1
PENGARUH DAUN SELEDRI DAN DAUN BLIMBING WULUH TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA PONDOK KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI 1)
Heny Budi Hastuti, 2)Yeti Nurhayati, 3)Alfyana Nadya Rachmawati
1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sifatnya asimtomatik sehingga hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Masalah penelitian ini adalah masih tingginya angka penderita hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, oleh karena itu diperlukan tindakan selain farmakologi juga non farmakologi salah satunya adalah pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh agar dapat menekan peningkatan tekanan darah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Wonogiri. Metode yang digunakan dengan pendekatan quasi eksperimen dengan rancangan one group pre and post test design. Sampel yang digunakan 34 lansia dengan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan paired-simple t-test. Hasil tekanan darah sistole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg, hasil tekanan darah sistole sesudah perlakuan 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah perlakuan sebesar 89,26 mmHg, dan terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri (p-value = 0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia. Kata kunci: Daun seledri dan daun blimbing wuluh, tekanan darah, lansia hipertensi. Daftar Pustaka : 10 (2007-2014) ABSTRACT Hypertension is often called the silent killer because it is symptomatic. Hypertension occupies the third place as the cause of death after stroke and tuberculosis. The problem of research deals with the high number of patients with hypertension in Pondok village of Ngadirojo Sub-district, Wonogiri. Therefore, in addition to the pharmacological interventions, non-pharmacological ones are also required. One of them is the administration of celery and blimbing wuluh leaves to suppress the increase in the blood pressure. The objective of this research is to investigate the effect of the celery and blimbing wuluh leaves on the blood pressure of the elderly with hypertension in Pondok Village of Ngadirojo Sub-district, Wonogiri. This research used the quasi experimental method with one group and pre test design. The samples of research consisted of 34 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The data were analyzed by using the paired-simple t-test.The result of this research shows that prior to the treatment the average value of systolic blood pressure was 170.74 mm Hg, and that of diastolic blood pressure was 94.41 mm Hg. Following the treatment, the former became 153.38 mm Hg and the latter became 89.26 mm Hg. Thus, there was a significant effect of the celery and blimbing wuluh leaves on the blood pressure of the elderly with hypertension in Pondok Village of Ngadirojo District, Wonogiri. Keywords: Celery and blimbing wuluh leaves, blood pressure, hypertension elderly. References: 10 (2007 – 2014)
1
Permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia didominasi oleh perempuan (Badan Pusat Statistik, 2011). Penyakit yang erat hubungannnya dengan proses menua salah satunya yaitu gangguan sirkulasi darah atau kardiovaskuler (Azizah, 2011). Komponenkomponen utama pada sistem kardiovaskuler adalah jantung dan vaskularisasinya. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang), pembuluh darah (arteriosklerosis; elastisitas dinding pembuluh darah berkurang) dan kemampuan memompa dari jantung bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi (Maryam, dkk., 2011). Penyakit yang paling sering dialami oleh lansia di Indonesia menurut Dept. of Health Houshold Survey on Health yang dikutip dalam Azizah (2011) yaitu hipertensi dengan prosentase sebesar 15,7% diperingkat pertama dan penyakit muskuloskeletal dengan prosentase sebesar 14,5% diperingkat kedua dan diikuti oleh penyakit lainnya. Menurut Triyanto (2014), bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/mortalitas.
PENDAHULUAN Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis dan ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Peningkatan jumlah lansia juga dapat mempengaruhi aspek kehidupan mereka, antara lain perubahan-perubahan fisik, biologis, psikologis, sosial, dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut (Azizah, 2011). Depkes 2009 dalam Maryam dkk (2011) menyebutkan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara umum, menjadi tua atau menua (ageing process) ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik dan kemunduran kemampuan kognitif yang seringkali menimbulkan masalah kesehatan. Penduduk lanjut usia beberapa tahun terakhir menglami peningkatan yang signifikan. Tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20,55 pada tahun 2009. Jumlah lansia di Indonesia termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa).
Struktur penduduk dunia termasuk negara Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Jumlah lansia di Indonesia ada 19,3 juta (8,37% dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010). Jawa Tengah 11,16% menduduki peringkat ke 2 setelah Yogyakarta yaitu 14,04% (BPS, 2011). Kabupaten Wonogiri, penderita hipertensi tahun 2012 sebanyak 37.865 kasus, dengan lansia hipertensi sebanyak 15.250 orang (Dinkes Wonogiri, 2013).
