TESIS
PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
YUDI ARDIANA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
YUDI ARDIANA NIM 1392161047
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Hasil penelitian Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana
YUDI ARDIANA NIM 1391161047
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 29 JUNI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K) NIP 194612311969021001
Dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH NIP 197901101200312001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. dr. Dewa NyomanWirawan, MPH NIP 194810101977021001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal : 29 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No :.........................Tanggal..................
Ketua Anggota 1. 2. 3. 4.
: Prof. DR. dr.Mangku Karmaya, M.Repro PA (K) : dr. Pande Putu Januraga, MPH. DrPH Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App. Bsc, PhD
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: Yudi Ardiana
NIM
: 1392161047
PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat JUDUL TESIS
: PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,
Juni 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Yudi Ardiana NIM. 1392161047
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyeselesaikan tesis yang berjudul “Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi Di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur” ini tepat pada waktunya. Sebagai seorang istri dan ibu dari dua orang anak, menempuh pendidikan di MIKM Universitas Udayana adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga dan membutuhkan pengorbanan besar. Terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang dan pengertian dari suamiku Irwan Hariadi, SH dan kedua buah hatiku tersayang Neshwa Zunnurain Aisya dan M.Jibran Sakana Adenawa, yang sudah rela ditinggalkan selama kurang lebih dua tahun ini . Keluarga besarku terutama ibuku tercinta yang telah banyak berkorban baik mental dan material untuk mendukung dan membantu mengasuh anak-anak selama ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro.PA (K) sebagai pembimbing I yang telah memberi dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak dr. Pande Putu Januraga, MPH. DrPH sebagai pembimbing II yang tidak pernah lelah membalas email dan dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan perhatian dan kesabaran serta saran-saran yang sangat berharga dan sangat bermanfaat kepada penulis, sehingga bisa menulis penelitian kualitatif ini.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD(KEMD). Terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K). Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator Peminatan KIA-Kespro PS MIKM UNUD dan semua para dosen dan staf PS MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc.PHD yang telah memberikan masukan dan koreksi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan yang tak terhingga kepada semua partisipan yang telah membantu pada penelitian ini, ibu kader yang selalu setia mengantarkan peneliti berkeliling mengunjungi rumah partisipan dan terima kasih kepada bapak PLKB yang bersedia membatu, mendukung dan menyediakan data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin. Denpasar, Yudi Ardiana
ABSTRAK
PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Program keluarga berencana mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Salah satu upaya program KB yaitu meningkatkan penggunakan metode kontrasepsi jangka panjang seperti kontrasepsi vasektomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami lebih mendalam mengenai penerimaan kontrasepsi vasektomi. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (In-depth interview). Wawancara mendalam dilakukan pada lima pasangan yang menggunakan vasektomi dan lima pasangan yang tidak menggunakan vasektomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan vasektomi di pengaruhi oleh pengetahuan, sikap pasangan, persepsi, manfaat vasektomi dan dukungan istri dalam penggunaan vasektomi. Peran tenaga kesehatan dalam menyebarkan informasi, memberi motivasi dan memfasilitasi pelayanan vasektomi dan dukungan dari lingkungan masyarakat juga mempengaruhi penerimaan terhadap vasektomi. Dapat disimpulkan penerimaan vasektomi di Kecamatan Wanasaba sudah baik karena adanya peran yang besar dari kader dan PLKB yang menyebarkan informasi tentang vasektomi, tetapi perlu meningkatkan promosi dan motivasi tentang kontrasepsi vasektomi kepada masyarakat, dengan peningkatan kapasitas PLKB dan menambah jumlah motivator KB, selain itu perlu diadakan pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang vasektomi. Kata kunci: Penerimaan, vasektomi, keluarga berencana, Lombok Timur.
ABSTRACT
ACCEPTANCE OF VASECTOMY METHOD IN SUB DISTRICT WANASABA DISTRICT LOMBOK TIMUR Family planning program supports efforts to control population growth. One of the efforts of family planning programs that improve the long-term use of contraceptive methods such as contraception vasectomy. The purpose of this research is to understand more deeply about the acceptance of contraception vasectomy. The study used a qualitative design with phenomenology approach. Data collection was done by using in-depth interviews (In-depth interview). In-depth interviews conducted in five couples using vasectomy and five couples who do not use vasectomy. The results showed that the acceptance of vasectomy is influenced by the knowledge, attitudes couples, perceptions, benefits of vasectomy and wife support the use of vasectomy. The role of health professionals in disseminating information, motivating and facilitating vasectomy services and support of the community also affect the acceptance of vasectomy. Can be concluded in District Wanasaba vasectomy acceptance has been good because of the large role of cadres and field officers who disseminate information about vasectomy, but need to improve the promotion and motivation of contraception vasectomy to the public, with the capacity PLKB and increase the number of family planning motivators, besides the expected community always access the correct information about vasectomy
Keywords: Acceptance, vasectomy, family planning, east lombok.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN…………………………………………………….
i
SAMPUL DALAM.......................................………………………….
ii
PRASYARAT GELAR..........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI.......................................................
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................
vii
ABSTRAK...............................................................................................
viii
ABSTRACT............................................................................................
1x
DAFTAR ISI…………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………...
xiii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
xiv
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...
xvi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...
1
1.1
Latar Belakang………………………………………………
1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………...
7
1.3
Tujuan Penelitian……………………………………………
8
1.3.1
Tujuan Umum……………………………………….
8
1.3.2
Tujuan Khusus………………………………………
8
Manfaat Penelitian…………………………………………..
9
1.4.1 Manfaat Praktis.............................................................
9
1.4.2 Manfaat Teoritis.............................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
10
1.4
MODEL PENELITIAN............................................................ 2.1
Kajian Pustaka.............................……………………………
10
2.2
Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis.............................
15
2.3
Landasan Teori........................................................................
18
2.4
Model Penelitian.....................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................
21
3.1
Pendekatan Penelitian..............……………………………...
21
3.2
Lokasi Penelitian....................……………………………...
21
3.3
Jenis dan Sumber Data...........................................................
21
3.4
Instrumen Penelitian...............................................................
23
3.5
Metode dan Teknik Pengumpulan Data..................................
24
3.6
Metode dan Teknik Analisa Data............................................
25
3.7
Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data................
26
3.4
Etika Penelitian........................................................................
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
28
4.1 Wilayah Geografis, Demografi dan Karakteristik Partisipan Penelitian.................................................................................
35
4.2 Pengetahuan dan Sikap Partisipan Terhadap Vasektomi............
43
4.3 Pengalaman Menggunakan Vasektomi..................................... 4.4 Peran Istri, Tenaga dan Lingkungan Terhadap Vasektomi.
48
4.5 Keterbatasan Penelitian..............................................................
57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................
58
5.1 Simpulan....................................................................................
58
5.2 Saran..........................................................................................
60
LAMPIRAN …………….……………………………………………..
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data.....…………………
24
Tabel 4.1 Hasil cakupan Akseptor Baru Kontrasepsi Vasektomi
31
Tabel 4.2 Karakteristi Partisipan Wawancara Mendalam......................
32
Tabel 4.3 Karakteristik Patrtisipan pria yang menggunakan vasektomi
34
DAFTAR GAMBAR Halaman Tabel 2.1 Gambar Model Penelitian..........................…………………
20
DAFTAR SINGKATAN
BPS
: Badan Pusat Statistik
CPR
: Contraceptive Prevalence Rate
KB
: Keluarga Berencana
MOP
: Metode Operatif Pria
NKKBS
: Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
PUS
: Pasangan Usia Subur
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat RISKESDAS
: Riset Kesehatan Dasar
TFR
: Total Fertility Rates
WHO
: World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
1. Permohonan menjadi responden. 2. Penjelasan penelitian 3. Persetujuan menjadi Responden 4. Pedoman wawancara mendalam penerimaan kontrasepsi vasektomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia sangat kompleks, baik dari segi kualitas, kuantitas, mobilitas/persebaran serta dari sisi data, informasi dan administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk yang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 1,49% per tahun (Kemenkes RI, 2013). Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga (BKKBN, 2011a). Pembangunan
kependudukan
dan
KB
bersifat
multisektoral
yang
melibatkan seluruh sektor. Menurut Riskesdas tahun 2013 bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak ke dua adalah pil (24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh akseptor KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,22%. Sedangkan pada peserta KB baru, suntikan adalah metode yang paling banyak 1
18
digunakan yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar 26,60%. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru yaitu sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan kondom (6,09%). Secara nasional, persentase peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49% (Kemenkes RI, 2014a). Partisipasi pria dalam program keluarga berencana sangat penting karena pria adalah partner dalam reproduksi, sehingga suami dan istri perlu berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang. Saat ini sedang digalakkan Program Kesetaraan dan Keadilan Gender, maka peran serta pria dalam hal ini seorang suami untuk mengikuti rogram KB seharusnya lebih meningkat lagi. Secara sosial ekonomi, termasuk menentukan jumlah anak yang ideal melalui perencanaan kehamilan dan kelahiran yang sehat juga merupakan tanggung jawab suami. Suami harus terlibat secara aktif dalam proses fertilisasi dan memiliki peranan yang sangat penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakainya serta memberikan dukungan reproduksi bagi istri (BKKBN NTB, 2007). Upaya BKKBN untuk meningkatkan akseptor vasektomi antara lain yaitu melakukan advokasi kepada MUI dan Wali Gereja, menyediakan dukungan dana dan sarana operasional yang mendukung pelaksanaan kegiatan sterilisasi dan penggerakan di lapangan, mengadakan pelatihan dokter sebagai pemberi pelayanan, melakukan inventarisasi kondisi pelayanan diberbagai Rumah Sakit untuk mengantisipasi bila terjadi kerusakan atau hambatan (BKKBN, 2011b). BKKBN juga menyiapkan alat kontrasepsi bagi seluruh PUS peserta JKN dan
19
menurut Kemenkes per 21 Maret 2014 tersedia 15.739 fasilitas kesehatan yang wajib memberikan pelayanan KB (Kemenkes RI, 2014b). Persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi pada tahun 2013 yang tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara yaitu serbesar 1,05% atau sebanyak 4.722 akseptor baru. Provinsi NTB menempati posisi kedua dengan persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi sebesar 0,56% atau 1.076 akseptor baru (Kemenkes RI, 2014a). Pelaksanaan pembangunan kependudukan dan KB di Provinsi NTB diarahkan untuk meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi, menurunkan unmeet-need, peningkatan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), peningkatan partisipasi pria ber KB, penurunan TFR dan penurunan laju pertumbuhan penduduk serta peningkatan program ketahanan dan pemberdayan keluarga (BKKBN NTB, 2011). Jumlah peserta kontrasepsi vasektomi baru di Kabupaten Lombok Timur mulai meningkat sejak tahun 2011. Pada tahun 2013 sebanyak 772 akseptor dan menjadi kabupaten dengan akseptor vasektomi tertinggi di NTB (BKKKBN Provinsi NTB, 2013). Pada tahun 2013 Jumlah Peserta KB aktif di Kabupaten Lombok Timur yang menggunakan kontrasepsi vasektomi sebesar 1.698 akseptor dan peserta kontrasepsi vasektomi
aktif yang tertinggi yaitu di Kecamatan
Wanasaba sebanyak 441 akseptor (BKKBN Lombok Timur, 2013). Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Lombok Timur tahun 2013 yaitu kontrasepsi suntikan sebanyak 95.727 akseptor atau 46,7%, yang kedua Pil sebanyak 45.677 akseptor atau 31,16%, kontrasepsi implan
20
sebanyak 29.453 akseptor atau 14,27%, kontrasepsi IUD sebanyak 23.931 akseptor atau 11,59%, kondom sebanyak 5.201 akseptor atau 2,52%, MOW sebanyak 4.753 akseptor atau 2,30% dan proporsi peserta KB aktif yang paling rendah adalah WOP yaitu sebanyak 1.698 akseptor atau 0,82%. Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu tahun 2012 sebesar 1.130.350 jiwa (BPS NTB, 2012). Kecamatan Wanasaba merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah peserta
kontrasepsi vasektomi tertinggi pada tahun 2014 yaitu dari target 76 akseptor dengan capaian sampai bulan agustus 2014 sudah mencapai 98 akseptor. Bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang lain di Kabupaten Lombok Timur maka kecamatan Wanasaba yang mencapai target paling tinggi sampai bulan Agustus 2014 (BKKBN Lombok Timur, 2014). Sehubungan dengan penggunaan metode kontrasesi vasektomi di Kabupaten Lombok Timur khususnya di Kecamatan Wanasaba ada beberapa faktor
yang turut berperan dalam pengambilan suatu keputusan seperti
pengetahuan, peran tenaga kesehatan, budaya bahkan mengikuti anjuran yang disampaikan oleh pemuka agama. Dibeberapa negara dan dibeberapa tempat di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian tentang
penerimaan kontrasepsi
vasektomi antara lain seperti berikut ini. Sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di
Andara Prades India
tentang analisis faktor yang mempengaruhi penerimaan vasektomi menyatakan bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi
21
vasektomi antara lain yaitu karena mereka tidak memiliki penghasilan yang tetap atau alasan ekonomi, merasa sudah memiliki jumlah anak yang cukup, alasan komplikasi dari penggunaan vasektomi yang rendah serta adanya motivasi dari diri sendiri yang disertai adanya motivasi dari pemerintah. Lebih dari 50% pemakaian vasektomi karena konseling sebelum dan sesudah vasektomi dilakukan dengan sangat baik sehingga para suami lebih suka menggunakan vasektomi dan karena mereka memiliki alasan bahwa istri mereka memiliki lebih banyak masalah kesehatan reproduksi (Murthy & Rao, 2003). Penelitian lain tentang penerimaan yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dilakukan di Nigeria, menyatakan bahwa penerimaan metode kontrasepsi vasektomi oleh laki-laki masih sangat rendah karena dipengarui oleh rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi dan informasi yang tidak lengkap dan tidak benar tentang vasektomi (Akpanu & Nwoke, 2007). Adapun suatu studi kualitatif yang dilakukan di enam negara yaitu Bangladesh, Sri Langka, Kenya, Meksiko, Rwanda dan Amerika Serikat tentang faktor-faktor kunci yang menyebabkan orang untuk memilih vasektomi dan peran pasangan dalam pengambilan keputusan. Dibeberapa negara mereka memiliki alasan menggunakan vasektomi karena faktor budaya, ekonomi dan ras. Alasan yang utama dari semua negara yangm menerima vasektomi yaitu karena kepedulian terhadap kesehatan wanita. Namun di Bangladesh dan Sri Lanka peran perempuan dalam mendorong laki-laki untuk menggunakan vasektomi cenderung masih terbatas bila dibandingkan dengan empat negara lainnya dalam pengambilan keputusan penggunaan vasektomi (Landry & Ward, 1995).
