Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD M. A. C. Dewi1, I M. Sugiarta2, I M. Suarsana3 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],{imadesugiarta54,suarsana1983}@gmail.com2,3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD No.1 Punggul terhadap penerapan pembelajaran kooperatif dengan Teknik Kancing Gemerincing. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Rancangan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VI SD No.1 Punggul tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I persentase siswa yang tergolong pada katagori aktif mencapai 18,18% menjadi 45,45% pada siklus II, dan menjadi 72,73% pada siklus III. Sedangkan persentase siswa yang tergolong pada katagori tuntas pada siklus I mencapai 69,70%, menjadi 72,72% pada siklus II ,dan menjadi 81,82% pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, teknik Kancing Gemericing, keaktifan belajar, prestasi Belajar.
ABSTRACT This study aimed to describe the enhancement in activeness and learning achievement of student grade IV in SD No. 1 Punggul through the implementation of cooperative learning with Kancing Gemerincing technique. This classroom action research was conducted in three sessions. Each cycle consists of planing, action, observation/evaluation and reflection. 33 students of grade VI were involved in this study. Observation and test were used in collecting the data. The results showed that the percentages of student mathematics learning activeness which belong to active minimal catagory has reisen 18.18% in the first cycle, then 45.45% in the second cycle and 72.73% in the third cycle. While the percentages of value learning achievement which belong to pass minimal catagory has reisen 69.70% in the first cycle, then 72.72% in the second cycle and 81.82% in the third cycle. This indicated that the implementation of cooperative learning using kancing Gemerincing technique can enhance the activeness and achievement of the students in learning mathematics. Keywords :
coopertive learning, Kancing Gemerincing technique, learning activeness, learning achievement.
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Matematika sangat penting dan erat kaitannya dalam perkembangan peradaban manusia yang semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu, pendidikan matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar. Fungsi mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah (1) mempersiapkan siswa agar sanggup bertahan menghadapi perubahan kehidupan yang selalu berkembang, melalui kebiasaan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional,kritis, dan teliti menghadapi permasalahan, dan (2) mempersiapkan siswa agar menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Suherman, 2003:58). Pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika. Pembelajaran matematika juga merupakan serangkaian proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh siswa yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dituntut aktif, memiliki kemandirian, dan bertanggung jawab selama mengikuti proses pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan guru sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran yang mendidik dan menilai proses hasil pembelajaran. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran matematika di sekolah belum berjalan secara optimal. Demi mencapai tujuan pembelajaran matematika, guru telah mengupayakan berbagai cara untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran matematika, seperti penerapan Student Centered, tetapi dalam penerapannya masih belum
maksimal (Suherman,dkk, 2003). Berdasarkan observasi tanggal 30 Juli 2014, yang dilakukan di kelas VI SD No.1 Punggul, kurang berhasilnya pembelajaran matematika dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan antara lain: Pertama, siswa kurang menyiapkan diri sebelum pelajaran dimulai, meskipun telah mengetahui materi yang akan disampaikan oleh guru dalam pembelajaran. Kedua, dalam proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif, hal ini disebabkan oleh siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Keadaan tersebut tampak jelas karena siswa enggan bertanya baik kepada temannya ataupun bertanya kepada guru pada saat berlangsungnya pelajaran. Ketiga, dalam penyajian materi, guru lebih mendominasi pengajaran, sehingga pengajarannya berlangsung satu arah. Guru lebih memilih meggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang bersifat klasikal. Akibatnya siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga suasana kelas tampak pasif. Kurang tepatnya cara penyajian materi oleh guru tentunya akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari data tes awal yang diberikan oleh peneliti sebelum dilakukan tindakan. Tabel 1. Data Tes Awal Siswa Kelas VI SD No. 1 Punggul Rata-rata Prestasi Belajar Skor Tertinggi Skor terendah Ketuntasan Belajar
58,79 100 20 24,24%
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 33 siswa terdapat 8 siswa yang memenuhi nilai standar yang dipatok dengan nilai 78 pada mata pelajaran matematika di SD No. 1 Punggul. Sementara itu, 25 siswa tidak memenuhi nilai standar pelajaran matematika. Begitupun untuk ketuntasan
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
