perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri di Boyolali)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh Nimas Permata Putri S841102011
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK (Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri di Boyolali)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
(Permendiknas No. 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurangkurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,............Juni 2012
Nimas Permata Putri S841102011 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan untuk mencapai derajat magister Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS. Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan memberikan apresiasi secara tulus kepada semua pihak, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S selaku Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penulisan tesis; 2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd selaku Ketua Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar; 3. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar; 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya; 5. Ayahanda Subandi dan Ibunda Umi Amanah yang telah memberikan doa restu; 6. Saudara-saudaraku, mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS angkatan 2010 yang telah memberi motivasi demi selesainya tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga Bermanfaat. Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nimas Permata Putri. S841102011. Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Menyimak (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri di Boyolali). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan kemampuan menyimak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Snowball Throwing dan yang menggunakan model pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions(STAD); (2) perbedaan kemampuan menyimak antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah; dan (3) interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 X 2. Populasi penelitian ini adalah SMP Negeri di Boyolali; sampel penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Banyudono sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 orang dan siswa SMP Negeri 4 Boyolali sebagai kelas kontrol sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dengan teknik two stage random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan menyimak, sementara teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar berupa angket dengan dengan skala Likert. Teknik analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalur. Hasil penelitian: (1) Ada perbedaan kemampuan menyimak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Snowball Throwing dan yang menggunakan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD), terbukti skor rata-rata masing-masing 79,067 dan 70,233. Hal tersebut didukung oleh analisis statistik inferensial pada perolehan hasil Fh sebesar 18,81 > Ft sebesar 4,01 dengan taraf signifikansi 5%. (2) Ada perbedaan kemampuan menyimak antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah. Terbukti skor rata-rata masing-masing 79,533 dan 69,767. Hal tersebut didukung oleh analisis statistik inferensial pada perolehan hasil Fh sebesar 22,99 > Ft sebesar 4,01 dengan taraf signifikansi 5%. (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak, terlihat dari perolehan hasil Fh sebesar 4,88 > Ft sebesar 4,01. Simpulan penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Snowball Throwing lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD); kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah; dan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak. Kata Kunci: Snowball Throwing, Minat Belajar, Kemampuan Menyimak commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nimas Permata Putri. S841102011. The Effect of Snowball Throwing Learning Model and Learning Interest on Listening Ability (An Experiment on the VII Graders of Public Junior High Schools in Boyolali). Tesis. Surakarta. Indonesian Language Education Study Programme for Postgraduate in Sebelas Maret University of Surakarta. June 2012.
ABSTRACT The research objective was to determine: (1) the difference between students' listening skills taught by Snowball Throwing learning model with Student Teams-Achievement Divisions (STAD) learning model, (2) differences between the listening skills of students who have high interest in learning with students which have low interest in learning, and (3) the interaction between learning models and learning interest in affecting the listening skills. The research method used in this study is an experimental method with a 2 X 2 factorial design. The study population was SMP in Boyolali; while the samples were students of SMP Negeri 1 Banyudono as experimental class with total 30 people and students of SMP Negeri 4 Boyolali as control class with total 30 people. Method of sampling used was two stage random sampling technique. Data collection techniques used were test and non-test. Test techniques were used to collect listening skills data, while the non-test techniques were used to collect learning interest data that were a questionnaire with a Likert scale. Technique of data analysis used was Analysis of Two Line Variance. The result of research: (1) There is a difference of listening ability between the students taught with Snowball Throwing learning model and those taught with Students Teams-Achievement Division (STAD). It can be seen from the mean 79.067 and 70.233, respectively. It is supported by inferential statistical analysis that can be seen from Fstat of 18.81 > Ft of 4.01 at significance level of 5%. (2) There is a difference of listening ability between the students with high learning interest and those with low learning interest. It can be seen from the mean 79.533 and 69.767, respectively. It is supported by inferential statistical analysis that can be seen from Fstat of 22.99 > Ft of 4.01 at significance level of 5%. (3) There is an interaction of learning model and learning interest in affecting the listening ability, that can be seen from Fstat of 22.99 > Ft of 4.01. The conclusion of elaboration above is that this research proves that the listening ability of the students taught with Snowball Throwing learning model is significantly better than that of those taught with Students Teams-Achievement Division (STAD); the listening ability of the students with high learning interest is significantly better than that of those with low learning interest; and there is an interaction of learning model and learning interest in affecting the listening ability.
Keywords: Snowball Throwing, Learning Interest, commit to user Listening Skill
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
'Man Jadda Wa Jadda.” (Al-Hadist)
“Siapapun jangan kau pernah sakiti dalam pencarian jati dirimu dan semua yang kau impikan.” (Laskar Pelangi)
“Harus bermanfaat!!!” (Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kusuntingkan tesis ini untuk anugerah dan harta karun luar biasa yang Allah titipkan di awal perjalanan hidupku: Bapak, Mama, Mas Doddy, Mbak Ifah, Dek Bayu, dan Baby Ashna commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................
i
PERSETUJUAN ...................................................................................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS & HAK PUBLIKASI .....................
iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
iv
ABSTRAK. ............................................................................................
v
ABSTRACT. ..........................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
7
A. Kajian Teori ................................................................................
7
1. Hakikat Kemampuan Menyimak .................................................
7
a. Pengertian Kemampuan...........................................................
7
b. Pengertian Menyimak .............................................................
9
c. Tahap-tahap Menyimak ...........................................................
11
d. Tujuan Menyimak ...................................................................
12
e. Jenis-jenis Menyimak ..............................................................
13
f. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak ......................
16
g. Ciri-ciri Penyimak yang Ideal .................................................
19
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hakikat Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Student Teams- Achievement Divisions (STAD) ......................................
21
a. Pengertian Model Pendekatan, Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran ...........................................................................................
22
b. Model Pembelajaran Snowball Throwing....................................
25
c. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD).... ................................................................................
28
3. Hakikat Minat Belajar............................................................ ......
30
a. Pengertian Minat................................................................ .....
30
b. Pengertian Belajar.............................................................. .....
33
c. Jenis-jenis Minat................................................................ ......
34
d. Aspek-aspek Minat Belajar................................................ .....
35
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar............ ......
37
f. Cara-cara Membangkitkan Minat belajar..................... ...........
38
B. Penelitian yang Relevan.................................................... ..........
40
C. Kerangka Berpikir............................................................... ........
43
D. Hipotesis Penelitian.......................................................... ...........
47
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................
48
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
48
B.
Jenis Penelitian ……………………......................... ................
49
C.
Populasi dan Sampel Penelitian .................................................
50
D.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..........................
55
E.
Teknik Pengumpulan Data..................................................... ....
57
F.
Instrumen Penelitian.................………………..........................
57
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen.............................. ......
59
H.
Uji Persyaratan Analisis …………………………............. .......
63
I.
Hipotesis Statistik ………………………………......... .............
63
J.
Teknik Analisis Data...................................................................
64
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................
65
A. Deskripsi Data .......................................................................
65
1. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) ....................
66
2. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD) (A2) ................................................................................
67
3. Kemampuan Menyimak Siswa Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1) ........................................................
69
4. Kemampuan Menyimak Siswa Memiliki Minat Belajar Rendah (B2)........................................................
70
5. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1).. ..................................................
72
6. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2). .......................................
73
7. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan STAD yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1). ...........................................................................
75
8. Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan STAD yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2). ...........................................................................
76
B. Pengujian persyaratan Analisis ............................................
78
1.
Hasil Uji Normalitas Data ............................................
80
2.
Hasil Uji Homogenitas Varians ...................................
84
C. Pengujian Hipotesis Penelitian .............................................
90
1. Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan yang Menggunakan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement .............. commit to Divisions(STAD) user
xii
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Siswa yang Memilki Minat Belajar Tinggi dan Siswa yang Memiliki Minat Rendah ............................................................................
91
3. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran dan Minat Belajar dalam Mempengaruhi Kemampuan Menyimak .......................................................................
92
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
101
E. Keterbatasan Penelitian .........................................................
105
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................
107
A. Simpulan ..............................................................................
107
B. Implikasi Penelitian .............................................................
107
C. Saran ....................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
113
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................
116
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................................
49
2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) ..........
66
3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2) ........................................................................................
68
4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak pada Siswa yang Mempunyai Minat Belajar Tinggi (B1) .....................................
69
5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak pada Siswa yang Mempunyai Minat Belajar Rendah (B2) ...................................
71
6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) .............................................
72
7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2)............................................
74
8. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) ............
75
9. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD) dan Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) ........
77
10. Tabel Hasil Uji Lilliefors. ...................................................................
79
11. Tabel Hasil Uji Barlett. ......................................................................
84
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Gambar Gambar
Halaman
1.
Kerangka Berpikir ............................................................................
46
2.
Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2 ...........................................
50
3.
Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen ..........................
54
4. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1).................................
67
5. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD) (A2) ...................................................................................................
68
6. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1).................................................................
70
7. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2) ...............................................................
71
8. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajarn Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) ......................................................................
73
9. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajarn Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) .....................................................................
74
10. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD) yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) .......
76
11. Histogram Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions(STAD) yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) .....
