Trikonomika
Volume 8, No.1, Juni 2009, Hal. 39-45 ISSN 1411-514X
Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung Heru Setiawan Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung, 40116 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Human Resources is one of the most important factor in achieving the company goals. The limited human resources with high competency become one of the company constraint in Indonesia. Goal of this research is to know the influence of organizational culture, and K3 program to PT Kereta Api Persero Bandung employees productivity. This research used descriptive dan verifikatif method. Sampling techniques used simple random sampling with the number of samples equal to 43 respondents. Primary dan secondary data has been used in this research. Multiple regression analysis employed to know the influence of organizational culture, and K3 program to PT Kereta Api Persero Bandung employees productivity. Several statistical test have been used to determine the validity and reliability data, correlation between variable, coefficient determinant, and hypotesis assesstment. The study found that the organizational culture and K3 program significantly have positive effect on employee productivity. However improvement of employees productivity in PT KAI still lower. This happened because still lack of incentive for employees in the form of appreciation and reward. Keywords: organizational culture, K3 program, employee productivity penting, karena budaya organisasi dapat membina kekohesifan, kesetiaan, dan komitmen bersama yang pada akhirnya setiap karyawan akan termotivasi untuk bekerja melakukan setiap tugas yang diberikan oleh perusahaan dengan penuh tanggung jawab. Berdasarkan studi pendahuluan perusahaan memandang budaya organisasi merupakan pola sikap, keyakinan, asumsi dan harapan yang dimiliki bersama dan menjadi pegangan teguh serta pedoman dalam interaksi antar karyawan dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan, yang dikenal dengan budaya RELA, yang mengandung arti ikhlas bekerja, ikhlas berjuang, ikhlas berkorban dan ikhlas belajar untuk kemajuan perusahaan. RELA juga merupakan penjabaran dari Ramah, Efisien, Efektif, Lancar, dan Aman. PT Kereta Api memiliki visi “Terwujudnya Kereta Api sebagai Pilihan Utama Jasa Transportasi dengan Fokus Keselamatan dan Pelayanan”. Visi ini akan tercipta jika nilai-nilai budaya RELA mampu
PENDAHULUAN
Salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh perusahaan di negara berkembang pada era globalisasi ini adalah terbatasanya sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi yang akan menopang berbagai penyelesaian tugas organisasi dan untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi telah ada sejak dikenalnya organisasi sebagai wadah usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Peranan sumber daya manusia terus berevolusi seiring perubahan organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap organisasi perusahaan mempunyai ciri khas sendiri yang membedakannya dengan organisasi perusahaan. Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi yang lainnya ialah budayanya. Budaya Organisasi menjadi
39
diadaptasikan kepada para karyawan dengan baik, karena budaya perusahaan memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) memberikan batasan peran yaitu menciptakan perbedaan antara budaya satu dengan budaya perusahaan lainnya, (2) memberikan identitas bagi anggota organisai, (3) membangun komitmen akan sesuatu yang lebih besar dari kepentingan diri sendiri. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah masih kurangnya kesadaran menerapkan budaya RELA tersebut dalam aktivitas kerja, dikarenakan latar belakang karyawan yang sangat hetrogen. Selain budaya organisasi yang dapat berpengaruh pada produktivitas karyawan adalah Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang dikenal dengan istilah program K3 yang dijalankan perusahaan. Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam lingkungan kerja yang diakibatkan oleh adanya sarana dan prasarana yang tidak layak pakai, kualitas pengawasan supervisor yang buruk dan penegakan disiplin yang tidak tegas bagi yang melanggar. Kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja maupun perusahaan. Kesehatan kerja yang baik akan membuat karyawan bekerja dengan bersungguh-sungguh karena mereka merasa nyaman dan tenang dalam menjalankan tugasnya, sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja karyawan. Perkembangan perusahaan sangat tergantung pada produktivitas karyawan yang dimilikinya. PT Kereta Api (Persero) akan memiliki karyawan yang produktif, apabila dapat memelihara karyawannya dengan baik pula. Melalui program K3 yang baik diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja dan mampu ,eningkatkan semangat kerja karyawan, sehingga prestasi kerjanya meningkat yang tercermin dari peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat. Dengan adanya program K3 konflikkonflik antara karyawan dengan perusahaan tentang jaminan keselamatan karyawan dapat diatasi, karena karyawan beranggapan bahwa perusahaan akan memikirkan keselamatan mereka saat bekerja. Bagaimana budaya organisasi dan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mempengaruhi produktivitas karyawan PT Kereta Api (Persero) Bandung menjadi tujuan penelitian ini. Budaya Organisasi Budaya adalah bagian dari organisasi yang tampak dari sikap bertingkah laku, dan sebagai dasar dari semua kegiatan yang dilakukan oleh
