ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat)
Oleh FRANS ROMADA F34102115
2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat)
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh FRANS ROMADA F34102115
2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat) SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : FRANS ROMADA Dilahirkan pada tanggal 7 September 1984 di Jakarta
Tanggal Lulus :
Bogor,
Januari 2010
Menyetujui,
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng Pembimbing Akademik I
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc Pembimbing Akademik II
Judul Skripsi : Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat) Nama
: Frans Romada
NIM
: F34102115
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M. Eng
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc
NIP. 19600419 198503 1002
NIP. 19590503 198703 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 19621009 198903 2 001
.
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia Bagian Produksi National Plant Cibitung Jawa Barat)” adalah hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, dan semua sumber yang dikutip telah saya nyatakan dengan benar.
Jakarta,
Januari 2010
.………………………… Nama : Frans Romada NRP
: F34102115
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1984 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Saroha Siregar (alm) dan Yunita Marpaung. Penulis memulai jenjang pendidikannya di SD Negeri 01 Susukan Jakarta Timur lalu berpindah sekolah ke SD Kristen Lydia Bandar Lampung. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 5 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 2 Bandar lampung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima
sebagai mahasiswa di Departemen
Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Pada tahun 2005 penulis melakukan kegiatan praktek lapang (PL) di PTPN VII Tulungbuyut Lampung Utara dengan judul “Mempelajari Teknologi Pengolahan Limbah di PTPN VII Tulungbuyut”. Sebagai tugas akhir, penulis melalukan penelitian di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat dengan judul skripsi “Analisis Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat)”. Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng selaku dosen pembimbing pertama yang telah dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada penulis. 3. Ir. Ade Iskandar, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis. 4. Bapak Susilo selaku pembimbing lapang selama penulis melakukan penelitian di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat. 5. Mama, Kakak Vina, Doan, Anes atas kasih sayang, perhatian dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapatua Hasudungan dan Inangtua Erniaty atas perhatian, dukungan dan nasihat-nasihatnya
selama
penulis
menempuh
pendidikan
dan
menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapatua Hutagalung dan Inangtua Lis atas dukungan, arahan, bimbingan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Syifariza Aldamilia Chandra yang telah dengan tulus dan sabar memberikan kasih sayangnya serta selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
ii
9. Teman seperjuangan Muhammad Iyas atas kebersamaan, persahabatan dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. 10. Adriel, Samuel, Amin dan Indra atas persahabatan dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. 11. Zainul, Samba, Toni dan Yoyok yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Emma, Audi, Nadya dan Nina atas persahabatan dan dukungannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya.
Bogor, Desember 2009
Penulis
Frans Romada. F34102115. Analisis Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa barat). Di bawah bimbingan Bapak Anas Miftah Fauzi dan Bapak Tajuddin Bantacut. RINGKASAN Banyaknya jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik bagi perusahaan maupun pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan telah menurunkan produktivitas perusahaan sebagai akibat dari turunnya produktivitas pekerja. Kerugian yang dialami perusahaan sebagai akibat dari kecelakaan kerja yang terjadi antara lain hilang dan rusaknya material/produk, terhentinya proses produksi, hilangnya tenaga terampil & berpengalaman, menurunnya kredibilitas perusahaan, hilangnya keuntungan, hilangnya waktu kerja, pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll. Upaya untuk mengatasi kerugian-kerugian tersebut yaitu dengan menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja di dalam perusahaan. Kenyataan di Indonesia yang menjadi masalah adalah masih banyak perusahaan yang belum menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas. Salah satu perusahaan yang telah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia adalah PT. Coca Cola Bottling Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling Indonesia dan menganalisis hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan manfaatnya terhadap kesejahteraan karyawan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling menggunakan metode convenience sampling. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 30 orang karyawan bagian produksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. Faktor-faktor produktivitas kerja yang dianalisis yaitu kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial, hubungan kerja. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dikategorikan baik. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan faktor-faktor produktivitas kerja menunujukkan memiliki hubungan yang positif. Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,592. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif
dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,755. Kontrol lingkungan kerja memiliki hubungan positif dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,691. Hubungan positif antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan, dengan nilai korelasi 0,872. Peningkatan kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,700. PT. Coca Cola Bottling Indonesia disarankan agar lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, karena walaupun secara uji diperoleh hasil positif namun secara umum masih ditemui adanya pelanggaran seperti tidak memakai APD saat bekerja. Teguran dan pemberian sangsi yang tegas kepada karyawan yang mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja dirinya sendiri dapat dilakukan. Manfaat positif dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu perusahaan terhindar dari kecelakaan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas, reputasi dan citra perusahaan yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Frans Romada. F34102115. Implementation of the programme for occupation health and safety analysis, and its relationship with the productivity of employees (a case study in PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung West Java). Under the direction of Mr. Anas Miftah Fauzi and Mr. Tajuddin Bantacut. SUMMARY A large number of cases of occupational accidents in Indonesia has resulted in substantial losses for both companies and workers who suffered occupational accidents. Occupational accidents that occurred in the company has reduced the productivity of the company as a result of the decline in worker productivity. The company experienced losses as a result of accidents that occurred between the loss and damage to other materials / products, interruption of production processes, loss of skilled & experienced personnel, decreasing the credibility of the company, loss of profits, loss of work time, medical expenses, maintenance, etc.. Efforts to overcome these disadvantages is to implement safety and health programs in the corporate workplace. The reality in Indonesia that the problem is still a lot of companies that have made the health and safety as a priority.. One of the companies that have implemented safety and health in Indonesia is PT. Coca Cola Bottling Indonesia. This research was conducted to see the implementation of occupational safety and health at PT. Coca Cola Bottling Indonesia, and analyze the relationship with employee productivity and welfare benefits to employees. Sampling technique carried out in a non-probability sampling using convenience sampling methods. The number of respondents who used as many as 30 people are employees of the production of PT. Coca Cola Bottling Indonesia. The factors of safety and health are analyzed in this study include safety training, workplace safety publications, working environment control, supervision and discipline as well as increased awareness of OHSAS. These factors are analyzed labor productivity is the willingness to work, work skills, work environment, compensation, social security, employment relationship. Application of occupational safety and health at PT. CCBI Cibitung is generally categorized good. Most employees already know that training is held firm and feel the benefits of such training. Implementation of work safety publications judged good enough by the employee. Implementation of environmental controls work well assessed by the employees, as well as the implementation of supervision and discipline as well as increased awareness of occupational safety and health. The health and safety programs work to make employees feel safe and comfortable in its work. The results of Spearman Rank correlation tests between the factors of safety and health factors and labor productivity has a positive relationship. Safety training has a positive relationship with employee productivity, with a 0.592 correlation
value. Based on the Spearman Rank correlation test, the publication of work safety has a positive relationship with employee productivity, with a 0.755 correlation value. Control the work environment has a positive relationship with employee productivity, with a 0.691 correlation value. Positive relationship between supervision and discipline with employee productivity, with a 0.872 correlation value. Increased awareness of K3 has a positive relationship with employee productivity, indicated by the value of correlation 0.700. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is suggested that further enhance the quality of occupational health and safety, because even though the tests positive results obtained in general but still found that such violations do not use APD at work. Reprimand and giving stern sanctions to employees who ignore safety and health itself can be done. Positive benefits from the implementation of occupational safety and health of the company to avoid accidents and can increase productivity, reputation and corporate image can also improve the welfare of employees.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL..................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang................................................................................................1 1.2. Tujuan Penelitian............................................................................................ 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................................. 3 2.1.1. Keselamatan Kerja............................................................................... 3 2.1.2. Kesehatan Kerja................................................................................... 6 2.1.3. Faktor-faktor Kecelakaan..................................................................... 7 2.1.4. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................ 7 2.1.5. Manfaat Penerapan SMK3................................................................... 8 2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3.................................................. 10 2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3........................... 11 2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3…………………………………….. 12 2.2. Produktivitas Kerja……………………………………………………...…. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 16 3.2. Tata Laksana................................................................................................... 16 3.2.1. Sumber Data......................................................................................... 16 3.2.2. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 17 3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup................................................................... 17 3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data……………………………………….. 18 3.2.4.1. Uji Validitas…………………………………………………. 18 3.2.4.2. Uji Reliabilitas......................................................................... 18 3.2.4.3. Analisis Data............................................................................ 19
