PENGARUH BEBERAPA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU ( Aquilaria beccariana van Tiegh.)
ITENG DAYANA KARYANTARA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA F A K U LT A S K E H U T A N A N INSTITUT PERTANIAN 2009
BOGOR
PENGARUH BEBERAPA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU ( Aquilaria beccariana van Tiegh.)
ITENG DAYANA KARYANTARA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA F A K U LT A S K E H U T A N A N INSTITUT PERTANIAN 2009
BOGOR
RINGKASAN Iteng Dayana Karyantara (E34101058). Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gaharu ( Aquilaria beccariana
van
Tiegh.). Dibimbing oleh Ir. Edhi Sandra, M. Si.
Gaharu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan devisa negara. Saat ini tidak kurang 17 (tujuh belas) jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan gaharu diantaranya adalah Aquilaria beccariana. Meningkatnya permintaan pasar dan harga jual gaharu yang cukup tinggi, menyebabkan usaha pencarian gaharu oleh masyarakat di hutan alam meningkat terlebih masyarakat tersebut lebih banyak yang salah tebang. Cara pemungutan seperti ini berdampak terancamnya kelestarian gaharu, tidak diimbangi dengan pembudidayaan dengan baik. Teknik pembesaran gaharu melalui kombinasi beberapa media diharapkan dapat memberikan pilihan terhadap usaha konservasi dalam pembudidayaan. Pengembangan gaharu yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk mengkonservasi dan sekaligus membudidayakan pohon penghasil gaharu agar dapat meningkatkan nilai ekonomi baik untuk kesejahteraan masyarakat terutama yang tinggal di sekitar hutan, maupun untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa kombinasi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman gaharu. ( Aquilaria beccariana van Tiegh.) Penelitian ini dilakukan di green house Komplek
Kebun
Raya
Tamansari
Bogor, dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari awal bulan Mei sampai akhir bulan Oktober
2008. Bahan yang digunakan berupa media semai, media tanam, benih
gaharu, obat pengendali hama/insektisida dan paranet. Alat yang diperlukan antara lain polybag, bak penampungan, bak pencampur media, timbangan, caliper, alat-alat tulis, sprayer, emrat, pengaduk media, sekop kecil, kamera digital, komputer, scaner, printer dan Program SPSS 15. Hasil penelitian diketahui bahwa pertambahan tinggi dan diameter batang ratarata tanaman gaharu pada perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasir-kompos daun kering menunjukan hasil yang paling tinggi yaitu 2,42 cm, dan yang paling besar yaitu 1,34 mm pada minggu ke 18. Pertambahan jumlah daun tanaman gaharu ada kecenderungan tidak menunjukan hasil yang signifikan. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
dalam
pengembangan budidaya serta pelestarian gaharu yang siap tanam di lapangan. Kata kunci : kombinasi beberapa media dan konservasi dalam pembudidayaan,
upaya
SUMMARY Iteng Dayana Karyantara (E34101058). The Influence of Some Combination of Media to Increase Growth Planting Gaharu (Aquilaria beccariana van Tiegh.). Under Supervision of Ir. Edhi Sandra, M. Si.
Gaharu is one of the commodities is not wood forest products have an important role in increasing income countries. Currently, not less 17 (seventeen) the type of plants that can produce gaharu are Aquilaria beccariana. The increasing market demand and prices high enough gaharu, gaharu search effort caused by the increase in the natural forest community is more that one chop. How this affects polling threat such as preservation of gaharu, does not offset the cultivation well. Gaharu enlargement techniques through a combination of media can be expected to provide options for conservation efforts in cultivation. Development of the gaharu is one of the efforts to conserve and cultivation trees that produce gaharu can increase the economic value both for the welfare of the people especially those living in the surrounding forest, and to improve the original income. Research goal is to understand the influence of some combination of media to increase growth planting gaharu. (Aquilaria beccariana van Tiegh.) Research was conducted in the green house of Bogor Botanical Gardens Tamansari Kav, conducted during the four months from early May until the end of October 2008. Materials used include media seedling, planting media, gaharu seeds, pest control drug / insecticide and paranet. Tools that are required, among other polybag, gathering trash, trash blender media, weight, caliper, tools write, sprayer, emrat, mixer media, a small shovel, digital cameras, computers, scaner, printer and Program SPSS 15. Results of research showed that high bulge stem diameter and average plant gaharu on a combination of media treatment plant land-sand-compost dry leaves results show that most high is 2.42 cm, and most of that is 1.34 mm in the week to 18 . Growing number of gaharu plant leaves have a tendency not show significant results. This research is expected to contribute in developing the cultivation and preservation of gaharu are ready to plant in the field.
Keywords : Combination of media and conservation in cultivation.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gaharu ( Aquilaria beccariana van Tiegh.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
Iteng Dayana Karyantara NRP E34101058
Judul Skripsi
:
Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gaharu ( Aquilaria beccariana van Tiegh.)
Nama
:
Iteng Dayana Karyantara
NRP
:
E 34101058
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Ir. Edhi Sandra, M. Si. NIP. 196610191993031002
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 196111261986011001
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR Syukur puji bagi Allah atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gaharu ( Aquilaria beccariana van Tiegh.) yang dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari awal bulan Mei sampai akhir bulan Oktober 2008. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah yang disusun ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk memperoleh hasil penelitian selanjutnya yang lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 2 Agustus 1965 sebagai anak ke tiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Rachmat Mayeur dan Ibu Soekira. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Swasta Delima Jakarta dan diselesaikan pada Tahun 1977, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 43 Jakarta yang diselesaikan pada Tahun 1981 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Sekolah Menengah Teknologi Pertanian Negeri Tangerang diselesaikan pada tahun 1984. Pada Tahun 2001 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Tugas Belajar dari Kantor Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Penulis memilih minat bidang Laboratorium Konservasi Tumbuhan. Penulis mengikuti kegiatan lapang dan profesi bidang kehutanan antara lain : Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Banyumas Barat - Timur dan di Getas Kabupaten Blora pada Tahun 2005 serta Praktek Kerja Lapang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada Tahun 2005. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gaharu (Aquilaria beccariana van Tiegh.), di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M. Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Allah Yang Maha Kuasa, sujud syukur atas segala rahmat dan hidayahNya. 2. Bapak Rachmat Mayeur, Ibu Soekira, Isteriku Alfonsa Rohana Utami, Kakaku Seri Rachmantara, yang telah memberikan doa, harapan, motivasi dan dukungan baik moril maupun spirituil. 3. Ir. Edhi Sandra, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. 4. Arinana, S. Hut, M. Si selaku Dosen Penguji wakil dari Departemen Teknologi Hasil Hutan dan Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS selaku Dosen Penguji wakil dari Departemen Silvikultur. 5. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor atas dukungan dan bantuannya. 6. Bapak Muhdin atas bimbingannya dalam model uji lanjutan. 7. Bapak Sri Soegiharto selaku kakak kelas yang telah memberikan masukan dan bimbingan. 8. Saudaraku di Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata 38 : Boni Bonafacius, Soni Surbakti, Inggar dan rekan KSDHE 38 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan selama penelitian, seminar dan sidang. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mencurahkan segala tenaga, waktu maupun pikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….……… ii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. vi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. viii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1 A. Latar Belakang ……………………………………………………... 1 B. Tujuan ……….……………………………………………………... 1 C. Hipotesis …….……………………………………………………... 1 D. Manfaat ..…….……………………………………………………... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...……………………………………….. .3 A. Gaharu (Aquilaria beccariana van Tiegh.) ……………………….. 3 1. Taksonomi ………..……………………………………….. 3 2. Morfologi dan Biologi …………………………………….. 3 3. Status Kelangkaan ..……………………………………….. 4 4. Penyebaran dan Tempat Tumbuh ………………………….. 5 5. Manfaat ….………..……………………………………….. 6 6. Perdagangan Gaharu ……………………………………….. 6 B. Pembudidayaan ….………..……………………………………….. 6 1. Pengadaan Bibit …..……………………………………….. 7 2. Persemaian ………..……………………………………….. 7 3. Pemeliharaan ……..……………………………………….. 8 C. Media Semai, Media Tanam dan Kombinasinya ………………….. 8 BAB III METODOLOGI ……..……………………………………….. 10 A. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 10 B. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………………….. 10 1. Bahan-bahan ...…..……………………………………….. 10 2. Alat-alat .......……..……………………………………….. 10 C. Metode Penelitian …………..…………………………………….. 11
1. Tahap Persiapan ……………………………………………. 11 a. Pengecambahan Benih ……………………………… .. 11 b. Persiapan Media ………………………………………. 12 2. Tahapan Pelaksanaan ………………………………………. 13 a. Penyapihan ……………………………………………. 13 b. Pemeliharaan ………………………………………….. 13 c. Pengamatan …………………………………………… 14 D. Rancangan Percobaan ……………………………………………… 14 E. Analisis Data ……………………………………………………… . 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...….…………………………….. 16 A. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 16 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu. .….………………… 16 2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu. .………… 16 3. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Gaharu …………..… 19 B. Pembahasan …..…………………………………………………….. 21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …….….…………………………. 24 A. Kesimpulan …..…………………………………………………….. 24 B. Saran ……...…..…………………………………………………….. 24 DAFTAR PUSTAKA ……………………………….…………………….. 25 LAMPIRAN ………………………………………….…………………… 27
DAFTAR TABEL No.
