Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada Perkuliahan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar, Kreativitas, Dan Daya Ingat Mahasiswa Sigit Sujatmika Prodi Pendidikan IPA FKIP UST Yogyakarta Email :
[email protected] Telp. 085729759982 ABSTRACT The aims of this research were to find out the effect of learning method applying quantum learning on the student’s academic reputation achievement, improving of the student’s creativity, and improving of student’s memory. The research used qualitative descriptive method. The objects of the research were 30 students of the first semester in Science Education Program in UST in the academic year 2015/2016. Student’s achievement were collected by using test method. The test method was used to get data dealing with both the student’s academic reputation achievement and improving of the student’s memory. Whereas, data dealing with the improvment of the student’s creativity was taken based on the products created by students. Results of the research indicate that: (1) Quantum learning method can result much better of the student’s academic reputation achievement; (2) Quantum learning method can increase the student’s creativity; and (3) Quantum learning method can improve the student’s memory. Keywords: Quantum Learning, Student’s Academic Reputation Achievement, Creativity, Memory 1. Pendahuluan Untuk meningkatkan kualitas perkuliahan perlu dicoba berbagai model pembelajaran yang inovatif. Dosen harus mampu meracik dan berkreasi dalam menyusun rancangan pembelajaran, menerapkannya dalam kegiatan perkuliahan dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran tersebut. Dosen juga harus mencoba berbagai cara atau metode agar kegiatan perkuliahan dapat menarik, berpusat pada mahasiswa, dan membentuk karakter mahasiswa. Model pembelajaran yang diterapkan harus ditelaah terlebih dahulu. Apakah model tersebut sesuai dengan kajian yang dipelajari mahasiswa atau tidak. Dengan penerapan model pembelajaran yang tepat, harapannya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain dari segi kognitif, pembelajaran juga harus meningkatkan segi afektif dan psikomotorik mahasiswa. Alasannya jelas, untuk meningkatkan kualitas mahasiswa. Ada beberapa mata kuliah yang saya ajar. Dari mata kuliah tersebut berbeda tingkat kesulitannya. Mata kuliah yang berisi tentang dunia
makhluk hidup, merupakan mata kuliah dengan kategori sulit. Hal ini saya amati dari hasil belajar yang kurang baik dan beberapa mahasiswa harus mengulang. Ditinjau lebih dalam lagi, mata kuliah berisi konsep-konsep yang rumit dan melibatkan istilah yang banyak dan harus dihafalkan. Mata kuliah ini juga sebagai landasan keilmuan sebelum memperoleh mata kuliah Lanjut yang lebih tinggi tingkatannya. Apabila mahasiswa memiliki kemampuan menghafal yang baik, saya rasa itu bukan masalah besar. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan tingkat kemampuan menghafal mahasiswa bermacam-macam. Tidak bijak apabila dosen menggunakan strategi yang sama bagi tiap-tiap mahasiswa dengan karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Selama kegiatan pembelajaran, mahasiswa juga masih terlihat kurang memperhatikan, tidak aktif saat ditanya, dan kesusahan dalam menghafal istilah-istilah. Konsep yang dipelajari akan tetap digunakan pada mata kuliah lainnya dan terus digunakan sampai menjadi seorang pengajar di kemudian hari. Apabila konsep-konsep dan istilah dalam ini sudah dikuasai, maka akan membantu siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk mencari solusi dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Seiring dengan perkembangan jaman, kreativitas memegang peranan yang penting agar mampu bersaing di dunia kerja yang semakin ketat. Dengan kreativitas, mahasiswa mampu menelurkan berbagai strategi baik dalam upaya mencari kerja, maupun membuat lapangan kerja sendiri. Program studi Pendidikan IPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) memiliki profil lulusan sebagai guru, peneliti, dan juga pengusaha. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas tersebut. Peneliti di sini mencoba untuk menerapkan model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan hasil belajar, kreativitas, dan daya ingat mahasiswa. Pembelajaran kuantum merupakan rakitan dari beberapa teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang sudah ada sebelumnya. Konsep kunci pembelajaran kuantum antara lain teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, visual, auditorial, kinestetik, kecerdasan ganda, pendidikan yang holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, dan permainan. Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. (Jaidun Turnip dan Keysar Panjaitan, 2012) Menurut Bobby De Porter (dalam Ketut Susiani, 2013) menyatakan bahwa nilai akademis bukan semata-mata hal penting yang dibutuhkan siswa, tetapi juga menikmati pembelajaran dan meningkatkan motivasi diri. Dari pendapat Bobby De Porter dapat diartikan bahwa dalam proses belajar perlu diupayakan metode yang mampu meningkatkan prestasi belajar maupun motivasi belajar. Metode pembelajaran yang inovatif sendiri ada bermacam-macam.