iv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan...................................................................... 22 4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan................................................................ 22 4.2.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................... 22 4.2.3. Proses Produksi…………………………………………………….. 23 4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner……………….. 29 4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner............................................................ 29 4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner......................................................... 29 4.3. Karakteristik Responden.............................................................................. 30 4.3.1. Jenis Kelamin..................................................................................... 30 4.3.2. Usia.................................................................................................... 30 4.3.3. Tingkat Pendidikan............................................................................ 31 4.3.4. Masa Kerja......................................................................................... 31 4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................................. 32 4.4.1. Pelatihan Keselamatan....................................................................... 32 4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja............................................................. 34 4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja................................................................. 36 4.4.4. Pengawasan dan Disiplin................................................................... 38 4.4.5. Peningkatan Kesadaran K3................................................................ 40 4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja....................... 42 4.5. Analisis Produktivitas Kerja........................................................................ 42 4.5.1. Kemauan Kerja.................................................................................. 42 4.5.2. Kemampuan Kerja............................................................................. 43 4.5.3. Lingkungan Kerja.............................................................................. 43 4.5.4. Kompensasi........................................................................................ 43 4.5.5. Jaminan Sosial.................................................................................... 43 4.5.6. Hubungan Kerja................................................................................. 44 4.6. Analisis Hubungan (K3) Dengan Produktivitas Kerja................................ 44 V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 49 LAMPIRAN.............................................................................................................. 51
v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan........................11 Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3.................................. 11 Tabel 3. Nilai Skor Rataan......................................................................................... 19 Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan..................... 33 Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan..................... 36 Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan......................... 37 Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin…………. 39 Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3.............. 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 30 Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia............................................. 31 Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..................... 31 Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.................................. 32
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Organization Chart National Cibitung.................................................. 52 Lampiran 2. Struktur Organisasi P2K3 PT.CCBI...................................................... 53 Lampiran 3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. CCBI...................... 54 Lampiran 4. Job Safety Analysis Training Guide...................................................... 55 Lampiran 5. Formulir Laporan Kecelakaan Kerja/Mesin.......................................... 56 Lampiran 6. Formulir Laporan Penyelidikan Kecelakaan......................................... 57 Lampiran 7. Formulir Daftar Penilaian dan Pengendalian Resiko K3 PT. CCBI Cibitung Plant....................................................................................... 58
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di Indonesia, menurut data PT Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 – 2005, terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal adalah lebih dari Rp. 2 triliun di mana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha. Dengan kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia usaha karena kelalaian dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Begitu pula survei ILO (International Labor Organization) menyatakan bahwa tingkat ”competitiveness” karena faktor K3 Indonesia adalah negara ke-2 dari bawah dari lebih 100 negara yang disurvei (Mukhlisani et al, 2008). Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan, dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja (Suardi, 2005). Padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan keuangan yang baik. Pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit yang berkaitan dengan kerja merugikan ekonomi dunia lebih dari seribu miliar dollar (850 miliar euro) di seluruh dunia, atau 20 kali jumlah bantuan umum yang diberikan pada dunia berkembang. Di AS saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan miliar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi dan menggaji staf pengganti (Suardi, 2005). Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah. Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Meningkatkan produktivitas adalah sebuah perhatian utama berbagai industri, sebagai perubahan efektifitas dan efisiensi dari sumber daya ke dalam
2
produk yang dapat dipasarkan dan menentukan keuntungan bisnis. Sebagai akibatnya, berbagai indikator dan faktor yang dapat dipertimbangkan telah diarahkan untuk dapat meningkatkan produktivitas. Maka dari itu, dalam penelitian ini, tidak hanya membahas masalah K3 saja untuk meningkatkan produktivitas kerja, namun termasuk masalah lingkungan kerja dari segi fisik serta lingkungan kerja dari segi psikologi dan sosial (Mukhlisani et al, 2008).
1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini : 1. Mengkaji penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung Plant. 2. Menganalisis hubungan kualitatif antara penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja karyawan dan manfaatnya terhadap kesejahteraan karyawan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1. Keselamatan Kerja Dalam pemahaman yang umum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sasaran utama dari K3 ditujukan terhadap pekerja, dengan melakukan segala daya upaya berupa pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, agar terhindar dari resiko buruk di dalam melakukan pekerjaan. Dengan memberikan perlindungan K3 dalam melakukan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman, sehat dan produktif. Secara filosofis, K3 merupakan upaya dan pemikiran guna menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani ataupun rohaniah manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budaya manusia. Upaya perlindungan itu sejalan dengan hak asasi manusia yang dijamin pula dalam UUD 1945, setiap orang berhak atas perlindungan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan demikian K3 merupakan hak dasar setiap orang untuk memperoleh hak yang sama untuk hidup dan mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya. Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja. Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang K3. Bahkan di tingkat internasional pun telah disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional. Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga
4
menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Disamping itu, perlindungan K3 tersebut juga ditujukan untuk mengamankan aset perusahaan yang berupa peralatan, mesin, pesawat, instalasi, dan bahan produksi dari kemungkinan kerusakan dan kerugian akibat bahaya peledakan, kebakaran atau terganggunya proses produksi. Oleh karena itu dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup dan kemajuan masyarakat sesuai dengan tujuan hidup setiap insan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup jasmaniah dan rohaniah. Keselamatan dan kesehatan kerja yang berjalan baik dapat mendorong dan memacu peningkatan produksi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 di perusahaan perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat perlindungan dimaksud. Kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Secara umum dapat dikualifikasi bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (unsafe act) sebesar 78 %, yang disebabkan kondisi berbahaya dari peralatan (unsafe condition) sebesar 20 %, dan faktor lainnya sebesar 2 %.
5
Perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Pada hal, kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produk, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak. Dalam skala besar, akibat kecelakaan kerja yang banyak terjadi dan besarnya jumlah kerugian yang diderita perusahaan, secara kumulatif akan pula merugikan perekonomian sosial. Hal ini menunjukkan bahwa masalah K3 adalah masalah yang strategis, yang tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalaian potensi bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3). Untuk mengetahui efektivitas penerapan SMK3 dan mengukur kinerja pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan, dalam pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil kegiatan, atau audit. Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya audit dilakukan oleh auditor, sebagai Profesional Judgement. Untuk memelihara kompetensinya dan melakukan penyamanan persepsi tentang penilaian obyek yang diaudit, auditor menggunakan suatu standar atau melakukan pengukuran melalui suatu proses sertifikasi terhadap kompetensinya. (Syamsuddin, 2004) Miner dalam Ilham (2002) mengemukakan dua aspek yang disebut dengan Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology, yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Safety Psychology memfokuskan pada usaha untuk mencegah kecelakaan terjadi, dengan meneliti kenapa dan bagaimana kecelakaan itu muncul, sedangkan Industrial Clinical Psychology memfokuskan pada karyawan-karyawan yang tingkat kerjanya menurun, hal-hal yang menyebabkannya serta apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Persamaan dari Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology adalah sama-sama meneliti untuk pencegahan dan mengatasi masalah-masalah
6
tertentu yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan dan motivasi kerja karyawan. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu Laporan dan Statistik Kecelakaan, Pelatihan Keselamatan, Publikasi dan Kontes Keselamatan Kerja, Kontrol terhadap Lingkungan Kerja, Inspeksi dan Disiplin, Peningkatan Kesadaaran K3. Industrial Clinical Psychology terdiri atas dua faktor, yaitu Konseling dan Employee Assistance Program.