40
Trikonomika
Vol. 8, No.1, Juni 2009
karyawan. Banyak kesuksesan yang bisa diraih oleh suatu perusahaan karena didukung oleh sebuah budaya yang khas dan kuat tertanam dalam kegiatan operasionalnya. Demikian sebaliknya, cukup banyak kegagalan perusahaan mempertahankan kelangsungan organisasinya disebabkan kurang memperhatikan budaya yang harus dikembangkan (Ndraha,2003:43). Budaya organisasi adalah kemauan dan kesediaan seseorang menyesuaikan perilakunya dengan tatanan tradisi yang sudah terbangun di perusahaan, yang umumnya mempunyai relevansi tinggi dengan kemauan, kemampuan dan kesediaannya meningkatkan produktivitas kerja (Handoko, 2004). Budaya organisasi merupakan sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. budaya organisasi merupakan suatu sistem nilai, kebiasaan, sikap, norma perilaku, melalui proses belajar yang saling berinteraksi satu sama lain yang terdapat dalam suatu organisasi dan menjadi ciri khas dari organisasi itu sendiri Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya kinerja manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek mapun jangka panjang. Peran budaya tersebut diantaranya adalah sebagai alat untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasional, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal (Robbins, 2006). Suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan membutuhkan modal, pemasok, manajemen yang baik, standar mutu, lingkungan yang baik dan yang paling penting adalah tenaga kerja merupakan penggerak operasional perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus memelihara hubungan yang baik antara tenaga kerja dengan pihak perusahaan, maupun antar tenaga kerja itu sendiri agar tidak terjadi konflik Untuk mencegah terjadinya konflik, perusahaan perlu menumbuhkan komitmen yang lebih besar dari semua anggota perusahaan dengan pernyataan pandangan bagi karyawan. Usaha membangun komitmen ini dilakukan melalui budaya perusahaan. Suatu budaya perusahaan yang baik dapat menentukan dan dapat mengarahkan sikap dan perilaku karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan
Heru Setiawan
hati, sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik dan produktivitas kerja karyawan dapat terwujud. Sebagaimana yang dikemukakan Robbin (2006) “Budaya organisasi yang diterapkan dalam perusahaan akan memberikan jaminan tumbuhnya kreativitas pada semua level, para pegawai tidak akan terjebak dalam aktivitas yang rutin dan mampu meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya.” Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara filosofi keselamatan kerja diartikan sebagai suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Keselamatan kerja merupakan ilmu dan penerapan yang terkait dengan mesin, alat, bahan, dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003). Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk pengenalan (recognition), evaluasi (evaluation), dan pengawasan atau pengendalian (control) dari faktor-faktor atau tekanan-tekanan di lingkungan yang timbul di dalam atau dari tempat kerja, yang dapat menyebabkan: sakit, menggangu kenyamanan, serta menimbulkan inefisiensi baik bagi tenaga kerja maupun bagi penduduk di dalam lingkungan masyarakat (Jusuf, 2003). Dari pendapat diatas jelas bahwa keselamatan kerja adalah upaya untuk menjamin tenaga kerja agar terhindar dari bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh lingkungan ditempat kerja yang dapat menggangu kenyamanan, serta menimbulkan kerugian baik bagi tenaga kerja maupun perusahaan sehingga tercipta suasana atau lingkungan kerja yang aman dan nyaman Handoko (2004) membagi budaya organisasi yang menonjol dan dalam lima fungsi, yaitu: (1) memberikan sense of identity kepada para anggota organisasi untuk memahami visi, misi, serta menjadi bagian integral dari organisasi, (2) menghasilkan dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi, (3) memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujan dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama, (4) membantu dalam mendesain kembali sistem pengendalian manajemen organisasi, yaitu sebagai alat untuk menciptakan komitmen agar para manajer dan
