PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP KOMPETENSI DASAR DEMOKRASI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011/20121 Oleh: Parsono2 ABSTRAK Based on the analysis results, the implementation of Think-Pair-Share method showed that defining democracy concept increased from 78% to 98%, elaborating the history of the first enforcement of democracy increased from 76% to 98%, explaining types of democracy implementation in nation’s life, increased from 79% to 97%, and explaining the nature of Pancasila democracy and its implementation in nation’s life increased from 81% to 96%. These results denoted that Think-Pair-Share method could improve the Civic Educationsubject performance in showing participation in nation defense effort. Think-Pair-Share is a right initial step to motivate students to follow the next stage of learning. Moreover, in this step, students are given chances to decide their answer and the problems delivered by the teachers, and write their own ideas, so that the individual thinking ability can be improved. This step is more effective than when the teacher presents a problem or a question, and asks the answer to the students one by one. In the next activity, which is a discussion with a partner, students who never or rarely speak in front of the class can be able to express his/her ideas to the partner. KATA KUNCI : Demokrasi dan Think-Pair-Share
1 2
Artikel Penelitan Guru Pengampu Mata Pelajaran PKn
54
Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap…
PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan kewarganegaraan, harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif.Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa.Selanjutnya dikatakan pula, bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran (Wahab, 1986:36). Mata Pelajaran PKn merupakan bagian-bagian dari ilmu sosial yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme, hal ini PKn merupakan kajian ilmu yang menjelaskan tentang peristiwa pada masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas. Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran PKn siswa terlihat kurang antusias, daya kreativitasnya rendah, dan siswa bersikap acuh tak acuh. Sebabnya mungkin karena guru kurang menguasai materi dan strategi pembelajarannya kurang memiliki daya dukung terhadap hasil belajar siswa.Pelajaran PKn menurut siswa hanyalah mengulangi hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan menengah. Model dan teknik pengajarannya juga kurang menarik, biasanya guru memulai pelajarannya dengan cerita atau membacakan yang telah tertulis didalam buku ajar (Soewarso, 2000:2). Salah satu model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kelas adalah pembelajaran konvensional, yang bila tidak dikemas dengan baik tidak akan menarik perhatian siswa, karena cenderung menghafalkan tahun, nama tokoh, dan rentetan peristiwa (Darmawan,2002). Pembelajaran konvensional cenderung meminimalkan keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana
PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015
belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, disinilah tugas guru PKn untuk senantiasa meningkatkan ketrampilan dan kualitas intelektual didalam kegiatan pembelajaran, bahkan guru Pelajaran PKn perlu tampil disetiap kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator, fasilisator maupun sebagai dinamisator dengan cara menerapkan model pembelajaran PKn yang berkompeten. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan mengemukakan pendapat.Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pair-Share. Model pembelajaran Think-Pair-Share termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dipilih model pembelajaran Think-PairShare karena model pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain dan akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan kerja sama siswa. Pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-Share ini mudah diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk PKn (Lie, 2004). Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada
55
orang lain (Lie, 2004:57). Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair-Share juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran ThinkPair-Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004). Media pembelajaran lengkap seperti dijelaskan di atas namun model pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 2 Kebakkramat masih belum bisa menumbuhkan minat siswa untuk belajar secara aktif khususnya mata Pelajaran PKn. Minimnya jam Pelajaran PKn membuat siswa bertambah malas dan bosan karena harus dipaksa belajar dengan sistem cepat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti realitas yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar mata Pelajaran PKn guru memegang kendali penuh didalam kelas.Siswa menjadi pendengar yang baik dan pencatat yang tekun tetapi kurang aktif dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru.Sementara ini terdapat kecenderungan daripada pendidik menggunakan metode ceramah yang lebih menitik beratkan pada peran guru sehingga memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal dengan kata-katanya tanpa memahami makna yang terkandung didalamnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Mata Pelajaran
56
Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap…
PKn Pada Siswa Kelas VIII SMPNegeri 2Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran PKn Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa,Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.Kep. Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum PendidikanTinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa ³Pendidikan Pancasila,Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum(MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi´.Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping membahas tentang PPBN jugadimembahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan PendidikanKewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok PendidikanKewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengan negara, dan PendidikanPendahuluan Bela Negara (PPBN). Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, mata pelajaran pendidikankewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi.mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warganegara. Adapun MISI mata pelajaran ini adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan
UUD 1945.Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut : a. memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. b. memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secarademokratis dan bertanggung jawab. c. memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkandalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), ,dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions) Berdasar permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis
PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015
untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun standar isi atau yang menjadi materi kajian mata pelajaran PKn di sekolah mencakup 8 ruang lingkup. Kedelapan runag lingkup kajian tersebut adalah : a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional. c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
57
konstitusi yang pertama, Konstitusikonstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi. g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin, 2007:5). Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, pengembangan kualitas diri siswa terutama aspek afektif dapat dilakukan secara bersamasama.Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang fungsinya kognitif, afektif, maupun konatif (Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi saling percaya, terbuka, dan rileks diantara
58
Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap…
anggota kelompok memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta ketrampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran (Solihatin, 2007:6). Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman, dkk, 2003:260). Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran koperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi: (1) para siswa yang bergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh semua anggota kelompok itu, (3) untuk mencapai hasil yang maksimal, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya dan, (4) para siswa tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya (Erman, 2003 :260). Untuk mengoptimalkan pembelajaran kooperatif, keanggotaannya sebaiknya hiterogen, baik dari kemampuan atau karakteristik lainnya.Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, sebaiknya gurulah yang membagi kelompok. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda dimasukkan dalam satu kelompok, maka dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang
berkemampuan rendah dan sedang, sedangkan siswa yang pandai akan dapat menstransfer ilmu yang dimilikinya. Ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan produktivitas kelompoknya. Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif adalah 3-5 orang. Agar siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya perlu diajarkan ketrampilan-ketrampilan kooperatif pada peserta didik. Ketrampilan-ketrampilan tersebut adalah: (1) berada dalam tugas, yaitu siswa tetap berada dalam kerja kelompok, merumuskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan melatih ketrampilan ini siswa akan menyelesaikan tugas dalam waktu yang tepat dengan karakteristik yang lebih baik, (2) mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu siswa bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas sehingga kegiatan akan terselesaikan pada waktunya, (3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi tugas kelompok, (4) mendengarkan dengan aktif, yaitu memperhatikan informasi yang disampaikan teman sehingga anggota kelompok yang menjadi pembicara akan merasa senang karena apa yang mereka sumbangkan itu berharga, (5) bertanya, yaitu siswa menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok apabila teman sekelompok tidak tahu jawabannya, baru menanyakan pada guru, hal ini penting karena siswa yang pasif dapat didorong untuk ikut aktif. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran biasa. Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu:
PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015
a. Saling ketergantungan positif, yakni untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling bekerjasama dalam kelompok, siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan mereka menyadari bahwa diantara mereka saling membutuhkan satu sama lain dalam bekerja untuk mencapai kesuksesan bersama. b. Tanggung jawab perseorangan, yakni seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedemikian rupa agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan kemempuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama. c. Tatap muka, yakni setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi. d. komunikasi antar anggota, yakni menghndaki agar para pembelajar dibekali dengan ketrampilan berkomunikasi, karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. e. Evaluasi proses kelompok, yakni pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerjasama secara efektif. Guru memainkan peran yang menentukan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif yang efektif. Materi harus disusun agar setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan pemikirannya kepada kelompoknya. Guru
59
harus mengatur ruang kelas agar setiap anggota kelompok duduk berdekatan sehingga dapat bekerja dengan nyaman. Jarak antara kelompok yang satu dengan yang lain jangan terlalu berdekatan agar tidak saling mengganggu. 3. Model Pembelajaran Think-Pair- Share Model pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Model pembelajaran Think-PairShare adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58). Think-Pair-Share memiliki prosedur ynag ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan
60
Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap…
permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut. Menurut Spencer Kagan ( dalam Maesuri, 2002:37) manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share.Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan kepada siswa SMP kelas VIIID di SMP Negeri 2 Kebakkramat Karanganyar sebanyak 31 siswa. Sedangkan waktu untuk melaksanakan penelitian ini adalah selama 6 bulan (Januari–Juni 2012). Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimen, dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif Think-PairShare terhadap hasil belajar PKN. Suharsimi Arikunto (1998: 4) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi, observasi dan wawancara.Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) untuk memperoleh
nilai hasil belajar PKN.Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan menggunakan bentuk tes obyektif. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, daftar nilai, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.Suharsimi Arikunto (2006: 158) menyebutkan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Observasi yang merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap subjek yang diamati, yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa melalui alat bantu yang terstandar (Sujana dan Sudrajat, 2005: 143). Tujuan dari observasi dalam penelitian ini adalah mengamati proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas populasi yang dipilih peneliti dalam mencari tahu keadaan siswa selama mengikuti proses pembalajaran tersebut. Observasi kembali dilakukan ketika peneliti mengadakan perlakuan penggunaan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share kepada siswa kelompok eksperimen mengenai keaktifan, minat dan psikomotorik siswa dengan menggunakan lembar pengamatan. Dalam penerapan metode kooperatif Think-Pair-Share, pengetahuan tentang keragaman kemampuan siswa mutlak diperlukan. Oleh karena itu dilakukan pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula yang disebut wawancara. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewer).
PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah data diperoleh terkumpul, maka data tersebut di dengan membandingkan data – data yang telah didapat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan penelitian guna mendapatkan informasi yang baik dan mudah dipahami, kemudian hasil dari metode – metode diatas dilakukan evaluasi atau tes. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIIID dengan jumlah siswa 32orang, 16orang laki-laki dan 16 orang perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen. Dalam pelaksanakan pembelajaran di SMP Negeri 2 Kebakkramat cukup kondusif untuk melakukan proses belajar mengajar. Dari segi fisik, bangunan SMP ini cukup baik, ada beberapa gedung atau ruangan yang belum tersedia. Adapun hasil dalam penelitian dibagi menjadi 2 siklus, dapat ditampilkan tabel dibawah ini: Tabel Hasil Tiap Aspek Selama 2 Siklus Sikl us Sikl Sikl No Aspek Peni us I us II ngk atan Mendefinisikan 1 konsep 78 98 20 demokrasi Menguraikan sejarah 2 pelaksanaan 76 98 22 demokrasi pertama Menjelaskan macam-macam pelaksanaan 3 demokrasi 79 97 18 dalam kehidupan bernegara
4
Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila dan pelaksanaannya 81 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
61
96
15
SIKLUS I Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh hasil sebelum permainan thinkpair-share yaitu mendefinisikan konsep demokrasi sebesar 78%, Menguraikan sejarah pelaksanaan demokrasi pertama sebesar 76%, Menjelaskan macam-macam pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan bernegara79% Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila dan pelaksanaannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebesar 81%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa masih dibawah tingkat kemampuan mempelajari pelajaran PKn semester 2, SIKLUS II Berdsarkan pada Siklus II setalah penerapan metode think-pair-share menunjukkan bahwa tentang Mendefinisikan konsep demokrasi sebesar 78% meningkat menjadi 98%, Menguraikan sejarah pelaksanaan demokrasi pertama sebesar 76% meningkat menjadi 98%, Menjelaskan macam-macam pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan bernegara sebesar 79% meningkat menjadi 97% dan Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila dan pelaksanaannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebesar 81% meningkat menjadi 96%. Dari hasil ini menunjukkan bawah metode Think-PairShare dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentangmenampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan Negara. Peningkatan ini dapat dikatakan mendukung kegiatan pembelajaran PKn
62
Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap…
siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Kebakkramat tahun pelajaran 2011/2012, dapat dijadikan acuan untuk memberikan strategi menyenangkan dan tidak membosankan, dan supaya anak tidak merasa kesulitan dalam memahami nilainilai Pancasila bermasyarakat dan bernegara. Pada siklus I, dengan penerapan metode think-pair-share ternyata ada peningkatan hasil nilai ulangan formatif.Pada siklus II, diterapkan lagi meode think-pair-share, ternyata semua anak hasilnya bisa memuaskan.Sebab kemampuan dasar anak kurang dan metode yang diterapkan kurang sesuai. Jadi dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Kebakkramat,Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan ditandai meningkatkan perolehan nilai dan anak lebih senang untuk belajar memahami dan mengerti pelajaran PKn. KESIMPULAN DAN SARAN Berdsarkan pada Siklus II setalah penerapan metode think-pairsharemenunjukkan bahwa tentang Mendefinisikan konsep demokrasi sebesar 78% meningkat menjadi 98%, Menguraikan sejarah pelaksanaan demokrasi pertama sebesar 76% meningkat menjadi 98%, Menjelaskan macam-macam pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan bernegara sebesar 79% meningkat menjadi 97% dan Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila dan pelaksanaannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebesar 81% meningkat menjadi 96%. Dari hasil ini menunjukkan bawah metode Think-PairShare dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentangmenampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan Negara. Think-Pair-Share merupakan langkah awal yang baik untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya. Selain itu, dalam
tahapan ini siswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri jawaban dan permasalahan yang disampaikan oleh guru dan menuliskan hasil pemikiran masingmasing sehingga kemampuan berpikir individu turut berkembang. Langkah ini lebih efektif daripada guru menyampaikan suatu permasalahan atau pertanyaan, kemudian menanyakan jawabannya kepada siswa satu persatu. Dalam kegiatan selanjutnya yaitu berdiskusi dengan pasangannya, siswa yang tidak atau jarang bebicara di depan kelas sekurangkurangnya mengemukakan ide kepada pasangannya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diajukan saran-saran bahwa 1) Bagi guru hendaknya meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sehingga peran siswa lebih besar dan pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. 2) Bagi siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan serta lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. 3) Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis hendaknya sedapat mungkin menganalisa kondisi pembelajaran dan kemampuan siswa dengan lebih teliti. Selain itu dapat memanfaatkan model pembelajaran inovatif dengan maksimal sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015
Ananom.2001. Mengenal Model Pembelajaran Kooperatif.Semarang : DEPDIKNAS. Arikunto, Suharsimi, 2003.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Erman, Suherman dkk, 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common Teks Books). Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. Spencer Kagan. 2002. Strategis For Reading Comprehensin, TPS. http: curry. Edschool. Virginia. Solihatin, Etin dkk,2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.Jakarta : Bumi Aksara. Sudjana,Nana.2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung : Sinar Baru Algensindo
63