2.1.2. Kesehatan Kerja Sebenarnya membicarakan keselamatan kerja, di dalamnya telah terkandung pemahaman mengenai perlindungan kesehatan kerja. Undang-Undang Keselamatan Kerja, dari judulnya sendiri tidak membedakan antara pengertian keselamatan dan kesehatan kerja. Di dalam pengertian keselamatan kerja, didalamnya telah melekat pemahaman mengenai kesehatan kerja sebagai bagian yang sama pentingnya satu dengan lainnya. Namun sejalan dengan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan kemudian mengembangkan kesehatan kerja menjadi cabang ilmu tersendiri sebagai bagian dari keselamatan kerja. Konsepsi mengenai kesehatan kerja yang telah berkembang sebagai kebutuhan masyarakat
yang
berdiri sendiri.
Menurut Joint ILO/WHO committee dalam Syamsuddin (2004) kesehatan kerja didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya keadaan fisik, mental dan sosial pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisiologis dan psikologis, dan penyesuaian pekerjaan terhadap manusia dan manusia terhadap pekerjaannya. Kemudian pada tahun 1985 dikeluarkan pula ILO Convension of Occupational Health Services, Konvensi No.161 Tahun 1985, yang isinya antara lain mewewajiban dan kesehatan, dan pengembangan organisasi dan budaya kerja kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan kerja, yang dalam pelaksanaannya juga mempromosikan iklim sosial yang positif, operasi yang lancar dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
7
Pada saat ini, upaya perlindungan kesehatan yang semula bersifat kuratif seperti pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengobatan, telah berkembang menjadi upaya pencegahan dan perlindungan, dan mendorong pada berkembangnya ilmu tentang keracunan (poisoning) dan penyakit akibat kerja (Syamsuddin, 2004).
2.1.3. Faktor - faktor Kecelakaan Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan
itu
sebagai
kecenderungan kecelakaan
kecenderungan harus
kecelakaan.
menggunakan data
Untuk
mengukur
dari situasi
yang
menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen. Pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manajer untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal di atas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri (Ishak, 2004).
2.1.4. Tujuan Penerapan K3 Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 dalam Yusra (2005) tentang keselamatan kerja, yaitu:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b) Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran;
8
c) Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran; d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e) Memberi pertolongan pada kecelakaan; f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; g) Mencegah dan mengendalikan diri pada para pekerja; h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan; i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan cara dan proses kerjanya; n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang; o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang; q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2.1.5. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja Menurut Suardi (2005) manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah : a) Perlindungan karyawan b) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang c) Mengurangi biaya d) Membuat sistem manajemen yang efektif e) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
9
PT. Holcim Indonesia Tbk menyatakan dengan dijalankannya K3 secara tertib di perusahaannya telah diraih peningkatan produktivitas kerja sampai 75 persen. Ini karena potensi kehilangan banyak jam kerja juga mampu diminimalisir dengan adanya K3. Jika ada kecelakaan kerja maka akan ada banyak jam kerja terbuang dengan penggantian karyawan yang kecelakaan oleh karyawan baru atau mungkin juga oleh penanganan terhadap korban dan kasus kecelakaan kerja tersebut. Perusahaan pun juga bisa meminimalisir pembiayaan terhadap korban kecelakaan. Menurutnya, manfaat yang tak bisa ternilai dengan uang atau alat ukur apapun juga sangat banyak. Penerapan K3 telah menyelamatkan orang dari kecelakaan yang menyebabkan trauma, cacat anggota badan, kehilangan nyawa dan sebagainya. Hal itulah yang tak bisa ternilai dengan apapun. Untuk investasi K3 perusahaan tentunya juga akan menghabiskan dana yang sangat besar. Nilainya bisa mencapai 15 persen dari biaya produksi total. Namun nilainya akan turun setiap tahunnya. Ini karena perlengkapan yang digunakan untuk program K3 tak harus dibeli atau diperbaharui setiap tahun. Alat bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Seperti di Holcim kini biaya yang dikeluarkan perusahaan setelah program K3 dijalankan selama tujuh tahun, hanya sekitar 7 persen dari total biaya produksi (Sumardianto, 2008). Kesadaran dunia industri terhadap keselamatan kerja harus terus digalakan. Hal itu tidak hanya menjadi mencerminkan tinggi rendahnya budaya sebuah perusahaan, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomis. Penelitian di Jepang menunjukkan setiap investasi 1 dolar AS untuk keselamatan kerja bisa menghasilkan penghematan 2,7 dolar AS. Di lain pihak, kecelakaan dan sakit di tempat kerja membawa dampak ekonomis pada perusahaan. Catatan Organisasi Buruh International (ILO) menunjukkan pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja, mencapai lebih dari 1000 miliar dolar AS. Jumlah ini didasari dari catatan ILO bahwa setiap hari terdapat 6.000 kematian akibat kecelakaan kerja, jumlah yang lebih besar daripada korban tewas karena perang. Catatan keselamatan kerja Indonesia juga tak kalah merisaukan. Masuk dalam peringkat terburuk dalam standar keselamatan di Asia Tenggara,
10
Indonesia mencatat 105 ribu kasus kecelakaan selama tahun 2003 dengan angka kematian mencapai 1430 pekerja (Tjiptono, 2004). Masalah K3 manufaktur di Inggris mengakibatkan kerugian dengan rincian biaya per kasus : a) Cedera yang mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 9.434.063. b) Cedera yang tidak mengakibatkan waktu kerja hilang = Rp. 157.236. c)
Kerusakan karena kecelakaan = Rp. 1.572.298. British Safety Council (BSC) mencatat bahwa Inggris tiap tahun rugi Rp.
345.899.265.080.468 karena masalah K3. International Labour Organization (ILO) juga mencatat jumlah kasus K3 di Inggris sebanyak 2,2 juta kasus telah mengakibatkan jumlah PHK sebanyak 20.000 karyawan dan jumlah hari kerja hilang 3 juta hari dengan rincian kerugian : a) pekerja
: Rp. 81.754.941.049.221.
b) pengusaha
: Rp. 108.475.944.626.566.
c) sosial
: Rp. 213.759.142.626.694.
d) total
: Rp. 403.945.029.373.650.
Dengan jumlah penduduk Inggris sebanyak 58,8 juta dan persentase anakanak dan orang tua 41 % dan usia produktif 59 % dan bila 75 % adalah penduduk yang bekerja, maka rata-rata kerugian per kapita adalah Rp. 11.634.123. 2.1.6. Biaya dan Keuntungan Penerapan K3. Biaya K3 meliputi : a) Biaya tindakan pencegahan b) Biaya akibat kecelakaan c) Hilang dan rusaknya material produk d) Terhentinya proses produksi e) Hilangnya tenaga terampil & pengalaman f) Menurunya kredibilitas perusahaan g) Hilangnya keuntungan h) Hilangnya waktu kerja i) Pengeluaran biaya pengobatan, perawatan dll
11
Keuntungan yang didapat dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik terbagi dua yaitu efek primer dan efek sekunder efek primer yaitu terhindar dari kecelakaan kerja sedangkan efek sekunder yaitu peningkatan produktivitas, reputasi dan citra perusahaan dll (Yanri, 2006). Yanri (2006) menulis pengalaman perusahaan di Jepang yang dicatat oleh JISHA pada bulan Februari-Maret 2000 yang telah menyelenggarakan survey melalui kuisioner kepada 1368 perusahaan membuat rincian data biaya dan keuntungan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Tabel 1. Biaya Tindakan Pencegahan dan Biaya Akibat Kecelakaan Jenis Biaya
Besar Biaya
Biaya Tindakan Pencegahan
Rp. 20.060.000.799
Biaya Akibat Kecelakaan
Rp. 6.624.221.093
Jumlah Biaya
Rp. 26.854.980.290
Tabel 2. Jumlah Keuntungan Sebagai Manfaat Penerapan K3 Jenis Keuntungan
Besar Keuntungan
Manfaat Primer
Rp. 60.327.156.889
Manfaat Sekunder
Rp. 11.706.027.276
Jumlah Keuntungan
Rp. 71.997.659.189
2.1.7. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manjemen K3 Tahapan dan langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 dibagi menjadi dua bagian besar (Suardi, 2005) : 1. Tahap Persiapan a) Komitmen manajemen puncak b) Menentukan ruang lingkup c) Menetapkan cara penerapan d) Membentuk kelompok penerapan e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
12
2. Tahap Pengembangan dan Penerapan a) Menyatakan komitmen b) Menetapkan cara penerapan c) Membentuk kelompok kerja penerapan d) Menetapkan sumber daya yang diperlukan e) Kegiatan penyuluhan f) Peninjauan sistem g) Penyusunan jadwal kegiatan h) Pengembangan sistem manajemen K3 i) Penerapan sistem j) Sertifikasi
2.1.8. Landasan Hukum Penerapan K3 Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai berikut: a) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. b) UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. c) PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. d) Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja. e) Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk : a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja; b) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
13
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; d) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas
dalam
batas-batas
yang
masih
dapat
dipertanggungjawabkan (Yusra, 2005).