Judul Tabel
Halaman
1. Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu ………………………………. 17 2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu .................................. 19 3. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Gaharu ........................................ 21
DAFTAR GAMBAR No.
Judul Gambar
Halaman
1 (a) Biji Aquilaria beccariana van Tiegh. …………………………….. 4 (b) Herbarium Aquilaria beccariana van Tiegh. ……………………… 4 2. Status Vulnerable Aquilaria beccariana van Tiegh. ………………… .. 4 3. Histogram Pertambahan Tinggi Rata-Rata Tanaman Gaharu ............... 17 4. Kondisi awal penanaman pada masing-masing kombinasi media ……18 5. Kondisi akhir pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman gaharu …………19 6. Histogram Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu ................. 20 7. Jumlah Daun Tanaman Gaharu ............................................................ 21
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul Lampiran
Halaman
1. Data Pengolahan Tabel Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Rata-rata Tanaman ………………………………………………….. 28 2. Data Pengolahan Tabel Sidik Ragam Pertambahan Diameter Batang Tanaman ……………………………………………………. 29 3. Uji Lanjutan Dunet pada Data Pertambahan Tinggi .……………….. 30 4. Uji Lanjutan Dunet pada Data Pertambahan Diameter .…………….. 32 5. Uji Lanjutan Dunet pada Data Pertumbuhan Daun ….……………… 34 6. Data Untuk R A L ………………………………………………….. 36
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaharu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan devisa negara. Saat ini tidak kurang 17 (tujuh belas) jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan gaharu diantaranya adalah Aquilaria beccariana (Iriansyah et al, 2006). Di Indonesia diketahui terdapat 6 jenis Aquilaria yang menghasilkan gaharu, yaitu Aquilaria beccariana, A. cumingiana, A. filaria, A. hirta, A. malaccensis dan A. microcarpa (Wiriadinata, 1995 ; Sidiyasa, 1986 dalam Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Meningkatnya permintaan pasar dan harga jual gaharu yang cukup tinggi, menyebabkan usaha pencarian gaharu oleh masyarakat di hutan alam meningkat terlebih masyarakat tersebut lebih banyak yang salah tebang. Cara pemungutan seperti ini berdampak terancamnya kelestarian gaharu, tidak diimbangi dengan pembudidayaan dengan baik Teknik pembesaran gaharu melalui kombinasi beberapa media diharapkan dapat memberikan pilihan terhadap usaha konservasi dalam pembudidayaan. Pengembangan gaharu yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk mengkonservasi dan sekaligus membudidayakan pohon penghasil gaharu agar dapat meningkatkan nilai ekonomi baik untuk kesejahteraan masyarakat terutama yang tinggal di sekitar hutan, maupun untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa kombinasi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman gaharu. ( Aquilaria beccariana van Tiegh.)
C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah beberapa kombinasi media tanam yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman gaharu ( Aquilaria beccariana van Tiegh.).
D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan lapangan..
budidaya serta pelestarian gaharu yang siap tanam di
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaharu (Aquilaria beccariana van Tiegh.)
1. Taksonomi Taksonomi tanaman Gaharu adalah : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Klass
: Dicotyledone
Sub Klass
: Magnoliopsida
Ordo
: Thymelaeles
Famili
: Thymelaeaceae
Genus
: Aquilaria
Species
: Aquilaria beccariana van Tiegh
Beberapa nama lokal / daerah spesies ini adalah mengkaras, gaharu dan gumbil minyak / nyabak. (Iriansyah et al. 2006). Nama lokal gaharu di Sumatera yaitu Gaharu, Halim, Alim, Karas, Kareh, Mengkaras, Seringkak. Di Kalimantan disebut Baru, Gambil, Sigi-sigi. Sedangkan di Malaysia disebut Ching Keras, Gaharu, Gloop Garu, Kekeras, Kepang (Ponirin, 2003). Dalam perdagangan, gaharu dikenal dengan nama agarwood, aloewood dan eaglewood (Sumarna, 2002). Gaharu memiliki 4 kelas mutu yaitu Super, A, B, dan C. Kelas Super digolongkan Gubal Gaharu sedangkan kelas A hingga C disebut Kemedangan. Gubal gaharu memiliki bentuk beragam, berwarna hitam dan sangat wangi. Sedangkan Kemedangan berukuran besar, berwarna coklat hingga coklat kehitaman. Aromanya lebih rendah dari pada Gubal Gaharu (Situmorang, 2002).
2. Morfologi dan Biologi Tinggi pohon dapat mencapai 20 m dengan diameter 36 cm. Kulit batang kelabu putih, berserat panjang yang sangat kuat sehinga sering dimanfaatkan untuk tali. Daun bulat telur hingga elips melebar dan tipis. Bunga berupa tabung,
panjang sekitar 1 cm. Buahnya berupa gelendong yang menyempit pada kedua ujungnya, berkulit tipis dan mengandung dua biji (Ding hou, 1960).
(a)
(b) Gambar 1. (a) Biji Aquilaria beccariana van Tiegh. (b) Herbarium Aquilaria beccariana van Tiegh
3. Status Kelangkaan : Akibat tingginya harga gaharu dan karena belum tersedianya petunjuk obyektif yang mampu mengidentifikasi adanya gaharu di dalam suatu pohon, maka sampai sekarang banyak ditebang pohon yang tidak berisi gaharu, sehingga
pohon gaharu menjadi jenis tanaman langka dan dimasukan ke dalam CITES APPENDIX II (Sumadiwangsa S. dan Zulneli. 1996). Status kelangkaan Aquilaria beccariana adalah Rawan, VUA 1 cd. Jenis ini banyak dicari dan ditebang karena gubal dan kemedangan gaharu yang dihasilkan berharga sangat mahal. Populasi alami pohon ini menurun sangat drastis. Ekspor gaharu dibatasi oleh kuota, tetapi pengiriman secara ilegal sering terjadi (Mogea, J P et al, 2001).
Gambar 2. Status Vulnerable Aquilaria beccariana van Tiegh.
4. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pohon gaharu tumbuh di hutan pegunungan dan perbukitan pada ketinggian sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Kulit batang licin berwarna abu-abu perak. Tumbuh pada tempat yang lembab pada sumber mata air dan sepanjang sungai kecil. Kayunya berwarna putih, lunak dan tidak mempunyai nilai pakai (Sumadiwangsa S. dan Zulneli, 1996). Sebenarnya ada sekitar 15 jenis marga Aquilaria ditemukan menyebar mulai dari India, Cina, Burma, Indochina dan Malaysia. Namun, 5 jenis marga tersebut yang ditemukan tumbuh di Kalimantan dan hanya 3 jenis yang berupa pohon penghasil gaharu yaitu Aquilaria beccariana van Tiegh, Aquilaria malaccensis Lamk dan Aquilaria microcarpa Beill terdapat pada hutan dataran rendah dan sedang hingga ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut. Khusus untuk jenis Aquilaria beccariana ditemukan tumbuh di Peninsular Malaysia, Sumatra dan Kalimantan, tumbuh di hutan-hutan primer Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan Timur, Barat dan Selatan hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Dan jarang tumbuh di kawasan berawa/tergenang air (Argent et al, 1998).