22
Penelitian yang berbeda tentang faktor aksesabilitas informasi juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sri Lanka yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sumber utama informasi bagi akseptor dan bukan berasal dari media masa (Diaz & MK, 1988). Sebuah penelitian di Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dalam kepesertaan
menggunakan
kontrasepsi keluarga
berencana menyatakan bahwa sikap lebih mepengaruhi perilaku pria daripada pengetahuan pada partisipasi pria dalam penggunaan metode kontrasepsi (Agung Prabowo, 2011). Penelitian di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali tentang analisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap partisispasi pria dalam keluarga berencana menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan , sikap dan akses layanan terhadap kepesertaan KB, perlu adanya komunikasi informasi edukasi yang lebih meningkat melalui kelompok dan paguyuban KB pria tentang alat kontrasepsi bagi pria untuk lebih meningkatkan pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi (Ekarini, 2008). Masing-masing daerah atau negara tentunya memiliki perbedaan tatanan nilai, norma, budaya dan karakteristik masyarakat sehingga dapat menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap metode kontrasepsi vasektomi. Sesuai dengan hasil-hasil dari penelitian yang sudah dilakukan
maka
dapat diketahui bahwa ada beberapa alasan yang dapat mempengaruhi
23
penerimaaan kontrasepsi vasektomi antala lain yaitu karena alasan ekonomi, jumlah anak cukup, komplikasi yang rendah, dukungan dari pemerintah, kepedulian terhadap kesehatan wanita, akses layanan, komunikasi interpersonal yang baik, sikap dan pengetahuan serta peran pasangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan faktor-faktor yang membuat fenomena tingginya penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur masih belum diketahui secara pasti. Hal ini yang menjadi dasar sehingga perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk dapat menggali secara lebih mendalam tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 1.2 Rumusan Masalah Fenomena
tingginya
penggunaan
metode
kontrasepsi
vasektomi
di
Kecamatan Wanasaba bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur menjadi dasar sehingga perlu dikaji secara lebih mendalam tentang penerimaan masyarakat pada kontrasepsi vasektomi. Dari rumusan masalah tersebut dapat dibuat pertanyaan penelitian seperti dibawah ini. 1.
Bagaimanakah penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur?
2.
Bagaimanakah pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor tentang metode vasektomi?
3.
Bagaimanakah pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi?
24
4.
Bagaimanakah pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi?
5. Bagaimana peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan kontrasepsi vasektomi? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Memahami lebih mendalam mengenai penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk memahami lebih dalam tentang penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 2. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor vasektomi tentang vasektomi. 3. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi. 4. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi. 5. Untuk memahami lebih dalam tentang peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan vasektomi.
25
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat menambah, memberi masukan serta memberikan gambaran kepada BKKBN agar bisa mengembangkan program sehingga penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi dapat meningkat dan dapat melakukan intervensi terhadap faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan dapat digunakan sebagai tambahan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi dan penerimaan kontrasepsi vasektomi .
faktor-faktor yang mempengaruhi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Sterilisasi bagi pria (vasektomi) merupakan salah satu metode kontrasepsi modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dapat dilakukan seusai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan program, animo masyarakat terhadap vasektomi sangat kurang atau rendah. Peserta atau akseptor vasektomi sejak program KB dicanangkan pada tahun 1970 sampai saat ini masih menunjukkan angka yang masih sedikit. Kurangnya minat masyarakat terhadap vasektomi dimungkinkan karena program KB di waktu yang lalu yang ”bias gender”. Beberapa faktor penyebab
kurangnya partisipasi pria pada keluarga
berencana dan memperhatikan kesehatan reproduksi antara lain yaitu faktor pengetahuan, sikap dan praktek, serta kebutuhan klien, faktor lingkungan yang terdiri dari sosial, budaya masyarakat (agama) dan keluarga/isteri, keterbatasan aksesibilitas dan sumber informasi tentang pelayanan kontrasepsi pria, dan terbatasnya jenis alat kontrasepsi bagi pria (BKKBN, 2007). Sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Maka perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang programprogram kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita 101
11
menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013). Perilaku masyarakat atau seseorang mengenai kesehatan ditentukan oleh sikap, pengetahuan, keyakinan, tradisi, kepercayaan, dan dari masyarakat ataupun orang itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil dari sebuah studi kuantitatif bahwa ada hubungan antara persepsi, sikap, pengetahuan, sikap istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman dengan partisipasi pria dalam KB. Partisipasi suami atau pria dalam KB tidak berhubungan dengan akses pelayanan dan tingkat pendidikan, tetapi ada faktor lain yaitu nilai sosial budaya yang menjadi hambatan yang berhubungan dengan kepesertaan dalam program keluarga berencana (Budisantoso, 2008). Sebuah penelian kuantitatif menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan dari keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi yaitu semakin tinggi dukungan maka semakin tinggi partisipasi pria dalam vasektomi (Wahyuni, 2013). Pada sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di Brazil tentang partisipasi pria dalam metode kontrasepsi menyatakan bahwa ada tindakan-tindakan khusus yang perlu dilakukan kepada seseorang agar mereka mau berpartisipasi dalam hal kesehatan reproduksi seksual. Pendidikan dan diskusi tentang perang gender dapat meningkatkan kesadaran pria tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual (Rn, Alvarenga, Osis, & Bahamondes, 2008).
12
Penelitian yang menguji peran laki-laki dalam keluarga berencana yang menekankan pada seksualitas pria, pengetahuan dan sikap untuk menggunakan kontrasepsi di kalangan Yorubas. Penelitian ini dilakukan di tiga negara yang berada diwilayah Barat Selatan Nigeria pada tahun 1998. Hasil studi ini menyatakan bahwa pria memainkan peran penting dalam keputusan yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan reproduksi kemudian pengetahuan tentang penggunaan kontrasepsi yang cukup tinggi tetapi penggunaannya masih rendah. Penelitian ini memiliki implikasi kebijakan antara lain pentingnya pendidikan kesehatan yang akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga kecil, kemudian implikasi yang kedua yaitu untuk mrnyususn rencana strategi informasi, pendidikan dan komunikasi yang lebih epektif agar dapat menjangkau semua orang dari berbagai wilayah agar dapat berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi (Adewuyi & Ogonjuyigbe, 2000). Sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Menyatakan bahwa sangat
perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk
mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang program-program kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013).
13
Faktor pendapatan juga memiliki pengaruh terhadap penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti sebuah penelitian di Thailand yang menyatakan alasan utama untuk menjalani vasektomi adalah ekonomi, alasan kesehatan, dan motivator utama untuk mencari informasi tentang vasektomi diperoleh dari teman-teman, kerabat, dan petugas kesehatan setempat, meskipun pengambil keputusan utama adalah laki-laki (Trakulwongse, 1980). Penelitian yang lain tentang faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti hasil penelitian di Nagfur India, bahwa walaupun memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kontrasepsi vasektomi tetapi persetujuan dan niat untuk menggunakan vasektomi masih rendah (Noel & Ajeet, 2014). Hasil penelitian
tentang vasektomi tersebut menyatakan
bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, akses layanan, dukungan keluarga dan karena adanya kepedulian pria terhadap kesehatan perempuan dan ada pengaruh lain seperti budaya, ekonomi dan ras dan lain-lain. 2.1.1 Penerimaan (acceptance) Penerimaan menurut Hurlock (1973) merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan dari seseorang untuk dapat hidup dengan semua karakteristik yang dimilikinya. Seseorang yang mampu menerima dirinya artinya bahwa sebagai seseorang yang tidak memiliki masalah dengan dirinya, serta tidak mempunyai beban perasaan kepada diri sendiri sehingga orang tersebut lebih banyak medapatkan kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
14
Acceptance atau penerimaan menjadi faktor penting terhadap keberhasilan suatu program. Salah satu contoh yaitu penerimaan terhadap kontrasepsi vasektomi, dengan adanya penerimaaan terhadap kontrasepsi vasektomi maka akan membawa dampak bertambahnya jumlah akseptor metode kontrasepsi vasektomi. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi Sejumlah faktor yang berpengaruh pada penerimaan kontrasepsi vasektomi yaitu pengetahuan, aksesabilitas informasi, dan pendapatan. Telah banyak penelitian yang dilakukan di beberapa negara di dunia untuk mengetahui beberapa faktor yang berpengaruhi penerimaan terhadap kontrasepsi vasektomi. Salah satu penelitian tentang penerimaan yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dilakukan di Nigeria, bahwa penerimaan metode kontrasepsi vasektomi oleh lakilaki sebesar 1,6% dan yang tidak menerima sebesar 5,2%, selain itu penerimaan vasektomi dipengarui oleh rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi dan informasi yang tidak lengkap dan tidak benar tentang vasektomi (Akpanu & Nwoke, 2007). Faktor
aksesabilitas
informasi
juga
menjadi
faktor
yang
dapat
mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sri Lanka menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sumber utama informasi bagi akseptor dan bukan berasal dari media masa (Diaz & MK, 1988). Faktor pendapatan juga memiliki pengaruh terhadap penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti sebuah penelitian di Thailand yang menyatakan alasan utama
15
untuk menjalani vasektomi adalah ekonomi, alasan kesehatan, dan motivator utama untuk mencari informasi tentang vasektomi diperoleh dari teman-teman, kerabat, dan petugas kesehatan setempat, meskipun pengambil keputusan utama adalah laki-laki (Trakulwongse, 1980). 2.2 Kerangka Berpikir dan Konsep Dari beberapa hasil penelitian
tersebut maka dapat dilihat bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, akses layanan, dukungan keluarga dan karena adanya kepedulian pria terhadap kesehatan perempuan dan ada pengaruh lain seperti budaya, ekonomi dan ras dan lain-lain. 2.2.1 Konsep Pengetahuan Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara
16
itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2003). 2.2.2 Konsep Sikap Sikap
merupakan
pandangan
atau
perasaan
yang
diikuti
sebuah
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek (Purwanto, 1998). Sikap sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang akan memberikan pengaruh terarah dan dinamik terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengan diri seseorang. Jadi sikap merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh pengalaman yang berpengaruh secara dinamik terhadap respon seseorang (Widayatun, 2009). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap yaitu seperti berikut. a. Pengalaman pribadi Pengalaman
yang
terjadi
secara
tiba-tiba
atau
mengejutkan
yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Misalnya di dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.
17
c. Kebudayaan Kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh sikap masyarakat yang diwarnai oleh budaya yang dimiliki oleh daerah masyarakat tersebut. d. Media massa Media masa banyak memberikan informasi dan dapat memengaruhi opini masyarakat dan kepercayaan seseorang mengenai suatu hal. Informasi dari media masa mampu memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sebuah sikap. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral di dalam diri individu. f. Faktor emosional Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang. 2.2.3 Konsep Budaya Kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
18
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan domain yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang (over persepsi, sikap dan penting untuk terbentuknya behavior). Persepsi, sikap, dan perilaku yang dilandasi oleh kesadaran dan pengetahuan, maka akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut. 2.3 Landasan Teori Sesuai dengan uraian pada kajian pustaka maka pada penelitian ini menggunakan konsep dari teori Lawrence Green dimana kesehatan masyarakat atau seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
19
perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sterilisasi bagi pria (vasektomi) merupakan salah satu metode kontrasepsi modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dapat dilakukan seusai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditetapkan. Beberapa faktor penyebab
kurangnya partisipasi pria pada keluarga
berencana dan memperhatikan kesehatan reproduksi antara lain yaitu faktor pengetahuan, sikap dan praktek, serta kebutuhan klien, faktor lingkungan yang terdiri dari sosial, budaya masyarakat (agama) dan keluarga/isteri, keterbatasan aksesibilitas dan sumber informasi tentang pelayanan kontrasepsi pria, dan terbatasnya jenis alat kontrasepsi bagi pria (BKKBN, 2007). Pada sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Maka perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang programprogram kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013).