commit to user
xv
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Menyimak ............................................... 117 2. Tes Kemampuan Menyimak .............................................................. 118 3. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Menyimak. .................................... 125 4. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ............................................... 126 5. Angket Minat Belajar ......................................................................... 127 6. Perhitungan Uji Validitas Tes Kemampuan Menyimak..................... 130 7. Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Menyimak ................. 134 8. Perhitungan Uji Validitas Angket Minat Belajar ............................... 138 9. Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Minat Belajar ........................... 141 10. Hasil Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas Eksperimen ............ 145 11. Hasil Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas Kontrol ................... 148 12. Hasil Angket Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ....................... 151 13. Hasil Angket Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol.............................. 153 14. Skor Kemampuan Menyimak ............................................................. 155 15. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok Esperimen (A1) .................................................................................. 157 16. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok kontrol (A2) ....................................................................................... 158 17. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok yang Memilili Minat Belajar Tinggi (B1) .......................................... 159 18. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2) ........................................ 160 19. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok Eksperimen yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) ................ 161 20. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok Eksperimen yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) ............... 162 21. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok Kontrol yang Memiliki Minat Belajar commitTinggi to user(A2B1) ....................... 163
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa Kelompok Kontrol yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) ..................... 164 23. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar Snowball Throwing (A1) dan yang Diajar STAD (A2)... 165 24. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Memilki Minat Belajar Tinggi (B1) dan yang Memiliki Minat Belajar Rendah(B2) ............................................................................ 166 25. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat belajar Rendah (A1B2) ............................................................ 167 26. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat Belajar Tinggi(A2B1) dan Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat belajar Rendah (A2B2)................................................................................... 168 27. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat belajar Tinggi (A2B1) .................................................................................... 169 28. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) dan Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat belajar Rendah (A2B2)................................................................................... 170 29. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat belajar Rendah (A2B2)................................................................................... 171 30. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar STAD yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) dan Siswa yang Diajar Snowball Throwing yang Memiliki Minat belajar Rendah (A1B2) ....................................................................... 172 commit to user 31. Tabel Kerja untuk Analisis Data Penelitian dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalur ................................................................................................ 174 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32. Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Menyimak...... 176 33. Hasil Analisis Statistik Anava ............................................................ 182 34. Uji Lanjut /Tuckey ............................................................................. 184 35. RPP Snowball Throwing ................................................................... 186 36. RPP STAD ......................................................................................... 189 37. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 191 38. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 193
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menyimak tampak kurang mendapat perhatian sebagaimana halnya kompetensi berbahasa yang lain, padahal kemampuan menyimak sangat diperlukan untuk mengikuti berbagai mata pelajaran. Hal itu disebabkan guru beranggapan bahwa dengan sendirinya peserta didik telah baik kemampuannya memahami bahasa lisan, atau karena alasan waktu yang terbatas, tuntutan materi menyimak, dan media simakan baik langsung atau tidak yang kurang memadai. Setiap manusia normal dilengkapi dengan potensi menyimak, tetapi belum tentu setiap orang menjadi penyimak yang baik. Kemampuan menyimak merupakan hal yang penting, sebab dalam kehidupan sehari-hari komunikasi banyak dilakukan secara lisan sehingga kemampuan menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Selain itu kemampuan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa dan berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Mengingat bahwa proses pemahaman bahasa lisan di lingkungan terjadi lebih dahulu sebelum seseorang dapat menghasilkan bahasa tersebut serta penyimak yang baik berpengaruh terhadap keberhasilan to user belajarnya. Tanpa kemampuan commit menyimak secara baik dimungkinkan terjadi
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan seharihari. Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuannnya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya seperti pada tahap Sekolah Menengah Pertama (SMP). Proses pembelajaran dalam pelajaran bahasa Indonesia
khususnya
kemampuan menyimak umumnya masih menggunakan metode konvensional (ceramah), yang tentunya menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi yang disampaikan guru. Kurangnya variasi dalam penyampaian materi inilah yang membuat para siswa kurang terlibat langsung atau aktif dalam proses pembelajaran. Jika para siswa sudah tidak fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru, maka hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak akan maksimal. Oleh karena itu, para guru dituntut untuk selalu menemukan modelmodel pembelajaran yang lebih bervariasi, demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. Kemampuan menyimak dapat tercapai dengan adanya proses pembelajaran di sekolah. Upaya melatih kemampuan menyimak siswa sudah dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi arahan dan motivasi serta usaha guru untuk menemukan alternatif model pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak. Model pembelajaran
yang dapat
menumbuhkan minat belajar. Model pembelajaran yang dapat menumbuhkan commit to user dialogis, kreatif, dan dinamis pembelajaran yang bermakna, menyenangkan,
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran inovatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran kemampuan menyimak di SMP. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jenis metode pembelajaran kooperatif antara lain: Student TeamAchievement Division (STAD) dan Snowball Throwing. Model pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) adalah model yang paling sederhana dari pembelajaran kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Kemudian model pembelajaran
Snowball Throwing atau bola salju bergulir,
maksudnya lemparan bola salju. Model pembelajaran ini membantu penyampaian materi melalui diskusi kelompok, namun diselingi dengan permainan saling melempar pertanyaan yang ditulis dalam secarik kertas (seolah-olah sebagai bola salju), kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab oleh setiap siswa. Dengan model pembelajaran ini, para siswa lebih dilibatkan secara langsung dan akan menjadi lebih aktif, khususnya ketika mereka harus membuat sebuah pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh teman mereka sendiri. Cara belajar seperti ini sangatlah berbeda dengan metode konvensional (ceramah), yang tidak melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena semua penyampaian materi hanya berpusat dari seorang guru. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari pengalaman yang ditempuh, baik bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Oleh karena itu, belajar hanya akan terjadi apabila siswa memiliki dorongan dari dalam dirinya atau minat untuk berubah sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Adanya suatu kemampuan dasar pada setiap individu, seperti membaca, menulis, menyimak, dan berbicara tidak akan muncul dengan sendirinya selama proses pembelajaran di sekolah masih didominasi dengan metode ceramah; siswa duduk, mendengarkan dan mencatat serta menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Kemampuan dasar tersebut dapat tercapai, apabila para guru di sekolah menyusun rancangan pembelajaran yang bertujuan menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak siswa SMP.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD)? 2. Apakah terdapat perbedaan antara kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak? commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. perbedaan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran
Snowball
Throwing
dan
yang diajar
dengan
Model
Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). 2. perbedaan antara kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah. 3. interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat dipakai: a. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori Model Pembelajaran Snowball Throwing; b. Sebagai bukti empiris bahwa minat siswa berpengaruh terhadap kemampuan menyimak; c. Sebagai bukti empiris adanya keterkaitan antara Model Pembelajaran Snowball Throwing dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Siswa memperoleh wawasan
yang lebih luas, khususnya
kemampuan menyimak dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing sehingga dapat meningkatkan daya menyimak. b. Bagi Guru 1) Menciptakan
pembelajaran
yang
inovatif
dan
menyenangkan
sehingga dapat menarik perhatian siswa. 2) Memudahkan guru untuk menumbuhkan minat siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. c. Bagi Peneliti 1) Mengembangkan
wawasan
mengenai
penerapan
pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia yang inovatif. 2) Mendapatkan bukti empiris bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan kemampuan menyimak. d. Bagi Pengambil Kebijakan 1) Menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. 2) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang Inovatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Pada bab ini dideskripsikan teori-teori yang relevan dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu (1) hakikat kemampuan menyimak; (2) hakikat Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Student Teams- Achievement Divisions (STAD) ; dan (3) hakikat minat belajar. 1.
Hakikat Kemampuan Menyimak a. Pengertian Kemampuan Keterampilan atau kemampuan merupakan dua istilah yang selalu tumpang tindih dalam penggunaannya. Kedua istilah tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar atau pengalaman belajar. Hal itu sesuai dengan pengertian yang dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yang menyatakan pengertian kemampuan (kompetensi) sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Menurut Elliot dan Dweck (2006:5) kemampuan artinya adalah sebagai suatu kondisi atau kualitas efektivitas kecukupan, atau keberhasilan. Maksudnya bahwa kemampuan adalah suatu ukuran berdasarkan apa yang dilakukannya dalam mencapai sesuatu hal.
commit to user 7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian definisi kemampuan juga diungkapkan oleh Schultheiss dan Brunstein (2006 : 42), yaitu bahwa kemampuan ialah konsep yang multifaset. Mengacu pada keterampilan dan kemampuan yg dikembangkan seseorang, sejauh mana sikap orang tersebut merealisasikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, dan bagaimana seseorang berhasil melakukan sesuatu. Hal senada diungkapkan Ennis (2008:30) dalam jurnalnya, kemampuan adalah kesanggupan dan keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu. Kesanggupan meliputi pengetahuan, keterampilan dan kemauan sehingga seseorang dalam melakukan sesuatu berhasil. Dalam jurnal yang lain disebutkan kemampuan adalah kombinasi dari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu. Artinya suatu kekuatan dan kesanggupan untuk melakukan atau menunjukkan suatu perbuatan (Jones, et al. 2002: 8) Pendapat berbeda diutarakan oleh Rychen dan Salganik (2005:4). Mereka berpendapat bahwa kemampuan lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan. Ini melibatkan kemampuan untuk memenuhi kompleks tuntutan, dengan menggambar pada psikososial dan memobilisasi sumber daya (termasuk keterampilan dan sikap) dalam konteks tertentu. Misalnya, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif adalah kompetensi yang dapat menarik pengetahuan individu dari bahasa, keterampilan TI praktis dan sikap terhadap orang dengan siapa ia berkomunikasi. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan
lebih
luas
cakupan
pengertiannya
daripada
keterampilan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan yang diperlukan untuk menunjukkan suatu tindakan atau
aktivitas.
Kesanggupan
yang dimaksud
adalah
sekumpulan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang.
b. Pengertian Menyimak Kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menyimak tampak kurang mendapat perhatian sebagaimana halnya kompetensi berbahasa yang lain, walaupun sebenarnya kemampuan itu sangat diperlukan untuk mengikuti pelajaran berbagai mata pelajaran. Hal itu mungkin disebabkan guru beranggapan bahwa dengan sendirinya peserta didik telah baik kemampuannya memahami bahasa lisan, atau karena menyusun atau mempersiapkan tes kompetensi menyimak memang tidak semudah dan sesederhana seperti halnya tes-tes kompetensi yang lain. (Nurgiantoro, 2010: 353) Istilah menyimak sering diartikan sama dengan mendengarkan. Padahal kedua istilah itu memiliki perbedaan dari segi kualitasnya. Dalam commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan mendengarkan ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman. Dalam menyimak bukanlah hanya sekedar mendengarkan sesuatu tetapi mendengarkan untuk memahami apa yang dikatakan orang lain. Menyimak adalah proses serius yang tidak biasa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, reflek maupun insting. Menyimak adalah adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut (Tarigan, 2008:30). Menurut Azies dan Alwasilah (1996: 82), menyimak adalah kemampuan seseorang memahami dan mereaksi apa yang baru saja dikatakan/sebuah ujaran. Artinya menyimak tidak hanya mendengarkan tetapi dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Pendapat serupa juga diutarakan oleh Omaggio (1993: 165), menyimak
adalah
keterampilan
proses
kognitif,
skema
berbasis
pemahaman, dan isyarat kontekstual baik di dalam maupun aoutside teks. Kedua keterampilan dapat dicirikan sebagai pemecahan masalah kegiatan yang melibatkan pembentukan hipotesis, gambar kesimpulan, dan resolusi ambiguitas dan ketidakpastian di masukan untuk menetapkan makna. Jadi menyimak ialah kegiatan menerima dan merespon suatu ujaran. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Brown (2001: 249), mengemukakan bahwa menyimak adalah proses psikomotor menerima gelombang suara melalui telinga dan transmisi impuls saraf ke otak. Ini adalah suatu proses yang memungkinkan otak untuk membangun makna dari mendengar suara. Akan tetapi, proses internal, yang tidak dapat diamati langsung. Ini berarti, sulit untuk menilai apakah si pendengar telah secara efektif menggunakan kemampuan pada kesempatan tertentu, apa strategi mendengarkan bekerja, yang sumber informasi yang dominan digunakan, dan apa masalah pengalaman pendengar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, memahami makna dari apa yang didengar untuk memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami makna komunikasi yang disampaikan.
c.
Tahap-Tahap menyimak
Menurut Tarigan (2008: 31-32) tahap-tahap menyimak meliputi: 1) Menyimak secara sadar yang bersifat berkala, hanya terjadi saat siswa merasakan terlibat langsung dalam pembicaraan. 2) Menyimak berseling atau ada gangguan terjadi saat siswa mendengarkan secara intensif tetapi bersifat sementara atau dangkal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
3) Setengah mendengarkan setengah menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya. 4) Menyimak secara asyik dan nyata selama pemahaman pasif yang sesungguhnya. 5) Menyimak sekali-kali, perhatian menyimak bergantian dengan keasyikan dengan gagasan yang dikandung oleh kata-kata si pembicara ke dalam hati dan pikiran penyimak. 6) Menyimak asosiatif, penyimak mengingat pengalaman pribadi sehingga si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. 7) Menyimak secara berkala terhadap pembicara secara berkala dengan membuat komentar atau membuat pertanyaan. 8) Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran si pembicara. 9) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat si pembicara.
d. Tujuan Menyimak Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahan simakan. Hunt (cit. Tarigan, 2008:58) mengungkapkan bahwa tujuan menyimak yaitu: 1) Menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi. 2) Menyimak agar menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat. 3) Menyimak untuk mengumpulkan data agar dapat membuat keputusankeputusan yang masuk akal. 4) Menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar. Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menanggapi, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
e.
Jenis-Jenis Menyimak Ukuran hasil simakan bervariasi, mulai ukuran terendah sampai
ukuran mendalam. Berdasarkan ukuran hasil simakan tersebut, dikenal beberapa jenis menyimak. Adapun jenis-jenis menyimak tersebut sebagai berikut Retno (2010:2): 1) Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam prosesnya di sekolah, penyimak jenis ini tidak memerlukan bimbingan khusus guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut memahami seluruh isi simakan. Hanya secara sepintas, umum, dan garis besarnya saja. Jenis-jenis menyimak ini meliputi: a)
Menyimak sekunder Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil melakukan sesuatu.
b) Menyimak Estetik Dalam menyimak estetik, penyimak hanya duduk terpaku menikmati suatu pertunjukan, misalnya: drama dan teater. Secara imajinatif penyimak terlibat. c) Menyimak Pasif Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya memadai upaya-upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti. d) Menyimak Sosial Kegiatan menyimak sosial berlangsung dalam situasi sosial, misalnya: situasi atau tempat mengobrol, bercengkrama, mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain, untuk responsi-responsi yang pantas,
mengikuti
bagian-bagian
commit to user
yang
menarik
dan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan oleh seseorang. 2) Menyimak Intensif Dalam menyimak intensif, bahan-bahan yang akan disimak perlu dipahami secra rinci, teliti, dan mendalam. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan, bimbingan dari guru. Jenis menyimak ini meliputi: a) Menyimak Kritis Menyimak ini bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. b) Menyimak konsentrasif Menyimak konsentratif merupakan kegiatan menyimak untuk menelaah pembicaraan yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak, agar ide-ide pembicaraan dapat diterima dengan baik. c) Menyimak Kreatif Kegiatan menyimak ini mempunyai hubungan dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu. d) Menyimak Interogatif Menyimak
interogatif
adalah
kegiatan
menyimak
yang
menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian, karena commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyimak akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan setelah selesai menyimak. e) Menyimak Eksploratori Menyimak ekploratori sering juga disebut dengan menyimak penyelidikan. Tujuannya menemukan hal yang baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik, isu, pergunjingan, atau buah bibir.
f.
Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak Menurut Tarigan (2008:25), ada empat faktor untuk menentukan
keberhasilan menyimak, yaitu: 1) Faktor Pembicara Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara, yaitu: a) Penguasaan Materi. Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati, apa yang disampaikan pada penyimak. b) Berbahasa Baik dan Benar. Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu, isi pembicaraan harus sesuai dengan taraf penyimaknya. c) Percaya Diri. Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta meyakinkan penyimak. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Berbicara Sistematis. Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami. e) Gaya Menarik. Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh. f) Kontak dan Penyimak. Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.