2.2. Produktivitas Kerja Perkataan produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang disusun oleh sarjana ekonomi Perancis bernama ”Quesnay” seorang pendiri aliran phisiokrat (Sumarsono, 2003). Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan operasional. Secara fiosofis, produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun secara teori dapat dilakukan, tetapi dalam praktek sukar dilaksanakan karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya berbagai macam dan dalam proporsi yang berbeda. Pengertian ketiga mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu : a) Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit;
14
b) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang; c) Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama; d) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Sumber daya masukan dapat terdiri atas beberapa faktor produksi, seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri. Produktivitas masing-masing faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara berdiri sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya. Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : a) Kualitas dan kemampuan fisik karyawan, b) Sarana pendukung, dan c) Supra sarana Produktivitas perusahaan/industri terdiri dari produktivitas mesin/peralatan dan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu. Sedangkan produktivitas mesin dapat diartikan sebagai perbandingan antara output dengan kapital in-put, dimana kapital in-put tersebut meliputi tanah, mesin dan peralatan. Satuan out-put berbeda-beda sesuai dengan unsur kapitalnya, sedangkan untuk satuan input dinyatakan dengan waktu. Produktivitas mesin dipengaruhi oleh kemampuan untuk dioperasikan dalam produksi, waktu/masa pakai serta pemeliharaan dari mesin itu sendiri. Disamping itu pula produktivitasnya dapat rendah, bilamana kondisi/keadaan bahan baku tidak memungkinkan untuk menjalani proses pengolahan (Sumarsono, 2003). Sedangkan yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri antara lain : pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim
15
kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi (Nusa dalam Sumarsono, 2003). a). Kualitas dan kemampuan Kualitas
dan
kemampuan
karyawan
dipengaruhi
oleh
tingkat
pendidikan, latihan, motivasi, etos kerja, mental, dan kemampuan fisik karyawan yang bersangkutan. b). Sarana pendukung Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat dikelompokkan dua golongan, yaitu : 1. Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri; 2. Menyangkut kesejahteraan karyawan yang terjamin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja. c). Supra sarana Aktivitas perusahaan tidak terjadi dalam isolasi. Apa yang terjadi di dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti sumber-sumber faktor produksi yang akan digunakan, prospek pemasaran, perpajakan, perizinan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah
di
bidang
ekspor-impor,
pembatasan-pembatasan
dan
pengawasan, juga mempengaruhi ruang lingkup pimpinan perusahaan dan jalannya aktivitas di perusahaan. Secara umum dapat dikemukakan bahwa faktor manajemen sangat berperan dalam peningkatan produktivitas karyawan perusahaan, baik secara langsung
melalui perbaikan pengorganisasian dan tata kerja
yang
memperkecil pemborosan dan keborosan penggunaan sumber-sumber, maupun secara tidak langsung melalui fasilitas latihan serta perbaikan penghasilan dan jaminan sosial karyawan (Arfida, 2003).
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran PT. Coca Cola Botling, Co adalah salah satu perusahaaan yang telah menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunujukkan bahwa PT. Coca Cola Botling, Co sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya. Faktor-faktor K3 adalah masalah yang strategis, yang tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen K3 (SMK3). Guna mengetahui efektivitas penerapan SMK3 dan mengukur kinerja pelaksanaan
SMK3,
serta
untuk
membuat
perbaikan-perbaikan,
dalam
pelaksanaanya, dilakukan dengan penilaian hasil kegiatan, atau audit. Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu perusahaan (Syamsuddin, 2004). Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya program K3 karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat.
3.2. Tata Laksana 3.2.1. Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan hasil obeservasi lapang, penyebaran kuisioner dan wawancara dengan orang dalam perusahaan. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, jumlah karyawan, manajemen sumberdaya manusia, faktor-faktor K3 dan produktivitas karyawan.
17
3.2.2. Metode Pengumpulan Data a) Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bagian studi untuk mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya. b) Observasi Lapang Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari secara langsung permasalahan yang ada dalam penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh data primer dari perusahaan. c) Wawancara Wawancara dilakukan dengan orang dalam perusahaan dan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
3.2.3. Penentuan Ruang Lingkup Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah dan mudah dipahami, mencakup masalah : a) Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling, Co yang difokuskan pada bagian produksi. b) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dianalisis meliputi 5 faktor yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. c) Produktivitas kerja karyawan yang dikaji adalah produktivitas kerja karyawan
bagian
produksi
yang
meliputi
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
faktor-faktor
yang
18
3.2.4. Pengolahan dan Analisis Data 3.2.4.1. Uji Validitas Singarimbun dan Effendi (1989) mengatakan bahwa uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut : a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, yaitu dengan cara: Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur 1. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli. Pendapat para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional. 2. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti
membuat
kerangka
konsep
dan
membuat
pertanyaan
operasional. b) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d) Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau pernyataan e) Tahap selanjutnya membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid atau signikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (N-2;).
3.2.4.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan mengetahui kekonsistenan, keterandalan dan kestabilan alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Pengukuran dilakukan dengan uji reliabilitas teknik Alpha Cronbach, yaitu teknik pengukuran dengan mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 10-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha () dari Cronbach.
19
3.2.4.3. Analisis data Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif yang diarahkan data secara umum dengan menggunakan persentase dan rataan yang disajikan dalam tabel dan kemudian dinterpretasikan. Faktor-faktor K3 dan produktivitas kerja karyawan dibagi menjadi lima kategori. Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria yaitu :
Rs
m 1 m
dimana m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Rs
5 1 5
Rs = 0,8 Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban respenden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 3. Nilai skor rataan Skor Rataan
Keterangan
1,00-1,80
Sangat buruk
1,90-2,60
Buruk
2,70-3,40
Cukup baik
3,50-4,20
Baik
4,30-5,00
Sangat baik
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal (nonparametrik) (Sarwono, 2006). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan angka positif, hubungan kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel bebas besar, maka variable tergantungya juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka negatif, hubungan kedua variabel bersifat tidak searah. Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar,
20
maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1 dengan ketentuan jika angka mendekati 1, hubungan kedua variabel semakin kuat. Jika angka korelasi mendekati 0, hubungan kedua variabel semakin lemah. Untuk mendapatkan data berskala ordinal pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknya menggunakan opsi jawaban skala Likert. Pada umumnya opsi jawaban terdidri atas 5 (lima) opsi sebagai berikut : a. Sangat Setuju yang diberi nilai 5 b. Setuju yang diberi nilai 4 c. Netral yang diberi nilai 3 d. Tidak Setuju yang diberi nilai 2 e. Sangat Tidak Setuju yang diberi nilai 1 Angka 1 sampai dengan 5 tersebut hanya merupakan simbol atau bukan angka sebenarnya dan bersifat relatif. Langkah-langkah penyelesaian masalah pada SPSS adalah sebagai berikut : a) Merumuskan masalah Masalah yang akan diteliti ialah : 1.
Apakah ada hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan
2.