20
2.4 Model Penelitian Model penelitian yang digunakan mengacu pada teori prilaku yang diciptakan oleh Lawrence Green, dimana faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Budaya
Faktor Pendorong Istri Kader
Penerimaan Vasektomi
Petugas Kesehatan Pemerintah
Faktor Pendukung Ketersediaan sarana dan fasilitas
Gambar 2.1 Konsep Penelitan diadopsi dari Teori Lawrence Green
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Studi
ini
menggunakan
rancangan
kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologi. Dalam hal ini peneliti pada penelitian kualitatif mencari jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu keputusan diambil oleh subyek. Penelitian kualitatif betujuan untuk merangkum secara mendalam perilaku subyek dan alasan-alasan yang mendasari perilaku tersebut (Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini berusaha untuk menggali secara lebih mendalam pengalaman nyata yang didasari adanya kesadaran pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mengkaji tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi. 3.2 Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur selama dua bulan yaitu bulan Maret dan April 2015. Alasan pemilihan tempat penelitian karena tingginya cakupan akseptor kontrasepsi vasektomi di daerah tersebut, sehingga peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam tentang penerimaan vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam dengan partisipan yang telah dipilih . Data sekunder diperoleh dari dokumen tertulis yaitu laporan UPTD KB, serta
22
catatan lapangan. Data pada penelitian ini berupa uraian dan narasi dari informasi lisan partisipan maupun data sekunder. 3.3.2 Sumber Data Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari partisipan yaitu pasangan suami istri yang menggunakan vasektomi dan pasangan suami istri yang tidak menggunakan vasektomi. Data sekunder digunakan untuk mendukung penelitian seperti laporan pelayanan KB di Kecamatan Wanasaba dan catatan lapangan. 3.3.3 Partisipan Penelitian Pada penelitian ini pemilihan partisipan dilakukan dengan prosedur purposive. Partisipan yang dipilih pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu pasangan suami istri yang menggunakan vasektomi sejak tahun 2011, pasangan suami istri yang sudah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi vasektomi, pasangan suami istri yang menggunakan kontrasepsi vasektomi maupun yang tidak menggunakan yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan bahasa Sasak atau bahasa Indonesia, bersedia menjadi informan, mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitin ini dan bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Prosedur mencari partisipan dilakukan dengan meminta data akseptor dari UPTD dan tenaga PLKB yang bertugas di Kecamatan Wanasaba untuk mendapatkan
informasi
mengenai
akseptor
yang
menggunakan
metode
kontrasepsi vasektomi. Setelah mendapatkan informasi peneliti melakukan kunjungan kepada akseptor yang menggunakan dan tidak menggunakan
23
kontrasepsi vasektomi untuk memberikan informasi tentang penelitian yang dilakukan. Apabila pasangan yang menggunakan dan tidak menggunakan vasektomi tersebut bersedia menjadi partisipan, maka dilakukan diskusi tentang waktu dan tempat untuk menggali informasi. Data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dilakukan pada setiap pasangan pada waktu yang berbeda antara wawancara mendalam kepada suami dan kepada istri. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti yang berperan sebagai instrumen yang dibantu oleh satu pendamping peneliti yang mencatat dan merekam
hasil
wawancara
mendalam.
Peneliti
menggunakan
pedoman
wawancara mendalam untuk menggali secara mendalam penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi. Instrumen lain yang digunakan antara lain alat perekan suara, buku catatan dan kamera.
24
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan teknik pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini. Tabel 3.1 Metode dan teknik pengumpulan data Jenis
Sumber data
Teknik
Jumlah
Jenis
data Data primer
Informasi Informan : Pasangan suami dan istri yang
Wawancara mendalam
Sekun der
Penerimaan dan faktor-
menggunakan metode
faktor yang
kontrasepsi vasektomi.
mempengaru
Pasangan suami dan
Data
5 pasangan
5 pasangan
hi
istri yang tidak
penerimaan
menggunakan metode
kontrasepsi
kontrasepsi vasektomi
vasektomi
Register KB, Laporan
Dokumenta
Jumlah
tahunan KB.
si
akseptor, umur, jumlah istri, jumlah anak.
Data dikumpulkan menggunakan lembar pedoman wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu perekam, buku catatan, alat tulis, dan kamera digital. Setiap data yang dikumpulkan dari masing-masing partisipan segera
25
dilakukan analisa data hingga mencapai saturasi data, tanpa menunggu data dari semua partisipan terkumpul. 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data Analisa data kualitatif merupakan suatu proses yang panjang di mana peneliti bekerja dengan data yang ada, membuat organisasi data, memilah menjadi kesatuan yang dapat diolah, menyintesiskan, mencari serta berupaya menemukan pola, poin-poin yang penting sehingga mampu memutuskan hal apa yang bisa diceritakan kepada orang lain (Bungin, 2012). Pada penelitian ini menggunakan analisis thematic dengan tahapan sesuai dengan yang diuraikan berikut ini (Moleong, 2000). 1. Menyusun transkrip hasil dari wawancara mendalam. 2. Membuat koding. Koding adalah proses pemecahan data menjadi unit-unit yang lebih kecil yang memiliki makna. Selanjutnya dibuat kategori dari unitunit kecil. 3. Membaca ulang transkrip hasil wawancara mendalam untuk melakukan recoding. 4. Membuat kategori informasi yaitu dengan mengelompokkan informasi yang sama dari hasil koding yang telah dibuat dan setiap kategori dianalisis berdasarkan tema penelitian. 5. Melakukan interpretasi terhadap informasi, membuat uraian analisis terperinci mengenai perasaan, pendapat dan persepsi partisipan yang terdapat dalam tema.
26
6. Merumuskan uraian mendalam menyangkut keseluruhan fenomena yang diteliti. Triangulasi dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang terhadap kebenaran informasi yang diperoleh dari partisipan agar mendapatkan konfirmasi informasi. Jenis-jenis triangulasi diantaranya adalah triangulasi peneliti, metode, teori dan sumber data. Triangulasi data yang digunakan pada penelitian ini yaitu triangulasi sumber data yaitu dengan melakukan pengecekan data dengan fakta yang diperoleh dari partisipan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang saling memperkuat antara satu data dengan data yang lainnya. 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan narasi atau uraian sesuai dengan fenomena-fenomena yang ditemukan kemudian dianalisis berdasarkan tema-tema yang telah disusun sebelumnya. Penyajian hasil analisis juga dengan proses induktif dan deduktif dengan tujuan agar pemaparan hasil tidak monoton. 3.8 Etika Penelitian Peneliti mengurus ijin penelitian di Bapeda Kabupaten Lombok Timur. Karena penelitian ini melibatkan masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari Komisi Etik Yayasan Kerti Praja Denpasar Bali. Peneliti melakukan koordinasi dengan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana karena menggunakan wilayah UPTD Kecamatan Wanasaba sebagai tempat penelitian. Sebelum melakukan wawancara mendalam, partisipan menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian setelah membaca pernyataan
27
penelitian. Setelah selesai wawancara mendalam partisipan diberikan kompensasi sebagai uang lelah pengganti penghasilan yang hilang akibat berpartisipasi dalam penelitian dan sebagai ucapan terima kasih serta penghargaan kepada partisipan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pemaparan dari hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. Sebelum masuk ke hasil penelitian dan pembahasan, berikut pemaparan tentang keadaan umum lokasi penelitian dan karakteristik partisipan penelitian. 4.1. Wilayah Geografis, Demografi dan Karakteristik Partisipan Penelitian Penelitian ini berlangsung di Kecamatan Wanasaba, yaitu di desa Wanasaba dan desa Karang Baru. Luas Wilayah Kecamatan Wanasaba sekitar 55,89 km2 yang terdiri dari lahan sawah seluas 22,08 km2, terdiri dari 14 Desa, 87 Dusun, dan 486 Rukun Tetangga (RT). Fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah Kecamatan Wanasaba tahun 2013 terdiri dari 1 Puskesmas, 7 Puskesmas pembantu, 8 Poskesdes, 3 unit praktek dokter, 4 unit praktek bidan, 44 orang dukun bersalin dan sekitar 85 Posyandu. Sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kecamatan Wanasaba terdiri dari 6 orang PLKB yang bertanggung jawab untuk 14 desa. Terdapat 89 kelompok KB. Puskesmas, Pustu dan Poskesdes merupakan fasilitas kesehatan yang cukup penting bagi masyarakat, biaya yang relatif murah dan jangkauan yang luas menjadikan Puskesmas, Pustu dan Poskesdes sebagai alternatif bagi sebagian besar masarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
28 1
29
Penduduk merupakan faktor dominan dalam pembangunan, disamping sebagai pelaksana, penduduk menjadi sasaran dari luas wilayah desa jumlah pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas serta pemerataan populasi antar wilayah. Kondisi kependudukan di suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan mobilitas. Disamping faktor alamiah tersebut perkembangan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh intervensi pemerintah melalui program-program kesehatan dan KB. Jumlah penduduk Kecamatan Wanasaba pertengahan tahun 2013 tercatat sebanyak 60.028 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 27.450 jiwa dan perempuan sebanyak 32.578 jiwa. Pada tahun 2013 desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah desa Mamben Daya yaitu 8.948 jiwa dengan rincian laki-laki 4.061 jiwa dan perempuan 4.887 jiwa, sedangkan desa Karang Baru Timur merupakan desa dengan penduduk paling kecil yaitu 985 jiwa yang terdisi dari 449 jiwa laki-laki dan perempuan 536 jiwa. Pada tahun 2013 penduduk di kecamatan Wanasaba tergolong padat, karena setiap satu kilo meter persegi rata-rata dihuni 1.074 jiwa, hal itu berarti dalam 100 ha terdapat 1.074 jiwa penduduk. Di kecamatan wanasaba terdapat 5 desa yang memiliki kepadatan cukup tinggi. Pada kelompok usia tidak produktif 0-14 dan 65 tahun ke atas penduduk laki-Laki lebih besar dibanding perempuan, sebaliknya pada kelompok usia produktif, jumlah perempuan 56,67% dari total penduduk yang ada di Kecamatan Wanasaba. Hal ini disebabkan migrasi
30
penduduk usia produktif banyak terjadi pada penduduk laki-laki, karena alasan ekonomi untuk mencari pekerjaan bahkan sampai keluar negeri (TKI). Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan masyarakat di Kecamaan Wanasaba terutama di desa Wanasaba dan desa Karang Baru yaitu yang tertinggi adalah berpendidikan Sekolah Dasar, selanjutnya perpendidikan tidak tamat SD, SLTP, SLTA dan pergurua tinggi. Sebagian besar penduduk di kecamatan Wanasaba bekerja di bidang pertanian, disamping itu dari hasil pendataan Potensi Desa (PODES) tahun 2014 terdapat 5,52% penduduk yang bekerja sebagai tenaga kerja luar negeri, dengan jumlah yang termasuk besar, yaitu 3.314 jiwa, dengan rincian laki-laki berjum-lah 2.874 orang dan perempuan 440 orang. Secara sosial budaya masyarakat diwilayah penelitian umumnya percaya dengan peran kader dan petugas kesehatan seperti PLKB, karena kader dan PLKB dapat memberikan informasi dan dapat memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan kesehatan terutama pelayanan Keluarga Berencana. Penyajian tabel 4.1 berikut ini adalah hasil cakupan akseptor baru kontrasepsi vasektomi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 di Kecamatan Wanasaba. Cakupan akseptor baru vasektomi terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
31
Tabel 4.1 Hasil Cakupan Akseptor Baru Kontrasepsi Vasektomi No
Tahun
Akseptor Baru Vasektomi
1
2011
36
2
2012
301 akseptor
3
2013
441 akseptor
4
2014
513 akseptor
akseptor
Peningkatan akseptor vasektomi dari tahun 2011 sampai tahun 2014 didukung oleh adanya program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang sudah berlangsung sejak tahun 1990 dan sempat berganti nama yang dulu bernama UPPKA walaupun tidak membawa dampak yang sangat signifikan untuk meningkatkan cakupan akseptor vasektomi. Program UPPKS terdiri dari sebuah kelompok usaha yang mempunyai struktur kepengurusan yang terdiri dari akseptor KB jenis apapun. Namun sampai saat ini Program UPPKS yang ada di Wanasaba hanya tersisa 1 kelompok dan sudah seperti mati suri atau bisa dikatakan tidak berjalan. Bisa dikatakan bahwa program UPPKS tidak memiliki daya ungkit yang cukup besar dalam meningkatkan jumlah akseptor KB khususnya akseptor vasektomi. Program UPPKS ini tidak ditawarkan oleh PLKB maupun kader serta motivator KB sebelum calon akseptor mau menggunakan kontrasepsi namun kelompok UPPKS dapat diajukan oleh para akseptor setelah mereka menggunakan kontrasepsi jenis apapun dan tidak di khususkan kepada
32