karyawan mau melaksanakan perencanaan strategis, programming, budgeting, controlling, monitoring, evaluasi, dan lainnya, dan terakhir (5) membantu dalam penyusunan skema sistem kompensasi manajemen untuk eksekutif dan karyawan. Produktivitas kerja Filosofi dan spirit tentang produktivitas adalah keinginan ( the will ) dan upaya ( Effort ) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Batasan mengenai produktivitas bias dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung kepada tujuan masing-masing organisai (misalnya, untuk profit ataukah untuk customer satisfaction) juga tergantung pada bentuk organisasi itu sendiri. Sinungan (2008) menyatakan bahwa produktivitas adalah interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor yang mendasar, yaitu investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga kerja. Turnip (2003) menjelaskan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini atau kita harus melakukan perbaikan. Santoso (2004) menyatakan produktivitas kerja adalah rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja adalah penggunaan sumber daya manusia, keterampilan, teknologi, dan manajemen untuk memperbaiki kehidupan agar menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah: (1) sikap mental berupa motivasi kerja, disiplin kerja serta etika kerja, (2) pendidikan formal dan non, (3) keterampilan, (4) manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan bawahannya, (4) hubungan industrial pancasila, (5) tingkat penghasilan, (6) gizi dan kesehatan, (7) jaminan sosial, (8) lingkungan dan iklim kerja (9) sarana produksi, (10) teknologi, dan terakhir adalah faktor (11) kesempatan berprestasi. Keith (2002) mengemukakan bahwa: Budaya perusahaan yang diterapkan dalam perusahaan akan memberikan jaminan tumbuhnya kreativitas pada semua level, maka para pegawai tidak akan terjebak dalam aktivitas yang rutin dan mampu meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya. Selanjutnya hasil penelitian dari Kotter dan Heskett (1992) menyatakan
Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung
41
bahwa budaya perusahaan memberikan kontribusi positif terhadap tumbuhnya output yang dihasilkan para karyawan yang sekaligus mencerminkan meningkatnya produktivitas Program Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan diungkapkan oleh Budiono (2003) keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar lingkungan kerja higienis, aman dan nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja sehat, selamat dan produktif, hal tersebut mendukung terhadap tercapainya peningkatan produksi dan produktivitas suatu perusahaan sehingga mampu bersaing dalam proses perubahan global. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh. William (2001) menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan Budaya Organisasi
Supardi (2008)
(Robbins, 2006)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Budiono, 2003)
Produktivitas Kerja Karyawan (Sinungan, 2008) Budiono (2003)
Gambar 1. Paradigma Penelitian
METODE Metode penelitian digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan keadaan yang ada berdasarkan fakta dan data yang dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis yang selanjutnya dianalisis untuk diambil kesimpulan. Metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode statistik. Sumber data yang digunakan yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari instansi yang menjadi objek peneliti melalui observasi, wawancara, dan penyebaran angket. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur, laporan atau tulisan ilmiah serta catatan dan laporan dari instansi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
42
Trikonomika
Vol. 8, No.1, Juni 2009
Untuk teknik probability yang digunakan adalah simple random sampling yaitu teknik yang dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen. Penentuan kuesioner bagi responden terpilih didasarkan pada daftar nama karyawan dari perusahaan pada bagian personalia yang telah memiliki nomor urut sesuai dengan jumlah populasi karyawan yaitu 01-75. Teknik untuk menentukan sampel dipilih secara acak sehingga akan keluar nama-nama responden terpilih yaitu sebanyak 43 responden. Kuesioner yang dibagikan kepada responden menjadi alat utama dalam analisis selanjutnya. Untuk mempermudah dalam perhitungan jawaban yang paling mendukung diberi bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan jawaban yang tidak mendukung, dengan menggunakan skala Likert. Pertanyaan dalam kuisioner dibuat dalam bentuk (a) pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang telah disediakan pilihan jawabannya dan (b) pertanyaan terbuka. Selanjutnya berdasarkan data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner tersebut, dilakukan regresi berganda, yaitu mengetahui pengaruh budaya organisasi (X1) dan program keselamatan dan kesehatan kerja (X2) terhadap produktivitas kerja karyawan (Y). Hasil regresi berganda tersebut kemudian dianalisis dan diuji untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara variabel-variabel dan mengetahui prosentase pengaruh diantar variabel.
