HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)
Oleh TRISNA LESTARI H24103083
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK Trisna Lestari. H24103083. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor). Di bawah bimbingan Erlin Trisyulianti. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan. PTPN VIII Gunung Mas menerapkan program K3 karena perusahaan menyadari bahwa setiap karyawan berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan sewaktu bekerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengkaji penerapan program K3, (2) Mengkaji produktivitas kerja karyawan, dan (3) Menganalisis hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Faktor-faktor K3 yang dianalisis adalah pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, serta peningkatan kesadaran K3. Penelitian dilakukan di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas selama tiga bulan, yaitu dari bulan Januari-Maret 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis hubungan. Analisis hubungan antara penerapan K3 dengan produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan metode uji korelasi Rank Spearman dengan menggunakan software SPSS 13.0 for windows. Berdasarkan persepsi responden rataan skor untuk penerapan K3 sebesar 0,366 sedangkan rataan skor untuk produktivitas kerja karyawan sebesar 0,372. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor K3 yang diuji memiliki hubungan yang positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat dengan produktivitas kerja karyawan dengan nilai korelasi sebesar 0,743.
HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh TRISNA LESTARI H24103083
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh TRISNA LESTARI H24103083
Menyetujui,
Mei 2007
Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 4 Mei 2007
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 29 Juli 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H. Maman Suparman dan Hj. Elly Nurlela. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Melati pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Pasir Hayam tahun 1991-1997. Sejak tahun 1997-2000 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cianjur, kemudian pada tahun 2000-2003 melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Cianjur dan masuk program IPA. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa studi penulis aktif sebagai staf Direktorat Administrasi, Keuangan dan Kesekretariatan (AK2) Centre of Management (COM@) periode 2004/2005, panitia di beberapa kegiatan kampus, peserta seminar dan pelatihan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, penulis
menyusun skripsi yang
berjudul “Hubungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor) di bawah bimbingan Erlin Trisyulianti S.TP., M.Si.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hendaknya kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor). Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama dalam suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan memahami akan arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar diantaranya yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan. Memperhatikan hal tersebut, maka penerapan K3 dalam suatu perusahaan perlu dikaji karena penerapan K3 dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga produktivitas perusahaan juga akan meningkat. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang dan lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 2. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Eko Rudy Cahyadi, S.Hut, MM atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, seluruh staf dosen pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB. 4. Ir. Dedi Kusramdani selaku Sinder pabrik PTPN VIII Gunung Mas, pak Dudi, ibu Henny, pak Dadan, mas Wawan dan staf-staf lainnya yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis selama penelitian berlangsung. 5. Kedua orang tuaku H. Maman Suparman dan Hj. Elly Nurlela yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang. Terima kasih telah menjadi orang tua yang terbaik untukku. 6. Kakak-kakakku (Kang Indra, Teh Indri, Kak Ayep dan Teh Iis) dan keponakanku yang lucu-lucu (Zahra dan Razan) atas doa, kasih sayang yang selalu mengiringi serta semangat yang tiada henti. 7. Keluarga Agus Sukarman S.Ip atas doa, kasih sayang dan dukungannya. 8. Rama Ramdani Wijaya atas kasih sayang, doa, pengertian dan dukungannya. 9. Teman-teman satu bimbingan (Riri, Tata, Yudi dan Kak Aldi) dan teman-teman seperjuangan (Irma, ipeh dan Indras) atas segala semangat, dukungan, doa, serta tawa canda yang mewarnai perjuangan kita. 10. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani (Nunu, Meza, Vebby dan Nadya) dan teman-teman manajemen 40 untuk kebersamaan selama empat tahun ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Mei 2007
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ................................................................................iii KATA PENGANTAR ............................................................................iv DAFTAR ISI ...........................................................................................vi DAFTAR TABEL .................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan ................................................................................. 5 2.1.1. Pengertian ......................................................................... 5 2.1.2. Faktor-faktor Kecelakaan ................................................. 5 2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................. 8 2.2.1. Pengertian ......................................................................... 8 2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 10 2.2.3. Sistem Manajemen K3 .................................................... 11 2.2.4. Program K3 ..................................................................... 12 2.2.5. Landasan Hukum K3 ...................................................... 15 2.3. Produktivitas ............................................................................. 16 2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................. 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 19 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................... 22 3.4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 22 3.4.1. Uji Validitas .................................................................... 22 3.4.2. Uji Reliabilitas ................................................................ 23 3.4.3. Skala Likert ..................................................................... 24 3.4.4. Analisis Data ................................................................... 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 29 4.1.1. Sejarah Perusahaan ......................................................... 29 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................ 30
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 30 4.1.4. Sumberdaya Manusia ...................................................... 31 4.1.5. Kegiatan Pengolahan Teh Hitam .................................... 31 4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................... 35 4.3. Evaluasi K3 .............................................................................. 39 4.4. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner ....... 40 4.4.1. Hasil Uji Validitas Kuisioner ........................................... 40 4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner ...................................... 41 4.5. Karakteristik Responden ............................................................ 41 4.5.1. Jenis Kelamin ................................................................... 41 4.5.2. Usia .................................................................................. 42 4.5.3. Tingkat Pendidikan .......................................................... 42 4.5.4. Masa Kerja ...................................................................... 43 4.6. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................... 44 4.6.1. Pelatihan Keselamatan ..................................................... 44 4.6.2. Publikasi Keselamatan ..................................................... 47 4.6.3. Kontrol Lingkungan Kerja ............................................... 49 4.6.4. Pengawasan dan Disiplin ................................................. 51 4.6.5. Peningkatan Kesadaran K3 .............................................. 54 4.6.6. Gambaran Umum K3 ...................................................... 56 4.7. Analisis Produktivitas Kerja ..................................................... 57 4.7.1. Kemauan Kerja ............................................................... 57 4.7.2. Kemampuan Kerja .......................................................... 58 4.7.3. Lingkungan Kerja ............................................................ 59 4.7.4. Kompensasi ...................................................................... 59 4.7.5. Jaminan Sosial.................................................................. 60 4.7.6. Hubungan Kerja ............................................................... 61 4.7.7. Gambaran Umum Produktivitas Kerja Karyawan .......... 61 4.8. Analisis Hubungan K3 dengan Produktivitas Kerja ................... 62 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66 1. Kesimpulan ......................................................................................... 66 2. Saran .................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68 LAMPIRAN ........................................................................................... 70
DAFTAR TABEL
No 1. Bobot nilai jawaban responden ............................................................... 24 2. Nilai skor rataan ...................................................................................... 25 3. Kriteria erat dan tidaknya hubungan antara variabel dan rentang nilai korelasi ......................................................................... 28 4. Jumlah karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas ............. 31 5. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach .......................................... 41 6. Hasil jawaban responden mengenai pelatihan keselamatan .................... 45 7. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan .................... 47 8. Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja ............... 50 9. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin ................ 52 10. Hasil jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3 ............. 55 11. Faktor-faktor K3 bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas .............. 57 12. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja ................................ 58 13. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan kerja .......................... 58 14. Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja ............................ 59 15. Hasil jawaban responden mengenai kompensasi .................................... 60 16. Hasil jawaban responden mengenai jaminan sosial ................................ 60 17. Hasil jawaban responden mengenai hubungan kerja .............................. 61 18. Produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas ......................................................................... 62 19. Hubungan faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja ......................... 63
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Biaya perusahaan akibat kecelakaan kerja ................................................ 6 2. Sistem model manajemen K3 ................................................................... 12 3. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. 20 4. Tahapan penelitian .................................................................................... 21 5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................................. 42 6. Karakteristik responden berdasarkan usia ................................................. 42 7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ......................... 43 8. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja ...................................... 43
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuisioner penelitian ................................................................................. 70 2. Struktur organisasi PTPN VIII Gunung Mas ............................................ 74 3. Diagram proses pengolahan teh hitam CTC ............................................ 76 4. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas ................................................ 77 5. Uji validitas kuisioner ............................................................................... 79 6. Uji reliabilitas kuisioner ............................................................................ 81 7. Hasil uji korelasi Rank Spearman ............................................................. 83
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi agar mampu bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lain. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam perusahaan seperti modal, mesin dan material dapat bermanfaat apabila telah diolah oleh sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Hal ini berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja maupun lingkungan kerja. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (ILO, 2003 dalam Suardi, 2005). Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Berdasarkan PEMNAKER 05/MEN/1996, perusahaan yang
memperkerjakan tenaga
kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program
yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama dalam suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan memahami akan arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar diantaranya yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. Perkebunan teh Gunung Mas merupakan unit produsen teh hitam CTC (Crushing, Tearing, Curling) yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dan HCCP (Hazard Critical Control Point). PTPN VIII Gunung Mas menerapkan K3 karena perusahaan menyadari bahwa setiap karyawan berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan sewaktu bekerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya. Memperhatikan hal tersebut, maka penerapan K3 dalam suatu perusahaan perlu dikaji karena penerapan K3 dapat meningkatkan
produktivitas
kerja
perusahaan juga akan meningkat.
karyawan
sehingga
produktivitas
1. 2. Perumusan Masalah Penerapan K3 yang baik disamping memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan mencegah kerugian yang besar bagi perusahaan, juga akan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Karyawan akan merasa diperhatikan oleh perusahaan, sehingga sebagai imbalannya merekapun akan bekerja dengan lebih baik. Atas dasar tersebut rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana penerapan program K3 di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor?
2.
Bagaimana gambaran produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor?
3.
Bagaimana hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor?
1. 3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengkaji penerapan program K3 di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor.
2.
Mengkaji produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor.
3.
Menganalisis hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas.
1. 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. 2. Menambah wawasan dan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
1. 5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah dan mudah dipahami, mencakup masalah : 1. Penelitian ini dilakukan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor yang difokuskan pada bagian pengolahan. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dianalisis meliputi lima faktor yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. 3. Produktivitas kerja karyawan yang dikaji adalah produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kecelakaan 2. 1. 1. Pengertian Kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Sulaksmono dalam Santoso, 2004). Menurut Sugeng (2005), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. 2) Kecelakaan
dalam
perjalanan
(community
accident)
yaitu
kecelakaan yang terjadi diluar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja. Keadaan hampir celaka (near-accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses (Sugeng, 2005). Kecelakaan terjadi tanpa diduga dan tidak diharapkan tetapi kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini menurut Bennett NBS dalam Santoso (2004) merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia, mandor, kepala dan juga kepala urusan. 2. 1. 2. Faktor-faktor Kecelakaan Teori
Domino
Heinrich
(1931)
dalam
Suardi
(2005)
menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera terdapat lima faktor yang secara berurutan digambarkan sebagai lima
domino yang berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan serta cedera. Heinrinch mengemukakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya
adalah
dengan
memutuskan
rangkaian
sebab-akibat.
Misalnya, dengan membuang hazard satu domino diantaranya. Frank E. Bird Peterson (1967) dalam Suardi (2005) memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu : manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan kerugian. Birds mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap satu kecelakaan berat disertai oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka. Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan biaya langsung dan biaya tak langsung adalah 1 : 5 – 50, dan digambarkan sebagai gunung es dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Biaya Perusahaan Akibat Kecelakaan Kerja (Bird, 1967) Menurut Bennett dalam Santoso (2004) terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yang dapat menyebabkan kecelakaan, yaitu : lingkungan, peralatan, bahaya dan manusia.