Menurut De Porter (dalam Fondaline Sri Hartono, 2014) model pembelajaran kuantum merupakan gabungan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Metode pembelajaran kuantum dapat diterapkan dengan mengenalkan materi pelajaran yang menarik. Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya. Kegiatan pengulangan untuk memantapkan materi yang telah dipelajari dan merayakan keberhasilan belajar. Metode ini dapat diringkas dalam akronim TANDUR. Dari uraian pembelajaran kuantum di atas, peneliti berargumen bahwa dengan pembelajaran kuantum pada mata kuliah Biologi akan meningkatkan aktivitas mahasiswa, menggunakan seluruh kemampuannya, tertarik untuk belajar dan menciptakan cara sendiri untuk menghafal istilah-itilah Biologi. Kreativitas di sini harapannya muncul dari kegiatan merancang sendiri cara menghafal istilah dan konsep pada mata kuliah. Untuk menguatkan argumen peneliti, perlu saya jelaskan secara singkat unsur-unsur yang melandasi model pembelajaran kuantum yaitu : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR). Kerangka TANDUR dapat membawa mahasiswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya mencapai kesuksesan belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kuantum dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa, meningkatkan kreativitas mahasiswa, dan meningkatkan daya ingat mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil berdasarkan hasil pengamatan saat kegiatan perkuliahan dan juga diambil melalui tes. Perubahan kreativitas mahasiswa diamati berdasarkan apa yang terjadi di kelas juga produk yang dihasilkan dari pemikiran mahasiswa. Perubahan daya ingat ditinjau berdasarkan tes tulis yang diberikan kepada mahasiswa. Daya ingat pada penelitian ini sendiri dibatasi pada konsep-konsep biologi. Terakhir untuk hasil belajar mahasiswa ditinjau dari tes tertulis mengenai materi-materi yang telah dipelajari. 3. Hasil Dan Pembahasan Sebelum memulai kegiatan pembelajaran kuantum, dosen terlebih dulu mencari data mahasiswa untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelompok. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, asal daerah, dan pendidikan terakhir. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa semester satu yang merupakan mahasiswa baru. setelah data diambil, mahasiswa dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Yogyakarta dan sekitarnya, Kalimantan Sumatera, dan NTT Sulawesi. Langkah berikutnya, dari 30 mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok tersebut diacak berdasarkan asal, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Harapan peneliti dari pembagian kelompok ini agar tiap kelompok bersifat heterogen. Peneliti
meninjau pengalaman terdahulu. Apabila kelompok dibebaskan kepada mahasiswa akan rawan terbentuk kelompok yang cenderung homogen. Misalnya satu kelompok berasal dari daerah yang sama, jenis kelamin yang sama atau berasal dari sekolah yang sama. Hal ini menurut peneliti akan mempengaruhi hasil penelitian. Pada pertemuan pertama, materi yang dipelajari adalah hakekat biologi. Materi ini berisi mengenai definisi biologi sebagai bagian dari sains, perkembangan biologi dari waktu ke waktu, dan penelitian eksperimen sebagai sarana mengembangkan keilmuan biologi. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengkoordinasi mahasiswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing. Selanjutnya dosen mengajar dengan menggunakan pembelajaran kuantum yang secara inti kegiatan pembelajarannya disingkat dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Tumbuhkan berarti upaya dari dosen untuk membuka ingatan maupun pengetahuan mahasiswa berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran, tumbuhkan di sini dapat disamakan dengan apersepsi. Pada pertemuan pertama, mahasiswa diberi pertanyaan oleh dosen mengenai apa saja yang masih diingat oleh mahasiswa mengenai biologi. Dimulai dari definisi biologi berdasarkan asal katanya, objek yang dibahas dalam biologi, dan biologi sebagai bagian dari sains. Pertanyaan yang diberikan sangat mendasar karena mahasiswa sebagai subyek penelitian memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi. Beberapa diantaranya tidak lagi mempelajari biologi dalam waktu yang lama. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu keragaman informasi dari mahasiswa berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan. Waktu yang digunakan untuk tahapan ini sekitar 10 menit. Tujuan dari kegiatan awal ini cenderung pada upaya untuk memikat hati mahasiswa untuk tertarik dengan materi yang akan dipelajari. Langkah berikutnya dalam pembelajaran kuantum adalah tahapan Alami. Kegiatan ini bermaksud untuk membawa materi yang dipelajari ke kehidupan mahasiswa sehari-hari. Dengan demikian materi tersebut memang dekat dengan mereka. Pertanyaan yang diajukan dosen diberikan kepada perwakilan mahasiswa dari berbagai daerah. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup dalam kehidupan sekitar mereka. Sebagai contoh untuk mahasiswa yang berasal dari Kalimantan diminta untuk menjelaskan kondisi vegetasi hutan yang ada dilingkungannya. Mahasiswa yang berasal dari NTT menceritakan kondisi alam mereka berupa padang rumput yang luas dan juga karakter hewani yang ada. Selain itu juga ada mahasiswa yang berasal dari Riau yang menceritakan kebakaran hutan dan penyebabnya. Mahasiswa kemudian mendapatkan penjelasan dari dosen mengenai materi tentang hakekat biologi. Penjelasan tersebut meliputi definisi biologi sebagai bagian dari sains. Objek yang dipelajari dalam biologi, dan bagaimana biologi ini dapat mengalami perkembangan sejak dahulu hingga sekarang. Meskipun dosen menyampaikan informasi secara langsung tetapi diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa yang tujuannya untuk membentuk struktur pemahaman mahasiswa. Bagian ini dalam
pembelajaran kuntum disebut dengan istilah Namai. Dosen kemudian meyampaikan informasi mengenai metode penelitian eksperimen yang merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari sains. Selain memberikan penjelasan mengenai metode eksperimen, dosen juga memberikan contoh penelitian eksperimen sederhana yang kemudian didiskusikan dengan mahasiswa. Dari kegiatan ini salah satu tujuannya untuk memberi pemahaman kepada mahasiswa mengenai tahapan-tahapan penelitian eksperimen yaitu merumuskan masalah, mengambil hipotesis, kegiatan eksperimen dan menarik kesimpulan berdasarkan eksperimen. Mahasiswa juga dikenalkan dengan istilah variabel bebas, variabel terikat dan variabel pengendali. Tahapan selanjutnya dari kegiatan pembelajaran ini disebut dengan Demonstrasikan. Mahasiswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang kegiatan penelitian eksperimen. Meliputi rumusan masalah, hipotesis, dan rancangan penelitiannya. Mahasiswa juga berdiskusi untuk menentukan variabel bebas, variabel terikat, dan variabel pengendali. Produk yang dihasilkan dari tiap kelompok berupa rancangan kegiatan eksperimen. Pada tahapan ini juga bertujuan untuk memancing kreatifitas mahasiswa. Hasil dari diskusi kelompok ini akan dijelaskan satu-persatu. Untuk kelompok pertama, judul yang dibuat adalah “Pengaruh Susu Induk Kambing Terhadap Pertumbuhan Anak Kambing”. Mereka menggunakan dua ekor kambing yang dilahirkan dari induk yang sama. Perlakuan untuk kedua anak ambing tersebut dibuat berbeda. Anak kambing yang satu diberi susu dari induknya empat kali sehari sedangkan untuk anak kambing yang ke dua diberi susu dari induknya sebanyak dua kali sehari. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah susu yang diberikan kepada anak kambing. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dari anak kambing. Adapun variabel kontrol meliputi pemberian makanan berupa dedaunan yang sama, induk kambing yang sama, dan tempat pemeliharaan yang sama. Hasil diskusi dari kelompok kedua didapatkan judul “Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Warna Kuning Telur Bebek”. Kelompok ini beranggapan bahwa warna kuning telur menunjukkan kandungan gizi. Dengan demikian apabila terdapat dua buah telur bebek dengan warna kuning telur yang berbeda maka kandungan gizi yang terdapat didalamnya juga berbeda. Mereka menggunakan dua ekor bebek yang dipelihara dalam kandang yang berbeda tetapi kondisinya tetap sama. Bebek pertama diberi makan nasi campur dedak, sedangkan bebek kedua diberi makan sayur-sayuran. Selang beberapa minggu masing-masing bebek bertelur dan dicek perbedaan warna kuning telur yang diperoleh. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis pakan yang diberikan pada bebek. Variabel terikat dalam peelitian ini yaitu warna kuning telur yang dihasilkan setelah bebek diberi pakan yang berbeda. Variabel kontrol dalam penelitian ini meliputi bebek yang berasal dari peranakan yang sama, kondisi kandang yang sama dan kondisi lingkungan yang dibuat sama. Kelompok ketiga mendapat judul “Pengaruh Kadar Air Garam Terhadap Proses Osmosis Sel Kentang”. Mereka mencoba untuk menemukan tingkat kepekatan larutan garam terhadap laju osmosis. Pembuktian
dilakukan dengan merendam potongan kentang pada larutan garam yang kadarnya berbeda-beda. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar garam yang bervariasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah laju osmosis pada kentang. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran potongan kentang, tempat perendaman dan waktu perendaman. Kelompok keempat menghasilkan rancangan penelitian berupa “Pengaruh Kepekatan Air Teh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung”. Ide ini muncul berdasarkan pengamatan sehari-hari bahwa air teh bekas yang sering disiramkan pada tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Mereka mengkategorikan kadar air teh menjadi pekat, sedang, dan encer. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kadar air teh, variabel terikat dalam penelitian ini adalah perbedaan pertumbuahan tanaman kangkung. Adapun variabel kontrol meliputi dibuat sama. Kelompok kelima menghasilkan judul penelitian “Pengaruh Pelet Terhadap Perkembangan Ikan Lele”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek langsung dari pelet terhadap bobot ikan lele. Dengan demikian peneliti tau seberapa banyak pelet yang dibutuhkan untuk membuat bobot ikan lele bisa maksimal. Ini penting untuk menghitung biaya operasional apabila nanti menjadi pengusaha ikan lele. Variabel bebasnya adalah banyaknya pelet yang diberikan pada ikan lele selama satu minggu. Variabel terikatnya adalah penambahan bobot ikan lele setelah satu minggu. Variabel terikat dalam penelitian ini meliputi kondisi air dan lingkungan yang dibuat sama. Kelompok enam menghasilkan judul penelitian “Pengaruh Jenis makanan Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele”. Tidak jauh berbeda dari kelompok lima, ide dari kelompok enam bertujuan untuk mendapatkan resep pakan yang paling baik untuk meningkatkan bobot ikan lele. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu jenis pakan yang diberikan kepada ikan lele. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kenaikan bobot ikan lele. Variabel kontrol dalam penelitian ini antara lain jenis air yang digunakan untuk memlihara ikan lele, jenis lele, kolam yang digunakan, dan jumlah pakan yang digunakan. Masing-masing yang ada dalam variabel kontrol ini dibuat sama. Dari enam kelompok tersebut, apabila dianalisis satu-persatu maka semua rancangan penelitian yang mereka buat sudah benar. Hal yang membedakan dari keenam kelompok tersebut bisa ditinjau dari tingkat kesulitan dalam penelitiaan, kemanfaatannya, dan tingkat kebaruannya. Apabila ditinjau kembali, masing-masing kelompok cenderung menempatkan sisi kegunaan sebagai aspek utama. Hanya kelompok tiga yang meneliti tentang osmosis yang bisa dikatakan berbeda. Walaupun demikian, mereka telah berhasil memahami metode penelitian eksperimen dan mampu merancang kegiatan penelitian eksperimen. Tahapan kegiatan berikutnya dalam pembelajaran kuantum dengan sintaks TANDUR yaitu Ulangi. Setelah mahasiswa berhasil menyusun rancangan penelitian ekserimen. Mereka menyampaikan rancangan tersebut di depan kelas. Setelah semua rancangan dari keenam kelompok disampaikan, dosen kemudian melakukan klarifikasi. Ini merupakan tahap Ulangi yang dapat diartikan lebih mudah sebagai tahap evaluasi
pembelajaran. Dosen memberi masukan kepada tiap-tiap kelompok agar rancangan mereka menjadi lebih baik lagi. Karena semua kelompok mampu merancang kegiatan eksperimen dengan benar maka dosen mengajak mahasiswa untuk melakukan appaus atas keberhasilan mereka. Tahapan ini bisa dimasukkan sebagai tahapan Rayakan. Dalam lanjutan kegiatan pembelajaran kuantum, materi berikutnya yang dipelajari mengenai ciri makhluk hidup. Peneliti menggunakan urutan kegiatan seperti pada pertemuan sebelumnya yaitu dengan TANDUR. Urutan kegiatan ini telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya sehingga sudah menjadi urutan yang pakem dan tidak boleh diubah. Pada pembelajaran ini mahasiswa masih dikelompokkan dan belajar secara bersama-sama. Kegiatan pembelajaran yang pertama yaitu Tumbuhkan berisi kegiatan yang tujuannya untuk menarik minat belajar mahasiswa terhadap topik yang akan dipelajari. Kegiatan ini juga bisa berarti untuk menumbuhkan kembali pengetahuan awal mahasiswa akan materi yang dipelajari. Pada materi ciri makhluk hidup, kegiatan ini dimulai dari pertanyaan-pertanyaan sederhana kepada mahasiswa mengenai karakteristik tumbuhan dan hewan jika dibandingkan dengan benda tak hidup. Dari pertanyaan ini muncul berbagai macam jawaban dari tiap-tiap kelompok. Melalui jawaban yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut, dosen menggiring mereka pada tema ciri makhluk hidup. Agar materi yang dipelajari terbawa ke dalam dunia mahasiswa, dosen kemudian memberikan pertanyaan yang lebih spesifik. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan ciri kehidupan yang langsung mereka alami. Kembali di sini muncul berbagai jawaban dari mahasiswa, jawaban tersebut misalnya bergerak, bernafas, makan, berkomunikasi, berpikir, dan berkeluarga. Tahapan pembelajaran ini merupakan bagian dari Alamai dalam sintaks TANDUR. Melalui tahap alami, dosen berusaha untuk membawa materi pembelajaran dekat dengan mereka dan mereka mengalaminya sendiri. Setelah berbagai jawaban mahasiswa tersebut dikumpukan dan disaring mana yang benar dan mana yang kurang tepat, dosen kemudian menyampaikan materi ciri kehidupan berdasarkan studi referensi. Ciri kehidupan tersebut kemuadian dikategorikan menjadi keteraturan, pemanfaatan energi, reproduksi, homeostasis, iritabilitas, dan adaptasi. Dosen kemudian mengyampaikan informasi mengenai ciri tersebut secara global. Kemudian mahasiswa diskusi ke kelompok masing-masing untuk mendefinisikan keenam ciri kehidupan tersebut. Tahapan ini memakan waktu paling lama. Mereka melakukan studi referensi dan bertukar pikiran. Tahapan ini dalam TANDUR masuk ke dalam bagian Namai. Tahapan selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran quantum adalah Demonstrasikan. Mahasiswa menyampaikan pendapat mereka ke seluruh kelompok yang dipandu oleh dosen. Dari kegiatan ini muncul diskusi dengan skala antar kelompok. Kegiatan pembelajaran kuantum kemudian dilanjutkan ke tahapan Ulangi. Dalam tahapan ini, selain tujuannya untuk mengevaluasi konsep yang sudah dimiliki mahasiswa juga digunakan untuk melatih kreatifitas