2) Faktor Pembicaraan a) Aktual. Pembicaraan yang disampaikan harus baru dan hangat agar menarik dan diminati oleh penyimaknya. b) Bermakna. Pembicaran yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya. Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya. c) Sistematis. Dalam berbicara, pembicaraan yang disampaikan harus sistematis agar mudah dipahami oleh penyimaknya. d) Seimbang. Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan penyimak yaitu mudah dipahami dan berguna bagi penyimaknya.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Situasi Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak. a) Ruangan. Dalam menyimak, Ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi syarat. Misalnya: penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan, dan alat-alat lainnya. b) Waktu. Waktu sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi penyimak. Pilihlah waktu yang tepat misalnya: pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek. c) Tenang. Suasana dan lingkungan yang tenang serta nyaman sangat mempengaruhi proses menyimak. Apabila suasana kurang tenang, maka proses penyimakan pun kurang berhasil dengan baik. d) Peralatan. Peralatan yang digunakan dalam menyimak harus mudah dioperasikan karena kalau tidak dapat digunakan dan tidak baik akan mengganggu penyimak.
4) Penyimak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak. a) Kondisi. Dalam menyimak, kondisi dan mental penyimak harus baik karena ini sangat menunjang dalam menyimak.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Konsentrasi. Penyimak harus memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi penyimak. c) Bertujuan. Dalam menyimak, penyimak harus mempunyai tujuan agar dalam merumuskan tujuan secara tegas mempunyai arah dan keinginan dalam menyimak. d) Berminat. Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati. Bahan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif.
g.
Ciri-Ciri Penyimak yang Ideal Agar mengetahui siswa yang dapat melakukan kegiatan menyimak
dengan baik, maka perlu diperhatikan ciri-ciri penyimak yang ideal sebagai berikut Samosir (2008:3): 1) Kesiapan Fisik dan Mental Penyimak ideal selalu menyadari bahwa fisik yang sehat, segar, pikiran yang jernih dan stabil merupakan modal utama dalam kegiatan menyimak. 2) Motivasi dan Kesungguhan Setiap penyimak ideal memiliki alasan atau tujuan menyimak yang memotivasi dirinya untuk menyimak dengan sebaik-baiknya, dengan sepenuh hati, dan tidak setengah-setengah di dalam melakukan kegiatan menyimak tersebut.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Objektif dan Menghargai Pembicara Penyimak ideal selalu objektif dan tidak berprasangka. Penyimak tidak semata-mata melihat siapa yang berbicara, tetapi apa yang dibicarakan. Begitu juga penyimak ideal selalu menghargai pembicara, tidak memandang rendah pembicara atau pum menganggap dirinya lebih tahu, walaupun mungkin berbeda pendapat. 4) Menyimak Secara Menyeluruh namun Selektif Penyimak ideal selalu mengikuti pembicaraan secara lengkap mulai dari awal sampai akhir. Walaupun penyimak menyimak menyeluruh atau lengkap, tidak berarti bahan simakan ditelannya mentah-mentah. Hanya dipilih bagian pentingnya yang perlu diingat atau dicatat. 5) Tanggap Situasi dan Kenal Arah Pembicaraan Penyimak
ideal
adalah
penyimak
yang
mengenal
situasi
pembicaraan, cepat menyesuaikan dengan inti, irama pembicaraan, dan gaya pembicaraan. Sehingga penyimak akan cepat mengetahui arah dan tujuan pembicaraan. 6) Kontak dengan Pembicara Penyimak yang ideal selalu menghargai pembicara. salah satunya mengadakan kontak dengan pembicara melalui perhatian, senyuman, anggukan, ataupun ucapan-ucapan pendek berupa tanggapan, serta tanda simpati terhadap pembicara.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Merangkum Isi Pembicaraan Penyimak ideal selalu dapat menangkap isi pembicaraan. Hal itu dapat dibuktikan dengan kemampuan menyusun isi secara ringkas dari hasil simakannya, baik secara lisan maupun tulisan. 8) Menilai dan Menanggapi Hasil Simakan Penyimak yang ideal dapat menilai baik buruknya suatu pembicaraan yang disimaknya. Berdasarkan hasil simakan, penyimak dapat memberikan tanggapan yang tepat, yang bersangkutan mungkin menyetujui, mungkin menolak isi pembicaraan.
Berpijak dari berbagai paparan di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyimak adalah suatu kemampuan atau kecakapan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, memahami makna dari apa yang didengar untuk memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami makna komunikasi yang disampaikan.
2. Hakikat Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Student TeamsAchievement Divisions (STAD) Pada bagian ini secara berturut-turut diuraikan kajian teori yang berhubungan dengan (a) Pengertian Pendekatan, Metode, Strategi, dan Teknik Pembelajaran, dan (b) Model Pembelajaran Snowball Throwing, (c) Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengertian
Model,
Pendekatan, Metode,
Strategi,
dan
Teknik
Pembelajaran Sebelum memahami apa itu Model Pembelajaran Snowball Throwing dibahas terlebih dahulu pengertian pendekatan, metode, strategi, dan teknik. Pendekatan dapat diartikan sebagai sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Kemudian menurut Suprijono (2009) Pendekatan adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya Pendekatan mengandung pengertian bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya (Sudrajat, 2008:2). Dilihat dari pendekatannya, di dalam pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. (Kemp cit. Sanjaya, 2007: 124) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree cit. Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2002: 3). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disussun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2007) Metode dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai
tujuan
pendidikan
tertentu.
Terdapat
beberapa
metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, dan sebagainya. Selajutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikn sebagai cara spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Menurut Suprijono (2009) teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Kemudian teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung (Sudrajat, 2008:2). Misalkan penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknik akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlahnya terbatas. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam tatik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung diselingi humor, sementara satunya kurang diselingi humor, tetapi menggunakan alat bantu elektronik. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran (Sanjaya, 2007: 125). Model pembelajaran menurut Sudrajat (2008) ialah mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Kemudian Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Suprijono, 2009 : 8). Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Snowball Throwing 1) Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Bertolak dari paparan di atas, Snowball Throwing termasuk model pembelajaran. Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kooperatif. Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir‟ dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
kelompok (Falmer, 1999:10). Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa, Model Pembelajaran Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan keterampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing Model Pembelajaran Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pembelajaran ini adalah melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan dan kekurangannya yaitu pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa dan kurang efektif (Suyatno, 1998:97). Namun perlu diingat, bahwa langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing yang telah dijabarkan sebelumnya tidak menjadi patokan tetap, artinya langkah-langkah tersebut masih bisa divariasikan dengan tindakan lainnya supaya bisa lebih efektif. Dalam model pembelajaran ini, yang terpenting adalah siswa dapat membuat sebuah commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertanyaan pada secarik kertas, lalu pertanyaan tersebut di acak dan selanjutnya akan dijawab oleh teman mereka sendiri. Dengan begitu, siswa tidak bisa mengetahui sebelumnya tentang pertanyaan apa yang nantinya akan mereka jawab dan mereka akan menjawab sesuai dengan kemampuan mereka sendiri secara spontanitas, hal ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk mengetahui kemampuan siswanya dalam menguasai materi bahasa Indonesia yang telah disampaikan.
3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Secara rinci langkah-langkah penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing ini menurut Suprijono (2009:128) dapat diuraikan sebagai berikut; a)
Guru menyampaikan kompetensi dasar/materi pokok yang akan dipelajari;
b)
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk diberi penjelasan mengenai bahan ajar dan langkah-langkah melaksanakan tugas kelompoknya;
c)
kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas untuk menuliskan sebuah pertanyaan yang menyangkut bahan ajar yang sudah dipelajari oleh ketua kelompoknya;
d) lalu kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain selama 15 menit; commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e)
setelah siswa mendapat sebuah bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian;
f)
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran;
g) refleksi dan evaluasi.
c. Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) 1) Pengertian
Model
Pembelajaran
Student
Teams-
Achievement
Divisions (STAD) STAD ( Student Team Achievement Divisions ) adalah model yang dipandang paling sederhana dan paling langsung dari model pembelajaran kooperatif ( Sugiyanto, 2008:42). Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan (Arindawati dan Hasbullah, 2004: 83 - 84).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) mempunyai beberapa keunggulan Slavin (1995:17) diantaranya sebagai berikut: a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Selain keunggulan tersebut Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) juga memiliki kekurangan-kekurangan. Menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut: a) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
d) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) Adapun langkah Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) menurut Slavin (1995:153-154) adalah 1) peserta didik dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok, tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ), 2) tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja peserta didik dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi kompetensi dasar kemampuan menyimak, 3) pendidik mengevaluasi secara individu dan kelompok untuk mengevaluasi penguasaan kompetensi, 4) tiap anggota kelompok dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaan kompetensi , dan 5) peserta didik secara individu maupun secara kelompok yang meraih prestasi tinggi, memperoleh skor sempurna, atau mampu meraih suatu kriteria/standar yang ditentukan akan mendapat penghargaan.
3. Hakikat Minat Belajar a) Pengertian Minat Kata minat sama dengan kata interest dalam Bahasa Inggris. Kata interest diambil dari interese dalam Bahasa Latin yang berarti berada diantara, memperhatikan, berada di antara nilai, membuat suatu perbedaan. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Slameto (2010; 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatau di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Artinya ada kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Selanjutnya Menurut Tidjan (1977:71) minat adalah gejala psikis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek. Dengan minat yang tinggi, suatu kegiatan akan memperoleh prestasi yang baik, karena kegiatan yang dilakukannya akan selalu disertai dengan perhatian yang tinggi dan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Minat yang besar akan mendorong
seseorang
untuk
selalu
berusaha
sekuat
tenaga
dengan
menggunakan berbagai fasilitas yang ada agar tujuan yang diinginkan tercapai. Sementara itu, kurangnya minat seseorang terhadap suatu objek akan menguarangi perhatiannya terhadap objek tersebut, sehingga hasil yang diharapkan atas objek itu tidak akan memuaskan apalagi bila fasilitas atau sarana tidak mendukung. Kemudian Dadang (2007: 21) berpendapat bahwa minat adalah merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan motivasi untuk melakukan sesuatu hal. Seseorang yamg memiliki minat dalam melakukan sesuatu terlihat bersemangat, antusias, dan tidak commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenal lelah seolah tidak kehabisan energi, dan dijalani penuh kegembiraan. Sedangkan yang berminat akan kelihatan malas, cepat lelah, dan mudah bosan. Sementara itu dalam bukunya, Ormrod (2008: 101) mengartikan minat yaitu suatu bentuk motivasi intrinsik. Siswa yang mengejar tugas yang menarik minatnya mengalami efek positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan. Maksudnya ketika siswa memiliki minat pada topik atau aktivitas tertentu, mereka akan beranggapan bahwa topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang untuk dikerjakan atau diperhatikan. Pendapat tersebut diamini oleh Aiken (1997: 231) yang juga mendefinisikan minat adalah kesukaan terhadap suatu kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Hal senada juga diutarakan oleh Williams dan Burden (1997: 123), bahwa minat ialah melakukan sesuatu yang menghasilkan ketertarikan dan kenikmatan, dan alasan untuk melakukan kegiatan tersebut terletak dalam aktivitas itu sendiri. Jadi minat merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan alasan untuk melakukan sesuatu hal tersebut Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan minat
adalah suatu gejala psikis yang timbul dengan menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas belajar dengan didasari rasa senang dan tertarik sehingga dengan gejala psikis itu aktivitas belajar yang dilakukan siswa betulbetul akan mengubah perilakunya, baik dari aspek konitifnya, sikapnya, maupun keterampilannya. Karena
keadaan yang timbul akibat adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
keinginan yang besar karena ada motif tertentu sehingga mempunyai hasrat yang besar untuk melakukan aktivitas belajar.
b) Pengertian Belajar Pendapat modern menganggap bahwa belajar adalah a change in behavior atau perubahan tingkah lakunya bahwa siswa belajar apabila dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Crow dan Crow (http://mashsin.co.cc/) bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Melalui batasan ini, siswa dikatakan belajar apabila ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai pengetahuan. Selain itu, ia dapat mengerjakan atau melakukan sesuatau yang tidak dapat dikerjakan sebelum ia belajar. Kemudian menurut Slameto (2010: 2), pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang termasuk dalam belajar adalah perubahan yang diakibatkan sebuah proses dari suatu pengalaman. Pendapat yang lain pengertian belajar secara ringkas dapat diuraikan: (1) Gage dan Berliner menyatakan belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman, (2) Morgan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
berpendapat belajar adalah perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman, (3) Slavin mengartikan belajar ialah suatu perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman, dan (4) Menurut Gagne bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang langsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Rifa‟i dan Anni, 2010:82). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan menyimak, membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau seseorang itu mengalami atau melakukannya. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
c) Jenis-Jenis Minat Berdasarkan pendapat Mursel dalam
Successful Teaching yang
seperti dikutip Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, klasifikasi mengenai minat antara lain: (1) minat jasmaniah, (2) minat akan kejadian di luar rumah, (3) minat mekanis, (4) minat keterampilan, (5) minat pekerjaan dengan tangan, (6) minat sosial, (7) minat domestik, (8) minat terhadap anakanak, (9) minat terhadap kepemimpinan, (10) minat akan perdagangan, (11) minat terhadap ketertiban dan keteraturan, (12) minat matematis, (13) minat ilmiah, (14) minat estetis, (15) minat terhadap musik, (16) minat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
menggambar, (17) minat terhadap kesusastraan (18) minat terhadap belajar, (19) minat terhadap eksperimental, (20) minat akan observasi, dan (21) minat akan fantasi kreatif.
d) Aspek-aspek Minat Belajar Mengacu pada beberapa teori atau konsep yang diketengahkan oleh para pakar, minat belajar memiliki beberapa aspek, yakni: 1) Kesadaran Perbuatan atau kegiatan belajar akan berhasil apabila seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk belajar itu akan mengantarkan anak untuk mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang meksimal, sehingga anak akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Witherrington
(1992: 135) yang
menyatakan minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. 2) Kemauan Kartono (1980: 83) berpendapat bahwa kemauan anak adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi. Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seseorang. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk akan membentuk suatu sikap commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang
positif
pada
diri
anak.