Ada
beberapa
sebab
yang
memungkinkan
terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu : 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 2. Pengaturan Udara a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik. b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan Penerangan a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b) Ruang kerja yang kurang cahaya. 4. Pemakaian Peralatan Kerja a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik. 5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai a) Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabil. b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya. Menurut Dessler (1997), ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu : 1. Kejadian yang bersifat kebetulan. 2. Kondisi tidak aman : a. Peralatan pelindung yang tidak memadai. b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin atau peralatan. d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh. e. Penerangan yang tidak memadai. f. Ventilasi tidak memadai. 3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan : a. Membuang bahan-bahan b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman. c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik. d. Menggunakan peralatan yang tidak aman. e. Menggunakan prosedur yang tidak aman. f. Mengambil posisi tidak aman. g. Mengangkat secara tidak tepat. h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih, dan permainan kasar. 2. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. 2. 1. Pengertian Berdasarkan pendapat Leon C. Megginson (1981:364) dalam Mangkunegara (2001) istilah keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan
aspek-aspek
dari
lingkungan
kerja
yang
dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologisfisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa atau anggota badan. Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh. (Rivai, 2006) Kesehatan kerja
menurut Darmanto (1999) merupakan
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Status sehat seseorang menurut Blum (1981) dalam Sugeng (2005) ditentukan oleh empat faktor yaitu : 1) Lingkungan, berupa lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial budaya. 2) Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku 3) Pelayanan kesehatan, meliputi : promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan dan rehabilitasi 4) Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers (ASSE) dalam Sugeng (2005) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
2. 2. 2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : 1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan seefektif mungkin. 3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Menurut Rivai (2006), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi : 1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan semakin efektif (Rivai, 2006).
Usaha-usaha
yang
diperlukan
dalam
meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2001) adalah sebagai berikut : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang berbahaya. 3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penerangan yang cukup dan menyejukkan serta mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 5. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai. 2. 2. 3. Sistem Manajemen K3 Pendekatan sistem pada manajemen K3 dimulai dengan mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, teknik dan peralatan yang digunakan, proses produk dan perencanaan tempat kerja (Mangkunegara, 2001). Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses
dan
sumberdaya
yang
dibutuhkan
bagi
pengembangan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif ( Santoso, 2004). Tujuan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan
melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja, yang terintegrasi dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif (Sugeng, 2005).
Komitmen dan kebijaksanaan
Perbaikan berlanjut
Perencanaan Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen
Pengukuran dan evaluasi
Penerapan
Gambar 2. Sistem model manajemen K3 (Pemnaker 05/MEN/1996) 2. 2. 4. Program K3 Menurut
Suardi
(2005),
program
manajemen
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja meliputi : a. Kepemimpinan dan administrasinya. b. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terpadu. c. Pengawasan. d. Analisis pekerjaan dan procedural. e. Penelitian dan analisis pekerjaan. f. Latihan bagi tenaga kerja. g. Pelayanan kesehatan kerja. h. Penyediaan alat pelindung diri. i. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. j. Sistem pemeriksaan. k. Laporan dan pendataan. Berikut ini adalah program K3 dari International Loss Control Institute (ILCI) atau Det Norske Veritas (DNV), yaitu : 1. Kepemimpinan
dan
administrasi
(Leadership
administration). 2. Pelatihan kepemimpinan (Leadership training).
and
3. Inspeksi dan perawatan terencana (Planned inspections and maintenance). 4. Prosedur dan analisa tugas krisis (Critical task analysis and procedures). 5. Penyelidikan
kecelakaan
atau
insiden
(Accident/incident
investigation). 6. Observasi atau pemantauan tugas (Task observation). 7. Kesiagaan
menghadapi
keadaan
darurat
(Emergency
Preparedness). 8. Peraturan dan izin kerja (Rules and work permits). 9. Analisa kecelakaan/insiden (Accident/incedent analysis). 10. Pelatihan pengetahuan dan keterampilan (Knowledge and skill training). 11. Alat pelindung keselamatan diri (Personal protective equipment). 12. Pengontrolan kesehatan dan kebersihan (Health and hygiene control). 13. Evaluasi sistem (System evaluation). 14. Pengelolaan rekayasa dan perubahan (Engineering and change management). 15. Komunikasi perorangan (Personal communications). 16. Komunikasi kelompok (Group communications). 17. Promosi umum (General promotion). 18. Penerimaan dan penempatan pegawai (Hiring and placement). 19. Pengelolaan
barang
dan
jasa
(Material
and
services
management). 20. Keselamatan diluar jam kerja (Off the job safety). Semua program K3 ini harus dikontrol implementasinya secara periodik, baik secara intern maupun secara ekstern (Sugeng, 2005). Ada dua aspek yang digunakan untuk mengatasi masalah K3, yaitu Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology (Miner dalam Ilham, 2002). Safety Psychology menitikberatkan pada usaha mencegah kecelakaan itu terjadi, dengan meneliti kenapa dan
bagaimana kecelakaan terjadi. Industrial Clinical Psychology menitikberatkan pada kinerja karyawan yang menurun, sebab-sebab penurunan dan bagaimana mengatasinya. Faktor-faktor dari kedua aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu : 1) Laporan dan Statistik Kecelakaan Laporan dan statistik mengenai jumlah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Dengan adanya laporan dan statistik kecelakaan kerja, perusahaan akan memiliki gambaran mengenai potensi terjadinya kecelakaan kerja dan cara mengantisipasinya. 2) Pelatihan Keselamatan Pelatihan
yang
diadakan
perusahaan
untuk
mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. 3) Publikasi dan Kontes Keselamatan Publikasi keselamatan kerja bertujuan untuk mengingatkan memotivasi karyawan agar menyadari akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Kontes keselamatan kerja bertujuan untuk memotivasi karyawan agara selalu menerapkan K3 sewaktu bekerja. 4) Kontrol terhadap Lingkungan Kerja Kontrol
lingkungan
kerja
bertujuan
untuk
melindungi
karyawan dari bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dan menciptakan kondisi atau lingkungan kerja yang aman dan nyaman. 5) Inspeksi dan Disiplin Inspeksi dan disiplin adalah pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan. 6) Peningkatan Kesadaran K3 Peningkatan kesadaran K3 merupakan usaha perusahaan dalam mensukseskan program K3. Adanya komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan dapat
memotivasi karyawan untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. b. Industrial Clinical Psychology terdiri dari dua faktor, yaitu : 1) Konseling Pembimbingan
yang
dilakukan
perusahaan
untuk
meningkatkan kembali motivasi kerja karyawan setelah diketahui adanya penurunan produktivitas dari karyawan tersebut. 2) Employee Assistance Program Pembimbingan
secara
intensif
yang
dilakukan
untuk
menangani berbagai macam masalah yang dihadapi karyawan terutama yang berhubungan dengan perilaku karyawan. 2. 2. 5. Landasan Hukum K3 Dasar-dasar hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk undangundang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Surat Edaran (Sugeng, 2005), sebagai berikut : 1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003 2. UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2 3. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970 4. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992 5. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No.14/1993 6. Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul Karena Hubungan Kerja No.22/1993 7. Peraturan
Menteri
Perburuhan
tentang
Syarat
Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja No.7/1964 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja
dalam
Penyelenggaraan
Keselamatan
Kerja
No.2/1980 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban melaporkan Penyakit Akibat Kerja No.1/1981
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No.3/1982 11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor fisika di tempat kerja No.51/1999 12. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja No.1/1997. 2. 3. Produktivitas Produktivitas mempunyai beberapa pengertian, secara filosofis produktivitas mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini (Umar, 2003). Secara umum produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Produktivitas kerja merupakan hal yang sangat menarik karena mengukur hasil kerja manusia dengan segala masalahnya. Pengukuran produktivitas kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per orang per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang atau pengawasan
harian,
pengukuran
tersebut
pada
umumnya
tidaklah
memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun), pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat dilihat dari kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, dan hubungan kerja yang harmonis (Sinungan, 2005).
Menurut Simanjuntak dalam Umar (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : 1. Kualitas dan kemampuan fisik pekerja yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan. 2. Sarana pendukung kerja mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan itu sendiri, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan kerja. 3. Supra sarana, meliputi kebutuhan pemerintah, hubungan industrial dan kemampuan dalam mencapai sistem kerja yang optimal. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah
dalam Umar
(2003) ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu : a. Sikap kerja. b. Tingkat keterampilan. c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan. d. Manajemen produktivitas. e. Efisiensi tenaga kerja. f. Kewiraswastaan. Menurut
Dewan
Produktivitas
Nasional,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produktivitas pada tingkat mikro dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : produk, pabrik dan perlengkapannya, teknologi, sumberdaya manusia, manajemen, sistem organisasi, metode kerja, bahan dan energi. Sedangkan faktor eksternal meliputi : kebijaksanaan pemerintah, kondisi politik, sosial, ekonomi dan hankam serta tersedianya sumberdaya alam.
