PENETAPAN STATUS KECUKUPAN HARA FOSFOR PADA BIBIT DUKU Abstrak Fosfor (P) merupakan salah satu hara utama tanaman, unsur pokok dari sel tanaman, penting untuk pembelahan dan perkembangan sel tanaman. Fosfor khususnya berperan dalam menangkap dan mengkonversi energi matahari ke dalam bentuk senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Penelitian status hara P dilaksanakan di Jambi pada bibit duku umur dua tahun yang ditanam pada media pasir. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap, dengan lima perlakuan yang masing-masing terdiri dari tiga tanaman dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas lima level konsentrasi P: 0, 50, 100, 200, dan 400 ppm yang diaplikasikan dalam bentuk air irigasi setiap dua hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala defisiensi P ditandai dengan pertumbuhan bibit lambat, perubahan warna daun menjadi hijau kecoklatan, jumlah daun < 4.56 helai dan konsentrasi P daun pada status hara sangat rendah (< 0.09%) dan rendah (0.09 ≤ P < 0.14%). Kecukupan P ditandai dengan pertumbuhan yang normal, daun berwarna hijau tua mengkilat, jumlah daun 4.56–7.00 helai dan konsentrasi P daun pada status hara sedang (0.14 ≤ P < 0.25%). Gejala kelebihan P memperlihatkan pertumbuhan bibit lambat, daun berwarna hijau dengan bercak kuning dan nekrotik pada helaian daun, jumlah daun kurang dari 4.56 helai, dan konsentrasi P daun pada status hara tinggi dan sangat tinggi (≥ 0.25%). Pertumbuhan maksimum bibit duku untuk status hara sangat rendah diperoleh pada konsentrasi 195 ppm P, setara dengan 115 g SP-36/tahun atau 58 g SP-36/6 bulan. Kata kunci : Gejala, defisiensi, kelebihan, konsentrasi P daun. Abstract Phosphorus, one of the major plant nutrients which is a constituent of plant cells, is essential for cell division and development of the growing tip of the plant. Symptoms of P deficiency or excessive can be seen mainly in the leaves. The sign can be detected visually and can be done by to identifying P concentration in the each condition. The study of P status was conducted in Jambi Provinces, which was apply on duku seedling that planted in sand culture. The study was conducted in randomized complete block design, with five treatments that consisted of three plants each treatment and in three replications. The treatments consisted of five P levels: 0, 50, 100, 200, and 400 ppm. The results showed that P deficiency symptoms were characterized by stunted growth of seedlings, greenbrownish and lusterless discoloration, number of leaves < 4.56 and leaf P concentration < 0.09% (very low nutrient status) and 0.09 ≤ P < 0.14% (low nutrient status). Adequacy of P concentration was characterized by normal growth, shiny green leaves, number of leaves 4.56–7.00 and leaf P concentration 0.14 ≤ P < 0.25% (medium nutrient status). Symptoms of excessive P was showed by stunted growth of seedlings, green leaves with yellow and necrotic spots on the leaf blade, number of leaves < 4.56, P concentrations in the leaf ≥
32 0.25% (high and very high nutrient status). The maximum growth of duku seedling for very low nutrient status was 195 ppm P, equivalent to 115 g SP36/year or 58 g SP-36/6 month. Keywords: Symptom, deficiency, excessive, leaf P concentration. Pendahuluan Latar Belakang Fosfor (P) penting untuk pertumbuhan tanaman dan ditemukan dalam setiap sel tanaman yang hidup. Fosfor terlibat dalam transfer energi dalam bentuk ATP, fotosintesis, transformasi gula dan pati, pergerakan hara dalam tanaman dan transfer karakter genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya (Amstrong 1999). Fosfor adalah komponen penting dari DNA dan RNA untuk membentuk protein, ATP yang dibentuk selama fotosintesis dan berperan penting dalam reaksi fosforilasi, kegiatan enzim dan metabolisme tanaman (Amtmann dan Armengaud 2009; Jones 2004). Fungsi penting P menurut Hochmuth et al. (2009) adalah perannya dalam asam nukleat, membangun blok untuk material kode genetik dalam sel tanaman. Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion ortofosfat (H2PO4-) dan bersifat sangat mobil di dalam tanaman (Hochmuth et al. 2009). Transfor P ke dalam sel tanaman melalui membran plasma eflux dan influx yang merupakan mekanisme utama memelihara homostatis P (Jones 2004). Konsentrasi P di dalam tanaman 0.1%–1.0% dari berat kering, dengan nilai kecukupan 0.2%–0.4% pada daun yang baru dewasa. Defisiensi P bila kurang dari 0.2% dan berlebih diatas 1.0% (Jones et al. 1991). Gejala defisiensi dan kelebihan fosfor dapat dideteksi dengan pengamatan visual dan analisis daun. Analisis daun membantu mendeteksi gejala defisiensi hara sebelum mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil. Heckman (2001) menyatakan bahwa analisis daun dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi gejala visual apakah mengalami defisiensi atau kelebihan hara. Kadar unsur hara tertentu di daun dapat dijadikan indikator adanya defisiensi, kecukupan atau kelebihan hara pada tanaman (Hochmuth et al. 2004). Defisiensi hara biasanya dikenali dengan gejala khusus yang sebagian besar sering terjadi
33 pada daun. Pada beberapa kasus, gejala defisiensi, kelebihan atau kombinasi keduanya sulit diidentifikasi secara visual, sehingga dalam hal ini analisis daun dapat memberikan identifikasi yang lebih akurat (Zekri dan Obreza 2009). Defisiensi P menyebabkan laju fotosintesis berkurang dengan cepat. Hal ini diduga karena beberapa tahap fiksasi karbon melibatkan gula fosfat (Maathuis 2009). Defisiensi atau kelebihan P dapat menjadi masalah pada semua tanaman buah, ditandai dengan pohon buah tidak tumbuh dengan baik, buah rontok sebelum waktu panen normal, perkembangan bunga terbatas, persentase bunga menjadi buah dan buah yang dihasilkan berkurang (Zekri dan Obreza 2009), menunda kematangan buah, mengurangi kualitas buah, sayuran dan tanaman bijibijian serta ketahanan terhadap penyakit (Amstrong 1999) Jumlah P yang optimal untuk pertumbuhan maksimum setiap tanaman buah berbeda-beda. Informasi tentang gejala defisiensi dan kelebihan P pada tanaman duku belum diketahui, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui gejala tersebut secara visual dan berdasarkan analisis daun tanaman. Gejala tersebut lebih mudah dideteksi dengan perlakuan pemberian hara P pada tanaman duku stadia bibit dari pada tanaman yang telah dewasa di lapang. Tujuan 1. Mendeteksi gejala defisiensi, kecukupan dan kelebihan P pada bibit duku secara visual dan berdasarkan analisis daun. 2. Menentukan status hara P berdasarkan pertumbuhan relatif bibit duku pada kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 3. Menentukan rekomendasi pemupukan P untuk pertumbuhan maksimum pada bibit duku. Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Maret 2011 di Jambi. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 10 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 27–29oC. Persiapan sampel untuk analisis hara P dilakukan di laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi,
34 sedangkan analisis kimia dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor. Metode Penelitan Percobaan aplikasi pupuk P terdiri atas lima perlakuan konsentrasi yang disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap. Konsentrasi pupuk P bersumber dari Ca(H2PO4)+CaSO4. terdiri dari: 0, 50, 100, 200, dan 400 ppm P. Setiap perlakuan terdiri atas tiga tanaman dan diulang tiga kali sehingga keseluruhan berjumlah 45 bibit duku yang berumur dua tahun. Bibit duku yang digunakan dipindahkan ke dalam polybag warna hitam ukuran 30 cm dengan media pasir seberat tujuh kg. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara membuang media tumbuh asal, akarnya dicuci hingga bersih, dan ditanam kembali pada polybag yang telah disediakan. Aplikasi pupuk selain perlakuan juga diberikan pupuk dasar yaitu 200 ppm N, 100 ppm K, dan pupuk majemuk sebanyak 1 g/l yang terdiri dari unsur Ca: 0.03 %, Mg: 2.60%, Fe: 0.74%, S: 0.30%, B: 0.085%, Mn: 0.14%, Zn: 0.55%, Cu: 0.006% dan Mo: 0.02%. Larutan pupuk perlakuan dan pupuk dasar diberikan dua hari sekali dengan cara menyiramkan ke dalam polybag, masing-masing dengan volume 50 ml. Deteksi gejala defisiensi dan kelebihan P dilakukan pada daun, karena sebagian besar terjadi pada daun. Pengambilan sampel daun dilakukan pukul 07.00 – 09.00 WIB pada daun ketiga dewasa yang mengalami gejala defisiensi P. Analisis P total dilakukan dengan metode pengabuan basah, kemudian diukur dengan spektrofotometer ultraviolet visible (Lampiran 3). Pengamatan pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Kandungan hara P dianalisis pada daun yang mengalami defisiensi, kecukupan dan kelebihan P berdasarkan deteksi gejala secara visual. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam dan uji kontras polinomial. Status hara P dihitung berdasarkan nilai pertumbuhan relatif (pertambahan tinggi tanaman), dengan rumus sebagai berikut: Pertumbuhan relatif = Yi
Yi x100% Ymaks
= Pertumbuhan pada perlakuan hara P ke-i.
Ymaks = Pertumbuhan maksimum pada status hara P.
35 Nilai
pertumbuhan
relatif sebagai
dependent
variable (Y) selanjutnya
dihubungkan dengan nilai kandungan hara P daun sebagai independent variable (X) untuk dianalisis dengan model regresi linier dan kuadratik. Model yang mempunyai nilai R2 tertinggi dipakai untuk menentukan status hara P pada bibit duku. Berdasarkan model yang telah ditetapkan maka ditarik garis untuk menghubungkan antara kadar hara P daun dengan pertumbuhan relatif untuk menentukan kelas ketersediaan hara. Kidder (1993) membagi ke dalam lima kategori kelas ketersedian hara berdasarkan persentase pertumbuhan relatif yaitu: (1) sangat rendah (< 50%), (2) rendah (50 ≤ Y < 75%), (3) cukup (75 ≤ Y < 100%), (4) tinggi (100%), dan (5) sangat tinggi (< 100%). Hasil dan Pembahasan Respon Pertumbuhan Tanaman terhadap Pemberian Fosfor Tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pola respon kuadratik, sedangkan diameter batang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun sejalan dengan meningkatnya konsentrasi P, dan mencapai maksimum pada konsentrasi 200 ppm, kemudian menurun pada konsentrasi 400 ppm. Pemberian pupuk P 200 ppm memberikan pertumbuhan yang terbaik pada bibit duku dibandingkan konsentrasi yang lebih rendah dan konsentrasi yang lebih tinggi (Tabel 4). Tabel 4 Pengaruh pemberian P terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada bibit duku setelah 12 Bulan Perlakuan (ppm P) 0 50 100 200 400 F test: Pola Respon
Tinggi Tanaman (cm) 35.60 39.02 40.53 45.85 35.48 ** Q**
Jumlah Daun (lembar) 4.56 5.22 5.44 7.00 4.56 * Q*
Diameter Batang (cm) 0.70 0.70 0.67 0.81 0.74 ns -
*: nyata pada taraf uji 5%, **= nyata pada taraf 1%, ns = tidak nyata, Q = kuadratik
36 Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 200 ppm laju pertumbuhan tanaman menurun dan jumlah daun lebih sedikit, hal ini disebabkan karena P yang dibutuhkan untuk tanaman dapat tumbuh optimal tidak terpenuhi. Defisiensi dan kelebihan P menghasilkan pertumbuhan yang terbatas, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6. Fosfor merupakan komponen dari struktur asam nukleat yang kompleks dari tanaman, yang mengatur sintesis protein karena itu penting dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan baru tanaman. Kecukupan suplai P penting untuk perkembangan sel-sel baru dan untuk transfer kode genetik dari satu sel ke sel-sel lainnya yang baru dibentuk. Proses-proses tersebut dapat berlangsung optimum bila P cukup tersedia pada tanaman sehingga pertumbuhan serta perkembangan tanaman akan tampak normal (Gambar 6). Bila suplai P rendah,
proses tersebut akan terhambat dan pertumbuhan tanaman menjadi
lambat. Hal ini juga disebabkan karena transfer energi melalui pembentukan dan reduksi ikatan fosfat (ATP) berkurang, sedangkan pergerakan hara dalam tanaman sebagian besar tergantung pada transfort melalui membran sel yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP dan senyawa P energi tinggi lainnya untuk melawan tekanan osmosis. Fosfor juga berperan menyimpan dan mentransfer energi yang dihasilkan oleh proses fotosintesis untuk digunakan dalam proses pertumbuhan dan reproduktif tanaman.