pengguna vasektomi saja. PLKB tidak berani menjanjikan akan ada kelompok UPPKS karena dana UPPKS berasal dari pusat yang realisasnya tidak pasti. Tetapi yang sangat berpengaruh pada peningkatan jumlah akseptor vasektomi adalah peran PLKB, Kader serta motivator vasektomi. Pemberdayaan akseptor vasektomi dilakukan oleh PLKB yang didukung oleh UPTD setempat dengan menjadikan akseptor vasektomi yang bersedia untuk menjadi motivator KB. Motivator KB bertugas untuk memberikan informasi serta testimoni tentang pengalaman yang mereka rasakan selama menggunakan vasektomi dan kebanyakan testimoni yang diberikan para motivator lebih banyak kepada manfaat vasektomi untuk kesehatan, karena masyarakat melihat telah banyak akseptor yang terlihat kondisi kesehatannya lebih baik setelah menggunakan vasektmi sehingga masyarakat yang tidak menggunakan vasektomi akhirnya ingin menggunakan vasektomi karena ingin kesehatan mereka lebih baik.. Kader juga dilibatkan sebagai motivatir KB. Motivator vasektomi telah banyak memberikan testimoni yang berorientasikan masalah kesehatan sehingga vasektomi dapat diterima oleh masyarakat. Peran dari PLKB dan kader yang terus memberikan informasi dan motivasi serta memfasilitasi para calon akseptor secara maksimal juga sangat berdampak dalam meningkatkan jumlah akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba. Kinerja dari PLKB, kader dan motiator KB dimasing-masing kecamatan memang berbeda, hal ini banyak dipengaruhi oleh adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman yang berbeda, perbedaan kemampuan melakukan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan jumlah akseptor dan ada
33
juga karena keberanian mengambil resiko yang kadang sebagian orang tidak berani mengambil resiko. Kreatifitas dari PLKB, kader dan motivator dalam memberikan motivasi kepada masyarakat sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan cakupan akseptor. Partisipan dalam penelitian ini yaitu 5 pasangan suami istri yang menggunakan kontrasepsi vasektomi dan 5 pasangan suami istri yang tidak menggunakan kontrasepsi vasektomi dan telah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi vasektomi. Pengambilan data pada partisipan dilakukan dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan tanggapan secara mendalam dari tiap partisipan
tentang
tanggapan
partisipan
yang
menyangkut
penerimaan,
pengetahuan, sikap, dukungan, peran pasangan, peran tenaga kesehatan dan peran pihak lain. Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan alat pengumpulan data. Data karakteristik partisipan mengenai umur, pendidikan, pekerjaan serta alamat partisipan. Karakteristik partisipan dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
34
Tabel 4.2 Karakteristik Patrtisipan Wawancara Mendalam NO
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Keterangan
1
Kode Partisipan P1
42
Akseptor
P2
43
Buruh Tani Petani
Wanasaba
2
Tidak tamat SD SD
Akseptor
3 4 5
P3 P4 P5
47 41 45
SD SD SMA
Buruh Buruh Petani
6
P6
40
SD
IRT
Karang Baru Wanasaba Wanasaba Karang Baru Wanasaba
7
P7
41
IRT
8
P8
37
Tidak tamat SD SD
IRT
Karang Baru Wanasaba
9
P9
39
SD
IRT
Wanasaba
10
P10
40
SLTP
IRT
11
P11
37
SLTP
Ojek
Karang Baru Wanasaba
12
P12
36
SLTP
Petani
Wanasaba
13
P13
40
SD
Buruh
Wanasaba
14
P14
37
SD
Petani
Wanasaba
15
P15
39
SD
Petani
16
P16
32
SMA
IRT
Karang Baru Wanasaba
17
P17
28
SLTP
IRT
Wanasaba
18
P18
36
SD
IRT
Wanasaba
19
P19
33
SLTP
IRT
Wanasaba
20
P20
30
SLTP
IRT
Karang Baru
Akseptor Akseptor Akseptor Istri Akseptor Istri Akseptor Istri Akseptor Istri Akseptor Istri Akseptor Non Akseptor Non Akseptor Non Akseptor Non Akseptor Non Akseptor Istri Non Akseptor Istri Non Akseptor Istri Non Akseptor Istri Non Akseptor Istri Non Akseptor
35
Berdasarakan tabel 4.1 tersebut, dapat digambarkan bahwa partisipan yang telah diwawancarai berjumlah 20 orang dengan rentang umur antara 28 tahun sampai 47 tahun dengan tingkat pendidikan sebagian besar berpendidikan rendah yaitu ada yang tidak sekolah dan hanya berpendidikan tamat SD saja. Dan ditemukan hanya satu orang yang berpendidikan tamat SMA dan sisanya berpendidikan SLTP. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku partisipan dalam menerima vasektomi karena masyarakat masih memiliki anggapan bahwa program pemerintah adalah program yang baik dan masyarakat cenderung lebih patuh dan lebih mudah menerima program pemerintah. Jenis pekerjaan partisipan laki-laki sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh tani, hanya satu orang yang bekerja sebagai ojek sedangkan semua istri partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Bila dilihat dari kelompok umur, akseptor yang menggunakan vasektomi berusia diatas 40 tahun sedangkan yang tidak menggunakan vasektomi berusia kurang dari 40 tahun. Bisa dilihat bahwa yang menggunakan vasektomi adalah orang-orang dianggap sudah tua karena berusia lebih dari 40 tahun. Perilaku manusia secara terperinci merupakan sebuah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, sikap, persepsi dan sebagainya. Namun pada kenyataannnya sangat sulit untuk membedakan gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Gejala kejiwaan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat dan sebagainya.
36
Salah satu teori yang telah mencoba mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu teori Lawrence Green. Green menganalisi dari tingkat kesehatan dimana kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentuka oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya. Ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat perilaku. 4.2 Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasan disajikan dengan menggunakan tabel dan narasi atau uraian yang ditemukan dari proses analisis thematic dengan model strategi analisis data kualitatif-verifikatif dimana setelah data dikumpulkan kemudian diklasifikasikan untuk membuat suatu kesimpulan yang merujuk kepada teori dan sumber pustaka sesuai dengan fenomena-fenomena yang ditemukan saat wawancara mendalam (Bungin, 2012). Berikut ini pada tabel 4.3 akan digambarkan karakteristik partisipan pria yang menggunakan vasektomi dan yang tidak menggunakan vasektomi Kecamatan Wanasaba.
di
37
No
Tabel 4.3 Karakteristik Patrtisipan pria yang menggunakan dan tidak menggunakan vasektomi Kode Jumlah Anak Jumlah Keterangan partisipan
1
P1
2 3
P2 P3
4
P4
5 6 7 8 9 10
Istri 2 orang
Istri ke 1 sudah bercerai
1 orang 4 orang
Tidak bercerai Istri ke 2 sudah becerai
2 orang
P5 P11 P12 P13
7 orang (1 orang dari istri pertama dan 6 orang dari istri kedua) 6 orang 6 orang (1 orang dari istri pertama, 1 orang dari istri ke 2 , 2 orang dari istri ke 3, 2 orang dari istri ke 4) 6 orang ( 1 orang dari istri ke 1, 5 orang dari istri ke 2) 4 0rang 2 orang 2 orang 4 orang
P14 P15
1 orang 2 orang
1 orang 1 orang
Istri ke 1 sudah bercerai Tidak bercerai Tidak bercerai Tidak bercerai Istri ke 1 sudah bercerai Tidak bercerai Tidak bercerai
1 orang 1 orang 1 orang 2 orang
Berdasarkan tabel diatas bahwa partisipan yang menggunakan vasektomi memiliki anak antara 4 orang sampai 7 orang, sedangkan partisipan yang tidak menggunakan vasektomi memiliki anak antara 1 orang samapai 2 orang dan hanya satu orang partisipan yang memiliki 4 orang anak. Sebagian partisipan yang menggunakan vasektomi memiliki istri dua orang tetapi istri pertama sudah diceraikan , dan ada seorang partisipan yang memiliki empat orang istri walaupun saat ini istri ke dua sudah diceraikan berarti sekarang masih dengan tiga orang istri. Sedangkan partisipan yang tidak menggunakan vasektomi sebagian besar hanya memiliki 1 orang saja dan hanya ada seorang partisipan yang tidak
38
menggunakan vasektomi yang memiliki dua orang istri tetapi istri pertama telah bercerai. 4.2.1 Pengetahuan dan Sikap Partisipan Terhadap Vasektomi Pengetahuan partisipan tentang vasektomi masih sangat terbatas dimana partisipan hanya memiliki pengetahuan bahwa vasektomi hanya sebatas KB untuk laki-laki. Sedangkan pengetahuan mengenai indikasi, kontraindikasi serta efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan vasektomi tidak dipahami secara sempurna oleh partisipan. Pengetahuan partisipan yang menggunakan vasektomi juga
tidak berbeda dengan pengetahuan partisipan yang tidak menggunakan
vasektomi. Hal ini dapat dilihat dari petikan pernyataan dari partisipan. Ya, KB untuk laki-laki seperti yang saya pakai. (T1P5, akseptor 45 th) Ya kalau menurut penjelasan yang saya dengar sih KB untuk laki-laki. (T1P6, istri akseptor 40 th) Pengetahuan tentang vasektomi yang diperoleh partisipan berasal dari PLKB dan kader. Karena para partisipan menyatakan bahwa yang memberikan informasi tentang vasektomi adalah PLKB dan Kader, informasi itu diberikan pada saat diadakan penyuluhan oleh PLKB dan pada saat penyuluhan itu partisipan diberikan informasi bahwa vasektomi berguna untuk kesehatan dan agar istri dari partisipan tidak bisa hamil lagi. Tapi ada satu orang partisipan yang mendapat informasi tentang vasektomi dari suami melalui telefon karena pada saat itu dia sedang bekerja di Saudi Arabia sebagai TKI, partisipan ini mendapat penjelasan bahwa suaminya yang akan menggunakan KB sehingga nantinya dia
39
tidak perlu lagi menggunakan KB dan partisipan ini menyatakan bahwa dia dapat menerima penjelasan dari suami dan menyetujuinya. Berikut kutipan pernyataan dari partisipan. Dari petugas sama kader, waktu itu kita disuruh kumpul terus petugas sama kader berbicara di depan tentang KB laki-laki yang katanya untuk kesehatan dan biar tidak hamil lagi istri kita. (T1P2, akseptor 43 th) Ya..pernah dari suami saya waktu itu suami saya menelpon, kan waktu itu saya kerja di Saudi, terus dijelaskan kalau dia yang mau pakai KB biar nanti saya tidak perlu pakai KB, ya saya bilang ya. (T1P10, istri akseptor 40 th) Dari PLKB sama kader yang memberikan penyuluhan. (T1P13, suami non akseptor 40 th) Partisipan menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan tentang manfaat vasektomi antara lain untuk keluarga yang telah memiliki banyak anak agar mereka berhenti punya anak, untuk kesehatan dan agar istri tidak hamil lagi. Berikut kutipan pernyataannya. Ya sudah dijelaskan secara rinci, seperti kalau menggunakan KB laki-laki ini maka kita tidak bisa punya anak lagi. (T1P5, akseptor 45 th) Ya sekarang laki-laki bisa pakai KB tidak hanya perempuan, bisa menambah kesehatan, jadi laki-laki tidak bisa menghamili istrinya kirakira begitu katanya bu waktu itu. (T1P13, suami non akseptor 40 th) Masalah KB untuk laki-laki, bagi yang anaknya sudah banyak disarankan pakai KB. Biar anaknya tidak bertambah lagi. (T1P14, suami non akseptor 37 th)
40
Ada partisipan yang belum pernah mengetahui tentang adanya KB untuk laki-laki dan baru mengetahui KB untuk laki-laki setelah mendapatkan informasi dari petugas dan kader. Awalnya mereka mereka menertawakan dan merasa heran karena sebelumnya mereka hanya mengetahui tentang KB hanya digunakan oleh perempuan saja. Berikut petikan pernyataan partisipan. Ya...banyak teman-teman yang tertawa kan kita hanya tahu KB hanya untuk perempuan saja...kan tumben kita dengar orang laki-laki pakai KB. (T1P1, akseptor 42 th) Ada KB untuk laki-laki, awalnya saya heran saya pikir hanya perempuan saja yang pakai KB. (T1P20, istri non akseptor 30 th) Partisipan dan pasangan yang menggunakan vasektomi menyatakan bahwa mereka malu dan tidak pernah menceritakan pengalaman menggunakan vasektomi kepada orang lain karena mereka ingin merahasiakan ada yang memiliki alasan karena pada saat dilakukan vasektomi rambut kemaluan mereka harus dicukur. Berikut petikan pernyataan partisipan. Belum ada sih..tapi menurut cerita sih...ya masih banyak yang malu dan merahasiakan karena waktu itu dicukur rambut kemaluan...ya jadi malu bercerita jadinya. (T1P1, akseptor 42 th) Proses pengambilan keputusan oleh partisipan tergolong sangat cepat karena mereka hanya membutuhkan waktu antara dua hari sampai satu minggu. Hal ini dikarenakan setelah mereka mendapakan penyuluhan, kader selanjutnya mengunjungi para partisipan untuk memastikan apakah mereka memang bersedia atau tidak untuk menggunakan vasektomi. Bila mereka bersedia maka kader akan
41
melaporkan kepada PLKB dan setelah itu para calon akseptor akan diantarkan oleh petugas KB ke Mataram untuk mendapatkan pelayanan. Berikut kutipan pernyataan partisipan. Ya ada mungkin sekitar 1 minggu kemudian saya langsung pasang. (T1P1, akseptor 42 th) Ya saya menerima anjuran istri saya untuk menggunakan KB dan tidak lama setelah itu datanglah mamik dan istri saya menyampaikan kepada mamik kalau kami bersedia menggunakan KB laki-laki...ya sekitar dua hari kami bicarakan lalu mamik datang dan kami setuju...soalnya mamik itu cepat kesana kemari dan cepat mencari jawaban kalau kita bersedia atau tidak. (T1P4, akseptor 41 th) Keputusan yang diambil oleh para partisipan untuk mengguakan vasektomi bersifat sukarela karena tidak ada pihak baik dari PLKB, kader atau pihak lain yang memaksa. Mereka menyatakan alasan-alasan seperti mereka tidak dipaksa tapi karena merasa sudah memiliki anak yang banyak maka dia merasa cocok untuk menggunakan vasektomi, kemudian karena beban untuk meghidupi keluarga yang sudah semakin berat dan karena penghasilan yang tidak menentu. Mereka juga merasa yakin bahwa program dari pemerintah pada hal ini vasektomi ini tentu sangat baik bagi mereka. Berikut petnyataan partisipan tentang hal ini. Tidak ada yang memaksa.siapa saja yang mau sudah. kalau saya yang banyak anak sih merasa cocok sudah menggunakan KB begitu kan. (T1P1, akseptor 42 th) Tidak ada yang memaksa-maksa kesadaran sendiri dah bu, keihlasan sendiri lah bu, ya karena penghasilan tidak menentu makanya saya mau pake. Tidak pernah dipaksa-paksa, anak-anak sudah banyak yang harus dikasi makan. Kita juga merasa bersyukur kalau sesuatu dari pemerintah
42