2. 4. Penelitian Terdahulu Ilham (2002) melakukan penelitian tentang Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Good Year Indonesia. Dalam penelitiannya Ilham menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai korelasi yang didapat semuanya bernilai positif, nyata dan berkorelasi kuat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap faktor K3 yang diteliti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peningkatan motivasi kerja karyawan sehingga perubahan-perubahan yang nyata akan menyebabkan perubahan pada tingkat motivasi karyawan. Mahardika
(2005)
melakukan
penelitian
tentang
Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat pengatur Beban (UBS P3B) region Jawa Timur dan Bali. Analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program K3 mempunyai pengaruh postitif terhadap kinerja karyawan sehingga penerapan program K3 yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan. Hasil penelitian Saputra (2004) mengenai Analisis Pengaruh Sistem Kompensasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Departemen Produksi PT. Unitex Tbk. Bogor dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa semua variabel sistem kompensasi finansial dan non finansial berhubungan positif dengan variabel produktivitas kerja karyawan. Komponen-komponen kompensasi yang dikaji adalah gaji, upah lembur, tunjangan, bonus, seragam kerja, fasilitas, kondisi fisik, lingkungan kerja, cuti/izin khusus, Jamsostek dan program K3.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran PTPN VIII Gunung Mas adalah salah satu perusahaan yang telah menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunjukkan bahwa PTPN VIII Gunung Mas sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Setelah melakukan kesepakatan dengan pihak manajemen PTPN VIII Gunung Mas, ditetapkan hanya lima faktor keselamatan kerja yang dapat dianalisis yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, serta peningkatan kesadaran K3. Sedangkan produktivitas kerja dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang terdiri dari kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja. Penelitian diawali dengan mengetahui bagaimana penerapan program K3 di PTPN VIII Gunung Mas melalui wawancara langsung, pengamatan dan beberapa dokumen perusahaan. Penelitian dilakukan pada divisi yang berkaitan dengan penerapan K3 yaitu bagian pengolahan. Karyawan dibagian pengolahan dituntut
memiliki produktivitas kerja yang tinggi karena di
bagian ini kualitas produk ditentukan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Dengan adanya program K3 karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka
pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
PTPN VIII Gunung Mas
Bagian Pengolahan
Penerapan Program K3 Faktor-faktor K3 : 1. Pelatihan Keselamatan 2. Publikasi Keselamatan Kerja 3. Kontrol Lingkungan Kerja 4. Pengawasan dan Disiplin 5. Peningkatan Kesadaran K3
Produktivitas Kerja Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja : 1. Kemauan Kerja 2. Kemampuan Kerja 3. Lingkungan Kerja 4. Kompensasi 5. Jaminan Sosial 6. Hubungan Kerja
Hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja
Adanya rasa aman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pra Penelitian Penentuan Topik Penelitian Penentuan Obyek Penelitian Perumusan Masalah Penentuan Tujuan Penelitian
Teknik pengambilan sampel dan pengumpulan data : • Metode sensus • Wawancara • Studi Pustaka
Metode dan Analisis Data • Analisis deskriptif • Metode Uji Korelasi Rank Spearman
Penyusunan Kuisioner Pengumpulan Data Uji Coba Kuisioner Pengolahan Data TIDAK
OK
Hasil dan Pembahasan YA Kesimpulan dan Saran
Gambar 4. Tahapan Penelitian
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PTPN VIII Gunung Mas atas dasar pertimbangan bahwa PTPN VIII Gunung Mas telah menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan kesediaan dari perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. Pelaksanaan penelitian selama tiga bulan dari bulan Januari sampai Maret 2007. 3. 3. Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu, data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada para karyawan divisi pengolahan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur, baik dari tulisan, referensi yang relevan, data dari perusahaan maupun sumber-sumber lain yang menunjang penelitian. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, faktor-faktor K3 dan produktivitas karyawan. Responden yang dipilih adalah para karyawan pada bagian pengolahan. Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah total sampling, yaitu mengambil sampel dari seluruh populasi karyawan pada bagian pengolahan yang berjumlah 75 orang karyawan. 3. 4. Pengolahan dan Analisis Data 3. 4.1. Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi 1989). Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut (Umar, 2002) : a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan cara :
1. Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur 2. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian disarikan kedalam bentuk rumusan yang operasional. 3. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti membuat kerangka konsep dan membuat pertanyaan operasional. 4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan yang operasional. b. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus Product Moment, yaitu :
r=
N(∑ XY) − (∑ X ∑Y )
{N∑X
2
}{
− (∑ X ) N∑Y − (∑Y ) 2
2
2
}
……………..............…(1)
Keterangan : N = Jumlah responden X = Skor masing-masing pernyataan Y = Skor total e. Tahap selanjutnya membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel, maka pernyataan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian ini, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (N-2; α). 3. 4. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui kekonsistenan, keterandalan dan kestabilan alat ukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002). Pengukuran dilakukan dengan uji reliabilitas
teknik Alpha Cronbach, yaitu teknik pengukuran dengan mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 10-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya dapat dilakukan dengan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach. Rumus ini dapat ditulis sebagai berikut : 2 ⎡ K ⎤ ⎡ ∑ σb ⎤ r11 = ⎢ ⎢1 − ⎥ ............................................................... (2) σ t 2 ⎦⎥ ⎣ K − 1⎥⎦ ⎣⎢
Dimana : r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan 2 σ t = varian total Σσ2b = jumlah varian butir Rumus varian yang digunakan :
σ2 =
∑X
(∑ X ) −
2
2
n
n
................................................................... (3)
Dimana : n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
3. 4. 3. Skala Likert Skala pengukuran yang digunakan pada setiap jawaban responden adalah dengan Skala Likert. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan Skala Likert dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Nilai Jawaban Responden Jawaban responden
Bobot nilai
Sangat setuju/Sangat mengetahui/Sangat baik
5
Setuju/Mengetahui/Baik
4
Cukup setuju/Cukup mengetahui/Cukup baik
3
Tidak setuju/Tidak mengetahui/Kurang
2
Sangat tidak setuju/Sangat tidak mengetahui/Sangat kurang
1
3. 4. 4. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang diarahkan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan persentase dan rataan yang disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian diinterpretasikan. Faktor-faktor K3 dan produktivitas kerja karyawan dibagi menjadi lima kategori. Masing-masing kategori ditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria (Umar, 2003) yaitu : Rs =
(m − 1) m
.................................................................(4)
dimana : m = jumlah alternatif jawaban tiap item Rs =
(5 – 1) 5
Rs = 0,8 Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel. 2 Nilai Skor Rataan Skor Rataan 1,00 – 1,80 1,90 – 2,60 2,70 – 3,40 3,50 – 4,20 4,30 – 5,00
Keterangan Sangat buruk Buruk Cukup baik Baik Sangat Baik
Menurut Pratisto (2004) korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain berdasarkan rankingnya, termasuk dalam statistik non-parametik. Metode uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non-parametrik khususnya untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran berjenjang.
Tahapan kerja pengolahan data kuesioner menggunakan korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut (Umar, 2003) : 1. Memberi
skor
pada
masing-masing
jawaban
responden
berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan skala Likert. 2. Memindahkan jawaban dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan program komputer Microsoft Excel. 3. Memindahkan data ke lembar kerja untuk diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 13 for windows, menggunakan model uji korelasi pada statistik non parametrik khusus data ordinal, yaitu data yang mempunyai skala pengukuran berjenjang dan merupakan pengamatan dari variabel X dan variabel Y. Rumus koefisien korelasi Rank Spearman yang digunakan adalah sebagai berikut :
rs = 1 −
6∑ d i2
n(n 2 − 1)
................................................................(5)
Keterangan : rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
d i2 = Selisih antara peringkat X dan Y n = Jumlah sampel Bila banyak terdapat angka bernilai sama, maka rumus yang digunakan adalah:
∑x + ∑ y − ∑d = 2 ∑x .∑ y 2
rs
2
2
2 i
2
..............................................................(6)
dimana :
∑ x2 =
n3 − n − ∑ Tx 12
∑ y2 =
n3 − n − ∑ Ty 12
3
t −t ∑ Tx = x 12 x
∑T
3
y
=
ty − ty 12
Keterangan : T = Faktor koreksi. t x = Banyaknya observasi untuk X tertentu yang sama. t y = Banyaknya observasi untuk Y tertentu yang sama. Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya : r = +1
Hubungan X dan Y sempurna positif ( mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif ).
r = -1
Hubungan X dan Y sempurna negatif ( mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif ).
r=0
Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.
Pengujian signifikansi koefisien korelasi Rank Spearman pada taraf nyata tertentu adalah membandingkan nilai – p (probabilityvalue) dengan taraf nyata atau α yang digunakan. Kriteria keputusan adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai – p < 0,05 , maka korelasi nyata pada α = 0,05 2. Jika nilai – p < 0,01 , maka korelasi nyata pada α = 0,01 (sangat nyata) Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) menunjukkan kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Skala hubungan kedua peubah berdasarkan batasan champion yang digunakan untuk mengkategorikan nilai rs yaitu sebagai berikut : 1. 0,00 sampai 0,25 atau 0,00 sampai -0,25 disebut no association, yaitu kondisi yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y.
2. 0,26 sampai 0,50 atau -0,26 sampai -0,50 disebut moderately low association, yaitu kondisi yang menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel Y. 3. 0,51 sampai 0,75 atau -0,51 sampai -0,75 disebut moderately high association, yaitu kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang agak kuat antara variable X dan varibel Y. 4. 0,76 sampai 1,00 atau -0,76 sampai -1,00 disebut sebagai high association yaitu kondisi yang menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y. Tabel 3. Kriteria erat dan tidaknya hubungan antara variabel dan rentang nilai korelasi Nilai Korelasi Tingkat Hubungan 0,00 - <0,20
Sangat rendah
0,20 - <0,40
Rendah
0,40 - <0,60
Sedang
0,60 - <0,80
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat kuat
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : H0 : Program K3 tidak berhubungan dengan produktivitas kerja karyawan H1 : Program K3 berhubungan dengan produktivitas kerja karyawan Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,01 (1%). Angka ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel dan cukup banyak digunakan dalam penelitian tentang ilmu-ilmu sosial. Hasil perbandingan nilai r hitung tersebut dikonsultasikan dengan tabel r yang digunakan dalam memutuskan apakah pendapat diterima atau ditolak. Kriteria pengujian hubungan observasi ( H0 ) adalah sebagai berikut : Tolak H0 jika r hitung > r tabel Tolak H1 jika r hitung < r tabel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
PTPN VIII Gunung Mas didirikan pada tahun 1910 oleh sebuah maskapai Perancis dengan nama “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise De Culture Et De Commerce”. Pada tahun 1954 pengelolaannya dialihkan kepada perusahaan Belanda, yaitu “NV. Tiedemen K Van Kerchem (TVK)” yang mempunyai kantor pusat di Bandung. Pada tahun 1958 perkebunan Gunung Mas diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dimasukkan dalam PPN Baru Kesatuan Jabar II. Pada tahun 1963 diadakan reorganisasi dan perkebunan Gunung Mas dimasukkan dalam PPN Antan VII. Mulai tanggal 1 Agustus 1971 status PNP XII berubah nama yaitu PT Perkebunan XII (Persero). Selanjutnya terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XII berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (penggabungan dari PTP XI, PTP XII dan PTP XIII). PTPN VIII Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha PTPN VIII yang berlokasi di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi Perkebunan Gunung Mas terdiri dari tiga daerah pertanaman (Afdeling), yaitu Gunung Mas I (Afdeling I), Gunung Mas II (Afdeling II) dan Cikopo Selatan I (Afdeling III). Kantor induk dan pabrik pengolahan berada di Gunung Mas I, sedangkan kantor pusat berada di jalan Sindangsirna no 4 Bandung. Bidang
usaha
dari
PTPN
VIII
Gunung
Mas
adalah
membudidayakan dan mengolah komoditi hasil perkebunan berupa teh dan kina. Pabrik pengolahan teh terdiri dari : unit pengolahan teh hitam Crushing Tearing Curling (CTC) dan unit pengepakan teh celup. Selain itu PTPN VIII Gunung Mas juga mengelola Wisata Agro.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PTPN VIII Gunung Mas yaitu menjadi BUMN yang tangguh dalam bidang agribisnis dan agroindustri untuk memuaskan stakeholder (pelanggan, pemilik saham dan karyawan) serta peduli dan berwawasan lingkungan. Misi PTPN VIII Gunung Mas adalah sebagai berikut : 1. Sebagai BUMN mempunyai Misi : a. Menghasilkan Devisa maupun Rupiah bagi Negara dengan cara seefisien-efisiennya. b.