Dengan
kemauan,
anak
dapat
mengembangkan dirinya sendiri dan mempunyai sikap untuk berinisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang memuaskan. 3) Perhatian Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan (Slameto, 2010: 105). Tingkat yang lebih tinggi dari menaruh perhatian adalah menaruh minat. Apabila dalam diri anak sudah anak minat, perhatian yang dilakukan oleh anak merupakan perhatiaan yang spontan keluar dari dalam diri anak sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Gulo (2002: 69) bahwa perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu, terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis. 4) Perasaan Senang Winkel
(1996:
90)
berpendapat
bahwa
minat
adalah
kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat merupakan motor
penggerak psikis yang menimbulkan rasa
senang. Karena perasaan akan menentukan sikap anak dalam menanggapi objek yang dihadapinya.
Perasaan senang, puas, atau gembira akan
membentuk sikap positif, sedangkan perasaan takut, sedih, benci, akan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menimbulkan sikap yang negatif. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi aktivitas belajar.
e) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat belajar Menurut Dawson dan Bamman (1960:165) ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar, yakni: 1) Faktor Psikologis Minat belajar akan meningkat jika kebutuhan dasar anak (rasa aman, status dan kedudukan tertentu, kepuasan efektif dan kebebasan) lewat bahan-bahan pelajaran (topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai dengan kenyatan individunya dan tingkat perkembangannya. 2) Faktor Sosiologis, meliputi: a) Minat belajar dipengaruhi oleh kondisi status sosial ekonomi masing-masing anak. Hal ini akan mempengaruhi tersedianya sarana buku bacaan atau buku pelajaran di dalam lingkungan keluarga b) Minat belajar dipengaruhi kebiasaan dan kesenangan belajar di kalangan anggota keluarga. 3) Faktor Kurikuler meliputi: a) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan juga merupakan faktor pendorong minat belajar anak. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pelaksanaan proses belajar-mengajar secara intensif dan ekstensif merupakan kegiatan kurikuler yang sangat mendorong dalam pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat belajar anak c) Kegiatan belajar-mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk bertukar pengalaman, diskusi dan sumbang saran serta saling
mempengaruhi
dalam
hal
pemilihan
bahan
pelajaran/bacaan dapat juga sebagi pendorong minat belajar. 4) Faktor Pendidik Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar, khususnya dalam program pembelajaran, kejelian guru dalam memperhatikan selera dan minat belajar anak akan mendorong pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat belajarnya. 5) Faktor Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin secara psikologis juga dapat mendorong minat belajar.
f) Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar Minat
merupakan
alat
yang sangat
berguna
dalam
usaha
mempengaruhi hasil belajar siswa. Slameto (2010: 181) menyatakan bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping itu, (Tanner dan Tanner cit. Slameto, 2010: 181) menyarankan agar commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
para guru juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antar suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Selain itu, dapat pula dicapai dengan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita yang sensasional, yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Rooijakkkers, cit. Slameto, 2010:181). Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Karena, berdasarkan studistudi eksperimen menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuannya. Sementara itu,
beberapa cara yang dapat digunakan untuk
membangkitkan dan menjaga minat siswa menurut Slameto (2010: 524) antara lain adalah: 1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain atau aneh yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran. 2) Memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari keras ke suara sedang, dan mengubah gaya mengajar. 4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi dapat dilakukan untuk menarik minat atau perhatian siswa.
Berdasarkan beberapa paparan di atas dapatlah disimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu gejala psikis yang timbul dengan menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas belajar dengan didasari rasa senang dan tertarik sehingga dengan gejala psikis itu aktivitas belajar yang dilakukan siswa betul-betul akan mengubah perilakunya, baik dari aspek konitifnya, sikapnya, maupun keterampilannya. Karena keadaan yang timbul akibat adanya keinginan yang besar karena ada motif tertentu sehingga mempunyai hasrat yang besar untuk melakukan aktivitas belajar dan mempelajari bahasa Indonesia tersebut.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Minat Belajar terhadap Kemampuan Menyimak pada Siswa Kelas VII SMP di Boyolali belum pernah dilaksanakan, adapun penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini: Penelitian yang dilakukan oleh Sriwi Rahayu (2010) yang berjudul “ Pengaruh Metode Outbond dan Minat Belajar Terhadap Keterampilan Berbicara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa”. Hasil penelitiannya membuktikan adanya pengaruh
41 digilib.uns.ac.id
antara
metode
outbond dan minat belajar dalam mempengaruhi keterampilan berbicara siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Pudji Sayekti (2010) yang berjudul “ Hubungan antara Kemampuan Menyimak dan Minat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Kemampuan Berbicara Siswa SMP Negeri SeKecamatan Baturetno”. Hasil penelitiannya membuktikan adanya hubungan antara kemampuan menyimak dan minat terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia secara bersama-sama dengan kemampuan berbicara siswa. Selanjutnya, yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah jurnal yang berjudul E-learning in life long education: A computational approach to determining listening comprehension ability yang ditulis oleh Cem Isik & Sümeyra Yilmaz (2010). Penelitian tersebut bertujuan meneliti penggunaan teknologi telekomunikasi untuk memberikan informasi untuk pendidikan dan pelatihan dan muncul sebagai paradigma baru modern pendidikan dalam hal pembelajaran. Studi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bahasa komputer membantu pembelajaran memberikan kontribusi untuk peserta didik untuk mengembangkan kemampuan menyimak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajar komputer berdampak positif terhadap kemampuan menyimak peserta didik. Penelitian yang berikutnya, yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah berangkat dari jurnal yang berjudul Testing a motivational model of achievement: How students’ mathematical beliefs and interests are related to their achievement yang ditulis oleh Brett D. Jones & Jesse L. M. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wilkins & Margaret H. Long & Feihong Wang (2011). Penelitian tersebut meneliti tentang minat belajar siswa yang berngaruh terhadap peningkatan kemampuan matematika pada siswa. Hasilnya menegaskan bahwa minat belajar siswa salah satu faktor peningkatan kemampuan matematika pada siswa. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah berangkat dari jurnal yang berjudul Listening with an Accent: Speech Perception in a Second Language by Late Bilinguals yang ditulis oleh Mark Leikin · Raphiq Ibrahim · Zohar Eviatar ·Shimon Sapir (2009). Penelitian tersebut meneliti tentang fungsi kemampuan menyimak terhadap pengguna atau penutur bilingual. Hasilnya
menunjukkan
bahwa
kemampuan
menyimak
mempengaruhi
kemampuan penguasaan penutur bilingual. Penelitian yang berjudul Listening Comprehension Research:A Brief Review of the Past Thirty Years yang ditulis oleh Nabuko Osada (2004). Penelitian ini meneliti tentang pengaruh cerita terhadap kemampuan menyimak. Hasilnya bahwa cerita berpengaruh pada kemampuan menyimak seseorang. Kemudian dalam jurnal berjudul The role of students’ interests in selfregulated learning: The relationship between students’ interests, learning strategies and causal attributions yang ditulis oleh Izabela Soric (2009). Penelitian tersebut meneliti tentang hubungan antara minat siswa, penggunaan strategi pembelajaran tertentu dan atribusi kausal yang mereka buat terhadap prestasi akademik siswa. Hasilnya bahwa ketiga hal tersebut berpengaruh besar terhadap prestasi akademik siswa. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir 1.
Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Siswa yang Menggunkan Model Pembelajaran STAD Proses pembelajaran menyimak dengan model pembelajaran tertentu dikatakan berhasil, apabila model pembelajaran yang digunakan itu dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang terkait dengan kompetensi. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keefektifan suatu pembelajaran diukur dengan membandingkan pendekatan yang lain. Hal ini dilakukan dengan membandingkan perolehan nilai dari kedua model pembelajaran yang dibandingkan. Model Pembelajaran Snowball Throwing memiliki karakteristik menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan serta siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu Model Pembelajaran Snowball Throwing juga memiliki keaktifan yang tinggi karena pembelajaran berlangsung secara nyaman dan santai dalam suasana bermain, dapat saling memotivasi, dan meningkatkan kemampuan menyimak. Sebaliknya pembelajaran dengan Model Pembelajaran STAD akan tampak berbeda walaupun menyenangkan karena sama-sama inovatif . Hal itu commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikarenakan model pembelajaran ini cenderung biasa, tanpa adanya permainan. Berdasarkan hal di atas,kemampuan menyimak dengan menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing diduga memiliki tingkat keefektifan yang tinggi dalam pembelajaran menyimak dibandingkan dengan Model Pembelajaran STAD. Oleh karena itu, pembelajaran menyimak dengan menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing diduga lebih baik daripada menggunakan Model Pembelajaran STAD. 2.
Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Kelompok Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi dan yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang didorong oleh minat untuk menguasai suatu kompetensi atau kemampuan tertentu untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran. Dalam hal ini minat untuk menguasai suatu kemampuan tersebut mendorong pencapaian prestasi dalam belajar. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Minat merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Begitu pula minat belajar bahasa merupakan faktor penentu keberhasilan seseorang dalam menggunakan bahasa tersebut. Jika minat belajar bahasa dalam hal ini Bahasa Indonesia tinggi maka dapat diharapkan anak akan commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhasil mencapai tujuannya, dalam hal ini keberhasilan berbahasa Indonesia khususnya kemampuan menyimak pelajaran Bahasa Indonesia. Ketika siswa memiliki minat tinggi pada topik atau aktivitas tertentu, maka itu berarti mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang. Siswa yang mengerjakan suatu tugas yang menarik minatnya mengalami efek positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan dan kesukaan, sehingga siswa mencurahka perhatiannya yang banyak atau penuh pada hal tersebut. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi cenderung menganggap belajar adalah kebutuhan untuk mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu, dalam hal ini kemampuan menyimak. Sedangkan siswa yang
memiliki
minat
belajar
yang
rendah
kurang
mengerahkan
kemampuannya untuk mencapai prestasi terbaik. Dengan kata lain jika siswa memiliki minat belajar bahasa yang tinggi maka siswa akan ingin mengetahui lebih jauh bahasa tersebut. Pada akhirnya siswa tersebut akan mempelajari pula bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut dengan baik dan benar. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, diduga kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3.