HASIL Pada analisis regresi, persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + ε dimana: Y = Produktivitas kerja karyawan X1 = Budaya organisasi X2 = Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ε = Error term Dengan menggunakan software SPSS 15, maka diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Dari Tabel 1 diperoleh nilai b0 = -0.274, b1 = 0.389, b2 = 0.869, maka persamaan regresi Y (Produktivitas Kerja Karyawan) atas X1 (Budaya Organisasi) dan atas X2 (Program K3) dapat dituliskan kembali menjadi: Y = -0.274 + 0.389 X1 + 0.869 X2 + ε Dari persamaan hasil regresi tersebut, dapat dipersepsikan bahwa jika budaya organisasi di persepsikan menjadi lebih baik dan tidak ada perubahan dalam program K3 konstan, maka nilai
Heru Setiawan
produktivitas kerja karyawan akan bertambah sebesar 0,389. Jika program K3 dipersepsikan menjadi lebih baik dan tidak ada perubahan apapun dalam budaya organisasi, maka nilai produktivitas kerja karyawan akan bertambah sebesar 0,869. Jika dipersepsikan tidak terdapat perubahan pada budaya organisasi maupun pada program K3, maka nilai produktivitas kerja karyawan akan berkurang sebesar 0,274. Analisis Korelasi Berganda Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai R (korelasi) adalah sebesar 0,902 yang berarti bahwa budaya organisasi dan program K3 memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat terhadap produktivitas kerja karyawan, karena nilai R (korelasi) sebesar 0,902 berada diantara 0,80 – 1,00. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, maka digunakan analisis koefisien determinasi yaitu kuadrat nilai korelasi dikalikan 100%. Hasil pengujian diperoleh nilai R2 sebesar 81,3%, artinya kontribusi pengaruh variabel budaya organisasi dan variabel program K3 terhadap variabel produktivitas kerja karyawan sebesar 81.3 % dan sisanya sebesar 18.7 % merupakan kontribusi dari faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti. Untuk uji individu variabel X1 (budaya organisasi) dan variabel X2 (program K3) terhadap variabel Y
(produktivitas kerja karyawan) dilakukan perhitungan uji individu berdasarkan nilai koefisien beta dan zero order yang ada pada Tabel 1. Sebelumnya, dengan hasil sebagai berikut : Budaya Organisasi = 0.288 x 0.743 = 0.2139x 100% = 21.39 % Program K3 = 0.684 x 0.876 = 0.5992x 100% = 59.91% Total = 81,3 % Dari hasil perhitungan uji pengaruh secara individu tersebut, dapat diketahui bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh paling besar dibandingkan budaya organisasi terhadap produktivitas kerja karyawan. Hasil dari pengujian hipotesis mengungkapkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima maksudnya adalah terdapat pengaruh antara budaya organisasi dan program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT KAI Persero Bandung. Selain itu, hasil uji hipotesis t juga menunjukkan bahwa variabel Budaya Organisasi mempunyai t hitung lebih besar dari t tabel, dan variabel Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai t hitung lebih besar dari t tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dan variabel keselamatan dan kesehatan kerja juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Tabel 1. Hasil Regresi Berganda Unstandardized Coefisients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.274
2.813
Budaya Organisasi
.389
.124
.869
.116
Standardized Coefisients
Correlations t
Sig.