Memenuhi
fungsi
sosial,
yang
diantaranya
berupa
pemeliharaan/penambahan lapangan pekerjaan bagi Warga Negara Indonesia (WNI). c. Memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah, sumber dan tata air serta tanamannya. 2. Agent of Development (Wahana Pembangunan) 3. Pengabdian Kepada Masyarakat (pembinaan ekonomi lemah dan koperasi) Dalam hal ini perusahaan telah melaksanakan peningkatan kesejahteraan tidak hanya terbatas bagi karyawan, akan tetapi masyarakat di sekitarnya, antara lain pengolahan Wisata Agro, bantuan kepada ekonomi lemah dan koperasi. 4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Perkebunan Gunung Mas dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi PTPN VIII. Administratur dalam menjalankan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis yang membagi kekuasaan di dalam setiap tingkat. Kekuasaan didelegasikan menjadi suatu tanggungjawab bagi pemegangnya, sekaligus memberikan wewenang untuk menentukan kebijakan tugas yang dibebankan. Pelaksanaan tugas Administratur sehari-hari dibantu oleh seorang Sinder Kepala, seorang Sinder Tata Usaha Kantor (TUK),
seorang Sinder Pabrik/Pengolahan, seorang Sinder Teknik, seorang Sinder Wisata Agro dan tiga orang Sinder Afdeling. Struktur organisasi PTPN VIII Gunung Mas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.1.4. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia adalah faktor yang paling berperan dalam proses produksi atau pengolahan. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan disiplin kerja yang tinggi disetiap unit kerja perusahaan. Tenaga kerja yang berkualitas akan berdampak pada produktivitas kerja yang meningkat yang pada akhirnya
mempengaruhi produktivitas
perusahaan. Tenaga kerja yang ada di PTPN VIII Gunung Mas pada umumnya berasal dari sekitar perkebunan, yang memiliki kriteria kerja dari pekerja kasar sampai pekerja untuk proses produksi, kecuali beberapa orang staf yang direkrut dari kantor pusat PTPN VIII di Bandung. Karyawan yang dimiliki PTPN VIII Gunung Mas terdiri dari karyawan tetap dan karyawan borongan. Jumlah karyawan PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah karyawan PTPN VIII Gunung Mas bulan Februari tahun 2007 Bagian Karyawan Tetap Karyawan Borongan (orang) (orang) Kantor Induk 49 7 Wisata Agro 63 25 Pengolahan 57 18 Teknik 46 11 Gunung Mas I 196 105 Gunung Mas II 151 77 Cikopo Selatan 184 85 Staf/Pimpinan 11 Jumlah 757 328 Sumber : Bagian TUK PTPN VIII Gunung Mas, Februari 2007. 4.1.5. Kegiatan Pengolahan Teh Hitam
Di Indonesia terdapat dua proses pengolahan teh hitam yaitu, sistem ortodok dan sistem CTC. PTPN VIII Gunung Mas menerapkan sistem Crushing Tearing Curling (CTC) dalam
pengolahan teh hitamnya. Proses produksi teh hitam
Crushing
Tearing Curling (CTC) dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan pucuk teh untuk menjadi produk jadi yang berupa teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar, pembeberan, analisa petik dan pucuk, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Proses pengolahan teh hitam tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Penerimaan Pucuk Segar Pucuk teh yang akan diolah didatangkan dari tiap-tiap afdeling menggunakan truk, penerimaan pucuk teh ini membutuhkan waktu selama 1 - 2 jam dalam sehari. Tujuannya adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas pucuk yang akan diolah, serta menjamin dan memastikan bahwa pucuk teh bisa dilayukan sehingga siap untuk digiling. 2. Pembeberan Pembeberan merupakan proses awal dari pelayuan. Pucuk teh dibeberkan di atas Withering Trough (WT). pada tahap pembeberan, dialirkan angin yang berasal dari fan (kipas angin). Isi setiap mesin WT 20–30 kg/m² dengan tebal hamparan pucuk daun teh segar dalam WT ± 30 cm. Pembeberan bertujuan untuk memecahkan gumpalan pucuk teh untuk memudahkan sirkulasi udara. 3. Pelayuan Pelayuan merupakan tahap awal dimana pucuk dipersiapkan untuk diolah lebih lanjut. Pelayuan bertujuan untuk menurunkan kadar air pucuk daun teh menjadi 68% - 74%. Pelayuan akan menyebabkan
perubahan
senyawa-senyawa
kimia
yang
terkandung di dalam daun. Pelayuan berlangsung selama 10 – 24 jam. Proses pelayuan dihentikan apabila kerataan tingkat kelayuan telah mencapai 90% ditandai dengan lemasnya daun dan jika digenggam tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun.
4. Analisa Petik dan Analisa Pucuk Analisa petik dan pucuk bertujuan untuk mengetahui berapa analisa pucuk yang memenuhi syarat dan untuk menentukan berapa upah yang diterima oleh pemetik. Analisa petik dilakukan dengan cara mengambil pucuk yang telah dibeberkan pada Withering Trough masing-masing bagian satu titik lalu aduk rata kemudian ditimbang ±100 gram dan berlangsung selama satu jam. 5. Penggilingan dan Oksidasi Enzimetis Penggilingan dan fermentasi bertujuan untuk menghancurkan pucuk teh layu menjadi partikel kecil, sehingga mempunyai cita rasa yang diinginkan dalam kondisi yang terkendali, sesuai standar dan bebas kontaminasi. Pucuk layu dimasukkan kedalam Green Leaf Sifter (GLS) yang berfungsi untuk memisahkan pucuk dari benda asing dengan cara diayak. Setelah pucuk bebas dari benda asing, lalu pucuk dihancurkan dan dipotong oleh mesin Barbara Leaf Conditioner (BLC) dengan ukuran masih kasar. Hasil gilingan dari BLC diteruskan ke mesin Crushing Tearing Curling (CTC) yang berfungsi untuk memotong, menyobek dan menggulung daun. CTC terdiri atas tiga mesin CTC I, CTC II, CTC III. Proses oksidasi enzimatis membuat teh yang telah digiling dari mesin CTC mengalami perubahan warna dari hijau tua menjadi coklet tua. Setelah itu bubuk teh dihamparkan pada mesin Fermenting Unit (FU) dengan tebal hamparan 6 – 10 cm. Lama proses oksidasi enzimatis ditentukan oleh Green Dhool Test yaitu suatu pengujian untuk menilai rasa, aroma dan warna air seduhan sebagai penentu lama proses yang optimal. Proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 60 – 100 menit dengan hasil akhir menunjukkan perubahan pada warna bubuk teh dari hijau berangsur menjadi coklat kehitaman.
6. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis, membunuh mikroorganisme, dan menurunkan kadar air sampai 2,5%-3%. Proses pengeringan dilakukan selama 15 – 18 menit menggunakan mesin Fluidized Bed Dryer (FBD), udara panas dialirkan masuk ke dalam dengan suhu antara 100 - 120º C sedangkan suhu yang keluar dari FBD (outlet) berkisar antara 80 - 105º C. Mesin lain yang digunakan pada proses pengeringan adalah Heat Exchanger (HE) yang berfungsi menghasilkan udara panas bersih yang bercampur dengan udara segar dari ruangan. Bubuk teh hasil pengeringan berwarna hitam mengkilat, kering dan tidak menggumpal serta memiliki aroma yang khas. 7. Sortasi Sortasi bertujuan memisahkan bubuk teh berdasarkan berat dan ukuran pertikel sehingga diperoleh jenis teh yang memiliki ukuran dan bentuk yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen. Lama waktu yang dibutuhkan antara 1 – 2 jam. Ruangan sortasi bersuhu 20 – 25º C dan RH 50% - 60% agar tidak terjadi penurunan mutu bubuk teh kering karena sifatnya yang Hidrocopis mudah meyerap air. Proses sortasi teh hitam CTC dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur A (Halus) dan jalur B (kasar). Tujuannya untuk memproses ulang teh yang tidak memenuhi syarat mutu pada jalur A dan diulang pada jalur B. Bubuk teh dari pengeringan masuk ke mesin Midle Tone untuk memisahkan teh kasar dan halus. Bagian yang kasar masuk ke mesin Mini Crusher (B) dan bagian halus masuk ke mesin Vibro Blank (A). Vibro Blank berfungsi untuk memisahkan daun dan serat, bagian yang berwarna hitam dari daun, sedangkan coklat dari batang. Bagian yang lolos masuk ke mesin Vibro Mesh yang berfungsi untuk memisahkan daun dan serta jenisnya. Setelah itu masing-masing jenis teh
dimasukkan ke mesin Chotta Sifter Conveyor untuk meratakan ukuran. Untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis dan debu teh dimasukkan ke mesin Suction Winower. Pada suction winower terdapat empat keluaran bubuk teh, pintu satu dan dua berukuran berat, sedangkan pintu tiga dan empat berukuran ringan. Untuk memastikan teh bersih dari serat setelah keluar dari suction winower teh masuk ke mesin Vibrek, lalu ditimbang kemudian disimpan di peti miring. 8. Pengepakan Pengepakan merupakan akhir proses pekerjaan di pabrik sebelum barang tersebut dikirim ke pembeli. Jenis teh yang akan dikemas dikeluarkan dari peti miring melalui conveyor ke Tea Bulker. Tea Bulker berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum pengepakan. Jika persediaan teh dalam Tea Bulker mencukupi, maka dilakukan pengepakan dengan mengeluarkan bubuk teh melalui corong pengeluaran. Bubuk teh dikemas dalam Paper Sack yang beratnya 0,7 Kg dilapisi dengan fail untuk mencegah kenaikan kadar dalam teh kering. Bubuk teh di kemas sambil ditimbang kemudian dipadatkan menggunakan tea bag packer selama 15 detik. Kemudian dipadatkan (press) menggunakan bag shaver, sehingga ketebalannya menjadi sekitar 20 cm. Waktu yang dibutuhkan pada proses pengemasan sekitar dua jam tiap kali produksi. 4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
PTPN VIII Gunung Mas merupakan perusahaan perkebunan yang telah menerapkan K3. PTPN VIII Gunung Mas merupakan industri yang memiliki resiko kecelakaan rendah. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada karyawan dan mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. PTPN VIII Gunung Mas menerapkan K3 berdasarkan pada peraturanperaturan berikut : 1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003
2. PEMNAKER 05/MEN/1996 3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PTPN VIII dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN) periode 2004-2005, dengan rincian sebagai berikut : 1) Pasal 49 tentang Perlengkapan Keselamatan Kerja (1)
Perusahaan menyediakan perlengkapan keselamatan kerja sebagai inventaris untuk karyawan yang bekerja pada unit kerja yang membahayakan menurut sifat pekerjaannya sesuai dengan undang-undang keselamatan kerja.