2
Penatalaksanaan non farmakologi untuk hipertensi dapat menggunakan rebusan daun seledri dan daun belimbing wuluh. Hasil penelitian Muzakar dan Nuryanto (2012), bahwa air daun seledri dapat menurunkan tekanan darah dan ada pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah. Adanya pengaruh tersebut karena daun seledri banyak mengandung apiin. Di samping seledri, daun belimbing wuluh juga dimungkinkan dapat menurunkan tekanan darah. Telah dibuktikan oleh Bipat et al., (2008) bahwa daun belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui stimulasi diuretik. Daun blimbing wuluh dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh, melancarkan proses pencernaan karena belimbing memiliki kandungan serat yang baik (Hernani, 2009). Berdasarkan survey pendahuluan pada tanggal 2 November 2014 di Puskesmas Ngadirojo diperoleh data bahwa pada Oktober 2014 terdapat lansia hipertensi 257 lansia dari 11 desa yang ada, Desa Pondok merupakan urutan pertama kasus hipertensi yaitu sebanyak 68 lansia yang terdiri dari 6 (enam) Posyandu. Pada saat mengikuti posyandu pada bulan November 2014, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat spigmomanometer terdapat 68 lansia yang mengalami hipertensi. Selain itu, berdasarkan data 10 besar penyakit dari Puskesmas Ngadirojo, hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomor 1 kemudian ISPA dan penyakit otot. Masalah tingginya penderita hipertensi diantaranya lansia tidak rutin kontrol dan mahalnya obat hipertensi. Tujuan penelitian ini: Mendeskripsikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan daun seledri pada lansia hipertensi, mendeskripsikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan daun blimbing wuluh pada lansia, dan mengetahui pengaruh daun seledri dan daun blimbing
wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimen dengan rancangan one group pre and post test design. Sampel sebanyak 34 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Adapun untuk analisis univariate menjelaskan masingmasing variabel yang diteliti. Adapun analisis biariate yang lain dengan menggunakan analisis Wilcoxon Rank Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Responden
Variabel
Frekuensi
Karakteristik
f
%
6 20 8
17.6 58.8 23.5
11 23
32.4 67.6
6 13 15 9
17.6 38.2 44.1 11,5
Umur : 60 - 65 tahun 66 – 75 tahun > 75 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Lama hipertensi : < 2 tahun 2 – 4 tahun > 4 tahun PT N = 34
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden diketahui sebagian besar berumur antara 66-75 tahun (58,5%) bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 38 orang (46,7%). Sesuai dengan teori Papalia (2008), bahwa batasan usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa
3
menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker terjadi pada wanita usia > 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi motivasi mereka (Smeltzer & Bare, dalam Sari, dkk, 2012). Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pendidikan responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 20 orang (25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%) berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%) berpendidikan akhir SLTA, dan 9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%). Dimilikinya tingkat pendidikan yang cukup membuat responden akan mempunyai motivasi yang baik terhadap sesuatu yang akan diinginkan seperti ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Menurut Sumidjo (2006), bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui yang mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (16,7), sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 31 orang (39,7%). Apabila dikaitkan dengan motivasi untuk sembuh,
pekerjaan yang dapat dilihat dari sosial ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan motivasi pasien untuk sembuh dan dukungan keluarga maka dengan status ekonomi yang tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mempunyai dukungan dan motivasi untuk sembuh.Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Tekanan Darah Tabel 1. Deskripsi tekanan darah pada lansia sebelum diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri Tek. Darah Mean SD Min Max Sistolis 170,74 22,15 140 220 Diastolik 94,41 8,14 80 120 Tabel 1. diperoleh rata-rata nilai tekanan darah sistole pre test sebesar 170,74 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 22,16 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 140 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 220 mmHg, dengan nilai tekanan darah sistolis tertinggi 220 mmHg dan terendah 140 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 94,41 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 8,14 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 80 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 120 mmHg, dengan nilai tekanan darah
4
sistolis tertinggi 120 mmHg dan terendah 80 mmHg.