mahasiswa melalui kegiatan menghafal istilah asing dengan menggunakan cara yang mudah. Adapun konsep yang harus dihafal dan dipahami mahasiswa adalah iritabilitas, homeostasis dan adaptasi. Konsep terakhir dalam hal ini adaptasi sudah sangat familiar dan tidak perlu lagi diingat cukup dipahami konsepnya. Untuk iritabilitas dan homeostasis dosen meminta mahasiswa untuk menyusun suatu jembatan keledai. Hasilnya pun sangat bervariasi. Beberapa contoh hasil kreatifitas mahasiswa dalam membuat jembatan keledai untuk konsep iritabilitas akan diuraikan. Iri perang (Iritabilitas, peka terhadap rangsang). Irit peka terasa (iritabilitas peka terhadap rangsang). Lintas peter angsa, irit perasaan, peta, peri (dari kata pe = peka terhadap rangsang dan ri = iritabilitas), iripeterang, irit pisang (iritabilitas peka terhadap rangsang), irka suka terang, perang iblis, irit pedas dan tape terang. Apa pula hasil dari kreatifitas mahasiswa untuk menghafal konsep homeostasis. Dosen memilih konsep ini untuk dibuat jembatan keledai karena susah untuk dihafal. Selain itu definisinya juga mencakup banyak hal sehingga susah dipahami. Dari hasil pengumpulan data, bentuk kreatifitas mahasiswa tersebut seperti ini ; Meliin tetap beda tawa meskipun lingkungan berubah. Ini berasal dari kalimat menjaga lingkungan internal tetap berada pada batas wajar walaupun lingkungan eksternal berubah. Meka menjaga kuil arteda pada tawa pun tertentu, hom lu masuk kedal tanpa perubahan, hama (homeostasis internal sama eksternal), hatis intip wawan menernak rubah (homeostasis, internal tetap walaupun eksternal berubah). Rumah (home) inti tetap. Hom turnal tireks. Berdasarkan data mengenai kreatifitas mahasiswa dalam menghafal dan memahami konsep iritabilitas dan homeostasis di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa terlatih untuk menunjukkan kreatifitas dan berupaya sekreatif mungkin untuk menemukan cara menghafal yang paling mudah. Sebagai contoh dari ide mahasiswa yang menurut peneliti dapat digunakan secara masal yaitu irit peka terasa. Irit merupakan kependekan dari iritabilitas, sedangkan peka terasa adalah kependekan dari peka terhadap rangsangan. Jembatan keledai ini bisa digunakan secara masal karena mudah diingat. Untuk istilah homeostasis memang lebih susah untuk dibuat jembatan keledai. Selain istilahnya berasal dari bahasa asing, definisinya pun panjang dan perlu dipahami. Walaupun demikian ada beberapa ide dari mahasiswa yang bisa digunakan. Peneliti memilih rumah inti tetap sebagai jembatan keledai paling mudah dihafal dan bisa digunakan secara masal. Rumah ini dari kata homeostasis dan inti berasal dari kata internal. Rumah inti tetap berarti homeostasis adalah mekanisme menjaga lingkungan internal tetap pada batas idealnya. Dari hasil kegiatan Ulangi ini diperoleh jembatan keledai untuk menghafal homeostasis dan iritabilitas. Selain itu juga digunakan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai materi yang sudah dipelajari. Tahapan pembelajaran kuantum diakhiri dengan kegiaran Rayakan. Dosen memberikan pujian bagi mahasiswa yang sudah berhasil menemukan cara menghafal praktis dan yang sukses dalam sesi diskusi global. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sensasi bahagia dalam kegiatan pembelajaran.