Species Aquilaria beccariana tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian hingga 850 m di atas permukaan laut. Kawasan tumbuh tersebut harus beriklim kering dengan curah hujan sekitar 1.500 mm/tahun (Iriansyah et al, 2006). Ada beberapa jenis lain yang dapat menghasilkan gaharu, yaitu Aquilaria beccariana van Tiegh, yang umumnya banyak terdapat di kawasan Long Sei Barang, Apo Kayan Kalimantan, dicari penduduk setempat karena harganya cukup mahal (Sangat, Roemantyo H M, 1982).
5. Manfaat Pohon gaharu yang tumbang puluhan tahun dan sudah terinfeksi, dapat digunakan sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, obat-obatan, bahan perlengkapan upacara ritual keagamaan. Di Cina, gaharu telah dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit yang menyerang perut, ginjal dan dada, serta untuk aphrodisiac, asma, kanker (thyroiod), kolik, diare, cegukan dan tumor (paru-paru). Pemanfaatan gaharu di Mesir digunakan untuk membalsem dan meminyaki jenasah dan membentuk buku pada bulan kuno (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).
6. Perdagangan Gaharu Gaharu selama ini diperdagangkan sebagai obat (terutama di Cina dan India), parfum dan dupa (terutama di Jepang, negara-negara arab dan Timur tengah) serta anti serangga di berbagai negara (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).
B. Pembudidayaan Pembudidayaan oleh sebagian kecil pengusaha sudah dilaksanakan, tetapi masih dalam skala kecil. Pelestarian tumbuhan ini secara eks- situ telah dilakukan di Kebun Raya Bogor
(Mogea, J P et al, 2001). Salah satu faktor penting
keberhasilan budidaya/perkembangbiakan gaharu adalah pemilihan tempat tumbuh yang tepat dan jenis gaharu yang akan dibudidayakan. Ketinggian tempat tidak lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut, curah hujan tidak kurang dari 1.500 mm per tahun, pH tanah berkisar 4,0-6,5, tekstur
tanah berupa lempung berpasir dan memiliki kedalaman efektif untuk perkembangan perakaran sekurangnya 76 cm (Iriansyah et al, 2006).
1. Pengadaan Bibit Bibit tanaman penghasil gaharu dapat disediakan melalui cara generatif maupun vegetatif. Pengembangbiakan secara generatif dapat diupayakan melalui pengecambahan biji/benih yang tersedia di bawah tegakan induk alami (seed stand). Dapat pula secara khusus didapat dari kebun benih (seed orchad) melalui cabutan alam atau stump. Selain itu bibit juga dapat dikembangkbiakan melalui stek pucuk maupun stek batang (Ponirin, 2003). Pengadaan bibit tanaman penghasil gaharu yang berasal dari pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek pucuk, sambungan, cangkok dan kultur jaringan. Cara stek pucuk lebih umum dan lazim dilakukan dibandingkan dengan cara lain misalnya kultur jaringan, karena selain praktis, mudah dan relatif murah. Cara stek pucuk juga dapat menghasilkan bibit yang berkukalitas dan dapat menuruni sifat-sifat baik pohon induk (Iriansyah et al, 2006). Untuk menjaga kelembaban agar biji lebih cepat berkecambah, bedeng tabur harus segera ditutup dengan sungkup. Setelah berkecambah kurang lebih dua minggu, sungkup mulai dibuka. Selanjutnya jika kecambah telah berdaun 2-4, bibit tersebut harus segera disapih atau dipindahkan ke polybag yang berisi media subur. Bibit yang bersumber dari biji untuk mencapai siap tanam mempunyai ciri telah bercabang dengan umur tanaman lebih kurang satu tahun (Iriansyah et al, 2006).
2. Persemaian Persemaian bibit penghasil gaharu dapat dibuat skala masal melalui benih unggul, stek pucuk dan kultur jaringan. Setiap teknik perbanyakan akan mempunyai konsekuensi biaya produksi bibit. Pada tahap awal di persemaian. semua jenis bibit penghasil gaharu memerlukan naungan yang cukup. Pada penelitian lain
terhadap pertumbuhan semai gaharu (Aquilaria
malaccensis Lamk.) yang paling optimal dari hasil penelitian ini adalah pada
paranet dengan intensitas naungan 27,5 %, jenis tanah latosol dengan tingkat persaingan dua buah semai per polybag (Mulida L, 1999).
3. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pemberian pupuk dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tergantung pada kebutuhan bibit, penyiangan dilakukan terhadap rumput yang masih kecil-kecil supaya tidak merusak tanaman pokok, pengendalian hama dilakukan dengan cara penyemprotan terhadap bibit apabila tampak ada gejala-gejala penyakit (seperti kutu putih di bagian belakang daun atau daun yang dapat mengakibatkan kematian bibit (Iriansyah et al, 2006 ). Beberapa jenis hama yang paling sering dijumpai adalah ulat pemakan daun (Spodoptera sp). Penyakit
yang biasanya mengganggu adalah penyakit
keriting daun diduga disebabkan oleh virus atau mikoplasma yang penularaanya melalui serangga (Parman dan Tri Mulyaningsih, 2002). Pencegahan hama yang menyerang terhadap bibit Aquilaria beccariana seperti kutu putih yang sering diikuti oleh serangan jamur furasium sp dapat menimbulkan kematian yang serius
(Purwanto, 1999). Pemeliharaan dalam
bentuk pendangiran bertujuan untuk mencegah persaingan ruang tumbuh antara tanaman pokok dengan tanaman lainnya dan juga untuk menggemburkan tanah sehingga tanah menjadi lebih dingin dan akar tanaman mendapatkan hawa yang cukup di seputar piringan tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi (Ardi S D et al, 2004).
C. Media Semai, Media Tanam dan Kombinasinya. Penelitian lain terhadap biji ketimunan (Gyrinops versteegii (Gilg) Dombe) yang ditanam langsung ternyata mempunyai daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecambah yang diberi praperlakuan perendaman selama 12 jam. Daya kecambah biji ketimunan tertinggi dioperoleh dari biji yang
ditanam pada media campuran kompos daun 82,33 % dan kompos kotoran kuda 72,33 %, Sedangkan yang terendah pada biji yang ditanam pada media campuran kompos kotoran ayam 10,67 %. Kematian semai tertinggi terjadi pada media campuran kotoran kuda dan kompos daun pada biji yang ditanam secara langsung (Ratna A D et al, 2003 ). Bibit gaharu yang ditanam di luar habitat alaminya, pertumbuhannya cenderung lambat. Dari ke tujuh media tumbuh yang digunakan, terdapat empat media tumbuh yang memberikan kualitas pertumbuhan lebih baik, yaitu media tumbuh dengan campuran bokashi (jerami dan sampah kota), media tumbuh dengan campuran pupuk kandang kuda, media tanah humus kopi dan tanah tanpa campuran bahan organik (Widia W N, 2001).
III. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di green house Komplek Kebun Raya Tamansari Bogor, dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari awal bulan Mei sampai akhir bulan Oktober 2008.
B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan-bahan a. Media Semai Media semai yang digunakan dalam penelitian ini adalah media kompos galian yang sudah berusia tahunan, terdiri dari gabungan tanah dan kompos daun kering halus, diayak (ukuran celah diameter 5 mm). Kompos galian tersebut berasal dari salah satu unit bagian kompos di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. b. Media Tanam Bahan media tanam yang digunakan antara lain tanah murni yang diambil dari lapisan tanah atas/top soil, pasir, kompos daun kering, sekam padi mentah, pupuk kandang feces sapi dan pupuk kandang feces kambing. c. Benih gaharu Benih gaharu diperoleh dari biji jatuhan koleksi pohon gaharu jenis Aquilaria beccariana van Tiegh yang berasal dari Pulau Kalimantan, terletak pada Vak VIII.C. No. 10 di Pusat Konsevasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. d. Obat pengendali hama / insektisida : Furadan 3 GR dan Decis 2,5 EC. e. Paranet ukuran 3,5 x 2,5 m.
2. Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Polybag ukuran 10 x 10 cm sebanyak 200 buah dan ukuran 25 x 25 cm sejumlah 5 buah. b. 6 buah bak penampungan bahan media ukuran 40 x 30 cm dan sebuah bak pencampur media ukuran 50 x 40 cm.. c. Timbangan kapasitas 10 kg, d. Jangka sorong (caliper) dan alat-alat tulis. e. Penyemprot air (Sprayer 100 cc) dan Emrat kapasitas 2 liter, f. Alat bantu pengaduk media dan sekop kecil. g. Kamera digital. h. Komputer, Scaner, Printer, Program SPSS 15.