Beta
Zeroorder
Partial
Part
-.098
.923
.288
3.149
.003
.743
.446
.215
.684
7.481
.000
.876
.764
.511
Keselamatan dan Kesehatan kerja
Tabel 2. Analisis Kolerasi Gand Mode
R
R. Square
Adjusted R. Square
1
.902
.813
.804
Std. Error of the Estimate 2.91171
Change Statistics R. Square F. Change Change .813
87.205
df1
df2
Sig. F Change
2
40
.000
Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung
43
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa budaya organisasi dan program K3 berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini membuktikan bahwa tradisi yang mengarah terhadap kemajuan etos kerja dan kedisiplinan yang diterapkan perusahaan mampu meningkatkan produktiviytas karyawan. Hasil analisis korelasi berganda menunjukan adanya hubungan korelasi yang sangat kuat dan positif, antara variabel budaya organisasi dan program K3 dengan variabel produktivitas kerja karyawan. Dengan demikian budaya organisasi dan program K3 berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan dan ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh Budiono (2003) bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap produktivitas karyawan, karena dengan budaya organisasi yang kokoh, tepat dan terbuka dapat membawa nilai dan dampak yang positif bagi produktivitas perusahaan. Bila budaya organisasi dioptimalkan dalam perusahaan, maka hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi efektivitas baik bagi karyawan maupun organisasi. Budaya organisasi adalah kemauan dan kesediaan seseorang menyesuaikan perilakunya dengan tatanan tradisi yang sudah terbangun di perusahaan, yang umumnya mempunyai relevansi tinggi dengan kemauan, kemampuan dan kesediaannya meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian diharapkan dengan diterapkannya budaya RELA di lingkungan PT KAI (Persero) Bandung, seluruh karyawan pada semua tingkatan, laipisan dan golongan dapat menjadi lebih ikhlas bekerja, ikhlas berjuang, ikhlas berkorban dan ikhlas belajar untuk kemajuan perusahaan. Selain penerapan budaya organisasi yang lebih baik, dengan adanya jaminan terhadap tenaga kerja melalui program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perusahaan dapat meminimalisis kecelakaan yang dapat menghambat jalannya proses pekerjaan. Hal ini sejalan dengan visi PT KAI (Persero) Bandung, yaitu Terwujudnya Kereta Api sebagai Pilihan Utama Jasa Transportasi dengan Fokus Keselamatan dan Pelayanan. Dengan meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas yang baik. Dengan adanya jaminan terhadap tenaga kerja melalui program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perusahaan dapat meminimalisir kecelakaan yang dapat menghambat jalannya proses pekerjaan. Dengan meningkatkan
44
Trikonomika
Vol. 8, No.1, Juni 2009
standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas yang baik. Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam lingkungan kerja yang diakibatkan oleh adanya sarana dan prasarana yang tidak layak pakai seperti peralatan yang sudah kadaluarsa tidak layak pakai jangan dipaksa untuk digunakan, kualitas pengawasan supervisor yang buruk dan penegakan disiplin yang tidak tegas bagi yang melanggar. Demikian pula dengan masalah kesehatan kerja, kesehatan kerja yang baik akan membuat karyawan bekerja dengan bersungguhsungguh karena mereka merasa nyaman dan tenang dalam menjalankan tugasnya, sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik misalnya ventilasi yang kurang baik, penerangan dan kebersihan yang kurang memadai, ruangan yang sangat padat, serta suhu yang panas akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja karyawan. Semua itu perlu mendapat perhatian secara khusus karena kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja maupun perusahaan tempatnya bekerja. Kerugian bagi perusahaan adalah tidak berjalanya kegiatan produksi, dan akan menimbulkan biaya yang lebih besar lagi, akibat yang paling fatal bagi pekerja adalah kematian, oleh karena itu untuk waktu jangka panjang, sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja sangat menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, karena program keselamatan dan kesehatan kerja dapat menghasilkan sumber daya manusia yang lebih produktif yang dapat melaksanakan pekerjaan secara kreatif. Untuk itu penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dengan peraturan pemerintah. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan membantu perusahaan dalam menangani karyawan dengan cepat dan tepat, selain itu juga dapat mencegah atau setidak-tidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dalam menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT KAI Bandung, maka disusun program agar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa program kerja K3 yang dilakukan di lingkungan PT KAI (Persero) Daop II Bandung seperti: pengadaan alat pelindung diri, menyelenggarakan diklat lapangan, pelaksanaa check up berkala, pengadaan alat keselamatan kerja, dan pemantauan pemeriksaan awak kereta api. Berdasarkan hasil
Heru Setiawan
analisis yang dilakukan, masih terdapat kekurangan mengenai program K3 yaitu pelaksanaan yang kurang optimal mengenai pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagai suatu kewajiban dari perusahaan dalam melindungi karyawan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian budaya organisasi dan program K3 di lingkungan PT KAI (Persero) Daop II Bandung berpengaruh pada produktivitas kerja karyawannya. Hal ini terlihat dari beberapa Pengujian hasil regresi berganda yang memperlihatkan bahwa baik secara parsial maupun bersama-sama variabel budaya organisasi dan program K3 berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas karyawan di lingkungan PT KAI (Persero) Daop II Bandung. Budaya orgaisasi sangat penting bagi perusahaan, khususnya PT KAI Bandung yang memandang budaya organisasi sebagai pola sikap, keyakinan, asumsi dan harapan yang dimiliki bersama dan menjadi pegangan teguh dan pedoman dalam melakukan interaksi antar karyawan dalam usaha mencapai sasaran perusahaan, yang disebut dengan budaya RELA. Budaya RELA artinya ikhlas bekerja, ikhlas berjuang, ikhlas berkorban dan ikhlas belajar untuk kemajuan perusahaan. Dengan budaya RELA diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang ramah, efisien dan efektif, lancar, dan aman. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa kurang optimalnya penerapan budaya organisasi pada perusahaan PT KAI Bandung diindikasikan karena karyawan kurang memahami permasalahan yang ada ditingkat perusahaan, baik secara kelompok maupun individu. Produktivitas PT. Kereta Api (Persero) Bandung belum dapat dikatakan baik karena nilai rata-ratanya masih belum mencukupi untuk dikatakan baik walaupun dalam dua tahun terakhir yang secara umum menunjukkan adanya peningkatan yang tidak terlalu besar hal ini berdasarkan standar penilaian dimana nilai 100 adalah nilai tertinggi dalam mengukur produktivitas yang ada di PT Kereta Api (Persero). Produktivitas karyawan masih kurang maksimal terutama pada dorongan yang diberikan perusahaan kepada karyawan dalam bentuk imbalan, penghargaan,
dan lain-lain, sehingga produktivitas karyawan menurun. Pada dasarnya produktivitas dalam hubungan dengan pegawai akan menunjukkan sejauhmana tugastugas terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya kehadiran, disiplin, kecekatan dalam bekerja, dan lain-lain. Pengukuran peningkatan produktivitas didasarkan pada tugas, dan pekerjaan pegawai. Apakah pegawai selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, sikap dalam hubungan dengan atasan dan teman sejawat, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA Bunn, W.B 2001, Health, Safety, and Productivity in a Manufacturing Environment. Journal of Occupational and Environmental Medicine, 43 (1)47-55. Davis, Paul. 2002. Maximizing Productivity and Capability: Issue of Professional Development or Franchisees. International Journal of Productivity and Performance Management, 53: 345-352. Goetzel, R. Z. 2001 Health and Productivity Management: Establishing Key Performance Measures, Benchmarks, and Best Practices. Journal of Occupational and Environmental Medicine, 43 (1) : 10-17 J. Michael, Crant. 2000. Proactive Behavior in Organizations. Journal of Management, 26: 435462. Mobley, W.H. 1987. Intermediate Lin-kages in the Relationship Bet-ween Job Satisfaction and Employee Turnover. Journal of Applied Psychology, 62: 237 – 240. Russel, W., Coff. 2002. Human Capital, Shared Expertise, and The Likelihood of Impasse in Corporate Acquisitions. Journal of Management, 28: 107-128. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Prestasi Pustaka. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. Silverstein. 2008. Getting Home Safe and Sound: Occupational Safety and Health Administration at 38, American. Journal of Public Health, 98:416-423.
Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung
45