Ini penting untuk menjaga motivasi siswa dalam belajar. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, pada pertemuan berikutnya mahasiswa dilatih untuk menghafal konsep sel dan organel sel dan memahami dengan cara praktis menggunakan jembatan keledai. Berdasarkan pengamatan saat kegiatan pembelajaran di kelas, pembelajaran kuantum dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa melalui kegiatan penyusunan rancangan kegiatan penelitian eksperimen dan juga pembuatan cara praktis dalam menghafal istilah biologi. Menurut peneliti, untuk memperoleh hasil yang maksimal maka pembelajaran kuantum tidak cukup dilakukan untuk sekali atau dua kali. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kuantum diperlukan pembiasaan. Pembelajaran kuantum berupaya untuk mengoptimalkan otak kiri dan kanan dan juga membawa materi yang dipelajari ke dalam dunia mereka, begitu pula membawa dunia mereka ke materi yang dipelajari. Pembelajaran kuantum termasuk metode yang susah untuk dilakukan. Inilah alasan mengapa peneliti mengambil pakem TANDUR sebagai sintaks dalam kegiatan pembelajaran. Dari data yang diperoleh mahasiswa terlihat masih belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kuantum. Mahasiswa yang menjadi subyek penelitian berasal dari berbagai jurusan di sekolah sebelumnya. Ada yang berasal dari SMA IPA atau SMA IPS dan juga ada yang berasal dari SMK. Selain itu juga mereka belum terbiasa mengalami kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kuatum. Oleh sebab itu, untuk pertemuan yang pertama dan kedua ini belum menghasilkan sesuatu yang lebih. Walaupaun demikian, melalui kegiatan pembelajaran ini mahasiswa akan terbiasa menggunakan kreativitasnya dalam pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran kuantum untuk meningkatkan daya ingat, perlu peneliti ulang kembali bahwa daya ingat di sini dibatasi untuk konsep-konsep biologi yang dipelajari saja. Setelah mahasiswa mengikuti pembelajaran kuantum, mereka menghasilkan cara praktis untuk menghafal konsep-konsep yang dipelajari. Setelah itu, pada pertemuan berikutnya mahasiswa mengikuti tes tulis dengan soal yang jawabannya berupa konsep atau istilah biologi. Tes tersebut bukan berupa pilihan ganda sehingga mereka harus ingat betul konsep biologi yang dimaksud dalam soal. Soal yang digunakan bersifat pasti. Dalam arti apabila mahasiswa menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban maka jawaban mahasiswa tersebut salah. Soal berjumlah 20 butir dan skornya hanya ada nol dan satu untuk tiap butir. Berdasarkan tes yang sudah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa ada mahasiswa yang mampu mengingat semua konsep biologi yang ada dalam soal. Ada pula yang hanya mampu mengingat sebagian. Hasilnya tampak pada diagram di bawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Skor Daya Ingat Mahasiswa NO
SKOR
FREKUENSI
PROSENTASE
1
0-5
5
16.67%
2
6-10
8
26,67%
3
11-15
10
33,33%
4
16-20
7
23,33%