Interaksi penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Menyimak Berbagai model dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa, dalam hal ini Bahasa Indonesia, di antaranya adalah penggunaan Model commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran Snowball Throwing. Model pembelajaran tersebut digunakan untuk membantu agar siswa tertarik untuk belajar bahasa dan membantu siswa dalam memahami, mengenal dan mengingat materi yang diajarkan melalui
pembelajaran
secara
berkelompok
dalam
suasana
yang
menyenangkan. Di samping penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing, minat belajar juga berdampak positif terhadap kemampuan menyimak siswa. Hal ini dikarenakan minat belajar yang tinggi akan menentukan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Snowball Throwing dan minat belajar yang tinggi diduga akan membuahkan hasil kemampuan menyimak yang baik pula. Jadi, diduga ada pengaruh positif antara Model Pembelajaran Snowball Throwing dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak. Berdasarkan uraian sebelumnya, kerangka berpikir penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut: Snowball Tinggi Siswa
Throwing Kemampuan Menyimak
Minat Belajar
Rendah
Gambar 1. Kerangka Berpikir commit to user
STAD
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir di atas, hipotesis penelitian ini dapat diajukan berikut ini. 1. Kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD. 2. Kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, penelitian ini dilaksanakan di dua SMP Negeri yang berada di Boyolali. SMP pertama sebagai kelompok eksperimen, yaitu SMP Negeri 1 Banyudono, dan yang kedua sebagai kelompok kontrol, yaitu di SMP Negeri 4 Boyolali.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penyusunan proposal dimulai pada bulan Januari. Setelah proposal disetujui, pada akhir bulan
Januari peneliti menyusun instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang telah disusun diuijcobakan pada bulan Februari. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, instrumen tersebut digunakan unutk mengambil data penelitian. Analisis data dilakukan setelah data diperoleh. Pada bulan April dan Mei, peneliti menyusun tesis dan melaporkannya. Secara lengkap, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
commit to user
48
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No. 1.
2.
3.
4.
Uraian Kegiatan
Bulan Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul
Persiapan Penelitian a. Mengajukan Judul/Topik Penelitian b. Menyusun usulan penelitian c. Menyeminarkan usulan penelitian d. Merevisi usulan penelitian e. Mengurus perizinan f. Mempersiapkan angket Pelaksanaan Penelitian a. Penyebaran Angket Minat b. Analisis data hasil angket c. Ujicoba tes d. Analisis data ujicoba e. Pelaksanaan eksperimen f. Analisis data penelitian Penyusunan Laporan a. Menyusun draft laporan penelitian/tesis b. Merevisi draft tesis c. Penyelesaian akhir tesis Pelaksanaan Ujian Tesis&Revisi
X X X X X X X X X X X
X
X X X X X X
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran .
B. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Arikunto, 2010 : 86). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model Pembelajaran (A) Student TeamsSnowball Achievement Throwing Divisions (STAD) (A1) (A2) Minat Belajar (B)
Tinggi (B1)
A1B1
A2 B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Gambar 2. Desain Faktorial 2 x 2 Keterangan : A1
: kelas siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing
A2
: kelas siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD)
A1B1 : kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing A2B1 : kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) A1B2 : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing A2B2 : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD)
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Penelitian Pengertian populasi menurut Arikunto (2010: 108) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, benda-benda, gejala-gejala, nilai tes, dan peristiwa-peristiwa lain sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dicommit dalam to suatu userpenelitian. Populasi penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Boyolali yaitu SMP Negeri 1 Banyudono dan SMP Negeri 4 Boyolali.
2. Sampel Penelitian Sampel penelitian merupakan sebagian populasi atau wakil dari populasi (Arikunto, 2010: 117). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan two stage random sampling, dengan langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut. Pertama, ditentukan dua SMP Negeri di Boyolali yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik purposive sampling. Artinya kedua SMP Negeri yang ditentukan tersebut diambil memiliki kesejajaran kemampuan siswanya dan karakteristik sosial yang menyertainya, yaitu (1) siswasiswi pada kedua SMP tersebut memiliki rerata nilai yang sama; (2) kedua SMP tersebut sama-sama berstatus negeri yang berada di wilayah Boyolali; (3) kedua SMP Negeri tersebut menggunakan kurikulum yang sama yaitu KTSP; (4) status sosial ekonomi orang tua siswa di kedua SMP Negeri tersebut rata–rata sama, dan (5) siswa-siswi pada kedua SMP Negeri tersebut, dilihat dari aspek psikologis, kematangan berpikir, pertumbuhan fisik dan rata-rata usia sama. Maka terpilih dua SMP Negeri yaitu SMP Negeri 1 Banyudono dan SMP Negeri 4 Boyolali. SMP Negeri 1 Banyudono ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan SMP Negeri 4 Boyolali ditetapkan sebagai kelas kontrol. Kedua, ditentukan secara acak satu kelas eksperimen dari tujuh kelas VII yang ada di SMP Negeri 1 Banyudono, dan satu kelas kontrol dari tujuh kelas VII commit to user yang ada di SMP 4 Boyolali. Dari langkah ini terambil secara acak kelas VII G
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari SMP Negeri 1 Banyudono dan kelas VII B dari SMP Negeri 4 Boyolali. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa, dengan perincian 30 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa lainnya sebagai kelompok kontrol. Tahap selanjutnya, siswa di kedua kelompok tersebut (eksperimen maupun kontrol) dipilah menjadi dua kategori yaitu kategori siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah. Perbedaan tinggirendah minat belajar didasarkan pada jawaban responden terhadap angket minat belajar yang diberikan peneliti sebelum penelitian eksperimen ini dilaksanakan. Jika skor total angket yang diperoleh siswa di atas rata-rata, dimasukkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Sebaliknya jika skor total yang diperoleh siswa di bawah rata-rata, dimasukkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah. Dalam pelaksanaan penelitian, sebelumnya peneliti melatih pelaksana eksperimen terlebih dahulu kemudian membedakan perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perlakuan pada Kelas Eksperimen Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas eksperimen diberikan perlakuan sebanyak 8 kali pertemuan. Materi-materi yang diberikan sama dengan materi yang diajarkan berdasarkan beberapa tahap yang digunakan dalam pembelajaran dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
b. Perlakuan pada Kelas Kontrol Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas kontrol diberi pembelajaran dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Materi yang diberikan sama dengan materi yang diajarkan pada kelas eksperimen.
Prosedur perlakuan penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (a) tahap persiapan; (b) tahap pelaksanaan; (c) tahap tahap akhir pelaksanaan perlakuan. 1) Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan bahan perlakuan. Penyusunan bahan perlakuan terdiri atas dua kelompok, yaitu bahan perlakuan untuk pembelajaran dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan bahan perlakuan untuk Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Bahan-bahan tersebut disesuaikan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP semester genap dalam KTSP. Selanjutnya, bahan tersebut disajikan selama 8 kali pertemuan. 2) Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan perlakuan berlangsung secara bersama-sama masing-masing selama 8 kali pertemuan. Tiap pertemuan, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan pada hari dan waktu sesuai dengan jadwal pelajaran siswa. Pada kelompok siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing pada tiap pertemuan dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, penjelasan tugas yang commit to user harus diselesaikan oleh guru kepada ketua kelompok, diskusi, masing–masing
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa membuat pertanyaan, melemparkan pertanyaan yang dibuat secara tak beraturan dan perayaan dari hasil tugas yang baik. Sementara itu, pada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD) dilakukan langkah-langkah dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja peserta didik, kemudian saling membantu untuk menguasai materi kompetensi dasar kemampuan menyimak, pendidik mengevaluasi secara individu dan kelompok untuk mengevaluasi penguasaan kompetensi, tiap anggota kelompok dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaan kompetensi dan diberi penghargaan.
Pelaksanaan
perlakuan
berlangsung
terus-menerus
secara
terprogram. 3) Tahap Akhir Pelaksanaan Perlakuan Setelah kedua kali pertemuan dilaksanakan, kemudian diadakan postes untuk semua responden. Hal ini untuk melihat kemampuan menyimak siswa berdasarkan penyerapan terhadap materi yang telah dipelajarinya. Penetapan perlakuan tiap-tiap kelompok eksperimen yang dilakukan, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Model Pembelajaran Minat Belajar
Snowball Throwing
STAD
Tinggi
15
15
Rendah
15
15
Gambar 3. Penetapan Perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas tersebut, yaitu variabel model pembelajaran (A) dan minat belajar (B). Variabel bebas pertama (dalam hal ini model pembelajaran) merupakan variabel yang dieksperimenkan, yang dibagi menjadi dua taraf, yaitu: (A1) Model Pembelajaran Snowball Throwing, dan (A2) Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Sedangkan variabel bebas yang kedua (dalam hal ini minat belajar) di sini merupakan variabel atributif yang dibagi pula menjadi dua taraf, yaitu: (B1) minat belajar tinggi, dan (B2) minat belajar rendah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyimak yang menjadi fokus penelitian.
2. Definisi Operasional a. Kemampuan Menyimak Kemampuan menyimak adalah kemampuan untuk menangkap pesan-pesan lisan dengan penuh perhatian dari apa yang didengarkan dan memahami pesan-pesan lisan itu melalui bahasa lisan. Kemampuan menyimak adalah skor yang diperoleh siswa setelah mereka mendengarkan dan memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain secara lisan. Pemahaman informasi tersebut meliputi (1) pemahaman informasi yang berupa fakta, keadaan, maupun peristiwa; (2) pemahaman arti kata; (3) pemahaman istilah dan ungkapan; (4) commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman hal–hal yang berkaitan dengan bahan simakan; dan (5) pemahaman informasi tersirat. (Lihat Lampiran 1 halaman 117) b. Minat Belajar Minat belajar adalah kecenderungan menetap dari seorang individu untuk mengidentifikasikan dirinya dengan lingkungan yang menimbulkan motivasi. Kemudian minat siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan yang timbul akibat adanya keinginan yang besar karena adanya motif tertentu sehingga mempunyai hasrat yang besar untuk melakukan aktivitas belajar dan mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia tersebut. Minat belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah merespon angket minat belajar. Skor ini menunjukkan seberapa tinggi/rendah minat mereka dalam belajar (dalam hal ini adalah belajar menyimak). Angket minat belajar ini berbentuk daftar pernyataan yang harus direspon oleh responden. Adapun aspek yang dinilai: (1) kemauan/hasrat meliputi (a) konsentrasi, (b) cara menyikapi masalah, (c) kesungguhan, (d) keteraturan belajar, dan (e) kedisiplinan belajar; (2) perasaan suka/tidak suka meliputi (a) perhatian, (b) kreativitas, (c) ketertarikan, (d) ketangguhan, dan (e) kegemaran; dan (3) kecenderungan melakukan aktivitas meliputi (a) kemauan, (b) kegairahan, (c) kesiapan, (d) semangat, dan (e) kecekatan. (Lihat Lampiran 4 halaman 126)
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan menyimak, yaitu responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan. Sementara itu, teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar, yaitu dengan memberikan angket yang harus ditanggapi oleh responden. F. Instrumen Penelitian Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrumen penelitian yang perlu disiapkan sebagai berikut. 1.
Tes Kemampuan Menyimak a) Indikator Penilaian Berdasarkan kajian teori, definisi konseptual dan operasional di atas, dimensi yang menunjuk pada kemampuan menyimak dalam rancangan instrumen ini mengacu pada buku “Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi” yang disusun oleh Burhan Nurgiyantoro, meliputi; 1. pemahaman informasi yang berupa fakta, keadaan, maupun peristiwa; 2. pemahaman arti kata; 3. pemahaman istilah dan ungkapan; 4. pemahaman hal-hal yang berkaitan dengan bahan simakan; 5. pemahaman informasi tersirat. (Lihat Lampiran 1 halaman 117)
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Jenis Instrumen Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
menyimak dalam rancangan ini berupa tes objektif bentuk pilihan ganda yang menyediakan empat kemungkinan jawaban. Responden diminta memilih satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D! (Lihat Lampiran 2 halaman 118) 2.
Angket Minat Belajar a) Indikator Penilaian Berdasarkan kajian teori, definisi konseptual dan operasional di atas, dimensi yang menunjuk pada kemampuan menyimak dalam rancangan angket ini mengacu pada buku “Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang” yang ditulis oleh Jeanne Ellis Ormrod, meliputi: 1. kemauan/hasrat meliputi (a) konsentrasi, (b) cara menyikapi masalah, (c) kesungguhan, (d) keteraturan belajar, dan (e) kedisiplinan belajar; 2. perasaan suka/tidak suka meliputi (a) perhatian, (b) kreativitas, (c) ketertarikan, (d) ketangguhan, dan (e) kegemaran; 3. kecenderungan melakukan aktivitas meliputi (a) kemauan, (b) kegairahan, (c) kesiapan, (d) semangat, dan (e) kecekatan. (Lihat Lampiran 4 halaman 126) b) Angket yang Digunakan Angket yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa dalam rancangan ini berupa daftar pernyataan yang menyediakan empat commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemungkinan jawaban yang harus diisi atau ditanggapi oleh responden. Pengukuran angket ini menggunakan skala likert, tanggapan atau respon siswa terhadap beberapa persyaratan yang ada dalam angket tersebut disediakan empat macam, yaitu (1) SS = Sangat Setuju; (2) S = Setuju; (3) TS= Tidak Setuju dan (4) STS = Sangat Tidak Setuju. Semua butir pernyataan mengarah pada pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jadi, bila responden menjawab SS diberi skor empat; menjawab S diberi skor tiga; menjawab TS diberi skor dua, dan menjawab STS diberi skor satu. (Lihat Lampiran 5 halaman 127)
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen penelitian yang berupa pertanyaan serta angket minat belajar perlu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas butir soal dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa di luar anggota sampel yang diteliti. Berikut diuraikan hasil variabel dan reliabilitas yang digunakan untuk tes dan angket. 1. Uji Validilitas Instrumen Untuk mengetahui tingkat validitas butir soal tes kemampuan menyimak digunakan rumus korelasi point biserial dengan rumus : ̅
̅̅̅̅
√
Keterangan : ̅ ̅
: rata-rata skor total kemampuan menyimak yang menjawab benar butir ke-i : rata-rata skor total semua kemampuan menyimak commit to user : standar deviasi skor total
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: proporsi jawaban benar untuk butir ke-i : proporsi jawaban salah butir ke-i pbi
: koefisien korelasi biserial
(Sumber : Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:77) Untuk menguji validitas instrumen kemampuan menyimak tidak ditentukan secara empiris, tetapi menggunakan validitas isi. Validitas isi mengukur sampai seberapa besar siswa mampu menyimak menggunakan indikator-indikator penilaian kemampuan menyimak. Untuk mengetahui tingkat validitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Adapun rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut.
∑ √{ ∑
(∑ ∑
∑
}{ ∑
∑
}
Keterangan : r N xi xt
: koefisien korelasi antara skor angket minat dan skor total yang di cari : jumlah responden uji coba : skor butir pernyataan untuk butir ke-i : skor hasil total (Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 117)
2. Uji Reliabilitas Pengukuran tingkat reliabilitas butir tes akhir kemampuan menyimak menggunakan rumus statistik KR-20, yaitu sebagai berikut: commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
=
)
Keterangan: : reliabilitas tes kemampuan menyimak secara keseluruhan : proporsi subjek yang menjawab benar : proporsi subjek yang menjawab salah : jumlah hasil perkalian antara dan : banyaknya item : varians (Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145) Untuk menguji tingkat reliabilitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus koefisien αlpha cronbach, yaitu :
(
)
∑(
)
Keterangan : k
3.
: banyak butir angket minat yang valid : varians skor total : varians skor butir ke- i ( Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145)
Hasil Pengujian a. Hasil Uji Validitas Analisis uji coba validitas butir instrumen kemampuan menyimak yang
dihitung dengan rumus korelasi point biserial diperoleh hasil bahwa 40 butir pertanyaan instrumen kemampuan menyimak yang diujikan kepada 32 siswa sebagai responden semuanya valid. Hal itu dikarenakan koefisien validitas untuk commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ke 40 butir pertanyaan tersebut lebih besar dari r kritis yaitu 0,349 (dengan taraf nyata 0,05, n = 32). (Lihat Lampiran 6 halaman 130) Analisis skor hasil uji coba validitas butir pertanyaan angket minat belajar dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut: Jumlah pertanyaan angket minat belajar semula 30 butir pertanyaan kepada 32 siswa sebagai respondennya. Setelah dihitung diperoleh 25 pertanyaan valid dan 5 butir pertanyaan invalid. Ini berarti 5 butir pertanyaan didrop, yaitu butir-butir nomor: 2, 4, 16, 26, dan 30. Hal itu disebabkan koefisien validitas untuk ke 5 butir pertanyaan itu lebih kecil dari r kritis yakni 0,349 (dengan taraf nyata 0,05, n = 32). (Lihat Lampiran 8 halaman 138)
b. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas tes kemampuan menyimak yang dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 134 dihitung dengan KR-20 diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,23. Hal ini berarti bahwa instrumen kemampuan menyimak dinyatakan memiliki koefisien reliabilitas sebesar yang diperoleh itu. Uji reliabilitas angket minat belajar yang dihitung berdasarkan 25 butir soal yang dinyatakan valid pengujiannya menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,94 (lihat Lampiran 9 halaman 141). Nilai koefisien reliabilitas ini tergolong tinggi. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa angket minat belajar reliabel dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Uji Persyaratan Analisis Sebelum data penelitian itu dianalisis secara statistik, perlu dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas populasi. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji Lilliefors, untuk menguji data tersebut memiliki sebaran normal atau tidak. Jika L0 < Lt maka data tersebut memiliki sebaran normal, begitu juga sebaliknya. Adapun uji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, dengan taraf kepercayaan α = 0,05. Uji Barlett ini digunakan untuk menguji kesamaan varian antara dua kelompok yang dibandingkan. Jika
lebih besar atau sama dengan (≥)
maka dua
kelompok yang dibandingkan memiliki kesamaan varian, begitu juga sebaliknya. Kedua uji persyaratan di atas dilakukan pada masing–masing kolom, baris, dan masing-masing sel. ( Lihat Lampiran 15-30 halaman 157-172) Tabel 2 Hasil Uji Lilliefors dan Uji Bartlett Kelompok A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Lilliefors 0,089 0,145 0,109 0,155 0,138 0,128 0,154 0,148
Kelompok 0,161 0,161 0,161 0,161 0,220 0,220 0,220 0,220
A1:A2 B1:B2 A1B1:A1B2 A2B1:A2B2 A1B1:A2B1 A1B2:A2B2 A1B1:A2B2 A1B2:A2B1
Bartlett 0,59 5,17 0,93 5,76 3,74 1,98 0,21 1,11
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
J. Hipotesis Statistik Untuk menguji hipotesis nol (H0), hipotesis statistik dirumuskan: a) Hipotesis Pertama H0 : µA1 ≤ µA2 H1 : µA1 ≤ µA2
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b)
Hipotesis Kedua H0 : µΒ1 ≤ µΒ2 H1 : µΒ1 ≤ µΒ2
c)
Hipotesis Ketiga H0: A x B = 0 H1: A x B > 0
Keterangan : A
: Model Pembelajaran
B
: Minat Belajar
µA1
: Rerata
skor kemampuan menyimak untuk kelompok siswa yang diajar
dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing. µA2
: Rerata
skor kemampuan kemampuan menyimak untuk kelompok siswa
yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams- Achievement Divisions (STAD). µΒ1
:
Rerata skor kemampuan kemampuan menyimak untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi.
µΒ2
:
Rerata skor kemampuan kemampuan menyimak untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah.
A x B : Interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar.
I. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferansial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masingmasing variabel. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian secara inferensial ini ialah teknik analisis Varian Dua Jalan ( ANAVA Two Way ) Pada taraf signifikansi α = 0,05. Jika hasil menunjukkan adanya perbedaan dan commit touji user interaksi, maka analisis dilanjutkan dengan Tuckey.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas tentang perolehan data, analisis data dan pendeskripsiannya sebagai hasil penelitian ini. Oleh sebab itu, akan disajikan tentang (A) deskripsi data, (B) hasil uji persyaratan, (C) hasil pengujian hipotesis, (D) pembahasan hasil penelitian, dan (E) keterbatasan penelitian.
A. Deskripsi Data Deskripsi data pada bagian ini adalah: (1) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1), (2) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2), (3) skor kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi (B1), (4) skor kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2), (5) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi (A1B1), (6) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi rendah (A1B2), (7) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1), dan (8) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk siswa commit to user yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). 65
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) Kemampuan
menyimak
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing tanpa membedakan minat belajar yang dimiliki siswa, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 38; skor terendah 55; skor tertinggi 93. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 79,067; modus sebesar 75; median sebesar 80; varians sebesar 102,754; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,137 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Adapun distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing(A1) Interval 54 – 60 61 – 67 68 – 74 75 – 81 82 – 88 89 – 95 96 – 102 Total
f abs. 2 1 5 8 7 3 4 30
f rel. (%) 6,67% 3,33% 16,67% 26,67% 23,33% 10% 13,33% 100%
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10 8 6 4 2 0
53,5
60,5 67,5
74,5
81,5
88,5
95,5
A1
102,5
Gambar 4 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) 2.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2) Kemampuan Pembelajaran
menyimak
Student
siswa
yang
Teams-Achievemen
diajar
Divisions
dengan (STAD)
Model tanpa
membedakan minat belajar yang dimiliki siswa, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 45; skor terendah 45; skor tertinggi 90. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 70,233; modus sebesar 68; median sebesar 68; varians sebesar 77,220; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,787 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2) Interval 44 – 50 51 – 57 58 – 64 65 – 71 72 – 78 79 – 85 86 – 92 Total
f abs. 1 1 3 14 6 4 1 30
f rel.(%) 3,33% 3,33% 10% 46,67% 20% 13,33% 3,33% 100%
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
16 14 12 10 8 6 4 2 0
43,5
50,5 57,5
64,5
71,5
78,5
85,5
92,5
A2
Gambar 5 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) (A2) commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1) Kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi tanpa membedakan model pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 48; skor terendah 45; skor tertinggi 93. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 79,533; modus sebesar 75; median sebesar 83; varians sebesar120,051; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,957 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Adapun distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1) Interval 44 – 54 55 – 65 66 – 76 77 – 87 88 – 99 Total
f abs. 1 1 11 9 8 30
f rel.(%) 3,33% 3,33% 36,67% 30% 26,67% 100%
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6 4 2 0
43,5
54,5 65,5
Gambar 6
76,5
87,5
99,5
B1
Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1)
4.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2) Kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar rendah tanpa membedakan model pembelajaran yang digunakan, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 28; skor terendah 55; skor tertinggi 83. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 69,767; modus sebesar 70; median sebesar 70; varians sebesar 50,944; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 7,137 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Adapun distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2) Interval 54 – 60 61 – 67 68 – 74 75 – 81 82 – 88 Total
f abs. 3 7 11 7 2 30
f rel.(%) 10% 23,33% 36,67% 23,33% 6,67% 100%
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
12 10 8 6 4 2 B2 0
53,5
60,5 67,5
74,5
81,5
88,5
Gambar 7 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2)
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Kelompok Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Kemampuan
menyimak
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi, memiliki rentangan (range) 18; skor terendah 75; skor tertinggi 93. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 86,2; modus sebesar 93; median sebesar 85; varians sebesar 38,743; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 6,224 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Adapun distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Interval
f abs.
73 – 77 78 – 82 83 – 87 88 – 92 93 – 97 Total
2 1 5 3 4 15
f rel.(%) 1333% 667% 3333% 2000% 2667% 100
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6 4 2 0
72,5
77,5 82,5
87,5
92,5
A1B1
97,5
Gambar 8 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang Memilki Minat Belajar Tinggi (A1B1) 6.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Kelompok Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) Kemampuan
menyimak
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing untuk keolompok siswa yang memilki minat belajar rendah, memiliki rentangan (range) 28; skor terendah 55; skor tertinggi 83. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 71,933; modus sebesar 70; median sebesar 70; varians sebesar 65,067; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,066 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) Interval
f abs.
53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87 Total
1 2 5 5 2 15
f rel.(%) 6,67 13,33 33,33 33,33 13,33 100
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
8 6 4 2 0
52,5
59,5 66,5
73,5
80,5
87,5
A1B2
Gambar 9 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Kelompok
yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Kemampuan
menyimak
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran Student Teams-Achievemen Divisions (STAD) yang memiliki minat belajar tinggi, memiliki rentangan (range) 45; skor terendah 45; skor tertinggi 90. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 72,867; modus sebesar 75; median sebesar 75; varians sebesar 114,695; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,710 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). Distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Interval
f abs.
45 – 54 55 – 65 66 – 77 78 – 87 88 – 97 Total
1 1 9 3 1 15
f rel.(%) 6,67 6,67 60 20 6,67 100
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6 4 2 0
44,5
54,5 65,5
77,5
87,5
A2B1
97,5
Gambar 10 Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) 8.
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Kelompok
yang
Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) Kemampuan
menyimak
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran Student Teams-Achievemen Divisions (STAD) untuk kelompok siswa yang memilki minat belajar rendah, secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 22; skor terendah 58; skor tertinggi 80. Kemampuan menyimak dalam kelompok ini mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 67,6; modus sebesar 65; median sebesar 68; varians sebesar 30,4; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5,514 (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 174). commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Distribusi frekuensi skor kemampuan menyimak pada kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD)yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) Interval
f abs.
55-60 61-66 67-72 73-78 79-84 Total
1 6 5 2 1 15
f rel.(%) 6,67 40 33,33 13,33 6,67 100
Skor kemampuan menyimak pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dengan histogram frekuensi skor tersebut di bawah ini.
8 6 4 2 0
54,5
60,5 66,5
72,5
78,5
84,5
A2B2
Gambar 11Histogram Frekuensi Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) yang Memiliki Minat commit to user Belajar Rendah (A2B2)
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Uji Persyaratan Penelitian ini dalam menganalisis data menggunakan analisis varians (anava) dua jalan. Untuk dapat dilakukan analisis data tersebut, maka data tersebut perlu memenuhi persyaratan-persyaratan. Adapun beberapa persyaratan tersebut adalah (1) Keacakan data sampel penelitian, (2) data diambil dari populasi penelitian yang berdistribusi normal, dan (3) data diambil dari kelompokkelompok perlakuan yang berasal dari populasi penelitian yang homogen. Keacakan data sampel tidak dilakukan pengujian dengan teknik statistik, melainkan berdasarkan asumsi bahwa sampel yang menjadi subjek dalam setiap kelompok perlakuan diambil secara cak dari populasi penelitian. Untuk pemenuhan persyaratan kedua, yaitu data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, perlu dilakukan melalui pengujian normalitas data penelitian dengan menggunakan rumus uji Lilliefors. Kemudian pemenuhan persyaratn ketiga adalah homogenitas varians populasi untuk seluruh kelompok perlakuan. Hal itu dilakukan dengan menggunakan rumus uji Bartlett. Uji Normalitas data pada penelitian ini dilakukan terhadap delapan kelompok data, yaitu: (a) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1), (b) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2), (c) skor kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi (B1), (d) skor kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2), (e) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk kelompok siswa yang commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki minat belajar tinggi (A1B1), (f) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi rendah (A1B2), (g) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions (STAD) untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1), dan (h) skor kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa normalitas data nilai kemampuan menyimak tersebut adalah normal untuk taraf nyata α = 0,05, melawan hipotesis tandingannya (H1) yang menyatakan bahwa normalitas data nilai kemampuan menyimak tersebut adalah tidak normal pada taraf nyata yang sama. Signifikansi uji nilai L0 dibandingkan dengan nilai Lt. Jika nilai L0 kurang dari nilai Lt, maka H0 diterima; H1 ditolak, jika nilai L0 lebih besar dari nilai Lt, maka H0 ditolak ; H1 diterima. Tabel 10 Hasil Uji Lilliefors Kelompok A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Lilliefors 0,089 0,145 0,109 0,155 0,138 0,128 0,154 0,148
Keterangan 0,161 0,161 0,161 0,161 0,220 0,220 0,220 0,220
commit to user
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Hasil Uji Normalitas Data a.
Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing(A1) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,089 (lihat lampiran 15 halaman 157). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 30 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,161. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 157)
b. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A2) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,145 (lihat Lampiran 16 halaman 158). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 30 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,161. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 158) commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,109 (lihat lampiran 17 halaman 159). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 30 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,161. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 159)
d. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Rendah (B2) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,155 (lihat lampiran 18 halaman 160). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 30 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,161. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 160)
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Kelompok Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,138 (lihat lampiran 19 halaman 161). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 15 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,220. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 161)
f.
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Kelompok Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,128 (lihat lampiran 20 halaman 162). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 15 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,220. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20 halaman 162) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
g.
83 digilib.uns.ac.id
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,154 (lihat lampiran 21 halaman 163). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 15. dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,220. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 halaman 163)
h. Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) Uji normalitas terhadap data kemampuan menyimak pada kelompok ini menghasilkan L0 maksimal sebesar 0,148 (lihat lampiran 22 halaman 164). Dari daftar kritis L untuk uji Lilliefors dengan n = 15 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh Lt = 0,220. Dari perbandingan tersebut tampak bahwa L0 lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan menyimak pada kelompok ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman 164) commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Hasil Uji Homogenitas Varians Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk menguji kesamaan variansi nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok-kelompok nilai yang ada pada masing–masing kolom, baris, dan masing-masing sel. Teknik statistik yang digunakan untuk kepentingan ini sebagaimanaa disebutkan pada Bab III adalah dengan teknik uji Bartlett. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa varians nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok tersebut adalah homogen untuk taraf nyata α = 0,05, melawan hipotesis tandingannya (H1) yang menyatakan bahwa varians nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok nilai tersebut tidak homogen pada taraf nyata yang sama. Kriteria pengujian yang digunakan adalah bahwa H0 ditolak jika ternyata harga
lebih besar atau sama dengan (≥)
nyata α = 0,05. Sebaliknya, jika harga
pada taraf
pada taraf nyata α =
<
0,05, maka H0 yang menyatakan bahwa varians nilai homogen diterima. Uji Homogenitas data pada penelitian ini dilakukan terhadap delapan kelompok data berikut ini. Tabel 11 Hasil Uji Bartlett Kelompok A1:A2 B1:B2 A1B1:A1B2 A2B1:A2B2 A1B1:A2B1 A1B2:A2B2 A1B1:A2B2 A1B2:A2B1
Bartlett 0,59 5,17 0,93 5,76 3,74 1,98 0,21 1,11
Keterangan 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
commit to user
Homogen Tidak Homogen Homogen Tidak Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Kemampuan
Menyimak
Pembelajaran
Snowball
Siswa
yang
Throwing
Diajar
dengan
Model
yang
Diajar
Model
dan
Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (A1:A2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1dan A2 menghasilkan
= 0,59. Dari tabel
distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih besar daripada
.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompokkelompok A1 dan A2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1 dan A2 homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 165. b. Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi dan yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B1:B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok B1dan B2 menghasilkan
= 5,17. Dari tabel
distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih kecil daripada
.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompokkelompok B1 dan B2 ditolak. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai commit to user kemampuan menyimak berdasarkan kelompok B1 dan B2 tidak homogen.
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 166. c. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang Memilki Minat Belajar Rendah (A1B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1 dan A1B2 menghasilkan
= 0,93.
Dari tabel distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih besar daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A1B1 dan A1B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1 dan A1B2 homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 25 halaman 167. d. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang Memilki Minat Belajar Rendah (A2B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak commit to usermenghasilkan berdasarkan kelompok A2B1dan A2B2
= 5,76. Dari
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tabel distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih kecil daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A2B1 dan
A2B2 ditolak. Kesimpulannya ialah
bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A2B1 dan A2B2 tidak homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 26 halaman 168. e. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1dan A2B1 menghasilkan
= 3,74. Dari
tabel distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih kecil daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A1B1 dan
A2B1 ditolak. Kesimpulannya ialah
bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1 dan A2B1 tidak homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas commit to user27 halaman 169. varians ini dapat dilihat pada Lampiran
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang memiliki minat belajar rendah (A2B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B2 dan A2B2 menghasilkan
= 1,98.
Dari tabel distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih besar daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A1B2 dan A2B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B2 dan A2B2 homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 28 halaman 170. g. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Snowball Throwing yang memiliki minat belajar Tinggi (A1B1) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang memiliki minat belajar rendah (A2B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1 dan A2B2 menghasilkan
= 0,21.
commitdengan to userdk (derajat kebebasan) 1 dan taraf Dari tabel distribusi chi-kuadrat
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih besar daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A1B1 dan A2B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A1B1 dan A2B2 homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 29 halaman 171. h. Kemampuan
Menyimak
Siswa
yang
Diajar
dengan
Model
Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang memiliki minat belajar Tinggi (A2B1) dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang memiliki minat belajar rendah (A1B2) Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A2B1 dan A1B2 menghasilkan
= 1,11.
Dari tabel distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 1 dan taraf nyata α = 0,05 diperoleh
= 3,84 yang jauh lebih besar daripada
. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan menyimak dilihat dari kelompok-kelompok A2B1 dan A1B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa varians nilai kemampuan menyimak berdasarkan kelompok A2B1 dan A1B2 homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran 30 halaman 172. commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan kedua hasil pengujian persyaratan analisis di atas memberikan kesimpulan bahwa persyaratan analisis yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut dalam melihat perbedaan pengaruh model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak pada kelompok yang dibandingkan terpenuhi.
C. Hasil Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0) yang diajukan diterima atau ditolak, pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (H1) yang diajukan. Sesuai dengan yang telah disebutkan pada Bab III, pengujian hipotesis penelitian diuji dengan teknik Analisis Varians (anava) Dua Jalan. Teknik analisis statistik tersebut digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan secara keseluruhan. Maksud keseluruhan di sini adalah perbedaan pengaruh baik karena (1) perbedaan model pembelajaran yang berlainan (Snowball throwing – STAD), (2) perbedaan minat belajar (tinggi – rendah), dan (3) interaksi antara keduanya (model pembelajaran dan minat belajar). Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis (Anava) Sv
18,81
F table 4.01
H0 ditolak
1430,8
22,99
4.01
H0 ditolak
303,8
303,8
4,88
4.01
H0 ditolak
56
3484,7
62,227
59
6389,7
db
JK
RJK
F
A
1
1170,4
1170,4
B
1
1430,8
Interaksi (AB)
1
Residu Total
commit to user
kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id
1.
91 digilib.uns.ac.id
Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran 33 halaman 182 diperoleh Fhitung dari sumber variasi antarkolom (A) sebesar 18,81. Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf nyata α = 0,05 diketahui sebesar 4,01. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 33 halaman 182 yang berbunyi “Hipotesis pertama (H0 : µA1 = µA2) ditolak, jika Fh > Ft pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 56”. Simpulannya adalah kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing secara signifikan lebih baik daripada kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan
Model
Pembelajaran STAD.
2.
Perbedaan Kemampuan Menyimak antara Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi dan Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Berdasarkan amalisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran 33 halaman 182 diperoleh Fhitung dari sumber variasi antarbaris (B) sebesar 22,99. Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf nyata α = 0,05 diketahui sebesar 4,01. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada commit to user Lampiran 33 halaman 182 yang berbunyi “Hipotesis kedua (H0 : µB1 = µB2)
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
ditolak, jika Fh > Ft pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 56”. Simpulannya adalah kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3.
Interaksi antara Model Pembelajaran dan Minat Belajar dalam Mempengaruhi Kemampuan Menyimak Berdasarkan amalisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran 33 halaman 182 diperoleh Fhitung dari sumber variasi interaksi (AXB) sebesar 4,88. Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf nyata α = 0,05 diketahui sebesar 4,01. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran 33 halaman 182 yang berbunyi “Hipotesis ketiga (H0 : AXB = 0) ditolak, jika Fh > Ft pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 56”. Simpulannya adalah ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak siswa.
Karena terdapat perbedaan yang signifikan antarkolom (Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Model Pembelajaran STAD) dan perbedaan yang signifikan antarbaris (minat belajar tinggi dan rendah) dalam mempengaruhi kemampuan menyimak siswa, maka untuk mengetahui lebih commit to user dari kelompok mana yang lebih lanjut tindak lanjut kemampuan menyimak
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik, baik dilihat dari perbedaan model pembelajaran, maupun perbedaan minat belajar siswa, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan uji Tuckey (sebab jumlah sampel antara dua kelompok sama besar, yaitu n = 30 untuk antarkolom dan antarbaris, dan n = 15 untuk antarsel). Uji Tuckey di sini diadakan karena antara kedua kelompok (antarkolom = Model Pembelajaran Snowball Throwing
dan Model
Pembelajaran STAD, dan antarbaris = minat belajar tinggi – rendah) ada perbedaannya dan ada interaksinya. Selain itu, uji Tuckey tersebut digunakan untuk mengetahui manakah di antara rerata
(̅
̅
̅
̅ ) yang lebih
tinggi secara signifikan. Oleh karena itu, di sini akan dikemukakan secara rinci hasil uji Tuckey tersebut, sehingga dengan langkah ini dapat diketahui atau diperoleh secara signifikan pengaruh di antara model pembelajaran yang berbeda ditinjau dari minat belajar siswa.
a) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) Berbeda dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD (A2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6,13 dan niai Qt = 2,89 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 30 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(A1) berbeda dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD (A2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing(A1) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD (A2), yaitu 79,07 dan 70,23. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar
dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing (A1) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD (A2). b) Kemampuan Menyimak Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (B1) Berbeda dengan Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6,78 dan niai Qt = 2,89 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 30 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi (B1) berbeda dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang memiliki minat belajar tinggi(A1) lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2), yaitu 79,53 dan 69,77. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi (B1) lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2). commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Berbeda dengan Siswa yang Diajar dengan Model pembelajaran Snowball Throwing yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 7,00 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) berbeda dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang memiliki minat belajar rendah (A1B2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2), yaitu 86,2 dan 71,93. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang memiliki minat belajar rendah (A1B2). commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Sama dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 2,59 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1) sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1) hampir sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar rendah (A2B2), yaitu 72,87 dan 67,6. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1) sama dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2).
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Berbeda dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6,55 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184 ). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) berbeda dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi lebih (A1B1) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1), yaitu 86,2 dan 72,87. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1).