(2)
Perusahaan akan mentaati petunjuk dan anjuran dari petugas (pegawai
pengawas
ketenagakerjaan)
mengenai
alat-alat
keselamatan kerja seperti alat-alat pengaman dan sebagainya. 2) Pasal 50 tentang Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan
dan
karyawan
wajib
menyelenggarakan
upaya
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjalankan program K3 sebagai bagian integral dari perusahaan. 4. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 Tujuan penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas menitikberatkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat adanya kecelakaan kerja. Selain itu, penerapan K3 juga dimaksudkan untuk memenuhi standar dari konsumen. Adapun program K3 yang telah diterapkan di PTPN VIII Gunung Mas diantaranya yaitu : a. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawan yang bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya dan penyakit yang mungkin terjadi akibat kerja. APD yang disediakan perusahaan disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan karyawan yang terdiri dari : a) Pakaian kerja Pakaian kerja yang dimaksud adalah pakaian yang digunakan karyawan pada bagian pengolahan. Penggunaan pakaian ini
bertujuan untuk melindungi para karyawan dan menjaga kebersihan produk sehingga kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga. b) Sepatu karet Sepatu karet yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu sepatu karet biasa dan sepatu boot. Sepatu boot digunakan untuk karyawan pabrik yang bekerja sebagai petugas kebersihan. Sedangkan sepatu karet biasa digunakan untuk semua karyawan pabrik selain petugas kebersihan. c) Penutup kepala Penutup kepala digunakan untuk melindungi karyawan dari debu atau kotoran akibat dari proses produksi dan untuk menjaga kebersihan produk. d) Masker Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan karyawan dari debu selama proses produksi. e) Sarung tangan Sarung tangan digunakan untuk menjaga kebersihan tangan karyawan sehingga produk yang dihasilkan terjaga kebersihannya. f) Penutup telinga Penutup telinga digunakan untuk menjaga karyawan dari kebisingan selama proses produksi sehingga karyawan dapat terhindar dari gangguan pendengaran. Penutup telinga digunakan khusus bagi karyawan yang bekerja di bagian penggilingan dan pengeringan. Perusahaan juga menyediakan APD bagi para pengunjung yang ingin melihat proses pembuatan teh, hal ini dilakukan agar kualitas produk tetap terjaga selain itu juga untuk melindungi pengunjung dari debu atau kotoran selama melihat proses produksi. APD dibersihkan setiap hari dan diganti setiap satu tahun sekali. APD yang digunakan di PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Lampiran 4. b. Penyediaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja berupa Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tombol bahaya
(alarm), tandu, dan kotak P3K. APAR, tombol bahaya (alarm), dan kotak P3K terdapat di setiap ruangan pabrik. APAR disediakan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di pabrik. Tombol bahaya (alarm) berfungsi untuk memberitahukan seluruh karyawan apabila terjadi kejadian yang membahayakan. Kotak P3K disediakan sebagai upaya pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja seperti luka ringan dan tergores benda tajam. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4. c. Pelatihan keselamatan kerja Perusahaan telah mengadakan beberapa jenis pelatihan mengenai keselamatan kerja yang bertujuan untuk melatih karyawan dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Jenis pelatihan keselamatan kerja yang telah diadakan di PTPN VIII Gunung Mas diantaranya yaitu : a) Pelatihan penggunaan peralatan kerja b) Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja c) Pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran d) Pelatihan
ahli
keselamatan
kerja
bagi
atasan/sinder
yang
diselenggarakan oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). d. Asuransi Perusahaan memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik kepada karyawan tetap maupun karyawan borongan. Bentuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan perusahaan kepada karyawan tetap adalah mendaftarkan karyawan tetap menjadi anggota Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Sedangkan untuk karyawan borongan bentuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan adalah dengan menanggung seluruh biaya pengobatan dan perawatan apabila terjadi kecelakaan kerja. e. Fasilitas dan Sarana Kesehatan Perusahaan bekerjasama dengan kantor direksi pusat dan dinas kesehatan mengadakan general check up (pemeriksaan seluruh anggota tubuh) bagi para karyawan setiap satu tahun sekali yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesehatan karyawan. Pemeriksaaan kesehatan meliputi : rontgen dan cek darah. Perusahaan menyediakan Unit Kesehatan Kerja (UKK) gratis bagi para karyawan yang dikelola oleh tenaga medis yang telah berpengalaman. Unit Kesehatan Kerja (UKK) dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.3. Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PTPN VIII Gunung Mas dilakukan melalui proses audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Audit ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana penerapan K3 dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan audit di PTPN VIII Gunung Mas dilakukan oleh pihak luar (eksternal) maupun dari dalam perusahaan sendiri (internal). Audit eksternal dilakukan oleh SUCOFINDO setiap satu tahun sekali. Selain itu untuk audit eksternal juga dilakukan Etichal Tea Partnership (ETP) oleh Price Waterhouse Cuper (PWC) setiap tiga tahun sekali. Audit eksternal tersebut meliputi pemeriksaan: a. Kebersihan lingkungan kerja Kebersihan lingkungan kerja yang diperiksa adalah kebersihan mesinmesin, kebersihan tempat kerja, tata letak ruangan, saluran pembuangan air dan kebersihan peralatan kerja. b. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan karyawan sewaktu bekerja harus sesuai dengan standar keselamatan kerja. Sebelum bekerja karyawan harus menggunakan APD dengan lengkap mulai dari pakaian kerja, sepatu, penutup kepala, masker dan sarung tangan. c. Ketersediaan peralatan keselamatan Perusahaan wajib memiliki peralatan keselamatan yang digunakan untuk mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan di lingkungan kerja. Peralatan keselamatan yang diperiksa adalah tanggal kadaluarsa Alat Pemadam Api Ringan (APAR) karena potensi kecelakaan yang mungkin terjadi di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas adalah kebakaran. Selain itu
juga pemeriksaaan dilakukan pada tombol bahaya (alarm) dan pintu keluar darurat. d. Kesehatan karyawan Pihak eksternal melakukan pemeriksaan kesehatan berdasarkan data kesehatan karyawan yang dimiliki perusahaan. Apabila ada karyawan yang mengidap suatu penyakit maka karyawan tersebut harus menjalani pengobatan atau dimutasikan. Audit internal dilakukan setiap hari oleh petugas khusus yang disebut tim GMP (Good Manufacturing Practice). Tugas dari tim GMP adalah memeriksa pelaksanaan sistem K3 dengan menggunakan form isian (GMP plan) apabila pelaksanaan sistem K3 telah sesuai dengan prosedur maka form isian tersebut diberi checklist dan apabila tidak sesuai prosedur maka tim GMP memeriksa penyebabnya dan memperbaiki apabila ada yang rusak atau tidak lengkap. Pemeriksaan tim GMP meliputi : a. GMP karyawan dan pengunjung b. GMP bangunan dan fasilitas c. GMP peralatan dan mesin d. GMP proses e. GMP pengendalian hama f. GMP Barang Berbahaya dan Beracun (B3) g. GMP fasilitas umum 4.4. Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspek-aspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuesioner yang disebarkan kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat
40 pertanyaan yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut (r hitung > r tabel, dimana r tabel =0,361 untuk n = 30 pada selang kepecayaan 95%). Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek penelitian. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik Alpha Cronbach didapatkan (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95%, maka kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha > 0,6 (Nugroho, 2005). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 5. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach Alpha Tingkat Reliabilitas 00,00 – 0,20 Kurang Reliabel > 0,20 – 0,40 Agak Reliabel > 0,40 – 0,60 Cukup Reliabel > 0,60 – 0,80 Reliabel > 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel 4.5. Karakteristik Responden 4.5.1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian pengolahan yang berjumlah 75 orang. Sebagian besar karyawan di bagian pengolahan adalah pria 63 orang (84%) dimana pada bagian ini kekuatan fisik sangat dibutuhkan dan resiko kecelakaan kerjanya relatif tinggi dibandingkan bagian lain. Sisanya wanita
sebanyak
12
orang
(16%).
Karakteristik
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.
responden
63
70 60 50 Jumlah (orang)
40 30 12
20 10 0 Laki-laki
Perempuan Jenis Kelamin
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.5.2. Usia
Usia responden paling banyak diantara 31 - 40 tahun yang temasuk usia produktif yaitu sebanyak 33 orang (44%). Sedangkan responden yang berusia di atas 50 tahun menempati posisi paling sedikit yaitu enam orang (8%). Hal ini dikarenakan banyak karyawan yang pensiun sebelum usia 50 tahun dan di usia ini produktivitas kerja karyawan akan semakin berkurang. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 6. 33
35 30 25 20 Jumlah (orang)
20 16
15 10
6
5 0 20-30
31-40
41-50
>50
Us ia (tahun)
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 4.5.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan SMP yaitu sebanyak 30 orang (40%) dan lulusan Sarjana menempati posisi paling sedikit yaitu satu orang (1,3%). Hal ini terjadi karena secara keseluruhan pekerjaan yang harus dilakukan tidak menuntut keahlian tinggi, karena karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan keterampilan dan pengalaman yang telah didapatkan. Posisi
yang diduduki oleh lulusan SMP hanya sebagai karyawan biasa (buruh). Sedangkan lulusan sarjana dapat menduduki kepala bagian atau di PTPN VIII Gunung Mas dikenal dengan istilah Sinder. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 7. 30
30 27
25 20 15
Jumlah (orang) 15 10 5
2
1
0 SD
SMP
SMA
D3
Sarjana
Tingkat Pendidikan
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4.5.4. Masa kerja
Loyalitas dari karyawan sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari lamanya masa kerja 11-15 tahun adalah yang terbesar sebanyak 28 orang (37,3%). Sementara yang memiliki persentase terkecil adalah karyawan baru dengan masa kerja kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak enam orang (8%). Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 8. 28
30
23
25 18
20 Jumlah (orang) 15 10 6 5 0 1 - 5 th
6 - 10 th
11 - 15 th
>15 th
Mas a Kerja (tahun)
Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
4. 6. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini perlu dilakukan analisis untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan terhadap produktivitas kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. 4.6.1. Pelatihan Keselamatan
Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya (Rivai, 2006). Pelatihan merupakan salah satu faktor yang yang diperlukan oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Adanya pelatihan keselamatan yang diberikan oleh perusahaan akan membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati dan dapat melindungi diri dari kecelakan kerja yang mungkin terjadi. Hasil jawaban responden mengenai penerapan pelatihan K3 dapat dilihat pada Tabel 6. Karyawan PTPN VIII Gunung Mas telah mengikuti tiga jenis pelatihan K3 diantaranya yaitu pelatihan khusus untuk ahli K3, pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja, dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3 dan manajer
perusahaan. Pelatihan khusus bagi ahli K3 dan manajer dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di perusahaan. Pelatihan khusus bagi ahli K3 diselenggarakan oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), atasan atau sinder yang mengikuti pelatihan ditunjuk langsung oleh kantor direksi pusat PTPN VIII melalui surat tugas yang diberikan oleh kantor direksi pusat PTPN VIII. Tabel 6. Hasil jawaban responden mengenai pelatihan keselamatan No
Pernyataan
1
Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3 dan manajer Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja Perusahaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan anda Total
2
3
4
5
STS (1) 0
TS (2) 6
CS (3) 30
S (4) 27
SS (5) 12
Rataan Skor 3,60
Kategori
0
7
25
33
10
3,61
Baik
0
4
19
33
19
3,89
Baik
0
8
27
26
14
3,63
Baik
0
7
28
25
15
3,64
Baik
32
129
145
70
3,67
Baik
Baik
Rataan skor sebesar 3,61 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan telah
mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat
keselamatan kerja yaitu penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan tombol bahaya (alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan apabila terjadi suatu kejadian yang membahayakan karyawan. alat-alat
keselamatan
kerja
diberikan
Pelatihan penggunaan agar
karyawan
dapat
menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik. Rataan skor sebesar 3,89 menunjukkan bahwa karyawan telah mengikuti pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi dimana seolah-olah terjadi kebakaran dan karyawan diberi pengarahan untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta cara penggunaannya dan jalur evakuasi menuju pintu darurat apabila terjadi kebakaran. Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik jadi semua karyawan berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran diberikan agar karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. Sebagian
besar
karyawan
menyatakan
bahwa
mereka
merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh perusahaan, dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,63. Manfaat yang diperoleh yaitu mereka mendapatkan pelatihan untuk pencegahan kecelakaan sehingga timbul rasa aman dan nyaman sewaktu bekerja sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Rataan skor sebesar 3,64 menunjukkan bahwa pelatihan yang mereka jalani memberikan banyak informasi tentang pekerjaan mereka. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat resiko dari
pekerjaan
yang
dilakukannya
dan
mengetahui
potensi
kecelakaan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan gambaran tentang pekerjaan yang akan mereka lakukan sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan skor dari semua pernyataan mengenai pelatihan keselamatan sebesar 3,67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik.