itu pasti sudah sesuatu yang bagus begitu bu. makanya saya mau coba bukan dari pemerintah saya pasti tidak akan mau. (T1P3, akseptor 45 th) Penggunaan vasektomi tidak pernah dipermasalahkan oleh semua partisipan karena mereka beranggapan bahwa penentuan keputusan tergantung dari masing-masing individu, orang yang menggunakan vasektomi sudah dianggap sebagai hal yang biasa saja, mereka menyatakan orang yang mau menggunakan vasektomi itu tidak masalah, tidak ada yang melarang, tidak menjadi bahan berbincangan yang macama-macam dan tidak pernah saling menjelek-jelekkan, yang mau menggunakan dipersilahkan dan bagi yang tidak mau menggunakan juga tidak dipermasalahkan. Berikut kutipan pernyataan partisipan. Tidak ada, kan yang menggunakan vasektomi orang bersedia saja, bagi yang tidak mau menggunakan ya tidak apa-apa, ya sesuai dengan penerimaan masing-masing dan selama ii tidak pernah ada yang saling menyalahkan bahkan sampai melarang, ya urusan masing-masing saja tidak ada yang saling membicarakan, kalau mau pakai ya pakai kalau tidak ya tidak. (T1P5, akseptor 45 th) Biasa-biasa saja...tidak ada omongan yang macam-macam lah yang saya dengar biasa saja, kan disekitar rumah kami ini sudah rata-rata pakai Kb laki-laki. (T1P10, istri akseptor 40 th) ...tidak ada yang pernah saling membicarakan..yang mau pake ya pake yang tidak mau ya tidak..tidak ada yang saling membicarakan dan tidak ada yang saling menjelek-jelekkan...ya masing-masing saling melihat diri sendiri saja. (T1P11, suami non akseptor 37 th)
43
...diterima, karena bukan hal yang salah. Kalau ada yang mau pakai ya silahkan, tidak ada yang saling membicarakan, itu keputusan masingmasing. (T1P17, istri non akseptor 28 th)
Hasil penelitian tentang pengetahuan
dan sikap partisipan terhadap
vasektomi ditemukan bahwa semua partisipan memiliki pengetahuan tentang vasektomi yang masih terbatas. Partisipan tidak mampu menjelaskan secara terperinci mengenai vasektomi. Sebagian besar partisipan memperoleh informasi tentang vasektomi dari PLKB dan kader dan hanya satu orang partisipan yang memperoleh informasi dari suami karena pada saat itu partisipan masih bekerja sebagai TKI di Arab Saudi. Ada sebagian kecil partisipan sebelum mendapatkan informasi tentang vasektomi masih berangapan bahwa KB hanya untuk perempuan saja. Sebagian besar partisipan yang menggunakan vasektomi malu untuk menceritakan bahwa dirinya menggunakan vasektomi dengan alasan pengalaman yang dianggap memalukan dan tidak pantas untuk diceritakan kepada orang lain. Walaupun pengetahuan tentang vasektomi masih terbatas tetapi para partisipan dapat
menerima vasektomi
sebagai
alat kontrasepsi.
Proses
pengambilan keputusan partisipan untuk menggunakan vasektomi terhitung sangat cepat yaitu antara dua hari sampai satu minggu, hal ini disebabkan karena peran PLKB dan kader yang segera memfasilitasi partisipan bahkan sampai mengantar ketempat pelayanan vasektomi di Mataram. Hasil penelitian Agung dan Dewi yang dilakukan di desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten
44
Brebes tentang hubungan pengetahuan dan sikap pria tentang keluarga berencana dan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berencana didapatkan bahwa sikap lebih mempengaruhi perilaku pria daripada pengetahuan (Agung Prabowo, 2011). Keputusan yang diambil oleh partisipan untuk menggunakan vasektomi bersifat sukarela tanpa mendapakan tekanan dari pihak manapun, baik dari petugas maupun orang lain. Keputusan yang diambil partisipan murni karena alasan sudah tidak menginginkan anak lagi, karena masalah ekonomi dan mereka percaya dan yakin dengan program yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sesuai dengan hasil penelitian Ari dan kawan-kawan tentang motivasi suami mengikuti program KB dengan metode kontrasepsi mantap (vasektomi) ditemukan bahwa motivasi seseorang yang kuat sangat dan memiliki aspek -aspek motivasi yang baik mempengaruhi seseorang untuk menggunakan vasektomi (Arie, Putri, Hariyadi, & Prihastuty, 2014). Secara sosial budaya masyarakat Wanasaba bahwa penggunaan vasektomi dianggap menjadi hal yang sangat wajar dan sudah diterima oleh semua partisipan terbukti dengan tidak adanya larangan bagi orang yang mau menggunakan vasektomi, orang yang menggunakan vasektomi merasa tidak diasingkan oleh lingkungan disekitar mereka. Sesuai dengan hasil penelitian Budisantoso (2008) di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul yang menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi, sikap, pengetahuan, sikap istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman dengan partisipasi pria dalam KB. Partisipasi pria dalam KB tidak berhubungan dengan akses pelayanan dan tingkat pendidikan, tetapi ada faktor
45
lain yaitu nilai sosial budaya yang menjadi hambatan yang berhubungan dengan kepesertaan dalam program KB. Pada penelitian yang berbeda yang dilakukan Rizkitama dan Indrawati di Kecamatan Paguyanagna Kabupaten Brebes tahun 2011-2012 tentang hubungan pengetahuan, persepsi, sosial budanya dengan peran aktif pria dalam vasektomi ditemukan bahwa ada hubungan antara persepsi dengan partisipasi aktif pria dalam program vasektomi, ada hubungan antara sosial budaya dengan kepesertaan aktif pria pada program vasektomi dan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepesertan aktif pria dalam program vasektomi (Rizkitama & Indrawati, 2015). Pengetahuan dan sikap partisipan dalam penggunaan vasektomi dilandasi dengan adanya teori Lawrence Green yang melakukan analisa bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam yaitu prilaku dan faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, sikap, dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap, ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap partisipan untuk mau menggunakan atau tidak menggunakan vasektomi. Pengetahuan, sikap dan budaya merupakan faktor predisposisi yang diperoleh dari pegalaman pribadi, pengaruh dari orang lain yang dianggap penting, pengaruh dari media masa, pengaruh dari lembaga agama dan lembaga pendidikan, serta adanya pengaruh dari faktor emosional sehingga mempengaruhi
46
seseorang untuk bisa menerima hal baru dalam hal ini bisa menerima tentang vasektomi. Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu sikap dapat dipelajari, karena sikap dapat berubah-ubah maka apabila terjadi suatu situasi atau keadaan maka akan mempermudah sikap individu pada situasi tertentu. 4.2.2 Pengalaman Menggunakan Vasektomi a. Pengalaman positif penggunaan vasektomi Pengalaman yang dirasakan oleh partisipan yang menggunakan vasektomi antara lain merasa lebih tenang karena tidak khawatir akan memiliki anak lagi, lebih enak, lebih baik, merasa lebih bertenaga, tidak sering mengalami sakit dan sudah tidak sering di rawat di puskesmas. Berikut penyataaan dari partisipan. Yang terasa sekali sekarang saya merasa jauh lebih sehat dan lebih bertenaga, tidak sering sakit...kalau dulu saya sering ke puskesmas karena malaria tapi sudah beberapa tahun ini saya tidak pernah lagi malaria. (T2P2, akseptor 43 th) Ya tentunya merasa lebih tenang karena tidak hawatir akan punya anak lagi,istri saya juga tidak perlu menggunakan KB dan terus terang saya merasa lebih sehat setelah menggunakan vasektomi ini, benar bu. (T2P5, akseptor 45) Pasangan partisipan yang menggunakan vasektomi merasakan manfaat dari vasektomi antara lain merasa lebih baik karena haid lebih lancar, lebih sehat, lebih kuat walupun sambil mengurusi cucunya, dan merasa tenang karena tidak bisa hamil lagi sehingga dapat membantu suami bekerja. Berikut petikan pernyataan partisipan. Ya rasanya sekarang lebih baik mens saya lancar..tidak seperti dulu sebelum suami saya menggunakan KB...menstruasi saya dulu sedikit-
47
sedikit saja pada saat saya pakai implant tenaga saya benar-benar tidak ada saya hanya mau tidur saja benar-benar tidak ada tenaga, badan saya kurus....tapi sekarang sih mens saya tetap dan saya merasa lebih sehat..badan saya lebih kuat walaupun saya sambil menggendong cucu tapi tenaga saya tetap kuat..saya yang mengasuh cucu saya umurnya masih kurang 2 tahun..soalnya ibu sama bapaknya bekerja. (T2P6, istri akseptor 40 th) Ya memang saya lebih enak karena tidak pakai KB, suami saya lebih sehat sekarang, ya saya kan tidak bisa hamil lagi jadi bisa bekerja membantu suami saya. (T2P10, istri akseptor 40 th) Alasan partisipan dan pasangan mau menggunakan
vasekomi salah
satunya sebagi bentuk kepedulian suami kepada istri dengan alasan merasa harus mengganti beban istri untuk menggunakan KB, agar istri tidak menggunakan KB lagi, karena melihat istri yang sering mengalami efek samping dari KB hormonal. Berikut petikan pernyataan partisipan. Dan akhirnya saya merasa harus mengganti beban istri saya untuk menggunakan KB. (T2P5, akseptor 45 th) Ya mungkin karena saya dilihat didak cocok pakai KB juga makanya suami saya akhirnya mau pakai KB ya disamping anak saya sudak enam..sudah banyak bu anak saya ya sampai sekarang sih masih bagus lah. (T2P9, istri akseptor 39 th) Alasan lain yang mendorong partisipan bersedia menggunakan vasektomi seperti mahalnya biaya untuk menggunakan KB berkala menjadi alasan pasanga partisipan menggunakan vasektomi. Partisipan mengatakan sering terlambat
48
menggunakan KB karena harus menunggu dan mencari uang terlebih dahulu agar mereka dapat membayar biaya KB. Berikut petikan pernyataan partisipan. Ya.. karena istri sayapake suntik itu...tapi karena sering terlambat nyuntik karena harus menunggu ada uang dulu..kadang sampai telat satu dua minggu..jadi ya makanya itu juga yang membuat saya mau pakai KB...tapi yang saya syukuri ada. (T1P1, akseptor 42 th) Tidak perlu pergi suntik lagi. Kalau dulu harus cari uang dulu untuk suntik KB. Ya alhamdulillah bu. (T1P7,istri akseptor 41) Partisipan yang bersedia menggunakan vasektomi menyatakan alasan mereka mau menggunakan vasektomi karena mereka memiliki anak yang banyak dan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki sekarang. Ya karena itu dah...karena banyak anak saya dah...kalau dihitung ya anak saya 7..saya dapat 1 anak dari istri yang pertama dan yang 6 orang dari salamah.. tetapi istri saya yang pertama sudah saya ceraikan 1 orang anak saya sekarang masih ada di malaysia. (T1P1, akseptor 42 th)
Ya karena merasa anak saya sudah cukup.ya seandainya saya meninggal ya sudah cukup yang mengusung jenazah saya ke kubur ya begitu lah. (T1P3, akseptor 45 th)
Karena memang anak-anak sudah banyak juga sih yang kami pikirkan. Ada 6 orang bu, banyak anak saya. Makanya saya suruh KB bapaknya. (T1P7, istri akseptor 41th)
Pengalaman yang dilihat oleh partisipan yang tidak menggunakan vasektomi bahwa orang-oang yang menggunakan vasektomi adalah orang-orang
49
yang sudah tua, sudah memiliki anak banyak dan orang yang sering kawin. Berikut kutipan pernyataan partisipan. Ya orang yang ber KB itu sih yang sudah tua tua itu..sudah tidak mau punya anak lagi. (T2P11, suami non akseptor 37 th) Masalah KB untuk laki-laki, bagi yang anaknya sudah banyak disarankan pakai KB. Biar anaknya tidak bertambah lagi (T2P14, suami non akseptor 37 th)
Yang sudah tua dan anaknya sudah banyak dan yang sering kawin hehehe. (T2P20, istri non akseptor 30 th)
b. Pengalaman negatif penggunaan Vasektomi Ada beberapa keluhan yang dirasakan oleh partisipan yang menggunakan vasektomi setelah mereka menggunakan vasektomi antara lain yaitu merasa sakit satu sampai dua bulan setelah vasektomi, mereka tidak berani berhubungan suami istri selama dua sampai tiga bulan. Hal ini karena adanya informasi yang kurang dari tenaga kesehatan mengenai efek atau resiko yang bisa terjadi setelah menggunakan vasektomi. Berikut pernyataan dari partisipan. Sekitar dua bulan lah..soalnya seminggu dua minggu itu masih terasa sakit...soalnya ada yang dijahit kan.Kalau saya bilang sih sekitar satu bulan dua bulanan lah..masih sakit. Setelah itu ya sudah terasa hilang sakitnya...kalau dulu jalannya agak ngangkang..kan masih sakit..kan masih kan perbannya..katanya tidak boleh terkena air. (T2P1, akseptor 42 th)
Tidak ada..hanya dulu waktu baru selesai saja terasa nyeri...maaf sampai saya tidak melakukan hubungan suami istri selama 2 bulan lebih..kalau sekarang tidak ada biasa-biasa saja. (T2P2, akseptor 43 th)
50
Partisipan yang menggunakan vasektomi memiliki pengalaman yang baik tentang vasektomi dimana partisipan merasa lebih tenang dan sudah tidak khawatir akan memiliki anak lagi, dan mereka merasa kesehatan mereka semakin membaik bahkan sampai tidak sering dirawat di Puskesmas lagi seperti sebelum menggunakan vasektomi. Bagi pasangan atau istri patrisipan yang menggunakan vasektomi merasakan manfaat yang besar setelah suami mereka menggunakan vasektomi. Manfaat besar yang dirasakan adalah merasa tidak mengalami efek samping lagi dari KB hormonal, merasa lebih sehat dan merasa lebih tenag karena tidak bisa hamil lagi. Ada beberapa alasan sehingga pasangan partisipan bersedia menggunakan vasektomi yaitu karena adanya kepedulian suami kepada istri karena istri sering mengalami efek samping dari penggunaan KB hormonal dan penggunaan KB hormonal membutuhkan biaya yang mahal sehingga istri partisipan sering terlambat menggunakan KB karena harus menunggu adanya biaya untuk menggunakan KB. Alasan lain penggunaan vasektomi juga karena mereka memiliki anak yang banyak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lutfinanda di Kecamatan Tapung Hilir tentang kontrasepsi vasektomi akseptor KB pria menyatakan bahwa salah satu alasan yang penting sehingga mendorong suami menggunakan vasektomi disebabkan karena adanya pengaruh gangguan kesehatan dari beberapa orang istri mereka yang tidak mendukung untuk dapat mengikuti program KB. Fakta tersebut yang mendorong para istri mereka untuk memberikan izin kepada suami mereka untuk menggunakan vasektomi (Pradipta, 2015).
51
Pengalaman diartikan sebagai memori yang menerima serta menyimpan suatu peristiwa yang telah terjadi dan dialami oleh individu di suatu waktu dan tempat tertentu dan mempunyai fungsi sebagai otobiografi. Pengalaman dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang atau individu. Pengalaman sangat berharga bagi setiap manusia, pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk dapat digunakan dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses belajar manusia. Pengalaman merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Pengalaman dari partisipan yang menggunakan vasektomi yang telah dipilihnya merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dilupakan karena hal itu adalah sebuah keputusan agar memperoleh manfaat. 4.2.3 Peran Istri, Tenaga Kesehatan dan Lingkungan Terhadap Vasektomi Penggunaan vasektomi tidak terlepas dari peran istri yang memberikan dukungan kepada suami agar bersedia menggunakan vasektomi dengan berbagai alasan yang dikemukakan oleh istri seperti alasan ekonomi dan penghasilan yang susah, alasan banyak anak, alasan agar dapat membiayai sekolah anak-anaknya. Berikut beberapa pernyataan partisipan. Ya kalau saya sih menganjurkan suami. Ya saya juga menganjurkan, ya kita sudah punya banyak anak kata saya. (T3P7, istri akseptor 41 th) Anak kami sudah banyak kan bu, terus penghasilan memang susah sekali sampai saya ke Saudi biar anak-anak bisa sekolah, akhirnya saya menyetujui suami saya menggunakan KB kan memang tujuannnya baikkan bu. (T3P10, istri akseptor 40 th)
52
Dalam pengambilan keputusan penggunaan vasektomi oleh partisipan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat dari pasangan tersebut, partisipan mengatakan bahwa mereka sudah memberitahu pasangan akan menggunakan vasektomi setelah itu mereka memutuskan untuk menggunakan setelah mendapat persetujuan dan dukungan dari istri. Dalam hal ini istri dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan vasektomi. Berikut pernyataan partisipan. Ya saya dikasi tahu..dan saya diminta pendapat...jadi sama pendapat kami..saling setuju makanya dia jalan. (T3P6, istri akseptor 40 th) Sama-sama kita mufakatkan, makanya bapaknya jalan ke Mataram pasang KB. (T3P7, istri akseptor 41 th) Ya ...bu kita mufakatkan dulu...sama-sama saling tahu makanya suami saya pasang. (T3P8, istri akseptor 37 th)
Sikap para partisipan terutama para akseptor vasektomi pada saat pengambilan keputusan terhitung cepat hal ini didukung dengan adanya peran dari kader dan PLKB yang bertugas mengerahkan para akseptor untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh PLKB, dan setelah dilakukan penyuluhan tersebut kader mengunjungi para akseptor kerumah masing-masing untuk memastikan kesiapan calon akseptor untuk menggunakan vasektomi. Setelah partisipan menyatakan setuju untuk menggunakan vasektomi selanjutnya kader segera
53
melaporkan ke PLKB untuk di data dan tidak lama setelah itu petugas dari UPTD setempat mengantar para partisipan ke Mataram untuk mendapatkan pelayanan vasektomi. Kader yang sering di panggil dengan sebutan mamik merupakan kader sekaligus motivator KB yang sangat aktif dan memiliki peran yang besar dalam merekrut akseptor vasektomi. Berikut petikan pernyataan partisipan. Ya ada mungkin sekitar 1 minggu kemudian saya langsung pasang. (T3P1, akseptor 42 th) istri saya menyampaikan kepada mamik kalau kami bersedia menggunakan KB laki-laki...ya sekitar dua hari kami bicarakan lalu mamik datang dan kami setuju...soalnya mamik itu cepat kesana kemari dan cepat mencari jawaban kalau kita bersedia atau tidak. (T3P4, akseptor 41 th) Para partispan menyatakan bahwa informasi yang disampaikan oleh PLKB dan kader itu memang masuk akal walaupun tidak semua partisipan bersedia menggunakan vasektomi. Partisipan yang belum bersedia menggunakan vasektomi walaupun bisa menerima informasi dari PLKB dan petugas karena mereka masih memiliki alasan ingin memiliki anak lagi karena partisipan yang tidak menggunakan vasektomi rata-rata memiliki satu sampai dua orang anak saja dan hanya satu orang partisipan yang memiliki 4 orang anak dari 2 orang istri dan partisipan juga merasa masih muda. Berikut petikan pernyataan partisipan. Kalau menurut saya masuk akal juga bu hanya saja saya mau tambah 1 lagi, kan anak saya 4 tapi yang 2 orang ikut ibunya yang pertama dan sudah besar-besar. (T3P13, suami non akseptor 40 th)
54
Mungkin saya belum mau karena masih ingin memiliki anak lagi. Karena alasan utama saya ya hanya ingin punya anak saja, hanya itu. (TP14, suami non akseptor 37 th)
Ya karena kita merasa masih muda juga, masih ingin punya anak lagi. (T3P19, istri non akseptor 33 th)
Para partisipan tidak mempermasalahkan tentang penggunaan vasektomi, karena mereka beranggapan keputusan itu di tangan masing-masing orang dan sesuai dengan penerimaan masing-masing dan tidak ada yang saling membicarakan karena yang menggunakan vasektomi adalah mereka yang bersedia saja dan tidak berada dibawah tekanan atau tidak mendapat paksaan dari pihak manapun. Tidak ada, kan yang menggunakan vasektomi orang bersedia saja, bagi yang tidak mau menggunakan ya tidak apa-apa, ya sesuai dengan penerimaan masing-masing dan selama ii tidak pernah ada yang saling menyalahkan bahkan sampai melarang, ya urusan masing-masing saja tidak ada yang saling membicarakan, kalau mau pakai ya pakai kalau tidak ya tidak. (T3P5, akseptor 45 th) Tidak ada yang berkomentar siapa yang mau ya pakai saja yang tidak juga ya tidak kenapa-kenapa.Tidak ada yang memaksa. (T3P5, akseptor 45 th) `Selain manfaat yang diperoleh partisipan yang menggunakan vasektomi memperoleh palayanan secara gratis dan mendapatkan rewards dari pemerintah setelah mereka menggunakan vasektomi yaitu sebesar Rp100 .000,- yang menurut partisipan sebagai pengganti biaya ke mataran dan bukan sebagai bayaran agar mereka mau menggunakan vasektomi. Berikut pernyataan partisipan.
55
Ya waktu itu sih dikasi uang Rp100.000,- di mataram.,tapi bukan karena alasan yang itu saya mau..kalau orang lain mungkin menyangka karena itu.. tapi benar bukan karena itu. (T3P5, akseptor 45 th) Solusi yang diberika oleh pemerintah dalam upaya pengendalian kelahiran diterima oleh para partisipan dan mereka merasa percaya dan yakin apabila program itu dikelurkan maka akan bemanfaat, partisipan juga merasa bersyukur karena adanya vasektomi sehingga dapat membatasi jumlah anak yang mereka miliki. Berikut kutipan pernyataan partisipan. ...jadi ya makanya itu juga yang membuat saya mau pakai KB...tapi yang saya syukuri ada dari pemerintah yang memberikan KB ini. (T3P1, akseptor 42 th) ... saya hanya mendapat penjelasan dari petugas.. Saya rasa kalo pemerintah yang mengeluarkan hal itu pasti tujuannya baik.itu saja. (T3P2,akseptor 43 th) ... saya merasa yakin sekali.karena dari pemerintah pasti kita yakin sekali kalo dari pemerintah karena bagusnya obat-obatan yang diberikan. (T3P3, akseptor 45 th) Sebagai bentuk dukungan kepada akseptor vasektomi pemerintah membentuk kelompok vasekomi
yang bertujuan sebagai wadah untuk
menyebarkan informasi menjadikan akseptor sebagai motivator vasektomi. Pemerintah juga memberikan bantuan sapi untuk dipelihara oleh kelompok untuk membantu ekonomi para akseptor vasektomi. Berikut pernyataan partisipan. Ya memang ada, disini ada 1 kelompok. Kita diberikan bantuan sama pemerintah untuk memelihara sapi. (T3P5, akseptor 45 th)
56
Saya sering memberikan motivasi, sudah banyak bu tempat saya cerita dan berbagi pengalaman, saya terus keliling sekecamatan wanasaba sama PLKB dan petugas dari KB bahkan dulu sampai diundang ke kecamatan Aikmel untuk menceritakan pengalaman saya. (T3P5, akseptor 45 th) Ada keterbatasan dari pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh para partisipan seperti yang mereka kemukakan setelah partisipan memberikan motivasi kepada orang lain dan orang lain bersedia menggunakan vasektomi tetapi dari pihak UPTD tidak segera mengakomodir keinginan tersebut karena alasan menunggu anggaran di provinsi, karena anggaran di provinsi juga tergantung anggaran dari pusat. Berikut peryataan partisipan. Banyak tempat saya bercerita dan sepertinya banyak yang tertarik tetapi kita menunggu kader ini dulu yang mencari kita.. ada yang mau tapi kantor masih belum mau menerima tunggu dari kader dulu. (T3P3, akseptor 45 th) Sudah tapi..kantor katanya belum menerima lagi. Kata kader belum disuruh mencari dari kantor, nanti kalau sudah buka pasti dicari sama kader. Tapi biasanya orang sini maunya kalau mereka mau ya langsung ada nanti kalau ditunda biasanya keinginannya kurang bu. (T3P4, akseptor 41 th) Peran lingkungan sosial juga mendukung vasektomi hal ini terlihat dari sikap masyarakat yang beranggapan bahwa setiap orang berhak menentukan dan mengambil keputusan sesuai dengan keinginan dari masing-masing orang, saling menghargai keputusan yang diambil oleh orang lain, dan tidak ada sikap yang saling memaksakan kehendak kepada orang lain. Sehingga orang yang menggunakan vasektomi juga merasa tidak dipermasalahkan. Berikut kutipan pernyataan partisipan.
