawah berambut padat seperti beludru. Panjang daun 2-10 cm dan lebar 1,25 – 3 cm. Secara empiris atau tradisional, daun blimbing wuluh telah banyak digunakan untuk mengatasi hipertensi. Daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme diuraikan pada hewan uji marmot, yakni mengurangi jumlah air
30
dalam plasma darah dengan cara mengeluarkannya sebagai urine (Mun’im dan Hanani, 2011). Contoh ramuan daun blimbing wuluh dapat dijelaskan sebagai berikut : Bahan : 1) 50 gram daun blimbing wuluh, cuci bersih 2) 300 ml air. Cara membuat dan aturan pemakaian : 1) Rebus daun blimbing wuluh hingga mendidik dan air tersisa setengahnya. 2) Saring selagi hangat dan minum dua kali sehari setelah makan. Penelitian yang dilakukan oleh Muniroh, L, dkk (2013), yang meneliti tentang pengaruh pemberian jus buah blimbing dan mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberi perlakuan (p = 0,02), hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian jus buah blimbing dan mentimun terhadap penurunan tekanan darah diastolik dan sistolik. Ekstrak kasar etanol dengan dosis 25 mg/kg bobot badan dapat menurunkan tekanan darah hingga 41,25 mmHg. Jika ekstrak dimurnikan menggunakan pelarut heksan, penurunannya dapat mencapai 51,5 mmHg. Pengaruh pemberian obat antihipertensi sebaiknya tidak berlangsung terlalu cepat dalam menurunkan darah. Lamanya penurunan tekanan darah setelah pemberian
31
ekstrak kasar lebih cepat (0,99 menit) dibandingkan dengan ekstrak (1,43 menit). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar ataupun ekstrak yang telah dimurnikan dari daun belimbing wuluh memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antihipertensi.
2.2. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.4. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Metode Hasil 1 Muzakar dan Pengaruh pemberi- Jenis penelitian Hasil Uji statistik Nuryanto an air rebusan deskriptif analitik didapatkan p value < (2012) seledri terhadap dengan rancangan 0.05 disimpulkan penurunan tekanan quasi eksperimen. bahwa ada pengaruh darah pada Alat analisis yang pemberian air rebusan penderita hipertensi digunakan dengan seledri terhadap uji dua mean yaitu penurunan tekanan uji t-test. darah. 2 Muniroh, L, Pengaruh Rancangan Tidak ada beda dkk (2013) Pemberi-an Jus penelitian dengan tekanan darah sistolik awal dan diastolik Buah Belim-bing quasy eksperimen awal antara kelompok dan Mentimun dengan desain perlakuan dan terhadap Randomized kelompok kontrol. Penurunan Pada kelompok Pretest-Posttest Tekanan Darah. perlakuan terdapat Control Group perbedaan antara Design dengan tekanan darah sistolik pemberian sebelum dan sesudah secara Single diberi perlakuan. Blind. Alat Demikian juga pada analisis data tekanan darah dengan diastolik sebelum dan independen t-test. sesudah perlakuan. Pada kelompok
32
3
Pradana dan Perbedaan tekanan Juanita (2014) darah sebelum dan sesudah pemberian infusum belimbing wuluh pada penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendabgrejo
Jenis penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pra-paska test dengan satu kelompok. Alat analisis uji wilcoxon signed ranks test.
kontrol, tidak terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan. Demikian juga dengan tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan. Tidak terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik terdapat perbedaan penurunan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian infusum belimbing wuluh adalah 171 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian infusum belimbing wuluh adalah 152 mmHg, terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi infusum belimbing wuluh. Hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,000.
33
2.3. Kerangka Teori
Etiologi 1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol: a. Jenis kelamin b. Usia c. Keturunan (genetik) 2. Faktor yang dapat dikontrol a. Kebiasaan merokok b. Stress c. Aktivitas olahraga d. Alkohol e. Obesitas
Hipertensi
1. 2. 3. 4.