4.6.2. Publikasi Keselamatan Kerja
Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai keselamatan kerja karyawan yang berupa spanduk dan poster. Propaganda
seperti
poster-poster
keselamatan
kerja
dapat
mengurangi tindakan-tindakan tidak aman (Dessler, 1997). Publikasi dilakukan
untuk
memberikan
pemahaman
kepada
karyawan
mengenai pentingnya K3. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan No
Pernyataan
1
Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan Atasan anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat Total
2
3
4
STS (1) 0
TS (2) 9
CS (3) 25
S (4) 33
SS (5) 8
Rataan Skor 3,53
Kategori
0
8
28
24
15
3,61
Baik
0
9
25
26
15
3,63
Baik
0
11
26
21
17
3,59
Baik
37
104
104
55
3,59
Baik
Baik
PTPN VIII Gunung Mas merupakan industri yang memiliki tingkat resiko kecelakaan yang relatif rendah dibandingkan industri lainnya. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja
dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari kecelakaan dan cedera akibat kerja. Rataan skor sebesar 3,53 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui adanya tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Tanda-tanda peringatan atau larangan yang terdapat di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Sebagian
besar
responden
menyatakan
bahwa
terdapat
pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan dengan rataan skor sebesar 3,61. Pesan-pesan keselamatan kerja berupa spanduk dan poster mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dipasang di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Lampiran 4. Pesan-pesan keselamatan kerja ini merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mengingatkan karyawan akan pentingnya keselamatan kerja. Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan dan potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja pada waktu pertama kali karyawan masuk kerja. Karyawan berhak untuk mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyak informasi yang diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya, maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara mencegah dan mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 3,63 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
mengetahui
tingkat
bahaya
dari
pekerjaan
yang
dilakukannya. Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan memotivasi karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Unsur pimpinan seperti sinder dan mandor sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya agar bekerja dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,59 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa atasan mereka
memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat. Berdasarkan Tabel 7 total rataan skor dari seluruh pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 3,59. Hal ini menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas adalah baik. 4.6.3. Kontrol Lingkungan Kerja
Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaaan atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja diantaranya yaitu : suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat kerja, ketersediaan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan kerja. Mendesain tempat kerja dan peralatan kerja yang digunakan merupakan pendekatan yang banyak dilakukan untuk pencegahan kecelakaan dan juga merupakan salah satu pendekatan yang paling efektif (Cascio, 1998). Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 8. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang dipakai harus disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko pekerjaan masing-masing karyawan. Standar APD yang dipakai oleh karyawan pabrik teh yaitu : masker, tutup kepala, sarung tangan dan sepatu. Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar karyawan
menyatakan
bahwa
perusahaan
menyediakan
alat
pelindung diri untuk bekerja. Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, penerangan dan kebersihan lingkungan kerja. Rataan skor sebesar 3,48 menunjukkan bahwa suhu ruangan di tempat kerja mereka cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di setiap ruangan dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga, dapat dilihat pada Lampiran 4. Penerangan yang baik dapat menghindari kesalahan dalam bekerja dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan. Rataan skor
sebesar 3,56 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah baik. Tabel 8. Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja. No 1
2
3
4
5
6
Pernyataan Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja Suhu ruangan di tempat kerja anda cukup baik Penerangan di tempat kerja anda cukup memuaskan Ruangan tempat kerja anda cukup bersih Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja anda Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja Total
STS
TS
CS
S
SS
Rataan Skor
Kategori
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0
1
21
30
23
4
Baik
0
7
35
23
10
3,48
Baik
0
5
32
29
9
3,56
Baik
0
6
24
30
15
3,72
Baik
0
5
19
37
14
3,80
Baik
0
5
18
36
16
3,84
Baik
29
149
185
87
3,73
Baik
PTPN VIII Gunung Mas sangat memperhatikan kebersihan lingkungan
karena
kebersihan
lingkungan
kerja
sangat
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Kebersihan lingkungan kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung jawab seluruh karyawan. PTPN VIII Gunung Mas memiliki petugas kebersihan khusus yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat kerja yang dilakukan sebelum maupun sesudah proses produksi. Adanya tempat sampah dan wastafel yang disediakan perusahaan di setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Rataan
skor sebesar 3,72 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan lingkungan kerja mereka bersih. Sebagian
besar
karyawan
menyatakan
perusahaan
menyediakan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,80. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja yang disediakan perusahaan yaitu pemadam api dan tandu yang dapat digunakan apabila terjadi keadaan darurat. Kecelakaan ringan seperti luka kecil, tergores benda tajam, tertimpa barang dan cedera kecil lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi di pabrik oleh karena itu tersedianya fasilitas P3K di lingkungan pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar karyawan menyatakan fasilitas P3K tersedia di lingkungan pabrik, dengan rataan skor sebesar 3,84. Untuk lebih jelasnya kotak P3K dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataanpernyataan pada Tabel 8 diperoleh total rataan skor sebesar 3,73 ini berarti bahwa kontrol lingkungan kerja di PTPN VIII Gunung Mas dilaksanakan dengan baik. 4.6.4. Pengawasan dan disiplin
Pengawasan yang dimaksud adalah pemeriksaan secara seksama mengenai pelaksanaan peraturan dan tugas. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2006). Disiplin merupakan kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan. Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin No 1
2
3
4
5
6
Pernyataan Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin Perusahaan mempunyai peraturanperaturan keselamatan kerja. Total
STS
TS
CS
S
SS
Rataan Skor
Kategori
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0
8
30
21
16
3,60
Baik
0
6
27
27
15
3,68
Baik
0
9
18
39
9
3,64
Baik
0
5
23
40
7
3,65
Baik
0
6
14
41
14
3,84
Baik
0
8
25
32
10
3,59
Baik
42
137
200
71
3,67
Baik
Sebelum proses produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan pengecekan mesin-mesin dan peralatan kerja yang bertujuan agar mesin atau peralatan kerja yang akan digunakan layak pakai. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa pengecekan mesin-mesin atau peralatan kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu
memperhatikan kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan karena hal itu mempengaruhi proses produksi. Pihak perusahaan juga selalu melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja yaitu Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang diperiksa tanggal kadaluarsanya setiap satu tahun sekali sehingga apabila terjadi kebakaran alat pemadam api tersebut dapat bekerja dengan baik. Rataan skor sebesar 3,68 menunjukkan bahwa pengecekan alatalat keselamatan dilakukan dengan baik. Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja terutama di tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi. APD dapat melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit akibat
kerja,
setidaknya
dengan
menggunakan
APD
dapat
memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rataan skor sebesar 3,64 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan
menyatakan
bahwa perusahaan
mewajibkan
penggunaan APD saat bekerja. Meskipun perusahaan mewajibkan penggunaan APD namun masih saja ada karyawan yang tidak menggunakan APD sewaktu bekerja, padahal penggunaan APD itu manfaatnya untuk karyawan sendiri. Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat mengancam kesehatan karyawan. PTPN VIII Gunung Mas melakukan pengawasan terhadap penggunaan bahan-bahan beracun dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,65 yang menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
mengetahui
perusahaan telah melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya dengan baik. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pertama kali sebelum bekerja dan pada pabrik PTPN VIII Gunung Mas pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali yaitu meliputi tes darah dan rontgen. Rataan skor sebesar 3,59 menunjukkan sebagian besar responden menyatakan perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan baik.
Peraturan-peraturan
keselamatan
kerja
merupakan
dasar
penerapan K3 di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas. Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan dari kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerusakan. Rataan skor sebesar 3,59 menunjukan bahwa karyawan mengetahui dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada Tabel 9 diperoleh total rataan skor sebesar 3,67, ini berarti pengawasan dan disiplin karyawan pabrik di PTPN VIII Gunung Mas tergolong baik. 4.6.5. Peningkatan Kesadaran K3
Kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan kerja merupakan tantangan perusahaan untuk mendorong karyawan agar memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Manajemen puncak harus memberikan dukungan aktif pada program keselamatan agar program itu tetap hidup dan aktif (Flippo, 1984). Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Hasil dari jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3 dapat dilihat pada Tabel 10. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan perusahaan. Rataan skor sebesar 3,65 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan menerapkan program K3 di lingkungan pabrik. Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya setiap karyawan harus mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 3,67 menunjukkan sebagian besar karyawan mengetahui bahwa perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan.