57
Tidak ada selama saya jadi tukang ojek tidak ada yang pernah saling membicarakan..yang mau pake ya pake yang tidak mau ya tidak..tidak ada yang saling membicarakan dan tidak ada yang saling menjelekjelekkan...ya masing-masing saling melihat diri sendiri saja. (T3P11, suami non akseptor 37 th) Biasa saja sudah diterima dan dianggap hal yang biasa saja, banyak yang pakai bu sekarang soalnya dilihat buktinya.Ini tetangga saya wuih badannya kayak Samson karena sehatnya. Bekerja pun dia kuat sekali.Tapi dia diam-diam tidak pernah bercerita kalau dia pakai KB. Tapi saya tahu dia pakai KB, ya mungkin malu untuk cerita. (T3P13, suami non akseptor 40 th) Beberapa faktor pendorong yang mempengaruhi penerimaan partisipan tentang vasektomi yaitu karena adanya peran dari istri, peran dari tenaga kesehatan dalam hal ini PLKB dan kader serta peran dari pemerintah yang telah mengeluarkan program KB khususnya vasektomi. Dukungan dari pasangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan vasektomi sangat mempengaruhi keputusan partisipan sehingga bersedia menggunakan vasektomi. Dukungan dari PLKB dan Kader sebagai
sumber informasi juga memiliki andil yang besar
mempengaruhi partisipan bersedia menggunakan vasektomi. Program KB yang dikeluarkan pemerintah merupakan solusi yang dapat diterima oleh partisipan karena dianggap sebagai program yang sangat diterima karena dapat membantu mengendalika kelahiran. Dalam pengambilan keputusan pasangan dilibatkan dan dilakukan secara bersama-sama antara partisipan dengan pasangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desmalia dan kawan-kawan di Kelurahan Tembilahan Kota menyatakan bahwa ada hubungan peran istri dengan partisipasi pria sebagai peserta KB (Desmalita, Nursal, & Suryati, 2008).
58
Penelitian yang dilakukan oleh S.Novianti dan R.Gustaman tentang faktor persepsi dan dukungan istri yang berhubungan dengan partisipasi KB pria menyatkan bahwa persepsi dan dukungan istri memiliki hubungan dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana (Novianti & Gustaman, 2014). PLKB dan kader memegang peranan penting dalam memfasilitasi partisipan untuk menggunakan vasektomi yaitu mulai dari tahap pemberian informasi sampai tahap memfasilitasi ke tempat pelayanan. Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa informasi yang disampaikan oleh PLKB dan kader masuk akal, walaupun ada sebagian partisipan yang belum bersedia menggunakan vasektomi karena alasan ingin memiliki anak lagi dan karena merasa masih muda. Selain memperoleh pelayan yang gratis partisipan yang menggunakan vasektomi juga diberikan rewards oleh pemerintah. Vasektomi merupakan solusi pemerintah dalam upaya pengendalian kelahiran dan menjadi solusi yang diterima oleh partisipan karena dianggap membawa manfaat. Bahkan pemerintah memberikan bantuan
kepada
kelompok vasektomi
untuk
meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para akseptor vasektomi. Tetapi ada satu orang partisipan yang menganggap informasi yang diberikan oleh PLKB dan kader tidak masuk akal, dan menganggap bahwa vasektomi dianggap makruh walaupun tidak haram. Tetapi dia tetap menerima dan tidak mempermasalahkan orang yang menggunakan vasektomi. Peran lingkungan terhadap penerimaan vasektomi juga cukup besar dimana lingkungan sekitar partisipan tidak pernah mempermasalahkan siapa saja
59
yang mau menggunakan vasektomi dan menghargai keputusan masing-masing orang untuk memutuskan apakah bersedia menggunakan vasektomi atau tidak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pradipta di Kecamatan Tapung Hilir tentang kontrasepsi vasektomi akseptor KB pria menyatakan bahwa motivasi yang mendorong akseptor KB pria untuk bepartisipasi dalam program Keluarga Berencana vasektomi adalah murni dari kesadaran diri dari para suami tanpa adanya paksaan dari pihak lain yang bertujuan demi kesejahteraan keluarga (Pradipta, 2015). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Maryatun tentang studi untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang terkait dengan mekanisme upaya peningkatan KB bagi pria, penggalian dukungan dan menemukan pemecahan hambatan kepesertaan KB bagi pria menemukan bahwa era baru program KB dan kesehatan reproduksi telah mengarah pada perspektif dan kebutuhan klien dengan menghapus segala bentuk pemaksaan dalam penggunaan kontrasepsi dan memberikan kebebasan untuk memilih jenis kontrasepsi sesuai keinginannya. Hal ini sesuai dengan azas hak-hak reproduksi, yaitu hak yang secara bebas dan bertanggung jawab untuk memilih informasi dan teknologi untuk mengatur proses reproduksinya (Maryatun, 2011). Teori Lawerence Green menjadi sebuah dasar dalam menentukan faktor ketersediaan fasilitas serta sarana sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh karena adanya
60
ketersediaan fasilitas serta sarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan, dimana dalam hal ini membahas tentang pelayanan vasektomi. 4.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan interpretasi serta makna yang tersirat dari wawancara mendalam sehingga kecenderungan adanya bias tetap ada. Partisipan membutuhkan waktu yang agak lama untuk memahami isi pertanyaan yang diajukan dan kadangkala persepsi partisipan dengan pewawancara berbeda sehingga perlu mengulang pertanyaan yang sama dengan kalimat yang berbeda-beda. Partisipan yang homogen yaitu
hanya yang
menggunakan dan tidak menggunakan vasektomi saja sehingga triangulasinya terbatas hanya kepada partisipan yang tersedia saja.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Partisipan pada penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pertama yaitu yang menerima vasektomi dan mau menggunakan vasektomi, kemudian kelompok kedua terdiri dari partisipan yang menerima vasektomi tetapi tidak mau menggunakan vasektomi dan kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang tidak memperbolehkan penggunaan vasektomi tetapi menerima oang lain yang mau menggunakan vasektomi. Kelompok yang pertama yang teridri dari partisipan yang menerima vasektomi dan mau menggunakan vasektomi terdiri dari partisipan yang berusia lebih dari 40 tahun, sebagian memiliki istri lebih dari satu orang, memiliki banyak anak yaitu lebih dari empat orang anak, memiliki masalah beban untuk menghidupi kelurga karena penghasilan yang tidak menentu atau masalah ekonomi, memiliki pengetahuan yang masih terbatas tentang vasektomi, sebagian besar malu menceritakan kalau mereka menggunakan vasektomi, dan mereka mengambil keputusan untuk menggunakan vasektomi sangat cepat yaitu antara dua hari sampai satu minggu. Pengambilan keputusan bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Partisipan yang menggunakan vasektomi juga mendapatkan rewards dari pemerintah setelah menggunakan vasektomi. Vasektomi merupakan solusi
yang diberikan pemerintah dalam upaya
62
penegndalian kelahiran. Istri partisipan memiliki peran yang besar dalam membantu pengambilan keputusan dalam penggunaan vasektomi. Kelompok yang kedua adalah kelompok partisipan yang menerima vasektomi tetapi tidak mau menggunakan vasektomi dengan berbagai alasan seperti karena merasa masih muda, ingin memiliki anak lagi dimana partisipan yang tidak menggunakan vasektomi memiliki satu sampai dua oang anak. Mereka memiliki
kelompok
umur
kurang
dari
40
tahun.t
Partisipan
tidak
mempermasalahkan orang yang menggunakan vasektomi karena mereka beranggapan bahwa keputusan ada ditangan masing-masing orang dan sesuai dengan penerimaan
setiap orang. Pengetahuan dan sikap non akseptor tidak
berbeda jauh dengan pengetahuan akseptor yaitu masih sangat terbatas. Kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang tidak memperbolehkan vasektomi tetapi menerima orang laing yang menggunakan vasektomi dengan alasan bahwa vasektomi dianggap makruh walaupun tidak haram, hal ini berkaitan dengan keyakinan yang dimilki oleh partisipan tersebut. Pengetahuan yang dimiliki tenang vasektomi juga masih terbatas, memiliki usia kurang dari 40 tahun dan hanya memiliki dua orang anak. Peran tenaga kesehatan yaitu PLKB dan kader sangat besar dalam memberikan informasi, memberikan motivasi dan memfasilitasi partisipan yang menggunakan dan tidak menggunakan vasektomi. Pihak lain yang berperan juga pada penerimaan vasektomi yaitu pemerintah, karena telah memberikan solusi pengendalian kelahiran dengan program KB yang dikeluarkan khususnya vasektomi. Kontrasepsi vasektomi ini sebagai salah satu solusi dalam upaya
63
pengendalian kelahiran dan masyarakat merasa percaya dan yakin bahwa program yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah program yang bermanfaat. 6.2 Saran PLKB, kader dan motivator KB perlu meningkatkan pengetahuan dirinnya khususnya tentang vasektomi, perlu meningkatkan promosi dan motivasi kepada masyarakat untuk menggunakan vasektomi serta perlu memberikan informasi tentang
vasektomi
terutama
informasi
tentang
kelebihan-kelebihan
dari
penggunaan vasektomi yang lebih berorientasi pada manfaat untuk kesehatan dengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas penyuluhan serta perlu melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama. BKKBN perlu mengadakan pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader tentang vasektomi. Sebaiknya mengajak para akseptor vasektomi yang bersedia sebagai peer educator sehingga bisa menceritakan pengalaman mereka dan bisa memberikan motivasi kepada masyarakat. Memberikan reward bagi kader dan PLKB agar selalu termotivasi untuk mencari akseptor vasektomi. Bagi penelitian selanjutnya
diharapkan melakukan penelitian tentang
faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi penerimaan vasektomi dengan sampel yang lebih besar agar hasil yang diperoleh dapat di generalisasi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adewuyi, A., & Ogonjuyigbe, P. (2000). The Role of Men in Family Planning: An Examination of Men’s Knowledge and Attitude to Contraceptive Use among the Yorubas. Department of Demography and Social Statistics Obafemi Awolowo University Ile-Ife, Nigeria. Agung Prabowo, D. K. S. (2011). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Keluarga Berencana Dengan Perilaku Pria Dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana Di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Journal Gaster, Vol. 8. N0.1, 8(1), 633–646. Akpanu, & Nwoke. (2007). Knowledge and Acceptance of “Vasectomy as a Method of Contraception” amongst Literate Married Men in Ekpoma, Nigeria. Department of Physiology, College of medicine, Ambrose Alli University. PMB 14. Ekpoma, Edo State, Nigeria. BKKBN. (2011a). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. (B. Affandi, Ed.) (Ketiga.). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Retrieved from
[email protected] BKKBN. (2011b). Sterilisasi kurang mendongkrak penurunan fertilitas, 1–4. BKKBN Lombok Timur. (2013). Laporan Tahunan BKKBN Lombok Timur Tahun 2013. BKKBN Lombok Timur. (2014). Laporan Bulanan BKKBN Lombok Timur tahun 2014. BKKBN NTB. (2007). Buku Pegangan Kader Kontrasepsi Mantp Pria (Vasektomi). Mataram. BKKBN NTB. (2011). Pedoman Operasional Jejaring Komunikasi Kependudukan dan Keluarga Berencana di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram. BKKKBN Provinsi NTB. (2013). Jumlah Peserta KB Baru Per Mix Kontrasepsi Menurut PPM Bulan Desember 2013, 2013. BPS NTB. (2012). Badan Pusat Statistik NTB tahun 2012. Budisantoso, S. I. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. Journal Undip 2008.
65
Bungin, B. (2012). Penelitian Kualitatif (2nd ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cheng, C. Y., & Mruk, D. D. (2013). Why do we need male contraceptives ?, (September), 3–4. Journal Landes Bioscience 2013, Center for Biomedical Research; The Population Council; New York, NY USA Desmalita, Nursal, D. G., & Suryati. (2008). Partisipasi Pria Sebagai Peserta KB Di Kelurahan Tembilahan Kota Tahun 2008.Artikel Penelitian Diaz, L., & MK, D. (1988). Motivational factors for vasectomy in Sri Lanka. Journal Of Family Welfare . 1988 June ; 34 ( 4 ) : 12-22 . Ekarini, S. M. B. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisispasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Artikel Penelitian Kemenkes RI. (2013). RISET KESEHATAN DASAR 2013. Kemenkes RI. (2014a). Profil Kesehatan Iindonesia. (M. E. drg.Vensya Sitohang, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. (2014b). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI Pusat Data Dan Informasi. Landry, E., & Ward, V. (1995). Perspectives from Couples on the Vasectomy Decision : A Six-Country Study. Journal Beyond Acceptability, 58–67. Maryatun. (2011). Kajian Perspektif Gender Peran Pria Dalam Penggunaan Kontrasepsi, Journal Gester, Vol. 8, No. 1 8(1), 647–655. Murthy, S. R., & Rao, M. D. (2003). Analisys Of Factors Influencing The Acceptability Of Vasectomy In Andhra Pradesh, Journal Researh Associate ; Indaian Institute Of Health And Family Welfare 26(4), 162–182. Noel, G., & Ajeet, S. (2014). Awareness and perception of and potential demand for vasectomy among married males, Journal PJMS, 4(1), 35–39. Novianti, S., & Gustaman, R. A. (2014). DENGAN PARTISIPASI KB PRIA PENDAHULUAN Kontrasepsi bertujuan untuk menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut . Penggunaan alat kontrasepsimerupakan bagian dari hak-hak reproduk, Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 10. No.2 2014 .1017–1027.