Berapa besar hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan
b) Membuat desain variabel c) Memasukkan data ke SPSS d) Menganalisis data di SPSS e) Melakukan penafsiran untuk menjawab rumusan masalah Agar penafsiran dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan, kita perlu mempunyai kriteria yang menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi. Kriterianya sebagai berikut : 1. Angka korelasi berkisar antara 0 s/d 1. 2. Besar kecilnya angka korelasi menetukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut:
21
a. 0<α<0,25
: korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
b. 0,25<α<0,5
: korelasi cukup
c. 0,5<α<0,75
: korelasi kuat
d. 0,75<α<1
: korelasi sangat kuat
3. Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukkan arah yang sama hubungan antar variabel, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2 menjadi kecil. 4. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan. b. Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan. f) Membuat kesimpulan Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan kedua variabel dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Rumusnya sebagai berikut ; KD = r2 × 100
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan Coca Cola masuk ke Indonesia pada tahun 1927 dan pertama kali dibuat di Jakarta pada tahun 1932 dengan produksi pertama 10.000 cs dengan dibantu 3 truk dan 25 karyawan. Para pemegang saham lokal dan Jepang kemudian mendirikan PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) pada tahun 1970 yang melayani wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Coca Cola Amatil (CCA) membeli PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company dan PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company dengan share 49% pada tahun 1991 kemudian pada tahun 1992 membeli PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) dengan share 90%. CCA berhasil mendapatkan 90% share untuk Pan Java Group pada tahun 1996. Pabrik Coca Cola terbesar di Indonesia didirikan di Cibitung dengan nama National Plant Cibitung kemudian pada tahun 2002 perusahaan berganti nama dari PT. CCAI menjadi PT. Coca Cola Distribution Indonesia kemudian dari PT. CCAIB menjadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia. The Coca Cola Company sebagai perusahaan minuman ringan terbesar di dunia memiliki dan memasarkan lebih dari 400 merek. Coca Cola juga memasarkan sari buah, minuman isotonik, air minum dalam kemasan, kopi dan teh. Pabrik Coca Cola di Indonesia memiliki 11 plants yaitu 10 CCBI dan 1 independent bottler. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jakarta berlokasi di Cibitung terletak di area seluas 22 ha dan merupakan pabrik terbesar di Indonesia dengan kantor pusat di Pondok Indah Jakarta. Struktur organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan Visi dan misi perusahaan adalah menjadi perusahaan produsen minuman terbaik di Asia Tenggara dan memberikan kesegaran kepada pelanggan dan konsumen dengan rasa bangga dengan semangat sepanjang hari, setiap hari.
23
4.1.3. Proses Produksi Untuk proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia pabrik Cibitung adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman ringan dan terdiri dari beberapa proses, yaitu proses pengolahan air, pembuatan sirup, proses pencampuran dan proses pengisian. a) Bahan Baku PT. Coca Cola Bottling Indonesia hanya menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi, untuk menjaga keunggulan produk. Bahan berkualitas terbaik terdiri dari gula standar industri yang tidak mudah meleleh pada suhu rendah, air yang dimurnikan, soda berkarbonasi dan formula concentrate. b) Bahan Baku Air 1. UPA (Unit Pengolahan Air) Bahan baku air diolah oleh Unit Pengolahan Air (UPA). Tujuan utama pengolahan air UPA ini adalah untuk menjaga dan menjamin kualitas air sesuai yang telah diisyaratkan untuk air produk. Karena air dari hasil pengoolahan UPA digunakan sebagai salah satu bahan baku utama produk yaitu air yang digunakan untuk proses pencampuran. Air tersebut diambil dari air bawah tanah (deep well) dengan 13 pipa utama dengan kedalaman antara 110-140 meter. Kedalaman tersebut dimaksudkan agar konsumsi air masyarakat sekitar tidak terganggu. Kemudian dilakukan proses awal yaitu dengan mengalirkan air ke menara pendingin (cooling tower) untuk menurunkan temperatur air baku (menjadi 30ºC), degasifier (menghilangkan gas) dan nerasi (penambahan oksigen) setelah melewati pemrosesan tersebut kemudian air ditampung ke tangki besar (raw water) untuk dilakukan pre-chlorin bertujuan untuk mereduksi ion ferro yang akan mengendap menjadi ferri chloride sekaligus untuk membunuh mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, setelah itu air diberi koagulan untuk menghilangkan kotoran air yang berupa suspended solid, kemudian barulah air dipompa ke dalam depth/dual media filter sebagai penyaring sehingga air yang dihasilkan lebih berkualitas, selanjutnya air ditampung ke dalam tangki filtered water (tangki Fanta), di dalam tangki tersebut dilakukan penambahan sodium meta bisulfit untuk
24
menghilangkan chlorine bebas sehingga demineralisasi dapat berjalan dengan sempurna. Kemudian air tersebut dibagi menjadi dua, sebagian ke dealkasier sedangkan sebagian lagi langsung (by pass). Setelah itu air kembali mengalami proses diklorinasi untuk membunuh bakteri dalam air dan dialirkan ke blended water (tangki Sprite dan Diet Coke), kemudian air dipompa ke carbon filter untuk sisa chlorine dan memperbaiki kualitas warna, rasa dan bau, kemudian air dialirkan ke polishing filter untuk menyaring partikel-partikel halus dan jasad renik/mikroorganisme, setelah melewati pemrosesan tersebut air ditampung di dalam tangki treated water (tangki Coca Cola) dan sudah siap untuk didistribusikan ke seluruh jalur produksi, proses di atas dilakukan secara otomatis.
2. Unit Pengolahan Air Jatiluhur (UPAR) UPAR menggunakan air dari sungai Citarum Barat untuk diproses. Pengolahan air di unit ini dimaksudkan untuk keperluan-keperluan seperti washer, bottle, masjid, taman, rinse, boiler, toilet, kantin dan lain-lain. Proses penjernihan air dimulai dari intake pit lalu dialirkan ke kolam dan kemudian dipompa dan ditambahkan zat kimia seperti soda ash, kaporit, dan PAC, setelah itu masuk ke stanic mixer, flocculator (pengaduk lambat), selanjutnya masuk ke tube settler sehingga air yang didapat jernih dan tanpa lumpur. Kemudian air bersih tersebut kembali diolah ke sand filter, masuk ke portable water reservoir dan siap didistribusikan untuk keperluan cleaning machine, lubricant, kantin, masjid, toilet dan lain-lain.
c) Bahan Baku Gula Untuk gula PT. CCBI memesan dari Lampung dengan gula standar industri, dan tidak mudah meleleh pada suhu-suhu tertentu. Namun jika pemenuhan permintaan tidak mencukupi, PT. CCBI mengimpor gula dari Thailand. d) Bahan Baku Konsentrat Untuk
konsentrat
PT.
Coca
mendatangkannya dari Atlanta.