Tabel 10.Hasil jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3 No 1
2
3
4
5
6
Pernyataan Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja anda Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya Perusahaan menginginkan masukanmasukan dari anda terkait dengan masalah K3 Perusahaan menginginkan anda ikut aktif dalam penerapan program K3
STS
TS
CS
S
SS
Rataan Skor
Kategori
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0
9
22
30
14
3,65
Baik
0
4
27
34
10
3,67
Baik
0
7
24
25
19
3,75
Baik
0
9
24
29
13
3,61
Baik
0
10
22
34
9
3,56
Baik
0
5
29
34
7
3,57
Baik
44
148
186
72
3,63
Baik
Total
PTPN
VIII
Gunung
Mas
menanggung
seluruh
biaya
pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan kerja, artinya perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Rataan skor sebesar 3,75 menunjukkan sebagian besar karyawan setuju dengan pernyataan tersebut. Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja
terutama apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor sebesar 3,61 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menggunakan APD saat bekerja terutama di tempat yang berbahaya, artinya karyawan menyadari akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan K3 dapat terlaksana dengan baik apabila ada komunikasi dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan. Rataan skor sebesar 3,56 yang menunjukkan bahwa masukanmasukan yang disampaikan karyawan mengenai masalah K3 sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,57 menunjukkan bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan K3 sangat diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden dari seluruh pernyataan pada Tabel 10 diperoleh total rataan skor sebesar 3,67. Artinya peningkatan kesadaran K3 di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas adalah baik. 4.6.6. Gambaran Umum K3
Secara umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas dikategorikan baik dapat dilihat dari total rataan skor sebesar 3,66. Hal ini menunjukkan bahwa program K3 yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik oleh karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. Adanya program K3 membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaaannya. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor K3 bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Faktor-faktor K3 bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor Kategori Rataan Faktor – faktor Item Total Skor No K3 (I) Skor T/(N x I) (T) 1 Pelatihan 5 1378 3,67 Baik keselamatan 2 Publikasi 4 1077 3,59 Baik keselamatan 3 Kontrol 6 1680 3,73 Baik lingkungan kerja 4 Pengawasan dan 6 1650 3,67 Baik disiplin 5 Peningkatan 6 1636 3,64 Baik kesadaran K3 Total 27 7421 3,66 Baik 4.7. Analisis Produktivitas Kerja
Produktivitas
perusahaan
ditentukan
oleh
produktivitas
karyawan. Apabila produktivitas kerja karyawan
kerja
meningkat maka
produktivitas perusahaan juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi enam faktor yaitu : kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja. 4.7.1. Kemauan Kerja
Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk meningkatkan poduktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari seorang karyawan dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan yaitu dengan bekerja sungguh-sungguh, adanya kesadaran dari dalam diri karyawan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor sebesar 3,61 menunjukkan tingginya kemauan kerja karyawan. Artinya karyawan tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja yang kuat. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja No
Pernyataan
1
Anda sangat menyukai pekerjaan ini dan berusaha untuk bekerja dengan sungguhsungguh. Anda bersedia mematuhi peraturan kerja Anda selalu mengikuti kegiatankegiatan yang diadakan perusahaan. Total
2
3
STS (1) 0
TS (2) 8
CS (3) 28
S (4) 28
SS (5) 11
Rataan Skor 3,56
Kategori
0
6
25
35
9
3,63
Baik
0
7
24
33
11
3,64
Baik
21
77
96
31
3,61
Baik
Baik
4.7.2. Kemampuan Kerja
Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat, bila karyawan mampu menjalankan pekerjaan mereka dengan baik. Hal ini juga harus didukung oleh keterampilan kerja karyawan. Kemampuan kerja karyawan dapat dilihat dari datang ke tempat kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Rataan skor sebesar 3,69 menunjukkan bahwa kemampuan kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas adalah baik. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan kerja dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan kerja No
Pernyataan
1
Anda selalu datang ke tempat kerja tepat waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Total
2
STS (1) 0
TS (2) 6
CS (3) 23
S (4) 32
SS (5) 14
Rataan Skor 3,72
Kategori
0
6
25
32
12
3,67
Baik
12
48
64
26
3,69
Baik
Baik
4.7.3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan. Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati karena lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,76 menunjukkan bahwa lingkungan kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas adalah baik. Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja No
Pernyataan
1
Pemberian tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat anda berhati-hati dalam bekerja. Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan meningkatkan semangat kerja. Total
2
STS (1) 0
TS (2) 7
CS (3) 28
S (4) 24
SS (5) 26
Rataan Skor 3,65
Kategori
0
4
21
30
20
3,88
Baik
11
49
54
46
3,76
Baik
Baik
4.7.4. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan baik secara langsung (finansial) maupun tidak langsung (non-finansial). Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan dan bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas prestasi kerjanya akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,66 menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah baik
dan
memuaskan.
Hasil
jawaban
kompensasi dapat dilihat pada Tabel 15.
responden
mengenai
Tabel 15. Hasil jawaban responden mengenai kompensasi No
Pernyataan
1
Perusahaan memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan. Perusahaan memberikan bonus kepada karyawan yang berprestasi. Total
2
STS (1) 0
TS (2) 4
CS (3) 23
S (4) 34
SS (5) 14
Rataan Skor 3,77
Kategori
0
7
29
29
10
3,56
Baik
11
52
63
24
3,66
Baik
Baik
4.7.5. Jaminan Sosial
Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat karyawan bekerja lebih produktif karena karyawan merasa perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Seluruh karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu menjadi anggota Jamsostek bagi karyawan tetap. Sedangkan bagi karyawan borongan perusahaan menanggung seluruh biaya pengobatan dan perawatan apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 3,94 menunjukkan bahwa karyawan merasa puas atas jaminan sosial yang diberikan perusahaan. Hasil jawaban responden mengenai jaminan sosial dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil jawaban responden mengenai jaminan sosial No
Pernyataan
1
Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan bagi karyawan. Total
2
STS (1) 0
TS (2) 6
CS (3) 12
S (4) 36
SS (5) 21
Rataan Skor 3,96
Kategori
0
3
15
42
15
3,92
Baik
9
27
78
36
3,94
Baik
Baik
4.7.6. Hubungan Kerja
Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan rekan kerja sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman. Hubungan kerja yang harmonis dapat dilihat dari kemampuan karyawan untuk bekerjasama dengan orang lain dan kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada rekan kerja. Rataan skor sebesar 3,68 menunjukkan bahwa hubungan kerja yang terjalin antara karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik tersebut membuat karyawan betah bekerja di perusahaan. Hasil jawaban responden mengenai hubungan kerja dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil jawaban responden mengenai hubungan kerja No
Pernyataan
1
Anda mampu bekerjasama dengan orang lain. Anda selalu bertanya dan meminta bantuan kepada teman apabila mengalami kesulitan dalam bekerja. Total
2
STS (1) 0
TS (2) 6
CS (3) 21
S (4) 35
SS (5) 13
Rataan Skor 3,73
Kategori
0
3
25
43
4
3,64
Baik
9
46
78
17
3,68
Baik
Baik
4.7.7. Gambaran Umum Produktivitas Kerja Karyawan
Tabel 18 mendeskripsikan secara umum bahwa produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas di kategorikan baik dengan total skor rataan sebesar 3,72. Hal ini berarti pada dasarnya karyawan sudah memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Namun perlu diingat bahwa kondisi yang dinamis dan perubahan lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sehingga dapat mengakibatkan produktivitas kerja karyawan menurun, oleh karena itu produktivitas kerja karyawan harus selalu ditingkatkan agar produktivitas perusahaan juga meningkat.
Tabel 18. Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas Kategori Rataan No Faktor – faktor Item Total Skor (I) Skor yang T/(N x I) (T) Mempengaruhi Produktivitas Kerja 1 Kemauan Kerja 3 812 3,61 Baik 2 Kemampuan 2 554 3,69 Baik Kerja 3 Lingkungan Kerja 2 565 3,76 Baik 4 Kompensasi 2 550 3,66 Baik 5 Jaminan Sosial 2 591 3,94 Baik 6 Hubungan Kerja 2 553 3,68 Baik Total 13 3625 3,72 Baik 4.8. Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja
Analisis hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan sedangkan nilai korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan 99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai kesalahan yang mungkin terjadi. Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan nilai α (P<α) menunjukkan hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor yang diuji. Apabila nilai probabilitas atau peluang < α (P=0,00 < α=0,01) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang > α (P > 0,01) menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan pada taraf kepercayaan (99 %). Apabila rs > r tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila rs < r tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara K3 dengan
produktivitas kerja karyawan. Hubungan antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hubungan faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja No
Faktor K3
1
Nilai Korelasi (rs)
Nilai Peluang (P)
α
Pelatihan 0,668 0,00 0,01 keselamatan 2 Publikasi 0,639 0,00 0,01 keselamatan 3 Kontrol 0,732 0,00 0,01 lingkungan kerja 4 Pengawasan 0,775 0,00 0,01 dan disiplin 5 Peningkatan 0,744 0,00 0,01 kesadaran K3 **) Korelasi signifikan untuk taraf kepercayaan 99%
Nilai Kritis Korelasi Spearman (r tabel) 0,425 0,425 0,425 0,425 0,425
Hubungan dengan Produktivitas Kerja Karyawan Sangat nyata, positif, kuat Sangat nyata, positif, kuat Sangat nyata, positif, kuat Sangat nyata, positif, kuat Sangat nyata, positif, kuat
Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 13.0 for windows antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu rs=0,743 dengan tingkat kepercayaan 99%, db=73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel maka berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada kategori kuat (0,60 – <0,80). Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu sebesar 0,668. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan berada pada kategori kuat (0,60 – <0,80). Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan bertujuan untuk melatih karyawan dalam menghindari terjadinya
kecelakaan kerja dan melindungi diri apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3 melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,639. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan hubungan kuat yaitu pada rentang (0,60 − <0,80). Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi yang paling rendah dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan publikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari gambar dan pesan-pesan keselamatan kerja yang kurang menarik dan penempatannya tidak strategis. Padahal adanya informasi-informasi dan pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan kerja akan memotivasi karyawan
untuk
bekerja
dengan
memperhatikan
keselamatan
dan
kesehatannya. Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif yaitu sebesar sebesar 0,732. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60 – <0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman, nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan bekerja semakin produktif. Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif
dan sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,775. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60 – <0,80). Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi yang paling tinggi dari keempat faktor yang lainnya, karena pada umumnya karyawan akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi. Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,744. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60 – <0,80). Penerapan K3 dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman dan tenang dalam bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan penelitian dan hasil analisis pada pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Secara umum penerapan K3 di bagian pengolahan PTPN VIII gunung Mas tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari total rataan skor sebesar 3,66 yang menunjukkan bahwa faktor-faktor K3 yang dianalisis yaitu meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3 telah dilaksanakan dengan baik. 2) Secara umum produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari total rataan skor sebesar 3, 72 yang artinya karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi. 3) Hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,743. Semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat dengan produktivitas kerja karyawan. Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu sebesar 0,775 menunjukkan bahwa faktor ini memiliki hubungan yang paling kuat dengan produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Kemudian diikuti oleh peningkatan kesadaran K3 dengan nilai korelasi sebesar 0,744, kontrol lingkungan kerja sebesar 0,732, pelatihan keselamatan sebesar 0,668, dan publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi terendah sebesar 0,639.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perusahaan perlu memberikan sanksi yang tegas kepada karyawan yang melanggar aturan-aturan K3. Hal ini dimaksudkan agar karyawan lebih disipin dan juga untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau kerusakan akibat kerja. 2. Perusahaan
perlu
meningkatkan
pelaksanaan
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan baik, karena komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan mengenai masalah
K3
dapat
memotivasi
karyawan
untuk
memperhatikan
keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. 3. Perusahaan perlu meningkatkan fasilitas dan sarana kerja yang dapat menunjang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, W.F. 1998. Managing Human Resources – Productivity Quality of Work Life, Profits. Edisi ke- 5. McGraw-Hill., United States. Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Flippo, E. B. 1984. Manajemen Personalia. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Ilham. 2002. Analisis Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Good Year Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mahardika. 2005. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UBS P3B) Region Jawa Timur dan Bali. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mangkunegara, A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia, Jakarta. Nugroho, A.B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka, Jakarta. Saputra. 2004. Analisis Pengaruh Sistem Kompensasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Departemen Produksi PT. Unitex Tbk. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Singarimbun, M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Sinungan, M. 2005. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PPM, Jakarta. Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian No : KUISIONER PENELITIAN ANALISIS HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN (Studi Kasus Karyawan Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas Bogor) Pengantar ¾ Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas karyawan bagian pengolahan di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. ¾ Kuesioner ini semata-mata ditujukan untuk keperluan ilmiah dan penyelesaian tugas akhir studi, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak akan berkaitan dengan penilaian kinerja Anda. ¾ Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap, jujur dan sesuai dengan keadaan sebenarnya agar informasi ilmiah yang disajikan nantinya dapat dipertanggungjawabkan. ¾ Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terimakasih.