C. Metode Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian.
1. Tahap Persiapan Dalam
tahap
persiapan
ini,
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
pengecambahan benih dan persiapan media.
a. Pengecambahan Benih Pengecambahan benih gaharu dilakukan selama 1 bulan sebelum penelitian dimulai. Biji yang diperoleh pada waktu musim berbuah sekali dalam satu tahun di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor merupakan biji jatuhan yang pada mulanya masih terbungkus oleh kulit buah, kemudian dikupas, dipisahkan dari kulit luar dan disemai pada 5 buah kompotan (kelompok) polybag ukuran 25 x 25 cm, di tempatkan di bawah naungan paranet pada intensitas cahaya 25 %.
Masing-masing kompotan menggunakan media kompos galian dengan perbandingan 1 : 2, yang terlebih dahulu disterilkan dengan cara menyiram air panas kedalamnya, kemudian dibiarkan dingin kembali. Dalam setiap kompotan polybag berisi sekitar 50 buah biji gaharu, selanjutnya biji yang telah melalui proses seleksi tersebut ditaburkan di atas media, sedikit ditekan ke dalam. Selama masa pengecambahan, dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali dan dilakukan pencegahan untuk pengendalian hama dengan menggunakan formula Decis 2,5 EC dosis 0,5 ml / liter.
b. Persiapan Media Media dasar yang digunakan dalam persiapan media ini meliputi tanah murni, pasir, kompos daun kering, sekam padi mentah, pupuk kandang feces sapi dan pupuk kandang feces kambing. Sebelum semua media dasar digunakan, masing-masing dibersihkan atau dipisah terlebih dahulu dari benda asing ikutan. Tanah murni yang dipilih adalah bagian atas lapisan tanah / top soil diambil pada kedalaman 10-20 cm jenis tanah latosol coklat kemerahan sebanyak 48 kg, mempunyai tekstur halus berasal dari tanah penduduk yang berlokasi di sekitar Kecamatan Tamansari Bogor yang berfungsi sebagai kontrol. Pasir yang digunakan yaitu campuran dari jenis pasir asal Cimangkok dan Gunung Putri, bertekstur lembut dengan diameter sekitar 0,5 mm sebanyak 16 kg. Kompos daun kering yang dipakai adalah kompos hasil saringan menggunakan ayakan diameter 0,5 cm sebanyak 4 kg. Sekam padi mentah diperoleh dari toko pertanian sebanyak 4 kg. Pupuk kandang feces sapi dan kambing berasal dari kelompok peternak proyek peternakan yang terletak di Kecamatan Tamansari Bogor masing-masing sebanyak 4 kg. Pupuk kandang feces sapi yang digunakan untuk media pertumbuhan adalah pupuk kandang pada kondisi sedikit lembab, remah dan telah berubah warna hitam kecoklatan. Pupuk kandang feces kambing yang dipilih adalah dalam kondisi sedikit kering dan bukan lagi dalam bentuk butiran, sedikit remah dan berwarna hijau tua pekat.
Kombinasi tanah-pasir-kompos daun kering, tanah-pasir-sekam padi mentah, tanah-pasir-pupuk kandang feces sapi dan tanah-pasir-pupuk kandang feces kambing masing-masing dicampur pada perbandingan komposisi 2 : 1 : 1. Untuk memenuhi 40 buah polybag ukuran 10 x 10 cm tanaman gaharu dibutuhkan sekitar 8 kg tanah, 4 kg pasir dan 4 kg kompos daun kering pada kelompok 1. Begitu seterusnya hingga sampai pada kelompok 4, yaitu pada takaran masingmasing 8 kg tanah dan 4 kg pasir ditambah 4 kg sekam padi mentah pada kelompok 2; 4 kg pupuk kandang feces sapi pada kelompok 3; 4 kg pupuk kandang feces kambing pada kelompok 4 dan hanya satu kelompok tanah murni di kelompok 5 dibutuhkan sekitar 16 kg tanah. Sebelum digunakan sebagai media pembesaran gaharu, gabungan dari semua kombinasi terlebih dahulu ditaburi Furadan 3 G R dengan dosis 2 gram atau sekitar 2 sendok teh / 40 sampel.
2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian antara lain meliputi penyapihan, pemeliharaan dan pengamatan.
a. Penyapihan Setelah semai berumur satu bulan, bibit gaharu perlahan dicabut, diusahakan tidak merusak akar (tanah bawaan tetap ikut bersatu disekitar akar), disapih ke polybag ukuran 10 x 10 cm pada lubang sedalam 2-3 cm di tengah media, selanjutnya disiram sampai media menjadi jenuh. Bibit yang berasal dari kumpulan polybag ukuran 25 x 25 cm disiram agar media tetap gembur. Penyapihan sebanyak 200 unit contoh, dibagi dalam 5 kelompok masingmasing berisi 40 buah.seedling (anakan). Kelompok 1 memuat kombinasi tanahpasir-kompos daun kering, kelompok 2 terdiri dari kombinasi tanah-pasir-sekam padi mentah, kelompok 3 meliputi kombinasi tanah-pasir-pupuk kandang feces sapi, kelompok 4 berisi kombinasi tanah-pasir-pupuk kandang feces kambing dan kelompok 5 memuat hanya tanah murni.
Dalam setiap kelompok diubah lagi muatannya berisi 8 kombinasi yang mewakili, diambil dari ke lima kelompok. Jadi, satu kelompok baru, berisi 5 baris x 8 kombinasi masing-masing kelompok lama. Ke lima baris dalam setiap kelompok, diacak menurut hasil kocokan, diletakkan berdasarkan urutan 1 hingga 5 baris. Dari setiap urutan baris tanaman diacak lagi untuk dimungkinkannya semua kondisi dapat diperlakukan secara sama dan merata, sehingga intensitas cahaya lebih merata, menyebar ke seluruh unit contoh.
b. Pemeliharaan Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan terhadap ke 200 unit contoh
meliputi penyiraman sekali setiap dua hari secara merata mengunakan embrat kapasitas 2 liter, pembersihan tanaman pengganggu seperti gulma, lumut dan lainlain jika ditemukan setiap satu minggu sekali, serta penyemprotan obat pengendali hama / insektisida Decis 2,5 EC dosis 0,5 ml / liter menggunakan Sprayer kapasitas 100 cc, disemprotkan satu bulan sekali.
c. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali meliputi jenis kegiatan pencatatan tingkat pertumbuhan pada pengukuran tinggi, diameter batang dan perhitungan jumlah daun. Pengamatan dilakukan hingga minggu terakhir yaitu pada minggu ke 18. Dalam penelitian ini, peubah yang diukur adalah : 1. Tinggi tanaman, diukur mulai dari pangkal batang bawah hingga pucuk batang atas. 2. Diameter batang, diukur pada lingkar batang terbawah berbatasan dengan timbulnya tunas akar.
3. Jumlah daun, dihitung mulai dari daun yang paling bawah hingga daun yang berada di sekitar pucuk tanaman.
D. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 buah perlakuan masing-masing sejumlah 40 sampel, atau setiap satu perlakuan sebanyak 40 kali.ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : P 0 : Tanah 100 % ( Kontrol ) P 1 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Kompos Daun Kering 25 %. P 2 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Sekam Padi Mentah 25 %. P 3: Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Sapi 25 %. P 4 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Kambing 25 %. Model persamaan linier yang digunakan adalah : Y i j = μ + τ i + Ε i j i = 1, 2, 3, 4, 5 dan j = 1, 2, …40 Y i j = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai rataan umum τ i = Pengaruh perlakuan ke-i Ε i j = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan mengunakan uji F.
Hipotesa yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut : H0 : μ 1 = 0 ; tidak ada perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan gaharu. H1 : μ 1 = 0 ; ada perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan gaharu.
Pengambilan keputusan dengan uji F adalah : F hitung ≤ F tabel = terima H0 F hitung > F tabel = terima H1
Uji lanjutan yang dipakai untuk uji beda nyata antar perlakuan adalah uji Duncam dan Dunnet karena perlakuan menggunakan kontrol dan hasilnya diharapkan lebih teliti. Langkah-langkah uji beda nyata, meliputi : 1. Menyusun nilai tengah perlakuan dengan urutan meningkat 2. Menghitung galat baku nilai tengah perlakuan.