Jenis Hipertensi
Penanganan Hipertensi
Jenis Hipertensi :
1. Farmakologi a. Deuretik b. Penghambat simpatis c. Betabloker d. Vasodilatator e. Antagonis kalsium f. Penghambat reseptor 2. Non Farmakologi a. Mengurangi berat badan jika berlebih b. Batasi asupan alkohol c. Aktifitas fisik d. Kurangi asupan kalsium bila berlebih e. Herbal 1) Daun seledri 2) Daun belimbing
Normal Pre Hipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2
34
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Lewa, dkk (2010), Lawrance M. T (2004), (Djunaedi, dkk, 2013) 2.4. Kerangka Konsep
Tekanan Darah pre intervensi
Penanganan non farmakologis: daun seledri dan daun blimbing wuluh
Tekanan Darah post intervensi
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Ha : Ada pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen semu/quasi eksperimen yaitu rancangan percobaan tidak murni dengan penelitian uji klinis tetapi melakukan perlakuan tehnik pendekatan dengan terapi herbal yaitu pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi. Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre and post test design yaitu rancangan perlakuan menggunakan satu kelompok sampel yang sama dengan satu penilaian setelah perlakuan. Menurut Sugiyono (2008), rancangan one-group pretest-posttest design merupakan pengamatan pada satu kelompok sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Hal ini dapat digambarkan seperti tampak pada gambar 3.1. berikut. Subjek
Pre
Perlakuan
Post
K
O
1
O1
Keterangan : K
: Subjek, yaitu lansia hipertensi
O
: Tahap pengukuran tekanan darah sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh.
1
: Tahap perlakuan, yaitu saat dimana responden diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh.
O1
: Tahap pengukuran tekanan darah sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh. 35
36
3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi yang ada di 6 posyandu lansia di wilayah Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri sebanyak 68 lansia. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pembagian sampel berdasarkan tujuan tertentu yang tidak menyimpang dari kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Adapun criteria yang menjadi responden adalah : a) Kriteria inklusi 1) Lansia yang tinggal di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. 2) Lansia sehat jasmani dan rohani 3) Usia ≥ 60 tahun 4) Lansia yang menderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi b) Kriteria eksklusi 1) Lansia yang tidak kooperatif, tidak mengikuti kegiatan secara penuh 2) Lansia yang mempunyai penyakit kronis lain (misalnya : jantung dan diabetes mellitus) 3) Dalam perawatan khusus, perawatan medis
37
3. Besar sampel Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus menurut (Riyanto, 2011) sebagai berikut :
N . Z 2 . P (1 P ) n= N . d 2 Z 2 . P (1 P ) Keterangan : n
= jumlah sampel
N
= jumlah populasi
d
= besar penyimpangan 0,1
P
= Proporsi kejadian, jika belum diketahui = 0,5
Z
= tingkat kepercayaan 95%= 1,96
Besar sampel dalam penelitian ini adalah : n
68 . (1,96) 2 . 0,5 (1 0,5) = 68 . (0,1) 2 (1,96) 2 . 0,5 (1 0,5)
n
=
68 . 3,8416 . 0,25 68 0,96
n
=
76,83 1,76
n
= 33,64
34 orang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel terlebih dahulu dengan syarat inklusi yang telah dijelaskan di muka, dan jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 34 orang yang diberi campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh.
38
3.3.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Pebruari-Maret 2015 dengan mengambil tempat di Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
3.4. Variabel, Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan variabel bebas (Setiadi, 2007), dalam penelitian ini adalah pemberian campuran daun seledri dan daun blimbing wuluh. Adapun variabel yang lain adalah variabel terikat yaitu variabel yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas (Setiadi, 2007), variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia hipertensi. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :
39
No
Variabel
Definisi Operasional
1
Campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh
3.
Tekanan darah
Campuran dari daun seledri dan Gelas ukur. daun blimbing wuluh merupakan cairan dari hasil rebusan campuran daun seledri dan daun blimbing wuluh yang diberikan kepada lansia hipertensi dengan menggunakan gelas ukuran ± 200 cc. Angka yang didapat dari hasil Tensimeter pengukuran tekanan darah pada Air raksa lansia dengan menggunakan tensimeter air raksa yang dilakukan sebelum diberikan campuran rebusan daun seledri dan rebusan daun blimbing wuluh.
Indikator Penilaian -
Alat Ukur
Pengukuran Sistole dan Diastole
3.5.Pengumpulan Data dan Rencana Jalannya Penelitian Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala desa Pondok kecamatan Ngadirojo kabupaten Wonogiri b. Peneliti meminta ijin kepada Kepala Puskesmas untuk pengambilan data di wilayah kerja Puskesmas Ngadirojo. c. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kesbanglinmas.
Skala -
Interval
40
2. Tahap pelaksanaan a. Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. b. Peneliti meminta bantuan pada kader posyandu dalam pengumpulan responden c. Melakukan wawancara pada responden tentang kesediaannya menjadi responden. d. Menjelaskan pada responden tentang tujuan,manfaat dan akibat menjadi responden. e. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat pernyataan kesanggupan menjadi responden. f. Memberi penjelasan kepada lansia tentang tata cara membuat, komposisi, aturan minum air rebusan daun seledri dan daun belimbing wuluh yang dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. g. Mengukur tekanan darah responden sebelum mengkonsumsi air rebusan daun seledri dan daun belimbing wuluh. h. Setelah 3 hari peneliti kembali melakukan pengukuran terhadap tekanan darah responden setelah mengkonsumsi air rebusan daun seledri dan daun belimbing wuluh . i. Melakukan rekapitulasi data responden. 3. Tahap Pelaporan Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
41
a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada. b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada. c. Menginterpretasikan
data-data
tersebut
dengan
teori-teori
dari
penelusuran kepustakaan yang ada.
3.6.Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tensi air raksa 2. Bolpoint 3. Kertas 4. Note Book 5. Rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh
3.7.Uji Normalitas Pengujian mengenai hasil penelitian variabel tekanan darah sebelum dan sesudah ada intervensi yaitu diberi campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh diuji dengan paired simple t-test dan wilcoxon signed ranks test yang sebelumnya data diuji normalitas data dengan uji Saphiro wilk. Hasil pengujian menunjukan data berdistribusi normal yang ditandai dengan nilai p ≥ 0,05 dan data berdistribusi tidak normal yang ditandai dengan nilai p < 0,05.
42
3.8.Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut: a.
Editing Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di lengkapi.
b.
Coding Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasilhasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian
dimasukkan
dalam
lembaran
tabel
kerja
guna
mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu kode tertentu. c.
Scoring Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer melalui program komputer yang memerlukan suatu kode tertentu. Adapun kode yang dimaksud adalah:
43
1) Karakteristik responden a) Umur
b) Jenis Kelamin
: - 60 - 65 tahun
=1
- 66 - 75 tahun
=2
- > 75 tahun
=3
: - Laki-laki - Perempuan
c) Lama hipertensi
d.
: - < 2 tahun
=1 =2 =1
- 2 – 4 tahun
=2
- > 4 tahun
=3
Tabulating Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner
2. Analisa data a. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia (umur, jenis kelamin dan lama hipertensi), tekanan darah lansia sebelum diberi campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh serta tekanan darah lansia sesudah diberi campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh. Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
44
ukuran tendensi sentral atau grafik. Tabel distribusi frekuensi digunakan untuk menyajikan data yang bersifat interval dan ordinal yaitu jenis kelamin dan umur. Ukuran tendensi sentral digunakan untuk menyajikan data yang bersifat interval, dalam penelitian ini adalah tekanan darah lansia sebelum diberikan intervensi dan tekanan darah lansia setelah diberikan intervensi berupa pemberian campuran rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh. b. Analisis bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk dapat menguji hipotesis dan menganalisa data yang diperoleh, menggunakan bebarapa uji Paired Simple t-test (Notoatmodjo, 2010). Paired Simple t-test ini digunakan untuk mengetahui perbedaan skor tekanan darah sebelum dan setelah diberi terapi yang berupa pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh. Jika data tidak berdistribusi normal maka analisa data menggunakan uji Wilcoxon Rank Test.