Berdasarkan tabel distribusi skor daya ingat di atas, terlihat bahwa prosentase tertinggi berada pada kisaran nilai 11-15, sedangkan prosentase terendah berada pada skor 0-5. Untuk nilai yang kategorinya tinggi berada di urutan ke tiga berdasarkan jumlah. Skor tertinggi yang dapat diperoleh oleh mahasiswa adalah 20 sejumlah 2 orang mahasiswa. Data di atas memang tidak bisa sepenuhnya menunjukkan peningkatan daya ingat akibat dari pembelajaran kuantum. Hal ini dikarenakan mahasiswa bisa saja telah memiliki pengetahuan awal yang cukup untuk menjawab soal yang ada. Salah satu upaya agar hasil tes benar-benar realistis dengan kenyataan maka saat mengerjakan soal mahasiswa benar-benar diawasi agar mengerjakan sendiri. Berdasarkan tabel di atas, skor 11-20 apabila diprosentasekan sebanyak 56,67%. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa, peneliti menggunakan waktu yang sama dengan test daya ingat. Hasilnya dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini. Tabel 5.2 Tabel Hasil Belajar Mahasiswa No
Nilai
Frekuensi
1
5 - 20
4
2
21 - 36
6
3
37 - 52
3
4
53 - 68
7
5
69 - 84
4
6
85 - 100
6 Σf = 30
Berdasarkan tabel hasil belajar mahasiswa di atas, dapat dilihat bahwa skor terbanyak berada pada nilai 53-68, sedangkan skor terbanyak kedua berada pada skor 85-100. Ada mahasiswa yang mampu menjawab semua soal dengan benar. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa skor 85100 berjumlah 6 mahasiswa atau sekitar 20%. Sedangkan skor terendah antara 5-20 sejumlah 4 mahasiswa atau sekitar 13,33%. Adapun nilai ratarata kelas setelah dilakukan tes sebesar 51,67. Apabila diprosentasekan, skor untuk kategori tinggi yaitu 69-100 sebanyak 33,33 %. 4. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian yang sudah dianalisis, dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Pembelajaran kuantum mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa menjadi lebih baik. b. Pembelajaan kuantum mampu melatih kreativitas mahasiswa khususnya dalam menciptakan cara praktis dalam menghafal konsep atau istilah biologi. c. Pembelajaran kuantum mampu meningkatkan daya ingat mahasiswa pada konsep-konsep biologi yang telah dipelajari. Referensi Fondaline Sri Hartono, Sumarwati, Slamet Mulyono (2014) Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Tipe TandurUntuk Meningkatkan Motivasi Dan Kemampuan Menulis. Jurnal Penelitian Bahasa dan Pengajarannya Vol 1. Nomor 3. ISSN I2302-6405 Jaidun Turnip, Keysar Panjaitan (2012) Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Autocad Teknik Gambar Bangunan. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 7, No. 2, Oktober 2014, pISSN: 1979-6692; e-ISSN: 2407-7437 Ketut Susiani, Nyoman Dantes, I Nyoman Tika (2013) Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Terhadap Kecerdasan Sosio-Emosional Dan Perstasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Di Banyuning. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Vol 3. Mukhodatul Afidah (2014) Memori Atau Ingatan Jangka Pendek. http://sosbud.kompasiana.com/2014/10/06/-pengertian-memori-atauingatan-jangka-pendek-683611.html. Diakses di Yogyakarta, 2 Maret 2015 Sugiyanto. (2009) Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) rayon 13 Surakarta. Sigit Sujatmika (2010). “Pembelajaran dengan Metode GI dan PBL Ditinjau dari Pemahaman Metode Ilmiah dan Motivasi Berprestasi (Studi Kasus di SMP 2 Wonosari pada Pokok Bahasan Saling Ketergantungan dalam Ekosistem Kelas VII Semester II Tahun Ajaran 2009/2010” . Thesis, tidak dipublikasikan. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret