PENERAPAN TEKNIK SNOWBALL THROWING GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN APRESIASI SENI RUPA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 AIR PUTIH KABUPATEN BATUBARA T.A. 2011/2012
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ESTRINA SINAGA NIM 208151049
JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012
1|Jurnal Seni Rupa
ARTIKEL
PENERAPAN TEKNIK SNOWBALL THROWING GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN APRESIASI SENI RUPA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 AIR PUTIH KABUPATEN BATUBARA T.A. 2011/2012
Disusun dan Diajukan Oleh:
ESTRINA SINAGA NIM. 208151049
Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diunggah Pada Jurnal Online
Medan, September 2012 Menyetujui: Pembimbing Skripsi
Drs. Sumarsono, M. Sn. NIP. 196102271992031001
2|Jurnal Seni Rupa
PENERAPAN TEKNIK SNOWBALL THROWING GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN APRESIASI SENI RUPA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 AIR PUTIH KABUPATEN BATUBARA T.A. 2011/2012 Estrina Sinaga ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan salah satu solusi guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan apresiasi seni rupa di SMP Negeri 1 Air Putih. Sumber data dari siswa kelas VII-1. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar berbentuk pilihan berganda yakni pre test dan post tes. Prosedur penelitian menggunakan dua siklus dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama nilai pre test yang di peroleh sebesar 43.75% yang tuntas dengan jumlah siswa 14 orang dengan nilai rata-rata siswa sebesar 66.87, dan mengalami peningkatan pada saat post test siklus I menjadi 62.5% yang tuntas dengan jumlah siswa 20 orang dengan nilai rata-rata siswa sebesar 78.12. Pada saat siklus II terjadi peningkatan dari post test siklus I ke post test siklus II menjadi 90.6% yang tuntas dengan jumlah siswa 29 orang dengan nilai rata-rata siswa sebesar 87.96. Dengan demikian terjadi rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebesar 23.42%. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan apresiasi seni rupa siswa di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara T.A. 2011/2012. Kata Kunci: Hasil belajar, teori apresiasi seni rupa, teknik snowball throwing.
PENDAHULUAN Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Lemahnya perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk mengajar secara langsung berimplikasi terhadap lemahnya proses pembelajaran, dan seandainya proses pembelajaran itu terjadi, maka anak tidak akan termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sehingga anak didik mengalami kendala dalam pembelajaran dikelas dan menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar pada siswa tersebut. Kurangnya variasi dalam teknik pembelajaran juga merupakan salah satu faktor lesunya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga berakibat pada
3|Jurnal Seni Rupa
ketuntasan hasil belajar. Untuk itu perlu di terapkan teknik-teknik pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar peran guru disekolah sangat di butuhkan dalam membantu para siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Seperti halnya di SMP Negeri 1 Air Putih, dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang siswa dari sekolah itu masih banyak pembelajaran yang diterapkan guru hanya menyuruh siswa membaca dan mengerjakan soal materi tanpa memberi penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan di pelajari. Pembelajaran seperti ini tentunya membuat siswa bingung dan akhirnya pembelajaran terkesan membosankan. Pelajaran seni rupa membawa siswa untuk aktif dan kreatif, dengan menggunakan otak kanan, dimana pada pelajaran sains dan sosial mereka memaksa siswa untuk menggunakan otak kiri. Pada dasarnya siswa akan jenuh menanggapi pelajaran serta menurunkan tingkat daya hafalnya. Hadirnya pelajaran seni rupa akan membawa siswa untuk rilek dan mengasah otak kanan berpikir. Namun sangat disayangkan pelajaran seni rupa terkadang diabaikan dalam proses belajar, dimana siswa merasa pelajaran seni rupa tidak ada hebatnya dibandingkan pelajaran sains, bahasa atau sosial, sehingga hasil belajar seni rupa siswa khususnya pada teori apresiasi seni rupa menjadi rendah. Dalam hal ini guru harus mampu menjadi motivator bagi siswa demi meningkatkan hasil belajar seni rupa khususnya teori apresiasi seni rupa, guru harus mampu menciptakan tehnik pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Sehingga pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai teori apresiasi seni rupa menjadi semakin meningkat. Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang siswa dari sekolah SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara, mengatakan bahwa ssaat ini masih banyak guru-guru yang mengajarkan bidang studi yang lain,mengajar dengan pembelajaran yang konvensional dengan metode ceramah di sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa bisa terjadi karena sulitnya siswa memahami pembelajaran seni rupa, terkhususnya dalam materi teori apresiasi seni rupa, hai ini disebabkan karena kurangnya variasi dalam tehnik pembelajaran, dan tehnik pembelajaran yang digunakan guru sewaktu mengajar belum seutuhnya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa. Salah satu teknik pembelajaran yang perlu diterapkan adalah teknik snowball throwing. Teknik snowball throwing adalah teknik pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan potensi yang dipelajarinya, dalam penerapanya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi peserta didik, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran. Bila kondisi seperti ini dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut untuk mengatasinya, maka dikhawatirkan pembelajaran seni rupa disekolah tidak akan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah. Oleh karena itu, peneliti berminat melakukan suatu penelitian dengan judul Penerapan Teknik Snowball Throwing Guna Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Apresiasi Seni Rupa Di Kelas VII SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara T.A. 2011/2012. Rumusan Masalah
4|Jurnal Seni Rupa
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan teknik Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar teori apresiasi seni rupa siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara? Tujuan Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini ialah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan teori apresiasi seni rupa melalui penerapan teknik snowball throwing di SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara. LANDASAN TEORI Pengertian Belajar Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi anatara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumilasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuanya sendiri (self regulated). Menurut Wittig dalam ( Syah, 2008: 114) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan, yaitu: a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi c. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi, Syah (dalam Jihad, 2008 : 1-2) Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting (Muhibbin, dalam Jihad 2008:6) adalah : 1) Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari 2) Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri. 3) Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan Hasil belajar Apresiasi Seni Rupa Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah “ scholastic achievement” atau “ academic achievement “ adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar, Briggs (dalam Ekawarnai, 2009: 40). 5|Jurnal Seni Rupa
Belajar dan mengajar merupakan suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran ( instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Penilaian proses menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi siswa dan guru, dan keterlaksanaan program belajar mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang. Bloom (dalam Ekawarna, 2009 :41) membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan motorik). Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah “pengetahuan” mulai dari tingkat paling ringan yaitu mengingat kembali (recall), memahami (comprehension), penerapan (application)analisis (analysis), sintesis (synthesis) sampai evaluasi (evaluation). Pada ranah kognitif (pengetahuan) tersebut, berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, yakni mengenai hasil belajar siswa pada materi teori apresiasi seni rupa. Dimana hasil belajar pada teori apresiasi yang dimaksud ialah siswa harus mampu mengingat, memahami, menganalisis sampai mengevaluasi kembali materi tentang teori apresiasi seni rupa yang meliputi tahapan pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang di gunakan dalan masing-masing bidang seni. Pada kegiatan apresiasi yang meliputi pengetahuan ini,. Ranah sikap mulai dari menangkap/ merespon aktif, mengapresiasi, menghayati/ internalisasi, sampai akhirnya menjadi karakter atau jiwa di dalam dirinya (life style). Sedangkan ranah psikomotorik mulai dari tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan, melakukan sendiri, melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau reflekstoris. Yang dimaksud hasil belajar teori apresiasi seni rupa siswa disini adalah pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai wawasan seni atau teori apresiasi seni rupa yang meliputi pengertian seni rupa, unsur-unsur seni rupa, prinsip-prinsip seni rupa, pembagian seni rupa, fungsi seni rupa dan pembagian seni rupa, serta pemahaman siswa mengenai pengertian apresiasi dan juga tahapan-tahapan apresiasi. Siswa di harapkan mampu mengerti atau memahami apa itu seni, unsur-unsur seni, pembagian seni, fungsi seni, pengertian paresiasi, tahapan apresiasi dan tingkatan apresiasi. Dan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil nilai harian atau nilai ulangan tentang teori apresiasi seni rupa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran seni rupa di kelas VII SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara. Hakikat Apresiasi Kata “apresiasi” yang digunakan dalam bahasa Indonesia mengandung arti penghargaan dan pengertian. Dalam bahasa Inggris disebut “appreciation “ merupakan kata benda yang kata kerjanya “ to appreciate “ yang berarti menghargai, menilai, mengerti dan menyadari (Sembiring, 2008: 59). Apresiasi seni adalah pemahaman dan pengenalan, pertimbangan, dan penilaian yang tepat tentang hal awal seni. Kegiatan apresiasi seni merupakan penikmatan seni lebih lanjut, apresiasi berarti pengenalan nilai pada tingkatan nilai yang lebih tinggi. Apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai
6|Jurnal Seni Rupa
yang lebih tinggi , sehingga ia siap untuk melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik (Derlan dalam Sobandi 2008 : 106). Adapun Kegiatan apresiasi meliputi:
1) Persepsi Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tarian-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi maupun modern. Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan mengarahkan kemampan dengan mengidentifikasi bentk seni. 2) Pengetahuan Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalakan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing bidang seni. Sesuai dengan hasil belajar yang dikemukakan oleh Bloom yang terdiri dari 3 ranah, ranah kognitif ( pengetahuan) merupakan salah satu dari ketiga ranah yang terkait dalam penelitian ini, dan hasil belajar yang di maksud pada ranah kognitif ini yakni siswa harus mampu mengingat, memahami, menganalisis sampai mengevaluasi kembali materi tentang teori apresiasi seni rupa. 3) Pengertian Pada tingkat ini, harapan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik. 4) Analisis Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi. 5) Penilaian Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian terhadap karya-karya seni yang diapresiasi, baik secara subjektif maupun objektif. 6) Apresiasi Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari tiga hal; value (nilai,) empathy, dan feeling. Value adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan makna atau fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni. Tahapan Apresiasi
7|Jurnal Seni Rupa
Pendapat lain berkaitan dengan tahapan apresiasi dikemukakan Bastomi dalam ( Sobandi 2008 : 118-120) yang meliputi: 1) Mengamati Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan si pengamat berupa observasi, meneliti, dan menganalisa, menilaiobjek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. Kebenaran tanggapan itu tergantung pada sifat kritis dan kecermatan dalam mengindera proyek. 2) Menghayati Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian terhadap nilai yang terkandung di dalam objek dengan hasil pengatamatan yang dilakukan oleh penghayat. 3) Mengevaluasi Kegiatan ini dapat dilaksanakan apabila pelakunya dapat mengukur bobot seni yang dievaluasinya. Kemampuan mengukur bobot ini biasanya dengan disertai kemampuan memberi kritik pada seni. 4) Penilaian dan Penghargaan Proses penilaian dan penghargaan sebagai tahap selanjutnya berkenaan dengan pengambilan keputusan dari si apresiator, apakah karya seni yang dilihatnya baik, indah, dan layak mendapatkan pujian atau penghargaan, atau sebaliknya. 5) Berapresiasi Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa bahwa dirinya berada didalam karya itu. Tujuan dan Fungsi Apresiasi seni 1) Tujuan Apresiasi Seni Tujuan apresiasi seni diungkapkan Derlan dalam ( Sobandi 2008: 122) bahwa apresiasi seni pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan apa yang disebut dengan “pengalaman estetis”. Penikmatan seni yang terarah, sadar dan bertujuan akan menghasilkan pengalaman tersebut. Seperti halnya dengan pergaulan yang akrab dengan karya seni, pengalaman-pengalaman itu didapatkan. Tujuan apresiasi seni dalam kurikulum pendidikan umum adalah untuk memperkenalkan siswa terhadap seni dan lebih jauhnya dapat memahami nilai-nilai dan aturan dalam kehidupan budayanya ( Sobandi 2008:123). 2) Fungsi Apresiasi Seni Proses penciptaan karya oleh seorang seniman memiliki fungsi yang bersifat pribadi dan fungsi sosial untuk dinikmati oleh masyarakat secara semestinya. Melalui apresiasi seni, masyarakat diharapkan menjadi kaya jiwanya, sehat rohaninya karena terisi dengan pengalaman-pengalaman yang positif sifatnya. 8|Jurnal Seni Rupa
Kegiatan apresiasi yang dilakukan berfungsi untuk meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada bangsa sendiri dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia. Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia. Seni Rupa Kata seni dalam bahasa Indonesia erat kaitanya dengan kata “sani” dalam bahasa Sanskerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur.( Soedarso SP dalam Sembiring, 2008:1). Dalam bahasa ( Inggris), seni disebut “art” yang mengandung arti : 1) Karya manusia yang mengandung kualitas dan nilai estetis ( Creations, works, productions of human that have aesthetics qualities or values). 2) Aneka keahlian yang diciptakan dari pengalaman yang memungkinkan seseorang memiliki : kecakapan membuat, menyusun dan merencanakan sesuatu secara sistematis dan tujuan mengungkapkan makna kejiwaan untuk mencapai hasil-hasil yang menyenangkan sesuai dengan prinsip-prinsip stetis, baik secra intuitif maupun kognitif. Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan. wujud karya dimensi seni rupa terdiri atas dua (Sulastianto 2008:6) yakni : 1) Karya seni rupa dua dimensi (Dwimatra), yakni berupa bidang mendatar yang tidak memiliki kesan ruang atau kedalaman. Karya seni ini memiliki ukuran panjang dan lebar. Contohnya sketsa, kolase, lukisan, foto, illustrasi dan lain sebagainya 2) Karya seni rupa tiga dimensi (Trimatra), yakni karya yang memiliki kesan ruang, volume, bentuk serta terlihat dari berbagai sudut pandang. Contohnya patung dan keramik. Unsur-unsur dalam seni rupa (Sembiring, 2008: 27-29) meliputi : 1) Titik, yaitu citra bentuk paling sederhana atau dikatakan sebagai unsur terkecil karena tidak dapat dideteksi batas-batasanya. 2) Garis, kumpulan titik-titik yang memiliki batas awal dan batas akhir. Bidang, yaitu suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis. 3) Tekstur, adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaanlukisan atau gambar 4) Ruang dan volume , ruang dalam seni rupa dua dimensional adalah tempat bidang-bidang, garis dan titik-titik berada, sedangkan pada karya seni rupa tiga dimensional, ruang adalah tempat karya tersebut berada, sedangkan volume adalah kepejalan suatu benda karya tiga dimensional nyata dan volume pada 9|Jurnal Seni Rupa
karya dua dimensional hanya merupakan ilusi karena adanya manipulasi bagian objek gambar yang dibuat terang dan bagian gelapnya dengan perantaraan radiasi warna. 5) Cahaya dan bayang-bayang (gelap terang) 6) Warna, adalah gelombang cahaya mempengaruhi penglihatan kita.
dengan
frekuensi
berbeda
yang
7) Massa, adalah bentuk-bentuk yang ada didalam ruang baik ruang nyata pada seni rupa tiga dimensional, dan ruang nyata dalam seni rupa dua dimensional . Prinsip-prinsip seni rupa (Suwandi 2007:12) : 1) Kesatuan (Unity), muncul didalam ketunggalan. Kesatuan terdiri dari keanekaragaman karakteristik visual didalam desain, sementara elemen-elemen yang tidak mirip satu dengan yang lainya. 2) Keseimbangan (Balance), merupakan kesamaan bobot dari unsur-unsur yang ada. 3) Irama, dalam karya seni rupa irama dapat diusahakan lewat penyususnan unsurunsur yang ada di dalamnya. 4) Komposisi, adalah penataan atau penyusunan unsur-unsur seni rupa menjadi satu kesatuan yang harmonis untuk tujuan pengekspresian. 5) Pusat perhatian (center of Interest), adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur lain yang ada disekitarnya. 6) Keselarasan (Harmony), merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur yang terdapat dalam seni rupa dari berbagai bentuk yang berbeda. Fungsi-fungsi seni rupa meliputi : 1) Fungsi praktis yaitu fungsi pakai, contoh : pakaian, mobil, meja, rumah dan lainlain 2) Fungsi ritual yaitu fungsi untuk keagamaan, contoh : patung-patung dewa untuk disembah agama Budha. 3) Fungsi ekonomi yaitu fungsi yang untuk memenuhi ekonomi, contoh : karyakarya seni yang dijual sehingga menghasilkan uang untuk memenuhi ekonomi, misalnya anyaman rotan. 4) Fungsi kesenangan yaitu fungsi yang untuk dinikmati saja, contoh : lukisan. Berikut yang ada dalam kandungan seni rupa (Sulastianto 2008:7-8): 1) Tema, karya seni rupa Nusantara baik berupa lukisan, patung, maupun keramik mengandung tema atau topik tertentu. Tema dalam sebuah karya seni rupa dapat berupa kasih sayang, keindahan alam, peperangan, binatang, kehidupan masyarakat, agama, atau yang lainya 10 | J u r n a l S e n i R u p a
2) Bentuk, merupakan hal yang paling mudah dilihat pada sebuah karya seni rupa karena tersusun dari unsur-unsur fisik yang bersifat visual atau kasat mata. Pada saat seseorang menikmati bentuk karya seni rupa, dapat timbul tanggapan berupa perasaan atau kesan tertentu. Halini berkenaan dengan upaya apresiasi, yaitu proses penanggapan, pengaguman, penghargaan dan penilaian atas suatu karya seni. 3) Makna, karya seni rupa yang diciptakan seorang perupa (seniman) juga memiliki makna simbolik, yaitu nilai perlambangan. Nilai tersebut kadang hanya dimengerti oleh sang perupa atau bisa juga dipahami banyak orang. Tehnik Snowball Throwing Tehnik pembelajaran snowball throwing merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif (active learning), yang juga merupakan bagian dari strategi pembelajaran kooperatif. Secara pedagogis pembelajaran aktif ( active learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Beberapa ciri dari pembelajaran aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning In School dalam B. Uno,2011 : 76) adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.
Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru) Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar Pembelajaran berpusat pada anak Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar i. Guru memantau proses belajar siswa j. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak Dalam teknik pembelajaran Snowball Throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan. Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Adapun langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut :
11 | J u r n a l S e n i R u p a
1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan dan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temanya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari satu siswa ke siswa lain selama lebih kurang 15 menit. 6) Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Guru memberikan kesimpulan 8) Evaluasi 9) Penutup (B.Uno,Hamzah, 2011 :88) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran karena penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin dan terdiri dari tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap (Arikunto, 2006:16), yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batubara untuk mata pelajaran Seni Budaya. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas VII tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah rata-rata 30 orang siswa perkelas. Penelitian ini dikhususkan pada kelas VII-1 dengan jumlah siswa 32 orang, karena kelas VII-1 ini merupakan kelas yang bersifat heterogen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tes yakni Instrumen soal tes objektif yang diberikan berupa tes awal (pre-test) sebelum diterapkan teknik snowball throwing sebanyak 20 soal pilihan berganda yang terdiri dari 4 opsion dan tes akhir pada akhir pembelajaran setelah diterapkan teknik snowball throwing (post-test pada siklus I dan post test siklus II) yang masing-masing post test setiap siklus sebanyak 20 soal pilihan berganda yang terdiri dari 4 opsion. HASIL PENELITIAN Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah hasil belajar pada tiap siklus terjadi peningkatan, yaitu nilai rata-rata kelas pada saat pre test mencapai 66.87 dengan siswa yang tuntas belajar 14 siswa atau 43.75%. Pada saat post test siklus 1 terjadi
12 | J u r n a l S e n i R u p a
peningkatan yakni dengan nilai rata-rata kelas mencapai 78.12, siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 siswa atau 62.5%. Dan meningkat pula pada saat post test siklus II yakni dengan nilai rata-rata kelas mencapai 87.96, siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa atau 90.6%.
PEMBAHASAN Berdasarkan temuan penelitian ini pelaksanaan pembelajaran teori apresiasi seni rupa di mulai dengan data hasil pre test ( test awal) sebanyak 20 butir soal pilihan berganda yakni untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa pada materi pokok teori apresiasi seni rupa. Dari data yang diperoleh jumlah siswa yang tuntas pada pre test sebanyak 14 orang (43.75%) dan yang tidak tuntas sebanyak 18 orang ( 56.25%). Pada siklus I pada akhir pembelajaran diberikan post test sebanyak 20 butir soal pilihan berganda untuk mengetahui tingkat ketuntasan hasil belajar siswa setelah di gunakan teknik snowball throwing, data post test pada siklus I,dari data post test yang telah di peroleh pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan di bandingkan dengan pre tes yang dilakukan yakni meningkat sebesar 18.75% yakni dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang (62.5%) dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 12 orang (37.5%). Pada siklus I tingkat ketuntasan secara klasikal belum mencapai >75%, untuk itu perlu diadakan perbaika dan di lanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus II pada akhir pembelajaran diberikan juga post test sebanyak 20 butir soal pilihan berganda untuk mengetahui tingkat ketuntasan hasil belajar siswa setelah di gunakan teknik snowball throwing pada siklus II, data post test pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 99 dari data post test yang telah di peroleh pada siklus I,hasil post test pada siklus II mengalami peningkatan dari post test siklus I sebesar 28.1% yakni dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 29 orang (90.6%) dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 3 orang (9.4%). Dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 28%, hal ini menandakan bahwa tidak perlu lagi dilaksanakan siklus berikutnya karena jumlah siswa yang tuntas belajar sudah mencapai ketuntasan secara klasikal yakni sebesar 90.6%.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penerapan tehnik pembelajaran snowball trhowing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan teori apresiasi seni rupa dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. 2. Dari hasil pre test dan post test pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perolehan nilai hasil belajar sebesar 18.75% dari nilai pre test yang di peroleh sebesar 43.75% yang tuntas dengan jumlah siswa 14 orang dan nilai rata-rata sebesar 66.87, meningkat pada post test siklus I menjadi 62.5% yang tuntas dengan jumlah siswa 20 orang dan nilai rata-rata sebesar 78.12, dan meningkat sebesar 28.1% dari post test siklus I ke post test siklus II menjadi 90.6% yang tuntas dengan jumlah siswa 29 orang dan nilai rata-rata sebesar 87.96. Dengan 13 | J u r n a l S e n i R u p a
demikian terjadi rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebesar 23.42%. 3. Variasi tehnik pembelajaran dikelas menjadi lebih meningkat, dan tidak lagi monoton.
Saran 1. Dalam pembelajaran diharapkan suasana pembelajaran lebih menyenangkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan antusias belajar siswa, keterampilan bertanya serta mengemukakan pendapat. 2. Teknik snowball throwing dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam proses belajar menagajar. 3. Guru hendaknya terus mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan inovasi pembelajaran seperti penerapan teknik-teknik pembelajaran yang berkembang saat ini guna meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menyusun format proses tahapan terencana dan sistematis, dan dapat digunakan untuk semua materi bidang studi di sekolah menengah pertama.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. B.Uno, Hamzah. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara. Ekawarna. 2009. Penelitian tindakan kelas. Jakarta : GP Press Iskandar. 2011. Penelitian tindakan kelas. Jakarta : GP Press Jihad, Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo. Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Sanjaya, Wina. 2009. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sembiring, Dermawan. Wawasan Seni. Medan : Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. Sobandi, Bandi. 2008. Model pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo : Maulana offset. Sulastianto, dkk. 2008. Seni Budaya Untuk SMP kelas VII. Bandung : Grafindo Media Pratama
14 | J u r n a l S e n i R u p a
Suwandi, dkk. 2007. Seni Budaya Untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Ganeca Exact. Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana
15 | J u r n a l S e n i R u p a