66
Pradipta, L. R. (2015). Kontrasepsi Vasektomi Pada Akseptor KB Pria di Kecamatan Tapung Hilir, Jurnal JOM FISIP 2(2), 1–10. Rizkitama, A. A., & Indrawati, F. (2015). Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sosial Budaya Dengan Peran Aktif Pria Dalam Vasektomi Di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun 2011-2012. Unnes Journal of Public Health, 4(1), 48–54. Rn, N. M. M., Alvarenga, A. T. De, Osis, M. J. D., & Bahamondes, L. (2008). Contraceptive methods with male participation : a perspective of Brazilian couples, (2007), Original Article 103–109. Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (4th ed., p. 287). Jakarta: Sagung Seto. Trakulwongse, M. D. (1980). Acceptance and non - acceptance of vasectomy in rural Thailand. Journal of the Association for Voluntary Sterilization Thailand . 1980 December ; 2 : 39-57. M., Arie, M., Putri, S., Hariyadi, S., & Prihastuty, R. (2014).Motivasi Suami Mengikuti Program KB Dengan Metode Kontrasepsi Mantap (Vasektomi). Developmental and Clinical Psychology, Journal DCP 3(1), 35–42. Wahyuni, N. P. D. S. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Akseptor KB Pria Tentang Vasektomi Serta Dukungan Keluarga Dengan Partisipasi Pria Dalam Vasektomi (Di Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng),Jurnal Magister Kedokteran Keluarga 1(1), 80–91.
67
Lampiran 1
LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Denpasar , Februari 2015 Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di – Kecamatan Wanasaba
Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas
Udayana,
akan
mengadakan
Penelitian
tentang
“Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.” Untuk tujuan tersebut, saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas bapak dan ibu. Partisipasi bapak dan ibu dalam penelitian ini sangat kami hargai dan atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Denpasar, Februari 2015 Peneliti
Yudi Ardiana NIM : 1392161047
68
Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA PARTISIPAN PENELITIAN
Saya Yudi Ardiana Mahasiawa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayanan, akan melakukan penelitian dengan judul “Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap kontrasepsi vasektomi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini membutuhkan sekitar 10 orang pasangan suami istri sebagai informan penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing informan sekitar 1-2 jam. A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun. B. Prosedur Penelitian Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Anda simpan, dan satu untuk untuk peneliti. C. Kewajiban Informan Penelitian Sebagai informan penelitian, bapak atau ibu berkewajiban memberikan jawaban secara jelas dan jujur. Bila ada yang belum jelas bapak atau ibu bisa bertanya kepada peneliti. D. Manfaat Manfaat yang didapatkan dengan mengikuti penelitian ini yaitu dapat membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan cakupan akseptor Kelurga Berencana.
69
E. Kerahasiaan Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti, staf penelitian. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas informan penelitian. F. Kompensasi Bapak atau ibu akan mendapatkan uang lelah pengganti penghasilan yang hilang akibat berpartisipasi dalam penelitian ini sebesar Rp. 50.000,-. G. Pembiayaan Semua biaya yang terkait penelitian akan dianggung oleh peneliti. H. Informasi Tambahan Bapak atau ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan iformasi atau penjelasan lebih lanjut, bapak atau ibu dapat menghubungi Yudi Ardiana pada no. Hp 081997896370.
70
Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan dan mengerti tentang tujuan penelitian Judul : “ Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur ”. Peneliti : Yudi Ardiana Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian yang nantinya akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sebelumnya saya sudah diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini dan saya mengerti bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan diri saya. Bila saya merasa tidak nyaman, maka saya berhak untuk mengundurkan diri. Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar persetujuan ini.
Denpasar, Februari 2015
Responden
(....................................)
Peneliti
(Yudi Ardiana)
71
Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA SUAMI YANG MENGGUNAKAN VASEKTOMI 1. Nama Fasilitator
:
2. Tanggal Wawancara
:
3. Nama Informan
:
4. Alamat Partisispan
:
5. No. Telpon Informan
:
A. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. 2. Menyampaikan maksud dan tujuan wawancara mendalam yang dilakukan. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. 4. Mempersiapkan alat-alat untuk mendokumentasikan proses wawancara, seperti perekam suara dan buku catatan. 5. Setelah tercipta suasana yang kondusif maka wawancara mendalam bisa di mulai. B. Pertanyaan yang diajukan 1. Apakah bapak mengetahui tentang metode kontrasepsi vasektomi ? 2. Dari mana bapak memperoleh informasi tentang vasektomi?
Apakah dari tenaga kesehatan, keluarga, teman, media masa atau dari sumber yang lain ?
Kapan bapak memperoleh informasi tentang vasektomi tersebut ?
3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak lain sehingga bapak dapat menerima dan mau menggunakan metode kontrasepsi vasektomi ?
Pihak lain seperti keluarga,teman,tokoh agama,tenaga kesehatan dll.
Apakah penjelasan yang diberikan masuk akal?
Apakah bersifat sukarela atau paksaan?
72
Apakah
diberingan
kompensasi
seperti
uang
sehingga
mau
menggunakan kontrasepsi vasektomi? 4. Pertimbangan apa saja yang menjadi alasan utama bapak dalam menggunakan vasektomi ?
Alasan ekonomi, berbagi peran dengan istri atau alasan lain?
5. Bagaimana dampak atau pengaruh dari informasi yang bapak peroleh tentang vasektomi sehingga bapak memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi? 6. Apakah ada hambatan yang Bapak rasakan sebelum menggunakan vasektomi?
Apakah bapak merasa percaya diri atau tidak?
Apakah tidak melanggar ajaran agama yang bapak anut?
Pandangan terhadap kesetaraan peran dalam keluarga.
7. Menurut pendapat bapak , apakah kelebihan dan kekurangan yang dirasakan setelah menggunakan vasektomi ?
Manfaat yang dirasakan.
Kualitas vasektomi.
8. Bagaimana pendapat Bapak setelah menggunakan vasektomi?
Apakah ada keluhan yang dirasakan?
Apakah ada keluhan pada saat melakukan hubungan seksual?
9. Bagaimana pendapat istri bapak setelah bapak memutuskan untuk menggunakan vasektomi?
Apakah ada keluhan yang dirasakan istri?
Apakah ada keluhan dari Istri pada saat melakukan hubungan seksual?
10. Apakah bapak pernah merekomendasikan kontrasepsi vasektomi kepada orang lain?
Bagaimana
respon
yang
diberikan
oleh
orang
yang
bapak
rekomendasikan untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi?
Apakah selama bapak memberikan rekomendasi ada yang sampai menggunakan kontrsepsi vasektomi?
73
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA ISTRI DARI SUAMI YANG MENGGUNAKAN VASEKTOMI 1. Nama Fasilitator
:
2. Tanggal Wawancara
:
3. Nama Informan
:
4. Alamat Partisispan
:
5. No. Telpon Informan
:
A. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. 2. Menyampaikan maksud dan tujuan wawancara mendalam yang dilakukan. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. 4. Mempersiapkan alat-alat untuk mendokumentasikan proses wawancara, seperti perekam suara dan buku catatan. 5. Setelah tercipta suasana yang kondusif maka wawancara mendalam bisa di mulai. B. Pertanyaan yang diajukan 1. Apakah Ibu mengetahui tentang metode kontrasepsi vasektomi ? 2. Dari mana ibu memperoleh informasi tentang vasektomi?
Apakah dari tenaga kesehatan, keluarga, teman, media masa atau dari sumber yang lain?
Kapan ibu memperoleh informasi tentang vasektomi tersebut ?
Menurut ibu apa kelebihan dan kekurangan penggunaan kontrasepsi vasektomi?
3. Bagaimana peran ibu dalam pengambilan keputusan pada saat suami akan menggunakan kontrasepsi vasektomi?
Apakah ibu terlibat atau tidak dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi vasektomi oleh suami?
Apakah suami meminta pendapat dan persetujuan dari ibu?
74
4. Bagaimana pengalaman ibu memiliki suami
yang menggunakan
kontrasepsi vasektomi?
Apakah ibu merasa lebih nyaman karena tidak perlu menggunakan KB?
Apakah ada perubahan yang dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual?
Apakah ada perubahan yang lain?
75
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA SUAMI YANG TIDAK MENGGUNAKAN VASEKTOMI 1. Nama Fasilitator
:
2. Tanggal Wawancara
:
3. Nama Informan
:
4. Alamat Partisispan
:
5. No. Telpon Informan
:
A. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. 2. Menyampaikan maksud dan tujuan wawancara mendalam yang dilakukan. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. 4. Mempersiapkan alat-alat utntuk mendokumentasikan proses wawancara, seperti perekam suara fan buku catatan. 5. Setelah tercipta suasana yang kondusif maka wawancara mendalam bisa di mulai. B. Pertanyaan yang diajukan 1. Apakah Bapak pernah mendengar atau mengetahui tentang kontrasepsi vasektomi ? 2. Dari mana bapak memperoleh informasi tentang vasektomi?
Apakah dari tenaga kesehatan, keluarga, teman, media masa atau dari sumber yang lain?
3. Kapan bapak memperoleh informasi tentang vasektomi tersebut ? 4. Bagaimana dampak atau pengaruh dari informasi yang bapak peroleh tentang vasektomi sehingga bapak memutuskan untuk tidak menggunakan kontrasepsi vasektomi?
76
Apakah bertentangan dengan norma agama, nilai budaya atau peran dalam keluarga?
5. Menurut pendapat bapak , apakah kelebihan dan kekurangan kontrasepsi vasektomi ?
6. Bagaimana pendapat bapak tentang orang yang memutuskan untuk menggunakan vasektomi?
Apakah sebagai bentuk kepedulian suami terhadap kesetaraan peran antara suami dan istri?
Apakah bisa setia dengan pasangannnya ?
Apakah bisa menimbulkan masalah pada kehidupan suami istri?
7. Apakah ada yang pernah memberikan rekomendasi kepada bapak untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi?
Keluarga, teman, dan tenaga kesehatan.
77
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA ISTRI DARI SUAMI YANG TIDAK MENGGUNAKAN VASEKTOMI
1. Nama Fasilitator
:
2. Tanggal Wawancara
:
3. Nama Informan
:
4. Alamat Partisispan
:
5. No. Telpon Informan
:
A. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. 2. Menyampaikan maksud dan tujuan wawancara mendalam yang dilakukan. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. 4. Mempersiapkan alat-alat utntuk mendokumentasikan proses wawancara, seperti perekam suara fan buku catatan. 5. Setelah tercipta suasana yang kondusif maka wawancara mendalam bisa di mulai. B. Pertanyaan yang diajukan. 1. Apakah ibu pernah mendengar atau mengetahui tentang kontrasepsi vasektomi ? 2. Dari mana ibu memperoleh informasi tentang vasektomi?
Apakah dari tenaga kesehatan, keluarga, teman, media masa atau dari sumber yang lain ?
3. Kapan ibu memperoleh informasi tentang vasektomi tersebut ? 4. Menurut ibu apa kelebihan dan kekurangan penggunaan kontrasepse vasektomi? 5. Menurut ibu apakah menggunakan kontrasepsi vasektomi melanggar norma agama, nilai budaya atau peran dalam keluarga?
78
6. Apakah ibu pernah menginformasikan kepada suami kalau ada kontrasepsi untuk pria seperti kontrasepsi vasektomi?
Kapan diberikan informasi?
7. Apakah ibu pernah menyarankan suami untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi?
Kapan memberikan saran?
Apa tanggapan suami terhadap saran tersebut?
8. Menurut ibu apakah ada kemungkinan suami ibu untuk menggunakan kontrasepsi vasektomi?
79
Lampiran 5 Pemetaan Tema Berdasarkan Koding No
1
2
TEMA
Sub-Tema
Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan
Kode
- KB untuk Laki-laki - Sumber Informasi - Pengendalian kelahiran - KB hanya untuk perempuan
Perilaku dari masyarakat atau seseorang tentang kesehatan yang dapat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,kepercayaan, tradisi, keyakinan dari seseorang atau masyarakat itu sendiri
2. Sikap
-
Faktor Pendorong
1. Penggunaan Vasektomi
- Efek KB hormonal - Manfaat vasektomi - Motivasi bagi orang lain - Informasi masuk akal
Faktor-faktor yang dapat memperkuat atau mendorong terjadinya suatu perilaku.
Malu Keputusan cepat Sukarela Kb laki-laki tidak dipermasalahkan
- Banyak anak 2. Jumlah anak
- Kepedulian terhadap istri
3. Kb dan Gender 3
Faktor Pendukung Faktor yang memfasilitasi atau memungkinkan terjadinya suatu tindakan atau perilaku
3.Solusi Pemerintah
- KB solusi pemerintah - Kelompok vasektomi