3.9.Etika Penelitian Etika penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia maka dari itu penelitian ini harus benar-benar diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Masalah etika penelitian sebagai berikut :
45
1. Informed Consent (persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah penelitian. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan. 2. Anomin (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi diganti dengan kode atau insial responden. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Pebruari – Maret 2015 dengan jumlah responden sebanyak 34 responden yang terbagi dalam 2 kelompok pengukuran tekanan darah, yaitu kelompok pengukuran sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh dan kelompok pengukuran tekanan darah sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia. 4.1 Analisis Univariat 4.1.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang umur, jenis kelamin, dan lama menderita hipertensi. Hal ini dapat dikemukakan seperti tampak pada pembahasan berikut : a. Umur Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Umur Jumlah 60 - 65 tahun 6 66 – 75 tahun 20 > 75 tahun 8 Jumlah 34
(%) 17.6 58.8 23.5 100.0
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian kecil responden mempunyai umur antara 60-65 tahun (17,6%) kemudian umur lebih dari 75 tahun (23,5%) dan sebagian besar responden berumur antara 66-75 tahun (58,8%). 46
47
b. Jenis Kelamin Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (%) Laki-laki 11 32.4 Perempuan
23
67.6
Jumlah
34
100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki (32,4%) dan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (67,6%). c. Lama Hipertensi Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Lama Hipertensi Lama Hipertensi < 2 tahun 2 – 4 tahun > 4 tahun Jumlah
Jumlah 6 13 15 34
(%) 17.6 38.2 44.1 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian kecil responden mempunyai lama hipertensi kurang dari 2 tahun (17,6%), kemudian 24 tahun (38,2%) dan sebagian besar responden mempunyai lama hipertensi lebih dari 4 tahun (44,1%).
4.1.2
Tekanan Darah pada Lansia Sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing Besaran nilai tekanan darah pada lansia sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing dapat ditampilkan dalam tabel 4.4
48
Tabel 4.4 Deskripsi tekanan darah pada lansia sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri Tekanan Darah Mean SD Minimum Maximum Sistolis
170,74
22,15
140
220
Diastolik
94,41
8,14
80
120
Tabel 4.4. diperoleh rata-rata nilai tekanan darah sistole pre test sebesar 170,74 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 22,16 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 140 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 220 mmHg, dengan nilai tekanan darah sistolis tertinggi 220 mmHg dan terendah 140 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 94,41 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 8,14 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 80 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 120 mmHg, dengan nilai tekanan darah sistolis tertinggi 120 mmHg dan terendah 80 mmHg.
4.1.3
Tekanan Darah pada Lansia Sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing Besaran nilai tekanan darah pada lansia sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing dapat ditampilkan dalam tabel 4.5.
49
Tabel 4.5 Deskripsi tekanan darah pada lansia sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri Tekanan Darah Mean SD Minimum Maximum Sistolis
153,38
22,45
100
200
Diastolik
89,26
7,40
70
100
Tabel 4.5. diperoleh rata-rata nilai tekanan darah sistole post test sebesar 153,38 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 23,45 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 110 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 200 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 89,26 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 7,40 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 70 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 100 mmHg.
4.2 Analisis Bivariate 4.2.1
Uji Normalitas Data Tujuan analisis normalitas data adalah untuk mengetahui adakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data
berdistribusi normal
memiliki nilai p-value > 0,05 (Sugiyono, 2011). Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro wilk. Hasil uji normalitas data ditampilkan dalam tabel 4.6.
50
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data Data Penelitian Z p-value Tekanan sistolik pre test 0,939 0,048 Tekanan sistolik post test 0,826 0,000 Tekanan diastolik pre test 0,945 0,089 Tekanan diastolik post test 0,849 0,000
Kesimpulan Tidak Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
Tabel 4.6 diperoleh data bahwa data tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh mempunyai nilai signifikan masing-masing (0,048 dan 0,000) yang nilainya lebih dari 0,05 sehingga data tidak berdistribusi normal. Dari data tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh mempunyai nilai signifikan 0,089 yang berarti data berdistribusi normal namun pada data sesudah perlakuan sebesar 0,000 yang nilainya lebih dari 0,05 sehingga data berdistribusi tidak normal.Oleh karena data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis yang digunakan dengan analisis Wilcoxon signed ranks test. 4.2.2
Tekanan darah sistolik pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Wonogiri Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Wonogiri menggunakan uji statistik paired sample ttest ditampilkan dalam tabel 4.7. Tabel 4.7. Tekanan darah sistolik pre dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Wonogiri Tekanan Darah Mean t-test p-value Keputusan Sistolik pre test170,74 9,120 0.000 Ho ditolak Sistolik Post test 153,38
51
Tabel 4.7 diperoleh hasil uji paired simple t-test pada lansia hipertensi sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh nilai p-value = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan sistolik pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.
4.2.3
Tekanan darah diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Untuk mengetahui nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi menggunakan uji statistik dengan Wilcoxon signed ranks test ditampilkan dalam tabel 4.8. Tabel 4.8. Tekanan darah diastole pre dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Tekanan Darah Mean t-test p-value Keputusan Diastole pre test94,41 5,104 0.000 Ho ditolak Diastole post test 89,26 Tabel 4.8 diperoleh hasil uji wilcoxon signed ranks test pada lansia hipertensi sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh nilai p-value = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat 5.1.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang umur, jenis kelamin, dan lama menderita hipertensi. Hasil temuan diketahui bahwa sebagian besar responden berumur antara 66-75 tahun (58,8%), dan dilihat dari jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan (67,6%). Perempuan yang usianya menuju pada menopause, resiko terjadinya hipertensi meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor hormonal. Pada wanita premenopause cenderung sensitif akibat perubahan bentuk pola tubuh dan penurunan hormon estrogen. Menurut Wexler (2005), penurunan estrogen pada perempuan akan mengalami peningkatan tekanan darah, karena hormon estrogen juga bisa mengatur sebagian pembuluh darah bagian tubuh. Penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi (Sufrida,2006). Walaupun penyakit hipertensi biasa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan faktor resiko lain bisa memicu terjadinya hipertensi. 52
53
Dilihat dari lamanya responden menderita hipertensi, sebagian kecil responden mempunyai lama hipertensi kurang dari 2 tahun (17,6%), kemudian 2-4 tahun (38,2%) dan sebagian besar responden mempunyai lama hipertensi lebih dari 4 tahun (44,1%). Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna (Wilson, 2005). Dalam jangka waktu lama, lesi-lesi sklerotik yang terbentuk dari kerusakan nefron semakin banyak sehingga dapat menimbulkan obliterasi glomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dan menimbulkan lingkaran setan yang berkembang secara lambat dan berakhir sebagai penyakit gagal ginjal terminal (Guyton and Hall, 2007). 5.1.2
Tekanan Darah pada Lansia Sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai tekanan darah sistole pre test sebesar 170,74 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 22,16 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 140 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 220 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 94,41 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 8,14 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden
54
sebesar 80 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 120 mmHg. Hal ini dapat diakibatkan oleh usia dan jenis kelamin. Berdasarkan fakta bahwa sebagian besar dari penderita hipertensi berusia 66-75 tahun (58,8%). Hipertensi lebih sering terjadi pada usia tua dibandingkan usia muda. Penderita usia muda (di bawah 30 tahun) umumnya mengidap hipertensi sekunder, yang penyebabnya sudah diketahui pasti, seperti minum pil KB, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan keseimbangan hormon. Sementara hipertensi yang muncul bersamaan dengan meningkatnya usia, stress, dan faktor keturunan, disebut hipertensi primer (Anonimous, 2005). Pevalensi hipertensi meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih sering pada usia tua. Dan dari segi jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 responden (67,6%). Perempuan yang usianya menuju pada menopause, resiko terjadinya hipertensi meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor hormonal. Pada wanita premenopause cenderung sensitif akibat perubahan bentuk pola tubuh dan penurunan hormon estrogen. Menurut Wexler (2002) dalam Pradana, dkk (2014), penurunan estrogen pada perempuan akan mengalami peningkatan tekanan darah, karena hormon estrogen juga bisa mengatur sebagian pembuluh darah bagian tubuh.
55
Teori di atas juga berhubungan dengan teori yang dikemukakan oleh Sufrida (2006), bahwa penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi biasa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan faktor resiko lain bisa memicu terjadinya hipertensi. 5.1.3
Tekanan Darah pada Lansia Sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata nilai tekanan darah sistole post test sebesar 153,38 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 23,45 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 110 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 200 mmHg. Adapun rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 89,26 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 7,40 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 70 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 100 mmHg.
56
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tekanan darah sistole pre test lebih tinggi (170,74) dibandingkan rata-rata tekanan darah post test (153,38), dengan nilai tertinggi tekanan darah sistole pre test (220) lebih tinggi dibandingkan post test (200) dan nilai terendah tekanan darah sistole pre test (140) lebih tinggi dibandingkan post test (110). Adapun rata-rata nilai tekanan darah diastole pre test lebih tinggi (94,41) dibandingkan rata-rata tekanan darah post test (89,26), dengan nilai tertinggi tekanan darah diastole pre test (200) lebih tinggi dibandingkan post test (120) dan nilai terendah tekanan darah diastole pre test (80) lebih tinggi dibandingkan post test (70). Hasil ini sesuai dengan penelitian Somali, (2009), bahwa konsumsi 2 batang seledri (40 gram) / hari selama satu minggu dapat menurunkan tekanan darah dari 158 / 96 mmHg menjadi 118 / mmHg. Hal ini dapat terjadi karena daun seledri banyak mengandung Apiin dan substansi diuretik yang bermanfaat untuk menambah jumlah air kencing, penenang (senyawa sedtif / Pthalides), karminatif dan mencegah penyempitan pembuluh darah (Widyawaruyanti, 2009). Disamping kandungan Pthalides dan magnesium, zat lain yang mampu menurunkan tekanan darah adalah Apigenin yang bersifat kalsium antagonis yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembulu darah. Serta perbandingan kalium dan natrium yang mendekati rasio ideal (2,75 : 1) untuk mencegah hipertensi (Khomsan, 2009 dan Hartati, 2009 ).
57
5.2 Analisis Bivariat Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan untuk mengetahui distribusi normalitas data, didapatkan hasil bahwa distribusi data adalah normal untuk tekanan darah sitolik dan tidak normal untuk tekanan darah diastole, selanjutnya data dari hasil analisa paired t-test, didapatkan nilai p adalah (0.000) dimana p < 0.05, sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan antara tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun seledri dan daun belimbing wuluh pada penderita hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. 5.2.1 Hasil Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh Setelah data normal maka dilakukan uji paired t-test, dengan hasil penelitian pada lansia hipertensi sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh nilai p-value = 0,0001 < 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan sistolik pre test dan post test dengan pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri.
5.2.2 Hasil Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh Tekanan darah diastole sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh diperoleh hasil uji wilcoxon signed ranks test pada lansia hipertensi dengan nilai p-value = 0,0001 < 0,05, hal
58
ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata terdapat pengaruh signifikan pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah baik sistole maupun tekanan darah diastole. Perlu diketahui bahwa daun seledri dan daun blimbing wuluh selain kaya akan vitamin dan mineral, belimbing juga merupakan obat yang murah bagi penderita hipertensi karena buah ini mengandung zat yang dapat menurunkan tekanan darah. Buah yang menyegarkan ini juga merupakan buah yang mudah didapat di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Wonogiri. Selain itu, daun ini juga merupakan penyedia serat yang sangat penting bagi pencernaan. Jika tiap orang memakan sebuah belimbing yang beratnya 300 gram per hari secara rutin, dijamin kesehatannya akan terpelihara (Purwaningsih, 2007). Menurut Purwaningsih (2007), belimbing wuluh merupakan tanaman multiguna yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologis. Kandungan kimia yang terdapat dalam buah belimbing wuluh yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah yaitu kalium sitrat, yang mana mineral kalium sitrat dapat berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Maka, 3 buah belimbing wuluh ditambah dengan 1 sendok makan gula pasir yang direbus dapat menurunkan tekanan darah.
59
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pradana dan Juanita (2014), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata tekanan darah sistolik sebelum pemberian infusum belimbing wuluh adalah 171 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian infusum belimbing wuluh adalah 152 mmHg, terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi infusum belimbing wuluh. Hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,000. Selain itu, hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muzakar dan Nuryanto (2012), menunjukkan bahwa baik tekanan darah sistole maupun diastole terjadi penurunan secara bermakna setelah diberikan air rebusan seledri + obat anti hipertensi selama 3 hari berturut-turut. Rata-rata penurunan tekanan sistolik 20,32 mmHg dan Diastolik 7,09 mmHg. Hasil Uji statistik didapatkan p value < 0.05 disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah.
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Karakteristik responden : sebagian besar responden berumur antara 66-75 tahun (58,8%), berjenis kelamin perempuan (67,6%), dan mempunyai lama hipertensi lebih dari 4 tahun (44,1%). 2. Hasil pengukuran tekanan darah sistole sebelum perlakuan didapatkan data rata-rata 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg. 3. Hasil pengukuran tekanan darah sistole sesudah perlakuan didapatkan data rata-rata 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah perlakuan sebesar 89,26 mmHg. 4. Terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. B. Saran-saran 1. Bagi Masyarakat Dapat memanfaatkan tanaman yang terdapat di sekitar seperti daun seledri dan belimbing wuluh yang hanya umum digunakan sebagai penambah rasa asam pada masakan, dan supaya tidak ragu mencoba hal baru dalam pengobatan alami yang tentunya telah dipelajari dan terbukti memiliki manfaat. 60
61
2. Bagi Institusi pendidikan Penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan informasi tentang manfaat daun seledri dan daun belimbing wuluh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. 3. Bagi profesi keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan intervensi dan terapi alami pemberian rebusan daun seledri dan belimbing wuluh atau Averrhoa bilimbi L. bagi penderita hipertensi. 4. Bagi penelitian lain Diharapkan dapat menambah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dan penurunan tekanan darah selain faktor non farmakologi (pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh) misalnya faktor pola makan, stres, aktivitas fisik, genetik serta pengobatan farmakologis.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Tinjauan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azizah, LM, (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Babatsikou, F., & Assimina, Z. (2010). Epidemiology of Hypertension in the Elderly. Journal Health Science, Greece, 4(13), 24-26. Bipat, R., J.R. Tolsie, R.F. Joemnanbaks, J.M. Gummels, J. Klavermeide, N. Jhanjan, S. Orie, K. Rarajiawan, A. van Brusel, R.C. Soekhoe and D.R.A. Mans. 2008. Effects of plants populary used against hypertension on nornephineprinestimulated guinea pig atria. Pharmacognosy. 4 (13) : 1219. Badan Pusat Statistik, (2011). Statistik Indonesia. Statistical Yearbook of Indonesia. Jakarta: BPS. Bangun, A.P. (2003). Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Jakarta: Agro Media Pustaka. Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika Djunaedi, Edi, Yulianti S, dan Rinata MG. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia. Ghofir. (2004). Evidence Based Medicine Manajemen Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendikia Press Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari Berbagai Aspek. PT. Cetakan kedua. Gramedia Puataka Utama. Jakarta. Hernani, Winarti C dan Marwati T. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal Pascapanen 6(1) 2009: 54-61. Hutapea. (2005). Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta. Khuswardhani. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia, Jurnal Penyakit Dalam, vol. 7, no. 2. hal. 135-140. Lewa., Abdul, F., Dewa, P.P., & Bening, R. (2010). Faktor-faktor risiko hipertensi sistolik terisolasi pada lanjut usia. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, 26 (4), 12-17. Lawrence, Tierney M., McPhee Stephen J., Papadakis Maxine A. (2004). Diagnosis dan Terapi Kedokteraan (Penyakit Dalam) Current Medical
Diagnosis & Treatment. Buku Satu. Jakarta: Salemba Medika. Hal 381382, 391, 395-408. Maryam, RS, Fatma E, Rosidawati, Junaidi A, dan Batubara. (2011), Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika. Mun’im, A. & Hanani, E. (2011). Fitoterapi Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta Muniroh, L, dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 4, No. 1, Juli 2007: 25-34 Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, Andri. (2008). Hidup Sehat di Usia Senja. Jakarta: Gramedia Pustaka. Muzakar dan Nuryanto. (2012). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Pembangunan Manusia. Vol.6 No.1 Tahun 2012. Oddy. Litanto dan Krisanti, Kartika. (2010). Efek Ekstrak Etanol Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pria Dewasa. Jurnal Kesehatan. Bandung : Universitas Maranatha. Padila. (2013). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika. Pradana dan Juanita. (2014). Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian infusum belimbing wuluh pada penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendabgrejo. Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012. Purwanto, Budi. (2014). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Berbasis Herbal. Yogyakarta: D-Medika. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Rudianto. (2013). Menaklukan Sakkhasukma.
Hipertensi
dan
Diabetes.
Yogyakarta:
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sopiyudin M, D (2013) Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiryowidagdo, Sujaswadi & M. Sitahang. (2004). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Tekanan Darah Tinggi dan Kolesterol. Tanggerang, Agro Media Pustaka.