Cola
Bottling
Indonesia
langsung
25
e) Aliran Proses Produksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia khususnya Cibitung memiliki suatu aliran proses produksi. Setiap prosesnya dilakukan pengamatan dan pembelajaran lebih lanjut untuk mempertahankan mutu dan memperoleh hasil produksi yang berkualitas. Aliran proses tersebut antara lain : raw material storage, pencampuran,
pengisian
dan
penutupan,
pengkodean,
pemeriksaan,
pengemasan, pengangkutan dan pengiriman. 1. Gudang bahan dasar/raw material storage Gudang bahan dasar adalah awal pertama bagaimana kualitas dapat tercipta, maka dari itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sangat memperhatikan kenyamanan gudang bahan baku. Dengan melakukan inspeksi setiap harinya diharapkan agar kualitas bahan baku seperti gula dan konsentrat tetap terjaga. Bagian gudang bertugas untuk memenuhi order berupa gula dan konsentrat dari divisi sirup. Gula dan konsentrat yang akan dikirim sebelumnya dilakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai kualitasnya, dan pengecekan tanggal kedatangan gula dan konsentrat, jika gula dan konsentrat berkualitas baik maka siap untuk dikirimkan ke divisi sirup untuk diproses lebih lanjut. 2. Pencampuran/mixing Mixing dilakukan oleh divisi sirup. Proses dilakukan dengan mencampur antara lain murni dengan gula dan konsentrat untuk menghasilkan
sirup
kemudian
menambahkan karbondioksida
proses murni
selanjutnya dalam
adalah
campuran
dengan
tadi untuk
mendapatkan kesegaran rasa. Kemudian dilakukan pencampuran antara gula dengan treated water pada temperatur 80º C sehingga diperoleh emulsi gula dengan kadar (brix) kurang lebih 62. Setelah itu dilakukan proses pemurnian (filtrasi) terhadap campuran ini untuk menghilangkan kadar karbon. Kemudian didinginkan sehingga diperoleh simple syrup. Kemudian simple syrup tersebut dicampur dengan konsentrat dan treated water dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Hasil dari proses tersebut dinamakan final syrup. Proses selanjutnya adalah mencampur treated water dari product water treatment serta final syrup dari syrup room
26
agar dihasilkan beverage. Kemudian beverage dialirkan ke dalam cool carbonator untuk didinginkan dan diisi dengan CO2 kemudian sirup siap untuk dialirkan ke lantai produksi. Untuk pembuatan sirup sendiri langkah pertama adalah menunggu order dari DOP untuk mengetahui berapa liter yang harus diproduksi hari ini dan flavour yang diinginkan. 3. Pencucian (washing) Untuk memastikan konsistensi kualitas produk botol-botol kosong yang segera diisi harus dibersihkan dahulu dengan cara dicuci, dibilas dan disterilkan dengan menggunakan bottle washer dan air pencuci softener water caustic kemudian dilakukan inspeksi untuk memastikan botol telah steril dan layak pakai. Untuk mencuci botol menggunakan air yang berasal dari UPAR. 4. Pengisian dan penutupan (filling and capping) Setelah melalui proses pencucian,
mesin pengisi melakukan
pencampuran sirup yang sudah siap lalu langsung diikuti dengan menutup kemasan tersebut untuk menjamin higienitasnya. Untuk pengisian botol mesin yang digunakan berbeda-beda. a) Untuk pengisian botol reguler Langkah pertama adalah menyiapkan botol-botol kosong yang layak isi, kemudian memasukkannya ke krat. Bagian loading berfungsi untuk menerima botol-botol kosong tersebut, lalu botol berada di dalam krat tersebut diletakkan ke konveyor yang berjalan melalui mesin iuncaser yaitu berfungsi untuk memisahkan botol-botol dengan kratnya. Kemudian masuk ke mesin washer yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan botol supaya bersih dan higienis, botol melewati bagian inspector yang berfungsi memisahkan botol yang terdapat benda-benda asing atau kotoran, setelah lolos dari pengamatan secara manual kemudian botol kembali diinspeksi dengan mesin EBI (elektronic bottle inspection) yang bekerja secara otomatis. Kemudian masuk ke bagian pengisian botol yang mana pengisian botol dapat diatur ketinggian vent tube di dalam filler dan langsung diberi tutup oleh crowner. Kemudian botol-botol tersebut lewat ke bagian
27
cording dimana botol-botol tersebut mengalami proses penanggalan produksi dan setelah itu masuk ke bagian filling height detector (FHD) berfungsi untuk mendeteksi ketinggian volume pengisian produk ke botol. Bila tingginya tidak memenuhi standar maka akan segera dipisah. Proses selanjutnya adalah memasukkan kembali botol ke dalam krat yang sudah disiapkan dengan mesin case packer dan terakhir yaitu menyusun krat-krat tersebut dengan rapi dan efisien. b) Untuk pengisian kaleng (can) Kaleng atau can berasal dari supplier, langkah pertama adalah menyusun kaleng ke dalam depalletizer yang kemudian kaleng-kaleng tersebut dicuci dan disterilkan dengan mesin rinser, kemudian proses pengisian can yang dilakukan menggunakan mesin filler, dan setelah dilakukan pengisian langkah selanjutnya adalah mendeteksi volume hasil pengisian menggunakan FHD apabila volume terlalu rendah maka can secara otomatis langsung dipisahkan dan dianggap reject. Kemudian masuk ke dalam warmer yaitu penghangatan can pada suhu tertentu (25ºC). Setelah itu dilakukan penanggalan produksi dengan istilah date cording. Dan proses selanjutnya adalah pengemasan produk pada box kardus (wrap arround pack) dan dilanjutkan dengan palletizer. c) Untuk pengisian botol 500 liter dan botol PET Botol kosong atau botol PET masuk depalletizer kemudian masuk rinse untuk dicuci dan disterilkan. Lalu dilakukan pengisian dengan mesin filler sekaligus capper, dan diteruskan dengan penanggalan produksi dengan date cording dan setelah itu dilakukan FHD yaitu pengecekan dengan cara mendeteksi ketinggian volume pengisian apabila volume botol tidak sesuai dengan ketentuan maka secara otomatis langsung dipisahkan sebagai produk reject. Kemudian dilakukan warmer yaitu penghangatan botol pada suhu 25ºC kemudian untuk botol PET dilakukan pelabelan dengan mesin labeler, setelah selesai proses terakhir adalah case packer dan depalletizer. PT. Coca Cola Cibitung juga membuat botol PET sendiri, namun untuk memenuhi target produksi botol PET juga memesan dari supplier.
28
f) Lantai Produksi PT. CCBI Cibitung mempunyai 12 lantai produksi yang siap untuk dioperasikan yaitu : 1. Line 1 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi ke dalam tabung post mix. Dimana biasanya pesanan diperoleh dari coffee shop dan fast food. 2. Line 2 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi untuk kaleng jenis slim can. 3. Line 3 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi jenis kaleng biasa. 4. Line 4 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi dengan ukuran botol liter dan botol PET. 5. Line 5,6,7 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi dengan ukuran botol kecil. 6. Line 8 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi jenis botol biasa.L 7. Line 9 berfungsi untuk memproduksi botol PET. 8. Line 10 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi dengan jenis TWA (kotak). 9. Line 11 berfungsi untuk pengisian produk non karbonasi dengan jenis TBA. 10. Line 12 berfungsi untuk pengisian produk non-CSD hotfill botol PET. g) Pengkodean (coding) Masing-masing botol yang diproduksi memiliki kode khusus yang meliputi kode khusus yang meliputi best before, jam pengisian dan line yang memproduksi serta kode pabrik. h) Pemeriksaan (inspection) Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol dibawa ke pabrik, dicuci sampai selesai pengisian. Pengontrolan dilakukan secara manual dan mekanis bertujuan untuk memastikan keunggulan kualitas minuman yang diproduksi.
29
i) Pengemasan (packaging) Setelah pengontrolan terakhir botol yang telah diisi siap untuk dikemas dan dikirimkan. Bentuk botol, kaleng, label, dan kemasan yang digunakan merupakan hasil teknologi mutakhir dan inovasi yang berkelanjutan jadi seiring berjalannya waktu selalu ada pengusahaan perbaikan proses produksi. j) Loading-delivery Setelah proses packaging selesai dilanjutkan dengan proses depalletizer yang dilakukan dengan menggunakan lift truck yang menggunakan bahan LPG. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dan tercemarnya produk oleh polusi. Kemudian produk diangkut ke gudang full good untuk persediaan produk. Kemudian bila ada permintaan produk dikeluarkan dari gudang full good dan siap untuk dipasarkan. Proses pengiriman yang efisien merupakan jaminan bahwa rasa terbaik dari produk ini dapat dinikmati oleh semua konsumen.
4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner 4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspekaspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 40 pertanyaan yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut (r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%).
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek penelitian. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik
30
Alpha Cronbach didapatkan r = (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95%, maka kuisioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1.
4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang merupakan karyawan bagian produksi. Sebagian besar reponden di bagian produksi adalah pria 26 orang (87%) karena pekerjaan di bagian produksi menuntut kekuatan fisik dan secara fisik pria lebih unggul daripada wanita. Sisanya wanita sebanyak 4 orang (13%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1.