Hasil Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh Setelah data normal maka dilakukan uji paired t-test, dengan hasil penelitian pada lansia hipertensi sebelum dan sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh nilai p-value = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan sistolik pre test dan post test dengan pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Hasil Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh. Tekanan darah diastole sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh diperoleh hasil uji wilcoxon signed ranks test pada lansia hipertensi dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada perbedaan rata-rata tekanan diastole pre test dan post test pada lansia hipertensi di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata terdapat pengaruh signifikan pemberian rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah baik sistole maupun tekanan darah diastole. Perlu diketahui bahwa daun seledri dan daun blimbing wuluh selain kaya akan vitamin dan mineral, belimbing juga merupakan obat yang murah bagi penderita hipertensi karena buah ini mengandung zat yang dapat menurunkan tekanan darah. Buah yang menyegarkan ini juga merupakan buah yang mudah didapat di desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Wonogiri. Selain itu, daun ini juga merupakan penyedia serat yang sangat penting bagi pencernaan. Jika tiap orang memakan sebuah belimbing yang beratnya 300 gram per hari secara rutin,
Tekanan Darah Sesudah Tindakan Tabel 2. Deskripsi tekanan darah pada lansia sesudah diberikan daun seledri dan daun blimbing wuluh di Desa Pondok, Ngadirojo Wonogiri Tek. Mean SD Min Max Darah Sistolis 153,38 22,45 100 200 Diastolik 89,26 7,40 70 100
Tabel 2. diperoleh rata-rata nilai tekanan darah sistole post test sebesar 153,38 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 23,45 dengan nilai tekanan darah sistole terendah sesudah diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 110 mmHg dan nilai tekanan darah sistole tertinggi sebesar 200 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastole pre test sebesar 89,26 tergolong mempunyai tekanan darah tinggi, nilai standar deviasi sebesar 7,40 dengan nilai tekanan darah diastole terendah sebelum diberikan rebusan daun seledri dan daun blimbing wuluh yang dimiliki responden sebesar 70 mmHg dan nilai tekanan darah diastole tertinggi sebesar 100 mmHg. Tekanan darah sistolik dan diastole pre dan post test pada lansia hipertensi Tekanan Darah Sistolik pre testsistolik Post test
Mean 170,74
Tekanan Darah
Mean
Diastole pre testDiastole post test
94,41
t-test
p-value
9,120
0.000
t-test
pvalue
5,104
0.000
5
dijamin kesehatannya akan terpelihara (Purwaningsih, 2007). Menurut Purwaningsih (2007), belimbing wuluh merupakan tanaman multiguna yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologis. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun belimbing wuluh yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah yaitu kalium sitrat, yang mana mineral kalium sitrat dapat berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Maka, 3 buah belimbing wuluh ditambah dengan 1 sendok makan gula pasir yang direbus dapat menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pradana dan Juanita (2014), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian infusum belimbing wuluh adalah 171 mmHg, ratarata tekanan darah sistolik sesudah pemberian infusum belimbing wuluh adalah 152 mmHg, terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi infusum belimbing wuluh. Hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,000. Selain itu, hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muzakar dan Nuryanto (2012), menunjukkan bahwa baik tekanan darah sistole maupun diastole terjadi penurunan secara bermakna setelah diberikan air rebusan seledri + obat anti hipertensi selama 3 hari berturut-turut. Rata-rata penurunan tekanan sistolik 20,32 mmHg dan Diastolik 7,09 mmHg. Hasil Uji statistik didapatkan p value < 0.05 disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah.
SIMPULAN 1. Hasil tekanan darah sistole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlauan sebesar 94,41 mmHg. 2. Hasil tekanan darah sistole sesudah perlakuan 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah perlauan sebesar 89,26 mmHg. 3. Terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun blimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri (p-value = 0,000). SARAN 1. Bagi Lansia Dapat memanfaatkan tanaman yang terdapat di sekitar seperti daun seledri dan belimbing wuluh yang hanya umum digunakan sebagai penambah rasa asam pada masakan, dan supaya tidak ragu mencoba hal baru dalam pengobatan alami yang tentunya telah dipelajari dan terbukti memiliki manfaat. 2. Bagi Institusi pendidikan Penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan informasi tentang manfaat daun seledri dan daun belimbing wuluh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. 3. Bagi profesi keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan intervensi dan terapi alami pemberian ekstrak daun seledri dan belimbing wuluh atau Averrhoa bilimbi L. bagi penderita hipertensi. 4. Bagi penelitian lain Diharapkan dapat menambah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dan penurunan tekanan darah selain faktor non farmakologi 6
Desa Sendabgrejo. Jurnal Kesehatan, Vol. 2, No. 1, Mei 2012.
(pemberian daun seledri dan daun blimbing wuluh) misalnya faktor pola makan, stres, aktivitas fisik, genetik serta pengobatan farmakologis.
Purwaningsih, Eko. 2007. Multiguna Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact. Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Azizah, LM, (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Bipat, R., J.R. Tolsie, R.F. Joemnanbaks, J.M. Gummels, J. Klavermeide, N. Jhanjan, S. Orie, K. Rarajiawan, A. van Brusel, R.C. Soekhoe and D.R.A. Mans. 2008. Effects of plants populary used against hypertension on nornephineprine stimulated guinea pig atria. Pharmacognosy. 4 (13) : 12-19. Badan
Pusat Statistik, (2011). Statistik Indonesia. Statistical Yearbook of Indonesia. Jakarta: BPS.
Hernani, Winarti C dan Marwati T. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal Pascapanen 6(1) 2009: 54-61. Maryam, RS, Fatma E, Rosidawati, Junaidi A, dan Batubara. (2011), Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika. Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika Muzakar dan Nuryanto. (2012). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Pembangunan Manusia. Vol.6 No.1 Tahun 2012. Pradana dan Juanita. (2014). Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian infusum belimbing wuluh pada penderita hipertensi di Dusun Blungkan
7