belajar masih di bawah tuntutan sekolah yaitu minimal 80%. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa kelas VI SD No. 1 Punggul masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI diperoleh informasi yaitu antusiasme siswa selama pembelajaran masih rendah dan siswa sering lupa dengan materi yang sudah dipelajari. Selain itu juga siswa kurang aktif bertanya maupun dalam berdiskusi. Dari uraian permasalahan di atas, pembelajaran matematika yang dilaksanakan belum maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka seorang guru harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika agar pelajaran menjadi menyenangkan, meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Dalam pembelajaran siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka miliki. Roussean (dalam Sardiman, 2011) menjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang dikerjakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Selain itu, menurut Gega (dalam Ratumanan, 2002) siswa tidak secara sederhana menerima atau menyerap informasi yang ia terima dari penyampaian guru atau buku teks, tetapi siswa sendiri mengkonstruksikan suatu pengetahuan baru. Mengkonstruksi pengetahuan tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau melalui interaksi sosial. Setelah melihat kondisi tersebut maka dirancang pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi dan keaktifan belajar matematika siswa. Maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan melalui suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Djamarah, 1994). Pembelajaran kooperatif menurut Bern dan Erickson (dalam Komalasari, 2013) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisasi pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, Riyanto (2009:267) menyatakan, “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic Skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill”. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Kerjasama siswa dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa aktif karena terlibat dalam pembelajaran. Ratumanan (dalam Trianto, 2009) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya pengembangan intelektual siswa. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya diharapkan mampu memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math anxiety) yang banyak dialami para siswa (Suherman,dkk, 2003). Teknik Kancing Gemerincing adalah teknik pembelajaran yang
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
menggunakan kancing sebagai syarat sebelum memulai pembicaraan atau aktivitas dalam belajar. Pada teknik Kancing Gemericing siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Jika siswa bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat, maka mereka menyerahkan salah satu kancing yang dimilikinya kepada guru. Dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik ini, masingmasing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Penggunaan teknik Kancing Gemerincing dalam pembelajaran matematika, akan membuat siswa merasakan suasana yang berbeda ketika sedang belajar matematika. Siswa tidak lagi hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru saja, tetapi siswa akan dilibatkan dalam sebuah pembelajaran yang lebih menarik namun juga bersifat mendidik, karena selain akan meningkatkan keaktifan juga akan mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran matematika. Kelebihan dari teknik ini adalah memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama (Lie,2008). Dalam pelaksanaan pembelajaran berkelompok sering ditemui anggota kelompok yang terlalu dominan, Sebaliknya,juga ada anggota yang pasif dan hanya menyerahkan tanggung jawab kelompok pada anggotanya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Oleh karena itu, dengan penerapan teknik ini, semua siswa dalam kelompok terlibat sehingga tanggung jawab didalam kelompok merata dan tidak ada siswa yang terlalu dominan dan tidak ada pula yang terlalu pasif dalam kelompok. Pengalaman yang diharapkan ada pada siswa setelah pembelajaran matematika dengan teknik Kancing Gemericing adalah siswa menjadi lebih aktif sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
Penelitian tentang penggunaan teknik Kancing Gemericing ini sebelumnya telah dilakukan oleh Rini Utami pada mata pelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana peningkatan keaktifan belajar matematika siswa dan (2) bagaimana peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD No.1 Punggul melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan peningkatan keaktifan belajar matematika siswa dan (2) mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD No.1 Punggul melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing.
METODE Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK atau Classroom Action Research) yang secara umum bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas yang dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Penelitian ini bersifat kolaboratif karena peneliti bekerja sama dengan guru Matematika yang mengajar di kelas tersebut, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VI SD No. 1 Punggul semester ganjil, banyaknya siswa adalah 33 orang yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Penelitian ini berlangsung pada 14 Oktober sampai dengan 19 November 2014. Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
No.1 Punggul tahun pelajaran 2014/2015 terhadap pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum KTSP. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Dalam setiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan kelas dan satu kali pertemuan untuk melakukan tes akhir siklus. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes tertulis yang berbentuk tes uraian untuk mengumpulkan data terkait prestasi belajar matematika siswa yang diberikan di tahap evaluasi setiap siklus yakni pada pertemuan keempat di masing-masing siklus, (2) lembar observasi keaktifan belajar matematika siswa digunakan untuk mengukur keaktifan belajar matematika dalam pelaksanakan penelitian. Keaktifan belajar matematika siswa diukur setiap pertemuan selama penelitian kecuali saat dilaksanakan tes prestasi belajar, dan (3) jurnal harian yang digunakan untuk mencatat hal-hal penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang tidak mampu direkam melalui alat pengumpulan data (tes dan lembar observasi) yang telah disediakan. Sebelum digunakan lembar observasi keaktifan ini akan diuji validitas isi dan validitas susunannya melalui expert judgement (validitas ahli), yaitu dosen ahli Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha serta satu orang guru matematika yang mengajar di kelas VI SD No.1 Punggul. Lembar validitas ini terdiri dari dua kategori penilaian yaitu sesuai dan tidak sesuai. Selain itu, expert judgement juga memberikan pertimbangan, saran, dan komentar untuk setiap butir soal. Dalam kegiatan observasi keaktifan belajar matematika siswa, observasi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru Matematika dikelas VI. Masingmasing observer membawa lembar observasi. Keaktifan yang diamati dalam penelitian ini yaitu keaktifan siswa bekerja sama dalam kelompok dan keaktifan
siswa menggunakan kancing dalam bertanya/ menjawab/mengemukakan pendapat. Data keaktifan belajar matematika siswa yang telah terkumpul dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar matematika siswa dianalisis secara deskriptif. Data keaktifan belajar matematika siswa yang akan dianalisis yaitu data yang telah dievaluasi pada akhir masing-masing siklus, yaitu data yang diperoleh dari penjumlahan skor keaktifan belajar matematika siswa setiap pertemuan dalam satu siklus dibagi dengan banyak pertemuan dalam satu siklus. Data keaktifan belajar matematika siswa dilakukan melalui observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat. Data dari kedua pengamat akan dirata-ratakan sebagai berikut. Skor Keaktifan A =
SP1 SP2 2
(1)
Keterangan: SP1 = Skor Pengamat 1 SP2 = Skor Pengamat 2 Rata-rata skor keaktifan belajar matematika siswa selanjutnya dicocokkan dengan kriteria penggolongan keaktifan belajar matematika siswa yang ditetapkan (dimodifikasi dari Candiasa, 2010). Untuk memperoleh data prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing pada pembelajaran matematika dilakukan dengan pemberian tes prestasi belajar matematika. Tes yang digunakan adalah tes uraian, yang dilaksanakan pada akhir tiap siklus. Tes yang diberikan berupa soal uraian yang sebelumnya telah diuji validitas isi dan validitas susunannya melalui expert judgement (validitas ahli) yang terdiri dari dua orang dosen dari Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha serta satu orang guru matematika yang mengajar di kelas VI SD No.1 Punggul. Penilaian validitas isi terdiri dari 2 kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai. Selain itu expert judgement juga memberikan pertimbangan, saran, dan komentar untuk tiap butir soal. Setiap butir soal dikatakan
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
valid apabila minimal dua ahli menyatakan butir soal tersebut sesuai. Tes dalam bentuk uraian memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut. (1) Siswa dituntut untuk menjawab secara rinci maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan sehingga hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya, (2) Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes uraian menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, serta mengaitkan fakta-fakta yang relevan (Suherman, 1993:67). Tes bentuk uraian juga memiliki kelemahan antara lain adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan atau pemberian nilai, sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias sehingga kurang mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Hal ini dapat dihindari atau dapat dikurangi dengan cara membuat sebuah rubrik penskoran. Jawaban dari masing-masing siswa dibandingkan dengan rubrik penskoran yang dibuat tersebut dan diberikan skor sesuai dengan tingkat kebenaran jawabannya. Adapun kriteria jawaban siswa pada rubrik penskoran (dimodifikasi dari Santyasa, 2004) adalah tidak memberikan suatu penyelesaian sama sekali (skor 0), memberikan penyelesaian tapi salah (skor 1), memberikan suatu penyelesaian yang ada unsur benarnya tetapi belum memadai untuk mengarah pada pencapaian hasil (skor 2), melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap, tetapi ada kesalahan dalam istilah, notasi matematis, dan perhitungan matematis (skor 3), melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap, notasi matematis benar tetapi ada kesalahan dalam perhitungan matematis atau penarikan kesimpulan (skor 4), memberikan suatu penyelesaian yang benar dan lengkap (skor 5). Berdasarkan rubrik penskoran prestasi belajar matematika di atas, maka
nilai masing-masing siswa didapat dengan rumus (2) dengan adalah nilai siswa dan adalah jumlah skor yang diperoleh siswa. Untuk memperoleh data mengenai proses pembalajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing digunakan jurnal harian yang merekam seluruh kegiatan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Jurnal harian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan kegiatan selanjutnya dan mencatat hal – hal penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi dan keaktifan belajar matematika siswa. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil, apabila (1) terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai katagori aktif dari siklus ke siklus, (2) terjadi peningkatan persentase siswa yang mencapai katagori tuntas dari siklus ke siklus dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ringkasan data keaktifan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Ringkasan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III Katagori SKB KA CA A SA Rata-Rata
I
II
III
0,00% 0,00% 81,82% 18,18% 0,00% 4,09
0,00% 0,00% 54,55% 45,45% 0,00% 4,41
0,00% 0,00% 24,24% 72,73% 3,03% 4,65
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
Keterangan : SKB = Sangat Kurang Aktif KA = Kurang Aktif A = Aktif SA = Sangat Aktif Berdasarkan Tabel 2 di atas, secara umum terlihat bahwa persentase siswa yang tergolong dalam katagori aktif meningkat dari siklus ke siklus. Ringkasan data prestasi belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel
3.
Ringkasan Prestasi Belajar Matematika Siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III
Pertemuan
Tuntas
Siklus I Siklus II Siklus III
69,70% 72,72% 81,82%
Tidak Tuntas 30,30% 27,27% 18,18%
RataRata 69,70% 72,73% 81,82%
Berdasarkan Tabel 3 di atas, secara umum terlihat bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 78 meningkat dari siklus ke siklus. Pembahasan Peneliti telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas selama tiga siklus di kelas VI SD No. 1 Punggul. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian diatas, terlihat adanya peningkatan persentase siswa yang mencapai katagori tuntas dari awal penelitian hingga berakhirnya penelitian. Selain itu, terdapat pula peningkatan persentase siswa yang tergolng pada katagori tuntas dan ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai minimal 80%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa, pada siklus I diketahui bahwa persentase siswa yang tergolong pada katagori cukup aktif mencapai 81,82% (27 orang) dan hanya 18,18% (6 orang) yang berada pada
katagori aktif. Untuk prestasi belajar siswa, dari 33 siswa terdapat 69,70% (23 orang) yang berada pada katagori tuntas dan 30,30% (10 orang) pada katagori tidak tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I hanya mencapai 69,70%. Rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa disebabkan karena adanya permasalahan atau kendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus I. Pada saat pelaksanaan siklus I, adanya perubahan proses pembelajaran yang signifikan yaitu cenderung menuntut siswa aktif dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS yang diberikan oleh guru menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam dalam pengerjaan LKS. Sehingga guru secara lebih intensif memberikan arahan kepada setiap kelompok. Selain itu, sebagian besar siswa masih enggan untuk mengungkapkan ide yang dimiliki karena masih takut salah. Siswa yang kemampuan akademiknya baik masih enggan memberikan penjelasan kepada teman-teman anggota kelompoknya. Kendala-kendala yang dialami tersebut kemudian didiskusikan oleh peneliti bersama guru untuk dicarikan solusinya. Melalui kegiatan refleksi ini, disepakati beberapa solusi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi kendalakendala tersebut sebagai bahan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan dan penyempurnaan dari siklus I. Dalam pelaksaan pembelajaran, guru memberikan bimbingan yang lebih insentif terhadap siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran sehingga siswa mampu menemukan penyelesaian dari permasalahan-permasalahan yang diberikan. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ternyata mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Pada siklus II persentase siswa yang berada pada katagori aktif meningkat menjadi 45,45% (15 orang) dan untuk prestasi belajar siswa yang berada pada katagori
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
tuntas meningkat menjadi 72,72% (24 orang). Ketuntasan belajar klasikal siswa juga mengalami peningkatan menjadi 79,39% namun masih belum memenuhi indikator keberhasilan. Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan dengan hasil refleksi pada siklus II dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan dan penyempurnaan dari siklus II. Di dalam pembelajaran guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan menekankan siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan menfaatkan waktu diskusi dengan sebaikbaiknya. Berdasarkan penyempurnaan tindakan yang telah dilaksanakan ternyata dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dilihat dari meningkatnya persentasi siswa yang berada pada katagori aktif 72,73% (24 orang). Sedangkan persentase siswa yang berada pada katagori tuntas meningkat menjadi 81,82% (27 orang). Ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus III mencapai 81,82% dan sudah memenuhi indikator keberhasilan. Berdasarkan analisis data tersebut, baik keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan. Oleh karena itu, penelitian dikatakan berhasil. Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena dalam proses pembelajaran dengan teknik Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok diberikan kesempatan yang sama untuk ikut aktif berpartisipasi dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lie (2008) bahwa dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Sehingga, setiap siswa terdorong untuk aktif berperan dalam keberhasilan kelompok, siswa lebih aktif dalam mendiskusikan permasalahan yang diberikan, ini menyebabkan kemampuan siswa untuk memahami suatu materi yang diberikanpun semakin baik yang akan
berakibat dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan Roseth (dalam Eggen & Kauchak, 2012) yang menyebutkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan-pemecahan masalah dan prestasi secara umum. Selain itu, penerapan pembelajaran dengan teknik Kancing Gemerincing membuat siswa lebih semangat untuk belajar matematika karena pembelajaran ini dilakukan seperti siswa sedang bermain. Proses pembelajaran yang dilakukan sambil bermain akan membuat suasana belajar jadi lebih menyenangkan. Dengan proses pembelajaran seperti ini, siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Hasil penelitian ini didukung oleh Wahyu Hidayat (2011), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan teknik Talking Chips dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah sekaligus telah mampu memecahkan permasalahan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing mampu meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas VI SD No. 1 Punggul. a) Pada siklus I terdapat 18,18% (6 orang) yang berada pada katagori aktif. Kemudian menjadi 45,45% (15 orang) pada siklus II, dan menjadi 72,73% (24 orang) pada siklus III. b) Pada siklus I terdapat 18,18% (6 orang) yang berada pada katagori aktif. beberapa perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pemberian sanksi pengurangan kancing bagi kelompok
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
2)
yang belum menyelesaikan atau belum tepat menjawab permasalahan dalam LKS. Tindakan yang dilakukan tersebut ternyata mampu meningkatkan keaktifan siswa pada siklus II menjadi 45,45% (15 orang). Setelah pelaksanaan siklus II, kembali dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran diantaranya adalah pemberian motivasi kepada siswa yang masih takut untuk mengutarakan pendapat. Perbaikan tersebut mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada siklus III menjadi 72,73% (24 orang). Penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD No. 1 Punggul. a) Pada siklus I terdapat 69,70% (23 orang) yang berada pada katagori tuntas. Kemudian menjadi 72,73% (24 orang) pada siklus II, dan menjadi 81,82% (27 orang) pada siklus III. b)Pada siklus I terdapat 69,70% (23 orang) yang tergolong pada katagori tuntas. Kemudian dilakukan beberapa perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu adanya perbaikan pada pengelolaan kelas dan disiplin waktu dengan menekankan agar siswa lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan memanfaatkan waktu diskusi dengan sebaik-baiknya. Tindakan yang dilakukan tersebut mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus II, yaitu menjadi 72,73% (24 orang). Setelah pelaksanaan siklus II, kembali dilakukan perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu memberikan bimbingan yang lebih intensif terhadap siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran sehingga siswa bisa menemukan penyelesaian dari permasalahanpermasalahan yang diberikan. Perbaikan tersebut mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus III menjadi 81,82% (27 orang).
SARAN Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini,dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik Kancing Gemerincing sebaiknya siswa diberikan penjelasan secara rinci terkait dengan bagaimana prosedur pelaksanaannya. Hal ini supaya siswa tidak ragu-ragu sehingga proses pembelajaran tidak terganggu. 2) Pembelajaran dengan teknik ini akan berlangsung dengan maksimal apabila siswa lebih dulu menyiapkan diri dengan mempelajari materi yang akan dibahas, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa akan lebih mudah menangkap dan mengerti penjelasan guru. Hal ini akan memudahkan siswa dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS yang diberikan. 3) Pengamatan terhadap keaktifan siswa terkadang sulit dilakukan karena keterbatasan jumlah observer. Oleh karena itu, agar keaktifan setiap siswa dapat terpantau dengan baik, diperlukan penambahan jumlah observer. 4) Pembelajaran kooperatif dengan teknik Kancing Gemerincing akan lebih efektif apabila anggota kelompok belajar tidak terlalu besar agar siswa dapat bekerja dan belajar dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Candiasa,I. M. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja : Unit Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha. Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Cetakan Pertama. Surabaya:Usaha Nasional.
Volume : 3 Nomor : 1 Tahun : 2015
Eggen, P. dan Don K. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta : Indeks Permata Putri. Hidayat,
M. W. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Segiempat pada Siswa Kelas VIIG SMPN 1 Jember Tahun Ajaran 2009/2010. Tersedia pada http://dspace.unej.ac.id/handle/1 23456789/15479 (diakses tanggal 20 Desember 2013.
Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama. Lie,
A. 2008. Cooperatif Learning:Memperaktikan Kooperatif Learning Di RuangRuang Kelas. Jakarta : Grasindo
Ratumanan, T. G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Unesa University Press. Riyanto,
Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana.
Santyasa, I W. 2004. Model Problem Solving dan Reasoning Sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif. Makalah disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia(Konaspi) V di Surabaya. IKIP Negeri Singaraja. Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: JICA.
Suherman, E H. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana. Utami, R. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Lingkaran. Tersedia pada http://journal.unikal.ac.id/index.ph p/lppm/article/view/120 (diakses tanggal 15 Desember 2013).