Defisiensi P juga akan menghambat pertumbuhan
vegetatif tanaman karena salah satu peran P dalam tanaman adalah mendorong vigor akar dan pertumbuhan tajuk (Jones 1998; Marscher 1995). Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan lambat pada tanaman duku yang defisiensi P, berhubungan dengan peran P dalam merangsang perkembangan akar. Konsentrasi P yang terlalu rendah atau tinggi pada tanaman menyebabkan akar yang terbentuk lebih sedikit (Gambar 7), P yang dapat diserap oleh akar melalui difusi dan aliran massa juga lebih rendah, sehingga perkembangan tanaman menjadi lebih lambat.
Fosfor yang masuk ke dalam akar tanaman,
menurut Amstrong (1999) dapat disimpan di dalam akar atau di transfor ke bagian atas tanaman, melalui berbagai reaksi kimia, menyatu dengan senyawa-senyawa organik, termasuk asam nukleat (DNA dan RNA), fosfoprotein, fosfolipid, gula fosfat, enzim dan senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP). Fosfor berperan penting pada proses-proses ini dan suplainya akan berkurang bila tanaman berada pada
37 kondisi defisiensi atau kelebihan P, yang pada tingkat lanjut akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
0 ppm
Gambar 6
50 ppm
100 ppm
Bibit duku umur 12 bulan setelah pemberian pupuk P.
A
Gambar 7
400 ppm
200 ppm
B
C
Gejala defisiensi (A), kecukupan (B) dan kelebihan (C) P pada akar bibit duku.
Gejala Defisiensi dan Kelebihan Fosfor pada Bibit Duku Gejala defisiensi P terlihat pada konsentrasi 0 ppm sampai dengan 100 ppm P. Defisiensi P pada bibit duku ini pada awalnya menunjukkan pertumbuhan yang lambat, dan secara visual sulit dibedakan dengan tanaman yang kecukupan P pada konsentrasi 200 ppm. Daun dan tulang daun berwarna hijau kecoklatan dan tidak mengkilat atau kusam, dan jumlah daun lebih sedikit (Gambar 8A).
A
B
C
Gambar 8 Gejala defisiensi (A), kecukupan (B) dan kelebihan (C) P pada daun duku dewasa.
38 Gejala ini pertama terlihat pada daun tua, hal ini disebabkan karena P ditranslokasikan melalui floem dari daun tua ke daun muda atau jaringan meristem yang aktif. Rehm dan Schmitt (2002) melaporkan bahwa sebagian besar tanaman yang defisiensi P ukurannya akan berkurang. Penelitian yang dilakukan pada tanaman jagung, defisiensi P menghambat translokasi karbohidrat di dalam tanaman, sehingga akan memperlambat proses pemanfaatan karbohidrat yang dihasilkan terus menerus melalui proses fotosintesis. Hal ini akan menambah karbohidrat dan perkembangan warna hijau daun menjadi lebih gelap. Warna daun hijau gelap sampai hijau kebiruan dengan warna keunguan pada tangkai daun dan tulang daun bagian bawah dari daun muda. Secara ringkas kenampakan gejala defisiensi, kecukupan dan kelebihan P pada bibit duku dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Gejala defisiensi, kecukupan dan kelebihan P secara visual pada bibit duku Organ tanaman Daun tua
Gejala Defisiensi Daun berubah warna menjadi hijau kecoklatcoklatan atau keunguan pada helaian daun dan tampak buram (tidak bercahaya) (Gambar 8A).
Kecukupan
Kelebihan
Hijau tua dan permukaan atas helaian daun mengkilat (Gambar 8B).
Bulatan yang tidak beraturan bentuknya, berwarna kuning, kemudian berubah warna menjadi putih dan coklat pada bagian tepi,dan dibagian luarnya warna kuning kembali. Bercak ini mulai tampak dari ujung dan tepi daun (Gambar 8C).
Tulang daun Hijau kecoklatan
Hujau tua
Hijau tua
Tangkai daun
Hijau kekuningan
Hijau tua
Hujau kekuningan
Pertama muncul
Ujung dan tepi daun tua
-
Ujung dan tepi daun tua
Akar
Akar serabut lebih Akar serabut lebih sedikit banyak (Gambar 7A) (Gambar 7B)
Akar serabut lebih sedikit, rapuh dan mudah patah (Gambar 7C)
39 Kelebihan P menimbulkan gejala berbentuk bulatan yang tidak beraturan berwarna kuning, kemudian berubah warna menjadi putih dengan warna coklat (nekrotik) pada bagian tepi kemudian warna kuning di bagian luarnya. Gejala ini mulai tampak dari ujung dan tepi daun, menuju ke bagian pangkal daun (Gambar 8C). Kelebihan P juga dapat mengakibatkan perkembangan akar lebih lambat (Gambar 7C) daripada akar yang mendapatkan cukup P (Gambar 7B), akar rapuh dan mudah patah. Hochmuth et al. (2009) melaporkan bahwa kelebihan P pada daerah perakaran dapat mengurangi pertumbuhan tanaman karena kelebihan P akan mengurangi penyerapan Zn, Fe dan Cu, sehingga terjadi defisiensi ketiga unsur tersebut. Defisiensi P dapat pula dideteksi dengan analisis daun selain pengamatan secara visual.
Analisis daun memberikan informasi terjadinya defisiensi dan
besarnya penyerapan hara tanaman. Analisis daun digunakan untuk mendapatkan tingkat ketepatan yang tinggi dalam pengelolaan pemupukan. Tingkat hara aktual dalam tanaman yaitu defisiensi, kecukupan dan kelebihan dapat diperoleh dari analisis daun. Kisaran kecukupan hara adalah konsentrasi minimal yang diperlukan untuk memelihara pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Keadaan di bawah dan di atas kisaran kecukupan hara, akan menyebabkan kerusakan pada penampilan tanaman secara menyeluruh. Analisis daun yang dilakukan terhadap gejala visual dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-Rata konsentrasi P daun berdasarkan gejala visual Perlakuan (ppm P)
Konsentrasi P Daun (%)
0
0.07
Tingkat Gejala secara visual Sangat kurang
50 100 200
0.09
Kurang
0.13 0.21
Kurang-cukup Cukup
400
0.43
Berlebih
F test:
**
Pola Respon **: nyata pada taraf uji 1%, L: linier.
L**
Konsentrasi P daun meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi P dengan pola respon linier, seperti terlihat pada Tabel 6. Peningkatan konsentrasi
40 P juga diikuti oleh peningkatan pertumbuhan tanaman, sampai konsentrasi 200 ppm dan menurun pada konsentrasi 400 ppm (Tabel 4). Hasil analisis daun pada Tabel 6, bila dihubungkan dengan respon pertumbuhan bibit duku (Tabel 4), maka diperoleh nilai konsentrasi P kurang bila < 0.13%, cukup 0.13 ≤ P ≤ 0.21% dan berlebih bila > 0.21%. Status Hara dan Rekomendasi Pemupukan Fosfor pada Bibit Duku Status hara P daun dengan pertumbuhan relatif mengikuti model regresi kuadratik dengan nilai R2 sebesar 0,77. Status hara P sangat rendah (< 0.09%), rendah (0.09 ≤ P < 0.14%), sedang (0.14 ≤ P < 0.25%), tinggi dan sangat tinggi (≥ 0.25%), seperti dapat dilihat pada Gambar 9. Peningkatan
konsentrasi
P
daun
sampai
dengan
0.25%
dapat
meningkatkan pertumbuhan relatif, tetapi konsentrasi lebih dari 0.25% menyebabkan laju pertumbuhan menurun.