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f)
Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) sama dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A2B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 2,13 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56 (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran
Snowball
Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2) sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2) hampir sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar rendah (A2B2), yaitu 71,93 > 67,6. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar
dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2) sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2).
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Trowing dan Memiliki Minat Belajar Tinggi (A1B1) Berbeda Dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang Memiliki Minat Belajar Rendah(A2B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 9,13 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56. (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) berbeda dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar rendah (A2B2), yaitu 86,2 > 67,6. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar tinggi (A1B1) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar rendah (A2B2).
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h) Kemampuan Menyimak Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) sama dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (A2B1) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = -0,46 dan niai Qt = 3,01 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15 dan derajat bebas = 56. (lihat Lampiran 34 halaman 184). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2) sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1). Nilai rata-rata kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan memiliki minat belajar rendah (A1B2) hampir sama siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1), yaitu 71,93 dan 72,87. Dengan demikian, kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing
yang memiliki minat
belajar rendah (A1B2) sama dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD dan memiliki minat belajar tinggi (A2B1).
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Hasil Penelitian Melalui analisis deskriptif diperoleh nilai rata-rata kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing berbeda dengan nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yaitu masing-masing 79,07 dan 70,23 (lihat Lampiran 31 halaman 174). Kenyataan ini didukung oleh hasil analisis inferensial yang menyatakan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD. Dilihat dari besarnya rata-rata nilai yang dihasilkan oleh kedua perbedaan penerapan model pembelajaran, dapat dikatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran menyimak menghasilkan nilai kemampuan menyimak yang lebih tinggi dibandingkan dengan Model Pembelajaran STAD. Dengan demikian, secara keseluruhan Model Pembelajaran Snowball Throwing lebih baik daripada Model Pembelajaran STAD dalam mempengaruhi kemampuan menyimak, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Besarnya simpangan baku (standar deviasi) yang dihasilkan oleh model pembelajaran antara Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Model Pembelajaran STAD masing-masing 10,14 dan 8,79 (lihat Lampiran 31 halaman 174). Dari besarnya simpangan baku yang dihasilkan tersebut tampak bahwa Model Pembelajaran Snowball Throwing menghasilkan simpangan baku yang lebih kecil dibandingkan dengan Model Pembelajaran STAD. Ini dapat diartikan nilai kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
Snowball Throwing mempunyai variasi nilai yang lebih kecil daripada variasi nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD. Untuk itu dikatakan bahwa nilai kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing lebih stabil atau kecenderungan ajeg, bila dibandingkan dengan nilai kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD. Dilihat dari rata-rata nilai kemampuan menyimak antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar, yaitu masing-masing 79,53 dan 69,77 (lihat Lampiran 31 halaman 174) . Hal ini diverifikasi oleh hasil analisis varians yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai kemampuan menyimak pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah. Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut, memberikan bukti bahwa antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan memiliki minat belajar rendah memiliki kemampuan menyimak yang berbeda dan dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kondisi tersebut memberikan bukti empirik bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan minat belajar tinggi dan rendah cukup efektif dalam melihat pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing maupun Model Pembelajaran STAD terhadap kemampuan menyimak siswa dalam penelitian ini. Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi melalui pendekatan statistik deskriptif memberikan perbedaan rata-rata nilai kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
menyimak antara kelompok siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dan kelompok siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD. Besarnya rata-rata nilai itu adalah 86,2 dan 72,87 (lihat Lampiran 31 halaman 174). Terlihat kedua rata-rata nilai ini memberikan selisih yang cukup besar, sehingga secara deskriptif dapat dikatakan keduanya berbeda. Dari hasil pengujian hipotesis memperkuat daya perbedaan itu, yakni dihasilkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing yang memilki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD yang memiliki minat belajar tinggi. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis ketiga tentang interaksi juga menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian hipotesis tersebut di mana diputuskan menolak hipotesis Ho pada taraf signifikansi α = 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak. Hasil ini berdasarkan uji Anava, nilai Fh sebesar 4,88 yang lebih besar dari Ft sebesar 4,01 (lihat Lampiran 33 halaman 182). Artinya bahwa ada pengaruh model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak siswa dalam penelitian ini. Dari seluruh hasil analisis yang telah diuraikan baik dengan analisis deskriptif maupun dengan analisis inferensial, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa model pembelajaran terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
kemampuan menyimak siswa. Dalam hal ini model pembelajaran yang paling efektif adalah Snowball Throwing. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karakteristik siswa berdasarkan minat belajar mereka karena model pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik pada kelompok yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan menyimak yang dihasilkan oleh kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan yang memiliki minat belajar rendah. Dilihat dari besarnya nilai kemampuan menyimak, kelompok siswa dengan minat belajar tinggi secara relatif lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan minat belajar rendah dari masing-masing Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Model Pembelajaran STAD, dan secara statistik perbedaan itu sangat signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan menyimak yang memiliki minat belajar tinggi adalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar rendah. Secara rasional kondisi objektif ini dapat diterima dengan alasan bahwa mereka yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap belajarnya daripada mereka yang memiliki minat belajar rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai kesempatan yang lebih leluasa untuk kemampuan menyimak. Karena tanggung jawab yang besar terhadap belajarnya inilah yang membuat siswa menyimak dengan seksama, yang pada gilirannya akan menumbuhkan kemampuan menyimak yang tinggi terhadap pembelajaran. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, ditunjukkan bahwa temuan dalam penelitian ini memperkuat teori bahwa Model Pembelajaran Snowball commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Throwing terbukti berpengaruh secara signifikan pada kemampuan menyimak siswa di samping juga minat belajar yang dimiliki siswa.
E. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini telah diupayakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Namun, tidak dapat dihindarkan terjadinya berbagai kekurangan. Keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Selama pelaksanaan penelitian eksperimen pemantauan tidak dilakukan secara terus menerus. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara alami, tanpa ada perasaan diawasi baik pada siswa maupun guru yang melaksanakan eksperimen. Walaupun demikian, proses belajar mengajar (PBM) diharapkan bisa berlangsung sesuai prosedur yang telah ditentukan. Tetapi hal tersebut bisa menimbulkan peluang pada penyimpangan prosedur dalam menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran kemampuan menyimak.
2.
Waktu pelaksanaan pengajaran antara kelas dalam eksperimen dan kelas kontrol tidak sama, sehingga ada pertemuan pada pagi hari, dan ada yang siang hari. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan anak didik dalam melaksanakan pembelajaran. Pertemuan pada pagi hari suasana pembelajaran akan lebih kondusif sehingga hasil pembelajaran akan lebih baik, walaupun antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol kita minimalkan pengaruh tersebut, tapi kenyataan dilapangan sangat sulit untuk menyamakan waktu commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertemuan antara pagi semua atau siang semua. Sehingga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pembelajaran kemampuan menyimak. 3.
Instrumen angket tidak dapat mengukur tingkat kejujuran seseorang. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan menyusun pernyataan yang mengarah pada pernyataan yang jujur.
4.
Hasil maupun simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini hanya berlaku pada siswa SMP Negeri 1 Banyudono dan SMP Negeri 4 Boyolali, yang dijadikan subjek penelitian, sehingga relatif tidak bisa simpulan penelitian ini digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1.
Kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing lebih baik daripada siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Student Teams-Achivement Divisions (STAD).
2.
Kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3.
Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan menyimak siswa.
B. Implikasi Ditemukannya pengaruh yang signifikan dari interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan menyimak siswa, melahirkan beberapa implikasi penelitian berikut ini. 1. Upaya
Menerapkan
Model
Pembelajaran
yang
Inovatif
dan
Menyenangkan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Sebagaimana simpulan di atas, siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing memiliki kemampuan menyimak lebih baik user Pembelajaran STAD. Model daripada siswa yang diajar commit denganto Model
107
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran Snowball Throwing memiliki karakteristik menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan serta siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu Model Pembelajaran Snowball Throwing juga memiliki keaktifan yang tinggi karena pembelajaran berlangsung secara nyaman dan santai dalam suasana bermain, dapat saling memotivasi, dan meningkatkan kemampuan menyimak. Sebaliknya pembelajaran dengan Model Pembelajaran STAD akan tampak berbeda walaupun menyenangkan karena sama-sama inovatif . Hal itu dikarenakan model pembelajaran ini cenderung biasa, tanpa adanya permainan. Perbedaan
karakteristik
kedua
model
pembelajaran
di
atas
menyebabkan kemampuan menyimak siswa berbeda. Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam suasana yang menyenangkan dan santai memiliki kemampuan menyimak yang tinggi. Sebaliknya,
siswa
yang
diajar
dengan
Model
Pembelajaran
STAD
menyebabkan siswa merasa jenuh dan kemampuan menyimaknya rendah. Berdasarkan temuan empiris di atas, guru perlu mengupayakan menerapkan pembelajaran yang inovatif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa, yaitu: commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Menyosialisasikan
model-model
pembelajaran
yang
inovatif
dan
menyenangkan yang salah satunya adalah Model Pembelajaran Snowball Throwing di semua jenjang sekolah dengan cara pelatihan maupun seminar-seminar. b.
Memperdayakan semua lapisan yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
c.
Memperluas
wawasan
dan
pemahaman
tentang
pentingnya
pengembangan pembelajaran yang inovatif secara memadai, seperti memahami langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing.
2.
Upaya Meningkatkan Minat Belajar pada Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Sebagaimana simpulan di atas, diketahui bahwa kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Temuan empiris ini mengindikasikan bahwa kegiatan belajar yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi tertentu untuk mengatasi masalah. Dalam hal ini minat belajar akan menimbulkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan temuan empiris di atas, minat belajar siswa harus ditumbuhkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga kemampuan menyimak mereka bisa meningkat sebagai berikut.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Memberikan persepsi yang berupa pemberian pengertian kepada siswa tentang semangat belajar untuk meraih kesuksesan.
b.
Melaksanakan pembelajaran dengan dimasukkan unsur permainan untuk meningkatkan minat belajar siswa.
c.
Memberikan balikan atau koreksi setiap pemberian tugas seperti tepuk tangan dan kata-kata yang membangkitkan semangat sehingga siswa terdorong untuk aktif belajar. Jika upaya-upaya di atas dilakukan dengan baik, terarah, terprogram,
dan dijadikan kegiatan berkala, maka barulah akan terlihat bahwa peningkatan minat belajar siswa akan menyebabkan peningkatan kemampuan menyimak mereka.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi yang telah dirumuskan tersebut perlu diajukan saran-saran sebagai berikut. 1.
Untuk Guru Bahasa Indonesia SMP Guru sebagai fasilitator yang menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan kemampuan menyimak siswa. Guru yang telah menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing telah membuktikan bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran tersebut, kemampuan menyimak siswanya tinggi. Sebaliknya, guru yang menerapkan Model Pembelajarn STAD, kemampuan menyimak siswanya rendah. Selain itu, minat belajar commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
turut berpengaruh terhadap kemampuan menyimak siswa. Oleh karena itu, disarankan kepada guru agar: a.
memilih pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga siswa akan terdorong untuk belajar;
b.
menciptakan suasana demokratis di lingkungan sekolah sehingga dengan suasana
dan
lingkungan
yang
demikian,
siswa
akan
dapat
mengembangkan kemampuan menyimaknya; c.
meningkatkan minat belajar siswa dengan memasukkan unsur permainan dalam pembelajaran;
2.
Untuk Kepala Sekolah Penerapan KTSP di sekolah menuntut penetapan model-model pembelajaran yang inovatif dan konstruktivistis. Oleh karena itu, hendaknya sekolah tidak keberatan untuk menyediakan dana guna kegiatan siswa yang menunjang, pengadaan media pembelajaran, seperti laboratorium bahasa, dan memfasilitasi guru-guru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran. Dengan demikian, saran yang diajukan kepada kepala sekolah, antara lain: a.
membantu guru menyediakan sarana dan prasarana seperti laboratorium bahasa untuk menunjang pembelajaran;
b.
mendukung guru dan memberi kebebasan kepada mereka untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif; commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
memfasilitasi guru untuk mengembangkan potensi yang ada dalam guru dengan diikutsertakan pada pelatihan-pelatihan inovasi pembelajaran.
3.
Untuk Peneliti Lain Peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas (prediktor), sehingga faktor-faktor lain yang diduga memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap kemampuan menyimak siswa dapat diketahui secara lebih komprehensif. Hendaknya dapat dikembangkan model pembelajaran dengan pendekatan lain yang mengikuti landasan kontruktivisme sehingga dapat memperkaya perbendaharaan pendekatan dan metode pembelajaran bagi guru di
Indonesia
yang pada gilirannya mampu
pembelajaran yang dikelolanya.
commit to user
meningkatkan kualitas