30 Jumlah (orang)
25 20 15 10 5 0
Pria
Jenis Kelamin
Wanita
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.3.2. Usia Usia responden paling banyak diantara 20-30 tahun yang merupakan usia produktif yaitu sebanyak 23 orang (77%). Hal ini disebabkan karyawan yang berusia 20-30 tahun memiliki tenaga yang paling kuat dibandingkan pekerja berusia 30 tahun lebih. Kemudian diikuti oleh usia responden diantara 41-50 tahun yaitu sebanyak 4 orang (13%) dan usia diantara 31-40 tahun sebanyak 3 orang (10%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2.
31
25 JUMLAH (ORANG)
20 15 10 5 0 20-30
31-40 USIA (TAHUN)
41-50
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 4.3.3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 15 orang (50%). Lulusan sarjana dan D3 masing-masing sebanyak 7 orang (23,3%) dan paling sedikit yaitu lulusan SMP/sederajat sebanyak 1 orang (3,3%). Lulusan SMA/sederajat dan SMP/sederajat mendapat posisi pekerjaan sebagai buruh dan lulusan sarjana dan D3 mendapat posisi sebagai supervisor pabrik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.
JUMLAH (ORANG)
15
10
5
0 SD
SLTP
SLTA D3 Tingkat Pendidikan
Sarjana
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.4.4. Masa Kerja Karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah 19 orang (63,3 %) diikuti karyawan dengan masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20%) kemudian karyawan dengan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 4 orang (13,3%) dan karyawan dengan masa kerja 11-15 tahun yang
32
berjumlah 1 orang (3,3%). Hal ini berarti regenerasi karyawan di bagian produksi cukup cepat melihat banyaknya jumlah karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun dibandingkan jumlah karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4.
JUMLAH (ORANG)
20
15 10 5 0 1-5 th
6-10 th 11-15 th Masa Kerja (Tahun)
>15 th
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4.4.1. Pelatihan Keselamatan Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini perlu diadakan analisis untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan terhadap produktivitas kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sendiri memiliki dan telah menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
33
Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan No
Pernyataan Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3 Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja Perusahaaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
1
2
3
Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan Anda
4
5
SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
15
11
2
2
0
4,30
16
10
3
1
0
4,37
15
10
4
0
1
4,27
5
18
6
1
0
3,90
6
17
4
3
0
3,87
Total
4,14
Keterangan : SS : Sangat Setuju S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Rataan skor 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3. Pelatihan khusus bagi ahli K3 dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di perusahaan. Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan telah mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja yaitu penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), penggunaan alat pelindung diri (APD) dan tombol bahaya (alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan apabila terjadi suatu kejadian yang membahayakan karyawan. Pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja diberikan agar karyawan dapat menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik. Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan telah mengikuti pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi dimana seolah-olah terjadi kebakaran diberi pengarahan untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak alat pemadam
34
api ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta cara penggunaannya dan jalur evakuasi menuju pintu darurat dan area evakuasi apabila terjadi kebakaran. Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik produksi jadi semua karyawan berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran diberikan agar karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. PT. CCBI Cibitung juga menerapkan Job Safety Analysis Training Guide sebagai bagian dari pelaksanakan pelatihan keselamatan kerja di lingkungan PT. CCBI Cibitung yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Karyawan merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh perusahaan, dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,90. Manfaat yang diperoleh yaitu karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Rataan sebesar 3,87 menunjukkan bahwa pelatihan yang karyawan ikuti memberikan banyak informasi tentang pekerjaan karyawan. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya dan mengetahui potensi kecelakaan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan gambaran tentang pekerjaan yang akan dilakukan sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan skor dari semua pernyataan mengenai pelatihan keselamatan sebesar 4,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik.
4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai keselamatan kerja karyawan yang berupa spanduk dan poster. Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai pentingnya K3. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel 3. PT. CCBI Cibitung merupakan industri yang memiliki tingkat resiko kecelakaan yang relatif tinggi. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja
35
dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari kecelakaan dan cedera akibat kerja. Rataan skor sebesar 4,63 menunjukkan bahwa sebagian karyawan mengetahui adanya tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Responden menyatakan bahwa terdapat pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan dengan rataan skor sebesar 4,20. Pesan-pesan keselamatan kerja ini merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mengingatkan karyawan akan pentingnya keselamatan kerja. Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan dan potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja pada waktu pertama kali karyawan masuk kerja. Karyawan berhak untuk mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyak informasi yang diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya, maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara mencegah dan mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 4,03 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui tingkat bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan memotivasi karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Pimpinan sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya agar bekerja dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,87 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa atasan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat. Berdasarkan tabel total rataan skor dari seluruh pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 4,18. Hal ini menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung adalah baik.
36
Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan No
Pernyataan
SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
1
Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
19
11
0
0
0
4,63
2
Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja
10
17
2
1
0
4,20
3
Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
9
14
6
1
0
4,03
4
Atasan Anda memberikan contoh yang baik tentang caracara bekerja yang aman dan sehat
8
15
4
1
2
3,87
Total
Rataan Skor
4,18
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaan atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja diantaranya yaitu suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat kerja, ketersediaan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang dipakai harus disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko pekerjaan masing-masing karyawan. Rataan skor sebesar 4,57 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja. Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, penerangan dan
37
kebersihan lingkungan kerja. Rataan skor sebesar 3,37 menunjukkan bahwa suhu ruangan di tempat kerja karyawan cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di setiap ruangan dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga. Penerangan yang baik dapat menghindarkan karyawan dari kesalahan dalam bekerja dan kecelakaan kerja serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah baik. Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan No
Pernyataan
SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
1
Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja
19
9
2
0
0
4,57
2
Suhu ruangan di tempat kerja Anda cukup baik
2
15
6
6
1
3,37
3
Penerangan di tempat kerja Anda cukup memuaskan
3
17
6
3
1
3,60
4
Ruangan tempat kerja Anda cukup bersih
3
16
8
2
1
3,60
5
Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja Anda
6
11
9
3
1
3,60
6
Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja
6
12
9
3
0
3,70
Total
3,74
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan kebersihan lingkungan karena kebersihan lingkungan kerja sangat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Kebersihan lingkungan kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung jawab seluruh karyawan. PT. CCBI Cibitung memiliki petugas kebersihan khusus yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat kerja yang dilakukan
38
sebelum dan sesudah produksi. Adanya tempat sampah dan wastafel yang disediakan perusahaan di setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan lingkungan kerja karyawan bersih. Sebagian
besar
karyawan
menyatakan
perusahaan
menyediakan
perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,60. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja yang disediakan berupa pemadam api dan fasilitas P3K. Kecelakaan ringan seperti tergores benda-benda tajam atau alat-alat di sekitar pabrik, terjatuh, tertimpa barang dan cedera kecil lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi di lingkungan pabrik oleh karena itu tersedianya fasilitas P3K di lingkungan pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan memiliki fasilitas P3K tersedia di lingkungan pabrik, dengan rataan skor sebesar 3,70. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 3,74 ini berarti kontrol lingkungan kerja di PT. CCBI Cibitung dilaksanakan dengan baik. PT. CCBI Cibitung dalam mengontrol lingkungan kerja untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja melakukan penilaian dan pengendalian resiko K3 yang dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.4.4. Pengawasan dan disiplin Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat pada Tabel 5. Sebelum proses produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan pengecekan mesin-mesin dan peralatan kerja yang bertujuan agar mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan layak pakai. Rataan skor sebesar 3,90 menunjukkan bahwa pengecekan mesin-n kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu memperhatikan kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan karena hal itu mempengaruhi proses produksi. Rataan skor sebesar 3,97 menunjukkan bahwa pengecekan alat-alat keselamatan dilakukan dengan baik. Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja terutama di tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi. APD dapat
39
melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja, setidaknya dengan menggunakan APD dapat memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. No
Pernyataan
SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
1
Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
5
19
4
2
0
3,90
2
Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
11
10
6
3
0
3,97
3
Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
14
14
1
1
0
4,37
4
Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya
13
12
3
2
0
4,20
5
Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
9
15
4
1
1
4,00
6
Perusahaan mempunyai peraturanperaturan keselamatan kerja
11
16
3
0
0
4,27
4,12
Total
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan mewajibkan penggunaan APD saat bekerja. Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat mengancam kesehatan karyawan. PT. CCBI Cibitung melakukan pengawasan terhadap penggunaan
40
bahan-bahan beracun dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 4,20 yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan telah melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya dengan baik. Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan bahwa perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin. Peraturan-peraturan keselamatan kerja merupakan dasar penerapan K3 di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung. Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan dari kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerusakan. Pengawasan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung dilakukan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung. Struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung dapat dilihat pada Lampiran 2. Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan mengetahui dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,12, ini berarti pengawasan dan disiplin karyawan pabrik PT. CCBI Cibitung tergolong baik.
4.4.5. Peningkatan kesadaran K3 Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya setiap karyawan harus mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar karyawan mengetahui bahwa perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan para karyawan.
41
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya. Hal itu terbukti dari rataan skor
sebesar 4,17 yang
menunjukkan sebagian besar karyawan setuju dengan pernyataan tersebut. Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja terutama apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor sebesar 4,20 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menggunakan APD saat bekerja terutama di tempat
yang berbahaya, artinya karyawan menyadari akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat terlaksana dengan baik apabila ada dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan. Rataan skor sebesar 3,77 yang menunjukkan bahwa masukan-masukan yang disampaikan karyawan mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,80 menunjukkan bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden dari seluruh pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,04 yang menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung adalah baik.
42
Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3 No
Pernyataan
SS (5)
S (4)
CS (3)
TS (2)
STS (1)
Rataan Skor
1
Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah K3
16
9
3
2
0
4,30
2
Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
8
17
2
3
0
4,00
3
Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja Anda
11
14
4
1
0
4,17
4
Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya
11
17
0
1
1
4,20
5
Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari Anda terkait dengan masalah K3
9
11
5
4
1
3,77
6
Perusahaan menginginkan Anda ikut aktif dalam penerapan program K3
6
15
6
3
0
3,80
4,04
Total
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. CCBI Cibitung dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik oleh karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan
43
dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
4.5. Analisis Produktivitas Kerja Produktivitas perusahaan ditentukan oleh produktivitas kerja karyawan. Apabila produktivitas kerja karyawan meningkat maka produktivitas perusahaan juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi enam faktor yaitu : kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja.
4.5.1. Kemauan kerja Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari seorang karyawan dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan yaitu dengan bekerja sungguh-sungguh, adanya kesadaran dari dalam diri karyawan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor 4,11 menunjukkan bahwa kemauan kerja karyawan cukup besar. Artinya karyawan tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja yang kuat.
4.5.2. Kemampuan kerja Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat, bila karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Hal ini juga harus didukung oleh keterampilan kerja karyawan. Kemampuan kerja karyawan dapat dilihat dari datang ke tempat kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Rataan skor sebesar 4,19 menunjukkan bahwa kemampuan kerja karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung adalah baik.
44
4.5.3. Lingkungan kerja Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan. Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati karena lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa lingkungan tempat karyawan bekerja cukup aman dan bersih.
4.5.4. Kompensasi Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa karyawan pada perusahaan. Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan baik secara langsung (finansial) maupun tidak langsung (non-finansial). Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan dan bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas prestasi kerjanya akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,47 menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah baik dan memuaskan.
4.5.5. Jaminan sosial Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat karyawan bekerja
lebih
produktif
karena
karyawan
merasa
perusahaan
sangat
memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Seluruh karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Rataan skor sebesar 4,35 menunjukkan bahwa karyawan merasa puas atas jaminan sosial yang diberikan perusahaan.
4.5.6. Hubungan kerja Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan rekan kerja sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman. Hubungan kerja yang harmonis dapat dilihat dari kemampuan karyawan untuk bekerjasama dengan orang lain dan kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada rekan kerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan hubungan yang terjalin antara
45
karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik tersebut membuat karyawan betah bekerja di perusahaan.
4.6.
Analisis Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Produktivitas Kerja Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan sedangkan nilai korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan 99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai kesalahan yang mungkin terjadi. Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan nilai α (P < α) menunjukkan hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor yang diuji. Apabila nilai probabilitas atau peluang <α (P < 0,01) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang >α (P > 0,01) menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Apabila rs > tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila rs < r tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif dengan tingkat kepercayaan 99%, db= 73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel maka berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada kategori kuat (0,60< α<0,80).
46
Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu sebesar 0,592. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan berada pada kategori kuat (0,50<α<0,60). Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan bertujuan untuk melatih karyawan dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi diri apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3 melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,755. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan kuat yaitu pada rentang (0,60<α<0,80). Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi yang paling rendah dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan publikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari gambar dan pesan-pesan keselamatan kerja yang kurang menarik dan penempatannya tidak strategis. Padahal adanya informasi-informasi dan pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan kerja akan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatannya. Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif sebesar 0,691. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman,
47
nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan bekerja semakin produktif. Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif dan sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,872. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya sangat kuat (0,80<α<1,00). Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi yang paling tinggi dari keempat faktor yang lainnya, karena pada umumnya karyawan akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi. Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,700. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60<α<0,80). Penerapan K3 dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung secara umum sudah baik. Hal itu dapat dilihat dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Sebagian besar responden setuju telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hubungan antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan bernilai positif dan sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Peningkatan produktivitas kerja karyawan ini dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat meningkatkan pula kesejahteraan karyawan. Karyawan setuju jika keuntungan perusahaan meningkat maka perusahaan akan memberikan kompensasi kepada karyawan yang berupa kenaikan gaji dan kesejahteraan karyawan.
5.2. Saran Dalam kaitannya dengan peningkatan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan, disarankan agar PT. CCBI melalui ahli K3 perusahaan lebih tegas lagi dalam menegur karyawan yang masih tidak memperhatikan keselamatan dirinya saat bekerja seperti misalnya tidak memakai APD pada saat bekerja. Pemeriksaan berkala alat-alat sebelum memulai pekerjaan sebaiknya dilaksanakan lebih serius.
49
DAFTAR PUSTAKA
Arfida, B. R. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Ishak, A. 2004. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan. Lestari, T. 2007. Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPTN VII Gunung Mas, Bogor). Skripsi. Manajemen. FEM IPB, Bogor. Miner, J. B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Di dalam Ilham, R. N. Analisis Hubungan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan Motivasi Kerja Karyawan Di PT. Goodyear Indonesia. FATETA. IPB, Bogor. Mukhlisani, et al. 2 Agustus 2008. Pendekatan Metode Structural
Equation
Modeling Untuk Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Dari Tinjauan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di PT. Barata Indonesia
(PERSERO)
–
GRESIK.
http://mmt.its.ac.id/library/wp-
content/uploads/2008/12/microsoft-word-22-prosiding-neny-muklisani-okprint.pdf. Diakses tanggal 22 Oktober 2009. Sarwono, J. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Penerbit Andi, Yogyakarta. Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). PPM, Jakarta. Suma’mur, P.K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta. Sumardianto, C. 20 Desember 2008. Holcim Gelar Tour K3 di Delapan Kota. Online : < http://candra-safety-enginer.blogspot.com/2008/12/holcim-gelartour-k3-di-delapan-kota.html> [22 Oktober 2009]. Sumarsono,
S.
2003.
Ekonomi
Manajemen
Sumberdaya
Manusia
&
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Syamsuddin, M. S. 2004. Perkembangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Depnakertrans R.I., Jakarta.
50
Tjiptono, D. 2004. DuPont Indonesia Gelar Festival Keselamatan Kerja. Detik Finance. < http://www.detikfinance.com/read/2004/12/09/173340/253340/4/valas/inde x.html>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009. Yanri, Z. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Membangun Budaya K3 Implementasi dan Evaluasi. < http://www.migasindonesia.net/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=114& Itemid=42>. Diakses tanggal 22 Oktober 2009. Yusra, D. 2004. Pentingnya Implementasi K3 dalam Perusahaan. Tulisan. Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta.