PENERIMAAN PERPAJAKAN SEKTOR EKONOMI TRADABLE DAN NON TRADABLE
Abstrak Laju pertumbuhan sektor non-tradable lebih tinggi dari pada sektor tradable dan kontribusi penerimaan pajak terbesar pada sektor non-tradable, tapi sektor yang dapat menyerap tenaga kerja terbesar pada sektor tradable. Kedua sektor ekonomi ini sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor ekonomi non-tradable sedangkan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak. Selain itu, kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak masih rendah. wajib badan tercatat ada 12 juta, baru 5 juta yang mempunyai NPWP, dan baru 540 ribu yang sudah membayar pajak. Sedangkan wajib pajak orang pribadi yang membayar pajak baru 25 juta dari 40 juta OP terdaftar.
A. Pendahuluan Pendapatan negara dari penerimaan perpajakan dipengaruhi oleh sektor ekonomi tradable (seperti pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan industri pengolahan) dan sektor ekonomi non-tradable (seperti listrik, gas, air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, real estate, jasa perusahaan, dan jasa-jasa) karena dari kedua sektor ekonomi tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan perpajakan. Perkembangan kenaikan dari penerimaan perpajakan dapat dilihat dari tax rasionya, perkembangan tax ratio disajikan dalam grafik berikut :
Tax Ratio (%) 14 12 10 8 6 4 2 0
12.5 12.16 12.43 13.31
12.3 11.06 11.26 11.76
12.9 12.38
Sumber:NotaKeuanganAPBNTA 2014 Dari grafik di atas tax ratio mengalami fluktuasi dan pergerakan perubahannya tidak terlalu signifikan, berarti kenaikan penerimaan pajak cenderung stagnan. Kemudian terkait mengenai pemerintah akan memberikan kebijakan teknis bidang Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 81
pajak pada tahun 2015 yang salah satunya adalah mengintensifikasikan penggalian dari sektor ekonomi non-tradable. Perlu diketahui bahwa sektor non-tradable ini bukan sektor ekonomi yang padat karya dibanding dengan sektor tradable. Seperti konstruksi pada awalnya akan menyerap tenaga kerja tapi setelah selesai pembangunan maka pengangguran akan terjadi, jika pengangguran terjadi maka PDB menurun karena produktivitas rendah. B. Perkembangan dan Penerimaan Pajak Per Sektor Usaha Perkembangan penerimaan perpajakan dilihat dari tax rasionya belum mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, dalam hal ini sektor usaha tradable maupun non-tradable. Perkembangan penerimaan pajak per sektor usaha disajikan sebagai berikut : Tabel 1. Perkembangan Penerimaan PPh Non Migas Sektoral (Triliun Rupiah) 2007
2008
2009
2010
2011
Real Pertanian, 1 peternakan,kehutanan dan 4.7 perikanan 2 14.0 Pertambangan migas 3 10.5 Pertambangan bukan migas 4 0.2 Penggalian 5 41.9 Industri pengolahan 6 4.7 Listrik, gas dan air bersih 7 4.8 Konstruksi Perdagangan, hotel dan 8 16.9 restauran 9 16.3 Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, real estate dan jasa 10 54.8 perusahaan 11 Jasa lainnya 10.7 Kegiatan yang belum jelas 12 0.2 batasannya 179.7 Total Belum Memperhitungkan PPh Valas dan restitusi Sumber : Kementerian Keuangan
Real
Real
Real
Real
2012 Perk. Real
9.9
10.5
9.5
11.4
15.1
17.9 11.7 0.5 56.6 5.3 5.4
8.5 17.8 0.3 62.7 5.4 6.7
8.2 14.0 0.4 77.8 7.9 7.3
9.3 17.0 0.5 93.1 9.5 8.0
13.6 23.9 0.6 110.9 11.0 10.6
24.3
27.1
32.2
39.2
47.2
20.1
16.8
17.9
18.9
26.3
60.5
67.6
69.1
82.6
107.8
12.3
17.8
18.3
20.5
25.3
4.5
2.4
2.7
5.3
5.6
229.0
243.6
265.3
315.4
397.9
No
Sektor
Dari tabel di atas dapat lihit bahwa industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar dari tahun ke tahun trand penerimaan cenderung naik. Kedua sektor usaha ekonomi ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak. Pada realnya sektor yang mengalami kenaikan signifikan pada sektor non-tradable. Selain penerimaan pajak dari PPh Non Migas, penerimaan pajak juga disumbang oleh kontribusi Pajak PPN yang disajikan sebagai berikut :
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 82
Tabel 2. Perkembangan Penerimaan PPN Dalam Negeri Sektoral (Triliun Rupiah) Sektor 2007 2008 2009 2010 2011
No
1
Pertanian, peternakan,kehutanan dan perikanan
2
Pertambangan migas
3
Pertambangan bukan migas
4
Penggalian
5
Industri pengolahan
6
Listrik, gas dan air bersih
7
Konstruksi
8
Perdagangan, hotel dan restauran
9
Pengangkutan dan komunikasi
10
Keuangan, real estate dan jasa perusahaan
11
Jasa lainnya
12
Kegiatan yang belum jelas batasannya
Real
Real
Real
Real
Real
2012 Perk. Real
2.0
3.1
3.5
3.3
5.2
6.1
14.6
17.0
3.9
2.8
4.3
5.1
1.8
1.4
1.9
2.1
2.0
2.3
0.1
0.1
0.1
0.2
0.1
0.2
28.6
32.2
50.2
67.3
65.6
86.1
0.5
0.6
0.7
0.9
1.0
1.4
12.0
11.3
12.4
12.1
15.1
18.5
17.9
20.3
23.5
28.0
32.9
39.9
8.1
8.8
9.7
12.4
14.2
17.5
10.8
9.4
10.4
12.1
15.3
18.7
2.3
2.6
3.0
3.8
3.9
4.9
1.9
5.9
6.5
7.3
9.3
10.9
Total 100.6 112.7 125.8 152.3 168.8 211.5 Belum memasukkan PPN belanja kementerian negara/ lembaga dan instansi yang offline. Sumber : Kementerian Keuangan
Penerimaan pajak PPN Non Migas juga didominasi sektor industri pengolahan dan terendah pada sektor penggalian. Secara nominal penerimaan pajak total baik PPh maupun PPN mengalami kenikan secara signifikan. Kemudian perlu dilihat perkembangan dari perumbuhan masing-masing sektor yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Laju Pertumbuhan (%) Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
3.96
3.01
3.37
4.20
3.54
2. Pertambangan dan Penggalian
4.47
3.86
1.60
1.56
1.34
3. Industri Pengolahan
2.21
4.74
6.14
5.74
5.56
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
14.29
5.33
4.71
6.25
5.58
5. Konstruksi
7.07
6.95
6.07
7.39
6.57
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
1.28
8.69
9.24
8.15
5.93
7. Pengangkutan dan Komunikasi
15.85
13.41
10.70
9.98
10.19
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
5.21
5.67
6.84
7.15
7.56
9. Jasa-jasa
6.42
6.04
6.80
5.25
5.46
Sumber : BPS Tahun 2014 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 83
Dari tabel di atas jelas bahwa pada tahun 2013 laju pertumbuhan sektor tradable masih ada di bawah 5% sedangkan laju pertumbuhan sektor non-tradable lebih dari 5%. Jika dilihat dari peneyerapan tenaga kerja sektor tradable yang lebih banyak menyerap tenaga kerja di bandingkan dengan sektor non-tradable. Data penyerapan tenaga kerja disajikan dalam table berikut : Table 4. Persentase Tenaga Kerja Menurut Pekerjaan Utama 2013
No.
Tenaga Kerja (%) 34.36
Lapangan Pekerjaan Utama
1
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2
Pertambangan dan Penggalian
1.28
3
Industri Pengolahan
13.43
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.23
5
Konstruksi
5.66
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
21.42
7
Pengangkutan dan Komunikasi
4.55
8
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
2.63
9
Jasa-jasa lainnya
16.44
Sumber : BPS Tahun 2014, diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga kerja di sektor tradable di bidang pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan lebih besar menyerap tenaga kerja di banding sektor lainnya. Namun hal ini tidak signfikan dalam kontribusi PDB, sektor ini hanya memberikan kontribusi terhadap pdb hanya sebesar 14.43%, data kontribusi sektor lainnya disajikan dalam table berikut : Tabel 5. Persentase Kontribusi Terhadap PDB 2009
2010
2011
2012
2013
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
15.29
15.29
14.71
14.50
14.43
2. Pertambangan & Penggalian
10.56
11.16
11.82
11.80
11.24
3. Industri Pengolahan
Lapangan Usaha
26.36
24.80
24.34
23.97
23.70
4. Listrik, Gas & Air Bersih
0.83
0.76
0.75
0.76
0.77
5. Konstruksi
9.90
10.25
10.16
10.26
9.99
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
13.28
13.69
13.80
13.96
14.33
7. Pengangkutan dan Komunikasi
6.31
6.56
6.62
6.67
7.01
8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
7.23
7.24
7.21
7.27
7.52
10.24
10.24
10.58
10.81
11.02
9. Jasa-jasa
Sumber : BPS Tahun 2014
Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa sektor tradable yang memberikan kontribusi terbesar terhadp PDB, hal berarti sektor tradable juga memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut bahwa jika pertumbuhan ekonomi naik maka penerimaan pajak juga akan naik. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 84
Kemudian kondisi penerimaan pajak per sektor usaha tahun 2014 disajikan sebagai berikut : Tabel 6. Penerimaan Pajak Per Sektor Usaha Periode 1 januari s.d 8 Agustus 2014
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12
Jenis Sektor Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jasa Profesional, ilmiah, dan Teknis Administrasi Pemerintah dan Jaminan Sosial Real Estate Transportasi dan Pergudangan Informasi dan Komunikasi Konstruksi Pertambangan dan Penggalian Jasa Keungan dan Asuransi
Perdagangan Besar dan Eceran Industri Pengolahan Sektor Lainnya/Jasa-jasa Lainnya
Realisasi (Rp. Triliun) 9,7 11,8 12,4 12,6 17,9 19,9 26 36,4 72,2
81,3 201,3 38,4
Belum termasuk penerimaan PBB dan PPh Migas Sumber : Dashboard Penerimaan DJP
Analisa hubungan dari permasalahan di atas terhadap penerimaan pajak adalah sebagai berikut : Sektor tradable dan non tradable memberikan kontribusi terdap PDB, dengan kata lain kedua sektor tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi penerimaan pajak, terutama PPh dan PPN, lebih lanjut jika semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semkin tinggi penghasilan dan transaksi bisnis yang dilakukan oleh masyarakat sehingga pajak yang dapat dihimpun semakin tinggi, dan berlaku sebaliknya. Namun perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor non tradable, tapi serapan tenaga kerja semakin menurun. Akibatnya terjadi pengangguran dan penghasilan dari masyarakat akan berkurang sehingga akan menambah kemiskinan. Hal ini berdampak pada kegiatan ekonomi dari masyarakat akan berkurang yang berarti penerimaan pajak juga akan berkurang. Selain itu juga kucuran dana pada sektor non-tradable lebih mudah dari pada tradable, seperti developer begitu mudah mendapat suntikan dana dari perbankan sedangkan petani begitu sulit untuk meminta suntikan dana. Properti akan menyerap banyak tenaga kerja pada di awal pembangunan, tapi akan banyak pengangguran setelah selesai pembangunan. Sebagai langkah optimal penerimaan perpajakan, pemerintah harus bisa menyeimbangkan kedua sektor tersbut. Sektor yang perlu mendapat perhatian khusus berdasarkan data yang ada adalah bidang pertanian, karena lebih banyak Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 85
menyerap tenaga kerja di bandingkan sektor lainnya dan laju pertumbuhan dan penerimaan pajaknya lebih kecil dibanding sektor lainnya. Pertanian perlu diinsetifikasikan dan ekstensifiksikan karena lahannya pertanian sudah banyak dijadikan lahan lainnya seperti perumahan. Perubahan lahan ini juga bisa mengakibatkan pengangguran sehingga penghasilan mayarakat berkurang akibatnya kegiatan ekonomi berkurang sehingga penerimaan pajak berkurang. Selain itu juga, menurut Ridho dan Tri tingkat kepatuhan perusahaan dalam membayar pajak masih rendah, hingga kini baru sekitar 540.000 badan usaha yang membayar pajak yakni memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun 2013. Jumlah itu setara dengan 10,5% dari 5 juta perusahaan yang sudah memiliki nomor wajib pajak (NPWP). Kemudian Direktur DJP Wahyu menambahkan jumlah WP badan hanya 4,5% yang patuh membayar pajak dari jumlah WP badan yang tercatat sebanyak 12 juta. Dari 12 juta WP badan itu, baru sekitar 5 juta yang mempunyai NPWP. Selanjutnya, wajib pajak orang pribadi (OP) yang membayar pajak adalah 25 juta dari 40 juta OP yang terdaftar. Hal ini berarti kepatuhan dari objek pajak masih jauh dari kesadaran untuk membayar pajak, hal ini terjadi karena kurangnya penagakan sanksi terhadap wajib pajak yang belum atau tidak membayar pajak. C. Kesimpulan penerimaan perpajakan dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan sekonomi dipengaruhi oleh sektor ekonomi tradable dan nontradable. Laju pertumbuhan sektor ekonomi non tradable lebih dari 5% sedangkan tradable masih ada di bawah 5%. Sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar dari sektor ekonomi tradable, tapi kontribusi terhadap PDB masih didominasi sektor non-trdable. Walaupun PDB didominasi non-trdable, serapan tenaga kerja menurun. Oleh karena itu, sektor ekonomi tradable perlu mendapat dukungan atau perhatian khusus di bandingkan sektor ekonomi non-tradable. Karena sektor laju pertumbuhan sektor tradable lebih rendah dari sektor non-tradable, kontribusi sektor tradable lebih padat karya (lebih bayak menyerap tenaga kerja), dan kontribusi sektor tradable terhadap PDB masih rendah, akibatnya penerimaan perpajakan akan berkurang. Oleh karena itu, dapat diambil beberapa langkah untuk mengoptimalkan penerimaan pajak yaitu : 1. Menyempurnakan sistem administrasi perpajakan berbasis teknologi informasi yang terintegrasi dengan instansi yang melibatkan transaksi WP badan atau OP untuk meningkatkan kepatuhan wajib. 2. Penegakan hukum bagi penghindar pajak. 3. Perluasan basis pajak terutama sektor-sektor yang tidak terlalu banyak digali potensinya serta sektor yang kontribusinya masih rendah. 4. Memberikan anggaran khusus untuk membuat atau memperbaiki infrastruktur pertanian. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR-RI| 86