e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN TIME TOKEN ARENDS BERBANTUAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KELAS V Ni Komang Sri Utami1, Ni Wayan Arini2, Ni Made Sulastri3 1,2Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatan keaktifan belajar dan (2) meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 2 Banjar Bali tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 orang. Pengumpulan data keaktifan belajar menggunakan metode observasi dan pengumpulan data hasil belajar menggunakan metode tes. Hasil penelitian menujukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan dan hasil belajar pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Banjar Bali. Pada siklus I persentase rata-rata keaktifan belajar siswa yang diperoleh sebesar 70,25% (kriteria “cukup aktif”), dan persentase rata-rata hasil belajar IPS diperoleh 71,75% (kriteria “sedang”). Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar siswa diperoleh sebesar 82,40% (kriteria “aktif”), dan persentase rata-rata hasil belajar IPS diperoleh sebesar 83,00% (kriteria “tinggi”). Jadi, penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas V semester genap di SD Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: hasil belajar, keaktifan belajar, media audio visual, model time token arends Abstract This study aims to (1) improve the activity of learning and (2) improve the learning outcomes of Social Sciences by application the learning model of media-assisted time token arends audio visual. This type of research is classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of stages planning, action, observation and evaluation, and reflection. Data collection in the study carried out by the method observation and tests. The subjects were grade V students at SD Negeri 2 Banjar Bali academic year 2015/2016 of 20 people. Data were analyzed with descriptive statistical analysis methods. The results showed that there was an increase percentage activity and learning outcomes of Social Sciences on grade V students at SD Negeri 2 Banjar Bali. In the first cycle the average percentage of activity of learning gained by 70,25% (criteria “quite active”) and the average percentage of Social Sciences learning outcomes obtained by 71,75% (criteria “medium”). In the second cycle the average percentage of activity of learning gained by 82,.40% (criteria “active”), and the average percentage Social Sciences learning outcomes obtained by 83,00% (criteria “high”). Become, the application of learning models time tokend arends assisted audio visual media can increase the activity of learning and learning outcomes IPS grade V SD Negeri 2 Banjar Bali academic year 2015/2016. Key word: learning outcomes, activity of learning, audio visual media, model time token arends
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Susanto (2015) menyatakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik. Melalui pendidikan IPS di sekolah dasar peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah sosial di lingkungannya. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat tinggi tidak hanya menekankan pada aspek teoretis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat juga ditekankan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS menurut Solihatin & Raharjo (2007:15) adalah “untuk mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. Namun kenyataannya, pembelajaran IPS di sekolah dasar belum terlaksana secara optimal. Hal ini dapat terlihat dalam pengemasan pembelajaran IPS yang masih bersifat teori. Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa, serta belum menggunakan model dan media pembelajaran yang bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa mengombinasikan dengan model pembelajaran yang inovatif. Keadaan tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran hanya terbatas pada
penyampaian materi yang ada dalam buku teks sehingga terkesan monoton. Berdasarkan hasil observasi PPL Real ketahui bahwa: 1) proses pembelajaran di kelas masih bersifat teacher centered, 2) guru kurang mampu melaksanakan proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS karena model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional. Hal ini ditunjukan pada saat guru memberi permasalahan terkait dengan materi pelajaran, ada beberapa siswa aktif mengkuti proses pembelajaran. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif, sehingga kelas didominasi oleh siswa yang aktif, 3) ketika guru melontarkan beberapa pertanyaan terkait dengan materi pelajaran, hanya beberapa siswa yang mau menanggapi pertanyaan dari guru, bahkan terkadang tidak ada satupun siswa yang mau menanggapi pertanyaan, sekalipun guru sudah menunjuk siswa untuk menjawab, 4) saat pembelajaran berlangsung siswa jarang mengajukan pertanyaan, baik itu bertanya mengenai materi yang dijelaskan oleh guru maupun bertanya mengenai masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran, padahal belum semua siswa paham dengan materi tersebut, 5) guru hanya menggunakan media gambar dalam pembelajaran secara terus menerus tanpa adanya variasi media yang lain, sehingga siswa bosan dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa tingkat pencapaian tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Guru menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat ada beberapa siswa yang bermain-main, sehingga ketika diberikan pertanyaan, beberapa siswa yang tidak mampu menjawab dan siswa yang pintar lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, keterbatasan dalam pemanfaatan media pembelajaran seperti LCD