3. Menghitung wilayah nyata terpendek untuk berbagai selang nilai tengah, dengan rumus : Rp = rp. SY Rp = wilayah nyata terpendek rp = nilai dari tabel DMRT SY = galat baku nilai tengah perlakuan 4. Mengelompokkan nilai tengah perlakuan berbeda nyata secara statistik dengan menggunakan nilai tengah terbesar terhadap wilayah nyata terpendek (Rp) dari P terbesar kemudian membandingkan hasil semua nilai tengah perlakuan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran selama empat bulan, diperoleh data pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman, pertambahan diameter batang dan pertumbuhan rata-rata jumlah daun seperti pada penjelasan berikut ini.
1. Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu. Pengukuran pertambahan tinggi rata-rata tanaman gaharu setiap dua minggu sekali disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu Perlakuan P 1
2 0,29
Pertambahan Tinggi ( Cm ) pada minggu ke 4 6 8 10 12 14 16 0,62 0,97 1,24 1,51 1,76 1,95 2,18
18 2,42
P P P P
2 3 4 0
0,27 0,24 0,23 0,26
0,50 0,48 0,52 0,54
0,74 0,67 0,73 0,79
0,91 0,90 0,92 1,01
1,10 1,13 1,08 1,20
1,25 1,24 1,20 1,38
1,41 1,43 1,33 1,56
1,61 1,58 1,50 1,73
1,94 1,68 1,65 1,88
Dari data diatas, tampilan dalam bentuk grafik adalah seperti pada gambar 1 di bawah ini.
PERTAMBAHAN TINGGI RATA-RATA TANAMAN 3,00
Tinggi ( Cm )
2,50
P 1
2,00
P 2
1,50
P 3
1,00
P 4 P 0
0,50 0,00 2
4
6
8
10
12
14
16
18
Periode Pengukuran Minggu ke -
Gambar 3. Keterangan : Histogram Pertambahan Tinggi Rata-Rata Tanaman Gaharu P 0 : Tanah 100 % ( Kontrol ) P 1 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Kompos Daun Kering 25 %. P 2 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Sekam Padi Mentah 25 %. P 3: Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Sapi 25 %. P 4 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Kambing 25 %. Pada grafik terlihat bahwa pertambahan tinggi rata-rata tanaman gaharu pada perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasir-kompos daun kering menunjukan hasil yang paling tinggi yaitu 2,42 cm pada minggu ke 18. Respon perlakuan yang terendah adalah dari kombinasi media tanam tanah-pasir-pupuk kandang feces kambing. Hasil pengolahan data
terhadap beda nyata antar
perlakuan terdapat pada lampiran 1, tentang tabel sidik ragam pertambahan tinggi rata-rata tanaman. Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 0,634 sehingga jika diurutkan dari yang terkecil yaitu perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasir-pupuk kandang feces kambing (1,02), tanah-pasir-pupuk kandang feces sapi (1,04), tanah-pasir-sekam padi mentah (1,08), media normal (1,15) dan tertinggi adalah tanah pasir-kompos daun kering (1,44), maka tidak terlihat perbedaan jarak 0,634 dari nilai terkecil (kambing) sampai nilai tertinggi (daun). Dengan demikian beda nyata yang diuji pada F-tabel cenderung kurang begitu kuat. Perbandingan pertambahan tinggi rata-rata tanaman.gaharu dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Kondisi awal penanaman pada masing-masing kombinasi media.
Gambar 5. Kondisi akhir pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman gaharu.
2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu.
Pengukuran pertambahan diameter batang tanaman gaharu setiap dua minggu sekali tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu. Perlakuan 2 P P P P P
1 2 3 4 0
0,21 0,19 0,19 0,20 0,22
Pertambahan Diameter ( m m ) pada minggu ke 4 6 8 10 12 14 16 0,42 0,35 0,35 0,37 0,35
0,57 0,46 0,46 0,48 0,47
0,71 0,56 0,57 0,59 0,58
0,86 0,68 0,72 0,72 0,73
0,95 0,77 0,80 0,78 0,80
1,03 0,84 0,88 0,83 0,86
1,16 0,91 0,96 0,90 0,91
18 1,34 1,04 1,11 1,03 1,07
Keterangan : P 0 : Tanah 100 % ( Kontrol ) P 1 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Kompos Daun Kering 25 %. P 2 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Sekam Padi Mentah 25 %. P 3: Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Sapi 25 %. P 4 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Kambing 25 %. Bentuk grafik pertambahan diameter tanaman data di atas adalah sebagai berikut .
PERTAMBAHAN DIAMETER BATANG 1,60 Diameter ( mm )
1,40 1,20
P 1
1,00
P 2
0,80 0,60
P 3
0,40
P 0
P 4
0,20 0,00 2
4
6
8
10
12
14
16
18
Periode Pengukuran Minggu ke -
Gambar 6. Histogram Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu Pada grafik terlihat pertambahan diameter batang tanaman gaharu yang menunjukan bahwa perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasir-kompos daun kering adalah yang paling besar yaitu 1,34 mm pada minggu ke 18. Perlakuan yang terendah responnya adalah kombinasi media tanah-pasir-pupuk kandang
feces kambing. Hasil pengolahan data
terhadap beda nyata antar perlakuan
terdapat pada lampiran 2 Dari uji Duncan terlihat bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 0,34 sehingga jika diurutkan dari yang terkecil yaitu perlakuan kombinasi media tanahpasir-sekam (0,64), normal (0,66), pupuk kandang feces kambing (0,66), pupuk kandang feces sapi (0,67) dan tertinggi kompos daun kering (0,81) maka tidak terlihat perbedaan jarak 0,34 dari nilai terkecil (sekam) sampai nilai tertinggi (kompos daun kering).. .
3. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Gaharu Pengukuran terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman gaharu setiap dua minggu sekali disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Gaharu. 2
Pertambahan Diameter ( n ) pada minggu ke 4 6 8 10 12 14 16
18
9 10 9 9 9
10 10 10 10 10
11 10 10 10 11
Perlakuan P P P P P
1 2 3 4 0
11 10 11 11 10
10 10 10 10 10
9 10 10 10 9
9 9 10 9 9
9 9 10 9 9
10 9 10 9 9
Dari data diatas tampilan dalam bentuk grafik terhadap perkembangan pada jumlah daun tanaman gaharu adalah sebagai berikut.
JUMLAH DAUN TIAP TANAMAN
Jumlah Daun ( n )
12,00 10,00
P 1
8,00
P 2
6,00
P 3
4,00
P 4 P 0
2,00 0,00 2
4
6
8
!0
12
14
16
18
Pengukuran Minggu Ke -
Gambar 7. Histogram Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Gaharu
Keterangan : P 0 : Tanah 100 % ( Kontrol ) P 1 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Kompos Daun Kering 25 %. P 2 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Sekam Padi Mentah 25 %. P 3: Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Sapi 25 %. P 4 : Tanah 50 % + Pasir 25 % + Pupuk Kandang Feces Kambing 25 %.
Terlihat pada grafik, bahwa pertambahan jumlah daun tanaman gaharu tidak ada beda signifikan dari pengukuran per dua minggu. Pada pengukuran minggu ke 2 dan ke 3 grafik naik, namun cenderung turun hingga pada pengukuran minggu ke 7, dan naik lagi pada pengukuran minggu ke 9.