Nama : Trisna Lestari NIM : H24103083 Jurusan : Manajemen FEM IPB Identitas Responden
1. Nama
:
2. Jenis kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
3. Usia
:
20 - 30 tahun
41 - 50 tahun
31 - 40 tahun
> 50 tahun
4. Pendidikan terakhir
:
SD Sederajat
D3
SMP Sederajat
S1
SMA Sederajat 5. Masa kerja
:
1 - 5 tahun
11 - 15 tahun
6 -10 tahun
> 15 tahun
Lanjutan Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai. Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
CS
: Cukup Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju Pelatihan Keselamatan
No. Pernyataan 1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3 dan manajer 2 Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja 3 Perusahaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 4 Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan 5 Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan anda No 6 7 8 9
SS
S
Publikasi Keselamatan Kerja Pernyataan SS S Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya Di lingkungan perusahaan terdapat pesanpesan tentang keselamatan kerja Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan Atasan anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
CS
TS
STS
CS
TS
STS
Lanjutan Lampiran 1. Kontrol Lingkungan Kerja No. Pernyataan SS 10 Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja 11 Suhu ruangan di tempat kerja anda cukup baik 12 Penerangan di tempat kerja anda cukup memuaskan 13 Ruangan tempat kerja anda cukup bersih
Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja anda 15 Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja Pengawasan dan Disiplin No Pernyataan SS 16 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu 17 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin 18 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja 19 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya 20 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin 21 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan keselamatan kerja Peningkatan Kesadaran K3 No. Pernyataan SS 22 Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 23 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja 24 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja anda 25 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya 26 Perusahaan menginginkan masukanmasukan dari anda terkait dengan masalah K3 27 Perusahaan menginginkan anda ikut aktif dalam penerapan program K3
S
CS
TS
STS
S
CS
TS
STS
S
CS
TS
STS
14
Lanjutan Lampiran 1. Produktivitas Kerja Karyawan
No. Pernyataan 28 Anda sangat menyukai pekerjaan ini dan berusaha untuk bekerja dengan sungguhsungguh. 29 Anda bersedia mematuhi peraturan kerja 30 Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan. 31 Anda selalu datang ke tempat kerja tepat waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. 32 Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik 33 Pemberian tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat anda berhati-hati dalam bekerja. 34 Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan meningkatkan semangat kerja. 35 Perusahaan memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan. 36 Perusahaan memberikan bonus kepada karyawan yang berprestasi. 37 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. 38 Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan bagi karyawan. 39 Anda mampu bekerjasama dengan orang lain. 40 Anda selalu bertanya dan meminta bantuan kepada teman apabila mengalami kesulitan dalam bekerja.
SS
S
CS
TS
STS
Lampiran 2. Struktur Organisasi PTPN VIII Gunung Mas. Administratur
Sinder Kepala
Sinder TUK
Sinder Afdeling
Asisten Sinder TUK
1
3
8
10
2
4
9
11
5
12
16
17
18
Sinder Pabrik
19
21
25
20
27
26
22
23
36
38
41
37 28
13
32
33 34
45
47
50
46
48
51
39
24
49
40
14
52
53 30
7
Sinder Wisata Agro
Asisten Sinder Pabrik
29 6
Sinder Teknik
42
15
43
54
31 35
44
56 55
Lanjutan Lampiran 2. Keterangan Gambar : 1. Mandor besar (mabes) Panen. 2. Mandor Panen. 3. Mabes Rawat. 4. Mandor Pestisida 5. Mandor Penyiangan. 6. Mandor Pangkas. 7. Pelaksana. 8. JTU Kepala. 9. JTU Timbang. 10. Petugas Kesehatan. 11. JTU Kesehatan. 12. Petugas Umum. 13. JTU Sekretaris. 14. JTU Personalia. 15. Satpam. 16. Petugas Tanaman. 17. JTU Tanaman. 18. Petugas Kas. 19. Petugas Gudang. 20. Pelayan Gudang. 21. Petugas Tarin. 22. JTU TUP. 23. JTU Tarin. 24. Operator. 25. Mabes Tea Bag. 26. Mandor Tea bag. 27. Mabes Basah. 28. Mandor Meber.
29. Mandor Layuan. 30. Mandor Giling. 31. Mandor Pengeringan. 32. Mabes Kering. 33. Mandor Sortasi. 34. Mandor Ngepak. 35. Pelaksana 36. JTU Kepala. 37. Pembantu JTU. 38. Mabes Bengkel Umum. 39. Mandor Bengkel Umum. 40. Mandor Listrik. 41. Mabes Bangunan. 42. Mandor Bangunan. 43. Mandor Jalan. 44. Pelaksana. 45. JTU Kepala. 46. Pembantu JTU. 47. JTU Kepala. 48. Pembantu JTU. 49. Retribusi. 50. Koordinator Wisata Agro. 51. Pengawas Wisma Bungalow. 52. Pengawas tea corner. 53. Pengawas PD. 54. Pengawas Operasional. 55. Pengawas cleaning service. 56. Pelaksana.
Lampiran 3 Diagram Proses Pengolahan Teh Hitam CTC Simbol Diagram
Waktu (jam)
Deskripsi Proses Penerimaan pucuk segar
1-2
10-24
Pembeberan
Pelayuan
10-24
Analisa petik dan analisa pucuk
1
2-3
Penggilingan dan fermentasi
13’-18’
Pengeringan
1-2
Sortasi
2
Pengepakan
22,33 - 34,58
Keterangan :
8
= = = = =
5
8
Operasi Transportasi Inspeksi Menunggu Penyimpanan
1
1
TOTAL
Lampiran 4. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas A. Gambar Alat Pelindung Diri (APD)
APD Karyawan Bagian Proses
APD Karyawan Bagian Kebersihan
B. Gambar Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
APAR
Tombol Bahaya
C. Klinik Kesehatan
Unit Kesehatan Kerja (UKK)
Kotak P3K
Lanjutan Lampiran 4. D. Tanda-tanda Peringatan, Larangan dan Pesan-pesan Keselamatan Kerja
E. Alat Pengatur Suhu, Tempat Sampah dan Wastafel
Lampiran 5. Uji Validitas Kuisioner ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) No.
rhitung
rtabel (α = 5%; n=30)
Keterangan
1.
0,737
0,361
Valid
2.
0,732
0,361
Valid
3.
0,780
0,361
Valid
4.
0,819
0,361
Valid
5.
0,795
0,361
Valid
6.
0,777
0,361
Valid
7.
0,808
0,361
Valid
8
0,809
0,361
Valid
9.
0,820
0,361
Valid
10.
0,715
0,361
Valid
11.
0,747
0,361
Valid
12.
0,608
0,361
Valid
13.
0,717
0,361
Valid
14.
0,786
0,361
Valid
15.
0,792
0,361
Valid
16.
0,416
0,361
Valid
17.
0,716
0,361
Valid
18.
0,713
0,361
Valid
19.
0,622
0,361
Valid
20.
0,756
0,361
Valid
21.
0,676
0,361
Valid
22.
0,692
0,361
Valid
23.
0,726
0,361
Valid
24.
0,839
0,361
Valid
25.
0,691
0,361
Valid
26.
0,689
0,361
Valid
27.
0,656
0,361
Valid
Lanjutan Lampiran 5. PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN No.
rhitung
rtabel (α = 5%; n=30)
Keterangan
1.
0,454
0,361
Valid
2.
0,433
0,361
Valid
3.
0,394
0,361
Valid
4.
0,447
0,361
Valid
5.
0,418
0,361
Valid
6.
0,416
0,361
Valid
7.
0,433
0,361
Valid
8
0,395
0,361
Valid
9.
0,397
0,361
Valid
10.
0,418
0,361
Valid
11.
0,694
0,361
Valid
12.
0,535
0,361
Valid
13.
0,465
0,361
Valid
Lampiran 6. Uji Reliabilitas Kuisioner ASPEK K3 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .962
Cronbach's Alpha .960
N of Items 27
Item Statistics K3_1
Mean 3.83
Std. Deviation .913
N
K3_2
3.83
.874
30
K3_3
4.33
.758
30
K3_4
4.30
.702
30
K3_5
4.27
.868
30
K3_6
3.83
.874
30
K3_7
4.33
.758
30
K3_8
4.30
.702
30
K3_9
4.27
.868
30
K3_10
4.17
.747
30
K3_11
3.83
.913
30
K3_12
3.90
.803
30
K3_13
4.33
.758
30
K3_14
4.30
.702
30
K3_15
4.27
.868
30
K3_16
4.27
.868
30
K3_17
4.20
.887
30
K3_18
3.73
.944
30
K3_19
3.67
.711
30
K3_20
4.00
.947
30
K3_21
4.20
.610
30
K3_22
4.33
.758
30
K3_23
4.30
.702
30
K3_24
4.27
.868
30
K3_25
4.13
.900
30
K3_26
3.73
.944
30
K3_27
3.73
.785
30
30
Scale Statistics Mean 110.67
Variance 242.506
Std. Deviation 15.573
N of Items 27
Alpha = 0,960 Kesimpulan α > 0,80-1,00 (Sangat Reliabel)
Lanjutan Lampiran 6. PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .880
N of Items
.882
13
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
4.17
.747
30
P2
3.83
.913
30
P3
3.90
.803
30
P4
4.33
.758
30
P5
4.30
.702
30
P6
4.27
.868
30
P7
4.20
.887
30
P8
3.73
.944
30
P9
3.67
.711
30
P10
4.00
.947
30
P11
4.20
.610
30
P12
4.17
.592
30
P13
3.47
.681
30
Scale Statistics Mean 52.23
Variance 43.357
Std. Deviation 6.585
N of Items 13
Alpha = 0,880 Kesimpulan α > 0,80 – 1,00 (Sangat Reliabel)
Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan K3 dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
K3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PRODUK K3 TIVITAS 1.000 .743** . .000 75 75 .743** 1.000 .000 . 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
PELATIHAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PRODUK TIVITAS PELATIHAN 1.000 .668** . .000 75 75 .668** 1.000 .000 . 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Publikasi Keselamatan Kerja dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
PKK
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PRODUK TIVITAS PKK 1.000 .639** . .000 75 75 .639** 1.000 .000 . 75 75
Lanjutan Lampiran 7. Hubungan Kontrol Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
KLK
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PRODUK TIVITAS KLK 1.000 .732** . .000 75 75 .732** 1.000 .000 . 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Pengawasan dan Disiplin dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
PD
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PRODUK TIVITAS PD 1.000 .775** . .000 75 75 .775** 1.000 .000 . 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Peningkatan Kesadaran K3 dengan Produktivitas Kerja Correlations
Spearman's rho
PKK3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PRODUKTIVITAS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PRODUK TIVITAS PKK3 1.000 .744** . .000 75 75 .744** 1.000 .000 . 75 75