menyebabkan pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas V di SD N 2 Banjar Bali yang menyatakan bahwa 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran IPS membosankan, karena guru hanya menggunakan media gambar dan lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu rata-rata 67 sedangkan KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 73. Dari 20 siswa, hanya 6 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sedangkan 14 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Berdasarkan permasalahan di atas diperlukan upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS, yaitu dengan adanya pembenahan baik pada guru maupun dari siswa itu sendiri. Apabila seorang pendidik mampu meningkatkan minat belajar siswa terhadap IPS, diharapkan kesulitan yang dihadapi siswa dapat terselesaikan. Untuk itu, guru dituntut mampu menerapkan model pembelajaran dan media pembelajaran yang inovatif agar pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Cara yang dapat ditempuh adalah menerapkan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual. Model pembelajaran time token arends merupakan model yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Kurniasih & Sani (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran time token arends menjadikan keaktifan siswa sebagai titik perhatian utama dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa. Model ini merupakan salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Model pembelajaran time token arends sangat tepat diterapkan pada proses pembelajaran untuk mengurangi siswa yang mendominasi pembicaraan, sehingga siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara. Langkah-langkah model pembelajaran time token arends menurut Shoimin (2014), yaitu 1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 2) guru mengkondisikan kelas untuk
melaksanakan diskusi, 3) guru memberikan tugas kepada siswa, 4) guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ±30 detik per kupon pada setiap siswa, 5) guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar, satu kupon untuk satu kesempatan berbicara, siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya, siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis, demikian seterusnya hingga semua siswa menyampaikan pendapatnya, 6) guru memberikan sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa, 7) setelah selesai semua, siswa dibantu oleh guru bersama-sama membuat kesimpulan dan setelah itu menutup pelajaran. Penerapan model pembelajaran ini mampu mengatasi siswa yang mendominasi pembelajaran dan memberikan kesempatan secara menyeluruh bagi siswa yang kurang aktif. Media audio visual merupakan pelengkap model pembelajaran time token arends. Jenis media audio visual yang dipilih adalah video. Susilana & Cepi (2009) menyatakan media video merupakan media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara berupa narasi, dialog, sound, effect, music dan dalam unsur visual berupa gambar atau foto diam, gambar bergerak, animasi, dan teks yang dapat memudahkan dalam penyaluran pesan bagi siswa di sekolah dasar yang masih berada pada masa operasional konkret. Video dipilih sebagai media pembelajaran pada penelitian ini karena dapat diputar berulang kali dan lebih menarik perhatian siswa, sehingga memudahkan dalam penyaluran pesan bagi siswa yang masih berada pada masa operasional konkret. Dalam proses pembelajaran, siswa diajak mengamati video yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga mampu menjadikan suasana kelas lebih aktif dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visua dalam proses pembelajaran perhatian siswa, sehingga siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, termotivas memungkinkan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
secara efektif menarik i dalam belajar, keaktifan dan hasil belajar menjadi lebih maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Juliati (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Berbantuan Gambar Berseri Terhadap Keterampilan Berbicara pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus I Kecamatan Gianyar” menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe time token arends berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga membuktikan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajara time token arends dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Time Token Arends Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester Genap di Sd Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Gambar 1.Siklus PTK (Sumber:Dimodifikasi dari Arikunto, 2015) Tahap tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut. 1) Perencanaan, beberapa persiapan yang dilaksanakan dalam perencanaan adalah a) Mendiskusikan model time token arends bersama guru sebagai observer. b) Bersama-sama guru menentukan materi/pokok bahasan yang akan dibahas. c) Bersama-sama guru mengembangkan silabus yang akan dipelajari oleh siswa. d) Bersama-sama guru mencermati materi pelajaran yang terdapat pada kurikulum pada semester pelaksanaan penelitian yang dipilih untuk kepentingan penelitian. e) Bersama-sama guru merumuskan indikator pembelajaran sebagai pembatasan tentang apa yang diharapkan dapat dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang didasarkan pada standar kompetensi mata pelajaran. f) Bersama-sama guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan model yang digunakan yaitu model time token arends berbantuan media audio visual sesuai dengan materi yang akan diajarkan. g) Bersama-sama guru mepersiapkan media pembelajaran dan lembar kerja siswa (LKS) yang telah disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada siswa. h) Bersama-sama guru mempersiapkan instrumen penelitian untuk mengukur keaktifan dan hasil belajar IPS siswa. 2) Pelaksanaan Tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengadakan tindakan di kelas. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan oleh peneliti dan dibantu guru kelas V. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan RPP yang
METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih, karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran, dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah keaktifan belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
telah disusun. Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan model pembelajaran time token arends, yaitu sebagai berikut: a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran time token arends untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama guru. b) Membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model time token arends berbantuan media audio visual bersama guru. c) Membimbing siswa yang kurang mampu mengikuti pembelajaran bersama guru. d) Melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran bersama guru.Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang di RPP. 3) Observasi/Evaluasi dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan atau kendala yang dihadapi dan keunggulan yang diperoleh selama menerapkan model time token arends dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi evaluasi mengenai segala komponen proses pembelajaran seperti langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dan guru, hal yang menyebabkan siswa pasif dalam belajar, evaluasi media digunakan dan diakhir pertemuan dilakukan evaluasi mengenai hasil pembelajaran. 4) Refleksi dilakukan untuk melihat keaktifan dan hasil belajar IPS siswa pada siklus I. Sebagai dasar refleksi adalah hasil kegiatan observasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan. Selain itu, kegiatan refleksi berguna untuk melakukan peninjauan,
membuat gambaran kerja mengenai situasi proses penelitian, serta hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan dalam pengumpulan data keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan belajar siswa untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi. Aspek keaktifan yang diobservasi adalah bekerja sama, bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS dengan instrument berupa tes pilihan ganda dengan menggunakan empat pilihan (options), yaitu a, b, c, dan d. Tes dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kisi-kisi tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah menghitung nilai, rata-rata (mean), dan persentase ratarata. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pelaksanaan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Hasil penelitian keaktifan belajar setiap petemuan pada siklus I disajikan pada tabel 1.
Tabel 1.Data keaktifan belajar tiap petemuan pada siklus I Pertemuan
Rata-rata
Pertemuan I Petemuan II Pertemuan III
13,15 13,95 15,05
Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I adalah 14,05. Persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus I adalah 70,25%. Selanjutnya, rata-rata keaktifan belajar siswa dikonversikan ke dalam PAP
skala lima, persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus I berada pada rentangan 65 ≥ M < 79 dengan kriteria cukup aktif. Rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali pada siklus 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
I adalah 14,35. Persentase tingkat hasil belajar IPS pada siklus I adalah 71,75%. Selanjutnya, rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPS pada siklus I berada pada rentangan 65 ≥ M < 79 dengan kriteria sedang. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi serta evaluasi yang telah dilaksanakan, penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual dalam pembelajaran IPS pada siklus I belum dikatakan sepenuhnya berhasil. Walaupun telah terjadi peningkatan baik peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa, namun peningkatan keaktifan dan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. Setelah selesai tindakan siklus I, peneliti mengadakan refleksi dengan mengkaji hasil, hal-hal yang memperlancar dan kendala-kendala yang dihadapi. Hal-hal yang memperlancar dalam pelaksanaan tidakan adalah siswa merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran, siswa mengamati media video pembelajaran, siswa memiliki kesempatan yang sama dalam bertanya, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah 1. siswa belum dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model time token arends berbantuan media audio visual secara maksimal. Hal tersebut terjadi karena siswa terbiasa menjadi pendengar dan mencatat materi selama kegiatan pembelajaran, 2. siswa masih membeda-bedakan teman dalam memilih kelompok, sehingga banyak waktu terbuang, 3. pada saat kegiatan diskusi, kebanyakan siswa masih kurang aktif. Hal ini terlihat dari
dalam 1 kelompok siswa, hanya 1 sampai 3 orang yang terlihat tekun mengerjakan tugas, sedangkan siswa yang lain hanya mengandalkan temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan, 4. belum ada pemberian reward bagi siswa yang aktif. Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan adalah 1. menekankan kembali langkah-langkah atau petunjuk yang belum dipahami siswa dalam penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual, sehingga kegiatan siswa menjadi lebih aktif, 2. kelompok ditentukan secara heterogen, baik dari jenis kelamin maupun kemampuan siswa, 3. guru mendekati dan memberikan perhatian pada setiap kelompok agar bisa bekerja bersama dalam berdiskusi dan memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif, 4. guru memberikan reward non verbal, berupa tepuk tangan atau hadiah kepada siswa yang aktif. Refleksi yang telah dilaksanakan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada siklus II. Sehingga diharapkan akan mampu memeperbaiki proses pembelajaran pada siklus I dan mampu mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I, maka tindakan pada siklus II mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan perubahan-perubahan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II, hasil penelitian keaktifan belajar setiap pertemuan pada siklus II disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Data keaktifan belajar tiap pertemuan pada siklus II Pertemuan
Rata-rata
Pertemuan I Petemuan II Pertemuan III
15,25 16,60 17,60
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II adalah 16,48. Persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus II adalah 82,40%. Selanjutnya, rata-rata keaktifan belajar siswa dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus II berada pada rentangan 80 ≥ M < 89 dengan kategori aktif. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 16,60. Persentase tingkat hasil belajar IPS pada siklus II adalah 83,00%. Selanjutnya, rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPS pada siklus II berada pada rentangan 80 ≥ M < 89 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan siklus II, adapun temuan
yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan adalah 1. secara umum, proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang direncanakan sehingga keaktifan belajar dan hasil belajar dapat meningkat, 2. siswa tidak lagi membeda-bedakan teman dalam memilih kelompok, 3. pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa mulai lebih berani serta lebih percaya diri baik dalam mengemukakan ide, bertanya serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, dan 4. interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru lebih meningkat. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Variabel M%
M%
Keaktifan Belajar
70,25% (cukup aktif)
82,40% (aktif)
Hasil Belajar
71,75% (sedang)
83,00% (tinggi)
Pembahasan
terlaksana secara optimal. Selama proses pembelajaran, keaktifan siswa merupakan titik perhatian utama, sehingga siswa bersungguh-sungguh melakukan setiap indikator keaktifan. Keaktifan ini akan memunculkan keberanian siswa dalam bertanya, menjawab, maupun mengemukakan pendapat. Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam setiap proses pembelajaran. Penggunaan media audio visual yaitu video sangat menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa bersungguh-sungguh mengamati video, tertarik pada setiap tayangan video, dan perhatian siswa terfokus pada video. Sofyan & Ahmadi (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan suasana pembelajaran yang tidak membosankan, sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar. Pembelajaran yang menyenangkan memerlukan penggunaan media
Keaktifan Belajar Penerapan model time token arends sangat membantu siswa untuk menumbuhkan keaktifan siswa. Pada kegiatan awal, siswa diberikan tiga kartu berbicara sebagai alat bantu untuk bertanya, menjawab, maupun menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran. Setiap siswa harus menghabiskan kartu berbicara yang mereka miliki. Meskipun hanya beberapa siswa yang mampu menggunakan kartu berbicara secara optimal, siswa telah berusaha aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurniasih & Sani (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran time token arends menjadikan keaktifan siswa sebagai titik perhatian utama dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa. Melalui pembelajaran dengan model ini, kelas tidak didominasi oleh guru, tetapi diusahakan tercipta suasana yang penuh dengan keaktifan siswa berbicara. Interaksi yang dilakukan siswa yang satu dengan yang lain maupun siswa dengan guru dapat
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Penggunaan media audio visual yaitu video sangat tepat digunakan pada siswa SD, karena masih berada pada masa operasional konkret. Penggunaan media audio visual yaitu video dalam proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Ali (dalam Tegeh, 2010) yang menyatakan media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Kegiatan siswa mengamati video pembelajaran, menjadikan siswa mampu memahami materi pembelajaran, pikiran siswa terangsang untuk mencari informasi melalui video, siswa senang dalam mengikuti proses pembelajaran, perhatian siswa lebih terfokus pada video, dan tingginya partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan yang dimunculkan siswa selama proses pembelajaran ini mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Selama proses pembelajaran siswa yang aktif bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan mengerjakan soal diberikan reward berupa hadiah dan pujian, sehingga keaktifan belajar IPS siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Hamalik (2000) yang menyatakan pemberian penghargaan setelah seseorang melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan terus aktif untuk melakukan kegiatan belajarnya. Terlihat dari adanya perubahan siswa yang kurang aktif dalam bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, maupun mengerjakan soal menjadi aktif karena pemberian reward dalam proses pembelajaran.
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Siswa yang cenderung pasif dalam proses pembelajaran menjadi terbiasa untuk terlibat aktif dengan menggunakan kupon berbicara baik untuk bertanya, menjawab, maupun mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran. Pemberian kupon berbicara pada proses pembelajaran mampu melatih siswa untuk berbicara dan mendengarkan, sehingga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi belajar. Temuan penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian Wahyuni (2013) yang menemukan bahwa adanya pemberian kesempatan yang sama kepada siswa untuk bertanya dan menjawab menggunakan kartu berbicara selama proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi belajar. Siswa dapat aktif melakukan kegiatan pembelajaran dengan bertanya dan menjawab. Dalam situasi itu, guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan kartu berbicara. Hal ini didukung oleh teori Kurniasih & Sani (2015) yang menyatakan bahwa salah satu kelebihan model pembelajaran time token arends yaitu siswa menjadi aktif bertanya dan menjawab selama proses pembelajaran menggunakan kartu berbicara, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa dipengaruhi oleh penggunaan media audio visual yaitu video dalam proses pembelajaran yang mampu meningkatkan daya ingat dan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran karena media audio visual menggabungkan unsur gambar dan suara, sehingga mengaktifkan indera penglihatan dan pendengaran. Siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan mengamati media audio visual karena mampu menghadirkan kejadian lampau atau sukar didapat. Siswa juga dapat mengamati peristiwa secara langsung, sehingga siswa tidak perlu membayangkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Penggunaan media audio visual dapat
Hasil Belajar Berbagai keaktifan yang dilakukan siswa dengan penerapan model time token arends menjadikan siswa lebih memahami materi belajar. Langkah-langkah model pembelajaran time token arends yang 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
memanipulasi kecepatan yang terjadi dalam suatu peristiwa. Hal ini sesuai dengan teori Anitah (2009) menguraikan bahwa media pembelajaran membuat konkret konsepkonsep abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat, menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, dan memperlihatkan gerakan terlalu cepat atau lambat. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Situasi pembelajaran di kelas menggambarkan antusias siswa yang tinggi. Selama proses pembelajaran, siswa bersungguh-sungguh terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik sebagai pendengar maupun pembicara. Siswa aktif melakukan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan ide-ide yang dimiliki. Guru hanya memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan yang diperoleh dan pengetahuan tersebut lebih bertahan dalam ingatan siswa. Sardiman (2001) menyatakan keaktifan belajar merupakan unsur penting dalam pencapaian keberhasilan belajar yang melibatkan kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Siswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran, mengamati media audio visual, dan mengikuti setiap tahap proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa aktif mengolah informasi, sehingga pengalaman belajar siswa lebih optimal dan hasil belajar siswa meningkat.
belajar IPS siswa adalah 14,35 dengan persentase rata-rata 71,75% (kriteria sedang). Pada siklus II, rata-rata keaktifan meningkat menjadi 16,48 dengan persentase rata-rata 82,40% (kriteria aktif) dan rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 16,60 dengan persentase ratarata 83,00% (kriteria tinggi). Dengan demikian, tingkat keaktifan belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 12,15% dan peningkatan hasil belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 11,25%. Berdasarkan simpulan di atas, maka disampaikan saran sebagai berikut. (1) Siswa disarankan agar lebih giat belajar, mampu memperoleh pengalaman baru, dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas dengan mengajukan pertanyaan dan aktif mengemukakan pendapat, sehingga nantinya keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat dan memuaskan. (2) Guru disarankan agar memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual untuk mencapai kompetensi optimal siswa, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. (3) Pengelola di sekolah, utamanya kepala sekolah disarankan agar mampu membina dan mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran time token arends di sekolah dasar, sehingga mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. (4) Peneliti lain sebagai calon tenaga pendidik disarankan mampu menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran time token arends dengan baik, sehingga ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan, pengalaman, dan kemampuan mengembangkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran time token arends berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rata-rata keaktifan dan hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata keaktifan belajar IPS siswa adalah 14,05 dengan persentase rata-rata adalah 70,25% (kriteria cukup aktif) dan rata-rata hasil 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Ajaran 2012/2013.” Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia pada http://www.its.ac.id/time-tokenarends (diakses 17 Desember 2015).
DAFTAR PUSTAKA Anitah, W.S. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto,dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2000. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Y.P Pemindo. Juliati. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Berbantuan Gambar Berseri Terhadap Ketrampilan Berbicara pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus I Kecamatan Gianyar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Kurniasih, I. dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.Jakarta: Kata Pena. Sardiman,A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sofyan dan Ahmadi. 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Gramedia. Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Susanto, A. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Susilana, R dan Cepi Riyana. 2009.Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima. Tegeh. 2010. Media Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Wahyuni, T. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends untuk Meningkatkan Pemahaman Tentang Globalisasi Pada Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu, Karanganyar Tahun
10