B. Pembahasan Karena uji beda nyata Duncam kurang begitu kuat, maka dilakukan kembali uji lanjutan Dunnet seperti tertera pada lampiran 3. Pada uji lanjutan Dunnet, dapat diketahui bahwa untuk perbandingan tinggi rata-rata perlakuan gabungan tanah-pasir-daun kering terhadap kontrol pada pertumbuhan daun, terdapat beda nyata sebesar 0,535. Uji lanjutan selanjutnya terhadap rata-rata pertambahan diameter, terlihat bahwa gabungan tanah-pasir-kompos daun kering, terdapat beda nyata sebesar 0,270, di luar perbandingan rata-rata terhadap kontrol bagi gabungan kombinasi lainnya. Pada usia satu minggu benih gaharu siap dipindahkan, karena sudah mulai berkecambah, membentuk tunas-tunas baru tanpa daun, hingga pada usia satu bulan rata-rata mencapai tinggi 10 cm disertai 4-7 jumlah helai daun dan diameter batang 1 mm. Hasil dari penelitian yang berlangsung selama kurang lebih empat bulan ini, menunjukan bahwa kombinasi media tanam tanah-pasir–kompos daun kering adalah kombinasi media tanam yang paling baik terhadap pertumbuhan tanaman gaharu. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya tingkat pertumbuhan lain setelah empat bulan berikutnya seperti dari pengaruh pupuk kandang feces kambing yang dapat bertahan lebih lama serta mulai berkurangnya unsur hara dari media tanam tanah dan kompos daun kering sekalipun. Dalam penelitian ini perlakuan kombinasi tanah-pasir-kompos daun kering terhadap pertambahan tinggi rata-rata tanaman gaharu menunjukan hasil yang paling tinggi yaitu
2,42 cm pada minggu ke 18 dibanding dengan tanah
murni/kontrol.. Pertumbuhan ini selain dipengaruhi oleh faktor fisik media juga
dipengaruhi oleh kandungan unsur hara di dalam media tanam yang ketiganya bersifat saling mendukung. Tubuh tanah mempunyai fungsi sebagai media untuk mendukung aneka bentuk kehidupan, khususnya tumbuh-tumbuhan dan biota tanah, karena kemampuannya dalam menyediakan ruang tumbuh dan berjangkar akar-akar, menyediakan udara, air dan hara. (Poerwidodo. 2000.). Dalam hal ini, pemilihan jenis tanah latosol coklat kemerahan sebagai salah satu media dasar untuk dicampur, menunjukkan kondisi tekstur yang optimal untuk pembesaran gaharu karena memiliki ruang pori makro untuk kelancaran sirkulasi udara dan air di dalam tanah. Aktivitas jasad renik di dalam tanah sangat besar perannya dalam hal penyediaan unsur-unsur hara. Berdasarkan batasan verbal kelas-kelas tekstur tanah menurut agihan jarah-jarah pelikan berukuran garis tengah < 2 mm (Poerwidodo. 1991), maka media pasir yang digunakan dalam penelitian ini menunjukan pengaruh yang cukup signifikan terhadap campuran ke empat media tanam. Hal ini sesuai dengan habitat asli Aquilaria beccariana yang menghendaki tekstur tanah berupa lempung berpasir. Dari hasil penelitian lain terhadap pengaruh macam campuran media semai terhadap daya kecambah biji gaharu (Gyrinops veersteegii (Gilg.) Dombe ), diketahui bahwa daya kecambah biji tersebut yang tertinggi diperoleh dari biji yang ditanam pada media campuran kompos daun 82,33 %.dan kotoran kuda 72,33 %. (Anugrahwati et al, 2003). Pengaruh perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasir-kompos daun kering terhadap tinggi tanaman, diikuti pula dengan pertumbuhan diameter batang yang paling besar yaitu 1,34 mm pada minggu ke 18. Hal ini berkaitan erat dengan hubungan antara tinggi dan diameter yang terjadi. Perlakuan yang terendah responnya adalah kombinasi media tanah-pasirpupuk kandang feces kambing yang disebabkan oleh belum sepenuhnya unsur hara yang diserap oleh tanaman dan cenderung lambatnya perubahan-perubahan bentuk dari butiran feces hingga bentuk serpihan halus. Pertambahan jumlah daun tanaman gaharu yang cenderung bertambah dan berkurang, hal ini disebabkan karena belum stabilnya kekuatan dan ketahanan bibit gaharu terhadap respon
beberapa perlakuan. Pada pengukuran minggu ke 2 dan mingguu ke 3 jumlah daun meningkat, namun cenderung turun hingga pada pengukuran ke 7, dan naik lagi pada pengukuran minggu ke 9. Setiap terjadinya peristiwa daun kering dan gugur selalu diikuti oleh tumbuhnya kembali tunas-tunas baru. Kombinasi media tanam pada campuran tanah-pasir-sekam padi mentah diharapkan dapat mendukung sifat biji yang rekalsitran / cepat berkecambah karena sekam padi yang sudah membusuk dapat merangsang pertumbuhan bulubulu akar yang baru tunas. Walaupun dalam penelitian selama empat bulan ini hasil yang paling baik diperoleh dari kombinasi media tanah-pasir-kompos daun kering, namun peran dari campuran sekam padi mentah ini juga diharapkan dapat mempermudah dalam hal pengemasan karena lebih ringan pada waktu bongkar muat pengangkutan. Dari sisi lain, penggunaan media sekam ini
dapat
meminimalisir serangan gulma dibanding kombinasi media lainnya. Selama empat bulan penelitian yang rutinitas pemeliharaannya sekali dalam sebulan, jika pada kombinasi lain terdapat banyak rumput atau tanaman asing lainnya, maka khusus pada campuran media sekam ini terlihat sedikit sekali dan lebih mudah dibersihkan. Pembuktian terhadap pengalaman praktis penggunaan pupuk kandang
feces
beberapa sumber
dalam
sapi dan kambing, dalam penelitian ini
menunjukan hasil yang berbeda. Hal ini perlu ditindak lanjuti untuk mengetahui komposisi atau perbandingan media dasar yang optimal untuk pembesaran tanaman gaharu.
Penggunaan pupuk kandang yang berlebihan akan memicu
timbulnya gerombolan cacing tanah dan cacing pot, sedangkan penyiraman yang terlalu basah/lembab akan menyebabkan timbulnya lumut. Pemeliharaan dalam mencegah serangan hama ulat pemakan daun (Spodoptera sp), kutu putih dan penyakit keriting daun dengan menggunakan obat pengendali hama / insektisida Decis 2,5 EC pada dosis 0,5 ml / liter yang disemprotkan satu bulan sekali.menunjukkan hasil yang cukup berhasil.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pertambahan tinggi dan diameter batang rata-rata tanaman gaharu pada perlakuan kombinasi media tanam tanah-pasirkompos daun kering menunjukan hasil yang paling tinggi yaitu 2,42 cm, dan yang paling besar yaitu 1,34 mm pada minggu ke 18 2. Pertambahan jumlah daun tanaman gaharu ada kecenderungan tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
B. Saran 1. Perlu ditindak lanjuti untuk mengetahui komposisi atau perbandingan media dasar pupuk kandang yang optimal untuk pembesaran tanaman gaharu. 2. Pembesaran tanaman gaharu melalui kombinasi beberapa media tanam ini hendaknya tetap diberikan naungan ringan dengan intensitas cahaya sekitar 25 % dan tetap menggunakan tanah dari jenis latosol coklat kemerahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anugrahwati D R et al. 2003. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Ardi S D et al. 2004. Petunjuk Teknis Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Argent G et al. tanpa tahun. Manual of The larger and More Important Non Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Volume 2. Forest Research Institute Samarinda, Indonesia. 705 p. Ding hou. 1960. Thymelaeaceae. Flora Malesiana Series 1 Spermatophyta Volume 6 1-48. Iriansyah M et al. 2006. Gaharu Komoditi Masa Depan Yang Menjanjikan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Samarinda. Mattjik A A, Sumertajaya I M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB PRESS. Bogor. Mogea J P, Gandawidjaya D, Wiriadinata H, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI. Bogor. Mulida L. 1999. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Persaingan Terhadap Pertumbuhan Semai Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) Pada Tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning. Skripsi. Jurusan Konsesrvasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Parman, Mulyaningsih T. 2002. Makalah. Sosialisasi Pengembangan Teknologi Bappeda Propinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram. Poerwidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali Press. Jakarta.
_________. 2000. Mengenal Tanah Hutan Metode Kaji Tanah. Laboratorium Pengaruh Hutan Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Ponirin S. 2003. Budidaya Gaharu. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Pujiastuti I, Soewilo L P, Said T D, Kosasih R A. 2001. An Alphabetical List Of Plant Species Cultivated In The Bogor Botanical Garden. Indonesian Institut of Sciences, CV. Riza Graha Jaya, Bogor. Purwanto. 1999. Budidaya Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis). Prosiding. Ekspose Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Medan. Ratna A D, Mulyaningsih T, Kantun I N, Sutresna I W. 2003. Pengaruh Macam Campuran Media Semai Terhadap Daya Kecambah Biji Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Dombe). Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram. Sangat, Roemantyo H M. 1982. Use of wild plants by the people of Liong Sei Barang in the Apo Kayan. Tidak dipublikasikan. IBPF. Sumadiwangsa S, Zulneli. 1996. Laporan Perjalanan Dinas. Penelitian Gaharu di Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. Situmorang J. 2002. Tak Dapat Dipalsu. Majalah Trubus 387-Februari 2002. Suhartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. JICA. Jakarta. Sumarna Y. 2002 Budidaya Gaharu. Penebar Swadaya. Bogor. Ujarwati N. 1999. Pengaruh Media Tanam Campuran Tanah dan Pasir Terhadap Pertumbuhan Tempuyung ( Sonchus arvenis Linn.). Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Van Steenis C.G.G, Holtum R E. 1960. Flora Malesiana. Series 1, vol. 6: Spermatophyta-Flowering Plants. Wolters-Noordoff. N.V. Jakarta. Widia W N. 2001. Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Organik Sebagai Media Tumbuh Bibit Gaharu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram. Zuhud EAM, Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor.
Lampiran 1. Data Pengolahan Tabel Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Rata-rata Tanaman : FK JKT JKP JKG
= = = =
58,847 27,856 12,827 15,029
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Db
Jumlah Kuadrat 12,827 15,029 27,856
4 40 44
Ftabel 0,05 (4.40) =
Kuadrat Tengah 3,207 0,376
F-Hitung 8,535
2,61
karena F-Hitung lebih besar dari F-tabel, maka dinyatakan beda nyata. Uji beda nyata Duncan (uji jarak nyata terkecil) adalah sebagai berikut : JNT (α,d,v) = α= d= v= r=
K 1,02 A
JNT (0.05,4,40) X
(KTG/9)^½
0,05 4 40 9
Sp 1,04 a
S 1,08
N 1,15
D
A
A
a
1,44
=
0,634
FK = JKT = JKP = JKG = JKT-JKP
21,273 8,735 4,415 4,320
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
Db
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung 4 4,415 1,104 10,220 40 4,320 0,108 44 8,735
Lampiran 2. Data pengolahan tabel sidik ragam Pertambahan Diameter Batang Tanaman
Ftabel 0,05 (4.40) =
2,61
karena F-Hitung lebih besar dari F-tabel, maka dinyatakan beda nyata.
Uji beda nyata Duncan adalah sebagai berikut : JNT (α,d,v) = α= d= v= r=
(KTG/9)^½
0,05 4 40 9
S 0,64 A
JNT (0.05,4,40) X
N 0,66 a
K 0,66 A
Sp 0,67 a
D 0,81 A
=
0,340
Lampiran 3.
ANOVA RAL SATU FAKTOR
DATA PERTAMBAHAN TINGGI (cm)
n
40
40
40
40
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Daun 2.6 2.4 2.2 2.5 2.1 2.1 2.4 2.2 3.4 2.3 2 2.5 2.4 2.4 2.8 2.5 2.6 2.3 1.6 1.5 1.8 4.4 2.1 2.5 2.1 2.3 2.2 3.4 2.6 2.7 2.5 2.3
Sekam 1.6 2.1 2.5 1.7 1.8 1.6 1.4 1.3 2.4 4.2 1.2 3.7 3.6 1.3 2.5 1.1 1.1 1.5 1.6 4 2.1 1.7 1.4 1.4 2 1.9 1.9 2.1 1.8 1.8 1.4 1.7
Sapi 0.9 1.8 1.1 1.2 1.4 1.5 1.4 1.6 2.4 2.3 2.1 0.3 1.8 1.4 1.9 1.7 1.3 1.4 1.3 1.8 2.3 2 1.1 1.4 1.5 1.8 1.6 1.8 2.1 2.5 2 1.6
Kambing 1.9 1.5 1.9 1.2 1.5 2 0.9 1 1.9 2 1.9 0.8 2.2 1.8 2.4 1.9 0.8 1.4 1.3 1.4 0.6 1.4 1.2 1.9 2.4 1.7 3.4 2.1 2 0.9 1.4 1.9
Kontrol 2.1 1.7 0 1.3 1 2 0.8 1.6 2.8 1.7 1.6 1.2 1.3 1.7 1.5 2.3 3.8 1.2 1.6 1.6 1.3 1.7 2.5 2.6 1.8 1.4 1.6 1.9 2.7 2.3 2.4 2.3
33 34 35 36 37 38 39 40
2 1.9 2.6 2.7 2.4 1.9 2.4 3
1.7 1.4 1.8 1.9 1.7 2 1.7 1.8
1.9 1.6 1.5 1.4 1.9 2.1 2.4 2.1
2 1.9 1.7 1 1.4 1.2 2.3 1.8
2.3 1.9 2.6 2.4 2.7 1.9 2.4 1.7
α 5%
Tabel sidik ragam SK Perlak. Sisa Total
JK 11.142 72.282 83.424
db 4 195 199
KT 2.78550 0.37067
Dugaan rata-rata perlakuan Perlakuan Selang kepercayaan Daun 2.415 ± 0.190 Sekam 1.935 ± 0.190 Sapi 1.680 ± 0.190 Kambing 1.648 ± 0.190 Kontrol 1.880 ± 0.190
Fhitung 7.515
Ftabel p-value 2.418 0.0000 Tolak Ho
1−α 95% 95% 95% 95% 95%
Uji Dunnet untuk perbandingan rata-rata perlakuan tehadap kontrol Beda rata-rata Daun Berbeda 0.535 Sekam Tdk berbeda 0.055 4 p Sapi Tdk berbeda 0.200 195 dbs Kambing Tdk berbeda 0.233 q0 2.47 Kontrol D 0.33626
Histogram Rataan Pertambahan Tinggi (cm) 3.0 2.4
2.5
1.9
2.0
1.7
1.9
1.6
1.5
Rataan
1.0 0.5 0.0 Daun
Perlakuan Daun Sekam Sapi Kambing Kontrol
Sekam
Sapi
Kambing
Kontrol
Rataan 2.4 1.9 1.7 1.6 1.9
Lampiran 4.
ANOVA RAL SATU FAKTOR
DATA PERTAMBAHAN DIAMETER (mm)
n
40
40
40
40
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Daun 1.5 1.1 1.4 1.1 1.9 1.4 1.9 1.5 0.8 1 1.4 1.1 1.7 0.5 1.7 1.5 1.6 1.1 0.9
Sekam 0.7 0.8 0.5 1 1.2 0.6 1 0.6 0.5 1.5 0.4 1.7 1.2 1 1 0.7 0.9 1 1.2
Sapi 1 0.9 1.1 0.9 1.1 0.8 1.2 1.6 1.3 1 0.9 0.7 1 1.3 1.1 1.2 1 1 1
Kambing 0.7 0.7 0.9 0.4 1.1 1.6 0.9 0.8 1.6 0.9 1.3 0.5 1.2 0.9 1.2 1.3 1 1.4 1
Kontrol 0.9 0.9 0.5 0.8 0.5 0.9 0.6 0.9 1 0.9 1.2 0.9 0.7 1 1.3 1.6 0.9 0.6 0.8
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1.5 1 2 0.9 1.5 1.4 1.1 1.2 1.6 1.1 1.4 1.7 1.5 1.4 1 1.3 0.5 2 1.4 1.5 1.5
1.8 1.2 1.1 1.1 1.3 0.9 1 1.4 1.1 1.1 0.9 0.9 1 1.3 0.9 1.3 1.2 1.2 1.4 1 0.9
1.3 1.2 1.2 0.9 1.2 0.9 0.9 0.8 1.4 1.4 1.5 1.1 0.9 1.5 1 0.7 1 1.1 1.2 1.5 1.6
0.9 0.5 1.3 1.1 1.1 1 0.6 1.5 0.7 1.5 0.8 1 1.1 1.2 0.8 1.3 0.7 1.2 1.1 1.4 1.1
1.3 1 1.1 1.4 1.5 0.6 1 0.8 1.2 1.6 0.8 1 1.5 1.5 1.1 1.4 1.7 1.5 1 1.6 1.3
5%
Tabel sidik ragam SK Perlak. Sisa Total
JK 1.996 19.520 21.515
db 4 195 199
KT Fhitung 0.49888 4.984 0.10010
Dugaan rata-rata perlakuan Perlakuan Selang kepercayaan Daun 1.340 ± 0.099 Sekam 1.038 ± 0.099 Sapi 1.110 ± 0.099 Kambing 1.033 ± 0.099 Kontrol 1.070 ± 0.099
Ftabel p-value 2.418 0.0008 Tolak Ho
1−α 95% 95% 95% 95% 95%
Uji Dunnet untuk perbandingan rata-rata perlakuan tehadap kontrol Beda rata-rata Daun Berbeda 0.270 Sekam Tdk berbeda 0.033 4 p Sapi Tdk berbeda 0.040 195 dbs Kambing Tdk berbeda 0.037 q0 2.47 Kontrol D 0.17474
Histogram Rataan Pertambahan Diameter (mm) 1.600 1.400
1.340
1.200
1.110
1.038
1.033
1.070
1.000 0.800
Rataan
0.600 0.400 0.200 0.000 Daun
Sekam
Sapi
Kambing
Kontrol
Perlakuan Daun Sekam Sapi Kambing Kontrol Lampiran 5
Rataan 1.340 1.038 1.110 1.033 1.070
ANOVA RAL SATU FAKTOR
DATA PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN
n
40
40
40
40
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Daun 4 6 6 6 6 4 7 3 6 5 3 8 6 2 7 0 0 0 0 0
Sekam 2 3 4 4 1 0 0 2 4 1 0 8 1 0 2 2 2 1 7 6
Sapi 0 2 2 2 7 5 1 4 6 0 4 0 4 2 5 4 2 3 1 0
Kambing 3 2 0 0 0 10 5 0 7 3 6 1 1 0 8 0 1 3 2 4
Kontrol 2 2 0 3 1 4 0 0 4 0 5 2 1 3 2 6 1 0 0 5
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
7 6 5 5 0 0 3 6 6 2 4 6 2 5 6 0 3 3 0 3
3 0 0 0 0 1 2 3 2 0 1 3 2 2 0 3 0 4 0 2
4 7 0 0 0 5 4 0 1 8 1 0 0 0 1 0 1 2 6 1
5 6 3 0 3 0 6 0 4 2 0 3 5 1 2 2 7 0 2 4
0 1 6 8 8 1 2 6 1 3 7 2 2 5 8 6 2 2 1 3
α 5%
Tabel sidik ragam SK Perlak. Sisa Total
JK 72.950 1130.550 1203.500
db 4 195 199
KT Fhitung 18.23750 3.146 5.79769
Dugaan rata-rata perlakuan Perlakuan Selang kepercayaan Daun 3.775 ± 0.751 Sekam 1.950 ± 0.751 Sapi 2.375 ± 0.751 Kambing 2.775 ± 0.751 Kontrol 2.875 ± 0.751
Ftabel p-value 2.418 0.0156 Tolak Ho
1−α 95% 95% 95% 95% 95%
Uji Dunnet untuk perbandingan rata-rata perlakuan tehadap kontrol Beda rata-rata Daun Tdk berbeda 0.900 Sekam Tdk berbeda 0.925 4 p Sapi Tdk berbeda 0.500 195 dbs Kambing Tdk berbeda 0.100 Q0 2.47 Kontrol D 1.329871
Histogram Rataan Pertambahan Jumlah Daun 5 4
4 3
2
3
3 Rataan
2
2 1 0 Daun
Sekam
Perlakuan Daun Sekam Sapi Kambing Kontrol
Sapi
Kambing
Rataan 4 2 2 3 3
Lampiran 6. Data Untuk R A L Kelompok Perlakuan Tinggi (cm) 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2.6 2.4 2.2 2.5 2.1 2.1 2.4 2.2 3.4 2.3 2 2.5 2.4 2.4 2.8 2.5 2.6 2.3 1.6 1.5 1.8 4.4
Diameter (mm) 1.5 1.1 1.4 1.1 1.9 1.4 1.9 1.5 0.8 1 1.4 1.1 1.7 0.5 1.7 1.5 1.6 1.1 0.9 1.5 1 2
Jumlah Daun 4 6 6 6 6 4 7 3 6 5 3 8 6 2 7 0 0 0 0 0 7 6
Kontrol
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2.1 2.5 2.1 2.3 2.2 3.4 2.6 2.7 2.5 2.3 2 1.9 2.6 2.7 2.4 1.9 2.4 3 1.6 2.1 2.5 1.7 1.8 1.6 1.4 1.3 2.4 4.2 1.2 3.7 3.6 1.3 2.5 1.1 1.1 1.5 1.6 4 2.1 1.7 1.4 1.4 2 1.9 1.9 2.1 1.8
0.9 1.5 1.4 1.1 1.2 1.6 1.1 1.4 1.7 1.5 1.4 1 1.3 0.5 2 1.4 1.5 1.5 0.7 0.8 0.5 1 1.2 0.6 1 0.6 0.5 1.5 0.4 1.7 1.2 1 1 0.7 0.9 1 1.2 1.8 1.2 1.1 1.1 1.3 0.9 1 1.4 1.1 1.1
5 5 0 0 3 6 6 2 4 6 2 5 6 0 3 3 0 3 2 3 4 4 1 0 0 2 4 1 0 8 1 0 2 2 2 1 7 6 3 0 0 0 0 1 2 3 2
4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1.8 1.4 1.7 1.7 1.4 1.8 1.9 1.7 2 1.7 1.8 0.9 1.8 1.1 1.2 1.4 1.5 1.4 1.6 2.4 2.3 2.1 0.3 1.8 1.4 1.9 1.7 1.3 1.4 1.3 1.8 2.3 2 1.1 1.4 1.5 1.8 1.6 1.8 2.1 2.5 2 1.6 1.9 1.6 1.5 1.4
0.9 0.9 1 1.3 0.9 1.3 1.2 1.2 1.4 1 0.9 1 0.9 1.1 0.9 1.1 0.8 1.2 1.6 1.3 1 0.9 0.7 1 1.3 1.1 1.2 1 1 1 1.3 1.2 1.2 0.9 1.2 0.9 0.9 0.8 1.4 1.4 1.5 1.1 0.9 1.5 1 0.7 1
0 1 3 2 2 0 3 0 4 0 2 0 2 2 2 7 5 1 4 6 0 4 0 4 2 5 4 2 3 1 0 4 7 0 0 0 5 4 0 1 8 1 0 0 0 1 0
5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1
3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
1.9 2.1 2.4 2.1 1.9 1.5 1.9 1.2 1.5 2 0.9 1 1.9 2 1.9 0.8 2.2 1.8 2.4 1.9 0.8 1.4 1.3 1.4 0.6 1.4 1.2 1.9 2.4 1.7 3.4 2.1 2 0.9 1.4 1.9 2 1.9 1.7 1 1.4 1.2 2.3 1.8 2.1 1.7 0
1.1 1.2 1.5 1.6 0.7 0.7 0.9 0.4 1.1 1.6 0.9 0.8 1.6 0.9 1.3 0.5 1.2 0.9 1.2 1.3 1 1.4 1 0.9 0.5 1.3 1.1 1.1 1 0.6 1.5 0.7 1.5 0.8 1 1.1 1.2 0.8 1.3 0.7 1.2 1.1 1.4 1.1 0.9 0.9 0.5
1 2 6 1 3 2 0 0 0 10 5 0 7 3 6 1 1 0 8 0 1 3 2 4 5 6 3 0 3 0 6 0 4 2 0 3 5 1 2 2 7 0 2 4 2 2 0
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1.3 1 2 0.8 1.6 2.8 1.7 1.6 1.2 1.3 1.7 1.5 2.3 3.8 1.2 1.6 1.6 1.3 1.7 2.5 2.6 1.8 1.4 1.6 1.9 2.7 2.3 2.4 2.3 2.3 1.9 2.6 2.4 2.7 1.9 2.4 1.7
0.8 0.5 0.9 0.6 0.9 1 0.9 1.2 0.9 0.7 1 1.3 1.6 0.9 0.6 0.8 1.3 1 1.1 1.4 1.5 0.6 1 0.8 1.2 1.6 0.8 1 1.5 1.5 1.1 1.4 1.7 1.5 1 1.6 1.3
3 1 4 0 0 4 0 5 2 1 3 2 6 1 0 0 5 0 1 6 8 8 1 2 6 1 3 7 2 2 5 8 6 2 2 1 3