Pada saat konsentrasi P dibawah
optimal atau diatas optimal akan muncul gejala defisiensi atau kelebihan P, seperti terlihat pada Gambar 9. y = -1949.5x 2 + 960.41x - 23.142 R2 = 0.7709
Pertambahan tinggi relatif (%)
100 b
80
c
a : defisiensi P berat b : level kritis defisiensi P c : level kritis kelebihan P SR : sangat rendah R : rendah S : sedang T : tinggi ST : sangat tinggi
60
40 a 20 SR 0 0.00
R 0.10
T & ST
S 0.20
0.30
0.40
0.50
Konsentrasi P daun (%)
Gambar 9
Hubungan konsentrasi P daun dengan pertambahan tinggi relatif bibit duku.
Konsentrasi hara P dikatakan cukup bila pertumbuhan tanaman normal, dan relatif konstan. Konsentrasi kritis terjadi saat pertumbuhan relatif tanaman berkurang 10% dari pertumbuhan maksimal dan merupakan zona transisi antara kecukupan dan defisiensi hara. Zona defisiensi terjadi pada saat konsentrasi hara
41 daun berada di bawah zona transisi dan pertumbuhan tanaman berkurang drastis, sedangkan zona kelebihan terjadi saat konsentrasi hara lebih besar dari konsentrasi kecukupan (Hochmuth et al. 2009). Konsentrasi P rendah atau tinggi akan menghambat pertumbuhan, dimana P merupakan unsur yang penting dalam merangsang pembentukan akar dan daun serta berperan dalam proses metabolisme pembawa energi dalam bentuk ATP dan mempunyai peran kunci dalam berbagai reaksi enzimatis.
Defisiensi P akan
menyebababkan suatu reduksi pada berbagai proses metabolisme termasuk pembelahan dan pemanjangan sel, respirasi dan fotosintesis (Jones 1998; Marscher 1995). Konsentrasi P berdasarkan status hara untuk pertumbuhan maksimum tanaman duku 0.14 ≤ P < 0.25% lebih tinggi dari pada kebutuhan optimum pada tanaman manggis yaitu 0.10–0.19%. Konsentrasi P daun duku > 0.25% akan menurunkan pertumbuhan relatif sedangkan pada manggis pertumbuhan akan menurun pada konsentrasi P > 0.19%. Pertumbuhan bibit duku maksimum pada status hara sangat rendah dapat dicapai dengan pemberian 195 ppm P, setara dengan 115 g/tahun atau 58 g/6 bulan(Gambar 10).
Pertambahan tinggi relatif (%)
130 110 90 70 y = -0.0015x 2 + 0.5846x + 65.955 R2 = 0.4228
50 30 10 0
50
100
150
200
250
300
350
400
Konsentrasi pupuk P (ppm)
Gambar 10
Pengaruh konsentrasi pupuk P terhadap pertambahan tinggi relatif bibit duku pada status hara sangat rendah.
42 Kesimpulan 1.
Gejala defisiensi P pada bibit duku ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan daun tua berwarna hijau kecoklatan; kecukupan P memperlihatkan pertumbuhan yang normal dan daun warna hijau mengkilat; gejala kelebihan P dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman lambat, daun tua warna hijau dengan bercak-bercak kuning dan nekrotik.
2.
Status hara P sangat rendah pada bibit duku apabila konsentrasi P daun < 0.09%, rendah: 0.09 ≤ P < 0.14%, sedang: 0.14 ≤ P < 0.25%, tinggi dan sangat tinggi: ≥ 0.25%.
3.
Pertumbuhan maksimum pada bibit duku diperoleh pada konsentrasi 195 ppm P, setara dengan 115 g SP-36/tahun atau 58 g SP-36/6 bulan.